TINJAUAN PUSTAKA
5
6
Subzona Gunung Sewu merupakan perbukitan dengan bentang alam karts, yaitu
bentang alam dengan bukit-bukit batugamping membentuk banyak kerucut
dengan ketinggian beberapa puluh meter. Di antara bukit-bukit ini dijumpai
telaga, luweng (sink holes) dan di bawah permukaan terdapat gua batugamping
serta aliran sungai bawah tanah. Bentang alam karts ini membentang dari pantai
Parangtritis di bagian barat hingga Pacitan di sebelah timur.
Zona Pegunungan Selatan di Jawa Timur pada umumnya merupakan blok
yang terangkat dan miring ke arah selatan. Batas utaranya
ditandai escarpment yang cukup kompleks. Lebar maksimum Pegunungan Selatan
ini 55 km di sebelah selatan Surakarta, sedangkan sebelah selatan Blitar hanya 25
km. Diantara Parangtritis dan Pacitan merupakan tipe karts (kapur) yang disebut
Pegunungan Seribu atau Gunung Sewu, dengan luas kurang lebih 1400
km2 (Lehmann. 1939 dalam Bronto dan Hartono, 2001). Sedangkan antara Pacitan
dan Popoh selain tersusun oleh batugamping (limestone) juga tersusun oleh
batuan hasil aktifitas vulkanis berkomposisi asam-basa antara lain granit, andesit
dan dasit (Bemmelen,1949).
e. Formasi Sambipitu
Lokasi tipe formasi ini terletak di Desa Sambipitu pada jalan raya
Yogyakarta-Patuk-Wonosari dengan ketebalan mencapai 230 meter.
Batuan penyusun formasi ini di bagian bawah terdiri dari batupasir kasar,
kemudian ke atas berangsur menjadi batupasir halus yang berselang-seling
dengan serpih, batulanau dan batulempung. Pada bagian bawah kelompok
batuan ini tidak mengandung bahan karbonat. Namun di bagian atasnya,
terutama batupasir, mengandung bahan karbonat.
f. Formasi Oyo
Lokasi tipe formasi ini berada di Sungai Oyo. Batuan penyusunnya
pada bagian bawah terdiri dari tuf dan napal tufan. Sedangkan ke atas
secara berangsur dikuasai oleh batugamping berlapis dengan sisipan
batulempung karbonatan. Batugamping berlapis tersebut umumnya
kalkarenit, namun kadang-kadang dijumpai kalsirudit yang mengandung
fragmen andesit membulat. Formasi Oyo tersebar luas di sepanjang K.
Oyo. Ketebalan formasi ini lebih dari 140 meter.
g. Formasi Wonosari
Formasi ini tersingkap baik di daerah Wonosari dan sekitarnya,
dengan ketebalan lebih dari 800 meter. Formasi ini didominasi oleh batuan
karbonat yang terdiri dari batugamping berlapis dan batugamping
terumbu. Sedangkan sebagai sisipan adalah napal. Sisipan tuf hanya
terdapat di bagian timur.
h. Formasi Kepek
Lokasi tipe dari formasi ini terletak di Desa Kepek, tersebar di hulu.
Rambatan sebelah barat Wonosari yang membentuk sinklin. Batuan
penyusunnya adalah napal dan batugamping berlapis. Tebal satuan ini
lebih kurang 200 meter.
i. Endapan Permukaan
Endapan permukaan pada daerah Sungai Opak merupakan rombakan
batuan yang lebih tua yang terbentuk pada Kala Plistosen hingga masa
kini. Terdiri dari bahan lepas sampai padu lemah, berbutir lempung hingga
9
Citra penginderaan jauh (Remote Sensing Image) adalah citra suatu benda
yang diperoleh dengan alat pencatat atau pengindera tanpa ada hubungan
langsung dengan benda tersebut.
Tujuan dari kajian ini adalah untuk melakukan pemetaan cepat (Rapid
Mapping) dengan menggunakan teknologi UAV tipe rotor (quadcopter) pada
kawasan terdampak bencana.
Tabel 2.1 Spesifikasi UAV dan Kamera yang Digunakan Dalam Penelitian
(Sumber : Penyusun 2019)
Spesifikasi Uav Spesifikasi Kamera
Tipe Quadcopter Sensor 1/2. 3’ CMOS
Berat 300 gram (termasuk Lensa FOV 81.9’ 25mm
baling-baling dan
baterai)
Dimensi 143x143x55 mm Resolusi 12 MP
Kecepatan 9,8 M/S Resolusi Foto 1920 x 1080 pixel
Durasi Terbang 15 menit Format Foto JPEG, DNG (RAW)
2.2.2 Fotogrametri
Fotogrametri adalah proses memperoleh informasi metrik tentang suatu
objek melalui pengukuran yang dilakukan pada foto objek tersebut, Fotogrametri
adalah ilmu membuat pengukuran dari foto, Fotogrametri berarti pengukuran fitur
pada foto.
Selain aspek interpretasi foto udara ini juga dapat terlibat atas teknologi
yang digunakan dalam pemetaan di mana pengumpulan fitur-fitur diperlukan,
12
A. Areial Fotogrametri
menilai berbagai properti teknik dari atau yang berhubungan dengan massa
batuan (rock mass).
Metode klasifikasi massa batuan terus berkembang dari waktu
ke waktu. Klasifikasi massa batuan dapat dikelompokkan berdasarkan
bentuk dan tipe dari massa batuan tersebut. Metode klasifikasi yang umum
dipakai untuk mengevaluasi kestabilan lereng akan dibahas dalam sub-subbab
berikut ini.
Namun jika menggunakan sistem scanline, nilai RQD tidak dapat langsung
ditentukan dari rumus di atas. Terlebih dahulu harus ditentukan frekuensi
diskontinuitas. Frekunsi diskontinuitas merupakan perbandingan antara jumlah
diskontinuitas dalam satu scanline dengan panjang scanline.
singkapan
(Lt/men)
Tekanan air /
0,1-
tegangan 0 <0,1 0,2-0,5 >0,5
0,2
utama major
Kering Lemba Netes
Kondisi Basah Mengalir
(completel b (dripping
umum (wet) (flowing)
y dry) (damp) )
Bobot 15 10 7 4 0
dengan:
F1 = (1-sin ( αs - αj ))2
F2 = tan βj
F3 adalah nilai rating antara 0 dan -60 berdasarkan hubungan antara
permukaan lereng yang di dapat dengan kemiringan diskontinuitas yang di
dapat dari pengolahan data.
F4 merupakan faktor penyelarasan yang berkaitan dengan metode
ekskavasi
19
Setelah niai SMR diperoleh, maka nilai tersebut akan berada dalam salah
satu kelas dengan nilai bobot tertentu. Tabel 2.4 mendeskripsikan setiap kelas
pada sistem klasifikasi SMR.
20
V I II II I
Class
V I