Anda di halaman 1dari 21

BAB IV

MATERIAL ERUPSI GUNUNG API

Di dalam kulit bumi, di bawah gunung api terdapat rongga besar dengan

dinding tidak beraturan disebut dapur magma. Dapur magma berisi benda cair liat

sangat panas, yang disebut magma. Magma yang mencapai permukaan bumi

disebut lava. Lava pijar yang keluar dari gunung api, suhunya masih sangat tinggi

yaitu masih beberapa ratus drajad celsius. Setelah beberapa lama suhu lava makin

dingin dan akhirnya membeku menjadi batuan beku.

Magma yang menerobos atau menyusup menuju permukaan bumi ada yang

membeku sampai di permukaan bumi, tetapi ada pula yang sudah membeku

sebelum sampai ke permukaan bumi. Apabila penyusupan magma tersebut tidak

mencapai permukaan bumi disebut intrusi magma, dan bila sampai di permukaan

bumi disebut ekstrusi magma. Keluarnya magma ke permukaan bumi umumnya

melalui retakan batuan, patahan, dan pipa kepundan pada gunung api.

4.1. Batuan Intrusi

Batuan beku intrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya

berlangsung dibawah permukaan bumi. berdasarkan kedudukannya terhadap

perlapisan batuan yang diterobosnya struktur tubuh batuan beku intrusif terbagi

menjadi dua yaitu konkordan dan diskordan.

1. Diskordan

Diskordan adalah salah satu tipe intrusi batuan beku dimana intrusi ini memotong

perlapisan batuan di sekitarnya. Macam-macam intrusi dengan tipe diskordan

adalah:

31
32

a. Batolith

Gambar 20. Batholith

Tubuh intrusi yang mempunyai ukuran sangat besar, yaitu > 100

km2 dan membeku pada kedalaman yang sangat besar. Kata batolith berasal

dari bahasa Yunani bathos yang artinya dalam dan lithos yang artinya batu.

Batolith hampir selalu memiliki komposisi jenis batuan asam dan intermediet,

seperti granit, monzonit kuarsa, atau diorite.

Meskipun tampak seragam, batolith sebenarnya mempunyai struktur

dengan sejarah yang komplek dan komposisi yang beragam. Batolith dapat

dibedakan dengan batuan beku yang ada di sekitarnya dengan beberapa kriteria

seperti umurnya, komposisi, tekstur maupun strukturnya.

Batolith dapat tersingkap ke permukaan bumi dari kedalaman yang

sangat besar dengan dua proses yaitu jika lapisan di atasnya terkena gaya

eksogen berupa erosi yang lama kelamaan akan menyingkapkan batolith

tersebut, juga karena gaya endogen yaitu berapa pengangkatan. Contoh

batolith yang terkenal adalah batolith yang tersingkap di Sierra Nevada (USA)

yang berkomposisi batuan granit.


33

b. Stock

Gambar 21. Stock

Stock adalah salah satu batuan intrusive yang mempunyai kenampakan

seperti batolith, yaitu bentuknya tidak beraturan, tetapi dimensinya lebih kecil

yaitu kurang dari 10 km2. Stock merupakan penyerta tubuh suatu batolith atau

bagian atas dari batolith.

c. Dike

Intrusi dike berkomposisi basaltik

Suatu tubuh intrusi yang memotong perlapisan batuan di sekitarnya. Dike

mempunyai bentuk tabular atau memanjang. Intrusi dike adalah suatu tubuh

batuan beku yang mempunyai perbandingan aspek yang sangat besar. Ini

berarti bahwa ketebalannya biasanya akan lebih kecil dari dua dimensi lainnya.

Ketebalannya bisa bervariasi antara beberapa sentimeter sampai meter, dan

panjangnya bisa ratusan meter.


34

Gambar 22. Dike

Tekstur dan komposisi dike dapat bervariasi dari diabas atau basaltik sampai

granitik atau riolitik, tapi yang paling banyak dijumpai adalah berkomposisi

basaltik. Dike bisa disebut pegmatit apabila kristal yang ada di batuan tersebut

berukuran sangat kasar, dengan ukuran beberapa cm sampai 10 meter.

d. Leher Vulkanik (vulkanik neck)atau diatrema

Gambar 23 . Leher Vulkanik (vulkanik neck)atau diatrema

Leher vulkanik yang tersingkap di permukaan bumi dan terus mengalami erosi

Pipa gunung api di bawah kawah yang mengalirkan magma ke kepundan.

Kemudian setelah batuan yang menutupi di sekitarnya tererosi, maka batuan beku

yang bentuknya kurang lebih silindris dan menonjol dari topografi disekitarnya.
35

2. Konkordan

Konkordan adalah tubuh batuan beku intrusif yang sejajar dengan perlapisan batuan

di sekitarnya.

a. Sill

Gambar 24. Sill

Tubuh batuan intrusif yang berupa lembaran dan sejajar dengan perlapisan

batuan di sekitarnya. Sill akan menyisip di antara bidang lemah pada batuan,

sebagai contoh pada bidang perlapisan pada batuan sedimen atau foliasi pada

batuan metamorf. Ciri kenampakan Sill di lapangan adalah adanya efek

terbakar pada bagian atas dan bawah batuan yang diintrusi. Karena magma yang

sangat cair adalah salah satu yang paling dibutuhkan pada pembentukan sill,

maka sill sering ditemukan berkomposisi basaltik. Sill sering ditemukan

mengandung banyak mineral berharga seperti emas, platina, chrom, dan elemen

jarang lainnya.

b. Laccolith
36

Gambar 25. Laccolith

Tubuh batuan intrusi yang berbentuk cembung, dimana perlapisan batuan

yang semula datar menjadi melengkung karena terdesak oleh intrusi ini,

sedangkan bagian bawahnya tetap datar. Diameter berkisar antara 2 sampai 4

mil dengan kedalaman mencapai ribuan meter. Bentuk laccolith bisa cembung

karena saat menyusup tekanan magma cukup besar. Laccolith cenderung

terbentuk pada tempat yang dangkal dan viskositas magma besar, dan

berkomposisi seperti magma pembentuk diorite, granodiorit, dan granit

c. Lopolith

Tubuh batuan intrusi yang berbentuk cekung. Lopolith mempunyai diameter

yang lebih besar dari Lopolith yaitu dari puluhan sampai ratusan kilometer

dengan kedalaman ribuan meter. Lopolith biasanya mempunyai komposisi

basaltic, sehingga massa jenis besar dan cenderung menenpati bagian cekung.
37

Gambar 26. Lopolith

d. Paccolith

Tubuh batuan beku yang menempati sinklin atau antiklin yang telah terbentuk

sebelumnya. Ketebalannya berkisar antara ratusan sampai ribuan kilometer.

Semua penjelasan di atas adalah bentuk-bentuk umum dari intrusi batuan

beku. Untuk macam batuannya sendiri, bisa dibedakan berdasar tekstur dan

kandungan mineraloginya. Setelah menemukan kedua hal tersebut, bisa

dicocokkan dengan tabel klasifikasi yang telah tersedia dan akan diketahui

nama batuannya. Klasifikasi yang paling umum adalah berdasarkan seri reaksi

Bowen.

a. Batuan plutonik ultrabasa

1. Jika kandungan olivine > 90 % maka disebut dunit.

2. Jika kandungan olivine dan piroksen hampir seimbang disebut

peridotit

3. Jika kandungan piroksen > 90 % maka disebut piroksenit

b. Batuan plutonik basa


38

1. jika batuan bertekstur kasar dan berwarna gelap, serta komposisi

utamanya adalah mineral piroksen, plagioklas Ca, serta sedikit olivine

maka disebut gabro.

c. Batuan plutonik intermediet

1. Jika batuan bertekstur kasar dan berwarna abu-abu, serta komposisi

utamanya adalah mineral hornblende, plagioklas Ca-Na serta sedikit

piroksen ataupun kuarsa, maka disebut diorite.

d. Batuan plutonik asam

1. Jika batuan bertekstur kasar dan berwarna terang, serta komposisi

utamanya adalah mineral ortoklas, kuarsa, plagioklas, sedikit biotit

maupun hornblende, maka disebut granit.

Klasifikasi batuan di atas adalah untuk batuan beku plutonik. Untuk batuan

beku hipabisal (intrusi minor), penamaan batuan biasanya diberi tambahan nama

porfir. Misal granit porfir, diorite porfir, dll.

4.2. LAVA

Lava adalah cairan larutan magma pijar yang mengalir keluar dari

dalam bumi melalui kawah gunung berapi atau melalui celah (patahan) yang

kemudian membeku menjadi batuan yang bentuknya bermacam-macam.Bila cairan

tersebut encer akan meleleh jauh dari sumbernya membentuk aliran

seperti sungai melalui lembah dan membeku menjadi batuan seperti lava ropi atau

lava blok (umumnya di Indonesiamembentuk lava blok). Bila agak kental, akan
39

mengalir tidak jauh dari sumbernya membentuk kubah lava dan pada bagian

pinggirnya membeku membentuk blok-blok lava tetapi suhunya masih tinggi, bila

posisinya tidak stabil akan mengalir membentuk awan panas guguran dari lava.

struktur lava setelah membeku dan sebarannya, lava dapat dikelompokan ke dalam

3 jenis yaitu:

1. Lava tipe basalt

2. Lava tipe andesit

3. Lava tipe rhyolite

Apa perbedaan ketiga jenis lava tersebut?Kita lihat penjelasannya di bawah ini

1. Lava basalt

merupakan lava yang banyak dikeluarkan dari magma yang

berkomposisi mafic, bersuhu tinggi dan memiliki viskositas (kekentalan) yang

rendah. Lava ini mudah mengalir mengikuti lembah dan menyebar hingga jarak

yang sangat jauh. Contoh gunung api yang mengeluarkan lava jenis ini adalah

Gunung Kilauea dan Maona Loa di Kepulauan Hawaii, dan Gunung api di

Islandia. Di Hawaii jenis lava ini sering disebut Pahoehoe (tali) oleh

masyarakat sekitar, karena bentuknya yang menyerupai sebuah tali. Lava

basalt pada saat akan membeku seringkali membentuk struktur tiang dan

penampang segilima (Columnar jointing).


40

Gambar 27. Lava Pahoehoe

Gambar 28. Collumnar Joint

Gambar 29. Lava basalt


41

2. Lava andesit

merupakan lava yang memiliki komposisi antara basalt dan rhyolite

atau sering disebut juga intermediate. Lava andesit memiliki ciri kental dan

tidak mampu mengalir jauh dari pusat erupsi. Pada saat membeku lava jenis ini

dapat membentuk struktur seperti tiang, bantal tapi jarang membentuk struktur

Pahoehoe.

Gambar 30. Andesit Lava

Gambar 31. Endapan Lava Andesit

3. Lava rhyolite
42

merupakan lava yang bersifat sangat kental dan jarang sekali

dijumpai mencapai permukaan bumi karena sudah membeku dibawah

permukaan bumi sebelum terjadi erupsi.

Gambar 32. Rhyolite

Gambar 33. Rhyolite Lava

4.3. Endapan Piroklastik

Endapan piroklastik mulanya terjadi akibat adanya jatuhan pada saat gunung

api meletus, dan pada saat pengendapan memiliki ukuran ketebalan yang sama pada
43

endapannya. Piroklastik lainnya yaitu piroklastik aliran akan membentuk penebalan

apabila pada proses pengendapannya ada cekungan, dan piroklastik surge

penyatuan antara piroklastik endapan dan piroklastik aliran.

Tipe Endapan Piroklastik

o Fall Deposits

Merupakan jenis endapan piroklastik yang berupa jatuhan dari material

yang keluar saat gunung meletus. Endapan jenis ini memiliki sortasi yang

baik karena jatuhya material sepenuhnya dipengaruhi oleh gravitasi dan

kecepatan angin. Persebarannya secara lateral. Material berukuran yang

lebih besar akan jatuh dekat ke pusat erupsi dan material yang berukuran

lebih kecil akan jatuh jauh dari pusatnya. Tipe batuan yang dihasilkan akan

memiliki sortasi yang baik.

o Flow Deposits

Merupakan jenis endapan piroklastik yang berupa aliran material yang

keluar saat gunung meletus. Endapannya memiliki sortasi yang buruk

karena semua material yang mengalir berkumpul menjadi satu.

Persebarannya mengisi lembah-lembah. Tipe batuan yang dihasilkan juga

memilki sortasi yang buruk karena material berjalan secara bersama-sama

tanpa ada pemilahan ukuran butir.

o Surge Deposits

Merupakan jenis endapan piroklastik yang menggerus segala yang

dilewati karena tekanan yang tinggi. Endapan yang dihasilkan biasanya

memiliki komponen non piroklastik. Hal ini dikarenakan segala benda


44

yang dilewati akan hancur dan menyatu dengan aliran piroklastik tersebut.

Persebarannya tidak merata di seluruh tempat dekat pusat letusan.

Gambar 34. Tipe Endapan Piroklastik

Gambar 35. Letusan material gunung api


45

Klasifikasi Penamaan Batuan Piroklastik secara Petrografis

Batuan piroklastik dibedakan menjadi 2 bagian menurut komposisinya. Hal

ini berdasarkan jenis materialnya dan ukuran materialnya. Jenis material ada 3,

yaitu gelasan, fragmen batuan, dan kristal mineral. Sedangkan ukuran material

adalah ash, lapili, dan block atau bomb.

4.4. Lahar

Lahar (dari bahasa Jawa) adalah aliran material vulkanik yang biasanya

berupa campuran batu, pasir dan kerikil akibat adanya aliran air yang terjadi di

lereng gunung (gunung berapi). Di Indonesia khususnya, aktivitas aliran lahar ini

akan meningkat seiring dengan meningkatnya intensitas curah hujan.Aliran lahar

sangat berbahaya terutama bagi penduduk yang tinggal di perkampungan yang

berada di lereng gunung ataupun bagi para penambang pasir yang sering berada di

daerah aliran lahar ini. Lahar dapat mengalir dengan kecepatan beberapa puluh

meter per detik menempuh jarak sampai beberapa kilometer membawa energi yang
46

cukup besar. Untuk itu biasanya lahar dibuatkan saluran khusus yang di dalam

ilmu geoteknik dikenal sebagai "sabo".

Gambar 37. Material Lahar

LAHAR (dingin) : Lahar berasal dari dari Bhs Jawa, tapi sudah menjadi

istilah internasional dan dikenal luas di kalangan ahli volkanologi internasional,

adalah aliran air (air hujan, salju yang meleleh) yang bercampur rombakan tefra

(material vulkanik) yang masih lepas-lepas, berasal dari bagian atas tubuh

gunungapi mengalir dengan kecepatan dan densitas yang tinggi sehingga mampu

melanda dan membawa serta bongkah batu berdiameter sampai 2 meter. Suhu lahar

adalah sama dengan suhu di sekitarnya, endapannya adalah breksi lahar dengan

fragmen yang sudah subrounded.

LAHAR panas : sama dengan lahar (dingin) hanya saja suhunya di atas suhu

sekitar. Lahar panas hanya dapat dihasilkan oleh gunungapi yang mempunyai danau

kepundan seperti G. Kelud, sedangkan gunungapi yang tidak punya danau

kepundan tidak mungkin menghasilkan lahar panas. Suhunya tidak akan mencapai

100 C, suhu yang meningkat ini akibat dari air danau kawah yang dipanaskan oleh

magma di bawahnya sebelum erupsi, pada saat terjadi erupsi (tidak usah terjadi
47

ledakan). air yang telah panas ini akan meluap bercampur dengan tefra (selanjutnya

seperti pada proses lahar dingin), dan membentuk endapan lahar. Lahar panas ini

tidak akan menghanguskan tumbuhan atau makhluk hidup seperti pada awan panas,

karena suhunya hanya di bawah 100C

4.5. Gunungapi Purba

Berdasarkan bentuk bentang alam dan asosiasi batuan penyusun, suatu

kerucut gunungapi komposit dapat dibagi menjadi facies sentral, facies proksimal,

facies medial, dan facies distal. Secara bentang alam, pembagian tersebut dimulai

dari pusat erupsi di bagian puncak, menurun ke arah lereng, kaki serta dataran di

sekelilingnya. Facies sentral gunungapi dicirikan oleh asosiasi batuan beku intrusi

dangkal, kubah lava, dan batuan ubahan hidrotermal. Facies proksimal tersusun

oleh perselingan aliran lava dan breksi piroklastika. Facies medial terutama berupa

breksi piroklastika, dan breksi lahar, sedangkan facies distal lebih banyak disusun

oleh batuan epiklastika berukuran butir pasir lempung, dan konglomerat. Tuf dapat

tersebar mulai dari facies proksimal sampai distal karena berbutir halus dan ringan.

Pembagian facies gunungapi di dalam batuan berumur Tersier atau lebih tua

dilakukan dengan pendekatan inderaja - geomorfologi, stratigrafi batuan

gunungapi, vulkanologi fisik, struktur geologi, serta petrologi - geokimia.

Pembagian facies gunungapi ini dapat dimanfaatkan dalam rangka, pencarian

sumber baru di bidang mineral dan energi, penataan lingkungan, serta mitigasi

bencana geologi. Lebih dari itu, kajian facies gunungapi ini dapat digunakan untuk

rekontruksi gunungapi.
48

Gambar 38. Peta Titik Pengamatan Survey Geomorfologi Fasies Gunungapi Sekitar
Daerah Boko

Kajian mengenai facies gunungapi ini dilakukan dengan melakukan survei

pada beberapa lokasi sebagai titik sampel. Secara umum, gunungapi yang

ditemukan di sekitar Candi Boko termasuk gunungapi berumur tersier, sehingga

kenampakan yang mendekati utuh hampir tidak dapat lagi ditemukan. Oleh sebab

itu, analisis sedimentasi berbagai material peninggalan aktivitas gunung ini menjadi

begitu penting dilakukan. Titik survei pertama berada pada koordinat X: 0444364,

Y:9140281 berada pada satuan bentuklahan dataran koluvial. Lokasi ini terdapat

aliran sungai dan terlihat lapisan sedimentasi pada dinding sungai. Pada lapisan

yang teridentifikasi terdapat material batuan rombakan lereng yang dicirikan

dengan teksturnya kasar. Batuan yang ditemukan di sini di antaranya shale dan

aglomerat.

Berdasarkan peta geologi, diketahui bahwa batuan yang banyak tersingkap di

daerah sekitar Boko (tepatnya di sisi timur candi) ini sebagian besar adalah shale,

yaitu batuan endapan di laut dalam yang kemudian terangkat dan nampak.

Formasinya dinamakan Formasi Semilir. Keberadaan batuan shale ini

mengindikasikan bagian dari facies distal yang dahulunya terendam air laut cukup
49

lama (terendapkan dalam tubuh air) yang kemudian mengalami pengangkatan ke

permukaan.

Serangkaian observasi selanjutnya, ditemukan adanya batuan lain yang

mengindikasikan adanya gunungapi purba di lokasi itu di zaman tersier, yaitu

batuan aglomerat. Berdasarkan proses tejadinya, aglomerat terbentuk oleh proses

sedimentasi material piroklastik yang merupakan material khas gunungapi. Lokasi

ditemukannya batuan aglomerat yang banyak mencirikan bahwa daerah tersebut

dahulunya adalah bagian dari facies sentral, yaitu berada di posisi atas dari bagian

utuh gunungapi. Lokasi ini sekarang berada di lereng bagian atas bukit di sisi timur

Candi Boko.

Namun, ditemukannya batuan aglomerat yang mengindikasikan facies

seharusnya berasosiasi dengan adanya neck atau bentukan khas kepundan

gunungapi lainnya. Sedangkan pada lereng atas bukit pada titik kajian tidak

ditemukannya tanda-tanda demikian. Selanjutnya asumsi yang berkembang di

lokasi ditemukannya batuan aglomerat ini adalah bagian transisi dari facies sentral

ke facies proksimal. Asumi ini didukung oleh ditemukannya batuan aglomerat yang

lebih banyak di bukit pada sisi yang lebih belakang dari lokasi kajian, dimana pada

peta geologi tertera bahwa lokasi tersebut tersingkap Formasi Kebobutak yang

mencirikan banyak ditemukan batuan aglomerat. Kemungkinan besar bagian

kepundan dahulunya berada di sekitar lokasi ini. Observasi pada lokasi yang lebih

bawah, yaitu di sekitar sungai (titk pertama) batuan aglomerat didapatkan dengan

jumlah yang lebih sedikit, dan oleh karena dahulunya diperkirakan di situ terendam

air, yang tidak lain adalah facies distal yang berada di dasar laut, maka
50

ditemukannya batuan aglomerat di titik tersebut lebih dikarenakan terjadinya

longsoran yang cukup intensif di daerah ini karena materialnya mulai lapuk dan

tergerus air hujan.

Gambar 39. Lokasi Pengamatan Identifikasi Litologi Fasies Gunungapi Purba


(Sekitar Daerah Boko)

Survei juga dilakukan hingga Sungai Opak untuk mengetahui batas-batas

satuan bentuklahan berdasarkan facies gunungapi. Hasilnya, pada tepi sungai

ditemukan batuan breksi vulkanik dan ditemukan pula batu pasir serta batuan

pseudokarst. Batuan breksi vulkanik yang ditemukan pada titik keempat dengan

koordinat 49M X:0442896 , Y: 9141302 mengindikasikan lokasi ini termasuk

dalam facies transisi medial dan distal, yaitu dijumpai batuan lava beku gunungapi,

tetapi berasal dari Gunungapi Merapi, yaitu gunungapi muda yang materialnya

sekarang mendominasi material permukaan di D.I. Yogkarta, khususnya di bagian

tengah. Daerah di belakangnya, dijumpai material kolluvium berbatuan aglomerat

bawaan dari bukit di belakangnya, yang masih menjadi bagian dari facies distal

gunungapi purba di sekitar Candi Boko, namun jumlahnya masih sedikit.


51

Singkapan lapisan batuan lainnya ditemukan pada zona 49M, koordinat X:

0442969, Y: 9140987. Lapisan batuan paling atas merupakan batu pasir agar kasar

dan di bawahnya merupakan tuff (kasar-halus), di bawah lapisan tuff ini terdapat

lapisan batuan zeonith berwarna hijau dan disusul lapisan dibawahnya yaitu

lempung. Pengukuran dip menghasilkan angka sebesar : 17,57o dan strike : 40ONE

. Arah strike menunjukkan perlapisan mengarah relatif timur laut-barat daya, dan

derajat dip/kemiringan menunjukkan miring ke timur. Kecenderungan kemiringan

perlapisan sesuai dengan ditemukannya batuan terobosan breksi vulkanik tidak jauh

dari lokasi tersebut. Ditemukannya batuan breksi vulkanik ini juga mendukung

bukti-bukti adanya gunungapi purba yang mendasari bentukan-bentukan perbukitan

di Candi Boko dan sekitarnya, sehingga kondisi ini menjadikan daerah di atas

perbukitan relatif aman dari guncangan gempa bumi.

Gambar 40. Asumsi Proses Pembentukan Gunungapi Purba

Anda mungkin juga menyukai