Anda di halaman 1dari 15

VULKANISME

MAKALAH

Disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas terstruktur

Mata Kuliah : Geologi Dasar

Dosen Pengampu : Ir. Huzaely Latief Sunan, S.T., M.T.

Oleh:

1. Priandika Prasetiyo H1C022006

2. Siska Nurmaliyah H1C022046

3. Agis Rohsiana H1C022062

4. Faizal Wahyu Kusuma H1C022076

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURBALINGGA

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Banyak sekali bencana di Indonesia sebagian besar terkait memakai proses geologi
mirip gempabumi, vulkanisme, dan tsunami. dicermati dari letak serta syarat fisiknya, Indonesia
ialah negara yangcmempunyai risiko tinggi terjadinya bencana terutama bencana gunung api.
Gunung api adalah lingkungan geologi yang keterdapatan dan aktivitasnya dikontrol oleh
kondisi tektonikanya secara regional. Indonesia sangat banyak dijumpai gunung api serta batuan
gunung api diantaranya banyak yang tergolong aktif yang beredar di kepulauan daerah
Indonesia.Hal tersebut mengakibatkan Indonesia rawan dengan bencana letusan gunung api.
pada dalam gunung api sendiri terkandung sebuah material padatan yang mencair atau biasa
disebut dengan magma.

Batuan cair pijar bertemperatur tinggi yang terdapat di dalam kulit bumi, terjadi asal
banyak sekali mineral serta gas yang terlarut didalamnya terjadi karena dampak adanya tekanan
di dalam bumi yang sangat besar , walaupun suhunya cukup tinggi, batuan tetap padat. Magma
bergerak ke berbagai macam arah hingga ke permukaan bumi. Jika gerakan magma permanen di
bawah bagian atas bumi disebut intrusi magma, sedangkan magma yang beranjak serta mencapai
ke bagian atas bumidisebut ekstrusi magma atau erupsi. Erupsi inilah yang menyebabkan gunung
api atau dianggap jua vulkan. Banyaknya tipe erupsi mengakibatkan munculnyajenis gunung api.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu gunung api?

2. Apa itu vulkanisme ?

3. Apa saja jenis gunung api?

4. Bagaimana proses terbentuknya ekstrusi magma?

5. Apa akibat dari vulkanisme?

6. Bagaimana pengendalian vulkanisme?

7. Apa saja manfaat vulkanisme?


1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian gunung api

2. Mengetahui pengertian vulkanisme

3. Mengetahui jenis-jenis gunung api

4. Mengetahui proses terbentuknya ekstrusi magma

5. Mengetahui akibat dari vulkanisme

6. Mengetahui cara pengendalian vulkanisme

7. Mengetahui manfaat dari vulkanisme


BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Gunung Api

Pada awalnya, kata gunung api atau vulkano berasal dari bahasa Italia yaitu “vulcan”,
sebutan dari Dewa Api (penjaga tubuh gunung api) yang tinggal di puncak Gunung Vulcano, di
Laut Mediterania, Sicilia-Italia (Tilling, 2000). Didasarkan pada arti suku katanya, vulkano
berasal dari bahasa Belanda, yaitu “vulkaan”; dalam bahasa Inggris dari kata “volcano”. Kedua
kata tersebut diartikan sama yaitu gunung api. Sedangkan dalam bahasa Indonesia “volcano”
dapat diterjemahkan sebagai vulkano atau volkano, yang keduanya dibenarkan dalam
penyebutannya asalkan konsisten.

Beberapa para ahli berpendapat tentang gunung api diantaranya yaitu ada
Koesoemadinata (1977) menyatakan bahwa gunungapi adalah lubang atau saluran yang
menghubungkan suatu wadah berisi bahn yang disebut magma. Suatu ketika bahan tersebut
ditempatkan melalui saluran bumi dan sering terhimpun di sekelilingnya sehingga membangun
suatu kerucut yang dinamakan kerucut gunung api.

Matahalemual (1982) menyatakan bahwa gunung api (vulkan) adalah suatu bentuk
timbulan di muka bumi, pada umunya berupa suatu kerucut raksasa, kerucut terpacung, kubah
ataupun bukit yang diakibatkan oleh penerobosan magma ke permukaan bumi.

MacDonald (1972), gunung api adalah tempat atau bukaan tempat berasalnya atau
keluarnya batuan pijar atau gas dan / umumnya keduanya ke permukaan bumi, hingga lama-
kelamaan terakumulasi dan membentuk bukit atau gunung

2.2 Pengertian Vulkanisme

Vulkanologi atau volkanologi adalah salah satu cabang ilmu dalam ilmu-ilmu kebumian
yang mempelajari seluk beluk kegunung-apian. Vulkanisme adalah semua peristiwa yang
berhubungan dengan magma yang keluar mencapai permukaan bumi melalui retakan dalam
kerak bumi atau melalui sebuah pita sentral yang disebut terusan kepundan atau diatrema.
Magma yang keluar sampai ke permukaan bumi disebut lava. Magma dapat bergerak naik karena
memiliki suhu yang tinggi dan mengandung gas-gas yang memiliki cukup energi
untuk mendorong batuan di atasnya. Magma adalah batuan cair pijar dengan suhu yang sangat
tinggi dan berada pada lapisan kulit bumi. Magma terdiri dari berbagai material mineral dan gas
yang terlarut di dalamnya. Magma bisa bergerak kesegala arah, bahkan bisa sampai ke
permukaan bumi, Jika gerakan magma tetap dibawah permukaan bumi disebut intrusi magma.
Sedangkan magma yang bergerak dan mencapai permukaan disebut ekstrusi magma.

Intrusi magma terjadi karena tekanan yang dimiliki magmanya sangat kecil,
sehingga magma hanya bisa melewati celah-celah lapisan batuan di lapisan kulit bumi,
dan membeku di dalam kulit bumi, adanya intrusi magma menghasilkan bermacam-
macam bentuk. Berikut ini macam-macam bentuk intrusi magma:

1. Batolit
Batolit adalah batuan beku yang terbentuk di dapur magma. Batolit ini terbentuk karena
adanya penurunan suhu yang sangat lambat di dalam dapur magma.
2. Lakolit
Lakolit adalah magma dengan sifat asam yang menyusup di antara lapisan batuan yang
kemudian menyebabkan lapisan batuan di atasnya terangkat. Akibat adanya tekanan
magma yang begitu kuat, lapisan batuan di atasnya mengalami perubahan bentuk seperti
bentuk kubah.

3. Sill
Sill adalah lapisan magma tipis yang menyusup di antara celah batuan. Sill ini bentuknya
menyebar secara paralel pada lapisan batuan, sehingga tidak menembus ke atas lapisan
batuan lainnya. Ini terjadi karena magmanya tidak mengalami tekanan yang terlalu tinggi.
4. Diatrema
Diatrema itu merupakan sebuah pipa yang menghubungkan dapur magma dengan
permukaan bumi. Sehingga diatrema merupakan jalur yang dilewati magma dari dalam
perut bumi menuju permukaan apabila terjadi erupsi .
5. Intrusi korok atau gang
Intrusi korok atau gang adalah lapisan magma yang memotong lapisan batuan secara
vertikal.
6. Apolisa
Apolisa merupakan cabang dari intrusi korok. Bedanya, ukuran apolisa lebih kecil
dibanding intrusi korok. Itulah kenapa apolisa juga disebut sebagai urat magma.
Ekstrusi Magma
Ekstrusi magma adalah pergerakan magma sampai ke permukaan bumi. Serupa seperti
intrusi magma, ada beberapa bentuk dari ekstrusi magma yang perlu diketahui, antara lain
sebagai berikut:
1. Lava
Lava adalah magma yang keluar dan mengalir di permukaan bumi. Sehingga apabila
terjadi erupsi gunung api, cairan yang ke luar disebut sebagai lava, bukan lagi magma.
2. Lahar
Lava yang mengalir ke luar lalu tercampur dengan air atau material lain di permukaan
bumi, ini disebut sebagai lahar. Sedangkan jika lava bercampur dengan material padat
disebut lahar panas. Namun apabila lava bercampur dengan air hujan, air sungai, atau air
danau di sekitar gunung disebut dengan lahar dingin.
3. Eflata
Eflata adalah material padat yang berasal dari letusan gunung api. Material ini bisa
berupa bom, lapili, atau tuff. Bom adalah material berupa bongkahan batu yang besar.
Sedangkan lapili adalah material berupa kerikil-kerikil kecil. Lalu tuff ialah istilah ilmiah
dari abu vulkanik. Tudd cenderung berbahaya buat kesehatan karena mengandung
butiran-butiran silika yang buruk untuk pernapasan. Abu vulkanik juga sangat berguna
sebagai penyubur tanah, lantaran banyak mengandung unsur hara.
4. Ekshalasi
Ekshalasi adalah material gas yang berasal dari letusan gunung api. Ekshalasi ini bisa
berupa mofet, fumarol, solfatar, dan awan panas. Mofet adalah karbon dioksida yang
berasal dari kawah gunung api. Mofet termasuk zat yang sangat berbahaya dan beracun.
Sedangkan fumarol merupakan uap air panas. Sementara solfatar adalah gas belerang
yang bisa berbahaya jika terlampau pekat. Adapun istilah awan panas yakni asap yang
keluar saat erupsi gunung api terjadi. Asap ini memiliki temperatur tinggi dan dapat
bergerak menuruni lereng dengan kecepatan hingga 200 kilometer per jam.
2.3. Jenis-Jenis Gunung Api
2.3.1 Jenis Gunung Api Berdasarkan Aktivitasnya
1. Gunung api aktif, yakni gunung api yang masih bekerja dan mengeluarkan asap, letusan, dan
gempa.
2. Gunung api mati, yaitu gunung api yang tidak memiliki catatan erupsi sejak tahun 1600.
3. Gunung api istirahat, yaitu gunung api yang meletus sewaktu-waktu lalu istirahat. Misalnya
Gunung Ceremai dan Kelud.

2.3.2 Jenis Gunung Api Berdasarkan Bentuk dan Terjadinya


1. Gunung api maar
Gunung api ini berbentuk seperti danau kawah. Proses terjadinya berasal dari letusan besar yang
kemudian membentuk lubang besar di puncaknya.
Material yang dikeluarkan oleh gunung api maar adalah benda padat dan efflata, misalnya adalah
Gunung Lamongan.
2. Gunung api kerucut/strato
Gunung api kerucut adalah jenis gunung api yang paling sering dijumpai. Bentuk gunung api ini
memang seperti kerucut dan punya lapisan lava serta abu yang berlapis-lapis.
Gunung api strato terbentuk karena letusan serta lelehan batuan panas serta cair. Lelehan yang
kerap terjadi inilah yang menyebabkan lereng berlapis dan disebut strato.
Sebagian besar gunung api di Indonesia juga termasuk dalam gunung api kerucut, misalnya
Gunung Merapi.
3. Gunung api perisai/tameng
Gunung api perisai terbentuk karena lelehan yang keluar dari tekanan rendah. Sehingga, nyaris
tidak ada letusan serta terbentuk lereng sangat landai yang kemiringannya 1 sampai 10 derajat.
Akan tetapi, di Indonesia tidak ada gunung api jenis perisai. Contoh gunung api perisai/tameng
adalah Gunung Maona Loa Hawaii yang ada di Amerika Serikat.
2.3.3 Jenis Gunung Api Berdasarkan Tipe Letusan/Intensitas
1. Hawaiian
Gunung api tipe hawaiian mempunyai tipe letusan dengan beberapa karakteristik, yaitu pancuran
lava ke udara yang ketinggiannya mencapai 200 meter, mengalir secara bebas, dan mudah
bergerak.
2. Strombolian
Gunung api strombolian mempunyai ciri letusan yang ketinggiannya mencapai 500 meter dan
pijarnya seperti kembang api.
3. Volcanian
Letusan gunung api jenis ini akan membentuk volcano yang disertai awan panas padat.
4. Pelean
Jenis gunung api tipe pelean memiliki ciri letusan paling merusak karena magma yang yang
keluar berasal dari lereng gunung yang lemah.
5. Merapi
Ciri letusan gunung api jenis merapi adalah adanya guguran lava pijar saat kubah lavanya runtuh.
6. St. Vincent
Gunung api jenis st. vincent mempunyai letusan yang dibarengi longsoran besar serta awan
panas yang dapat menutupi area luas.
7. Sursteyan
Tipe letusan gunung api jenis sursteyan sama dengan volcanian, tetapi kekuatan letusannya lebih
besar.
8. Plinian
Gunung api jenis plinian punya letusan eksplosif yang sangat kuat dan tinggi letusannya bisa
lebih dari 55 kilometer.

2.3.4 Jenis Gunung Api Berdasarkan Sejarah Letusannya


1. Gunung api tipe A
Gunung api tipe A punya sejarah letusan sejak tahun 1600 dan di Indonesia jumlahnya ada 76.
2. Gunung api tipe B
Gunung api tipe B punya sejarah letusan sebelum tahun 1600 dan jumlahnya di Indonesia ada 30.
3. Gunung api tipe C
Gunung api yang tidak punya catatan sejarah letusan, tapi masih menunjukkan jejak aktivitas
vulkanik, contohnya solfatara atau fumarole.

2.4. Proses Terbentuknya Ekstrusi Magma


Ekstrusi magma adalah peristiwa penyusupan magma hingga keluar ke permukaan Bumi
dan membentuk gunung api. Hal ini terjadi apabila tekanan gas cukup kuat dan ada retakan pada
kulit Bumi sehingga menghasilkan letusan yang sangat dahsyat. Ekstrusi magma inilah yang
menyebabkan terjadinya gunung api. Ekstrusi magma tidak hanya terjadi di daratan tetapi juga
bisa terjadi di lautan. Oleh karena itu gunung berapi bisa terjadi di dasar lautan. Secara umum
ekstrusi magma dibagi dalam tiga macam, yaitu:
2.4.1. Berdasarkan sifatnya
2.4.1.1. Erupsi eksplosif (letusan)
Terjadi apabila letak dapur magma dalam dan volume gas besar, magma bersifat asam.
Material yang dikeluarkan adalah piroklastik dengan kandungan S1O2 tinggi, misalnya bongkah,
lapili, bom, pasir, abu dan debu. Bentuk Volkan adalah Sharp Cone.
2.4.1.2. Erupsi effusif (lelehan)
Terjadi karena letak dapur magma dangkal, volume gas kecil, magma bersifat basa.
Material yang dikeluarkan berupa lava dengan kandungan S1O2. Bentuk volkan rounded cone.
2.4.1.3. Erupsi campuran
Terjadi karena letak variasi dapur magma, volume gas dan sifat magma bersifat
intermedier tetapi biasanya cenderung basa. Bentuk Volkan Strato.
2.4.2. Berdasarkan bentuk dan lokasi kepundan 
2.4.2.1. Erupsi Linear
Terjadi jika magma keluar lewat celah-celah retakan atau patahan memanjang sehingga
membentuk deretan gunung berapi. Misalnya Gunung Api Laki di Islandia, dan deretan gunung
api di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
2.4.2.2. Erupsi Areal
Terjadi apabila letak magma dekat dengan permukaan bumi, sehingga magma keluar
meleleh di beberapa tempat pada suatu areal tertentu. Misalnya Yellow Stone National Park di
Amerika Serikat yang luasnya mencapai 10.000 km2.
2.4.3. Berdasarkan sifat erupsi dan bahan yang dikeluarkannya 
2.4.3.1. Gunung Api Perisai
Berbentuk kerucut dengan lereng landai dan aliran lava panas dari saluran tengah.Daerah
persebaran magma luas serta proses pendinginan dan pembekuannya pelan. Frekuensi letusan
umumnya sedang dan pelan dengan jumlah cairan lava cair yang banyak. Gunung api ini terjadi
karena magma yang keluar sangat encer. Magma yang encer ini akan mengalir ke segala arah
sehingga membentuk lereng sangat landai. Ini berarti gunung ini tidak menjulang tinggi tetapi
melebar. Contohnya: Gunung Maona Loa dan Maona Kea di Kepulauan Hawaii.
2.4.3.2. Gunung Api Kubah
Gunung ini berbentuk kerucut cembung (konvek) dengan lereng curam.Aliran lava yang
kental dari saluran pusat mengakibatkan aliran lava lambat dan membentuk lapisan yang tebal.
Proses pendinginan dan pembekuan lava cepat. Banyak lava yang membeku di saluran,
akibatnya saluran menjadi tertutup.Letusan yang sangat keras dapat terjadi akibat tekanan dari
dalam Bumi yang tersumbat. Seluruh bagian puncak gunung api pun dapat hancur dan lenyap
seketika. Gunung api ini terjadi akibat adanya letusan eksplosif. Bahan yang dikeluarkan relatif
sedikit, karena sumber magmanya sangat dangkal dan sempit.
2.4.3.3. Gunung Api Strato
Gunung ini mempunyai bentuk kerucut berlereng curam dan luas yang terdiri atas banyak
lapisan lava yang terbentuk dari aliran lava yang berulang-ulang.Lava dapat mengalir melalui
sisi kerucut.Sifat letusan keras. Gunung api ini terjadi akibat erupsi campuran antara eksplosif
dan efusif yang bergantian secara terus menerus. Hal ini menyebabkan lerengnya berlapis-lapis
dan terdiri dari bermacam-macam batuan. Gunung api inilah yang paling banyak ditemukan di
dunia termasuk di Indonesia. Misalnya gunung Merapi, Semeru, Merbabu, Kelud, dan lain-lain.
2.4.4. Berdasarkan Letusnya 
2.4.4.1. Tipe Hawaii
Tipe gunung api ini dicirikan dengan lavanya yang cair dan tipis, dan dalam
perkembangannya akan membentuk tipe gunung api perisai. Tipe ini banyak ditemukan pada
gunung api perisai di Hawaii seperti di Kilauea dan Maunaloa. Contoh letusan tipe Hawai di
Indonesia adalah pembentukan plato lava di kawasan Dieng, Jawa Tengah. Magmanya sangat
cair, ke arah permukaan sering dijumpai letusan pendek yang disertai ledakan.Bahan yang
dikeluarkan berupa abu, bom, lapilli dan setengah padatan bongkah lava. Contoh letusan tipe
Stromboli di Indonesia adalah Gunung Raung di Jawa.
2.4.4.3. Tipe Vulkano
Tipe ini mempunyai ciri khas yaitu pembentukan awan debu berbentuk bunga kol, karena
gas yang ditembakkan ke atas meluas hingga jauh di atas kawah.Tipe ini mempunyai tekanan gas
sedang dan lavanya kurang begitu cair. Di samping mengeluarkan awan debu, tipe ini juga
menghasilkan lava. Berdasarkan kekuatan letusannya tipe ini dibedakan menjadi tipe vulkano
kuat (Gunung Vesuvius dan Gunung Etna) dan tipe Vulkano lemah (Gunung Bromo dan Gunung
Raung). Peralihan antara kedua tipe ini juga dijumpai di Indonesia misalnya Gunung Kelud dan
Anak Gunung Bromo.
2.4.4.4. Tipe Perret
Letusan gunung api tipe perret adalah mengeluarkan lava cair dengan tekanan gas yang
tinggi. Kadang-kadang lubang kepundan tersumbat, yang menyebabkan terkumpulnya gas dan
uap di dalam tubuh bumi, akibatnya sering timbul getaran sebelum terjadinya letusan.Setelah
meletus material-material seperti abu, lapili, dan bom terlempar dengan dahsyat ke angkasa.
Contoh letusan gunung api tipe perret di Indonesia adalah Gunung Krakatau yang meletus sangat
dahsyat pada tahun 1873, sehingga gunung Krakatau (tua) itu sendiri lenyap dari permukaan laut,
dan mengeluarkan semburan abu vulkanik setinggi 5 km.
2.4.4.5. Tipe Merapi
Dicirikan dengan lavanya yang cair-kental. Dapur magmanya relatif dangkal dan tekanan
gas yang agak rendah. Contoh letusan tipe Merapi di Indonesia adalah Gunung Merapi di Jawa
Tengah dengan awan pijarnya yang tertimbun di lerengnya menyebabkan aliran lahar dingin
setiap tahun. Contoh yang lain adalah Gunung Galunggung di Jawa Barat.
2.5. Akibat yang di timbulkan oleh vulkanisme
Pengaruh kegiatan volkanisme selain menguntungkan ternyata bisa menimbulkan
masalah terutama terhadap lingkungan di sekitarnya. Gunung api khususnya saat meletus dapat
membahayakan dan mengancam jiwa. Bahaya tersebut diantaranya:
1. Pada waktu terjadi letusan, semburan lapili, dan pasir panas dapat merusak bangunan, lahan
pertanian, tanaman, bahkan hewan di sekitar gunung api. Abu vulkanik yang biasanya menyebar
secara luas juga dapat mangganggu dan mebahayakan penerbangan. Aliran lava dan lahar panas
dapat merusak bangunan dan lahan pertanian yang dilaluinya.
2. Gas beracun yang dikeluarkan saat erupsi dapat mengancam mahluk hidup termasuk manusia.
Misalnya pada saat letusan kawah timbangan dan Sinila pada tahun 1979, sekitar 149 jiwa
manusia meninggal akibat menghirup gas beracun.
3. Bahan yang dikeluarkan gunung berapi biasanya menumpuk dipuncak dan lereng lereng
gunung. Pada waktu hujan bahan-bahan ini terbawa oleh air hujan menjadi lahar dingin.Lahar
dingin akan merusak daerah yang dilaluinya seperti sungai,lahan pertanian, rumah,dan lain-lain.
Missal lahar dingin Gunung Merapi di Jawa Tengah sering merusak daerah Magelang dan
Yogyakarta. Magma dalam periode pendinginan, masih tetap menunjukkan sisa kegiatannya.
Kegiatan itu sering disebut gejala pasca vulkanis. Gejala Pasca vulkanis ini dapat dibedakan
dalam beberapa bentuk gejala antara lain sumber gas, sumber air panas, sumber air mineral
(mahdani), dan geyser.
2.6. Upaya Pengendalian Bahaya Volkanisme
Upaya pengendalian bahaya gunung api atau volkanisme dapat dilakukan dengan cara
mitigasi yaitu tindakan untuk mengurangi dampak bencana kepada masyarakat. Upaya mitigasi
yang dilakukan mengatasi bahaya volkanisme, diantaranya:
 pembangunan sabodam untuk mengendalikan lahar dingin dan banjir
 Penyusunan peraturan tata guna lahan agar masyarakat tidak mengembangkan pemukiman di
daerah rawan bencana
 Pembuatan terowongan air untuk mengurangi volume air di danau kawah
 Penelitian bencana vulkanisme atau gunung api untuk menilai sehingga dapat diprediksi
potensi bahaya yang akan datang
 Pembuatan peta kawasan rawan bencana gunung api atau volkanisme
 Pemantauan kegiatan gunung api atau vulkanisme
 Penyuluhan terhadap masyarakat tentang bahaya vulaknisme, penyuluhan ini dilakukan baik
lansung maupun tidak langsung kepada penduduk di kawasan rawan bencana.
2.7. Manfaatan Vulkanisme 
2.7.1. Dapat menyuburkan tanah.
Ketika gunung api meletus banyak mengeluarkan abu vulkanik. Abu vulkanik ini pada
awalnya menutupi daerah pertanian dan merusak tanaman yang ada. Namun dalam jangka waktu
setahun atau dua tahun saja, tanah ini menjadi jauh lebih subur. Kesuburan ini dapat bertahan
lama bahkan bisa puluhan tahun. Selain itu tanah material dari bahan volkanik sangat banyak
mengandung unsur hara yang bisa menyuburkan tanah.
2.7.2. Menghasilkan Bahan galian.
Bahan galian yang sangat berharga banyak dihasilkan dari gunung api. Pada saat gunung
api masih aktif dihasilkan bahan galian seperti : belerang, pasir, batu bangunan, tras, batu apung,
dan sebagainya. Sedangkan pada saat gunung api yang istirahat dapat dihasilkan bahan tambang
seperti : emas, perak, besi, timah, marmer, dan lainnya. Di samping itu banyak pula batuan
malihan akibat persinggungan magma dengan mineral tertentu, sehingga terbentuk cadangan
mineral baru yang lebih berharga, seperti tembaga, batu pualam, dan kokas.
2.7.3. Dapat Dijadikan Obyek wisata.
Gunung api juga dapat dijadikan sebagai tempat wisata. Seperti kawah Gunung Bromo di
Jawa Timur atau Gunung Tangkuban Perahu di Jawa Barat. Di sana dapat disaksikan kepundan
yang menarik, pemandangan yang indah, hawa yang sejuk dan segar, aroma belerang, atau
keanehan dan keindahan lain yang hanya bisa ditemukan di sekitar gunung api. Sehingga dapat
menambah penghasilan (income) bagi penduduk yang ada di sekitarnya.
2.7.4. Area penyimpan air hujan.
Gunung api juga bermanfaat sebagai penyimpan air hujan yang baik. Dengan tanahnya
yang subur, maka pada area pegunungan tumbuh suburnya berbagai tumbuhan dan menjadi
hutan yang lebat. Inilah yang dimaksud dengan gunung berapi menjadi tempat reservoir air tanah
yang sangat baik. Hutan lebat ini bisa menjadi sumber mata air yang sangat berguna terutama
sebagai cadangan air di musim kemarau. Sedangkan pada saat musim hujan, hutan berfungsi
sebagai tempat menyerap air dan menahan erosi/longsor sehingga dapat mencegah terjadinya
banjir.
2.8 Studi Kasus Vulkanisme

Studi Kasus tentang Perbandingan antara Erupsi Gunung Bromo Tahun 2010-2011 dan
Erupsi Kompleks Gunung Tengger yang ditulis oleh Akhmad Zaennudin dalam Jurnal
Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol 2 No 1 April 2011: 21-37

Gunung Bromo adalah kerucut gunung api aktif yang paling muda dan sering mengalami
erupsi pasca pembentukan Kaldera Lautan Pasir dari Kompleks Gunung Tengger. Endapan
berupa jatuhan abu atau piroklastik dan didominasi oleh pasiran halus merupakan ciri khas
kompleks Gunung Tengger. Pembentukan kaldera umumnya menghasilkan endapan aliran
piroklastik. Disamping itu dalam pembentukan Kaldera Lautan Pasir juga tidak dijumpai adanya
endapan aliran piroklastik atau ignimbrite dalam volume yang cukup besar dan luas sebarannya.
Oleh karenanya, timbul pertanyaan mengenai hasil endapan batuan yang dihasilkan oleh
pembentukan kaldera tersebut. Metode penelitian ditekankan pada pengamatan endapan di
lapangan, mempelajari proses stratifigrafi dan analisis kimia material baru. Kompleks Gunung
Tengger adalah kompleks gunung api Kuarter, yang membentuk rangkaian vulkanik berarah
timur – barat. Kompleks Gunung Tengger ini dapat dikenali dari bentuknya berupa gunung api
raksasa yang bagian puncaknya terpancung.

Berdasarkan catatan erupsi yang terjadi, Gunung Bromo merupakan gunung api yang sangat
aktif dengan tenggang waktu antar erupsi beberapa bulan hingga 16 tahun. Pada kegiatan erupsi
di tahun 2010-2011 adalah erupsi freatomagmatik menghasilkan material yang didominasi oleh
abu sampai pasir halus. Endapan batuan seperti ini adalah ciri khas dari erupsi yang terjadi di
Kompleks Gunung Api Bromo – Tengger. Dalam evolusinya kompleks gunung api telah
mengalami dua kali pembentukan kaldera yang sangat dipengaruhi oleh kehadiran air. Sebaran
dari endapan freatomagmatik yang terjadi dari erupsi 2010 – 2011 ini cukup luas yang tersebar
ke wilayah di sekitar Kaldera Lautan Pasir karena terdorong oleh tiupan angin. Daerah yang
cukup parah terkena hujan abu tebal adalah daerah yang berada di sebelah timur dan timurlaut,
khususnya wilayah yang terdapat di dalam lembah Sapikerep. Daerah rawan lemparan material
pijar yang berukuran lapilli sampai bongkah adalah daerah di dalam Kaldera Lautan Pasir.

Berdasarkan komposisi kimia dari fragmen juvenile dalam endapan jatuhan piroklastik
termasuk dalam batuan trakhi andesit basaltik menurut dan andesit basaltik potassium tinggi .
Bila ditinjau dari kandungan silica (SiO2), maka masih memerlukan waktu cukup lama untuk
menuju ke erupsi yang lebih besar. Kandungan silika pada erupsi 2010 – 2011 terdapat sekitar 55
– 56 % berat, sedangkan pada pembentukan kaldera di kompleks ini mempunyai kandungan
silika sekitar 59 – 60 % berat.
BAB III

KESIMPULAN

Menurut Koesoemadinata (1977) menyatakan bahwa gunungapi adalah lubang atau


saluran yang menghubungkan suatu wadah berisi bahn yang disebut magma. Suatu ketika
bahan tersebut ditempatkan melalui saluran bumi dan sering terhimpun di sekelilingnya
sehingga membangun suatu kerucut yang dinamakan kerucut gunung api. Sedangkan
Vulkanisme adalah semua peristiwa yang berhubungan dengan magma yang keluar mencapai
permukaan bumi melalui retakan dalam kerak bumi atau melalui sebuah pita sentral yang
disebut terusan kepundan atau diatrema.

Jenis - jenis gunung api dikelompokkan berdasarkan berdasarkan Aktivitasnya, bentuk


dan terjadinya, tipe letusannya, dan sejarah letusannya. Ekstrusi magma terjadi apabila tekanan
gas cukup kuat dan ada retakan pada kulit Bumi sehingga menghasilkan letusan yang sangat
dahsyat. Pengaruh kegiatan volkanisme selain menguntungkan tetapi tetap menimbulkan
bahaya terutama terhadap lingkungan di sekitarnya. Gunung api khususnya saat gunung api
meletus maka dapat membahayakan dan mengancam jiwa.

Upaya pengendalian bahaya gunung api atau volkanisme dapat dilakukan dengan cara
mitigasi yaitu tindakan untuk mengurangi dampak bencana kepada masyarakat. Tetapi
disamping bahaya Vulkanisme ada pula manfaat dari vulkanisme yaitu dapat menyuburkan
tanah, menghasilkan Bahan galian, dapat dijadikan obyek wisata, dan menjadi area penyimpan
air hujan.
DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

Mulyaningsih, S. (2013). Vulkanologi. Yogyakarta: Akprind Press. (dikutip tanggal 14 November 2022)

Sumber Jurnal:

Zaennudin, A. (2011). Studi Kasus tentang Perbandingan antara Erupsi Gunung Bromo Tahun 2010-2011
dan Erupsi Kompleks Gunung Tengger. Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, 21-37.

Nandi, S. (2006). Vulkanisme. Handouts Geologi Lingkungan, 1-19. Universitas Pendidikan Indonesia.

Sumber Website:

123dok.com. (2016, September 7). Dikutip dari from 123dok.com:


https://123dok.com/document/yewnjeey-makalah-vulkanisme-docx.html (diakses tanggal 15
November 2022)

Aisyah, N. (2021, Desember 6). detikEdu. Dikutip dari detik.com:


https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5842852/jenis-gunung-api-menurut-sejarah-erupsi-
aktivitas-bentuk-dan-tipe-letusan (diakses tanggal 14 November 2022)

Anda mungkin juga menyukai