BAB I
PENDAHULUAN
Air merupakan sumber daya yang sangat diperlukan oleh makhluk hidup
baik untuk memenuhi kebutuhannya maupun menopang hidupnya secara alami.
Kegunaan air yang bersifat universal atau menyeluruh dari setiap aspek kehidupan
menjadi semakin berharganya air baik jika dilihat dari segi kuantitas maupun
kualitasnya. Semakin tinggi taraf kehidupan seseorang, maka kebutuhannya akan air
pun akan meningkat. (Unus S,1996).
Air adalah senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang
diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir
71% permukaan Bumi. Air adalah dasar dari suatu kehidupan dan merupakan suatu
unsur yang dibutuhkan dalam kehidupan hingga manusia pun sangat menantikan
kedatangannya (Sayyid Quthb).
Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyar km3 air : 97,5% adalah
air laut, 1,75% berbentuk es dan 0,73 % berada di daratan sebagai air sungai, air
danau, air tanah dan sebagainya. Air di bumi ini mengulangi terus menerus sirkulasi
yaitu penguapan, presipitasi dan pengaliran keluar (outflow). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa sumber daya air di muka bumi ini tidak akan bertambah
jumlahnya. Di lain pihak, air menjadi kebutuhan penting bagi kehidupan makhluk
hidup, khususnya kebutuhan akan air bersih. Sejalan dengan pertambahan dan
perkembangan penduduk, maka kebutuhan terhadap air bersih juga semakin
meningkat, persaingan untuk mendapatkan air bersih untuk berbagai macam
kepentingan pun juga akan terus meningkat. Perkembangan wilayah pada suatu
daerah akan menyebabkan kebutuhan air bersih terus meningkat seiring dengan laju
pertumbuhan penduduk. Pemenuhan kebutuhan pangan dan aktivitas penduduk
selalu erat kaitannya dengan kebutuhan akan air bersih. Tuntutan tersebut tidak dapat
dihindari, tetapi haruslah diprediksi dan direncanakan pemanfaatan sebaik mungkin.
Air sebagai materi essensial dalam kehidupan terhadap air untuk keperluan
sehari-hari di lingkungan ternyata berbeda-beda di setiap tempat, setiap tingkatan
2
kehidupan dan di setiap bangsa dan negara. Propinsi Sumatera Selatan adalah salah
satu propinsi yang juga mengalami pertumbuhan penduduk yang cukup signifikan
seiring dengan berkembangnya propinsi itu sendiri yang juga berdampak terhadap
meningkatnya kebutuhan atas air bersih.
Dari latar belakang yang diuraikan di atas di dapat rumusan masalah yaitu
seberapa besar kebutuhan air bersih yang dibutuhkan oleh penduduk Ogan Komering
Ilir pada masa sekarang dan yang akan datang seiring dengan meningkatnya jumlah
penduduk di kabupaten tersebut.
kondisi yang akan datang yang dibutuhkan oleh penduduk di Kabupaten Ogan
Komering Ilir, Sumatera Selatan.
BAB I Pendahuluan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Indra Kusuma Sari, Lily Montarich Limantara serta Dwi Priyantoro (2007)
mengadakan penelitian Analisa Ketersediaan dan Kebutuhan Air Pada DAS
Sampean. Lokasi studi terletak pada Daerah Aliran Sungai Sampean yang terletak
pada Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Situbondo dengan luas DAS 1.206 Km 2.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya kebutuhan air serta ketersediaan
air untuk memenuhi kebutuhan tersebut pada wilayah DAS Sampean. Metode yang
digunakan dalam kajian ini bersifat deskritif yang merupakan analisa fenomena /
kejadian pada masa lampau. Dalam penelitian ini, jumlah penduduk DAS Sampean
dipandang dari parameter jumlah penduduk di kategorikan dalam kategori kota besar,
karenanya untuk kebutuhan air non domestik adalah sebesar 30 % dari kebutuhan air
domestik. Didapatlah kebutuhan air domestik dan non domestik tahun 2007 sebesar
50,93 lt/dtk, 68,34 lt/dtk untuk 2 tahun mendatang, 87,09 lt/dt untuk 5 tahun
mendatang, 111,96 lt/dt untuk 10 tahun mendatang dan 160,06 lt/dtk untuk 20 tahun
mendatang.
Kebutuhan air bersih merupakan masalah masa sekarang dan masa depan,
maka besarnya kebutuhan air bersih perlu di prediksi. Akan tetapi, sebelum
memprediksi besarnya kebutuhan air bersih, jumlah penduduk di masa yang akan
datang harus di prediksi terlebih dahulu. Prediksi jumlah penduduk di masa yang
akan datang sangat penting dalam memperhitungkan jumlah kebutuhan air bersih di
6
masa yang akan datang. Jumlah penduduk mempengaruhi tingkat kebutuhan air
bersih. Semakin meningkatnya populasi penduduk dari masa ke masa akan
mengakibatkan peningkatan akan kebutuhan air bersih di masa-masa yang akan
datang.
Metode ini biasanya disebut juga dengan rata-rata hilang. Metode ini
digunakan apabila data berkala menunjukkan jumlah penambahan yang relative sama
setiap tahun. Hal ini terjadi pada kota dengan luas wilayah yang kecil, tingkat
pertumbuhan ekonomi rendah dan perkembangan kota tidak terlalu pesat.
Pn = Po + n.Ka...2.1
( Po Pt)
Ka = t ...2.2
Dimana :
Ka = Konstanta aritmatika
Pn = Po ( 1 + r )n ....................................................................................................... 2.3
Dimana :
xy
( x)( y)
r = ......2.4
Sxy
r = SxSy ....2.5
xy
Sx= ...
N
2.6
x
Sy= ...
N
..2.7
y
S xy = ..
N
....2.8
N xy - ( X)( Y)
r= ..2.9
[ N X - ( X)][ N Y ( Y )]
Hasil perhitungan dengan berbagai rumus product moment menunjukkan
hasil yang tidak berbeda terlalu jauh, perbedaan terletak pada tiga digit di belakang
koma.
Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan
secara berkelanjutan. Penggunaan air bersih sangat penting untuk konsumsi rumah
tangga, kebutuhan industri dan tempat umum. Karena pentingnya kebutuhan akan air
bersih, maka adalah hal yang wajar jika sektor air bersih mendapatkan prioritas
penanganan utama karena menyangkut kehidupan orang banyak. Penanganan akan
pemenuhan kebutuhan air bersih dapat dilakukan dengan berbagai cara, disesuaikan
10
dengan sarana dan prasarana yang ada. Di daerah perkotaan, sistem penyediaan air
bersih dilakukan dengan sistem perpipaan dan non perpipaan. Sistem perpipaan
dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan sistem non perpipaan
dikelola oleh masyarakat baik secara individu maupun kelompok.
Air bersih adalah air yang dapat dipergunakan oleh masyarakat untuk
memenuhi keperluan sehari-hari dengan kualitas yang memenuhi ketentuan baku
mutu air bersih yang ditetapkan. Kebutuhan air bersih didefinisikan sebagai jumlah
air bersih yang dibutuhkan atau yang diminta dalam suatu sistem. Kebutuhan air
untuk fasilitas - fasilitas sosial ekonomi harus dibedakan sesuai peraturan PDAM dan
memperhatikan kapasitas produksi sumber yang ada, tingkat kebocoran dan
pelayanan.
iklim (BSN Raju, 1995). Standar kebutuhan air domestik yaitu kebutuhan air bersih
yang digunakan pada tempat- tempat hunian pribadi untuk memenuhi hajat hidup
sehari-hari, seperti pemakaian air untuk minum, mandi, dan mencuci. Satuan yang
dipakai adalah liter/orang/hari. Analisis sektor domestik untuk masa mendatang
dilaksanakan dengan dasar analisis pertumbuhan penduduk pada wilayah yang
direncanakan.
Untuk memperkirakan jumlah kebutuhan air domestik saat ini dan di masa
yang akan datang dihitung berdasarkan jumlah penduduk, tingkat pertumbuhan
penduduk dan kebutuhan air perkapita. Kebutuhan air perkapita dipengaruhi oleh
aktivitas fisik dan kebiasaan atau tingkat kesejahteraan. Oleh karena itu, dalam
memperkirakan besarnya kebutuhan air domestik perlu dibedakan antara kebutuhan
air untuk penduduk daerah urban (perkotaan) dan daerah rural (perdesaan). Adanya
pembedaan kebutuhan air dilakukan dengan pertimbangan bahwa penduduk di
daerah urban cenderung memanfaatkan air secara berlebih dibandingkan penduduk di
daerah rural. Besarnya konsumsi air dapat mengacu pada berbagai macam standar
yang telah dipublikasikan. Tabel 2.3 menyajikan standar kebutuhan air domestik
menurut peraturan dari Departemen Cipta Karya.
1 2 3 4 5 6
SR:HU 50 : 50 50 : 50 80 : 20 70 : 30 70 : 30
s/d 80 : 20 s/d 80 : 20
Kebutuhan dasar air non domestik merupakan kebutuhan air bagi penduduk
di luar lingkungan perumahan (Kementrian PU, Kebutuhan Air Hari Maksimum).
Kebutuhan air non domestik sering juga disebut kebutuhan air perkotaan (municipal).
Besar kebutuhan air bersih ini ditentukan banyaknya konsumen non domestik yang
meliputi fasilitas perkantoran (pemerintah dan swasta), tempat-tempat ibadah
(masjid, gereja, dll), pendidikan (sekolah-sekolah), komersil (toko, hotel), umum
(pasar, terminal) dan Industri
Besarnya kebutuhan air perkotaan dapat ditentukan oleh banyaknya fasilitas
perkotaan tersebut. Kebutuhan ini sangat dipengaruhi oleh tingkat dinamika kota dan
jenjang suatu kota.Untuk memperkirakan kebutuhan air perkotaan suatu kota maka
diperlukan data-data lengkap tentang fasilitas pendukung kota tersebut.
Analisis sektor non domestik dilaksanakan dengan berpegangan pada analisis
data pertumbuhan terakhir fasilitas fasilitas sosial ekonomi yang ada pada wilayah
perencanaan. Kebutuhan air non domestik untuk kota dapat dibagi dalam beberapa
kategori :
1. Kota Kategori I (Metro)
2. Kota Kategori II (Kota Besar)
3. Kota Kategori III (Kota Sedang)
4. Kota Kategori IV (Kota Kecil)
14
Tabel 2.4 Kebutuhan Air Non Domestik Untuk Kategori I, II, III, IV
Tabel 2.7 Besarnya Kebutuhan Air Non Domestik Menurut Jumlah Penduduk
b) Sarana yang tertampung dengan jumlah - 1 unit TK untuk penyakit, sumber bau/sampah
pendidikan - Sebaran penduduk < setiap dan pencemaran lainnya
fasilitas 30.000 jiwa 1.000 penduduk
pendidikan - 9 SD, 3 SLTP, 1
- Kelengkapan SMU
sarana
pendidikan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam penelitian tugas akhir, terdapat kategori metode penelitian tugas akhir
yaitu :
1. Penelitian Laboratorium
2. Studi Pustaka/Perencanaan
17
3. Studi Kasus
Dari ketiga metode penelitian tugas akhir diatas, penelitian tugas akhir ini
menggunakan metode penelitian dengan pendekatan studi kasus, dimana metode
yang digunakan bersifat deskritif yang merupakan analisa fenomena atau kejadian
pada masa lampau dan bertujuan untuk mengevaluasi kondisi pada periode tertentu
sebagai dasar perencanaan untuk masa mendatang berdasarkan data yang
dikumpulkan sesuai dengan tujuannya berdasarkan analisa secara teoritis dan
empiris yang kemudian ditarik kesimpulan dari hasil analisa yang telah dilakukan.
Penelitian tugas akhir ini berlokasi di Kabupaten Ogan Komering Ilir dimana
wilayah yang ditinjau adalah 18 kecamatan di kabupaten tersebut.
Perumusan
Studi Literatur
masalah
- Teori Perhitungan Proyeksi
Jumlah Penduduk
Pengumpulan Data
Data Sekunder
- Kependudukan
Hasil dan
Pembahasan
Kesimpulan dan
Saran
selesai
BAB IV
4.1 Data
Dalam penulisan ini, diperlukan data-data penunjang untuk menjawab
permasalahan yang menjadi pokok pembahasan yaitu berapa jumlah kebutuhan air
bersih untuk kondisi sekarang dan prediksinya untuk kebutuhan di masa yang akan
datang di kabupaten Ogan Komering Ilir. Data-data yang dibutuhkan antara lain
sebagai berikut :
Tabel 4.1. Jumlah Penduduk di Kabupaten Ogan Komering Ilir Tahun 2006 - 2011
Data fasilitas perkotaan diperlukan dalam analisa dan prediksi kebutuhan air
sesuai dengan standar perencanaan yang ditetapkan oleh PU Cipta Karya. Dalam hal
ini data fasilitas perkotaan yang ada dan terperinci adalah data fasilitas kecamatan
Kayuagung. Berikut data-data fasilitas perkotaan untuk kecamatan Kayuagung pada
tahun 2011 :
Jumlah siswa dan guru di kecamatan Kayuagung dari tahun 2006 sampai
tahun 2011 adalah sebagai berikut :
1 2006
2 2007
3 2008
4 2009
5 2010
6 2011
tahun 2006 Kabupaten Ogan Komering Ilir, yang sebelumnya terdiri dari 12
kecamatan dimekarkan menjadi 18 kecamatan. Kecamatan tersebut antara lain :
Kecamatan Mesuji dimekarkan menjadi Kecamatan Mesuji Makmur, Mesuji Raya
dan Mesuji. Kecamatan Lempuing dimekarkan menjadi kecamatan Lempuing Jaya
dan Lempuing, Kecamatan Tanjung Lubuk dimekarkan menjadi Kecamatan Teluk
Gelam dan Tanjung Lubuk dan Kecamatan Pampangan dimekarkan menjadi
Kecamatan Pampangan dan Pangkalan Lampan.
Tabel 4.2. Jumlah Siswa dan Guru di Kabupaten Ogan Komering Ilir Tahun 2006 -
2011
Tabel 4.3. Jumlah Masjid, Hotel, Rumah Makan dan Puskemas di Kabupaten Ogan
Ilir Tahun 2011
Jumlah Aritmatik
Tahun Jiwa (X) a (Y) x y x y xy
2006 61433 61433 -4473.667 -5626.013 20013693.444 31652026.027 25168908.316
2007 62356 63683 -3550.667 -3375.613 12607233.778 11394765.376 11985677.742
2008 63654 65934 -2252.667 -1125.133 5074507.111 1265925.018 2534550.356
2009 64670 68184 -1236.667 1125.187 1529344.444 1266045.035 -1391480.844
2010 70642 70435 4735.333 3375.587 22423381.778 11394585.344 15984528.062
2011 72685 72685 6778.333 5625.987 45945802.778 31651725.974 38134812.956
107593963.33
Jumlah 395440 402354 3 88625072.773 92416996.587
65906.66
rata-rata 7 67059.013
r 0.94641
Jumlah Geometrik
Tahun Jiwa (X) (Y) x y x y xy
2006 61433 61317 -4473.667 -5555.333 20013693.444 30861728.444 24852709.56
2007 62356 63439 -3550.667 -3433.333 12607233.778 11787777.778 12190622.22
2008 63654 65634 -2252.667 -1238.333 5074507.111 1533469.444 2789552.222
2009 64670 67905 -1236.667 1032.667 1529344.444 1066400.444 -1277064.444
2010 70642 70254 4735.333 3381.667 22423381.778 11435669.444 16013318.89
2011 72685 72685 6778.333 5812.667 45945802.778 33787093.778 39400192.22
107593963.33
Jumlah 395440 401234 3 90472139.333 93969330.67
65906.66
rata-rata 7 66872.333
r 0.95243
27
Dari perhitungan koefisien korelasi pada tabel 4.2 dan tabel 4.3 di atas,
metode geometrik memiliki koefisien korelasi yang mendekati 1 yaitu 0,95243.
Dengan demikian metode yang digunakan untuk memproyeksikan penduduk untuk
tahun mendatang adalah dengan metode geometrik.
BAB V
K. Linsey, Ray, Teknik Sumber Daya Air. Penerbit Erlangga, Bandung, 1996