Oleh :
EVAN HARDIANTO
4200232006
PROGRAM STUDI
MAGISTER TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA
2024
ABSTRAK
Terkait tentang magma tidak akan jauh dengan kata sumber panas, asal mula magma,
gunung api dan tataan tektonik yang mernyertainya serta berbagai pernyataan bahan
argumentasi dalam kaitannya dengan keberadaan magma. Magma yang terbentuk dan
naik kedalam kerak bumi adalah hasil proses peleburan parsial (partial melting) dari
batuan yang berasal atau terbawa kerak samudra pada kondisi tekanan tinggi dan tegasan
gerus sebagai akibat subduksi lempeng. Magma ini dalam perjalanannya mancapai
permukaan bumi akan mengalami perubahan-perubahan penting teruma komposisi
sebagai akibat proses-proses asimilasi, kontaminasi dengan material mantel bumi dan
kerak bumi, percampuran magma (magma mixing) dan deferiansi magma sendiri. Dengan
mempelajari Magmatisme dan Volkanisme ini diharapkan dapat mengetahui proses
pembentukan Magma dan produk dari hasil dari magma sampai komposisi magma
tersebut.
1
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dari penyusunan makalah ini adalah kita diharuskan untuk
mempelajari kembali buku-buku, makalah atau jurnal dari peneltian terdahulu yang
sudah diterbitkan yang berkaitan dengan Magmatisme dan Volkanisme.
2
BAB II
DATA HASIL ANALISIS
3
Batuan gunung api adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil kegiatan
gunung api, baik langsung maupun tidak langsung. Kegiatan gunung api adalah
proses erupsi atau keluarnya magma dari bawah permukaan ke permukaan melalui
lubang kawah atau kaldera dalam berbagai bentuk kegiatan. Pembentukan batuan
secara langsung adala pembentukan hasil erupsi baik membeku maupun mendap di
lokasi (insitu). Pembentukan tidak langsung terjadi bilamana batuan gunung api
tersebut telah mengalami deformasi atau perombakan. Batuan gunung api dapat
dibagi atas dua kelompok yaitu kelompok lava koheren dan intrusi dangkal batuan
beku luar dan kelompok batuan klastika gunung api.
Dalam membahas ilmu kegunungapian, maka dapat dibedakan dua kelompok
bahasan yaitu volkanologi eksplosif dan volkanologi magmatik. Hal ini berkaitan
erat dengan karakteristik kedua kelompok itu. Kelompok pertama (ekplosif)
berkaitan dengan karakteristik kegunungapian di permukaan. Fenomena yang
tampak adalah berupa letusan gunung api yang mengeluarkan berbagai material
batuan, baik disemburkan (eksplosif) maupun meleleh (efusif). Terjadinya
semburan dan lelehan ditentukan oleh komposisi magma. Demikian juga jumlah
dan jenis gas, kandungan uap serta karakteristik batuan gunung api yang
dihasilkannya. Fenomena gunung api di permukaan dapat diamati secara langsung
di lapangan, baik berupa karakter fisik, mekanik maupun kimiawi. Pembahasan
karakteristik gunung api di permukaan secara umum dinamakan volkanologi
eksplosif atau volkanologi letusan gunung api. Pembahasan dalam kelompok
volkanologi eksplosif mencakup eksplosivitas tinggi dan eksplosivitas sangat
rendah atau dinamakan efusif. Bahkan kegiatan yang hanya menghasilkan uap
(fumarol) atau dominasi gas COx (mofet), dominasi SOx, (solfatara) serta
manifestasi tanah panas dan kolam panas, dimasukkan pula ke dalam volkanologi
eksplosif. Karakteristik dan produk letusan ditentukan oleh komposisi magma,
sedangkan komposisi magma dapat diketahui berdasarkan pengamatan
terhadap komposisi produk gunung api yang keluar melalui lubang kawah, karena
itu kawah seringkali dinamakan jendela perut bumi.
Karakteristik magma yang paling penting yang menentukan berbagai
karakteristik gunung api adalah komposisi magma. Pembahasan mengenai
komposisi magma dapat diurai menjadi pembahasan mineralogi dan pembahasan
4
kimiawi. Kedua-duanya berkaitan erat dan merupakan faktor penting dalam
membentuk karakteristik magma. Petrologi adalah salah satu cabang ilmu geologi
yang mempelajari komposisi batuan pembentuk kulit bumi termasuk komposisi
magma. Pembahasan dalam petrologi mencakup aspek pemerian (deskripsi) dan
aspek genesis-interpretatif. Petrologi mempelajari batuan dengan berbagai metoda
yaitu secara kasat mata, dengan menggunakan peralatan optik atau secara
mikroskopis. Penelitian petrologi dilakukan pula secara kimiawi dan radioisotop.
Petrogenesis adalah bagian dari petrologi yang menjelaskan seluruh aspek
terbentuknya batuan mulai dari asal-usul, proses primer hingga proses sekunder
yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada batuan tersebut. Magma adalah
sumber batuan beku. Karakteristik magma, baik fisik, kimiawi maupun
dinamismenya tidak dapat diamati secara langsung melainkan melalui berbagai
produk gunung api dipermukaan bumi. Komposisi batuan yang dihasilkan gunung
api, komposisi gas dan uap serta dinamisme gunung api merupakan data untuk
menganalisis karakteristik magma. Data tersebut diperoleh melalui pengamatan
secara langsung di lapangan.
5
berasal atau terbentuk pada kerak Bumi bagian bawah hingga mantel bagian atas
(Alzwar ddk, 1988)
5. Magma adalah batuan pijar yang terdiri atas tiga atau lebih komponen lelehan
cair silikat, kristal padat dan gelembung gas. Magma yang membeku di dalam
bumi akan menghasilkan batuan intrusi atau batuan plutonik. Sedangkan lava
adalah magma yang membeku di permukaan bumi (Grove, 200);
6. Magma adalah campuran padat (kristalin dan fragmen batuan) multifase bersuhu
tinggi, larutan silika atau karbonatit dan gas kaya H-O-C-S-CI atau larutan yang
terbentuk sebagai akibat peleburan sebagian atau keseluruhan sumber mineral
induk (Spera, 2000).
6
Gambar 2.1. Proses pembentukan batuan beku (sumbe : https://sainsmini.
blogspot.com/2015/11/bagaimana-batuan-beku-terbentuk.html)
7
ekstrusif. Magma disusun oleh bahan yang berupa gas (volatile) seperti H2O dan
CO2 dan bukan gas yang umumnya terdiri dari Si, O, Fe, Al, Ca, K, Mg, Na, dan
minor element seperti V, Sr, Rb, dll. Magma terdapat dalam rongga di dalam bumi
yang disebut dapur magma (magma chamber), karena magma relatif lebih ringan
dari batuan yang ada di sekitarnya, maka magma akan bergerak naik ke atas
(permukaan). Gerak dari magma keatas ini kadang-kadang di sertai oleh tekanan
yang besar dari magma itu sendiri atau dari tekanan disekitar dapur magma yang
menyebabkan terjadinya erupsi gunung api, erupsi gunung api ini kadang-kadang
hanya menghasilkan lelahan lava atau di sertai dengan letusan yang hebat
(eksplosif) (Gambar 2.3.)
Gambar 2.3. Magma yang membentuk batuan intrusi, magma yang keluar ke
permukaan bumi sebagai lava, dan magma yang dilontarkan ke udara
sebagai tefra membentuk endapan piroklastika (Hartono,2000; 2010a,b)
8
Kecepatann pendinginan Magma akan sangat berpengaruh terhadap proses
kristalisasi, terutama pada ukuraan kristal apabila pendinginan magma berlangsung
denagan lambat, ion-ion mempunyai kesempatan untuk mengembangkan dirinya,
sehingga akan menghasilkan bentuk kristal yang besar. Sebaliknaya pada
pendingan yang cepat, ion-ion tersebut tidak mempunyai kesempatan untuk
mengembangkan dirinya sehingga akan menbentuk kristal yang kecil. Apabila
pendinginan berlangsung sangat cepat maka tidak ada kesempatan bagi ion untuk
menbentuk kristal, sehingga hasil pembekuan nya akan menghasilkan atom yang
tidak beraturan (hablur), yang dinamakan dengan mineral glass.
Gambar
Dari unsur2.4. Unsur
kimia kimia
yang yang terkandung
terkandung di dalam
dalam magma magma
saling sehingga
mengikat membentuk
membentuk
mineral dan membentuk batuan.
9
Batuan beku yang terbentuk pada atau dekat dengan permukaan bumi akan
menunjukkan tekstur yang berbutir halus yang disebut afanitik. butiran mineral
pada batuan beku afanitik sangat kecil, sehingga sangat sulit dibedakan janis
mineralnya dengan mata biasa. Meskipun jenis mineralnya sulit di tentukan karena
ukurannya yang sangat halus, tetapi batuan ini dapat dicirikan oleh warnanya yang
sangat terang, menengah atau gelap. Batuan beku afanitik yang berwarna terang
terutama di susun oleh mineral non ferromagnesian silikate, sedangkan batuan beku
afanitik yang berwarna gelap di susun oleh mineral-mineral feromagnesian silikate.
Batuan beku yang terbentuk jauh di bawah permukaan akan menghasilkan
tekstur butiran yang kasar, yang disebut feneritik, tekstur ini menunjukan butiran
yang kasar dan relatif sama besar, serta mineral-mineralnya dapat dibedakan
dengan mata biasa tanpa bantuan alat pembesar, batuan beku feneritik ini karena
terbentuk jauh di bawah permukaan, maka batuan ini ini akan muncul kepermukaan
setelah batuan yang menutupinya mengalami proses erosi.
10
Deret sebelah kiri mewakili mineral-mineral mafik, dimana reaksi
terbentuknya mineral adalah tidak menerus (diskontinyu) yang pertama kali
terbentuk dalam temperatur sangat tinggi yaitu 1400º C adalah Olivin. Akan tetapi
jika magma tersebut jenuh oleh SiO2 maka Piroksenlah yang terbentuk pertama
kali. Mineral Olivin dan mineral Piroksen merupakan pasangan “Ingcongruent
melting” dimana setelah pembentukan mineral Olivin akan bereaksi dengan larutan
sisa membentuk Piroksen. Temperatur menurun terus setelah pembentukan mineral
Piroksen maka larutan sisa sebagian akan membentuk mineral Hornblenda, dan
temperatur akan menurun maka sebagian larutan sisa akan membentuk mineral
biotit. Pembentukan mineral berjalan sesuai dengan temperaturnya.
Sementara itu pada Deret sebelah kanan pada awalnya terbentuk Seri
Plagioklas, pada awal temperatur yang sangat tinggi 1400ºC akan terbentuk mineral
Anortite berikutnya seirama menurunnya temperatur maka berturut turut akan
terbentuk mineral Bitownit, Labradorit, Andesin, Oligoklas dan Albit
.Terbentuknya mineral mineral tersebut adalah secara menerus (kontinyu). Pada
titik temperatur terbentuknya mineral Biotit dan mineral Albit maka sisa larutan
magma akan membentuk mineral K Feldspar, selanjutnya temperatur terus
menurun maka akan terbentuk mineral Muscovit dan terakhir pada proses
kristalisasi ini akan terbentuk mineral Kwarsa pada temperatur 600º C. Urutan
kristalisasi mineral tidak selalu menunujukkan successive crystalitation (tidak
selalu berurutan) tetapi bisa juga overlapping (bertampalan). Dari hasil penelitian
Bowen, mineral yang mengkristal pada kondisi yang sama akan menyusun batuan
beku yang sama pula. Sehingga dapat dikatakan bahwa klasifikasi batuan beku
sangat bergantung pada Bowen’s Reaction Series.
Kelompok mineral utama ini terbentuk langsung dari kristalisasi magma dan
kehadirannya dalam batuan akan sangat menentukan dalam penamaan batuan yang
dideskripsi. Berdasarkan warna dan densitasnya maka mineral dalam kelompok
utama ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok mineral felsic dan
kelompok mineral mafic.
1. Kelompok mineral felsic (mineral berwarna terang, dengan densitas rata-rata
2,5 - 2, 7 ) , yaitu :
Mineral Kwarsa ( SiO2 )
11
Feldspar grup, yang terdiri dari kelompok Alkali Feldspar (terdiri dari
mineral sanidin, mineral anorthoklas, mineral orthoklas, mineral adularia,
dan mineral mikroklin )
kelompok Seri Plagioklas (terdiri dari mineral Anortit, mineral Bytownit,
mineral Labradorit, mineral Andesin, mineral Oligoklas dan mineral Albit)
Feldsfatoid grup, (Na, K, Alumina silikat) terdiri dari mineral nefelin
mineral sodalit dan mineral Leusit
2. Kelompok mineral mafic (mineral mineral feromagnesia dengan warna-warna
gelap dan densitas rata rata 3,0 - 3, 6, yaitu :
Olivin grup (Fayalite dan Forsterite)
Piroksin grup (Enstatite, Hiperstein, Augit, Pigeonit, Diopsid)
Mika grup (Biotit, Muscovit, Plogopit)
Amphibole grup (Anthofilit, Cumingtonit, Hornblenda, Rieberckit,
Tremolite, Aktinolit, Glaucofan)
12
sangat cair, sehingga setelah sampai di permukaan akan menyebar dengan
daerah yang sangat luas. Tipe kedua dari lava ini adalah bersifat asam, yang
memiliki kandungan silika yang tinggi dan viskositas (kekentalan) relatif
tinggi. Akibat dari Viskositas ini bila sampai ke permukaan akan menjadi suatu
aliran sepanjang lembah. Viskositas yang tinggi dan terbentuknya urat-urat
pusat, ini akibat letusan gunung api dan berhubungan dengan lava. Cone sering
terjadi akibat kegiatan gunung api, dimana terjadi pemecahan didalam blok
batuan yang besar. Lapisan dari butiran halus berasal dari debu vulkanik,
sedangkan campuran antara batuan dan butiran halus yang sering berasosiasi
dengan batuan vulkanik disebut batuan piroklastik. Percampuran dari
fragmen batuan yang besar dengan lava dan debu vulkanik, sehingga
membentuk agglomerat. Butiran halus seperti debu dan fragmen batuan maka
akan membentuk tuff.
13
induk, sedangkan sill adalah intrusi yang mengikuti bidang lapisan batuan
induk.
Tabel 2.1. Tabel Batuan beku Intrusi dan Ekstrusi dalam hubungannya dengan
tempat terbentuknya
14
BAB III
PEMBAHASAN
15
Dari proses genetik yang terjadi di atas maka dapat disimpulkan ada beberapa
faktor atau variabel yang mempengaruhi dan menjadi peranan penting dari terbentuknya
batuan beku adalah sebagai berikut :
2. Komposisi Mineral
Bicara senyawa kimia mineral pada batuan beku maka tidak lepas dari
Bowen’s Reaction Series. Mineral-mineral yang pertama mengkristal diketahui
Ca feldspar, piroksin, dan olivine tergolong kelompok mineral mafic (basa).
Mineral-mineral ini juga merupakan mineral yang kandungannya Fe, Mg, dan Ca-
nya tinggi dan kandungan Si nya rendah. Batuan beku yang memiliki kandungan
mineral-mineral tersebut umumnya tergolong pada batuan beku basa sampai
ultrabasa. Diantara mineral-mineral yang terakhir mengkristal adalah mineral
potasium feldspar dan kuarsa. Kelompok mineral ini tergolong mineral felsic
(asam). Batuan beku yang mempunyai komposisi mineral didominasi oleh
mineral-mineral tersebut disebut dengan tipe batuan asam.
Batuan beku menengah (intermediate) disusun oleh mineral-mineral yang
terdapat di bagian tengah dari Bowen’s Reaction Series. Amfibol bersama dengan
plagioklas menengah merupakan mineral-mineral utama yang menyusun batuan
beku tipe ini. Batuan beku mafic (basa) dan batuan beku ultra mafic (ultra basa).
16
Faktor yang penting pada komposisi mineral batuan beku adalah
kandungan silika (SiO2). Persentase silika dalam batuan beku sangat bervariasi
dan sebanding dengan kelimpahan mineral lainnya. Contohnya, batuan yang
mengandung silika rendah, kandungan kalsium, besi dan magnesiumnya tinggi.
Kandungan silika dalam batuan beku tergantung pada tipe dari batuan
bekunya. Batuan beku granitik (asam) mempunyai kandungan silika yang lebih
besar dari 66%, batuan beku andesitik (menengah) berkisar antara 55% - 66%
batuan beku basaltik (Basa) berkisar antara 45% - 55%, dan batuan beku ultrabasa
kurang dari 45%. Kandungan silika dalam magma juga akan mempengaruhi sifat
dari magma tersebut. Magma granitik yang kandungan silika nya tinggi bersifat
kental (Viscous) dan mempunyai titik beku (lebur) sekitar 800°C. Sedangkan
magma basaltik bersifat encer dan titik bekunya (lebur) sekitar 1200°C atau lebih
tinggi.
17
4. Sifat Tipe Magma
Pada batuan ekstrusif/vulkanik ada dua tipe magma ekstrusi, yang pertama
memiliki kandungan silika yang rendah dan Viskositas relatif rendah. Sebagai
contoh adalah lava basaltik yang sampai ke permukaan melalui celah dan setelah
di permukaan mengalami pendinginan yang cepat. Biasanya lava basaltik
memiliki sifat sangat cair, sehingga setelah sampai di permukaan akan menyebar
dengan daerah yang sangat luas.
Tipe kedua dari lava ini adalah bersifat asam, yang memiliki kandungan
silika yang tinggi dan Viskositas (kekentalan) relatif tinggi. Akibat dari Viskositas
ini bila sampai ke permukaan akan menjadi suatu aliran sepanjang lembah.
Viskositas yang tinggi dan terbentuknya urat-urat pusat, ini akibat letusan gunung
api dan berhubungan dengan lava. Cone sering terjadi akibat kegiatan gunung api,
dimana terjadi pemecahan didalam blok batuan yang besar. Lapisan dari butiran
halus berasal dari debu vulkanik, sedangkan campuran antara batuan dan butiran
halus yang sering berasosiasi dengan batuan vulkanik disebut batuan piroklastik.
Percampuran dari fragmen batuan yang besar dengan lava dan debu vulkanik,
sehingga membentuk agglomerat. Butiran halus seperti debu dan fragmen batuan
maka akan membentuk tuff.
18
BAB IV
KESIMPULAN
19
DAFTAR PUSTAKA
Erzagian, E., Setijadji, L.D., Warmada, I.W., 2016. Studi Karakteristik Dan Petrogenesis
Batuan Beku di Daerah Singkawang dan Sekitarnya, Provinsi Kalimantan Barat, in:
Proceeding, Seminar Nasional Kebumian Ke-9 Peran Penelitian Ilmu Kebumian
Dalam Pemberdayaan Masyarakat 6 - 7 Oktober 2016; Grha Sabha Pramana. pp.
421–432.
Hartono, G., 2007, Asal - usul pembentukan Gunung Batur di daerah Wediombo,
Gunungkidul, Yogyakarta, Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 2, No. 3, hal 143 - 158.
Hartono, G., Sudradjat, A. 2022. Buku Volkanologi Magmatik. Galeripadi, Bandung.
Hartono, G., 2010a. Petrologi Batuan Beku dan Gunung Api. Unpad Press, Bandung.
Ir. Mawardi. 2007. Batuan. Program Keahlian Geologi Pertambangan SMKN 2 Depok
Sleman. Yogyakarta.
20
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dari penyusunan makalah ini adalah kita diharuskan untuk
mempelajari kembali buku-buku, makalah atau jurnal dari peneltian terdahulu yang
sudah diterbitkan yang berkaitan dengan Magmatisme dan Volkanisme.
2
BAB II
DATA HASIL ANALISIS
3
Batuan gunung api adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil kegiatan
gunung api, baik langsung maupun tidak langsung. Kegiatan gunung api adalah
proses erupsi atau keluarnya magma dari bawah permukaan ke permukaan melalui
lubang kawah atau kaldera dalam berbagai bentuk kegiatan. Pembentukan batuan
secara langsung adala pembentukan hasil erupsi baik membeku maupun mendap di
lokasi (insitu). Pembentukan tidak langsung terjadi bilamana batuan gunung api
tersebut telah mengalami deformasi atau perombakan. Batuan gunung api dapat
dibagi atas dua kelompok yaitu kelompok lava koheren dan intrusi dangkal batuan
beku luar dan kelompok batuan klastika gunung api.
Dalam membahas ilmu kegunungapian, maka dapat dibedakan dua kelompok
bahasan yaitu volkanologi eksplosif dan volkanologi magmatik. Hal ini berkaitan
erat dengan karakteristik kedua kelompok itu. Kelompok pertama (ekplosif)
berkaitan dengan karakteristik kegunungapian di permukaan. Fenomena yang
tampak adalah berupa letusan gunung api yang mengeluarkan berbagai material
batuan, baik disemburkan (eksplosif) maupun meleleh (efusif). Terjadinya
semburan dan lelehan ditentukan oleh komposisi magma. Demikian juga jumlah
dan jenis gas, kandungan uap serta karakteristik batuan gunung api yang
dihasilkannya. Fenomena gunung api di permukaan dapat diamati secara langsung
di lapangan, baik berupa karakter fisik, mekanik maupun kimiawi. Pembahasan
karakteristik gunung api di permukaan secara umum dinamakan volkanologi
eksplosif atau volkanologi letusan gunung api. Pembahasan dalam kelompok
volkanologi eksplosif mencakup eksplosivitas tinggi dan eksplosivitas sangat
rendah atau dinamakan efusif. Bahkan kegiatan yang hanya menghasilkan uap
(fumarol) atau dominasi gas COx (mofet), dominasi SOx, (solfatara) serta
manifestasi tanah panas dan kolam panas, dimasukkan pula ke dalam volkanologi
eksplosif. Karakteristik dan produk letusan ditentukan oleh komposisi magma,
sedangkan komposisi magma dapat diketahui berdasarkan pengamatan
terhadap komposisi produk gunung api yang keluar melalui lubang kawah, karena
itu kawah seringkali dinamakan jendela perut bumi.
Karakteristik magma yang paling penting yang menentukan berbagai
karakteristik gunung api adalah komposisi magma. Pembahasan mengenai
komposisi magma dapat diurai menjadi pembahasan mineralogi dan pembahasan
4
kimiawi. Kedua-duanya berkaitan erat dan merupakan faktor penting dalam
membentuk karakteristik magma. Petrologi adalah salah satu cabang ilmu geologi
yang mempelajari komposisi batuan pembentuk kulit bumi termasuk komposisi
magma. Pembahasan dalam petrologi mencakup aspek pemerian (deskripsi) dan
aspek genesis-interpretatif. Petrologi mempelajari batuan dengan berbagai metoda
yaitu secara kasat mata, dengan menggunakan peralatan optik atau secara
mikroskopis. Penelitian petrologi dilakukan pula secara kimiawi dan radioisotop.
Petrogenesis adalah bagian dari petrologi yang menjelaskan seluruh aspek
terbentuknya batuan mulai dari asal-usul, proses primer hingga proses sekunder
yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada batuan tersebut. Magma adalah
sumber batuan beku. Karakteristik magma, baik fisik, kimiawi maupun
dinamismenya tidak dapat diamati secara langsung melainkan melalui berbagai
produk gunung api dipermukaan bumi. Komposisi batuan yang dihasilkan gunung
api, komposisi gas dan uap serta dinamisme gunung api merupakan data untuk
menganalisis karakteristik magma. Data tersebut diperoleh melalui pengamatan
secara langsung di lapangan.
5
berasal atau terbentuk pada kerak Bumi bagian bawah hingga mantel bagian atas
(Alzwar ddk, 1988)
5. Magma adalah batuan pijar yang terdiri atas tiga atau lebih komponen lelehan
cair silikat, kristal padat dan gelembung gas. Magma yang membeku di dalam
bumi akan menghasilkan batuan intrusi atau batuan plutonik. Sedangkan lava
adalah magma yang membeku di permukaan bumi (Grove, 200);
6. Magma adalah campuran padat (kristalin dan fragmen batuan) multifase bersuhu
tinggi, larutan silika atau karbonatit dan gas kaya H-O-C-S-CI atau larutan yang
terbentuk sebagai akibat peleburan sebagian atau keseluruhan sumber mineral
induk (Spera, 2000).
6
Gambar 2.1. Proses pembentukan batuan beku (sumbe : https://sainsmini.
blogspot.com/2015/11/bagaimana-batuan-beku-terbentuk.html)
7
ekstrusif. Magma disusun oleh bahan yang berupa gas (volatile) seperti H2O dan
CO2 dan bukan gas yang umumnya terdiri dari Si, O, Fe, Al, Ca, K, Mg, Na, dan
minor element seperti V, Sr, Rb, dll. Magma terdapat dalam rongga di dalam bumi
yang disebut dapur magma (magma chamber), karena magma relatif lebih ringan
dari batuan yang ada di sekitarnya, maka magma akan bergerak naik ke atas
(permukaan). Gerak dari magma keatas ini kadang-kadang di sertai oleh tekanan
yang besar dari magma itu sendiri atau dari tekanan disekitar dapur magma yang
menyebabkan terjadinya erupsi gunung api, erupsi gunung api ini kadang-kadang
hanya menghasilkan lelahan lava atau di sertai dengan letusan yang hebat
(eksplosif) (Gambar 2.3.)
Gambar 2.3. Magma yang membentuk batuan intrusi, magma yang keluar ke
permukaan bumi sebagai lava, dan magma yang dilontarkan ke udara
sebagai tefra membentuk endapan piroklastika (Hartono,2000; 2010a,b)
8
Kecepatann pendinginan Magma akan sangat berpengaruh terhadap proses
kristalisasi, terutama pada ukuraan kristal apabila pendinginan magma berlangsung
denagan lambat, ion-ion mempunyai kesempatan untuk mengembangkan dirinya,
sehingga akan menghasilkan bentuk kristal yang besar. Sebaliknaya pada
pendingan yang cepat, ion-ion tersebut tidak mempunyai kesempatan untuk
mengembangkan dirinya sehingga akan menbentuk kristal yang kecil. Apabila
pendinginan berlangsung sangat cepat maka tidak ada kesempatan bagi ion untuk
menbentuk kristal, sehingga hasil pembekuan nya akan menghasilkan atom yang
tidak beraturan (hablur), yang dinamakan dengan mineral glass.
Gambar
Dari unsur2.4. Unsur
kimia kimia
yang yang terkandung
terkandung di dalam
dalam magma magma
saling sehingga
mengikat membentuk
membentuk
mineral dan membentuk batuan.
9
Batuan beku yang terbentuk pada atau dekat dengan permukaan bumi akan
menunjukkan tekstur yang berbutir halus yang disebut afanitik. butiran mineral
pada batuan beku afanitik sangat kecil, sehingga sangat sulit dibedakan janis
mineralnya dengan mata biasa. Meskipun jenis mineralnya sulit di tentukan karena
ukurannya yang sangat halus, tetapi batuan ini dapat dicirikan oleh warnanya yang
sangat terang, menengah atau gelap. Batuan beku afanitik yang berwarna terang
terutama di susun oleh mineral non ferromagnesian silikate, sedangkan batuan beku
afanitik yang berwarna gelap di susun oleh mineral-mineral feromagnesian silikate.
Batuan beku yang terbentuk jauh di bawah permukaan akan menghasilkan
tekstur butiran yang kasar, yang disebut feneritik, tekstur ini menunjukan butiran
yang kasar dan relatif sama besar, serta mineral-mineralnya dapat dibedakan
dengan mata biasa tanpa bantuan alat pembesar, batuan beku feneritik ini karena
terbentuk jauh di bawah permukaan, maka batuan ini ini akan muncul kepermukaan
setelah batuan yang menutupinya mengalami proses erosi.
10
Deret sebelah kiri mewakili mineral-mineral mafik, dimana reaksi
terbentuknya mineral adalah tidak menerus (diskontinyu) yang pertama kali
terbentuk dalam temperatur sangat tinggi yaitu 1400º C adalah Olivin. Akan tetapi
jika magma tersebut jenuh oleh SiO2 maka Piroksenlah yang terbentuk pertama
kali. Mineral Olivin dan mineral Piroksen merupakan pasangan “Ingcongruent
melting” dimana setelah pembentukan mineral Olivin akan bereaksi dengan larutan
sisa membentuk Piroksen. Temperatur menurun terus setelah pembentukan mineral
Piroksen maka larutan sisa sebagian akan membentuk mineral Hornblenda, dan
temperatur akan menurun maka sebagian larutan sisa akan membentuk mineral
biotit. Pembentukan mineral berjalan sesuai dengan temperaturnya.
Sementara itu pada Deret sebelah kanan pada awalnya terbentuk Seri
Plagioklas, pada awal temperatur yang sangat tinggi 1400ºC akan terbentuk mineral
Anortite berikutnya seirama menurunnya temperatur maka berturut turut akan
terbentuk mineral Bitownit, Labradorit, Andesin, Oligoklas dan Albit
.Terbentuknya mineral mineral tersebut adalah secara menerus (kontinyu). Pada
titik temperatur terbentuknya mineral Biotit dan mineral Albit maka sisa larutan
magma akan membentuk mineral K Feldspar, selanjutnya temperatur terus
menurun maka akan terbentuk mineral Muscovit dan terakhir pada proses
kristalisasi ini akan terbentuk mineral Kwarsa pada temperatur 600º C. Urutan
kristalisasi mineral tidak selalu menunujukkan successive crystalitation (tidak
selalu berurutan) tetapi bisa juga overlapping (bertampalan). Dari hasil penelitian
Bowen, mineral yang mengkristal pada kondisi yang sama akan menyusun batuan
beku yang sama pula. Sehingga dapat dikatakan bahwa klasifikasi batuan beku
sangat bergantung pada Bowen’s Reaction Series.
Kelompok mineral utama ini terbentuk langsung dari kristalisasi magma dan
kehadirannya dalam batuan akan sangat menentukan dalam penamaan batuan yang
dideskripsi. Berdasarkan warna dan densitasnya maka mineral dalam kelompok
utama ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok mineral felsic dan
kelompok mineral mafic.
1. Kelompok mineral felsic (mineral berwarna terang, dengan densitas rata-rata
2,5 - 2, 7 ) , yaitu :
Mineral Kwarsa ( SiO2 )
11
Feldspar grup, yang terdiri dari kelompok Alkali Feldspar (terdiri dari
mineral sanidin, mineral anorthoklas, mineral orthoklas, mineral adularia,
dan mineral mikroklin )
kelompok Seri Plagioklas (terdiri dari mineral Anortit, mineral Bytownit,
mineral Labradorit, mineral Andesin, mineral Oligoklas dan mineral Albit)
Feldsfatoid grup, (Na, K, Alumina silikat) terdiri dari mineral nefelin
mineral sodalit dan mineral Leusit
2. Kelompok mineral mafic (mineral mineral feromagnesia dengan warna-warna
gelap dan densitas rata rata 3,0 - 3, 6, yaitu :
Olivin grup (Fayalite dan Forsterite)
Piroksin grup (Enstatite, Hiperstein, Augit, Pigeonit, Diopsid)
Mika grup (Biotit, Muscovit, Plogopit)
Amphibole grup (Anthofilit, Cumingtonit, Hornblenda, Rieberckit,
Tremolite, Aktinolit, Glaucofan)
12
sangat cair, sehingga setelah sampai di permukaan akan menyebar dengan
daerah yang sangat luas. Tipe kedua dari lava ini adalah bersifat asam, yang
memiliki kandungan silika yang tinggi dan viskositas (kekentalan) relatif
tinggi. Akibat dari Viskositas ini bila sampai ke permukaan akan menjadi suatu
aliran sepanjang lembah. Viskositas yang tinggi dan terbentuknya urat-urat
pusat, ini akibat letusan gunung api dan berhubungan dengan lava. Cone sering
terjadi akibat kegiatan gunung api, dimana terjadi pemecahan didalam blok
batuan yang besar. Lapisan dari butiran halus berasal dari debu vulkanik,
sedangkan campuran antara batuan dan butiran halus yang sering berasosiasi
dengan batuan vulkanik disebut batuan piroklastik. Percampuran dari
fragmen batuan yang besar dengan lava dan debu vulkanik, sehingga
membentuk agglomerat. Butiran halus seperti debu dan fragmen batuan maka
akan membentuk tuff.
13
induk, sedangkan sill adalah intrusi yang mengikuti bidang lapisan batuan
induk.
Tabel 2.1. Tabel Batuan beku Intrusi dan Ekstrusi dalam hubungannya dengan
tempat terbentuknya
14
BAB III
PEMBAHASAN
15
Dari proses genetik yang terjadi di atas maka dapat disimpulkan ada beberapa
faktor atau variabel yang mempengaruhi dan menjadi peranan penting dari terbentuknya
batuan beku adalah sebagai berikut :
2. Komposisi Mineral
Bicara senyawa kimia mineral pada batuan beku maka tidak lepas dari
Bowen’s Reaction Series. Mineral-mineral yang pertama mengkristal diketahui
Ca feldspar, piroksin, dan olivine tergolong kelompok mineral mafic (basa).
Mineral-mineral ini juga merupakan mineral yang kandungannya Fe, Mg, dan Ca-
nya tinggi dan kandungan Si nya rendah. Batuan beku yang memiliki kandungan
mineral-mineral tersebut umumnya tergolong pada batuan beku basa sampai
ultrabasa. Diantara mineral-mineral yang terakhir mengkristal adalah mineral
potasium feldspar dan kuarsa. Kelompok mineral ini tergolong mineral felsic
(asam). Batuan beku yang mempunyai komposisi mineral didominasi oleh
mineral-mineral tersebut disebut dengan tipe batuan asam.
Batuan beku menengah (intermediate) disusun oleh mineral-mineral yang
terdapat di bagian tengah dari Bowen’s Reaction Series. Amfibol bersama dengan
plagioklas menengah merupakan mineral-mineral utama yang menyusun batuan
beku tipe ini. Batuan beku mafic (basa) dan batuan beku ultra mafic (ultra basa).
16
Faktor yang penting pada komposisi mineral batuan beku adalah
kandungan silika (SiO2). Persentase silika dalam batuan beku sangat bervariasi
dan sebanding dengan kelimpahan mineral lainnya. Contohnya, batuan yang
mengandung silika rendah, kandungan kalsium, besi dan magnesiumnya tinggi.
Kandungan silika dalam batuan beku tergantung pada tipe dari batuan
bekunya. Batuan beku granitik (asam) mempunyai kandungan silika yang lebih
besar dari 66%, batuan beku andesitik (menengah) berkisar antara 55% - 66%
batuan beku basaltik (Basa) berkisar antara 45% - 55%, dan batuan beku ultrabasa
kurang dari 45%. Kandungan silika dalam magma juga akan mempengaruhi sifat
dari magma tersebut. Magma granitik yang kandungan silika nya tinggi bersifat
kental (Viscous) dan mempunyai titik beku (lebur) sekitar 800°C. Sedangkan
magma basaltik bersifat encer dan titik bekunya (lebur) sekitar 1200°C atau lebih
tinggi.
17
4. Sifat Tipe Magma
Pada batuan ekstrusif/vulkanik ada dua tipe magma ekstrusi, yang pertama
memiliki kandungan silika yang rendah dan Viskositas relatif rendah. Sebagai
contoh adalah lava basaltik yang sampai ke permukaan melalui celah dan setelah
di permukaan mengalami pendinginan yang cepat. Biasanya lava basaltik
memiliki sifat sangat cair, sehingga setelah sampai di permukaan akan menyebar
dengan daerah yang sangat luas.
Tipe kedua dari lava ini adalah bersifat asam, yang memiliki kandungan
silika yang tinggi dan Viskositas (kekentalan) relatif tinggi. Akibat dari Viskositas
ini bila sampai ke permukaan akan menjadi suatu aliran sepanjang lembah.
Viskositas yang tinggi dan terbentuknya urat-urat pusat, ini akibat letusan gunung
api dan berhubungan dengan lava. Cone sering terjadi akibat kegiatan gunung api,
dimana terjadi pemecahan didalam blok batuan yang besar. Lapisan dari butiran
halus berasal dari debu vulkanik, sedangkan campuran antara batuan dan butiran
halus yang sering berasosiasi dengan batuan vulkanik disebut batuan piroklastik.
Percampuran dari fragmen batuan yang besar dengan lava dan debu vulkanik,
sehingga membentuk agglomerat. Butiran halus seperti debu dan fragmen batuan
maka akan membentuk tuff.
18
BAB IV
KESIMPULAN
19
DAFTAR PUSTAKA
Erzagian, E., Setijadji, L.D., Warmada, I.W., 2016. Studi Karakteristik Dan Petrogenesis
Batuan Beku di Daerah Singkawang dan Sekitarnya, Provinsi Kalimantan Barat, in:
Proceeding, Seminar Nasional Kebumian Ke-9 Peran Penelitian Ilmu Kebumian
Dalam Pemberdayaan Masyarakat 6 - 7 Oktober 2016; Grha Sabha Pramana. pp.
421–432.
Hartono, G., 2007, Asal - usul pembentukan Gunung Batur di daerah Wediombo,
Gunungkidul, Yogyakarta, Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 2, No. 3, hal 143 - 158.
Hartono, G., Sudradjat, A. 2022. Buku Volkanologi Magmatik. Galeripadi, Bandung.
Hartono, G., 2010a. Petrologi Batuan Beku dan Gunung Api. Unpad Press, Bandung.
Ir. Mawardi. 2007. Batuan. Program Keahlian Geologi Pertambangan SMKN 2 Depok
Sleman. Yogyakarta.
20