Anda di halaman 1dari 20

PENGARUH PENCEMARAN AIR SUNGAI CILIWUNG TERHADAP AKTIVITAS

MASYARAKAT SEKITAR

KELOMPOK 3

KELAS : X-4

DI SUSUN OLEH :

1. Abdul Wahid R. Nune


2. Mohamad B. Arimas
3. Nola Putri Fazira
4. Sivriyanti Kau
5. Sintia U. Mohamad
6. Hilmawaty Nusi

SMA NEGERI 1 LIMBOTO

T.P : 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya, kami kelompok 3 dapat
menyelesaikan makalah penelitian yang berjudul “Pengaruh Pencemaran Air Sungai Ciliwung
Terhadap Aktivitas Masyarakat Sekitar”. Makalah ini merupakan inovasi pembelajaran untuk
memahami penelitian secara mendalam, semoga makalah ini dapat berguna untuk pelajar pada
umumnya. Saya juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
saya sangat membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dan pada intinya untuk
memperbaiki kekurangan-kekurangan agar dimasa yang akan datang lebih baik lagi.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan 1
1.4 Manfaat 4

Bab II Landasan Teori

Bab III Metodologi Penelitian


3.1 Data Penelitian 1
3.2 Metode Penelitian 4

Bab IV Analisis Data dan Pembahasan


4.1 Analisis Data 1
4.2 Pembahasan 4

Bab V Penutup
5.1 Kesimpulan 1
5.2 Saran 4

Daftar Pustaka

Lampiran
DAFTAR GAMBAR

KONDISI SUNGAI CILIWUNG DULU

KONDISI SUNGAI CILIWUNG SEKARANG


DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Solving Problem Method

Sumber : Cawley & Talbot, 2010 dan Wiyanti & Pulungan, 2013

Tabel 3.2 System Design Method

Sumber : Dennis, Wixom, & Roth, 2012


BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kali Ciliwung dengan sumber mata air dari Gunung Pangrango memiliki panjang 109 km dan
luas DAS 347 km2, melewati Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Depok, Condet, Manggarai,
Gunung Sahari, Pantai Indah Kapuk dan bermuara di pantai utara DKI Jakarta. Setiap tahun di
musim hujan beberapa ruas Kali Ciliwung, terutama antara ruas Cawang – Pintu Air Manggarai
di Propinsi DKI Jakarta, mengalami luapan genangan banjir. Genangan yang terjadi di daerah
tersebut disebabkan karena perubahan tata guna lahan dan buruknya drainase di daerah hulu
yang akan berpengaruh pada perubahan karakteristik baik dari segi besarnya debit banjir dan
lama waktu kejadian banjir.

Genangan banjir juga disebabkan oleh adanya penyempitan kali oleh padatnya pemukiman di
bantaran kali yang mengakibatkan kapasitas debit aliran Kali Ciliwung lebih kecil daripada debit
banjir rencana. Beberapa rencana penanganan banjir Kali Ciliwung pada ruas Cawang – Pintu
Air Manggarai antara lain yaitu pelebaran kali, perkuatan tebing dan pembuatan tanggul.
Mengingat adanya kecenderungan semakin besarnya debit banjir dan semakin kecilnya kapasitas
tampung Kali Ciliwung dari tahun ketahun, persoalan tersebut perlu mendapatkan perhatian yang
serius di dalam penanganannya.

Penanganan banjir Kali Ciliwung mengacu pada pola induk pengendalian banjir sub wilayah
banjir sistem Kanal Banjir Barat, Satuan Kerja Pengendalian Banjir dan Pengamanan Pantai
Ciliwung Cisadane, Direktorat Jendral Sumber Daya Air. Program normalisasi Kali Ciliwung
adalah dengan pelebaran kali, perkuatan tebing kali dan pembuatan tanggul di sepanjang Kali
Ciliwung, yang sampai saat ini program tersebut berjalan agak tersendat, mengingat daerah
sepanjang Kali Ciliwung melintasi daerah pemukiman dan pusat perekonomian yang padat.
Dengan adanya kendala yang terjadi pada rencana penanganan banjir Kali Ciliwung tersebut,
maka pada tahun 2005 Pemerintah Daerah DKI Jakarta memerintahkan PT. Pratiwi Adhiguna
Konsultan melakukan studi dan diperoleh hasil bahwa elevasi muka air banjir Kali Ciliwung
lebih tinggi dari Elevasi muka air banjir Kali Cipinang. Kali Cipinang merupakan hulu dari
Kanal Banjir Timur (KBT). Dari hasil studi tersebut, PT. Pratiwi Adhiguna Konsultan
merekomendasikan kemungkinan dibuat sudetan (diversion channel) dari Kali Ciliwung ke Kali
Cipinang, untuk mengalihkan sebagian debit banjir Kali Ciliwung ke Kanal Banjir Timur,
sebagai upaya memaksimalkan daya tampung saluran – saluran/ drainase mayor melalui sistem
interkoneksi.

Pada tahap ini, Kementrian Pekerjaan Umum Dirjen Sumber Daya Air memutuskan mengalihkan
debit banjir Ciliwung ke KBT melalui Kali Cipinang yang dapat mengalirkan debit aliran
minimal sebesar 60 m3/detik dengan mengikuti trase jalan sepanjang Jl. Otto Iskandar Dinata 3
dengan panjang sudetan + 1,25 km. Pada awal perencanaan proyek ditargetkan akan selesai pada
bulan Februari 2015 namun timbul permasalahan yaitu sulitnya pembebasan lahan pada area
Driving Shaft – Inlet dari Kali Ciliwung yang berlokasi di Jalan Sensus, karena permasalahan
tersebut proyek menjadi mundur hingga bulan Desember 2015. Permasalahan tersebut sangat
menarik untuk dijadikan penelitian, maka peneliti ingin menganalisis bagaimana manajemen
waktu dan biaya untuk menyelesaikan sisa pekerjaan yang ada setelah Amandemen III tentang
perpanjangan waktu pelaksanaan kontruksi.

Dengan demikian peneliti dapat melakukan analisa pengendalian proyek pembangunan sodetan
kali ciliwung ke banjir kanal timur untuk menyelesaikan sisa pekerjaan yang masih tersisa.
Dengan alasan tersebut penulis mengajukan Tugas Akhir dengan judul : “Analisa Penjadwalan
Ulang Waktu Pelaksanaan Konstruksi Pada Proyek Sudetan Kali Ciliwung Ke Kanal Banjir
Timur Setelah Diputuskan Amandemen III Tentang Perpanjangan Waktu Pelaksanaan
Konstruksi”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang bisa diambil adalah :

1. Bagaimana penentuan penjadwalan ulang waktu pelaksanaan pada tipe proyek rancang
bangun (Design and Build).
2. Bagaimana penjadwalan ulang waktu pelaksanaan untuk menyelesaikan sisa pekerjaan
yang ada setelah ada amandemen perpanjangan waktu.
3. Bagaimana menganalisa biaya efektif proyek Sudetan Ciliwung pasca penjadwalan ulang.

1.3 Tujuan

Tujuan yang ingin di capai dari penelitian ini adalah :

1. Mencari waktu yang efektif untuk menyelesaikan sisa pekerjaan yang ada.

2. Mencari biaya efektif untuk menyelesaikan sisa pekerjaan yang ada.

3. Untuk melakukan pengendalian waktu pelaksanaan pembangunan proyek

Sudetan Ciliwung.

1.4 Manfaat

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Menerapkan ilmu yang diperoleh di bangku perkuliahan ke dalam proyek.

2. Dapat berguna sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.

3. Dapat digunakan sebagai pertimbangan oleh kontraktor untuk

mengoptimalkan pengendalian waktu dan biaya.


BAB II LANDASAN TEORI

Definisi DAS

Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disebut DAS adalah suatu wilayah daratan yang
merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung,
menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara
alami, yang batas di darat merupa- kan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan
daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan (PP No.32 Tahun 2012). DAS
merupakan ekosistem, dimana unsur organisme dan lingkungan biofisik serta unsur kimia
berinteraksi secara dinamis dan di dalamnya terdapat keseimbangan inflow dan outflow dari
material dan energy (Direktorat Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas Riau Kehutanan dan Konservasi Sumberdaya Air, 2004). DAS adalah daerah yang
dibatasi punggung-punggung gunung dimana air hujan yang jatuh pada daerah tersebut akan
ditampung oleh punggung gunung tersebut dan akan dialirkan melalui sungai-sungai kecil ke
sungai utama (Asdak, 2004).

Fungsi DAS

Didefinisikan sebagai suatu keadaan bagaimana kondisi suatu lanskap mempengaruhi kualitas,
kuantitas dan periode waktu suatu aliran sungai (atau air tanah), yang secara rinci dapat
dijabarkan bagaimana suatu lanskap mempengaruhi: (1) transmisi/proses aliran sungai, (2)
kemampuan menyangga dan (3) pelepasan secara perlahan- lahan curah hujan yang disimpan di
tanah, (4) kualitas air dan (5) menjaga keutuhan tanah pada DAS. Kelima kriteria tersebut
terangkum dalam indikator-indikator kuantitatif berikut, yang dapat diterapkan dalam menilai
DAS pada skala yang berbeda (Rahayu, S. 2009). Fungsi hidrologis DAS mencakup: a)
mengalirkan air, b) menyangga kejadian puncak hujan, c) melepas air secara bertahap, dan d)
mengurangi perpindahan massa tanah (Van Noordwijk et al. 2004)

Pengelolaan DAS

Pengelolaan DAS adalah upaya manusia dalam mengatur hubungan timbal balik antara
sumberdaya alam dengan manusia di dalam DAS dan segala aktivitasnya, agar terwujud
kelestarian dan keserasian ekosistem serta meningkatnya kemanfaatan sumberdaya alam bagi
manusia secara berkelanjutan (PP No 32 Tahun 2012). Pengelolaan DAS dijalankan atas prinsip
kelestarian sumberdaya yang memadukan kepentingan produktivitas dan konservasi sumberdaya
untuk mencapai beberapa tujuan (Soemarno, 2011). Pengelolaan DAS terpadu adalah upaya
terpadu dalam pengelolaan sumberdaya alam, meliputi tindakan pemanfaatan, penataan,
pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, pemulihan dan pengembangan DAS berazaskan
pelestarian kemampuan lingkungan yang serasi dan seimbang untuk menunjang pembangunan
yang berkesinambungan bagi peningkatan kesejahteraan manusia (PP No.32 Tahun 2012).
BAB III METODELOGI PENELITIAN

3.1 Data Penelitian

Data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah data histori tinggi muka air pada
sungai daerah Depok, Bogor, dan Bekasi yang dinaungi oleh Balai Besar Wilayah Sungai
(BBWS) Cilliwung – Cisadane (seperti pada gambar 3.1 yaitu merupakan peta DAS BBWS
Ciliwung – Cisadane) untuk periode tahun 2015 hingga 2018.

Gambar 3.1 Peta Daerah Aliran Sungai (DAS) Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS)
Ciliwung-Cisadane

3.2 Metode Penelitian


3.2.1 Solving Problem Method

Tabel 3.1 Solving Problem Method

Sumber : Cawley & Talbot, 2010 dan Wiyanti & Pulungan, 2013

Metode Support Vector ARIMA


Regression (SVR)
Kelebihan 1. Memiliki parameter 1. Pengaplikasi model yang
regularisasi yang berfungsi mudah terhadap data time
menghindari over-fitting series.
2. Dapat direkayasa melalui 2. Mudah di modifikasi
kernel Dengan algoritma
3. Dapat dilakukan optimasi lainnya, khususnya untuk
dengan metode lain yang data yang memiliki kasus
dapat membuat metode lebih non- liner dan liner secara
efisien bersamaan.
3. Peramalan yang tepat dan
baik untuk data peramalan
jangka pandek dan untuk
data time series.
Kekurangan Bergantung pada parameter Kurang baik dalam
dari regularisasi dan kernel peramalan dengan data non
linier

3.2.2 System Design Method

Tabel 3.2 System Design Method

Sumber : Dennis, Wixom, & Roth, 2012

Metode Waterfall Prototype Rapid Application


Development (RAD)
Kelebihan 1.Memungkinkan 1.Menjalin 1 Menghemat waktu.
untuk komunikasi yang baik 2 Membantu
departementalisasi antara user dengan pengembangan
dan kontrol. pengembang sistem. aplikasi yang
2 Kualitas sistem 2 Menghemat waktu berfokus pada waktu
yang dihasilkan akan dalam penyelesaian.
baik,karena mengembangkan 3 Mengurangi
pelaksanaannya sebuah sistem. seluruh
bertahap. 3 Menghemat biaya. kebutuhan yang
3.Dokumen berkaitan dengan
pengembangan sistem biaya proyek dan
sangat terorganisir, sumber daya
karena tiap tahap manusia.
harus diselesaikan 4 Sudut pandang
terlebih dahulu user disegikan dalam
sebelum berlanjut ke sistem akhir yang
tahap selanjutnya. baik melalui fungsi-
fungsi sistem atau
interface.
5 Menciptakan rasa
kepemilikan yang
kuat.
Kekurangan 1.Tidak Tidak cocok untuk 1 Mengerjakan
memungkinkan diimplementasikan proyek dengan
adanya revisi. pada sebuah sistem terburu-buru.
2.Proses yang sangat besar dan 2 Waktu yang sedikit
pengembangan tidak global. akan membuat
dapat dilakukan pengembang kurang
secara berulang. melihat secara detail.
3 Satu kesalahan akan
menjadi permasalahan
yang fatal dan
berakibat pada
tahapan selanjutnya.
4 Pembuatan
perangkat
Lunak akan dimulai
ketika tahap telah
selesai (proses yang
lama).

Berdasarkan perbandingan metode pengembangan sistem di atas, maka

metode pengembangan sistem yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode Rapid
Application Development atau RAD. Metode RAD ini digunakan karena dapat membantu
pengembangan aplikasi yang berfokus pada waktu penyelesaian yang cepat serta
memaksimalkan hasil yang berkualitas. Terdapat 3 tahapan dalam metode RAD ini, yaitu:

a) Tahap Requirement Planning

Pada tahap ini akan mengidentifikasi tujuan dari penelitian ini

mengenai prediksi tinggi muka air sungai pada daerah Bogor, Bekasi dan Depok serta
mengidentifikasi syarat-syarat yang akan digunakan dalam pembuatan sistem penelitian ini,
seperti informasi data histori tinggi muka air sungai yang ada pada daerah Bogor, Bekasi, dan
Depok.

b) Tahap System Design Method

Pada tahap ini akan dilakukan perancangan sistem serta membangun prototype aplikasi
mengenai prediksi tinggi muka air sungai dan melakukan evaluasi dengan user yang
menggunakan aplikasi ini dan memperbaiki kesalahan pada aplikasi ini.

c) Tahap Implementation

Setelah melakukan evaluasi dengan user, selanjutnya pada tahap ini sistem diimplementasikan
dan kemudian diujicoba dan kemudian diperkenalkan kepada user lainnya.

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Data


Sungai Ciliwung merupakan salah satu sungai yang masih digunakan sebagai sumber kehidupan
dari hulu Bogor ke hilir Jakarta. Apabila sungai Ciliwung tercemar akan mempengaruhi
kebutuhan air masyarakat sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi kualitas
air sungai Ciliwung dilihat dari parameter kimia dan fisika, yaitu derajat keasaman (pH) dan
kekeruhan air berbasis logger pro serta merumuskan solusi pengendalian pencemaran air sungai
Ciliwung sebagai upaya pelestarian sumber air permukaan. Pengambilan sampel dilakukan pada
5 titik pantau, yaitu Ratu Jaya Depok, TPU Kalimulya, Jembatan Panus Depok, Pondok Cina,
dan Bidara Cina. Hasil analisis kualitas air yang ditinjau dari parameter pH berbasis logger pro
menunjukkan hasil pH secara realtime dan kondisi pH rata-rata untuk sungai Ciliwung adalah
7,18. Tingkat kekeruhan air sungai yang paling keruh diantara kelima titik pantau, yaitu Bidara
Cina dengan indeks bias air 1,46 sedangkan indeks bias air pada keadaan normal adalah 1,33.
Semakin besar nilai indeks bias air, maka akan menghambat cahaya masuk ke dalam medium air,
sehingga menurunkan kualitas air yang ditunjukkan dengan tingkat kekeruhan air. Air sungai
Ciliwung di lima titik tersebut masih bisa digunakan untuk kebutuhan air masyarakat sekitar
karena nilai pH sesuai dengan PP No.82 Tahun 2001 yaitu pH air sekitar 6-9, tetapi masih dalam
tingkat kekeruhan “sedang”.

4.2 Pembahasan

Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting dalam kehidupan umat manusia dan
semua mahkluk hidup yang ada di bumi. Keberadaan air sangat mempengaruhi kehidupan
makhluk yang ada di bumi sehingga air seringkali disebut sebagai sumber kehidupan. Salah satu
sumber air adalah sungai, yaitu aliran air alami yang memanjang dan mengalir secara terus-
menerus dari hulu menuju hilir. DKI Jakarta dilintasi oleh 13 sungai besar dan beberapa sungai
kecil serta 40 situ tersebar di 5 wilayah kota yang sangat potensial sebagai air permukaan untuk
menunjang kehidupan manusia (Hendrawan, 2010). Sungai terbesar dan terpanjang di DKI
Jakarta adalah Sungai Ciliwung. Panjang sungai Ciliwung dari bagian hulu sampai muara di
pesisir pantai Teluk Jakarta adalah ± 117 km, dengan luas DAS Ciliwung sekitar 347 km2 (Said,
2018). Sungai Ciliwung mengalir melalui tengah Jakarta dan melintasi banyak permukiman dan
perkampungan padat. Hal tersebut menyebabkan sungai Ciliwung menjadi tercemar karena kerap
kali menjadi tempat pembuangan limbah cair maupun limbah padat dari kegiatan pabrik maupun
rumah tangga.

Sungai memiliki banyak manfaat untuk kehidupan manusia seperti sumber air, alat transportasi,
pengairan sawah, peternakan, keperluan industri, irigasi, tempat memelihara ikan, Pembangkit
Listrik Tenaga Air (PLTA), bahkan sebagai tempat rekreasi. Disamping pemanfaatan sungai
yang positif, masyarakat juga memanfaatkan sungai secara negatif dengan menjadikan sungai
sebagai sarana pembuangan limbah rumah tangga maupun limbah pabrik. Dinas Lingkungan
Hidup (DLH) DKI Jakarta mengatakan bahwa 61% sungai di Jakarta masuk ke dalam kategori
cemar berat pada tahun 2017, angka tersebut meningkat pesat dari semula 32% pada tahun 2014,
dan sungai Ciliwung termasuk ke dalam kategori cemar berat berdasarkan penghitungan di 24
titik sampling (Khalika, 2018).
Sungai yang tercemar dapat memberikan dampak buruk seperti bencana bagi kehidupan manusia
di sekitarnya. Selain itu, ekosistem di sekitar sungai juga akan terganggu. Adapun dampak lain
yang ditimbulkan dari pencemaran sungai adalah terjadinya bencana banjir, munculnya berbagai
penyakit, berkurangnya ketersediaan air bersih, matinya ikan-ikan serta ekosistem air yang ada di
alamnya dan mengganggu produktivitas tanaman. Salah satu contoh bencana yang pernah terjadi
di DKI Jakarta yang diakibatkan oleh pencemaran sungai adalah bencana banjir yang merendam
sebagian daerah di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur. Di Jakarta Selatan, banjir mengenai daerah
Kelurahan Pejaten Timur, Kelurahan Srengseng Sawah, Kelurahan Lenteng Agung, Kelurahan
Pengadegan dan Kelurahan Rawa Jati dengan ketinggian air mulai dari 30cm-170cm. Sementara
di Jakarta Timur, banjir menggenang di Kelurahan Balekambang, Kelurahan Bidara Cina,
Kelurahan Cawang dan Kelurahan Kampung Melayu dengan ketinggian air sekitar 30-100 cm
(Erwanti, 2019).

Selain itu, masyarakat terdampak banjir juga terancam wabah penyakit yang akan ditimbulkan
dari bakteri-bakteri yang terkandung dalam air sungai. Bakteri E.Coli yang termasuk ke dalam
mikroorganisme patogen dapat menimbulkan penyakit yang berbahaya bagi manusia. Selain itu,
virus serta cacing pada tinja, dan juga limbah domestik yang berasal dari kegiatan rumah tangga,
apabila masuk ke dalam tubuh manusia, maka akan menyebabkan diare dan muntaber yang bisa
berujung pada kematian. Adapun penyakit lain yang ditimbulkan oleh banjir adalah Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA), Demam Berdarah (DBD) dan penyakit kulit. Salah satu contoh
dari masyarakat terdampak banjir yang terjangkit penyakit adalah warga di tiga kelurahan
wilayah Kecamatan Kramat Jati, yaitu Kelurahan Balekambang, Cilililtan dan Cawang (Putra,
2019)

Pencemaran lingkungan menjadi tanggung jawab kita semua, tanggung jawab setiap orang dan
badan hukum dalam pemeliharaan tanah termasuk air yang menambah kesuburannya termaktub
dalam Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) Nomor 05 Tahun 1960 Pasal 15 yang berbunyi
“memelihara tanah, termasuk menambah kesububurannya serta mencegah

kerusakaannya adalah kewajiban tiap-tiap orang, badan hukum atau instansi yang mempunyai
hubungan hukum dengan tanah itu, dengan memperhatikan pihak yang ekonomis lemah”.
Hukum tersebut juga berlaku bagi pemeliharaan air, mengingat keberadaan air dapat
mempengaruhi kesuburan tanah.

Terdapat banyak cara yang bisa dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi pencemaran sungai,
yaitu dengan memberikan pendidikan kepada masyarakat mengenai pentingnya menjaga
kebersihan sungai dengan tidak membuang sampah sembarangan, memberikan penyuluhan
ataupun pelatihan tentang pengelolaan limbah dengan baik, merehabilitasi sungai yang tercemar
dengan membersihkannya secara berkelanjutan, menggunakan teknik bioremidiasi untuk
menetralkan senyawa berbahaya dari limbah cair di sungai dan menegakkan aturan larangan
membuang sampah di sungai dengan konsisten dan menindak siapapapun yang melanggarnya.

Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan kesadaran dan
tanggung jawab terhadap lingkungan adalah dengan memberikan pendidikan diajarkan pada
kurikulum jenjang SMP (Budiaman & Nadiroh, 2017) . Dalam kurikulum tersebut, Standar
Kompetensi yang dijabarkan adalah mengenai kerusakan lingkungan hidup. Standar kompetensi
tersebut diuraikan dalam kompetensi dasar dengan beberapa substansi diantaranya yaitu
pencemaran limbah cair, pencemaran limbah padat, pencemaran udara, pencemaran sampah,
pengelolaan dan pemanfaatan limbah. Selain memberikan pemahaman, pengetahuan serta
wawasan mengenai lingkungan, Pendidikan Lingkungan Hidup di sekolah juga mendukung
terwujudnya lingkungan yang bersih, asri, aman dan, tumbuhnya kesadaran dan tanggung jawab
dikalangan warga sekolah, selain itu sekolah dan lingkungan menjadi kesatuan yang terintegrasi
sebagai suatu habitat ilmiah.

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :

Berdasarkan perhitungan beban eksternal yang masuk ke sungai dapat diketahui saluran-saluran
yang merupakan beban potensial yang masuk ke sungai Ciliwung dan Banjir Kanal Barat adalah
dari Saluran Cijantung pada reach 1, saluran Pasar Minggu pada reach 2, saluran Cililitan pada
reach 3, saluran Bidara Cina 2 pada reach 4, Kali Baru Barat dan Saluran Bali Matraman pada
reach 5 dan Kali Krukut dan Pompa Siantar pada reach 6. Nilai beban sungai lebih tinggi 11.59
% sampai 44.60 % akibat pembuangan sampah di sungai. Beban yang berasal dari kegiatan
instansional masih memiliki nilai BOD yang lebih rendah dibandingkan nilai BOD domestik air
buangan, sehingga walaupun menaikkan beban buangan namun memperkecil nilai BODnya.

Daerah yang memiliki kualitas air yang kritis adalah pada reach yang memiliki masukan beban
potensial dimana pada daerah tersebut, penurunan nilai DOnya menjadi besar. Pada reach 3.2
skenario 1 dan 2 nilai DO adalah nol hingga ke hilir, maka mulai dari reach ini, beban yang
masuk ke sungai harus diperhatikan. Nilai kualitas air yang masuk pada reach 1.1 juga harus
diperhatikan agar tidak terjadi perbedaan nilai DO dan BOD yang sangat jauh sehingga kenaikan
nilai DO akan sulit dicapai walaupun nilai K2 sungai cukup tinggi.

Berdasarkan kualitas sungai dan beban eksternal yang masuk ke sungai diperlukannya reduksi
beban pencemaran yang dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Pembatasan beban limbah yang masuk ke sungai 1. Pembatasan pertambahan penduduk

Pada reach 1 hingga 3 pertambahan penduduk masih memungkinkan dengan syarat tetap
memenuhi besarnya beban BOD yang harus direduksi. Pada reach 4 hingga 6 pertambahan
penduduk tidak direkomendasikan akibat tidak tersedianya lagi lahan untuk bermukim. Selain
itu, penduduk liar di sepanjang sungai pada reach 4 dan 6 harus dipindahkan.

2. Pembatasan kualitas dan kuantitas domestik yang masuk ke sungai

Reduksi beban domestik dilakukan mulai dari hulu hingga ke hilir. Reduksi dari hulu ke hilir
semakin besar yaitu dari 24.87 % hingga 86.31%. Reduksi terbesar dilakukan pada beban
potensial.

3. Pembatasan limbah kegiatan instansional

Berdasarkan skenario 4b dan 5b penurunan nilai BOD yang terjadi sama, sedangkan perbedaan
nilai DO dapat terlihat mulai dari reach 3 dimana jika debit dinaikkan dan BOD diturunkan,
penurunan nilai DO lebih kecil dan lebih mudah untuk menaikkan nilai DOnya. Tidak
terdapatnya perbedaan penurunan nilai BOD pada skenario 4a dengan 4b dan 5a dengan 5b.
Perbedaan hanya terjadi pada perubahan kenaikan DO di reach 6

b. Pengaturan titik discharge limbah


Berdasarkan skenario 4 c dan 5c, pengaturan titik discharge ternyata tidak memberikan
kontribusi penurunan nilai debit secara keseluruhan. Skenario ini tidak memberikan kontribusi
terhadap pengurangan penurunan nilai DO atau penambahan nilai DO.

c. Pengelolaan lingkungan dalam memperbaiki kualitas air limbah yang masuk ke sungai

Alternatif perbaikan kualitas sungai dengan melakukan reduksi BOD terhadap beban air limbah
yang masuk ke sungai dengan cara merencanakan pembangunan IPAL individu/komunal,
optimalisasi kerja waduk, optimalisasi IPAL pada kegiatan instansional, pengelolaan sampah
yang baik, penghilangan beban incremental dan perbaikan kualitas air dengan mengharuskan
terpenuhinya baku mutu kualitas air yang masuk ke Jakarta. Melakukan perbaikan sanitasi pada
daerah padat dan perkampungan serta relokasi penduduk pada penduduk yang berada disekitar
bantaran sungai dan penduduk kumuh

Keputusan Gubernur KDKI Jakarta No.582 tahun 1995 tentang Penetapan Peruntukan dan Baku
Mutu Air Sungai. menargetkan kualitas air sungai yang masuk pada reach 1.1 adalah 3 mg/L
untuk DO dan 10 mg/L untuk BOD ternyata tidak dapat mempertahankan nilai DO jika
mengikuti jumlah beban dan intensitas air limbah yang ada walaupun telah direduksi. Nilai BOD
seharusnya lebih rendah dan nilai DO lebih tinggi. Direkomendasikan mengacu pada PP No 82
tahun 2001.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah :

1. Dalam menjalankan alternatif perbaikan kualitas sungai,perangkat peraturan harus sudah


siap, baik dari peraturan perencanaan, pembangunan, pelaksanaan, dan pengawasan.
2. Kurangnya data sampah, khususnya data sampah yang tidak tertangani yang berasal dari
pemukiman kumuh dan pemukiman bantaran sungai.
3. Perlunya pendataan terhadap penduduk yang tinggal di bantaran kali dan areal slump.
Selain itu, pendataan terhadap limbah industri rumah tangga juga harus dilakukan.
4. Data fisik sungai dan saluran air buangan harus ada dan terstruktur dan selalu
diperbaharui.
5. Mengembangkan hasil-hasil penlitian yang telah ada sebelumnya sebagai bahan untuk
pengedalian dan pengelolaan pencemaran di sungai Ciliwung dan Banjir Kanal Barat.

DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.ums.ac.id/46766/19/BAB%20I.pdf
http://repo.unand.ac.id/23054/1/Aprisal%201-PROSIDING%20SEMNAS%20DAS%20-
%20LPPMUR%202017%20NEW%20%28pdf.io%29.pdf

https://www.researchgate.net/publication/
333395589_PENCEMARAN_SUNGAI_CILIWUNG_DAN_DAMPAK_BURUKNYA_BAGI_
MASYARAKAT_DKI_JAKARTA

https://kc.umn.ac.id/13397/5/BAB_III.pdf

https://lib.ui.ac.id/file?file=digital/130217-T%2024792-Daya%20tampung-Kesimpulan.pdf
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai