Anda di halaman 1dari 12

vulkanisme dan

pengaruhnya
terhadap kehidupan
TOPIK BAHASAN

Struktur Gunung Api


Instrusi Magma
Ekstrusi Magma atau Erupsi
Tipe-tipe Gunung Api

DAFTAR ISI Tipe Gunung Api Berdasarkan


Aktivitasnya
Gejala Pascavulkanik
Persebaran Gunung Api di
Indonesia
Dampak Vulkanisme Terhadap
Kehidupan di Bumi
STRuktur gunung api
Vulkanisme mengacu pada proses magma (dari astenosfer) naik ke
permukaan bumi karena suhu magma yang tinggi dan kandungan
gas yang cukup banyak di dalamnya. Berdasarkan tempat
pembekuannya, magma di bagi menjadi industri magma dan ekstrusi
magma. Aktifitas vulkanisme berkaitan dengan keberadaan magma
di dalam bumi. Isi bumi yang terbentuk cair ini mengandung batuan
dan gas dengan suhu yang sangat tinggi. Suhu yang sangat panas
membuat magma bergejolak hingga mampu meretakkan, menggeser,
dan menyusup kelapisan bumi di atasnya. Gejala vulkanisme terjadi
karena penyusupan magma. Aktivitas magma tersebut mampu
mengukir wajah muka bumi menjadi berbagai bentuk, sekaligus
mempengaruhi kehidupan manusia.
Intrusi magma
Intrusi adalah aktivitas vulkanik di mana
magma bergerak, namun tidak sampai
keluar ke permukaan bumi. Artinya,
intrusi adalah peristiwa bergeraknya
atau bermigrasinya magma di dalam
permukaan bumi. Pada intrusi, magma
tidak keluar ke permukaan bumi dan
menjadi lava.
ekstrusi magma atau erupsi
Ekstrusi magma merupakan aktivitas atau gerakan magma yang
menyentuh permukaan bumi. Ekstrusi magma juga dapat dikatakan
sebagai proses keluarnya magma dari dalam bumi hingga mencapai
permukaan bumi.

Berdasarkan sifat dan kekuatannya, erupsi gunung api di bedakan


menjadi dua, yaitu sebagai berikut.

a. Erupsi eksplosif. Erupsi ini berupa ledakan yang mengeluarkan benda-


benda padat, seperti bom, lapili, kerikil, dan debu vulkanik. Erupsi
eksplosif terjadi karena dapur magma dalam dan gas nya bersifat asam.

b. Erupsi efusif. Erupsi ini berupa lelehan lava yang keluar melalui
rekahan-rekahan gunung api.
Tipe tipe gunung api menurut proses pembentukannya tipe tipe gunung api
1. Gunung Api Maar
Gunung api maar adalah gunung api yang memiliki kawah di bagian puncaknya. Kata maar sendiri
berarti danau tektonik yang terjal. Danau ini terbentuk karena sifat erupsi yang eksplosif atau letusan
yang kuat. Bahan-bahan yang keluar dari letusan tersebut berupa material padat atau eflata. Contoh
gunung api maar yang berada di Indonesia di antaranya adalah Gunung Dieng, Gunung Gamalama, dan
Gunung Lamongan.

2. Gunung Api Perisai


Gunung api perisai memiliki alas yang luas dan bentuk lereng yang sangat landai. Hal ini disebabkan
karena sifat erupsinya yang berupa letusan efusif atau magma yang keluar dengan cepat, mengalir dan
menyebar di sekitar area gunung api. Gunung api perisai ini terjadi karena memiliki lava yang cair
dengan tekanan yang lemah, serta dapur magma yang dangkal. Gunung api perisai banyak ditemui di
Hawai, Amerika Serikat, seperti Gunung Mauna Loa, Gunung Mauna Kea, dan Gunung Kilauea.

3. Gunung Api Kerucut atau Strato.


Gunung api perisai terjadi karena adanya letusan dan lelehan atau eksplosif dan efusif yang terjadi
secara terus-menerus dan bergantian. Sehingga, gunung ini membentuk suatu suatu kerucut yang
lerengnya berlapis-lapis akibat letusan-letusan sebelumnya. Contoh gunung api perisai atau strato di
Indonesia di antaranya Gunung Kerinci, Gunung Pangrango, dan Gunung Merbabu.
Tipe tipe letusan
gunung api

1. Tipe saint vincent


2. Tipe merapi
3. Tipe hawaii
4. Tipe stromboli
5. Tipe volkano
6. Tipe pelee
7. Tipe perret atau
plinian
Tipe gunung api berdasarkan
aktivitasnya
Tipe A adalah gunungapi yang pernah mengalami erupsi magmatik
sekurangkurangnya satu kali sesudah tahun 1600.

Tipe B adalah gunungapi yang sesudah tahun 1600 belum lagi


mengadakan erupsi magmatik, namun masih memperlihatkan gejala
kegiatan seperti kegiatan solfatara.

Adapun Tipe C, adalah gunungapi yang erupsinya tidak diketahui


dalam sejarah manusia, namun masih terdapat tanda-tanda kegiatan
masa lampau berupa lapangan solfatara/fumarola pada tingkah lemah.
Gunung api tipe A berjumlah 76, tipe B berjumlah 30 dan tipe C
berjumlah 21.
GEJALA PASCAVULKANIK
Selain gunung api yang dihasilkan dari aktivitas ekstrusi magma, ada beberapa fenomena alam lain yang
terbentuk dari proses lanjutan atau pasca vulkanisme. Kenampakan tersebut antara lain kaldera, danau
kaldera, plato lava, geyser, dan kolam lumpur.
1. Sumbat Lava
Fenomena pasca vulkanisme pertama adalah Sumbat Lava. Kenampakan ini terjadi ketika lava yang padat
dalam pipavulkanik yang padam menjadi massa yang resistan.
Beberapa waktu kemudian, bagian dari kerucut vulkanik yang terdiri atas materi yang kurang resistan
menjadi lapuk dan terkikis, yang tertinggal hanya sumbat lava. Ukuran sumbat lava ini bisa sangat besar
hingg menyerupai bukit. Salah satu contohnya yaitu Menara Setan di Wyoming, USA.
2. Kaldera dan Danau Kaldera
Kaldera adalah cekungan besar yang ada di puncak gunung. Kenampakan ini terjadi akibat letusan yang
sangat dahsyat dan meninggalkan lubang yang besar. Jika lubang ini kemudian terisi air akan membentuk
danau kaldera.
3. Plato Lava
Kenampakan ini terjadi karena magma yang keluar bersifat encer, sehingga mampu menyebar dan
membentuk hamparan lava yang luas dan lama- kelamaan secara perlahan lava ini membeku hingga
membentuk suatu dataran tinggi yang disebut plato.
4. Geyser dan Mata Air Panas
Di kawasan vulkanik, air tanah bisa dipanaskan oleh magma. Air yang terpanaskan ini bisa muncul ke
permukaan dengan tenaga eksplosif, inilah yang disebut geyser. Jika air ini keluar melalui aliran air di
celah batuan, terbentuklah mata air panas. Adapun geyser merupakan air panas yang memancar secara
periodik.
persebaran gunung api di indonesia
Proses pembentukan gunung api sangat erat kaitannya dengan gerakan lempeng tektonik. Pada
umumnya jenis gunung api yang terdapat di atas permukaan laut berasosiasi dengan zona
subduksi pada batas lempeng konvergen. Bertemunya lempeng samudera dan lempeng benua
menyebabkan lempeng samudera yang berukuran tipis namun memiliki masa jenis yang lebih
berat menyusup kebawah lempeng benua, akibatnya terjadi gesekan antar dua masa batuan
dan melebur menjadi magma karena pengaruh tekanan yang kuat dan temperatur yang tinggi.

Magma yang terbentuk pada zona subduksi pada umumnya berkomposisi andesitik yang lebih
kaya akan silika dari pada magma jenis basaltis sehingga lebih kental. Kedalaman dapur
magma yang dalam dan tekanan gas yang cukup tinggi menyebabkan gunung api yang berada
pada zona tumbukan ini memiliki tipe letusan eksplosif dan biasanya menghasilkan aliran
piroklastik, pembentukan gunung api strato dan kaldera.

Selain pada batas lempeng konvergen, pembentukan gunung api pun terjadi di batas lempeng
divergen, dimana dua lempeng saling menjauh. Pada saat pergerakan lempeng divergen magma
menyusp ke atas melalui celah rekahan sehingga terjadi pemekaran lempeng baru yang disertai
aktivitas vulkanisme. Pada umumnya magma yang dihasilkan dari akitivitas lempeng divergen
berkomposisi basatlis dengan kandungan silika dan viskositas magam yang rendah sehingga
lava mudah mengalir.
dampak vulkanisme terhadap kehidupan
di bumi
a. Dampak positif
1) Proses vulkanisme pada gunung api di indonesia bermanfaat bagi lahan pertanian
karena abu vulkanik akibat letusan gunung api membuat tanah menjadi subur.
2) Gunung api merupakan penghasil bahan galian tambang, seperti emas, intan, timah,
serta bahan bangunan lainnya.
3) Bentuk hasil proses vulkanis dapat dijadikan wisata alam yang sangat menarik.
b. Dampak negatif
1) Lereng-lereng yang terbentuk karena proses vulkanis umumnya terjal sehingga
terbatas untuk dijadikan daerah pertanian.
2) Daerah-daerah pegunungan yang terjal juga tidak baik dijadikan daerah permukiman
karena rentan terjadi tanah longsor yang dapat menimbulkan kerugian, baik material
maupun korban jiwa.
3) Gempa bumi dan letusan gunung api dapat menelan korban jiwa, membahayakan
kesehatan masyarakat, serta menimbulkan kerugian material bagi penduduk setempat.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk penanggulangan
bencana letusan gunung api antara lain sebagai berikut.

a. Langkah yang harus dilakukan sebelum terjadi letusan gunung api.


Memantau dan mengamati secara intens kegiatan gunung api yang aktif.
Membuat dan menyediakan peta kawasan rawan bencana dan peta zona resiko bahaya gunung
api yang didukung peta geologi gunung api.
Melakukan kebijakan-kebijakan yang sudah ditetapkan dalam menanggulangi letusan gunung
api.
Melakukan pembimbingan dan pemberian informasi gunung api.
Melakukan penyelidikan dan penilitian geologi , geofisika, dan geokimia gunung api.
Melakukan peningkatan sumber daya manusia dan pendukungnya, seperti peningkatan sarana
dan prasarana-nya.
b. Langkah yang harus dilakukan setelah dilakukan.
Melakukan pendataan, termasuk jangkaujan letusan gunung api.
Menandai daerah-daerah yang akan terdampak bencana.
Mengusulkan saran penanggulangan bahaya.
Memberikan saran penataan kawasan jangka pendek dan jangka panjang.
Merenovasi berbagai fasilitas yang hancur atau rusak.

Anda mungkin juga menyukai