PENDAHULUAN
3. Formasi Semilir
Formasi ini berlokasi tipe di Gunung Semilir, sebelah selatan Klaten. Dengan
ketebalan lebih dari 460 meter.Litologi penyusunnya terdiri dari tuf, tuf lapili, lapili
batuapung, breksi batuapung dan serpih. Komposisi tuf dan batuapung tersebut
bervariasi dari andesit hingga dasit. Di bagian bawah satuan batuan ini, yaitu di S.
Opak, Dusun Watuadeg, Desa Jogotirto, Kec. Berbah, Kab. Sleman, terdapat
andesit basal sebagai aliran lava bantal (Bronto & Hartono, 2007).
4. Formasi Nglanggran
Formasi ini terdiri dari batuan breksi gunungapi, aglomerat, tuf dan aliran lava
andesit-basal dan lava andesit. Breksi gunungapi dan aglomerat yang mendominasi
formasi ini umumnya tidak berlapis. Kepingannya terdiri dari andesit dan sedikit
basal, berukuran 2 – 50 cm. Di bagian tengah formasi ini, yaitu pada breksi
gunungapi, ditemukan batugamping terumbu yang membentuk lensa atau berupa
kepingan. Secara setempat, formasi ini disisipi oleh batupasir.
5. Formasi Sambipitu
Lokasi tipe formasi ini terletak di Desa Sambipitu pada jalan raya Yogyakarta-
Patuk-Wonosari dengan ketebalan mencapai 230 meter. Batuan penyusun formasi
ini di bagian bawah terdiri dari batupasir kasar, kemudian ke atas berangsur 5
menjadi batupasir halus yang berselang-seling dengan serpih, batulanau dan
batulempung. Pada bagian bawah kelompok batuan ini tidak mengandung bahan
karbonat. Namun di bagian atasnya, terutama batupasir, mengandung bahan
karbonat.
6. Formasi Oyo
Lokasi tipe formasi ini berada di Sungai Oyo. Batuan penyusunnya pada bagian
bawah terdiri dari tuf dan napal tufan. Sedangkan ke atas secara berangsur dikuasai
oleh batugamping berlapis dengan sisipan batulempung karbonatan. Batugamping
berlapis tersebut umumnya kalkarenit, namun kadang-kadang dijumpai kalsirudit
yang mengandung fragmen andesit membulat. Formasi Oyo tersebar luas di
sepanjang K. Oyo. Ketebalan formasi ini lebih dari 140 meter.
7. Formasi Wonosari
Formasi ini tersingkap baik di daerah Wonosari dan sekitarnya, dengan ketebalan
lebih dari 800 meter. Formasi ini didominasi oleh batuan karbonat yang terdiri dari
batugamping berlapis dan batugamping terumbu. Sedangkan sebagai sisipan adalah
napal. Sisipan tuf hanya terdapat di bagian timur.
8. Formasi Kepek
Lokasi tipe dari formasi ini terletak di Desa Kepek, tersebar di hulu. Rambatan
sebelah barat Wonosari yang membentuk sinklin. Batuan penyusunnya adalah
napal dan batugamping berlapis. Tebal satuan ini lebih kurang 200 meter.
9. Endapan Aluvial
Endapan permukaan pada daerah Sungai Opak merupakan rombakan batuan yang
lebih tua yang terbentuk pada Kala Plistosen hingga masa kini. Terdiri dari bahan
lepas sampai pad lemah, berbutir lempung hingga kerakal. Sumber bahan rombakan
berasal dari batuan Pra-Tersier Perbukitan Jiwo, batuan Tersier Pegunungan
Selatan dan batuan G. Merapi.
2.2 Geologi Lokal
Dilansir dari jurnal karya Gunawan dan Khadiyanto (2012), daerah Prambanan
memiliki luas wilayah 413,50 km2 dengan kepadatan penduduk mencapai 121,61
jiwa/km2 atau 16 kali lipat lebih rendah dari kepadatan penduduk Kabupaten
Sleman secara keseluruhan. Daerah Prambanan memiliki morfologi berupa
perbukitan dengan litologi berupa tuf, lapili, batulempung, batulanau, dan batupasir
tufan dengan tingkat pelapukan bervariasi. Hal ini menyebabkan daerah Prambanan
memiliki potensi bencana alam seperti tanah longsor. Berdasarkan sifat fisik batuan
dan tanah, daerah penelitian terdapat 2 formasi batuan yaitu Formasi Kebobutak
dan Formasi Semilir serta Satuan Endapan Aluvial. Formasi ini memiliki satuan
batuan yang berbeda-beda yaitu Formasi Kebobutak dengan ciri satuan batuan
batupasir, Formasi Semilir dengan ciri satuan lapili dan tuf. Pembagian satuan
batuan pada daerah penelitian, dilakukan berdasarkan dominasi penyebaran suatu
litologi serta kesamaan sifat fisik batuan dan tanah yaitu warna, tekstur, mineralogi,
derajat pelapukan, dan ukuran butir oleh karena itu maka daerah penelitian dapat
dibagi menjadi 6 satuan batuan (muda ke tua) sebagai berikut.
1. Satuan Pasir Sedang
2. Satuan Lanau
3. Satuan Pasir Halus
4. Satuan Tuf
5. Satuan Lapili
6. Satuan Batupasir
BAB II
DASAR TEORI
2.1.2 Benchmark
Benchmark adalah titik ikat atau titik dengan koordinat tetap yang
sudah ditetapkan dalam hal ini sebagai titik acuan atau titik yang akan
digunakan dalam survey topografi. Menurut Basuki (2011) yang dikutip
oleh Wahyu Tamtomo Adi & Adya Aghyasta dalam papernya (2017),
pemilihan lokasi Benchmark haruslah representatif, mudah dicari, aman
dari gangguan, mempunyai kapabilitas tinggi untuk pengukuran detail, pada
kondisi tanah yang stabil, dan juga mudah dijangkau.
2.3 Poligon
Poligon berasal kata dari kata poly yang berarti banyak dan gone yang
berarti titik. Jika digabungkan maka poligon berarti titik - titik yang digunakan
sebagai acuan dalam pemetaan topografi. Metode poligon adalah cara
penentuan titik – titik kerangka yang digunakan sebagai dasar dari kerangka
pemetaan horizontal dengan menggunakan banyak titik yang saling
berhubungan satu sama lain dengan pengukuran sudut dan jarak sehingga
membentuk poligon itu sendiri. Dalam menggunakan metode poligon, toleransi
kesalahan yang dilakukan pada saat pengukuran tidak boleh lebih dari 10”√𝑁,
dengan N sebagai jumlah titik poligon, dan kesalahan penutup koordinat tidak
boleh lebih dari 0,8√𝐷 meter dengan D sebagai jarak sisi poligon.
2.3.1 Poligon Terbuka
Poligon terbuka adalah poligon yang dimana titik awal dan titik akhir tidak
berimpit atau titik awal tidak bertemu dengan titik akhir. Poligon terbuka
ditinjau dari sistem pengukurannya dan cara perhitungan dibedakan menjadi 4
macam yaitu :
1. Poligon Terikat Sempurna
Poligon terikat sempurna adalah poligon yang titik awal dan titik akhir
dari poligon terikat oleh koordinat dan azimuth atau dua koordinat pada
awal dan akhir pengukuran
2. Poligon Terbuka Terikat Koordinat
Poligon terbuka terikat koordinat adalah suatu poligon yang titik awal
dan titik akhirnya terikat oleh suatu koordinat, nilai azimuth awal dan
akhirnya tidak diketahui.
3. Poligon Terbuka Terikat Sepihak
Poligon terbuka terikat sepihak adalah suatu poligon yang hanya
terikat oleh salah satu titiknya saja, bisa terikat pada titik awalnya atau titik
akhirnya saja.
4. Poligon Terbuka Bebas
Poligon terbuka bebas adalah poligon lepas atau poligon bebas yang
tidak terikat kedua ujungnya.
2.3.2 Poligon Tertutup
Poligon tertutup adalah suatu poligon yang titik awal dan titik akhirnya
memiliki titik yang sama, jadi dimulai dari titik awal dan diakhiri dengan titik
yang sama.
∆𝐘.∑∆𝐘
𝐊𝐨𝐫𝐞𝐤𝐬𝐢 ∆𝐘 = | |∑∆𝐘| | (2.12)
apabila :
∑∆𝐗 = 𝐧𝐞𝐠𝐚𝐭𝐢𝐟 𝐦𝐚𝐤𝐚,
∆𝐗 𝐭𝐞𝐫𝐤𝐨𝐫𝐞𝐤𝐬𝐢 = ∆𝐗 + 𝐤𝐨𝐫𝐞𝐤𝐬𝐢 ∆𝐗 (2.13)
∑∆𝐗 = 𝐩𝐨𝐬𝐢𝐭𝐢𝐟 𝐦𝐚𝐤𝐚,
∆𝐗 𝐭𝐞𝐫𝐤𝐨𝐫𝐞𝐤𝐬𝐢 = ∆𝐗 − 𝐤𝐨𝐫𝐞𝐤𝐬𝐢 ∆𝐗 (2.13)
dan untuk :
∑∆𝐘 = 𝐧𝐞𝐠𝐚𝐭𝐢𝐟 𝐦𝐚𝐤𝐚, (2.14)
∆𝐘 𝐭𝐞𝐫𝐤𝐨𝐫𝐞𝐤𝐬𝐢 = ∆𝐘 + 𝐤𝐨𝐫𝐞𝐤𝐬𝐢 ∆𝐘
∑∆𝐘 = 𝐩𝐨𝐬𝐢𝐭𝐢𝐟 𝐦𝐚𝐤𝐚, (2.15)
∆𝐘 𝐭𝐞𝐫𝐤𝐨𝐫𝐞𝐤𝐬𝐢 = ∆𝐘 − 𝐤𝐨𝐫𝐞𝐤𝐬𝐢 ∆𝐘