Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Permasalahan umum mengenai sumber daya air adalah persoalan ketersediaan


air dan distribusinya. Pemanfaatan air yang optimal tentunya menjadi penyebab
masalah yaitu kuantitas dan penurunan kualitas air. Dari berbagai penyebab
permasalahan mengenai sumber daya air beberapa diantaranya adalah jumlah
penduduk yang semakin meningkat sebanding dengan meningkatnya kebutuhan
air. Pengelolaan tata guna lahan yang tidak sesuai fungsi lindung kawasan yang
menyebabkan kualitas lingkungan perairan menurun, kegiatan domestic amupun
domestik yang mengakibatkan kualitas dan kuantitas air tawar menurun serta
penyebaran air yang tidak merata dari segi ruang dan waktu.

Kabupaten Rembang yang berada di wilayah Provinsi Jawa Tengah


mempunyai luas wilayah sebesar 1.035,7 km2 dengan topografi lengkap yaitu
daerah pantai,dataran rendah, dataran tinggi dan pegunungan. Rembang tergolong
kabupaten yang memiliki curah hujan yang rendah dengan bulan basah 4 hingga 5
bulan dan selebihnya termasuk bulan sedang sampai bulan kering. Terdapat pula
hujan selama satu tahun yang tidak menentu yang menjadikan akibat sering
terjadinya kekeringan di wilayah Kabupaten Rembang (badan pusat statistik
rembang, 2020)

Wilayah Kabupaten Rembang pada tahun 2019 dilanda kekeringan yang


meliputi 16 desa yang tersebar di 11 kecamatan (Syaefudin, A., 2019).
Kekeringan di Kabupaten Rembang pada tahun 2020 semakin meluas yaitu pada
bulan September 2020 terjadi kekeringan yang melanda 29 desa yang tersebar di
11 kecamatan (Okta, D., 2020).

1
Kekeringan adalah bencana yang diakibatkan oleh sumber daya air yang tidak
dikelola dengan baik. Curah hujan yang rendah serta kekeringan yang sering
melanda menyebabkan air baku di kabupaten rembang belum memadai. Ditinjau
dari kondisi hidrologi, potensi ketersediaan air di Kabupaten Rembang tedapat 4
sungai besar, embung dan beberapa mata air, namun kondisi mata air yang ada
sangat terbatas dengan debitnya yang relatif kecil, pemanfaatanya masih sebatas
untuk mencukupi kebutuhan masyarakat sekitar ( Wibowo, M.A., 2018)

Kondisi ketersediaan air Kabupaten Rembang ditinjau dari beberapa aspek.


Ada 3 macam aspek diantaranya aspek kualitas, aspek kuantitas dan aspek
kontinuitas. Aspek kualitas yaitu kondisi air baku yang kurang baik terlebih pada
embung yang tidak memiliki suplai tetap pada musim kemarau sehingga air baku
cenderung diam dan sulit dikelola. Aspek kuantitas yaitu air bersih belum
mencukupi kebutuhan seluruh masyarakat yang mana hanya 21,60% yang
terlayani oleh PDAM Kabupaten Rembang dan sisanya masih menggunakan air
sumur dan sumber lain. Aspek kontinuitas yaitu pasokan air yang kondisinya tidak
kontinu karena masih bergantung pada beberapa kebijakan termasuk faktor
musim.

Daerah Aliran Sungai Randugunting termasuk daerah aliran sungai yang


digunakan sebagai salah satu sumber suplai pasokan air yang ada di Kabupaten
Rembang. Debit aliran sungai mempunyai sifat fluktuatif yaitu dapat berubah –
ubah tergantung dengan kondisi alam yang terjadi. Ketika musim kemarau
panjang maka debit aliran sungai akan menurun sedangkan ketika musim hujan
tiba debit aliran sungai akan meningkat. Ketika musim kemarau tiba, beberapa
wilayah akan mengalami bencana kekeringan. Hal tersebut dapat diatasi dengan
mengelola sumber daya air secara berkelanjutan. Salah satu upaya untuk
mengatasi bencana kekeringan adalah dengan perencanaan debit andalan, yaitu
debit aliran sungai yang diperkirakan tetap tersedia dalam keandalan tertentu
dalam waktu yang lama dan dengan resiko kegagalan yang dapat diperhitungkan.
Perhitungan debit andalan digunakan untuk memenuhi kebutuhan air dengan

2
potensi air yang tersedia. Potensi air yang ada diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan air, sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.

1.2 Rumusan Masalah

Berkaitan dengan latar belakang yang telah dijelaskan maka dapat diuraikan
rumusan masalah dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

1. Berapa besar debit andalan Daerah Aliran Sungai Randugunting


2. Berapa jumlah ketersediaan air pada Daerah Aliran Sungai Randugunting

1.3 Batasan Masalah

Pada tugas akhir ini terdapat beberapa batasan masalah diantaranya adalah
sebagai berikut :

1. Menganalisis debit andalan dengan menggunakan metode FJ MOCK


2. Menganalisis jumlah ketersediaan air pada DAS Randugunting
sebagai suplai pasokan air yang tersedia setiap saat dengan resiko
yang telah diperhitungkan. Analisa yang digunakan adalah
perhitungan curah hujan rata – rata, analisis evapotranspirasi, analisis
ketersediaan air, analisis debit andalan metode FJ MOCK.

1.4 Maksud dan Tujuan

Maksud dari penulisan tugas akhir ini adalah menganalisa besarnya aliran air
yang masuk pada sistem aliran air di Kabupaten Rembang.

Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui berapa ketersediaan air pada DAS


Randugunting
2. Untuk mengetahui debit andalan yang tersedia dari Daerah Aliran
Sungai Randugunting

3
1.5 Manfaat Penelitian
A. Manfaat teoritis
a) Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk menambah bahan
kajian, khususnya dalam perhitungan dan ketersediaan air dalam
progam debit andalan pengendaliaan air
b) Memberikan sumbangan wawasan bagi penelitian selajutnya

B. Manfaat praktis
a) Masyarakat
Manfaat penelitian ini bagi masyarakat adalah sebgai sumber
informasi dalam pengendalian kebutuhan air dengan cara
perhitungan debit andalan agar sesuai dengan pasokan air yang
tersedia di wilayah Kabupaten Rembang
b) Peneliti
Manfaat penelitian ini bagi peneliti adalah untuk menambah
pengetahuan dan pengalaman dalam menerapkan pengetahuan
terhadap masalah yang dihadapi secara nyata

4
5
6
7
8
1.6 Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan tugas akhir ini, sistematika laporan terdiri dari 5 bab
yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, maksud dan
tujuan dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisi kajian atau teori dari berbagai sumber yang dibutuhkan untuk dijadikan
sebagai acuan informasi yang berkaitan dengan topik pembahasan tugas akhir.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Berisi tentang materi penelitian, langkah - langkah penelitian, metode analisis


hasil

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Berisi analisis hasil penelitian yang diperoleh dan pembahasannya

BAB V PENUTUP

Berisi tentang kesimpulan yang dijabarkan dari hasil penelitian dan


pembahasan

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Siklus Hidrologi

Air merupakan sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat vital bagi
kehidupan makhluk hidup yang ada di muka bumi. Pengetian tersebut
menunjukan bahwa air memliki peran yang sangat penting dan harus tetap
tersedia dan lestari, sehingga dapat mendukung kehidupan dan pelaksanaan
pembangunan di masa sekarang maupun di masa mendatang karena tanpa
adanya air maka kehidupan tidak dapat berjalan. Jumlah air di bumi sekitar
97% adalah air asin sedangkan sisanya adalah air tawar, hal ini tentu menjadi
perhatian yang sangat penting mengingat keberadaan air yang bisa
dimanfaatkan terbatas sedangkan kebutuhan manusia tidak terbatas sehingga
perlu satu pengelolaan yang baik agar air dapat dimanfaatkan secara lestari
(Soemarto, 1987).

Gambar 2.1 Siklus hidrologi

Sumber : http://cerdika.com/siklus-hidrologi/

10
2.2 Pemilihan Sumber Daya Air

Air termasuk sumber daya alam yang diperbaharui mempunyai sifat dinamis
dengan mengikuti siklus hidrologi secara alamiah dengan mengalami perubahan
sifat dan bentuk. air dapat berupa zat padat sebagai es dan salju tergantung dari
waktu dan lokasinya. Dapat berupa zat cair yang mengalir yang sebagai air
permukaan, berada dalam tanah sebagai air tanah, berada di udara sebagai air
hujan, berada di laut sebagai air laut.

Konsep dasar dari siklus hidrologi merupakan hal yang sangat penting, karena
sumber daya air termasuk air permukaan maupun air tanah merupakan bagian dari
siklus hidrologi. Pada gambar 2.1 dimulai dengan terjadinya panas mataharii pada
permukaan bumi, sehingga menyebabkan penguapan atau evaporasi. Akibat
evaporasi ini menjadikan terkumpulnya uap air, yang berada di atmosfer dengan
membentuk awan. Akibat dari berbagai sebab klimatologi menjadikan awan
berpotensi menimbulkan hujan. hujan sebagian akan tertahan oleh butiran-butiran
tanah, sebagian akan bergerak dengan anne-marie horizontal sebagai limpasan
(run off) , Bagian akan bergerak ke arah vertikal ke bawah sebagai infiltrasi,
Sebagian kecil akan mengalami penguapan kembali menuju atmosfer. air yang
sudah ter infiltrasi ke tanah akan mengisi pori-pori tanah sampai kadar air jeruk.
proses selanjutnya air akan bergerak dua arah arah horizontal sebagai interflow
dan arah vertikal sebagai perkolasi.

2.2.1 Air tanah

Air tanah merupakan air yang terdapat dalam lapisan tanah atau di
bawah permukaan tanah. secara kuantitas jumlah air tanah yang ada di suatu
daerah dapat berbeda dengan daerah-daerah lainnya, Hal tersebut dipengaruhi
oleh jumlah cadangan air yang terkandung pada setiap lapisan pembawa air
akuifer yang ada di daerah yang bersangkutan dan kapasitas infiltrasi pada
daerah tangkapan infiltrasi air hujan. Proses siklus hidrologi pada gambar 2.1
menggambarkan bahwa air tanah sangat berhubungan erat dengan siklus

11
hidrologi dengan lapisan batuan jenuh air yang dapat menyimpan juga
meneruskan air tanah dengan jumlah yang cukup disebut akuifer.

Peranan air di alam dan dalam kegiatan manusia sangat kompleks


sehingga perlu pendekatan secara menyeluruh guna mengetahui interaksi
manusia dengan air dalam konteks ekonomi, sosial dan lingkungan. Sifat air
mengalir dari tempat yang tinggi menuju tempat yang lebih rendah dan tidak
dipengaruhi oleh batasan administrasi suatu wilayah, oleh sebab itu untuk
mengetahui potensi air tanah pada suatu wilayah dibatasi oleh cekungan air
bawah tanah sedangkan potensi air permukaan dalam suatu wilayah dibatasi
oleh daerah aliran sungai.

2.2.2 Air permukaan

Air permukaan merupakan air yang ada dan mengalir di permukaan


tanah, yang termasuk golongan air permukaan antara lain : air laut air sungai,
air rawa , air danau, air rawa, air waduk, air bendungan dan air embung. Mata
air merupakan pemunculan air tanah yang keluar dari permukaan tanah secara
alamiah. Debit air yang ada di permukaan sering kali berubah-ubah
(fluktuatif) disebabkan oleh pergantian musim, ada juga yang relatif tetap
(kontinu). Beberapa jenis mata air pada musim kemarau tidak mengalirkan air
sama sekali, namun pada musim penghujan airnya akan mengalir kembali .
Secara kuantitas debit aliran sungai umumnya sangat dipengaruhi oleh
musim, begitu juga dengan kualitasnya dalam penelitian ini menggunakan
sumber air dari sungai randugunting yang ada di Kabupaten Rembang.

2.2.2.1 Daerah aliran sungai

Daerah aliran sungai merupakan daerah yang dibatasi oleh


punggung-punggung pegunungan atau gunung, yang menjadikan air hujan
yang jatuh di daerah atau wilayah tersebut akan mengalir menuju sungai
utama di suatu titik atau stasiun yang ditinjau (triatmodjo 2008). Akhir –
akhir ini masalah seperti erosi sedimentasi banjir dan longsor pada DAS

12
intensitasnya semakin meningkat. Malasah – masalah tersebut merupakan
bentuk respon negatif dari komponen - komponen DAS terhadap kondisi
curah hujan. Kuat dan lemahnya respon sangat dipengaruhi oleh karakteristik
DAS baik secara fisik, maupun sosial ekonomi serta budaya masyarakat.

DAS Randugunting termasuk daerah aliran sungai yang digunakan


sebagai salah satu sumber pasokan air yang ada di Kabupaten Rembang.
Karakteristik DAS merupakan suatu variable dasar dalam menentukan proses
hidrologi pada DAS, sedangkan karakateristik sosial ekonomi dan budaya
masyarakat merupakan suatu variabel yang mempengaruhi percepatan
perubahan kondisi hidrologi DAS. Oleh karena itu karakteristik fisik DAS,
dalam hal ini ‘’ terrain’’ dan geomorfologi, pola pengaliran dan penyimpanan
air sementara pada DAS, dapat membantu mengidentifikasi daerah yang
memiliki kerentanan tinggi terhadap terjadinya persoalan DAS, serta
perancangan teknik – teknik pengendalian yang sesuai dengan kondisi
setempat. Perubahan tata guna lahan, khususnya di daerah hulu pada daerah
aliran sungai, dapat memberikan dampak di daerah hilir berupa fluktuasi debit
air dan sedimen.

DAS juga termasuk suatu ekosistem sehingga didalamnya terjadi


suatu proses interaksi biotik abiotik dan manusia. Gas mempunyai komponen
masukan adalah curah hujan, komponen keluaran adalah debit air dan
sedimen. Jumlah aliran permukaan dipengaruhi oleh luas DAS semakin tinggi
luas DAS maka jumlah aliran permukaan atau debit sungai semakin besar,
semakin kecil luas DAS maka jumlah aliran permukaan atau debit sungai juga
semakin kecil.

13
2.3 Kebutuhan Air

kebutuhan air yang dimaksud adalah kebutuhan air yang


digunakan untuk menunjang segala kegiatan manusia, meliputi air
bersih domestik dan non domestik, air irigasi baik untuk perikanan
maupun pertanian, dan air untuk penggelontoran kota. air bersih
digunakan untuk memenuhi kebutuhan :

A. kebutuhan air domestik : keperluan rumah tangga


B. kebutuhan air non domestik : untuk pariwisata, untuk
pariwisata industri-industri, tempat ibadah, tempat sosial, serta
tempat-tempat umum lainnya.

a. Kebutuhan air domestik

Kebutuhan air domestik sangat ditentukan oleh jumlah


penduduk dan konsumsi perkapita. Kecenderungan populasi dan
sejarah populasi dipakai sebagai dasar perhitungan kebutuhan air
domestik terutama dalam penentuan kecenderungan laju
pertumbuhan.

Estimasi populasi untuk masa yang datang merupakan salah


satu parameter utama dalam menentukan kebutuhan air domestik.
laju penyambungan juga menjadi parameter yang dipakai untuk
analisis. Propensitas untuk penyambungan perlu diketahui dengan
melakukan survei kebutuhan nyata terutama di wilayah yang sudah
ada sistem penyambungan air bersih dari PDAM akan
memberikan dampak terhadap perubahan harga dan sikap publik
terhadap otoritas suplai air. Penentuan untuk penyambungan di
masa yang akan datang maka laju penyambungan yang ada saat ini
dapat dipakai sebagai dasar analisis. Daerah perkotaan, semi
perkotaan dan daerah rural perlu dianalisis mengingat karakteristik
kebutuhan airnya di 3 daerah tersebut berbeda.

14
b. Kebutuhan air non domestik

Kebutuhan air domestik meliputi : kebutuhan industri,


pemanfaatan komersial, kebutuhan institusi. kebutuhan Untuk industri
saat ini dapat diidentifikasi sedangkan untuk kebutuhan industri yang
akan datang akan sulit untuk mendapatkan data yang akurat. Hal ini
disebabkan karena beragamnya jenis dan macam-macam kegiatan
industri. Estimasi angka 2 sampai 5% dari total produksi dapat dipakai
sebagai dasar dan acuan perhitungan.

Kebutuhan untuk komersil untuk suatu daerah maupun


wilayah cenderung meningkat dikarenakan perubahan tata guna lahan
dan bertambahnya jumlah penduduk. Kebutuhan institusi meliputi
kebutuhan - kebutuhan air untuk gedung-gedung pemerintah, sekolah,
rumah sakit, tempat ibadah dan lain-lain. Untuk menentukan besaran
kebutuhan institusi cukup sulit karena tergantung dari populasi dan
perubahan tata guna lahan. Pengalaman menyebutkan angka 5% cukup
representatif.

2.4 Curah Hujan Area

Data curah hujan dan debit merupakan data yang paling


fundamental dalam perencanaan suatu debit andalan. Ketetapan dalam
memilih wilayah dan peralatan baik curah hujan maupun debit merupakan
faktor untuk menentukan kualitas data yang dapat diperoleh. Curah hujan
yang diperlukan untuk menyusun suatu rancangan pemanfaatan sumber
daya air dan rancangan pengendalian banjir adalah curah hujan rata-rata di
seluruh daerah yang bersangkutan. Curah hujan ini disebut curah hujan
area dan dinyatakan dalam satuan mm (sosrodarsono, 2003).

15
Curah hujan area diperkirakan melalui beberapa titik pengamatan
stasiun curah hujan. untuk mendapatkan gambaran penyebaran hujan di
seluruh daerah aliran sungai, maka dipasang alat untuk menakar hujan di
berbagai tempat di seluruh daerah tersebut. Pada daerah aliran sungai yang
luas hujan jarang terjadi merata dikarenakan besarnya hujan di berbagai
tempat di daerah aliran sungai tersebut tidak sama (soemarto, 1995).
Analisis curah hujan digunakan untuk mengetahui curah hujan harian rata-
rata. Curah hujan yang dibutuhkan untuk menghitung debit andalan
menggunakan metode FJ Mock yaitu dengan menggunakan data curah
hujan harian rata-rata periode 10 tahun. Stasiun curah hujan yang
digunakan untuk analisis curah hujan di Kabupaten Rembang adalah
Stasiun Kaliori, Stasiun Sumber dan Stasiun Bulu. Ada tiga macam cara
yang sering dipakai dalam menghitung rata-rata curah hujan di kawasan,
yaitu : Metode Rata - Rata Aljabar, Metode Poligon Thiessen, dan Metode
Isohyet.

2.4.1 Metode Rata - Rata Aljabar

Metode perhitungan dengan mengambil nilai rata-rata


pengukuran curah hujan di stasiun dalam area tersebut dengan asumsi
bahwa stasiun yang di wilayah tersebut mempunyai pengaruh yang setara.
Metode ini dapat memberikan hasil yang dipercaya jika topografi rata,
stasiun hujan banyak dan tersebar secara merata di area tersebut. Surga
hasil kebakaran dari masing-masing stasiun curah hujan tidak menyimpang
jauh dari nilai rata-rata seluruh stasiun curah hujan di seluruh area.

Metode ini paling sederhana pengukuran yang dilakukan di


beberapa stasiun dengan waktu yang bersamaan dijumlahkan dan
kemudian dibagi jumlah stasiun. Stasiun yang digunakan dalam hitungan
adalah yang berada dalam daerah aliran sungai, stasiun di luar daerah
aliran sungai tanggapan yang masih berdekatan juga bisa diperhitungkan.

16
nilai jumlah nilai curah hujan wilayah ditentukan dengan menggunakan
rumus berikut ini (sosrodarsono dan takeda, 2003).

1
R= ( R1 + R2 + ….. ….. + Rn )...........................................(2.1)
n

Dimana :
R = curah hujan wilayah (mm)
n = jumlah titik-titik (pos-pos) pengamatan
R1, R2, . . . . .Rn = curah hujan ditiap titik pengamatan (mm)
Metode rata-rata aljabar memberikan hasil yang baik apabila (Triatmodjo,
2008) :
1. Stasiun hujan tersebar secara merata di DAS
2. Distribusi hujan relatif merata pada seluruh DAS

2.4.2 Metode Poligon Thiessen

Metode Poligon Thiessen merupakan metode yang


memberikan proporsi luasan daerah pengaruh pos penakar curah hujan
yang digunakan untuk mengakomodasi ketidakseragaman jarak. Daerah
pengaruh dibentuk dengan membuat garis garis sumbu tegak lurus
terhadap garis penghubung antara 2 pos penakar curah hujan terdekat titik
metode Poligon thiessen didasarkan pada ada asumsi bahwa variasi hujan
antara stasiun hujan satu dengan stasiun hujan lainnya yang linier dan
stasiun hujan mewakili kawasan terdekat ( suripin,2004)

Metode Poligon Thiessen cocok jika stasiun hujan tidak


tersebar dengan merata dan jumlahnya yang terbatas dibanding luasnya.
Metode ini banyak digunakan untuk menghitunghujan rata-rata kawasan.
Untuk memilih stasiun hujan yang digunakan untuk menghitung hujan
rata-rata kawasan harus meliputi daerah aliran sungai.

17
Hasil dari Metode Poligon Thiessen lebih akurat dibanding
dengan metode rata-rata aljabar. cara ini cocok untuk daerah yang datar
dengan luas 500-5000 km2, dan jumlah pos stasiun curah hujan terbatas
dibandingkan luasnya (suripin, 2019). Besarnya koefisien Thiessen dapat
dihitung menggunakan rumus berikut ( CD. Soemarto, 1999) :

A1
C= ………………………………………….. (2.2)
A total

Dimana :

C = Koefisien Thiessen

Ai = Luas daerah pengaruh dari stasiun pengamatan i (km2)

Atotal = Luas total dari DAS (km 2)

Sedangkan hujan rata-rata DAS dapat dihitung dengan rumus :

P A + P A +…+ P n An i=1
∑ PiAi
p= 1 1 2 2 = n ……………..………(2.3)
A 1 + A 2+ …+ A n
∑ Ai
i=2

Dimana :

P = tinggi curah hujan rata-rata daerah

P1, P2,..., Pn = curah hujan yang tercatat di pos penakar hujan

A1, A2,..., An = luas daerah pengaruh pos penakar hujan

n = banyaknya pos penakar hujan

18
Poligon Thiessen adalah tetap untuk suatu jaringan Stasiun hujan
tertentu. Apabila terdapat perubahan pada jaringan stasiun curah hujan
seperti penambahan stasiun curah hujan atau pemindahan stasiun curah
hujan, maka harus dibuat poligon desain yang baru ( Triatmodjo, 2008).

2.4.3 Metode Isohyet

Metode Isohyet merupakan metode perhitungan dengan


memperhitungkan secara aktual pengaruh dari tiap-tiap stasiun curah hujan
dengan kata lain asumsi dari Metode Thiessen menganggap bahwa setiap
tiap stasiun curah hujan mencatat kedalaman yang sama untuk daerah di
sekitarnya dapat dikoreksi. Metode ini cocok untuk daerah yang berbukit
dan tidak teratur ( Suripin, 2004). Isohyet merupakan metode yang paling
teliti untuk menghitung kedalaman hujan rata-rata di suatu daerah, pada
metode ini stasiun curah hujan harus banyak dan tersebar merata, dalam
menggunakan metode isohyet membutuhkan perhatian dan pekerjaan yang
lebih banyak dibandingkandengan metode lainnya ( Triatmodjo, 2008).
curah hujan dapat dihitung menggunakan persamaan ini :

R1 + R2 R +R R +R
A 1+ 3 4 A 2+ …+ n n−1 An
2 2 2 ………………………
R
A 1+ A 2+ …+ An
(2.4)

Dimana :

R = Curah hujan rata-rata (mm)

R1, R2, ......, Rn = Curah hujan di garis Isohyet (mm)

A1, A2, …. , An = Luas bagian yang dibatasi oleh Isohyet-Isohyet


(km 2 )

19
Jika Stasiun curah hujannya relatif lebih padat dan memungkinkan Untuk
membuat garis Isohyet maka metode ini dapat menghasilkan hasil yang
lebih teliti. Peta Isohyet harus menggambarkan sungai-sungai utamanya,
garis garis kontur , arah angin, mempertimbangkan topografi dan lain-lain di
daerah bersangkutan untuk membuat peta isohyet yang baik maka
diperlukan pengetahuan - pengetahuan keahlian pengalaman yang cukup
(Sosrodarsono, 2003)

2.4.4 Curah hujan maksimum harian rata-rata

Metode yang digunakan untuk mendapatkan hujan maksimum


harian rata-rata daerah aliran sungai adalah sebagai berikut. berikut :

a. Menentukan hujan maksimum harian pada tahun tertentu di salah satu


stasiun curah hujan

b. Mencari besarnya curah hujan pada tanggal bulan tahun yang sama
untuk stasiun curah hujan yang lain

c. Menghitung hujan daerah aliran sungai menggunakan metode yang


telah dipilih

d. Menentukan hujan maksimum harian pada tahun yang sama untuk


stasiun curah hujan yang lain

e. Mengulangi langkah 2 dan 3 setiap tahun.

dari hasil rata-rata yang diperoleh dipilih hasil yang tertinggi setiap tahun
data yang terpilih tiap tahun merupakan hujan maksimum harian daerah
aliran sungai untuk tahun yang bersangkutan (suripin, 2004).

2.5 Evapotranspirasi

20
Evapotranspirasi merupakan keseluruhan jumlah air yang berasal dari
permukaan tanah air dan vegetasi yang diuapkan kembali ke atmosfer
atmosfer. besarnya evapotranspirasi adalah Jumlah antara evaporasi
(penguapan air berasal dari permukaan badan air) dan dan transpirasi
(penguapan air tanah ke atmosfer melalui vegetasi). Mengukur besarnya
evaporasi merupakan salah satu hal yang paling sulit dilakukan dalam
rangkaian pengukuran daur hidrologi, pada daerah tropis pada umumnya
kehilangan air oleh proses evaporasi dan transpirasi dapat mempercepat
terjadinya kekeringan dan penyusutan debit sungai pada musim kemarau.

Kehilangan air akibat evaporasi biasanya dilihat dari dua sisi. Pertama
evaporasi dari permukaan (E0), yaitu penguapan air langsung dari Danau,
Waduk dan Sungai. Kedua, kehilangan air melalui vegetasi oleh proses
transpirasi. peristiwa yang kedua sering juga disebut evapotranspirasi (ET),
karena penguapan air yang baru jatuh di atas permukaan daun vegetasi juga
diperhitungkan tipe peristiwa evapotranspirasi sering disebut sebagai peristiwa
kehilangan air total sebagai akibat evaporasi dan transpirasi dari permukaan
vegetasi dan permukaan tanah. Nilai dapat bervariasi tergantung jenis vegetasi
yang terlibat, persediaan air dalam tanah dan kemampuannya menguapkan air
di tempat tersebut.

Berikut merupakan proses dan mekanisme berlangsungnya evaporasi,


transpirasi dan faktor-faktor yang berpengaruh untuk berlangsungnya
evapotranspirasi.

2.5.1 Evaporasi

Evaporasi merupakan proses perubahan air menjadi uap yang


bergerak dari permukaan tanah dan air menuju ke udara. Evaporasi
merupakan faktor penting dalam studi pengembangan sumber daya air.
evaporasi sangat mempengaruhi debit sungai, besarnya kapasitas pompa

21
untuk irigasi, besarnya kapasitas waduk, penggunaan konsumtif untuk
tanaman dan lain- lain. Faktor meteorologi yang mempengaruhi besarnya
evaporasi adalah sebagai berikut (soemarto, 1986 : 43) :

1. Radiasi matahari

Evaporasi merupakan perubahan air ke dalam uap air melalui


proses es yang terjadi hampir tanpa berhenti di siang hari dan di
malam hari. Perubahan dari keadaan cair menjadi gas ini memerlukan
energi berupa panas untuk evaporasi proses evaporasi akan sangat
baik ketika dapat penyinaran langsung dari matahari.

2. Angin

Jika air menguap ke atmosfer maka lapisan pembatas antara


permukaan tanah dan udara berubah menjadi jenuh oleh uap air
sehingga menjadikan proses evaporasi berhenti. Proses evaporasi akan
berjalan terus apabila lapisan jenuh diganti dengan udara kering.
pergantian itu memungkinkan jika ada angin. Kecepatan angin
berperan penting dalam proses evaporasi.

3. Kelembapan realtif

Faktor yang mempengaruhi evaporasi adalah kelembaban relatif


udara. Jika kelembaban relatif naik, maka kemampuan udara untuk
menyerap air akan pada batas tanah dan udara yang sama kelembaban
relatifnya tidak berkurang sehingga laju evaporasinya akan menurun.
Penggantian lapisan udara akan menolong untuk memperbesar laju
evaporasi. Dalam hal ini hanya dimungkinkan jika diganti dengan
udara yang lebih kering.

4. Suhu (temperature)
Evaporasi dapat berlangsung secara menerus dengan adanya energi.
Ketika suhu udara dan tanah tinggi, evaporasi akan berjalan lebih

22
cepat dibanding suhu udara dan tanag yang ada di permukaan yang
rendah karena adanya energi panas yang ada. suhu yang meningkat
akan mengakibatkan kemampuan udara untuk meneyerap air juga
meningkat, oleh karena itu suhu udara memiliki efek ganda terhadap
besarnya proses evaporasi, sedangkan untuk suhu air dan tanah hanya
memiliki efek tunggal.

2.5.2 Transpirasi
Transpirasi merupakan proses ketika air diuapkan ke udara dari
permukaan daun/tajuk vegetasi. faktor yang mempengaruhi besar kecilnya
transpirasi suatu vegetasi adalah sama dengan faktor – faktor yang
mempengaruhi evaporasi, yaitu suhu, kecaptan angin, tekanan udara dan
radiasi panas matahari. Dalam hal ini, besarnya transpirsi dalam batas
tertentu juga dipengaruhi oleh karakteristik dan kerapatan vegetasi seperti,
perilaku daun – daun, struktur tajuk dan lain – lain.

2.5.3 Evapotranspirasi

Evapotransipirasi adalah penguapan yang terjadi dari permukaan


yang bertanaman ( vegetated surface). Nilai evapotranpirasi merupakan
penjumlahan dari evaporasi ( evaporation) dan tranpirasi (transpiration)
secra bersama – sama. Evapotranspirasi ( Eto) dapat diartikan sebagai
kehilangan air dari lahan dan permukaan air [ada daerah aliran sungai.
Untuk menentukan besaarnya evapotranspirasi acuan dapat digunakan
metode atau rumus empiris seperti : metode radiasi, metode penman,
metode Blaney-Criddle, metode Thornthwaite dan metode panic evaporasi.

23
Besarnya evapotranspirasi potensial (ETo) yang terjadi dipengaruhi
oleh faktor – faktor meterologi yaitu temperatur udara, kelembaban udara,
kecepatan angin dan penyinaran matahari. Salah satu metode yang
digunakan untuk mneghitung besaran ETo adalah metode modifikasi
penman (FAO yang dirumuskan sebagai berikut (sudjarwadi, 1979).

ET0 = c (W.Rn + (1- W)(ea-ed).f(u))……………………………..(2.5)


Dimana :

ET0 = evapotranspirasi potensial (mm/hari)

C = faktor penyesuaian (perubahan siang dan malam)

1–W = faktor temperatur dan ketinggian

Rn = radiasi netto (mm/hari)

F(u) = faktor kecepatan angin

Ea = tekanan uap udara (mbar)

Ed = tekanan uap jenuh (mbar)

Tahapan perhitungan evapotranspirasi dengan metode penman adalah


sebagai berikut :

1) Menghitung radiasi yang datang (Rs)

Rs = (0.25 + 0.5 n/N) Ra………………………………(2.6)


Keterangan : n/N = penyinaran matahari (%)
Ra = radiasi ekstra terrestrial (mm/hari)

24
Table 2.1 radiasi terrestrial (Ra) : (mm/hari)

Lintang Utara
Posisi Lintang
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
15 15.5 15.7 15.3 14.4 13.9 14.1 14.8 15.3 15.4 15.1 15 0
15 15.3 15.6 15.3 14.6 14.2 14.3 14.9 15.3 15.3 14.8 14 2
14 15 15.5 15.4 14.9 14.4 14.6 15.1 15.3 15.1 14.5 14 4
14 14.8 15.4 15.4 15.1 14.7 14.9 15.2 15.3 15 14.2 14 6
14 14.5 15.3 15.6 15.3 15 15.1 15.4 15.3 14.8 13.9 13 8
13 14.2 15.3 15.7 15.5 15.3 15.3 15.5 15.3 14.7 13.6 13 10
13 13.9 15.1 15.7 15.7 15.5 15.5 15.6 15.2 14.4 13.3 13 12
12 13.6 14.9 15.7 15.8 15.7 15.7 15.7 15.1 14.1 12.8 12 14
12 13.3 14.7 15.6 16 15.9 15.9 15.7 15 13.9 12.4 12 16
12 13.3 14.7 15.6 16.1 16 16 15.8 15 13.8 12.2 11 17
12 13 14.6 15.6 16.1 16.1 15.8 14.9 13.6 12 11.1 18 18
11 12.9 14.5 15.6 16.2 16.3 16.2 15.9 14.9 13.5 11.8 11 19
11 12.7 14.4 15.6 16.3 16.4 16.3 15.9 14.8 13.3 11.6 11 20
11 12.3 14.2 15.5 16.3 16.4 16.4 15.8 14.6 13 11.1 10 22
10 11.9 13.9 15.4 16.4 16.6 16.5 15.8 14.5 12.6 10.7 9.7 24
9.8 11.5 13.7 15.3 16.4 16.7 16.6 15.7 14.3 12.3 10.3 9.3 26
9.3 11.1 13.4 15.3 16.5 16.8 16.7 15.7 14.1 12 9.9 8.8 28
8.8 10.7 13.1 15.2 16.5 17 16.8 15.7 13.9 11.6 9.5 8.3 30
8.3 10.2 12.8 15 16.8 17 16.8 15.6 13.6 11.2 9 7.8 32
7.9 9.8 12.4 14.8 16.5 17.1 16.1 15.5 13.4 10.8 8.5 7.2 34
7.4 9.4 12.1 14.7 16.4 17.2 16.7 15.4 13.1 10.6 8 6.6 36
6.9 9 11.8 14.5 16.4 17.2 16.7 15.3 12.8 10 7.5 6.1 38
6.4 8.6 11.4 14.3 16.4 17.3 16.7 15.2 12.5 9.6 7 5.7 40
5.9 8.1 11 14 16.2 17.3 16.7 15 12.2 9.1 6.5 5.2 42
5.3 7.6 10.6 13.7 16.1 17.2 16.6 14.7 11.9 8.7 6 4.7 44
4.9 7.1 10.2 13.3 16 17.2 16.6 14.5 11.5 8.3 5.5 4.3 46
4.3 6.6 9.8 13 15.9 17.2 16.5 14.3 11.2 7.8 4.5 3.7 48
3.8 6.1 9.4 12.7 15.8 17.1 16.4 14.1 10.9 7.4 4 3.2 50

Sumber : Direktorat Irigasi, pedoman dan kriteria perencanaan Teknik


irigasi, volume IV, 1980, Jakarta

25
2) Menghiutng tekanann uap nyata (ed)
Ed = Rh x ea …………………………………………………………(2.7)
Keterangan :

Rh = kelembapan udara (%) ea = tekanan uap jenuh (mbar)

Table 2.2 tekanan uap jenuh = ea(mbar)

Suhu Udara (◦c) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19


f (T) = cTa4 6.1 6.6 7.1 7.6 8.1 8.7 9.3 10 10.7 11.5 12.3 13.1 14 15 16.1 17 18.2 19.4 20.6 22
Suhu Udara 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
f (T) = cTa4 23.4 24.9 26 28.1 29.8 31.7 33.6 35.7 37.8 40.1 42.2 44.9 47.9 50.3 53.2 56.2 59.2 62.8 66.3 69.9

Sumber ; Direktorat Irigasi, pedoman dan kriteria perencanaan Teknik irigasi,


volume IV, 1980, Jakarta

3) Menghitung radiasi netto gelombang pendek

Rns = rs. (1-a) ………………………………………………………….


(2.8)

4) Menghitung fungsi tekanan uap nyata

F(ed) = 0,33 – 0,044. (ed)0.5…………………………………………..(2.9)

5) Menghitung fungsi rasio lama penyinaran

F (n/n) = 0,1 + 0,9 n/N …………………………………………..……


(2.10)

6) Menghitung radiasi netto gelombang panjang

Rnl = f (T).F(ed) . f n/N ………………………………………………


(2.11)

26
tabel 2.3 pengaruh suhu pada udara panjang gelombang radiasi = f (T)

Suhu Udara 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36
f(T)= cTa4 11 11 11.7 12 12.4 12.7 13.1 13.5 13.8 14.3 14.6 14.8 15 15.4 15.9 16.3 16.7 17.7 18.1

Sumber : Direktorat Irigasi, pedoman dan kriteria perencanaan teknik irigasi,


volume iv, jakarta

7) Menghitung radiasi netto

Rn: Rns – Rnl ………………………………………….…..…………


(2.12)

8) Menghitung evapotranspirasi

ETo = C (W. Rn + (1-W)(ea ed).f(U) ……………………………..….


(2.13)

Table 2.5 Angka Koreksi Penman

Bulan
Angka
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul AgusSep Okt Nov Des
C 1.1 1.1 1.0 0.9 0.9 0.9 0.9 1.0 1.1 1.1 1.1 1.1

Sumber : Direktorat Irigasi, pedoman dan kriteria perencanaan Teknik irigasi,


volume IV, 1980, Jakarta.

27
Table 2.6 faktor koreksi terhadap radiasi

Suhu ea w
('c) (mbar) el.
24 29.8 0.78
25 31.7
26 33.6 0.76
27 35.7
28 37.8 0.78
29 40.1
30 42.4 0.79
31 44.9
32 47.6 0.81
33 50.3
34 53.2 0.82
35 56.2
36 59.4 0.84
37 62.8
38 66.3 0.85
39 69.9
40 0.86

Sumber : Direktorat Irigasi pedoman dan kriteria perencanaan Teknik


irigasi, Volume IV, 1980, Jakarta.

2.6 Ketersediaan Air

Ketersediaan air diasumsikan dengan tersedianya air sungai, meskipun


dalam pengkajian irigasi, curah hujan efektif juga termasuk dalam ketersediaan
air. Perhatian yang paling utama dalam ketersediaan air adalah pada aliran
sungai, tetapi dari beberapa pertimbangan hujan termasuk didalamnya (Dep.
PU, 1983). Ketersediaan air merupakan bagian dari fenomena alam yang sering
sulit untuk diatur dan diprediksi dengan akurat. Ketersediaan air pada setiap
lokasi akan berbeda, hal tersebut tergantung dengan kondisi hidrologi tiap -
tiap lokasi. Masalah ketersediaan air bisa diprediksi dengan pendekatan

28
distribusi peluang. Hal ini karena ketersediaan air mengandung unsur
variabelitas ruang dan variabel waktu yang tinggi.

Ketersediaan air dalam artian sumber daya air pada dasarnya berasal
dari permukaan air hujan (atmosferik) dan air tanah. Hujan yang jatuh di atas
permukaan pada suatu wilayah sungai (WS) atau daerah aliran sungai ( DAS)
sebagian menglami penguapan kembali sesuai dengan proses iklimnya,
sebagian juga akan mengalir melalui permukaan dan sub permukaan masuk ke
dalam saluran, sungai maupun danau dan sebagian lagi akan meresap jatuh ke
dalam tanah sebagai pengisian kembali (recharge) pada kandungan air tanah
yang ada (Anonim, 2006)

Menghitung ketersediaan air dengan pendekatan neraca air secara


meteorologis (seyhan, 1977), sebagai berikut :

P = Ro + Et ± St……………………………………………(2.14)

Keterangan :

P = Curah hujan rata-rata tahunan (mm/tahun)


Et = Evapotranspirasi rata-rata tahunan (mm/tahun)
Ro = Aliran rata-rata tahunan (mm/tahun)
ΔSt = Perubahan simpanan (legas tanah, air tanah, dan air genangan) air
dalam DAS

2.7 Koefisien Limpasan


Koefisien C didefinisikan sebagai nisbah antara laju puncak aliran
permukaan terhadap intensitas hujan. Faktor utama yang mempengaruhi nilai C
adalah laju infiltrasi tanah, tanaman penutup tanah dan intensitas hujan
(Arsyad, 2006). Faktor utama yang mempengaruhi koefisien adalah laju
infiltrasi tanah, kemiringan lahan, tanaman penutup tanah, dan intensitas hujan.
Selain itu juga tergantung pada sifat dan kondisi tanah, air tanah, derajat
kepadatan tanah, porositas tanah, dan tingkat kejenuhan tanah (Suripin, 2004).

29
Nilai koefisien limpasan berdasarkan SNI 03-2415-1991 dapat dilihat pada
Tabel 2.6.

Tabel 2.6 Koefisien Aliran Permukaan (C) untuk Daerah Urban

Jenis Daerah Koefisien C


Daerah Perdagangan
Kota 0.70 - 0.95
Sekitar Kota 0.50 - 0.70
Daerah Pemukiman
Satu Rumah 0.30 - 0.50
Banyak Rumah, terpisah 0.40 - 0.50
Banyak Rumah, rapat 0.60 - 0.75
Pemukiman, Pinggiran kota 0.25 - 0.40
Apartemen 0.50 - 0.70
Daerah Industri
Ringan 0.50 - 0.80
Padat 0.60 - 0.90
Lapangan, kuburan dan sejenisnya 0.10 - 0.25
Halaman, jalan kereta api dan sejenisnya 0.20 - 0.35
Sumber: Badan Standardisasi Nasional, 1991.

30
2.8 Debit

Debit merupakan jumlah air yang mengalir di dalam saluran atau sungai
perunit waktu. Metode yang umum diterapkan untuk menetapkan debit sungai
adalah metode profil sungai (cross section). Pada metode ini debit merupakan
hasil perkalian antara luas penampang vertikal sungai (profil sungai) dengan
kecepatan aliran air. Debit (kecepatan aliran) merupakan komponen penting
yang berhubungan dengan permasalahan DAS seperti erosi, sedimentasi,
banjir dan longsor. Oleh karena itu, pengukuran debit harus dilakukan dalam
monitoring DAS (Rahayu, 2009).
Lengkung aliran debit (Discharge Rating Curve), adalah kurva yang
menunjukkan hubungan antara tinggi muka air dan debit pada lokasi tertentu.
Debit volume air yang melalui penampang basah sungai dalam satuan waktu
tertentu, biasanya dinyatakan dalam satuan m3/s.. Data pengukuran aliran
tersebut digambarkan pada kertas arithmatik atau kertas logaritmik,
tergantung
pada kondisi lokasi yang bersangkutan. Tinggi muka air digambarkan pada
sumbu vertikal sedang debit sumbu horizontal (Rahayu, 2009).
Debit aliran sungai adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang
melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu. Dalam sistem
satuan SI besarnya debit dinyatakan dalam satuan meter kubik perdetik
(m3/dt). Sungai dari satu atau beberapa aliran sumber air yang berada di
ketinggian, umpamanya disebuah puncak bukit atau gunung yang tinggi,
dimana air hujan sangat banyak jatuh di daerah itu, kemudian terkumpul di
bagian yang cekung, lama kelamaan dikarenakan sudah terlalu penuh,
akhirnya mengalir keluar melalui bagian bibir cekungan yang paling mudah
tergerus air. Selanjutnya air itu akan mengalir di atas permukaan tanah yang
paling rendah, mungkin mula-mula merata, namun karena ada bagian-bagian
dipermukaan tanah yang tidak begitu keras, maka mudahlah terkikis,
sehingga menjadi alur-alur yang tercipta makin hari makin panjang, seiring
dengan makin deras dan makin seringnya air mengalir di alur itu. Semakin

31
panjang dan semakin dalam, alur itu akan berbelok atau bercabang, apabila
air mengalir disitu terhalang oleh batu sebesar alur itu atau batu yang banyak,
demikian juga dengan sungai di bawah permukaan tanah, terjadi dari air yang
mengalir dari atas, kemudian menemukan bagian-bagian yang dapat di
tembus kebawah permukaan tanah dan mengalir kearah dataran rendah yang
rendah. Lama kelamaan sungai itu akan semakin lebar.

2.9 Debit Andalan

Debit andalan adalah debit yang tersedia sepanjang tahun dengan besar
resiko kegagalan tertentu yang dapat dipakai untuk keperluan air minum,
pembangkit listrik tenaga air, air minum dan lainnya. Dengan resiko yang telah
diperhitungkan jika ditetapkan resiko kegagalan yang telah diperhitungkan jika
ditetapkan debit andalan sebesar 80 % akan dihadapi rasio adanya debit-debit
yang lebih kecil dari debit andalan 20 % pengamatan (Anonim,1986;79).

Tabel 2.7 Nilai debit andalan untuk berbagai macam kegiatan

Kegiatan Keandalan
Penyediaan air minum 99%
Penyediaan air industri 95% - 98%
Penyediaan air irigasi 80%
Daerah beriklim setengah lembab 75 - 85%
Daerah beriklim kering 80 – 95%
Pembangkit listrik tenaga air 85 – 90%
Sumber : Soemarto, 1995

Data debit andalan pada umumnya diperlukan untuk perencanaan


pengembangan air irigasi, air baku dan pembangkit tenaga listrik tenaga air
(PLTA), yaitu untuk menentukan perhitungan persediaan air pada bangunan
pengambilan. Agar mendapatkan perhitungan debit andalan yang baik, untuk
itu diperlukan data penatatan debit dengan jangka waktu panjang, hal ini

32
untuk mengurangi teradinya penyimpangan data perhitungan yang terlalu
besar. Pada perhitungan debit andalan, pada umumnya dilakukan dengan cara
merangking atau debit rata-rata bulanan, setengah bulanan atau debit rata-rata
sepuluh harian, yang ditetapkan berdasarkan pola operasi bendung atau
bendungan. (Nugroho Hadisusanto, 2010).

Perhitungan ketersediaan air atau debit andalan diperlukan untuk


perhitungan neraca air sehingga dapat diketahui kemampuan air mengairi
areal layanan. Analisa debit andalan dilakukan dengan pendekatan berbeda-
beda tergantung dari data yang tersedia.

1) Jika terdapat pencatatan debit yang panjang, debit andalan dihitung.


2) berdasarkan data debit dengan menggunakan probabilitas keberhasilan
80% .
3) Jika terdapat pencatatan debit tetapi hanya dalam periode pendek, maka
debit andalan dihitung berdasarkan data curah hujan, akan tetapi
parameter yang digunakan dikalibrasi terhadap data debit yang ada .
4) Jika tidak terdapat pencatatan debit, maka debit andalan dihitung
berdasarkan data curah hujan dihitung dengan menggunakan metode
F.J.Mock (Pekerjaan Umum, 2010).
Pengukuran debit dapat dilakukan dengan berbagai macam cara yaitu :
1. Pengukuran volume air sungai
2. Pengukuran debit dengan cara mengukur kecepatan aliran dan
menentukan luas penampang melintang sungai
3. Pengukuran dengan menggunakan bahan kimia yang dialirkan dalam
sungai
4. Pengukuran debit dengan membuat bangunan pengukur debit.
Debit andalan adalah debit yang tersedia sepanjang tahun dengan
besarnya resiko kegagalan tertentu. Terdapat empat metode untuk analisa
debit andalan (Limantara, L.M., 2009) antara lain :

33
1. Metode Debit Rata–Rata Minimum
Karakteristiknya antara lain dalam satu tahun hanya diambil satu data
(data debit rata-rata harian dalam satu tahun). Metode ini sesuai untuk
daerah aliran sungai dengan fluktuasi debit maksimum dan debit
minimum tidak terlalu besar dari tahun ke tahun serta kebutuhan relatif
konstan sepanjang tahun.
2. Metode Flow Characteristic
Metode ini berhubungan dengan basis tahun normal, tahun kering dan
tahun basah. Debit berbasis tahun normal adalah jika debit rata-rata
tahunannya kurang lebih sama dengan debit rata-rata keseluruhan tahun.
Untuk debit berbasis tahun kering adalah jika debit rata-rata tahunannya
lebih kecil dari debit rata-rata keseluruhan tahun. Sedangkan untuk debit
berbasis tahun basah adalah jika debit rata-rata tahunannya lebih kecil
dari debit rata-rata keseluruhan tahun. Metode ini cocok untuk DAS
dengan fluktuasi debit maksimum dan debit minimum relatif besar dari
tahun ke tahun, kebutuhan relatif tidak konstan sepanjang tahun, dan data
yang tersedia cukup panjang. Keandalan berdasar kondisi debit dibedakan
menjadi 4 antara lain :
a) Debit Air Musim Kering, yaitu debit yang dilampaui debit-debit
sebanyak 355 hari dalam 1 tahun, keandalan : 97,3 %.
b) Debit Air Rendah, yaitu debit yang dilampaui oleh debit-debit
sebanyak 275 hari dalam 1 tahun, keandalan : 75,3 %.
c) Debit Air Normal, yaitu debit yang dilampaui oleh debit-debit
sebanyak 185 hari dalam 1 tahun, keandalan : 50,7 %
d) Debit Air Cukup, yaitu debit yang dilampaui oleh debit-debit
sebanyak 95 hari dalam 1 tahun, keandalan : 26,0 %.
3. Metode Tahun Dasar Perencanaan
Metode ini biasanya digunakan dalam perencanaan atau pengelolaan
irigasi. Umumnya di bidang irigasi dipakai debit dengan keandalan 80 %,

34
sehingga rumus untuk menentukan tahun dasar perencanaan adalah
sebagai berikut :
n
R80 = + 1 ................................................................................(2.15)
5
Keterangan :
n = Kala ulang pengamatan yang diinginkan
R80 = Debit yang terjadi < R80 adalah 20%

4. Metode Bulan Dasar Perencanaan


Metode ini hampir sama dengan Metode Flow Characteristic yang
dianalisa untuk bulan-bulan tertentu. Metode ini paling sering dipakai
karena keandalan debit dihitung bulan januari sampai dengan bulan
desember, jadi lebih bisa menggambarkan keadaan pada musim kemarau
dan penghujan.
Debit andalan merupakan debit yang diandalkan untuk suatu
probabilitas tertentu. Probabilitas untuk debit andalan ini berbeda-beda.
Untuk keperluan irigasi biasa digunakan probabilitas 80%. Untuk
keperluan air minum dan industri tentu saja dituntut probabilitas yang
lebih tinggi, yaitu 90% sampai dengan 95% (Soemarto, 1987). Semakin
besar persentase andalan menunjukkan penting pemakaiannya dan
menunjukkan prioritas yang makin awal yang harus diberi air. Dengan
demikian debit andalan dapat disebut juga sebagai debit minimum pada
tingkat peluang tertentu yang dapat dipakai untuk keperluan penyediaan
air. Jadi perhitungan debit andalan ini diperlukan untuk menghitung debit
dari sumber air yang dapat diandalkan untuk suatu keperluan tertentu.

35
2.10 Metode FJ Mock

Metode FJ Mock merupakan metode yang digunakan untuk menghitung


debit andalan periode tertentu yang dikemukakan oleh Dr FJ Mock pada tahun
1973. Data yang diperlukan untuk menghitung debit andalan dengan metode FJ
Mock yaitu dengan menggunakan data curah hujan evapotranspirasi potensial,
dan karakteristik hidrologi DAS untuk mengetahui atau memprediksi besarnya
debit sungai dengan interval bulanan. Langkah-langkah dalam metode Mock
yaitu dengan menghitung perhitungan evapotranspirasi potensial (metode
penman), perhitungan evapotranspirasi aktual perhitungan water surplus,
perhitungan best flow dan direct run off. Untuk memperoleh nilai yang baik
data yang digunakan untuk analisis hendaknya data dengan periode 10 tahun
(Direktorat Jenderal pengairan, 1986).

Perhitungan debit andalan dapat menggunakan data-data klimatologi


mulai dari temperatur udara, kecepatan angin, kelembaban udara, penyinaran
matahari dapat digunakan untuk menghitung debit andalan dengan
menggunakan metode FJ Mock. Data klimatologi untuk DAS
Randuguntingyang di Kabupaten Rembang didapatkan hanya terbatas yaitu
periode 4 tahun. Dalam menghitung debit andalan menggunakan metode FJ
MOCK, data yang digunakan dan tabel contoh perhitungannya adalah sebagai
berikut :
1. Data Meteorologi
Dalam hal ini data yang digunakan adalah sebagai berikut :
a) Data Presipitasi
Presipitasi merupakan data curah hujan harian dan data curah hujan
bulanan. Presipitasi merupakan curahan air dari atmosfer ke permukaan
bumi dengan bentuk yang berbeda-beda untuk daerah tropis di
Indonesia khususnya yaitu dengan curah hujan dan untuk daerah
beriklim berupa salju. Curah hujan rata-rata bulan dapat dihitung

36
menggunakan berbagai macam metode, metode Thesiseen Metode rata-
rata aljabar, dan metode isohyet.
b) Data Klimatologi
Data klimatologi merupakan data yang terdiri dari data kelembaban
udara, temperatur udara, data kecepatan angin dan data penyinaran
matahari. Data-data tersebut digunakan untuk mengetahui
evapotranspirasi potensial (Eto) yang dihitung berdasarkan metode
penman modifikasi.

2. Evapotranspirasi Aktual (Ea)

Evapotranspirasi aktual adalah evapotranspirasi yang terjadi pada kondisi


air yang tersedia terbatas. Evapotranspirasi aktual dipengaruhi oleh
proporsi permukaan luar yang tidak tertutupi tumbuhan hijau (exposed
surface) pada musim kemarau dan jumlah hari hujan dalam bulan yang
bersangkutan.
Penentuan harga evapotranspirasi aktual ditentukan dengan berdasarkan
persamaan berikut :

d
E = Eto × × m ................................................................................(2.16)
30

m
E = Eto × × (18 – n) .......................................................................(2.17)
20

E = Eto – E...........................................................................................(2.18)

Dimana :

Ea = Evapotranspirasi aktual (mm)

Eto = Evapotranspirasi potensial (mm)

3
d = 27 – ( )×n
2

37
m = Perbandingan permukaan tanah yang tidak tertutup dengan
tumbuh-tumbuhan penahan hujan koefisien yang tergantung jenis
areal dan musiman dalam %.

m = 0% untuk lahan dengan hutan lebat

m = 0% pada akhir musim hujan dan bertambah 10% setiap bulan


kering untuk lahan sekunder

m = 10-40% untuk lahan yang terisolasi

m = 20 - 50% untuk lahan pertanian yang diolah.

3. Keseimbangan Air Dipermukaan Tanah (ΔS)


a) Air hujan yang mencapai permukaan tanah dapat dirumuskan sebagai
berikut :
∆S = R – Eα............................................................................(2.19)

Dimana :
ΔS = Keseimbangan air dipermukaan tanah
R = Hujan bulanan
Eα = Evapotranspirasi aktual
Bila harga positif (R > Eα) maka air akan masuk ke dalam tanah bila
kapasitas kelembapan tanah belum terpenuhi. Sebaliknya, jika kondisi
kelembapan tanah sudah tercapai maka akan terjadi limpasan
permukaan (surface run off). Bila harga tanah ΔS negative (R > Eα),
air hujan tidak dapat masuk ke dalam tanah (infiltrasi) tetapi air tanah
akan keluar dan tanah akan kekurangan air (defisit).
b) Perubahan kandungan air tanah (soil storage) tergantung dari harga ΔS
Bila ΔS negative, maka kapasitas kelembapan tanah akan kekurangan
dan bila harga ΔS positif akan menambah kekurangan kapasitas
kelembapan tanah bulan sebelumnya.
c) Kapasitas kelembapan tanah (soil moisture capacity)

38
Di dalam memperkirakan kapasitas kelembapan tanah awal diperlukan
pada saat dimulainya perhitungan dan besarnya tergantung dari kondisi
porositas lapisan tanah atas dari daerah pengaliran. Biasanya diambil
50 sampai dengan 250 mm, yaitu kapasitas kandungan air di dalam
tanah per m3. Semakin besar porositas tanah maka kelembapan tanah
akan besar pula.

d) Kelebihan Air (Water Surplus)


Water surplus didefinisikan sebagai air hujan (presipitasi) yang telah
mengalami evapotranspirasi dan mengisi tampungan tanah (soil
storage). Water surplus ini berpengaruh langsung pada infiltrasi atau
perkolasi dan total runoff yang merupakan komponen debit. Rumus
water surplus adalah sebagai berikut: (Standar Perencanaan Irigasi KP
01:221)

WS = ΔS – Tampungan tanah...................................................(2.20)
Dimana :
WS = Water Surplus
S = R – Ea
Tampungan tanah = Perbedaan kelembapan tanah

4. Limpasan dan Penyimpanan Air Tanah (Run Off dan Ground Water
Storage)
A. Infiltrasi
Infiltrasi ditaksir berdasarkan kondisi porositas tanah dan kemiringan
daerah pengaliran. Daya infiltrasi ditentukan oleh permukaan lapisan
atas dari tanah. Misalnya kerikil mempunyai daya infiltrasi yang lebih
tinggi dibandingkan dengan tanah liat yang kedap air. Untuk lahan yang
terjal dimana air sangat cepat menipis diatas permukaan tanah sehingga

39
air tidak dapat sempat berinfiltrasi yang menyebabkan daya infiltrasi
lebih kecil. Rumusan dari infiltrasi adalah sebagai berikut :

i = koefisien infiltrasi x WS......................................................(2.21)

Dimana :
i = Infiltrasi (koefisien infiltrasi, (i) = 0 s/d 1,0)
WS = Kelebihan air
Koefisien infiltrasi (if), adalah koefisien yang didasarkan pada kondisi
porositas tanah dan kemiringan daerah pengaliran. Koefisien infiltrasi
mempunyai nilai yang besar jika tanah bersifat porous, sifat bulan
kering dan kemiringan lahannya tidak terjal. Karena dipengaruhi sifat
bulan maka ini bisa berbeda-beda untuk tiap bulan. Harga minimum
koefisien infiltrasi bisa dicapai karena kondisi lahan yang terjal dan air
tidak sempat mengalami infiltrasi (Bappenas, 2006).
B. Penyimpanan air tanah
Infiltrasi terus terjadi sampai mencapai zona tampungan air tanah
(groundwater storage, disingkat GS). Dalam metode ini, besarnya
groundwater storage (GS) dipengaruhi oleh: (Bappenas, 2006).
a) Infiltrasi (i)
Semakin besar infiltrasi maka groundwater storage semakin besar
pula, dan begitu pula sebaliknya.
b) Konstanta resesi aliran bulanan (k)
Konstanta resesi aliran bulanan (monthlyflow recession constan)
disimbolkan dengan k adalah proporsi dari air tanah bulan lalu yang
masih ada bulan sekarang. Nilai k ini cenderung lebih besar pada
bulan basah.
c) Groundwater storage bulan sebelumnya (GSom). Nilai ini
diasumsikan sebagai konstanta awal, dengan anggapan bahwa

40
water balance merupakan siklus tertutup yang ditinjau selama
rentang waktu menerus tahunan tertentu. Dengan demikian maka
nilai asumsi awal bulan pertama tahun pertama harus dibuat sama
dengan nilai bulan terakhir tahun terakhir.

Pada permulaan perhitungan yang telah ditentukan penyimpanan air


awal yang besarnya tergantung dari kondisi geologi setempat dan
waktu. Persamaan yang digunakan adalah :
1
Vn = k (vn-1) + 1 (1+ k) in .........................................(2.22)
2
Dimana :
Vn = Volume simpanan air tanah periode n (m3 )
Vn-1 = Volume simpanan air tanah periode n–1 (m3 )
qt
k= = Faktor resesi aliran tanah (k) berkisar antara 0 s/d 1
q0
qt = Aliran tanah pada waktu t (bulan ke t)
qo = Aliran tanah pada awal (bulan ke 0)
in = Infiltrasi bulan ke n (mm)
Untuk mendapatkan perubahan volume aliran air dalam tanah
mengikuti persamaan :

ΔVn = Vn – Vn-1.................................................................(2.23)

C. Limpasan (run off)


Limpasan permukaan adalah air yang mengalir di atas permukaan
tanah baik sebagai aliran tipis di permukaan tanah atau sebagai aliran
disaluran (Basak, 1999). Limpasan permukaan berasal dari water
surplus yang telah mengalami infiltrasi.
Air hujan atau presipitasi akan menempuh tiga jalur menuju ke
sungai. Satu bagian akan mengalir sebagai limpasan permukaan dan
masuk ke dalam tanah lalu mengalir ke kiri dan kanan nya membentuk
aliran antara. Bagian ketiga akan ber-perkolasi jauh ke dalam tanah

41
hingga mencapai lapisan air tanah. Aliran permukaan tanah serta aliran
antara sering digabungkan sebagai limpasan langsung (direct run off).
Untuk memperoleh limpasan, maka persamaan yang digunakan adalah :
BF = I – (ΔVn).....................................................................(2.24)
Dro = WS – I........................................................................(2.25)
Ron = BF + Dro...................................................................(2.26)
Dimana :
BF = Aliran dasar (m3/dtk/km)
I = Infiltrasi (mm)
ΔVn = Perubahan volume aliran tanah (m3)
Dro = Limpasan langsung (mm)
WS = Kelebihan air
Ron = Limpasan periode n (m3/dtk/km3 )

D. Banyaknya air yang tersedia dari sumbernya


Rumus yang digunakan adalah :
Qn = Ron x A.............................................................................(2.27)

Dimana :
Qn = Banyaknya air yang tersedia dari sumbernya
A = Luas daerah tangkapan (catchment area) km2
Neraca air metode F.J. Mock dirumuskan sebagai berikut :
Q = (Dro + Bf) F..............................................................(2.28)
Dimana :
Q = Debit andalan (m3 /dtk)
Dro = Direct run off (m3 /dtk/km2 )
Bf = Base flow (m3 /dtk/km2 )
F = Catchment area (km2)
Dalam menentukan besarnya debit andalan Metode Basic Month
digunakan probabilitas metode Weibull (Soewarno,1986) dengan
rumus:

42
m
P= x 100% ………………………………………………(2.29)
n+1
Dimana:
P = peluang (%)
m = nomor urut data
n = jumlah data

43

Anda mungkin juga menyukai