Anda di halaman 1dari 14

Petrologi Batuan Gunung Api Gunung Ireng, Desa Pengkok,

Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul - DIY

Petrologic Study Of Gunung Ireng Volcanic Rocks, Pengkok Village,


Patuk District, Gunungkidul Regency - DIY

Bintang Anggoro Kusuma


Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik,
Universitas Mulawarman
Jl. Kuaro Kotak Pos 1068, Samarinda 75119, Kalimantan Timur
bintangal09124@gmail.com

ABSTRAK
Gunung Ireng di Desa Pengkok, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul tersusun atas batuan gunung api
yang permukaannya hitam, sehingga disebut “Ireng”. Hal itu diduga dipengaruhi oleh komposisi dan sejarah
pembentukannya, yang berbeda dengan batuan gunung api Formasi Nglanggeran yang tersingkap di Gunung
Nglanggeran. Studi petrologi batuan gunung api akan membuktikannya. Metode penelitian yang digunakan adalah
pengamatan di lapangan, pengamatan sayatan tipis batuannya menggunakan mikroskup polarisasi dengan
perbesaran 20x dan interpolasi dengan data stratigrafi batuan gunung api. hasil analisis petrologi menjumpai
bahwa batuan gunung api ini tidak mungkin dihasilkan oleh Gunung api Purba Nglanggeran, mengingat jaraknya
yang lebih dari 12 km. Batuan-batuan gunung api ini dicirikan oleh terdiri atas lava, intrusi dike, aglomerat dan
breksi yang berkomposisi andesit piroksen. Sementara itu batuan penyusun Gunung api purba Nglanggeran
tersusun atas andesit horenblenda. Secara mikroskopis, batuan vulkanik Gunung Ireng dicirikan oleh struktur
vesikuler, subhedral hingga anhedral, porfiritik dan tersusun atas plagioklas andesin (~50an %), klinopiroksen
aegirin-augit (~20an %) dan mineral opaq yang tertanam dalam massa dasar gelas dan kristal yang tak
teridentifikasi. Hal itu mengindikasikan bahwa, batuan-batuan ini secara mineralogi, membeku dalam waktu yang
tidak terlalu lama sejak dierupsikan, sehingga jarak tempuhnya pun sangat pendek. Jadi, batuan gunung api
Gunung ireng berasal dari lingkupnya sendiri.

Kata kunci: petrologi, batuan, gunung api, Gunung Ireng, dan Formasi Nglanggeran

ABSTRACT
Gunung Ireng in Pengkok Village, Patuk District, Gunungkidul Regency is composed of volcanic rocks featuring
as black, so-called "Ireng". This is thought to be influenced by the composition and history of its formation, which
is different from the Nglanggeran Formation volcanic rocks which were revealed on Mount Nglanggeran.
Petrology studies of volcanic rocks will prove it. The research method used is observation in the field, observation
of thin sections using polarization microscope with 20x magnification and interpolate it with volcano-
stratigraphy. The results of petrological analysis found that these volcanic rocks could not have been produced by
Nglanggeran paleovolcano, given the distance of more than 12 km. These volcanic rocks are characterized by
consisting of lava, dike intrusion, agglomerates and breccia which are composed of andesite bearing pyroxenes.
Meanwhile the constituent rocks of the ancient Nglanggeran volcano are composed of andesite bearing
hornblendes. Microscopically, Gunung Ireng volcanic rocks are characterized by vesicular, subhedral to
anhedral, porphyritic structures and are composed of andesine plagioclase (~ 50%), aegirine-augite
clinopyroxene (~ 20%) and opaque minerals which are embedded in unidentified glass and crystalline masses.
This indicates that, these rocks are mineralogically were crystalized in a not too long time since they were
absorbed, so the distance was very short. So, Gunung Ireng volcanic rocks came from its own scope.

Keywords: petrology, rocks, volcanoes, Gunung Ireng, and Nglanggeran Formation.

1
PENDAHULUAN Surono dkk (1992), menyusun peta
Petrologi merupakan salah satu cabang geologi regional lembar Surakarta dan
ilmu geologi yang mempelajari tentang Giritontro. Di dalamnya menyebutkan bahwa
pemerian atau identifikasi batuan baik secara Gunung Ireng secara litologi termasuk ke
megaskopis, mikroskopis dan kimiawi. dalam anggota Formasi Nglanggeran.
Untuk melakukan pengamatan batuan secara Namun, di lapangan, kedua lokasi tersebut
mikroskopis maka batuan harus terlebih (Gunung Nglanggeran dan Gunung Ireng)
dahulu dilakukan sayatan tipis atau preparasi, memiliki kenampakan yang berbeda. Gunung
hal ini perlu karna tidak semua batuan dapat Nglanggeran tersusun atas aglomerat di
diamati lansung di lapangan secara permukaannya (Gambar 2), namun dengan
megaskopis, dengan dilakukan analisis warna abu-abu kecoklatan, sedangkan
petrografi maka pemerian nama batuan akan Gunung Ireng memiliki kenampakan hitam
lebih spesifik dan lebih detail Kemudian (ireng). Kondisi itu diduga berkaitan dengan
untuk mengetahui mekanisme erupsinya komposisi mineral dan lingkungan
diketahui setelah penulis melakukan analisis pengendapannya yang berbeda.
jenis material serta rekonstruksi tubuh
gunung api purba dengan pendekatan Studi petrologi batuan gunung api
geomorfologi dan stratigrafi batuan gunung dilakukan untuk membuktikan perbedaan
api yang nantinya akan memberikan kedua batuan gunung api tersebut. daerah
informasi pada saat fase destruktif atau fase penelitian terletak di Gunung ireng, Desa
penghancuran tubuh gunung api tersebut saat Pengkok, Kecamatan Patuk, Kab.
gunung api itu meletus atau erupsi. Gunungkidul (Gambar 1)

Gambar 1. Peta situasi daerah penelitian di Gunung Ireng, Desa Pengkok, Kecamatan Patuk, Kab. Gunungkidul

2
Gambar 2. Sebagian Peta Geologi Lembar Yogyakarta (A) dan Stratigrafi umum Pegunungan Selatan Yogyakarta
(B) (Rahardjo, dkk, 1995). Formasi Nglanggeran ditunjukkan dengan warna coklat kemerahan, sedangkan warna
coklat muda (krem) adalah Formasi Semilir yang tersusun atas breksi pumis dan tuf yang dihasilkan oleh erupsi
tipe eksplosif yang mampu meruntuhkan sebagian besar tubuhnya.

TEORI usul dari suatu batuan. Batuan gunung api


Petrografi merupakan salah satu cabang (vulkanik) dihasilkan dari aktivitas
dari ilmu kebumian yang mmempelajari vulkanisme. Aktivitas vulkanisme tersebut
batuan berdasarkan kenampakan mikroskopis, berupa keluarnya magma ke permukaan
termasuk didalamnya untuk dipergunakan bumi, baik secara efusif (ekstrusi) maupun
sebagai langkah pemerian, pendeskripsian eksplosif (letusan). Batuan gunung api yang
dan klasifikasi batuan. Pemerian secara keluar dengan jalan efusif mengahasilkan
petrografi pada batuan yang melibatkan aliran lava, sedangkan yang keluar dengan
identifikasi mineral dan penentuan komposisi jalan eksplosif menghasilkan batuan
dan hubungan tekstural antar butir batuan, fragmental (rempah gunung api). Batuan
Petrografi sendiri merupakan kepentingan piroklastika adalah suatu batuan yang berasal
yang tak terbatas namun bila dari letusan gunungapi, sehingga merupakan
mempertimbangkan sebagian dari petrologi hasil pembatuan daripada bahan hamburan
kepentingan akan menjadi luas, dimana atau pecahan magma yang dilontarkan dari
petrografi memberikan data umum yang dalam bumi ke permukaan. Itulah sebabnya
petrologi perjuangkan untuk dinamakan sebagai piroklastika
menginterpretasikan dan menerangkan asal-

3
Gambar 3. Skema asal pembentukan batuan beku gunung api (Anonim, modifikasi Maret, 2019).

Struktur batuan yang berhubungan dengan terisi oleh mineral lain seperti kuarsa atau
magma dikenal dengan struktur batuan kalsit, dijumpai pada batuan vulkanik trakitik
vulkanik, struktur batuan plutonik, dan Contoh: trakiandesit dan andesit.
struktur dari hasil inklusi. Struktur batuan Dalam pendeskripsian batuan beku,
beku gunung api yang pada umunya tekstur merupakan salah satu hal yang penting
merupakan kenampakan skala besar sehingga dalam penentuan jenis batuan beku di
dapat dikenali dilapangan seperti: masif samping komposisi batuan beku itu sendiri.
(padat dan ketat) yaitu tidak menunjukkan Tekstur pada batuan beku sendiri merupakan
adanya lubang-lubang keluarnya gas dijumpai aspek yang dapat merepresentasikan genesa
pada batuan intrusi dalam, inti intrusi dangkal dari suatu batuan beku. Oleh karena itu,
dan inti lava, contoh: granit, diorit, gabro dan berikut akan dijelaskan tekstur khusus pada
andesit. Skoria yaitu dijumpai lubang-lubang batuan beku beserta petrogenesa dari tekstur
keluarnya gas dengan susunan yang tidak khusus tersebut.
teratur biasanya dijumpai pada bagian luar Tekstur porfiritik terbentuk akibat adanya
batuan ekstrusi dan intrusi dangkal, terutama perbedaan ukuran mineral penyusunnya;
batuan vulkanik andesitik-basaltik, contoh: tersusun atas fenokris (mineral dengan ukuran
andesit dan basalt. Vesikuler yaitu dijumpai lebih besar) dan masa dasar (ukuran lebih
lubang-lubang keluarnya gas dengan susunan kecil). Tekstur ini terbentuk akibat kristalisasi
teratur dijumpai pada batuan ekstrusi riolitik magma yang terjadi pada dua kondisi
atau batuan beku berafinitas intermediet berbeda; fenokrisnya terbentuk terlebih
hingga asam. Amigdaloidal yaitu dijumpai dahulu ketika magma masih mengalami
lubang-lubang keluarnya gas, tetapi telah pendinginan relatif lambat, saat magma

4
bergerak naik, suhu sekitar membuat magma Tekstur pilotaksitik, mirip dengan trakhitik
mendingin lebih cepat sehingga terbentuk namun cenderung sub-paralel. Tekstur
kristal yang lebih halus. Kristal halus poikilitik, yaitu tekstur ini menunjukkan
mengelilingi fenokrisnya. Jika mineral- adanya inklusi mineral-mineral secara acak
mineral fenokris tersebut hanya dapat diamati dan tidak teratur pada suatu tubuh mineral
dengan mikroskup maka disebut yang besar. Tekstur ini terbentuk akibat
mikroporfiritik (> 0,05 mm), jika dapat mineral-mineral yang menginklusi terbentuk
diamati pada pengamatan megaskopis disebut terbentuk terlebih dahulu. Selanjutnya terjadi
faneroporfiritik (> 0,05 mm), masa dasar pembentukan mineral yang diinklusi melalui
berukuran halus (<0,05 mm). pendinginan magma secara lambat akibat
Tekstur kumulat, biasanya dijumpai pada perubahan kondisi sekitar sehingga mineral
batuan intrusi pluton. Tekstur ini dicirikan yang terbentuk ini memiliki waktu lebih
oleh adanya agregat mineral berdensitas untuk tumbuh dengan nukleasi yang lambat.
tinggi pada bagian dasar intrusi, terbentuk Keadaan ini menyebabkan mineral yang besar
oleh mineral berdensitas besar di awal tampak diinklusi oleh mineral-mineral yang
pendinginan magma sehingga terjadi gravity lebih kecil. Tekstur intergranular, yaitu
settling. Tekstur intersertal dibentuk oleh adanya kumpulan mineral mafik (biasanya
akumulasi gelas vulkanik yang mengisi piroksen) dengan ukuran relatif lebih kecil di
ruang-ruang di antara plagioklas, biasanya antara mineral plagioklas yang tersusun
pada andesit/basalt. Mekanisme pembentukan secara acak dan tidak teratur. Tekstur ini
tekstur ini mirip dengan porfiritik; mineral terbentuk akibat jenis magma sumber yang
plagioklas telah terbentuk dahulu di bawah menyebabkan dominasi mineral yang
permukaan, saat magma muncul di terbentuk berupa mineral mafik dan mineral
permukaan, terjadi pendinginan yang sangat Ca plagioklas. Proses pendinginan
cepat sehingga gelas vulkanik seolah-olah berlangsung secara bertahap dari mineral Ca
mengelilingi plagioklas. plagioklas selanjutnya mineral piroksen yang
Tekstur Ofitik dan Subofitik, jika terbentuk pada proses pendinginan lebih
plagioklas dikelilingi oleh piroksen disebut cepat. Karena mineral piroksen terbentuk
ofitik, dan jika piroksen yang seolah-olah setelah plagioklas, mineral ini cenderung
dikelilingi oleh plagioklas disebut subofitik. mengisi ruang-ruang antara plagioklas.
Tekstur ofitik sendiri terbentuk melalui Tekstur tumbuh bersama; ditunjukkan
pendinginan magma basaltik yang oleh pertumbuhan bersama antara 2 jenis
berlangsung relatif lambat. Ketika mineral yang berbeda jenisnya. Secara umum
pendinginan terjadi intergrowth antara tekstur ini dapat dijelaskan menggunakan
mineral plagioklas dan piroksen, namun diagram fase dengan melihat suhu kristalisasi
plagioklas telah terbentuk terlebih dahulu suatu mineral hingga mencapai titik euthetic.
sehingga plagioklas cenderung memiliki Tekstur ini terbagi menjadi 3 jenis, yaitu
bentuk euhedral hingga subhedral. graphic jika mineral kuarsa tertanam secara
Selanjutnya dilanjutkan kristalisasi mineral acak dalam mineral K-feldspar; granophiric,
piroksen yang mengisi ruang antar jika kuarsa berbentuk anhedral dengan letak
plagioklas.Tekstur subofitik terbentuk oleh tidak teratur, disebabkan mineral kuarsa yang
pendinginan magma basaltik dengan mengkristal bersama mineral feldspar
pembentukan mineral piroksen terlebih terbentuk pada daerah batas kristal lain; dan
dahulu selanjutnya dilanjutkan intergrowth myrmekitic, jika terjadi tumbuh bersama
dengan mineral plagioklas. antara kuarsa dan plagioklas: kuarsa seperti
Tekstur trakhitik, dicirikan oleh cacing-cacing di antara plagioklas, terbentuk
kehadiran mikrolit (kriptokristalin) plagioklas ketika kristalisasi plagioklas belum sempurna
yang dijumpai berjajar dengan mineral lain, di saat itulah kuarsa masuk mengisi rongga
sebagai indikasi dari tekstur aliran lava. yang belum terkristalisasi sempurna.
5
Tekstur pertit dan antipertit, yaitu tekstur pembahasan mengenai judul seminar, adapun
tumbuh bersama antara ortoklas dan data data geologi yang didapatkan penulis
plagioklas; jika posisi ortoklas sejajar dilapangan secara langsung adalah berupa
terhadap plagioklas disebut pertit, jika tegak data stratigrafi batuan gunung api, data
lurus disebut antipertit. geomorfologi atau bentukan lahan dan data
sampel litologi secara megaskopis yang
METODA PENELITIAN dimana nantinya sampel litologi secara
Petrologi adalah ilmu memerikan dan megaskopis ini akan dilakukan analisis
mengelompokkan batuan. Pengamatan sayatan petrografi untuk menentukan jenis
seksama pada sayatan tipis batuan dilakukan materialnya secara mikroskopik.
di bawah mikroskop disebut petrografi. Adapun untuk mendapatkan data data
Analisis megaskopis batuan, petrografi, kimia primer tersebut penulis terjun secara langsung
batuan dan isotop merupakan studi petrologi. dilapangan untuk melakukan pengamatan dan
Penelitian ini dilakukan pada batuan gunung observasi secara lansung dilapangan dengan
api, yang umumnya bertekstur halus, luas lokasi pengamatan sekitar 320 x 320 m
sehingga sangat diperlukan pengamatan area persegi yaitu sekitar kawasan tubuh
petrografis, jadi dalam penelitian ini dibatasi gunung api purba Gunung Ireng (Gambar 4).
pada pengamatan megaskopis di lapangan Dengan lama waktu penelitian dilapangan
dan petrografi. sekitar 3 minggu yang kemudian dilanjutkan
Penulis melakukan pengamatan langsung dengan tahap analisis sampel litologi untuk
dilapangan dan melakukan pengumpulan data analisis petrografi di laboratorium.
data geologi yang diperlukan untuk

Gambar 4. Peta lokasi dan lintasan pengamatan studi petrologi batuan gunung api di daerah Gunung Ireng dan
sekitarnya

6
HASIL DAN PEMBAHASAN (menggergaji) andesit porfiri. Fragmen
Dari data lapangan yang telah diamati andesit dicirikan oleh vesikuler, subhedral-
dijumpai 4 jenis litologi dalam 31 lokasi anhedral, hipokristalin, porfiritik,
pengamatan yang telah dilakukan di daerah inequigranular, komposisi mineral
penelitian, yaitu lava andesit, breksi andesit, plagioklas andesin (55%), klinopiroksen
intrusi andesit dan aglomerat. Semua litologi augit (10%), dan mineral opak (4%), yang
memiliki kemiripan komposisi mineral. tertanam dalam massa dasar gelas (29%)
1. Breksi andesit tersingkap pada LP 3, (Gambar 45.c-d). Komposisi lapilli dan
dengan ketebalan singkapan ~3-4m dan bom dalam breksi andesit mengindikasikan
sebarannya lebih dari 30 m (Gambar 5.a- bahwa batuan ini adalah batuan
b). Breksi andesit dicirikan oleh warna abu vulkaniklastika yang diendapkan secara
abu agak kemerahan, massif, sortasi jelek, langsung pada saat erupsi gunung api
kemas terbuka, tersusun atas fragmen berlangsung.
lapilli hingga blok (menyudut) dan bom

Gambar 5. Foto singkapan breksi andesit pada LP 3 (a dan b) dan foto sayatan tipis fragmen batuannya (bawah)

2. Intrusi andesit tersingkap di LP 16 dan pada LP 30 dijumpai selebar 3,8 m


30. Pada LP 16, intrusi andesit berupa dengan pelamparan sepanjang 200 m ke
dike selebar 2 m melampar berarah barat- arah barat-timur (Gambar 6a-b); dike
timur dengan kedudukan N 87o E/12o, yang berbeda dengan LP 16. Batuan

7
intrusi andesit di LP 30 dan 16 hampir mikroskopis, batuan ini dicirikan oleh
mirip secara fisik: struktur kekar kolom vesikuler, subhedral, hipokristalin,
planar dengan bearing 12-15o, dijumpai porfiritik dan tersusun atas plagioklas
efek panggang dengan mineral sulfida andesin (51%), klinopiroksen (augit
yang mengikutinya di sepanjang dinding 12%), massa dasar gelas (29%) dan
batuan yang diintrusi. Secara sisanya rongga (Gambar 6c-d).

Gambar 6. Foto singkapan batuan intrusi andesit di lapangan (a, b) dan foto sayatan tipisnya (b, c)

3. Aglomerat, tersingkap di LP18 yang blok namun masih menyatu, sortasi


berasosiasi dengan lava, breksi andesit sedang-baik, kemas sangat tertutup,
hidroklastika dan breksi autoklastika. diameter butir bom 10-30 cm,
Aglomerat tersingkap di hampir seluruh berkomposisi bom andesit (Gambar 7.a-
permukaan Gunung Ireng, dengan b). Fragmen bom secara mikroskopis
ketebalan berkisar ~20-30m. Secara dicirikan oleh vesikuler, subhedral,
deskriptif di lapangan, aglomerat hipokristalin, inequigranular dengan
dicirikan oleh warna abu abu gelap, komposisi mineral plagioklas andesin
massif, mayoritas fragmen memiliki 55%, klinopiroksen augit (12%), dan
pecahan menggergaji dan kerak roti, massa dasar gelas (23%), sisanya rongga
sebagian telah pecah membentuk blok- (Gambar 7.c-d).

8
Gambar 7. Singkapan aglomerat di lapangan (a-b) dan kenampakan mikroskopis aglomerat pada niol sejajar (c)
dan nikol silang (d)

4. Lava andesit porfiri tersingkap secara luas plagioklas (andesin) ~35% dan
di berbagai sisi (selatan, barat, utara dan klinopiroksen (aegirin-augit) ~20%,
timur (Gambar 8). Lava andesit di sisi mineral opaque ~5% yang tertanam dalam
selatan-barat dicirikan oleh warna abu-abu massa dasar gelas dan kristal tak-
terang agak kecoklatan-kehitaman, teridentifikasi. Beberapa bagian dari lava
berstruktur blocky, hipokristalin, ini permukaannya juga membentuk blocky
subhedral-anhedral, porfiritik, lava setebal 3-5m hingga selanjutnya
inequigranular, tersusun atas plagioklas secara gradual ditumpangi oleh aglomerat.
(andesine) ~30% dan klinopiroksen Ke arah barat, kurang lebih 200 m dari
(aegirin) ~20% yang tertanam dalam masa lava dengan struktur meniang, tersingkap
dasar gelas dan kristal yang tak lava masif (structureless) setebal lebih dari
teridentifikasi, tebal blocky lava ~10 m. Di 5m yang di dalamnya banyak dijumpai
atas blocky lava adalah lava andesit dengan mineral-mineral sulfida, yaitu pirit. Lava
struktur meniang, abu-abu terang, ini dicirikan oleh warna abu-abu gelap
ketebalan tidak diketahui dengan pasti hingga kehitaman agak kehijauan, masif,
namun pastinya lebih dari 10m. Lava ini porfiritik, tersusun atas mineral plagioklas
secara mikroskopis dicirikan oleh struktur (labradorit-andesin) ~40%, klinopiroksen
vesikuler, porfiritik-poikilitik, (augit) ~20% dan mineral sulfida
inequigranular dengan bentuk kristal berbentuk isometris ~5% dengan diameter
dominasi subhedral, tersusun atas mineral hingga 0,2mm (diduga pirit) yang tertanam

9
dalam massa dasar kristal dan gelas. Lava bahwa aglomerat ini dulu diendapkan
ini ditumpangi oleh breksi andesit abu-abu dalam lingkungan laut, sehingga terdapat
berfragmen andesit-basaltis, masif sortasi kenampakan bercak-bercak memanjang
jelek, kemas terbuka, bentuk butir sangat warna putih sebagai indikasi fluida
menyudut, di dalamnya dijumpai banyak hidrotermal yang pernah ada sebelumnya.
mineral sulfida berupa pirit. Tebal breksi Ciri fisik aglomerat adalah struktur masif,
minimal 5 m, beberapa bagian namun secara umum juga dijumpai
menunjukkan warna kemerahan, imblikasi fragmen oleh adalah pengaruh
mengindikasikan pernah berada di bawah air yang membreksiasinya, tersusun atas
airlaut. Breksi dan lava andesit basaltis bom gunung api dengan diameter 10-50
masif ini juga ditumpangi oleh aglomerat. cm, sortasi sedang-baik, kemas tertutup,
Sedangkan lava berstruktur meniang yang tebal aglomerat ~15m. Pada sisi selatan
berada di sebelahnya lebih cenderung singkapan aglomerat di permukaan
menggerus lava dan breksi andesit basaltis mengalami deformasi membentuk bidang-
massif. Aglomerat dicirikan oleh warna bidang striasi sesar dan kekar yang
abu-abu terang ahak kecoklatan- membuka. Tabel 1 menjelaskan komposisi
kemerahan-kehitaman. Warna kemerahan mineral dalam tubuh beberapa lava andesit
agak kehitaman dibentuk oleh proses piroksen di daerah penelitian.
oksidasi yang berlangsung di bawah
permukaan air. Jadi dapat diinterpretasi

Gambar 8. Singkapan lava di daerah Gunung Ireng, searah jarum jam tersingkap di LP 2, 3, 17 dan 21

10
Tabel 1 Persentase kandungan mineral secara petrografi pada beberapa lava

STA/LP Plagioklas Piroksen Mineral Opak Gelas vulkanik Nama Batuan


1 ( 3) 55% (Andesin An42) 10% 4% 29% Porfiri Andesit
4 (16) 51% (Albit An9) 12% 8% 29% Porfiri Andesit
4 (18) 55% (Andesin An40) 12% 10% 23% Porfiri Andesit
3 (12) 45% (Andesin An40) 15% 8% 32% Porfiri Andesit
2 (8) 50% (Andesin An48) 8% 5% 37% Porfiri Andesit

Dari data analisis petrologi baik dan inequigranular tetapi pada analisis
megaskopis maupun mikroskopis, dijumpai sayatan tipis memperlihatkan adanya tekstur
bahwa berdasarkan analisis struktur batuan genangan atau porfiritik yaitu menunjukkan
yang dilakukan baik secara sampel tangan adanya fenokris sebagai kristal sulung
ataupun sayatan tipis petrografi pada daerah diantara massa dasar dan didominasi oleh
Gunung Ireng, Desa Pengkok, Kecamatan fenokris itu sendiri dan pada sayatan tipis
Patuk, Kabupaten Gunungkidul, Provinsi DIY juga lava andesit ini tidak dijumpai adanya
ditemui struktur yang hampir sama yaitu pada struktur aliran hal ini mengindikasikan bahwa
breksi andesit dijumpai struktur adanya lava andesit ini merupakan lava fontain yaitu
rongga rongga atau pelepasan lubang gas lava yang mengumpul pada area kawah
yang tidak teratur secara sampel tangan puncak pada suatu gunung api hal ini
ataupun sayatan tipis begitu juga dengan diperoleh dari kompisisi kekentalan lava itu
intrusi andesit hanya saja di intrusi andesit ini sendiri.
lubang lubang gas relative kecil dan teratur Begitu juga dengan aglomerat dan breksi
hal ini disebabkan karna berhubungan dengan andesit dari sayatan tipis memperlihatkan
air bawah tanah atau udara bawah tanah. tekstur yang menggenang atau porfiritik
Untuk lava andesit sendiri juga dengan bentuk kristal yang subhedral
memperlihatkan struktur massiv secara mengindikasikan bahwa pembekuannya
sampel tangan tapi secara petrografi terjadi dalam waktu yang tidak terlalu cepat,
memperlihatan adanya lubang lubang gas dari tekstur yang memiliki kesamaan antara
yang sedikit tapi tidak beraturan hal ini litologi itu penulis menarik kesimpulan
mengindikasikan bahwa prosesnya berada di bahwa si aglomerat bukan merupakan hasil
permukaan atau bersentuhan dengan udara lontaran namun hasil dari lava fontain yang
bebas atau air permukaan hal ini didukung mengalami aglomeratisasi pada bagian
oleh dengan adanya breksi yang berstruktur atasnya hal ini ditambah dengan data
autoklastik atau hasil dari lava yang stratigrafi yang memperlihatkan bahwa pada
membeku kontak dengan air permukaan yang litologi paling bawah adalah lava ataupun
bersuhu dibawahnya, untuk struktur aglomeratnya berasosiasi dengan lava hal ini
aglomerat sendiri juga hampir sama dengan si mengindikasikan bahwa erupsinya
lava yaitu menunjukkan adanya lubang merupakan bentuk erupsi effusive atau aliran
lubang gas yang sedikit dan tidak beraturan. lava hanya saja disini lavanya menggenang
Berdasarkan analisis tekstur batuan yang pada puncak kawah gunung api purba gunung
dilakukan baik secara sampel tangan ataupun ireng dahulu kala, untuk intrusi juga sama
sayatan tipis petrografi pada daerah Gunung yaitu porfiritik dan bentuk kristalnya
Ireng, Desa Pengkok, Kecamatan Patuk, subhedral hal ini menunjukkan adanya
Kabupaten Gunungkidul, Provinsi DIY kesamaan antara lava andesit dan intrusi
ditemui kenampakan tekstur yang hampir andesit itu sendiri.
sama juga, yaitu pada lava andesit secara Berdasarkan analisis komposisi penyusun
sampel tangan menunjukkan bentuk batuan yang dilakukan baik secara sampel
kristalnya subhedral, hipokristalin, afanitik tangan ataupun sayatan tipis petrografi pada
11
daerah Gunung ireng, Desa Pengkok, dasar berupa gelas vulkanik yang tidak terlalu
Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul melimpah yaitu sekitar 28% hal ini
Provinsi DIY ditemui komposisi penyususn mengindikasikan bahwa proses
batuan yang hampir sama juga, yaitu pada pembekuannya berlansung dalam jangka
lava andesit, intrusi andesit, breksi andesit waktu yang tidak terlalu cepat dan juga tidak
dan aglomerat memiliki rata rata persentase terlalu lama sehingga bisa saja
kandungan mineral plagioklas rata rata 53% pembekuannya berada pada lokasi dekat
yang berjenis plagioklas Na yaitu andesine kawah sehingga hal ini semakin memberikan
hingga albit. Untuk kandungan piroksen rata bukti bahwa erupsinya effusive yaitu hanya
rata keseluruhan litologi yang dilakukan aliran lava yang menggenang dikawasan
analisis sayatan tipis adalah 11% dan massa puncak kawah

Tabel 2. Kompilasi data petrologi hasil analisis sayatan tipis batuan dengan data stratigrafi di daerah penelitian

Dari hasil analisis secara petrografi penulis aglomerat pada kawasan puncak yang bisa
menarik kesimpulan bahwa pada lokasi juga mengindikasikan bahwa gunung ireng
penelitian yaitu pada daerah puncak Gunung bertipe erupsi eksplosif namun secara
Ireng merupakan jenis mekanisme yang stratigrafi aglomerat berasosiasi dengan lava
effusive yaitu erupsi aliran atau genangan lava sehingga aglomerat di Gunung Ireng ini
hal ini dikarnakan ciri ciri litologi yang ada bukan merupakan hasil dari bom balistik yang
memberikan data berupa tekstur porfiritik diakibatkan oleh erupsi eksplosif namun
atau genangan bukan aliran yaitu tekstur yang diakibatkan oleh erupsi effusive yaitu akibat
menunjukkan adanya fenokris pada massa proses lava fontain yang pada bagian atasnya
dasar dan bentuk kristalnya subhedral yang mengalami aglomeratisasi hal ini didukung
mengindikasikan lokasi pembentukannya oleh data komposisi mineral penyusun antara
dekat dengan permukaan. Memang dijumpai lava dan aglomerat dimana secara jenis
12
material keduanya sama yaitu porfiri andesit
sehingga berdasarkan data yang penulis DAFTAR PUSTAKA
peroleh dari sayatan tipis mengindikasikan
bahwa gunung api purba gunung ireng Andrews, G.D., Branney, M.J., Bonnichsen,
merupakan gunung api yang proses erupsinya B. and McCurry, M., 2008. Rhyolitic
bermekanisme effusive atau peristiwa ignimbrites in the Rogerson Graben,
keluarnya magma ke permukaan bumi yang southern Snake River Plain volcanic
tidak disertai dengan terjadinya ledakan province: volcanic stratigraphy, eruption
karena gasnya kurang kuat. Jenis material history and basin evolution. Bulletin of
yang dikeluarkan oleh erupsi efusif adalah Volcanology, 70(3), pp.269-291.
lava dengan sedikit material padat dengan Arce, J.L., Walker, J. and Keppie, J.D., 2014.
ukuran kecil. Petrology of two contrasting Mexican
volcanoes, the Chiapanecan (El Chichón)
KESIMPULAN and Central American (Tacaná) volcanic
Berdasarkan atas hasil analisis petrologi belts: the result of rift-versus subduction-
batuan gunung api di daerah Gunung Ireng related volcanism. International Geology
dan sekitarnya, dibentuk oleh proses Review, 56(4), pp.501-524.
vulkanisme yang berlangsung di dalamnya.
Batuan-batuan gunung api ini dicirikan Bogie, I., Mackenzie., KM, 1998, The
oleh terdiri atas lava, intrusi dike, aglomerat Application of a Volcanic Facies Model to
dan breksi yang berkomposisi andesit an Andesitic Stratovolcano Hosted
piroksen. Sementara itu batuan penyusun Geothermal, System at Wayang Windu,
Gunung api purba Nglanggeran tersusun atas Java, Indonesia. In Proceeding 20th NZ
andesit horenblenda. Secara mikroskopis, Geothermal Workshop (pp. 265-270).
batuan vulkanik Gunung Ireng dicirikan oleh Budayana, I.G.N.M, 2017, Geologi dan
struktur vesikuler, subhedral hingga anhedral, Identifikasi Fasies Gunung Api
porfiritik dan tersusun atas plagioklas andesin Berdasarkan Stratigrafi Batuan di Daerah
(~50an %), klinopiroksen aegirin-augit Mangunan dan Sekitarnya, Kecamatan
(~20an %) dan mineral opaq yang tertanam Dlingo, Kabupaten Bantul Daerah
dalam massa dasar gelas dan kristal yang tak Istimewa Yogyakarta, Laporan Sripsi Tipe-
teridentifikasi. Hal itu mengindikasikan 1, 2017; tidak dipublikasikan.
bahwa, batuan-batuan ini secara mineralogi,
Garcia, M.O., 1978. Criteria for the
membeku dalam waktu yang tidak terlalu
identification of ancient volcanic arcs.
lama sejak dierupsikan, sehingga jarak
Earth-Science Reviews, 14(2), pp.147-165.
tempuhnya pun sangat pendek. Jadi, batuan
gunung api Gunung ireng berasal dari Hedberg, H.D., 1972. Introduction to an
lingkupnya sendiri. international guide to stratigraphic
classification, terminology, and usage.
UCAPAN TERIMA KASIH Boreas, 1(3), pp.199-211.
Ucapan terimakasih yang sebesar- Martodjojo, S., dan Djuhaeni, 1996. Sandi
besarnya disampaikan kepada DRPM Stratigrafi Indonesia. Indonesian Passage
KEMENRISTEKDIKTI yang telah Stratigraphy Commission IAGI, Jakarta
memberikan pembiayaan selama penelitian 25h.
berlangsung. Ucapan terimakasih yang
sebesar-besarnya juga disampaikan kepada Mulyaningsih, S., 2015. Vulkanologi.
LPPM IST AKPRIND yang telah Yogyakarta: Penerbit Ombak.
memberikan kesempatan melakukan Schieferdecker, A.A.G., 1959. Geological
penelitian dan dilanjutkan pengabdian kepada Nomenclature. Edited by AAG
masyarakat. Schieferdecker.[Dutch, French and
13
German with Equivalents of the English
Terms.]. J. Noorduin & Zoon.
Smith, G.A., 1991. Facies sequences and
geometries in continental volcaniclastic
sediments.
Surono, B.T. and Sudirno, I., 1992. Peta
Geologi Lembar Surakarta-Giritontro.
Jawa.(1408-3), Skala1, 100.
Williams, H. and McBirney, A.R., 1979.
Vulcanology (No. 551.21 W5).
Smyth, H.R., Hall, R. and Nichols, G.J.,
2008. Cenozoic volcanic arc history of
East Java, Indonesia: the stratigraphic
record of eruptions on an active
continental margin. Special Papers-
Geological Society of America, 436, p.199.
Sumber:
Jhony Hartarto Simbolon , dkk. 2019. Jurnal
Teknomineral ‘Petrologi Batuan Gunung Api
Gunung Ireng, Desa Pengkok, Kecamatan
Patuk, Kabupaten Gunungkidul – DIY’.
(Volume 1). ( Halaman 1-14). UGM.
Yogyakarta.

14

Anda mungkin juga menyukai