Anda di halaman 1dari 30

MODUL [PENGAWASAN DAN PENEGAKAN HUKUM]

BAB I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.

Modul ini ditulis agar peserta mampu mengetahui dan


memahami mengenai pengawasan dan penegakan hukum. Modul
yang ditulis ini disusun dengan pendekatan yang lebih umum agar
dipahami oleh peserta yang umumnya bukan berasal dari lulusan
hukum atau kalangan hukum. Diharapkan dengan memberikan dasar-
dasar pengetahuan yang terkait dengan hukum dan Amdal, maka
peserta dapat mengetahui secara umum hubungan antara bidang
Amdal dengan hukum. Selain itu akan bermanfaat bagi para peserta
diklat terutama yang akan mempelajari bidang amdal. Modul ini juga
akan terkait dengan modul peraturan perundang-undangan bidang
Amdal dan sistem perizinan.

1.2 Deskripsi Singkat

Perngawasan adalah tindakan untuk mengawasi secara terus


menerus agar tidak terjadi penyimpangan suatu kebijakan atau
peraturan perundang-undangan. Menurut Asshiddiqie (2006)
penegakan hukum dalam arti luas mencakup kegiatan untuk
melaksanakan dan menerapkan hukum serta melakukan tindakan
hukum terhadap setiap pelanggaran atau penyimpangan hukum yang
dilakukan oleh subjek hukum, baik melalui prosedur peradilan ataupun
melalui prosedur arbitrase dan mekanisme penyelesasian sengketa
lainnya.

Modul ini membatasi pada topik persoalan yang menyangkut


pengawasan dan penegakan hukum terutama terkait dengan Amdal.
Adapun ruang lingkup modul ini adalah sbb :

Puslitbang LH LP2M Universitas Hasanuddin Page 1


MODUL [PENGAWASAN DAN PENEGAKAN HUKUM]

a. Evaluasi kinerja terhadap Komisi Amdal

b. Evaluasi kinerja LPSP dan Personil

c. Sanksi hukum administarsi,hukum perdata dan hukum pidana.

1.3 Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan :

a. Peserta mengetahui terlebih dahulu bagaimana pengertian


mengenai pengawasan dan penegakan hukum terkait dengan
Amdal.

b. Peserta dapat memahami pengawasan dan penegakan hukum


lingkungan secara umum.

c. Peserta dapat menjelaskan mengenai topik pengawasan dan


penegakan hukum lingkungan terutama di bidang Amdal.

Puslitbang LH LP2M Universitas Hasanuddin Page 2


MODUL [PENGAWASAN DAN PENEGAKAN HUKUM]

BAB II.
EVALUASI KINERJA KOMISI PENILAI AMDAL

Komisi Penilai Amdal memiliki kedudukan penting terutama dalam


hal melakukan penilaian dokumen Amdal baik Andal, RKL dan RPL. Pasal
54 menyatakan :

(1) Komisi Penilai Amdal dibentuk oleh Menteri, gubernur, atau


bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
(2) Komisi Penilai Amdal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas:
a. Komisi Penilai Amdal Pusat;
b. Komisi Penilai Amdal provinsi; dan
c. Komisi Penilai Amdal kabupaten/kota.

Tugas Komisi Penilai Amdal Pusat dicantumkan dalam Pasal 54 ayat (3)
yang menyatakan :

(3) Komisi Penilai Amdal Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat


(2) huruf a menilai dokumen Amdal untuk Usaha dan/atau Kegiatan
yang:
a. bersifat strategis nasional; dan/atau
b. berlokasi:
1. di lebih dari 1 (satu) wilayah provinsi;
2. di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang sedang dalam sengketa dengan negara lain;
3. di wilayah laut lebih dari 12 (duabelas) mil laut
diukur dari garis pantai ke arah laut lepas; dan/atau
4. di lintas batas Negara Kesatuan Republik
Indonesia dengan negara lain.

Puslitbang LH LP2M Universitas Hasanuddin Page 3


MODUL [PENGAWASAN DAN PENEGAKAN HUKUM]

Sedangkan tugas Komisi Penilai Amdal Provinsi tercantum dalam Pasal


54 ayat (4) yang menyatakan :

(4) Komisi Penilai Amdal provinsi sebagaimana dimaksud pada


ayat (2) huruf b menilai dokumen Amdal untuk Usaha dan/atau
Kegiatan yang:
a. bersifat strategis provinsi; dan/atau
b. berlokasi:
1. di lebih dari 1 (satu) wilayah kabupaten/kota dalam
1 (satu) provinsi;
2. di lintas kabupaten/kota; dan/atau
3. di wilayah laut paling jauh 12 (duabelas) mil dari
garis pantai ke arah laut lepas dan/atau ke arah
perairan kepulauan.

Untuk tugas Komisi Penilai Amdal Kabupaten/Kota tercantum dalam


Pasal 54 ayat (5) yang menyatakan :
(5) Komisi Penilai Amdal kabupaten/kota sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf c menilai dokumen Amdal untuk Usaha
dan/atau Kegiatan yang:
a. bersifat strategis kabupaten/kota dan tidak strategis;
dan/atau
b. di wilayah laut paling jauh 1/3 (satu pertiga) dari wilayah
laut kewenangan provinsi.

Pasal 54 ayat (6) menetapkan jenis usaha dan/atau kegiatan yang akan
diatur oleh Peraturan menteri.:

(6) Jenis Usaha dan/atau Kegiatan yang bersifat strategis nasional,


strategis provinsi, atau strategis kabupaten/kota, serta tidak

Puslitbang LH LP2M Universitas Hasanuddin Page 4


MODUL [PENGAWASAN DAN PENEGAKAN HUKUM]

strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a, ayat (4)


huruf a, dan ayat (5) huruf a ditetapkan oleh Menteri.

Untuk menilai dokumen Amdal dengan pendekatan tertentu, Komisi yang


ditugaskan tercantum dalam Pasal 55 yang menyatakan :

(1) Komisi Penilai Amdal Pusat menilai dokumen Amdal yang


disusun dengan menggunakan pendekatan terpadu atau kawasan,
jika terdapat Usaha dan/atau Kegiatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 54 ayat (3), ayat (4), dan/atau ayat (5).
(2) Komisi Penilai Amdal provinsi menilai dokumen Amdal yang
disusun dengan menggunakan pendekatan terpadu atau kawasan,
jika terdapat Usaha dan/atau Kegiatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 54 ayat (4) dan ayat (5).

Sedangkan susunan Komisi Penilai diatur dalam Pasal 56 yang


menyatakan :

(1) Susunan Komisi Penilai Amdal terdiri atas:


a. ketua;
b. sekretaris; dan
c. anggota.

(2) Ketua dan sekretaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


huruf a dan huruf b, berasal dari:
a. instansi lingkungan hidup Pusat, untuk Komisi Penilai
Amdal Pusat;
b. instansi lingkungan hidup provinsi, untuk Komisi Penilai
Amdal provinsi; dan
c. instansi lingkungan hidup kabupaten/kota, untuk Komisi
Penilai Amdal kabupaten/kota.

Puslitbang LH LP2M Universitas Hasanuddin Page 5


MODUL [PENGAWASAN DAN PENEGAKAN HUKUM]

Mengenai keanggoatan Komisi Penilai Amdal baik di pusat,


provinsi maupun kabupaten kota diatur dalam Pasal 56 ayat (3)
yang menyatakan :

(3) Anggota Komisi Penilai Amdal terdiri atas:


a. untuk Komisi Penilai Amdal Pusat, beranggotakan unsur
dari:
1. instansi Pusat yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang penataan ruang;
2. instansi Pusat yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup;
3. instansi Pusat yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang dalam negeri;
4. instansi Pusat yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kesehatan;
5. instansi Pusat yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pertahanan;
6. instansi Pusat yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang penanaman modal;
7. instansi Pusat yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pertanahan;
8. instansi Pusat yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang ilmu pengetahuan;
9. instansi Pusat yang membidangi Usaha dan/atau
Kegiatan;
10. instansi Pusat yang terkait dengan dampak Usaha
dan/atau Kegiatan;
11. wakil pemerintah provinsi yang bersangkutan;
12. wakil pemerintah kabupaten/kota yang bersangkutan;

Puslitbang LH LP2M Universitas Hasanuddin Page 6


MODUL [PENGAWASAN DAN PENEGAKAN HUKUM]

13. ahli di bidang perlindungan dan pengelolaan


lingkungan hidup;
14. ahli di bidang yang berkaitan dengan rencana Usaha
dan/atau Kegiatan;
15. ahli di bidang yang berkaitan dengan dampak dari
rencana Usaha dan/atau Kegiatan;
16. organisasi lingkungan hidup;
17. masyarakat terkena dampak; dan/atau
18. unsur lain sesuai kebutuhan.

b. untuk Komisi Penilai Amdal provinsi, beranggotakan unsur dari:


1. instansi yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang penataan ruang provinsi;
2. instansi yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup provinsi;
3. instansi yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang penanaman modal provinsi;
4. instansi yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pertanahan provinsi;
5. instansi yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pertahanan provinsi;
6. instansi yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kesehatan provinsi;
7. instansi Pusat dan/atau daerah yang membidangi
Usaha dan/atau Kegiatan yang bersangkutan;
8. wakil instansi Pusat, instansi provinsi, dan/atau
kabupaten/kota yang urusan pemerintahannya
terkait dengan dampak Usaha dan/atau Kegiatan;
9. wakil pemerintah kabupaten/kota yang bersangkutan;

Puslitbang LH LP2M Universitas Hasanuddin Page 7


MODUL [PENGAWASAN DAN PENEGAKAN HUKUM]

10. pusat studi lingkungan hidup perguruan tinggi yang


bersangkutan;
11. ahli di bidang yang berkaitan dengan rencana Usaha
dan/atau Kegiatan;
12. ahli di bidang yang berkaitan dengan dampak dari
rencana Usaha dan/atau Kegiatan;
13. organisasi lingkungan hidup;
14. masyarakat terkena dampak; dan/atau
15. unsur lain sesuai kebutuhan.

c. untuk Komisi Penilai Amdal kabupaten/kota, beranggotakan


unsur dari:
1. instansi yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang penataan ruang
kabupaten/kota;
2. instansi yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup kabupaten/kota;
3. instansi yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang penanaman modal
kabupaten/kota;
4. instansi yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pertanahan kabupaten/kota;
5. instansi yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pertahanan kabupaten/kota;
6. instansi yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kesehatan kabupaten/kota;
7. wakil instansi Pusat, instansi provinsi, dan/atau
kabupaten/kota yang urusan pemerintahannya
terkait dengan dampak Usaha dan/atauKegiatan;

Puslitbang LH LP2M Universitas Hasanuddin Page 8


MODUL [PENGAWASAN DAN PENEGAKAN HUKUM]

8. ahli di bidang yang berkaitan dengan rencana Usaha


dan/atau Kegiatan;
9. ahli di bidang yang berkaitan dengan dampak dari
rencana Usaha dan/atau Kegiatan;
10. wakil dari organisasi lingkungan yang terkait dengan
Usaha dan/atau Kegiatan yang bersangkutan;
11. masyarakat terkena dampak; dan
12. unsur lain sesuai kebutuhan.

Sedangkan kewenangan penilaian Amdal diatur dalam Pasal 57 yang


menyatakan :

(1) Dalam hal instansi lingkungan hidup kabupaten/kota bertindak


sebagai Pemrakarsa dan kewenangan penilaian Amdalnya berada
di kabupaten/kota yang bersangkutan, penilaian Amdal terhadap
Usaha dan/atau Kegiatan tersebut dilakukan oleh Komisi Penilai
Amdal provinsi.
(2) Dalam hal instansi lingkungan hidup provinsi bertindak sebagai
Pemrakarsa dan kewenangan penilaian Amdalnya berada di
provinsi yang bersangkutan, penilaian Amdal terhadap Usaha
dan/atau Kegiatan tersebut dilakukan oleh Komisi Penilai Amdal
Pusat.

Ketentuan mengenai lisensi Komisi Penilai Amdal diatur dalam Pasal 58


yang menyatakan :

(1) Komisi Penilai Amdal wajib memiliki lisensi dari Menteri,


gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
(2) Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara lisensi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan
Menteri.

Puslitbang LH LP2M Universitas Hasanuddin Page 9


MODUL [PENGAWASAN DAN PENEGAKAN HUKUM]

Dalam melakukan penilaian Komisi Penilai Amdal akan dibantu oleh


Sekretariat komisi dan tim Teknis sesuai Pasal 59 yang menyatakan :

Komisi Penilai Amdal dibantu oleh:


a. tim teknis Komisi Penilai Amdal yang selanjutnya disebut
tim teknis; dan
b. sekretariat Komisi Penilai Amdal.

Sedangkan keanggotaan tim teknis sesuai Pasal 60 menyatakan :

(1) Tim teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 huruf a


terdiri atas:
a. ahli dari instansi teknis yang membidangi Usaha dan/atau
Kegiatan yang bersangkutan dan instansi lingkungan
hidup; dan
b. ahli lain dan bidang ilmu yang terkait.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai susunan keanggotaan tim
teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya.

Untuk sekretariat komis Pasal 61 menyatakan :

(1) Sekretariat Komisi Penilai Amdal sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 59 huruf b mempunyai tugas di bidang kesekretariatan,
perlengkapan, penyediaan informasi pendukung, dan tugas lain
yang diberikan oleh Komisi Penilai Amdal.
(2) Sekretariat Komisi Penilai Amdal sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dipimpin oleh kepala sekretariat yang dijabat oleh
pejabat setingkat eselon III ex officio pada

Puslitbang LH LP2M Universitas Hasanuddin Page 10


MODUL [PENGAWASAN DAN PENEGAKAN HUKUM]

instansi lingkungan hidup Pusat dan pejabat setingkat eselon IV ex


officio pada instansi lingkungan hidup provinsi dan kabupaten/kota.

Sedangkan larangan bagi anggota Komisi Penilai tercantum dalam Pasal


62 :

Anggota Komisi Penilai Amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal


56 dan anggota tim teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60
dilarang melakukan penilaian terhadap dokumen Amdal yang
disusunnya.

Pasal 63 akan mengatur ketentuan mengenai Komisi Penilai yang


jelasnya menyatakan :

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata kerja Komisi Penilai Amdal


Pusat, Komisi Penilai Amdal provinsi, dan Komisi Penilai Amdal
kabupaten/kota diatur dengan Peraturan Menteri.

Sedangkan evaluasi kinerja kelembagaan diatur dalam Pasal 66 yang


menyatakan :

(1) Instansi lingkungan hidup Pusat melakukan evaluasi kinerja


terhadap penatalaksanaan:
a. Amdal yang dilakukan oleh Komisi Penilai Amdal provinsi
dan/atau Komisi Penilai Amdal kabupaten/kota; dan
b. UKL-UPL yang dilakukan oleh instansi lingkungan hidup
provinsi dan/atau instansi lingkungan hidup kabupaten/kota.
(2) Instansi lingkungan hidup provinsi melakukan evaluasi kinerja
terhadap penatalaksanaan:
a. Amdal yang dilakukan oleh Komisi Penilai Amdal
kabupaten/kota; dan

Puslitbang LH LP2M Universitas Hasanuddin Page 11


MODUL [PENGAWASAN DAN PENEGAKAN HUKUM]

b. UKL-UPL yang dilakukan oleh instansi lingkungan hidup


kabupaten/kota.

Sedangkan yang dievaluasi kinerjanya diatur dalam Pasal 66 ayat (3)


yang menyatakan :

(3) Evaluasi kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) paling sedikit dilakukan terhadap:
a. pelaksanaan norma, standar, prosedur, dan/atau kriteria di
bidang Amdal dan UKL-UPL;
b. kinerja Komisi Penilai Amdal provinsi dan kabupaten/kota;
dan
c. kinerja pemeriksa UKL-UPL di instansi lingkungan hidup
provinsi dan kabupaten/kota.

Pasal 67 yang mengatur evaluasi kinerja akan diatur lebih lanjut melalui
Peraturan menteri. Hal ini dinyatakan :

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembinaan dan evaluasi


kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 sampai dengan
Pasal 66 diatur dengan Peraturan Menteri.

2.1 Evaluasi LPJP dan Personil

Dalam Pasal 28 (1) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009


menyatakan :
Penyusun amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat
(1) dan Pasal 27 wajib memiliki sertifikat kompetensi penyusun
amdal.

Puslitbang LH LP2M Universitas Hasanuddin Page 12


MODUL [PENGAWASAN DAN PENEGAKAN HUKUM]

Hal ini kemudian ditindaklanjuti dalam Peraturan Pemerintah Nomor


27 Tahun 2012 Pasal 11 menyatakan :

(1) Penyusunan dokumen Amdal wajib dilakukan oleh penyusun


Amdal yang memiliki sertifikat kompetensi penyusun Amdal.

Selama ini kegiatan penyusunan Amdal hanya dilakukan oleh para


penyusun Amdal yang umumnya berasal dari perguruan tinggi dan
konsultan Amdal. Sertifikat yang dihasilkan berasal dari berbagai pelatihan
baik pelatihan Amdal dasar, penyusun hingga penilai.

Sejak diterbitkannya Undang-undang dan Peraturan Pemerintah ini,


maka setiap penyusun Amdal serta lembaga penyusun Amdal wajib
memiliki sertifikasi kompetensi. Kewajiban ini harus sudah terlaksana
paling lambat 1 tahun sejak UU ini terbit. Pasal 122 Undang-undang ini
menyatakan :

Pada saat berlakunya Undang-Undang ini, dalam waktu paling


lama 1 (satu) tahun, setiap penyusun amdal wajib memiliki
sertifikat kompetensi penyusun amdal.

Jika tidak terlaksana maka pihak-pihak yang menyusun Amdal dan


tidak memiliki kompetensi maka akan dikenakan sanksi Pidana seperti
tercantum dalam Pasal Pasal 110

Setiap orang yang menyusun amdal tanpa memiliki sertifikat


kompetensi penyusun amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal
69 ayat (1) huruf i, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3
(tiga) tahun dan denda paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga
miliar rupiah).

Selama ini belum ada sanksi penegakan hukum pidana bagi


penyusun Amdal yang tidak memiliki sertifikat kompetensi karena belum

Puslitbang LH LP2M Universitas Hasanuddin Page 13


MODUL [PENGAWASAN DAN PENEGAKAN HUKUM]

ada pengaduan atas tindakan ini. Mengenai kompetensi dan ketentuannya


tercantum dalam Pasal 28 (2) yang menyatakan :

Sertifikat kompetensi penyusun Amdal sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) diperoleh melalui uji kompetensi.

Persyaratan pokok untuk mengikuti uji kompetensi diatur dalam Pasal 28


(3) yang menyatakan :

Untuk mengikuti uji kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat


(2), setiap orang harus mengikuti pendidikan dan pelatihan
penyusunan Amdal dan dinyatakan lulus.

Sedangkan kelemnbagaan pelatihan maupun lembag penguji kompetensi


diatiur dalam pasal 28 ayat (4) dan ayat (5) yang menyatakan :

(4) Pendidikan dan pelatihan penyusunan Amdal sebagaimana


dimaksud pada ayat (3) diselenggarakan oleh lembaga pelatihan
kompetensi di bidang Amdal.
(5) Uji kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
penerbitan sertifikat kompetensi dilaksanakan oleh lembaga
sertifikasi kompetensi penyusun Amdal yang
ditunjuk oleh Menteri.

Sedangkan untuk lebih oprasionalnya pasal ini maka ayat (6)


menyatakan :

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikasi kompetensi


penyusun Amdal, penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
penyusunan Amdal, serta lembaga sertifikasi kompetensi penyusun
Amdal diatur dengan Peraturan Menteri.

Puslitbang LH LP2M Universitas Hasanuddin Page 14


MODUL [PENGAWASAN DAN PENEGAKAN HUKUM]

Karena itu sebagai tindaklanjut pelaksanaan ini maka diterbitkan


Peraturan menteri lingkungan hidup nomor 07 tahun 2010. Dengan
adanya permen ini maka ketentuan mengenai hal ini memiliki dasar
hukum yang kuat sehingga jika ada yang melanggar, maka dapat
dikenakan sanksinya.

2.2 Sanksi Administrasi

Penegakan hukum administrasi dianggap sebagai upaya


penegakan hukum terpenting. Hal ini karena penegakan hukum
administrasi lebih ditujukan kepada upaya mencegah terjadinya
pencemaran dan perusakan lingkungan. Menurut Husin (2000) dalam
Edorita (2007) penegakan hukum administrasi juga bertujuan untuk
menghukum pelaku pencemaran dan perusakan lingkungan.
Penegakan hukum administrasi berkaitan erat dengan kapasitas
aparatur dan kepatuhan warga masyarakat terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Penegakan hukum lingkungan
merupakan upaya untuk mencapai ketaatan dan persyaratan dalam
ketentuan hukum yang berlaku secara umum dan individual, melalui
pengawasan dan penerapan (atur dan awasi) atau command and
control, sarana administratif, keperdataan dan kepidanaan. (Supami,
N :1994). Hal ini berarti penegakan hukum dibidang Amdal terkait
dengan pemberian sanksi adalah upaya mencapai ketaatan dan
persyaratan dalam Undang-undang Nomor 32 tahun 2009 dan
Peraturan Pemerintah nomor 27 Tahun 2012 melalui pengawasan
dan penerapan, sarana administratif, keperdataan dan kepidanaan.
Dalam Undang-undang maupun PP terdapat ketentuan-ketentuan
Amdal yang harus ditegakan. Jika ada pelanggaran administrasi
terhadap kegiatan Amdal, dapat dilakukan melalui sanksi administrasi

Puslitbang LH LP2M Universitas Hasanuddin Page 15


MODUL [PENGAWASAN DAN PENEGAKAN HUKUM]

Menurut Hamzah (2005) digunakannya hukum administrasi dalam


sistem penegakan hukum lingkungan mempunyai dua fungsi yaitu
(Hamzah :
- Preventif yaitu berkaitan dengan izin yang diberikan oleh pejabat
yang berwenang terhadap pelaku kegiatan, dan dapat juga berupa
pemberian penerangan dan nasihat.
- Represif berupa sanksi yang diberikan oleh pejabat yang
berwenang terhadap pelaku atau penanggung jawab kegiatan
untuk mencegah dan mengakhiri terjadinya pelanggaran.

Pada dasarnya proses penegakan hukum administrasi melalui sanksi


adminsitrasi yang bersifat preventif berawal dari proses pemberian izin
terhadap pelaku kegiatan sampai kewenangan dalam melakukan
pengawasan. Pasal 22 ayat (1) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009
menyatakan :

Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting


terhadap lingkungan hidup wajib memiliki amdal.

Perangkat Amdal sebagai perangkat preventif, harus dilaksanakan


pencegahannya sejak awal agar dampak yang ditimbulkan dapat diketahui
sehingga dikelola dan dipantau dengan baik. Selain itu sebagai perangkat
preventif maka proses pemberian izin dapat dilakukan apabila Amdal
sudah selesai disusun. Pasal 36 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009
menyatakan :

Setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki amdal


atau UKL-UPL wajib memiliki izin lingkungan.

Puslitbang LH LP2M Universitas Hasanuddin Page 16


MODUL [PENGAWASAN DAN PENEGAKAN HUKUM]

Ketentuan ini juga dicantumkan dalam Pasal 2 PP Nomor 27 Tahun 2009


menyatakan :
Setiap Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki Amdal atau
UKL-UPL wajib memiliki Izin Lingkungan.
Sedangkan yang bersifat represif berhubungan dengan sanksi
administrasi yang harus diberikan terhadap pencemar yang diatur dalam
juga dalam undang-undang. Pelanggaran tertentu terhadap lingkungan
hidup dapat dijatuhi sanksi berupa pencabutan izin usaha dan atau
kegiatan. Bobot pelanggaran peraturan lingkungan hidup bisa berbeda-
beda, mulai dari pelanggaran syarat administratif sampai dengan
pelanggaran yang menimbulkan korban. Pelanggaran tertentu merupakan
pelanggaran oleh usaha dan atau kegiatan yang dianggap berbobot untuk
dihentikan kegiatan usahanya, misalnya telah ada warga masyarakat
yang terganggu kesehatannya akibat pencemaran dan atau perusakan
lingkungan hidup. Penjatuhan sanksi bertujuan untuk kepentingan
efektifitas hukum lingkungan itu agar dipatuhi dan ditaati oleh masyarakat
dan ada efek jera yang dikenai. Menurut Sunarso (2005) dalam Edorita
(2007) sanksi itu pula sebagai sarana atau instrumen untuk melakukan
penegakan hukum agar tujuan hukum itu sesuai dengan kenyataan.
Siti Sundari Rangkuti dalam Edorita (2007) menyebutkan bahwa
penegakan hukum secara preventif berarti pengawasan aktif dilakukan
terhadap kepatuhan, kepada peraturan tanpa kejadian langsung yang
menyangkut peristiwa konkrit yang menimbulkan sangkaan bahwa
peraturan hukum telah dilanggar. Instrumen penting dalam penegakan
hukum preventif adalah penyuluhan, pemantauan dan penggunaan
kewenangan yang bersifat pengawasan (pengambilan sampel,
penghentian mesin dan sebagainya). Dengan demikian izin penegak
hukum yang utama di sini adalah pejabat atau aparat pemerintah yang
berwenang memberi izin dan mencegah terjadinya pencemaran
lingkungan. Penegakan hukum represif dilakukan dalam hal perbuatan
yang melanggar peraturan.

Puslitbang LH LP2M Universitas Hasanuddin Page 17


MODUL [PENGAWASAN DAN PENEGAKAN HUKUM]

Penegakan hukum administrasi yang bersifat represif merupakan


tindakan pemerintah dalam pemberian sanksi administrasi terhadap
pencemar atau perusak lingkungan hidup. Sanksi administrasi berupa:
Soemartono (1995)
(1) pemberian teguran keras
(2) pembayaran uang paksaan
(3) penangguhan berlakunya izin.
(4) pencabutan izin

Berdasarkan kerangka teori diatas, maka ketentuan ini


dicantumkan dalam bentuk yang mirip khususnya dalam Pasal 71
Undang-undang nomor 32 Tahun 2009 menyatakan

(1) Pemegang Izin Lingkungan yang melanggar ketentuan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 53 dikenakan sanksi administratif yang
meliputi:
a. teguran tertulis;
b. paksaan pemerintah;
c. pembekuan Izin Lingkungan; atau
d. pencabutan Izin Lingkungan.

Mas Achmad Santosa dalam Edorita (2007) menyebutkan bahwa


penegakan hukum lingkungan di bidang administrasi memiliki beberapa
manfaat strategis dibandingkan dengan peranngkat penegakan hukum
lainnya oleh karena:
- Penegakan hukum lingkungan dapat dioptimal sebagai
perangkat pencegahan.
- Penegakan hukum lingkungan administrasi lebih efisien dari
sudut pembiayaan bila dibandingkan dengan penegakan
hukum perdata dan pidana. Pembiayaan untuk penegakan

Puslitbang LH LP2M Universitas Hasanuddin Page 18


MODUL [PENGAWASAN DAN PENEGAKAN HUKUM]

hukum administrasi hanya meliputi pembiayaan pengawasan


lapangan dan pengujian laboratorium.
- Penegakan hukum lingkungan administrasi lebih memiliki
kemampuan mengundang partisipasi masyarakat dimulai dari
proses perizinan, pemantauan, penaatan/ pengawasan dan
partisipasi masyarakat dal;am mengajukan keberatan untuk
meminta pejabat tata usaha negara dalam memberlakukan
sangsi administrasi.
Perangkat penegakan hukum administrasi sebagai sebuah sistem hukum
dan pemerintahan paling tidak harus meliputi, yang merupakan prasyarat
awal dari efektifitas penegakan hukum lingkungan administrasi yaitu :
1. Izin, yang didayagunakan sebagai perangkat pengawasan dan
pengendalian.
2. Persyaratan dalam izin dengan merujuk pada AMDAL, standar
baku mutu lingkungan, peraturan perundang undangan.
3. Mekanisme pengawasan penaatan.
4. Keberadaan pejabat pengawas yang memadai secara kualitas
dan kuantitas
5. Sanksi administrasi.
Selanjutnya Mas Achmad Santosa mengemukakan sepuluh mekanisme
penegakan hukum lingkungan administrasi yaitu:
1. Permohonan izin harus disertai informasi lingkungan sebagai
alat pengambilan keputusan-studi AMDAL: RKL, dan RPL, atau
UKL dan UPL dan informasi-informasi lingkungan lainnya.
2. Konsultasi publik dalam rangka mengundang berbagai
masukan dari masyarakat sebelum izin diterbitkan.
3. Keberadaan mekanisme pengolahan masukan publik untuk
mencegah konsultasi publik yang bersifat basa basi.
4. Atas dasar informasi-informasi yang disampaikan dan masukan
publik, pengambilan keputusan berdasarkan kelayakan

Puslitbang LH LP2M Universitas Hasanuddin Page 19


MODUL [PENGAWASAN DAN PENEGAKAN HUKUM]

lingkungan di samping kelayakan dari sudut teknis dan


ekonomis dilakukan.
5. Apabila izin telah dikeluarkan, maka izin tersebut harus
diumumkan dan bersifat terbuka untuk umum.
6. Laporan penaatan yang dibuat secara berkala oleh pemegang
izin dan disampaikan kepada regulator.
7. Inspeksi lapangan dibuat secara berkala dan impromtu sesuai
dengan kebutuhan.
8. Tersedianya hak dan kewajiban pengawas dan hak serta
kewajiban objek yang diawasi yang dijamin oleh undang-
undang.
9. Pemberlakuan sanksi administrasi yang diberlakukan secara
sistematis dan bertahap.
10. Mekanisme koordinasi antara pejabat yang bertanggung jawab
di bidang penegakan hukum administrasi dengan penyidik
pidana apabila pelanggaran telah memenuhi unsur-unsur
pidana.
Menurut Machmud (2011) sanksi-sanksi hukum lingkungan
administrasi adalah sanksi-sanksi hukum yang dapat dijatuhkan oleh
pejabat pemerintah tanpa melalui proses pengadilan terhadap seseorang
atau kegiatan usaha yang melanggar ketentuan hukum lingkungan
administrasi. Beberapa contoh dari pelanggaran hukum lingkungan
administrasi adalah menjalankan tempat usaha tanpa memiliki izin-izin
yang diperlukan, kegiatan usaha misalnya industri, hotel dan rumah sakit
membuang air limbah tanpa izin pembuangan air limbah, kegiatan usaha
telah memiliki izin pembuangan air limbah, tetapi jumlah atau konsentrasi
buangan air limbahnya melebihi baku mutu air limbah yang dituangkan
dalam izin pembuangan limbahnya, serta menjalankan kegiatan usaha
yang wajib AMDAL, tetapi tidak atau belum menyelesaikan dokumen
AMDALnya.

Puslitbang LH LP2M Universitas Hasanuddin Page 20


MODUL [PENGAWASAN DAN PENEGAKAN HUKUM]

2.3 Sanksi Perdata


Menurut Machmud (2011) hukum perdata khususnya gugatan
berdasarkan perbuatan melawan hukum dan Hakim Perdata
sesungguhnya memiliki arti penting bagi hukum lingkugan. Menurut
Koeman, Hukum Perdata memiliki empat fungsi yang relevan, yaitu:

1. Penegakan hukum melalui hukum perdata;


2. Penetapan norma tambahan;
3. Gugatan untuk memperoleh ganti kerugian;
4. Perlindungan hukum tambahan.

Karena itu [enggunaan hukum perdata dalam penegakan hukum


lingkungan hidup berkaitan dengan penyelesaian lingkungan hidup.
Penegakan hukum perdata umumnya berperan dalam bentuk permintaan
ganti rugi oleh korban pencemaran dan perusakan lingkungan hidup
kepada pihak pencemar yang dianggap telah menimbulkan dampak
pencemaran terhadap lingkungan.
Penggunanaan instrumen hukum perdata dalam penyelesaian
sengketa-sengketa yang berkaitan dengan masalah lingkungan hidup
pada hakekatnya memperluas upaya penegakan hukum dari berbagai
peraturan perundang-undangan. (Supami: 1994) Ada dua macam cara
yang dapat ditempuh untuk meyelesaikan sengketa lingkungan hidup:
1. Penyelesaian melalui mekanisme penyelesaian sengketa di
luar pengadilan.
2. Penyelesaian sengketa melalui pengadilan berdasarkan
pilihan secara sukarela para pihak yang bersengketa.

Berkenaan dengan penyelesaian sengketa, Pasal 84 Undang-undang


nomor 32 Tahun 2009 menyatakan :

(1) Penyelesaian sengketa lingkungan hidup dapat ditempuh


melalui pengadilan atau di luar pengadilan.

Puslitbang LH LP2M Universitas Hasanuddin Page 21


MODUL [PENGAWASAN DAN PENEGAKAN HUKUM]

(2 Pilihan penyelesaian sengketa lingkungan hidup dilakukan


secara suka rela oleh para pihak yang bersengketa.

(3) Gugatan melalui pengadilan hanya dapat ditempuh apabila


upaya penyelesaian sengketa di luar pengadilan yang dipilih
dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu atau para pihak yang
bersengketa.

Tujuan penyelesaian sengketa di luar pengadilan adalah untuk


mencari kesepakatan tentang bentuk dan besarnya ganti rugi atau
menentukan tindakan tertentu yang harus dilakukan oleh pencemar untuk
menjamin bahwa perbuatan itu tidak terjadi lagi dimasa yang akan dating.
Penyelesaian sengketa di luar pengadilan ini dapat dilakukan dengan
menggunakan jasa pihak ketiga baik yang memiliki ataupun yang tidak
memiliki kewenangan untuk membuat keputusan, serta membolehkan
masyarakat atau pemerintah membuat lembaga penyedia jasa lingkungan
untuk membantu menyelesaikan sengketa lingkungan. Jika timbul
sengketa yang menyangkut persoalan Amdal, terutama menyangkut
perusahaan yang mencemari tidak memiliki dokumen Amdal, maka para
pihak korban pencemaran dapat mengajukan ganti kerugian. Hal ini
secara tegas dinyatakan dalam Undang-undang PPLH Pasal 87
menyatakan :

Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang


melakukan perbuatan melanggar hukum berupa pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan hidup yang menimbulkan
kerugian pada orang lain atau lingkungan hidup wajib
membayar ganti rugi dan/atau melakukan tindakan tertentu.

Diketahui bahwa dalam kasus pencemaran lingkungan, korban pada


umumnya awam soal hukum dan seringkali berada pada posisi ekonomi
lemah bahkan sudah berada dalam keadaan sekarat. Sungguh berat dan

Puslitbang LH LP2M Universitas Hasanuddin Page 22


MODUL [PENGAWASAN DAN PENEGAKAN HUKUM]

terasa tidak adil mewajibkan penderita yang memerlukan ganti kerugian


justru dibebani membuktikan kebenaran gugatannya. Menyadari kesulitan
itu maka tersedia alternatif konseptual dalam hukum lingkungan
keperdataan yang merupakan sistem “Liability without fault” atau “strict
liability”. Mengenai strict liability atau tanggungjawab mutlak Pasal 88
menyatakan :
Setiap orang yang tindakannya, usahanya, dan/atau kegiatannya
menggunakan B3, menghasilkan dan/atau mengelola limbah B3,
dan/atau yang menimbulkan ancaman serius terhadap lingkungan
hidup bertanggung jawab mutlak atas kerugian yang terjadi tanpa
perlu pembuktian unsur kesalahan.

Strict liability meringankan beban pembuktian. Kegiatan-kegiatan yang


dapat diterapkan diantaranya sebagai berikut: usaha dan kegiatan yang
menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup,
kegiatan yang menggunakan bahan berbahaya dan beracun, serta
kegiatan yang mengahsilkan limbah bahan berbahaya dan beracun.
Selain istilah strict liability, dalam hukum keperdataan dikenal beberapa
istilah lainnya seperti legal standing, citizen law suit atau hak gugat
masyarakat dll. Dalam Undang-undang Nomor 32 tahun 2009 tentang
PPLH diatur dalam Pasal 91 sampai Pasal 92.

2.4 Sanksi Pidana


Menurut Mas Achmad Santoso sanksi pidana dikenal generic
crimes dan specific crimes. Pengertian keduanya harus dikaitkan
dengan seberapa jauh kedua crimes ini memiliki ketergantungan
dengan hukum administrasi (administrative rules/laws)
Instrumen pidana ini sangat penting dalam penegakan hukum
lingkungan untuk mengantisipasi perusakan dan pencemaran
lingkungan. Dikenal dua macam tindak pidana yaitu: (husin)

Puslitbang LH LP2M Universitas Hasanuddin Page 23


MODUL [PENGAWASAN DAN PENEGAKAN HUKUM]

1. Delik materi (generic crimes)


Merupakan perbuatan melawan hukum yang menyebabkan
pencemaran atau perusakan lingkungan. Perbuatan ,elwan hukum
seperti itu tidak harus dihubungkan dengan pelanggaran aturan-
aturan hukum administrasi sehingga delik materil ini disebut juga
sebagai Administrative Independent Crimes.
2. Delik formil (spesific crimes)
Delik ini diartikan sebagai perbuatan yang melanggar aturan-aturan
hukum administrasi. Oleh karena itu delik formil dikenal juga
sebagai Administrative Dependent Crimes.
Dalam undang-undang biasanya dirumuskan beberapa perbuatan yang
diklasifikasikan sebagai kejahatan:
a. kesengajaan melakukan perbuatan yang mengakibatkan
pencemaran lingkungan hidup.
b. Kesengajaan melakukan perbuatan yang mengakibatkan
perusakan terhadap lingkungan hidup
c. Kealpaan melakukan perbuatan yang mengakibatkan
pencemaran lingkungan hidup
d. Kealpaan melakukan perbuatan yang mengakibatkan
perusakan lingkungan hidup
e. Kesengajaan melepas atau membuang zat, energi dan atau
komponen lain yang berbahaya
f. Kesengajaan memberikan informasi palsu atau
menghilangkan atau menyembunyikan atau merusak
informasi yang diperlukan dalam kaitannya dengan butir (e)
g. Kealpaan melakukan perbuatan sebagaimana disebutkan
dalam butir (e) dan (f) diatas.
Dalam hubungannya dengan kegiatan Amdal dan izin lingkungan Undang-
undang Nomor 32 Tahun 2009 menyatakan adanya kejahatan lingkungan
seperti yang tercantum dalam Pasal 109 undang-undang ini yang
menyatakan :

Puslitbang LH LP2M Universitas Hasanuddin Page 24


MODUL [PENGAWASAN DAN PENEGAKAN HUKUM]

Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan tanpa


memiliki izin lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36
ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)
tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling sedikit
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).

Padahal dalam prakteknya banyak sekali usaha dan/atau kegiatan


tidak memiliki izin yang harus dipenuhi. Dengan terbitnya undang-undang
Nomor 32 Tahun 2009, maka usaha dan/atau kegiatan yang didirikan
tanpa izin adalah merupakan tindakan yang dimasukan dalam kategori
kejahatan lingkungan. (environmental crime).

Sedangkan Pasal 110 menyatakan :

Setiap orang yang menyusun amdal tanpa memiliki sertifikat


kompetensi penyusun amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal
69 ayat (1) huruf i, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3
(tiga) tahun dan denda paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga
miliar rupiah).

Bagi penyusun Amdal yang tidak memiliki sertifikasi kompetensi


harus segera memenuhi persyaratan tersebut. Jika tidak dilakukan
maka dalam satu tim penyusun Amdal terutama ketua tim dan
anggota (dua orang) tidak memiliki sertifikasi kompetensi dapat
dikategorikan sebagai kejahatan sehingga dapat dipidana.

Pasal 111 menyatakan :

(1) Pejabat pemberi izin lingkungan yang menerbitkan izin


lingkungan tanpa dilengkapi dengan amdal atau UKL-UPL
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan

Puslitbang LH LP2M Universitas Hasanuddin Page 25


MODUL [PENGAWASAN DAN PENEGAKAN HUKUM]

denda paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar


rupiah).

(2) Pejabat pemberi izin usaha dan/atau kegiatan yang


menerbitkan izin usaha dan/atau kegiatan tanpa dilengkapi
dengan izin lingkungan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 40 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling
lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).

Hal yang terpenting adalah apabila ada pejabat negara yang menerbitkan
izin baik izin lingkungan maupun izin usaha tanpa memenuhi persyaratan
yang ditetapkan dalam pasal ini yaitu Pasal 111 maka akan dikenakan
tindak pidana dan dikategorikan sebagai kejahatan. Tindak pidana seperti
yang tercantum diatas merupakan kejahatan lingkungan. Hal ini
ditegaskan dalam Pasal 97 yang menyatakan :

Tindak pidana dalam undang-undang ini merupakan kejahatan.

Sanksi pidana dalam perlindungan lingkungan hidup dipergunakan


sebagai ultimum remedium, dimana tuntutan pidana merupakan akhir dari
mata rantai yang panjang. Dalam Pasal 100 dinyatakan sbb :

(1) Setiap orang yang melanggar baku mutu air limbah, baku
mutu emisi, atau baku mutu gangguan dipidana, dengan
pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling
banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
hanya dapat dikenakan apabila sanksi administratif yang
telah dijatuhkan tidak dipatuhi atau pelanggaran dilakukan
lebih dari satu kali.

Puslitbang LH LP2M Universitas Hasanuddin Page 26


MODUL [PENGAWASAN DAN PENEGAKAN HUKUM]

Sanksi pidana diterapkan dengan tujuan untuk menghapus atau


mengurangi akibat-akibat yang merugikan terhadap lingkungan hidup.
Karena itu penting untuk diketahui mengenai mata rantai dalam
peengakan hukum pidana yaitu: (Husein :1995)
1. penentuan kebijaksanaan, desain, dan perencanaan,
pernyataan dampak lingkungan;
2. peraturan tentang standar atau pedoman minimum prosedur
perizinan;
3. keputusan administratif terhadap pelanggaran, penentuan
tenggang waktu dan hari terakhir agar peraturan ditaati;
4. gugatan perdata untuk mencegah atau menghambat
pelanggaran, penelitian denda atau ganti rugi;
5. gugatan masyarakat untuk memaksa atau mendesak
pemerintah mengambil tindakan, gugatan ganti rugi;
6. tuntutan pidana.

Fungsionalisasi hukum pidana untuk mengatasi masalah


pencemaran lingkungan diwujudkan melalui perumusan sanksi pidana
dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Setidaknya ada dua
alasan tentang mengapa sanksi pidana diperlukan. Pertama, sanksi
pidana selain dimaksudkan untuk melindungi kepentingan manusia
seperti harta benda dan kesehatan, juga untuk melindungi kepentingan
lingkungan seperti harta benda dan kesehatan, juga untuk melindungi
kepentingan lingkungan karena manusia tidak dapat menikmati harta
benda dan kesehatannya dengan baik apabila persyaratan dasar tentang
kualitas lingkungan yang baik tidak dipenuhi. Kedua, pendayagunaan
sanksi pidana juga dimaksudkan untuk memberikan rasa takut kepada
pencemar potensial. Sanksi pidana dapat berupa pidana penjara, denda,
perintah memulihkan lingkungan yang tercemar, penutupan tempat usaha
dan pengumuman melalui media massa yang dapat menurunkan nama
baik pencemar yang bersangkutan. (Rahmadi: 2011)

Puslitbang LH LP2M Universitas Hasanuddin Page 27


MODUL [PENGAWASAN DAN PENEGAKAN HUKUM]

Apabila perbuatan pencemaran lingkungan hidup ini dikaitkan


dengan peranan atau fungsi dari hukum pidana tadi maka peranan atau
fungsi dari undang-undang adalah sebagai social control, yaitu memaksa
warga masyarakat agar mematuhi kaidah-kaidah yang berlaku, dalam hal
ini adalah kaidah-kaidah yang berkenaan dengan lingkungan hidup.
Kemudian apabila dihubungkan dengan masyarakat yang sedang
membangun, maka dapat dikatakan bahwa peranan atau fungsi hukum
pidana adalah sebagai sarana penunjang bagi pembangunan
berkelanjutan. (Supami:2004)

Puslitbang LH LP2M Universitas Hasanuddin Page 28


MODUL [PENGAWASAN DAN PENEGAKAN HUKUM]

BAB III.
PENUTUP

3.1 Indikator Keberhasilan


Indikator keberhasilan dapat dijaring melalui berbagai tugas.
Adapun indikator keberhasilan dalam pokok bahasan ini adalah
peserta dapat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh instruktur
yaitu tugas untuk membaca mengenai penegakan hukum
lingkungan dari berbagai bahan bacaan dan mampu meringkas.

3.2 Uraian dan Contoh (termasuk Sub Pokok Bahasan)


Membaca dari berbagai bahan bacaan dapat diketahui melalui :
- Buku
- Majalah
- Jurnal
- Koran
- dll
3.3 Latihan
Jika seseorang yang memiliki pabrik tetapi tidak menyusun
dokumen Amdal, apakah orang tersebut melanggar hukum ?
Bagaimana menurut pengetahuan anda bahwa orang tersebut
melanggar hukum ?

3.4 Rangkuman
Pengawasan dan penegakan hukum lingkungan merupakan
komponen penting dalam sistem amdal. Tanpa adanya perangkat
ini, pelaksanaan Amdal akan sangat lemah dan tidak memiliki
kekuatan untuk dapat dilaksanakan dengan baik. Banyak
pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh beberapa pihak.
Karena itu Komisi Penilai Amdal, lembaga penyusun, lembaga
pelatihan serta perseorangan harus dapat ditingkatkan kapasitas

Puslitbang LH LP2M Universitas Hasanuddin Page 29


MODUL [PENGAWASAN DAN PENEGAKAN HUKUM]

dan kompetensinya. Dengan kemampuan, kapasitas serta


kompetensi yang diberikan maka diharapkan kegiatan Amdal
sebagai instrumen perencanaan pembangunan dapat menjadi lebih
baik.
3.5 Evaluasi Pokok Bahasan
a. Apakah anda mengetahui pengertian penegakan hukum ?
b. Apa bedanya penegakan hukum administrasi dengan pidana ?
c. Apakah anda mengetahui sanksi perdata ?

3.6 Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Dari modul ini diharapkan adanya umpan balik dari peserta
pelatihan seperti masukan untuk perbaikan dari modul ini baik
berupa materi, sistem pembelajaran maupun susunan modul.
Dengan adanya umpan balik ini, maka diperlukan tindak lanjut
berupa perbaikan dari modul ini agar lebih sempurna.

Puslitbang LH LP2M Universitas Hasanuddin Page 30

Anda mungkin juga menyukai