PENDAHULUAN
1
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dilakukannya kegiatan ini untuk mengetahui dan memahami
metode IP dalam memperkirakan kandungan mineral logam dan mineral
lempung dibawah permukaan dengan bantuan software RES2DINV dalam
pengolahan data dan pembuat profil dibawah permukaan.
Tujuan dari kegiatan ini adalah melakukan interpretasi data hasil
pengolahan menggunakan software RES2DINV mengenai jenis batuan dan
keberadaan mineral logam serta mineral lempung d ibawah permukaan
.Kemudian tujuan dari kegiatan ini adalah membuat korelasi dari 4 lintasan
pengukuran IP dengan menggunakan software MAPINFO.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Gambar 2.1. Peta geologi daerah Yogyakarta. Garis hitam putus – putus menunjukan
sesar (Wartono Rahardjo, 1977).
4
Gambar 2.2. Kolom Stratigrafi Pegunungan Selatan Bagian Barat oleh beberapa
peneliti (Bronto dan Hartono, 2001).
1. Formasi Wungkal-Gamping
Lokasi tipe formasi ini terletak di Gunung Wungkal dan Gunung Gamping,
keduanya di Perbukitan Jiwo. Satuan batuan Tersier tertua di daerah Pegunungan
5
Selatan ini di bagian bawah terdiri dari perselingan antara batupasir dan
batulanau serta lensa batugamping. Pada bagian atas, satuan batuan ini berupa
napal pasiran dan lensa batugamping. Formasi ini tersebar di Perbukitan Jiwo,
antara lain di Gunung Wungkal, Desa Sekarbolo, Jiwo Barat, menpunyai
ketebalan sekitar 120 meter (Bronto dan Hartono, 2001).
2. Formasi Kebo-Butak
Lokasi tipe formasi ini terletak di Gunung Kebo dan Gunung Butak yang
terletak di lereng dan kaki utara gawir Baturagung. Litologi penyusun formasi
ini di bagian bawah berupa batupasir berlapis baik, batulanau, batulempung,
serpih, tuf dan aglomerat. Bagian atasnya berupa perselingan batupasir dan
batulempung dengan sisipan tipis tuf asam. Setempat di bagian tengahnya
dijumpai retas lempeng andesit-basal dan di bagian atasnya dijumpai breksi
andesit.
3. Formasi Semilir
Formasi ini berlokasi tipe di Gunung Semilir, sebelah selatan Klaten. Litologi
penyusunnya terdiri dari tuf, tuf lapili, lapili batuapung, breksi batuapung dan
serpih. Komposisi tuf dan batuapung tersebut bervariasi dari andesit hingga
dasit. Di bagian bawah satuan batuan ini, yaitu di Kali Opak, Dusun Watuadeg,
Desa Jogotirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, terdapat andesit basal
sebagai aliran lava bantal (Bronto dan Hartono, 2001). Penyebaran lateral
Formasi Semilir ini memanjang dari ujung barat Pegunungan Selatan, yaitu di
daerah Pleret-Imogiri, di sebelah barat Gunung Sudimoro, Piyungan-Prambanan,
di bagian tengah pada G. Baturagung dan sekitarnya, hingga ujung timur pada
tinggian Gunung Gajahmungkur, Wonogiri. Ketebalan formasi ini diperkirakan
lebih dari 460 meter.
4. Formasi Nglanggran
Lokasi tipe formasi ini adalah di Desa Nglanggran di sebelah selatan Desa
Semilir. Batuan penyusunnya terdiri dari breksi gunungapi, aglomerat, tuf dan
aliran lava andesit-basal dan lava andesit. Breksi gunungapi dan aglomerat yang
mendominasi formasi ini umumnya tidak berlapis. Kepingannya terdiri dari
andesit dan sedikit basal, berukuran 2 – 50 cm. Di bagian tengah formasi ini,
yaitu pada breksi gunungapi, ditemukan batugamping terumbu yang membentuk
lensa atau berupa kepingan. Secara setempat, formasi ini disisipi oleh batupasir
gunungapi epiklastika dan tuf yang berlapis baik.
5. Formasi Sambipitu
Lokasi tipe formasi ini terletak di Desa Sambipitu pada jalan raya Yogyakarta-
Patuk-Wonosari kilometer 27,8. Secara lateral, penyebaran formasi ini sejajar di
sebelah selatan Formasi Nglanggran, di kaki selatan Subzona Baturagung,
6
namun menyempit dan kemudian menghilang di sebelah timur. Ketebalan
Formasi Sambipitu ini mencapai 230 meter. Batuan penyusun formasi ini di
bagian bawah terdiri dari batupasir kasar, kemudian ke atas berangsur menjadi
batupasir halus yang berselang-seling dengan serpih, batulanau dan
batulempung. Pada bagian bawah kelompok batuan ini tidak mengandung bahan
karbonat. Namun di bagian atasnya, terutama batupasir, mengandung bahan
karbonat. Formasi Sambipitu mempunyai kedudukan menjemari dan selaras di
atas Formasi Nglanggran.
6. Formasi Oyo
Lokasi tipe formasi ini berada di Kali Oyo. Batuan penyusunnya pada bagian
bawah terdiri dari tuf dan napal tufan. Sedangkan ke atas secara berangsur
dikuasai oleh batugamping berlapis dengan sisipan batulempung karbonatan.
Batugamping berlapis tersebut umumnya kalkarenit, namun kadang-kadang
dijumpai kalsirudit yang mengandung fragmen andesit membulat. Formasi Oyo
tersebar luas di sepanjang Kali Oyo. Ketebalan formasi ini lebih dari 140 meter
dan kedudukannya menindih secara tidak selaras di atas Formasi Semilir,
Formasi Nglanggran dan Formasi Sambipitu serta menjemari dengan Formasi
Oyo.
7. Formasi Wonosari
Formasi ini oleh Surono dkk., (1992) dijadikan satu dengan Formasi Punung
yang terletak di Pegunungan Selatan bagian timur karena di lapangan keduanya
sulit untuk dipisahkan, sehingga namanya Formasi Wonosari-Punung. Formasi
ini tersingkap baik di daerah Wonosari dan sekitarnya, membentuk bentang alam
Subzona Wonosari dan topografi karts Subzona Gunung Sewu. Ketebalan
formasi ini diduga lebih dari 800 meter. Kedudukan stratigrafinya di bagian
bawah menjemari dengan Formasi Oyo, sedangkan di bagian atas menjemari
dengan Formasi Kepek. Formasi ini didominasi oleh batuan karbonat yang
terdiri dari batugamping berlapis dan batugamping terumbu. Sedangkan sebagai
sisipan adalah napal. Sisipan tuf hanya terdapat di bagian timur.
8. Formasi Kepek
Lokasi tipe dari formasi ini terletak di Desa Kepek, sekitar 11 kilometer di
sebelah barat Wonosari. Formasi Kepek tersebar di hulu Kali Rambatan sebelah
barat Wonosari yang membentuk sinklin. Batuan penyusunnya adalah napal dan
batugamping berlapis. Tebal satuan ini lebih kurang 200 meter.
9. Endapan Permukaan
Endapan permukaan ini sebagai hasil dari rombakan batuan yang lebih tua yang
terbentuk pada Kala Plistosen hingga masa kini. Terdiri dari bahan lepas sampai
padu lemah, berbutir lempung hingga kerakal. Surono dkk. (1992) membagi
7
endapan ini menjadi Formasi Baturetno (Qb), Aluvium Tua (Qt) dan Aluvium
(Qa). Sumber bahan rombakan berasal dari batuan Pra-Tersier Perbukitan Jiwo,
batuan Tersier Pegunungan Selatan dan batuan G. Merapi. Endapan aluvium ini
membentuk Dataran Yogyakarta-Surakarta dan dataran di sekeliling Bayat.
Satuan Lempung Hitam, secara tidak selaras menutupi satuan di bawahnya.
Tersusun oleh litologi lempung hitam, konglomerat, dan pasir, dengan ketebalan
satuan ± 10 m. Penyebarannya dari Ngawen, Semin, sampai Selatan Wonogiri.
Di Baturetno, satuan ini menunjukan ciri endapan danau, pada Kala Pleistosen.
Ciri lain yaitu: terdapat secara setempat laterit (warna merah kecoklatan)
merupakan endapan terarosa, yang umumnya menempati uvala pada morfologi
karst.
Satuan geomorfologi di daerah penelitian yaitu satuan bukit intrusi. Satuan ini
memiliki bentuk bukit membulat dengan elevasi 121-174 m dan beda elevasi 13-
61 m. Dengan merujuk pada klasifikasi oleh van Zuidam (1983), maka satuan ini
memiliki sudut kelerengan antara 300-450 termasuk relief terjal. Satuan bukit
intrusi tersusun oleh mikrodiorit biotit dan mikrodiorit piroksen (Iwan,2000).
Pelapukan yang berlangsung dengan intensif yaitu berupa speroidal
8
weatheringdapat terlihat dari tebal tanah yang mencapai 2 meter. Stratigrafi
daerah penelitian dari tua ke muda berturut-turut tersusun oleh satuan
batulempung,satuan batuan mikrodiori-andesit,endapan lempung-pasiran, dan
endapan pasir-krakal. Kesebandingan stratigrafi daerah penelitian dengan
stratigrafi daerah penelitian termasuk dalam Formasi Nanggulan, Formasi
Andesit Tua, Endapan Kuarter Merapi (Rahardjo,1995).
9
hidrotermal didaerah penelitian sehingga dapat diketahui pengaruh alterasi
hidrotermal tersebut terhadappembentukan asosiasi mineral baru pada tubuh
intrusi. Andesit porfiri Bukit Berjo tersusun olehfenokris berupa plagioklas,
piroksen, muskovit, sedangkan massa dasarnya berupa mineral mafik.Tingginya
kandungan plagioklas pada batuan ini menyebabkan terbentuknya morfologi
berupapelapukan membola. Sebagian besar feldspar telah terubah menjadi
mineral lempung. Berdasarkanpengamatan petrografi ditemukan adanya mineral
berupa epidot, klorit,zoisite, dan serisit yangmengindikasikan produk dari
alterasi hidrotermal.
10
BAB III
DASAR TEORI
11
pencarian reservoar air, eksplorasi geothermal, dan juga untuk geofisika
lingkungan.
12
Gambar 3.2 Polarisasi Membran
Jika ukuran pori kecil (10-16 cm) pori bersifat sebagai kapiler maka ion-
ion positif akan memenuhi diameter kapiler sedangkan ion-ion negatif akan
terkumpul di ujung kapiler sehiingga terjadi polarisasi muatan pada sistem ini.
Jika diberi beda potensial maka ion-ion tersebut akan bergerak sesuai dengan
arah medan listrik. Distribusi ion-ion positip dapat melalui awan ion positip
yang terdapat didekat mineral clay tetapi distribusi ion negatif akan terhambat
dan terkumpul pada awan ion positip. Jadi awan ion positip sebagai membran
pemilih. Polarisasi yang terjadi karena sifat membran ini disebut polarisasi
membran.
13
potensial dibuat tetap. Hal ini merupakan keunggulan konfigurasi Dipole-dipole
dibandingkan dengan konfigurasi wenner atau schlumberger. Karena tanpa
memperpanjang kabel bisa mendeteksi batuan yang lebih dalam.
Konfigurasi Dipole-dipole lebih banyak digunakan dalam eksplorasi
mineral-mineral sulfida dan bahan-bahan tambang dengan kedalaman yang
relatif dangkal. Hasil akhir Dipole-dipole berupa penampang, baik secara
horizontal maupun secara vertikal
14
BAB IV
METODOLOGI
15
3. Accu ,Merupakan alat yang menjadi sumber arus yang diinjeksikan ke
dalam bumi dan juga menjadi sumber energi untuk menyalakan alat Iris
Siscal meter.
4. Kabel , digunakan untuk menghubungkan elektroda arus , porouspot
dengan alat Iris Siscal.
5. Elektroda arus , merupakan elektroda yang digunkan sebagai medium
untuk menyalurkan arus listrik kebawah permukaan.
6. Porouspot adalah alat yang digunkan untuk mendeteksi polaritas dibawah
permukaan.
7. Buku dan alat tulis digunakan untuk mencatat nilai arus dan tegangan
hasil pengukuran.
Adapun urutan pengambilan data dilapangan tertera seperti pada diagram
alir dibawah ini
Mulai
Pembentangan lintasan
Pembacaan
data
Merapikan Alat
Selesai
16
Berikut adalah penjabaran dari diagram alir pengambilan data dilapangan :
1. Menghubungkan kabel penghubung antara alat dengan elektroda
potensial dan elektroda arus.
2. Menghubungkan kabel penghubung alat dengan sumber arus atau accu
sesuai dengan kutubnya.
3. Melakukan penyusunan konfigurasi Dipole-dipole
4. Tekan tombol On/Off sehingga alat menyala.
5. Melihat kondisi baterai apakah masih cukup kuat atau kondisi energi
baterai sudah hampir habis dengan cara menekan tombol “BATT”,
dimana daya baterai sebaiknya berada pada angka lebih dari 12 volt.
6. Melakukan pemilihan mode pengukuran dengan cara klik tombol mode
kemudian pilih mode IP.
7. Melakukan pemilihan jenis konfigurasi yang akan digunakan dengan
cara menekan tombol “EARRAY”.
8. Tekan tombol “SPACING” untuk melakukan pengaturan parameter
lintasan.
9. Untuk memeriksa koneksi kabel dengan alat klik tombol “RS CHECK” .
10. Memulai pengukuran IP dengan cara menekan tombol “STAR”
11. Setelah data terbaca oleh alat catat nilai potensial, arus listrik dan
Chargeability pada tabulasi data.
12. Hasil pengukuran dapat dilihat lagi dengan cara menekan tombol “
RESULT”.
13. Untuk melakukan pengukuran IP selanjutnya terlebih dahulu klik tombol
“STOP FUNCTION”.
14. Setelah pengukuran selesai kemudian kemasi peralatan sesuai sediakala.
17
4.2. Pengolahan Data
Data
lapangan
Data
geologi Ms. Excel
IP2WIN
Model 2 D IP dan
Resistivitas
Model Korelasi IP
dan Resistivitas
interpretasi
Selesai
18
1. Pertama kali data diolah dengan menggunkan software microsoft excel
hingga didapatkan hasil akhir berupa nilai resistivitas dan Chargeability
dari setiap datum point dibawah permukaan
2. Membuat format data sesuai dengan ketentuan software Res2dinv. Format
data terdiri dari nama konfigurasi, spasi terkecil, kode konfigurasi, Jumlah
data, Kode datum point, Kode metode, Jenis data yang didapat, Satuan
nilai data, Waktu integrasi, Datum point, nilai spasi elektroda, nilai n, nilai
resistivitas, cargeability, dan Elevasi topografi.
3. Mengcopy data yang telah diformat ke dalam notepad dan menyimpanya
dalam bentuk txt.
4. Melakukan pemodelan nilai resistivitas dan Chargeability bawah
permukaan secara 2 dimensi dengan software Res2dinv Beserta bentuk
topografinya.
5. Menyimpan salah satu data resistivitas dan Chargeability suatu line
sebagai acuan data untuk pengkorelasian data semua line.
6. Setelah semua data Resistivitas dan Chargeability dimodelkan secara 2 D
kemudian simpan semua gambar model 2 D.
7. Setelah semua gambar penampang resistivitas dan Chargeability disimpan
kemudian dilakukan pemodelan 3 D dengan menggunkan software
Mapinfo terhadap penampang resistivitas dan penampang Chargeability.
8. Melakukan interpretasi Litologi dan keberadaan mineralisasi bawah
permukaan penampang Resistivity dan IP.
9. Membuat kesimpulan.
19
pada penampang resistivitas. Dimana apabila nilai resistivitas rendah dan nilai
Chargeability rendah maka kemungkinan adalah air, apabila nilai resistivitas
rendah dan nilai Chargeability sedang dimungkinkan adanya mineral lempung.
Dan apabila nilai resistivitas rendah dengan nilai Chargeability tinggi dapat
diinterpretasikan sebagai mineral logam
20
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
21
meter dengan jarak spasi antar titik sejauh 15 meter dan n (jumlah perpindahan)
dilakukan sebanyak 6 kali.
Penampang resistivitas berisikan distribusi nilai resistivitas batuan
dibawah permukaan, sehingga dari nilai resistivitas dapat di identifikasi jenis
batuan / jenis material yang ada di bawah permukaan. Pada penampang
resistivitas terdapat 3 zona nilai resistivitas yang digambarkan dengan range
nilai dan kenampakan warna yang berbeda-beda. Zona resistivitas lemah dengan
nilai resistivitas 4 Ohm.meter sampi 24 Ohm.meter ditunjukkan dengan
kenampakan warna biru pada penampang , Zona ini di interpretasikan sebagai
zona litologi lempung. Zona lempung terdapat pada bagian atas penampang dan
memanjang searah azimuth lintasan dari pojok ke pojok penampang. Zona
lempung memiliki nilai resistivitas rendah dikarenakan terletak di permukaan
dan merupakan lokasi persawahan warga yang basah dan banyak mengandung
air, selain itu litologi lempung di zona penelitian merupakan lempung hasil
aktivitas mineralisasi (Adnan dkk., 2016) Sehingga ketika dialiri arus
listrik ,arus akan sangat mudah menjalar yang mengakibatkan kecilnya nilai
resistensi dan nilai resistivitas. Kemudian zona resistivitas tinggi dengan nilai
resistivitas mulai dari 800 Ohm.meter sampai 2004 Ohm.meter di interpretasikan
sebagai litologi intrusi Andesit. Intrusi Andesit memiliki nilai resistivitas sangat
tinggi dikarenakan intrusi/litologi Andesit merupakan jenis batuan beku asam
yang terdiri dari fenokris dari batuan ini terdiri dari plagioklas, piroksen,
muskovit, sedangkan massa dasarnya berupa mineral mafik sehingga Andesit
miskin akan kandungan mineral falsic /ferromagnesian (Adnan hendrawan
dkk .,2016) selain itu karena litologi Andesit memiliki sifat keras dan belum
mengalami proses pelapukan karena letaknya yang cukup dalam sehingga Intrusi
Andesite memiliki hubungan antar mineral yang masih saling menggigit, Derajat
porositas rendah serta tidak dapat menampung dan mengalirkan air . sehingga
ketika litologi Andesit dialiri arus listrik akan cenderung bersifat
resistive/menahan arus yang berakibat besarnya nilai resistivitas yang terbaca.
Dan zona resistivitas sedang dengan nilai 99 Ohm.meter sampai 143 Ohm.meter
yang ditandai dengan kenampakan warna hijau pada penampang di
interpretasikan adalah tubuh batuan beku Andesit yang sudah mengalami
22
pelapukan ,Sehingga air dapat masuk yang mengakibatkan menurunkan nilai
resistivitas.
Penampang Chargeability merupakan penampang yang menunjukkan
distribusi nilai Chargeability dibawah permukaan lintasan pengukuran. Dimana
nilai Chargeability bernilai searah dengan besarnya nilai keberadaan mineral
logam dan mineral lempung. Pada penampang Chargeability keberadaan mineral
lempung terletak pada offset 20 meter sampai 60 meter dengan nilai
Chargeability 100 msec dan ditandai dengan kenampakan warna biru muda
hingga hijau pada penampang Chargeability , pendugaan keberadaan zona
mineral lempung juga dilakukan dengan pengkorelasian dengan zona-zona pada
penampang resistivitas, dimana pada penampang resistivitas zona mineral
lempung juga terletak diantara offset 0 meter - 60 meter yang memliki nilai
resistivitas rendah yaitu kurang dari 24 Ohm.meter. Zona mineral lempung pada
penampang Chargeability memiliki bentuk geometri melampar secara lateral.
Kemudian zona intrusi Andesite pada penampang Chargeability ditunjukkan
dengan kenampakan warna biru tua dengan nilai Chargeability kurang dari 15
msec ,intrusi Andesite berada pada kedalaman 140 meter – 110 meter dan pada
offset 60 meter sampai 90 meter. Intrusi Andesite memiliki nilai Chargeability
kecil di interpretasikan pada Andesit tidak mengalami proses mineralisasi
melainkan hanya mengalami alterasi tipe propilitik yang menghasilkan mineral
klorit dan epidot (Adnan dkk,. 2016) sehingga tidak ada keterdapatan mineral
logam.
23
5.2. Korelasi Penampang Resistivitas dan Chargeability Lintasan 1, 2, 3 , 4
Gambar 5.2. dan Gambar 5.3. adalah gamabar hasil korelasi dari keempat
penampang Resistivitas dan penampang Chargeability lintasan pengukuran.
Lintasan pertama terletak pada koordinat 421033, 9141535 dengan arah azimuth
o
lintasan sebesar N 34 E. Lintasan 2 terletak pada koordinat 421136 dan
o
9141473 dengan arah azimuth lintasan sebesar N 354 E . Lintasan 3 terletak
pada pada koordinat 421156 dan 9141477 dengan arah azimuth sebesar N 19 o E
24
. Dan linntasan 4 terletak pada koordinat 421076 dan 9141662 dengan arah
azimuth lintasan sebesar N 34 o E.
Gambar 5.2. adalah korelasi ke 4 lintasan penampang resistivitas. Pada
korelasi penampang resistivitas zona intrusi andesit ditandai dengn nilai
resistivitas tinggi mulai dari 800 Ohm.meter sampai 2000 Ohm.meter yang
ditandai dengan kenampakan warna merah pada penampang. Pada lintasan 1
intrusi andesit terekspos ke permukaan dikarenakan pengukuran lintasan
pertama dilakukan pada bukit berjo. Kemudian pada lintasan 2 intrusi andesit
cenderung terletak dibagian dalam ,hal ini dikarenakan lintasan 2,3 dan 4 diukur
pada morfologi datar (sawah dan lapangan sepakbola) yang mana pada
morfologi datar litologi memiliki nilai resistensi(ketahanan terhadap pelapukan)
rendah sehingga terjadi proses pelapukan dengan tingkat massif sehingga
pelapukan terjadi sampai pada kedalaman yang cukup dalam. Kemudian hasil
lapukan dari intrusi diorite pada pada penampang 2,3,dan 4 digambarkan dengan
nilai resistivitas rendah dengan nilai dibawah 24 Ohm.meter yang digambarkan
dengan kenampakan warna biru pada penampang. Hasil lapukan intrusi diorite
memiliki nilai resistivitas rendah dikarenakan letaknya pada permukaan dan
dekat permukaan serta sifat dari lapukan sendiri yang memiliki tingkat porositas
besar dan permeable sehingga sangat mudah menampung dan menyalurkan air.
Gambar 5.3. adalah korelasi ke 4 lintasan penampang Chargeability.
Pada korelasi penampang Chargeability keberadaan mineral lempung ditandai
dengan kenampakan nilai Chargeability sedang dengan nilai sekitar 100 msec
yang ditandai dengan kenampakan warna biru muda sampai hijau . Mineral
lempung merupakan hasil lapukan dari intrusi andesit yang telah teralterasi jenis
propilitik (Adnan dkk.,2016). Pada penampang lintasan 2 mineral lempung
terdapat pada offset 20 meter sampai 60 meter dan berada di dekat permukaan.
25
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Dari kegiatan yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan sebagai
berikut :
1. Pengukuran geolistrik metode IP dilakukan dengan menggunakan
konfigurasi Dipole-dipole.
2. Pada penampang resistivitas terdapat 3 zona nilai resistivitas. Zona
resistivitas lemah dengan nilai resistivitas 4 Ohm.meter sampi 24
Ohm.meter ditunjukkan dengan kenampakan warna biru pada
penampang yang di interpretasikan sebagai zona litologi lempung. zona
resistivitas tinggi dengan nilai resistivitas mulai dari 800 Ohm.meter
sampai 2004 Ohm.meter di interpretasikan sebagai litologi intrusi
Andesit. zona resistivitas sedang dengan nilai 99 Ohm.meter sampai 143
Ohm.meter di interpretasikan tubuh batuan beku Andesit yang sudah
mengalami pelapukan.
3. Pada penampang Chargeability mineral lempung terletak pada offset 20
meter sampai 60 meter dengan nilai Chargeability 100 msec dan
ditandai dengan kenampakan warna biru muda hingga hijau pada
penampang Chargeability.
4. Pada korelasi penampang Chargeability dan reisitivitas zona lempung
ditunjukkan dengan nilai Chargeability sedang dan nilai resistivitas kecil.
6.2. Saran
Pada kegiatan akuisis data diharuskan dilakukan control data. Kemudian
dalam penkorelasian nilai contour Chargeability dan Resistivitas dipilih data
acuan dengan kualitas yang paling bagus.
26