Anda di halaman 1dari 9

Potensi dan Permasalahan Sumberdaya Air Indonesia

Mataram, Nusa Tenggara Barat dan Denpasar, Bali

Makalah Tugas
Hidrologi Umum Semester Gasal 2020/2021

Disusun oleh:

Ikhsan Suharman - 114190040


Purwa Putra Sang Yudhistira - 114190041
Leoni Handani - 114190045
Mikha Arjuna Chanditya Saragih - 114190049
Cheril Brigita Bimbin - 114190053

Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
2021
I. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Air adalah salah satu sumber daya alam yang berarti bagi semua mahluk hidup. Bagi
kehidupan manusia, air merupakan salah satu kebutuhan pokok, tidak hanya sebatas kebutuhan
hidup secara fisik tetapi juga untuk kebutuhan non fisik. Mengingat pentingnya penggunaan air
pada kehidupan manusia, air dapat dimanfaatkan secara baik dan efisien apabila diketahui
karakter atau keadaan hidrologinya. Hal ini dapat terjadi karena ketersediaan air disuatu tempat
akan bervariasi baik secara kuantitas maupun kualitasnya, hal tersebut terjadi karena persediaan
air di bumi kita ini tidak menyebar secara merata dan memiliki kondisi yang berlainan. Sumber
utama airtanah adalah air hujan (Suharyadi, 1984). Dalam siklus hidrologi, air hujan yang jatuh ke
atas permukaan tanah sebagian dialirkan menjadi aliran permukaan atau bisa disebut surface run
off, dan sebagian lagi akan meresap ke dalam tanah atau bisa kita sebut infiltrasi dan kemudian
akan menjadi air tanah.
Manusia memenuhi keperluan dan kebutuhan hidup sehari-hari menggunakan air tanah. Hal
ini terjadi karena, air tanah lebih baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya bila dibandingkan
dengan air permukaan. Dari segi kualitas, air tanah lebih sedikit terpengaruh dari pencemaran,
sedangkan keberadaan air tanah lebih baik dari segi kuantitas continuitas. Air tanah di suatu
daerah ,tidak semua daerah mempunyai potensi yang baik. Hal ini dapat dipengaruhi oleh kondisi
fisik suatu daerah seperti jenis batuan, curah hujan, sifat fisik dan kimia dari batuan penyusunnya,
kemiringan lereng, dan panjang lereng, dan perubahan penggunaan lahan yang disebabkan oleh
manusia di daerah tersebut.
Kota Denpasar sebagai kota Pariwisata sekaligus Ibu Kota Provinsi Bali masyarakatanya
memiliki kebutuhan akan air yang sangat tinggi, air digunakan untuk kebutuhan pokok sehari hari
dan masyarakat juga menggunakan air sebagai pendukung berbagai kegiatan seperti kegiatan
pertanian dan kegiatan industri perhotelan. Masyarakat memanfaatkan air yang sebagian bersasal
dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan sumur bor atau yang bis akita sebut air tanah.
Pemanfaatan air tanah yang tidak terkendali berakibat semakin berkurangnya persediaan air tanah
di Bali khususnya Kota Denpasar. Hotel mempunyai kontribusi yang besar terhadap pemanfaatan
air tanah di Kota Denpasar. Hal ini dapat disebabkan hotel memiliki kebutuhan akan air yang
sangat tinggi dibandingkan pemanfaatan air tanah yang dilakukan oleh rumah tangga. Oleh sebab
itu, sebaiknya penggunaan air tanah oleh hotel harus diatur.
1.2. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk :
1. Mengidentifikasikan potensi dan permasalahan sumberdaya air yang ada di Mataram, Nusa
Tenggara Barat dan Denpasar, Bali.
2. Mengetahui penyebab utama terjadinya permasalahan sumber daya air di Mataram, Nusa
Tenggara Barat dan Denpasar, Bali.
3. Mengetahui dampak permasalahan sumberdaya air di Mataram, Nusa Tenggara Barat dan
Denpasar, Bali.

II. Metode
I.1. Metodelogi
I.1.1. Metode Deskriptif Kuantitatif
Pendekatan yang digunakan berupa model deskriptif kuantitatif. Metode
deskriptif kuantitatif dilakukan guna mendapatkan gambaran ketersedian air dengan
pemanfaatan air di daerah aliran salah satu sungai yakni sungai Yeh Penet. Penggunaan
data sekunder seperti data pengamatan lapangan yang telah dilakukan oleh Mudiasa,
dkk (2017) serta Study Literature yang memberikan alternatif-alternatif pengembangan
sumber daya air di daerah aliran sungai Yeh Penet.. pemilihan alternatif pemanfaatan
air untuk keperluan irigasi diharapkan dapat memberikan ketersediaan air yang surplus
dan pengoptimalan pemanfaatan air sisa pemakaian irigasi. Pengaturan air
dipergunakan apabila ketersediaan air pada alternatif simulasi jadwal tanam masih
deficit. Pengaturan air dilakukan dengan menggunakan system rotasi pemakaian air
dalam periode waktu tertentu dengna pertimbangan luas lahan yang dialiri air saling
berdekatan di masing-masing golongan. Namun, apabila ketersediaan air lebih kecil
dari pemakaian air irigasi, maka optimasi pemanfaatan air dilakukan dengan
mepergunakan pengaturan pola tanam. Pengembangan sumber daya air merupakan
penyeimbangan antara pemakaian air dengan ketersediaan air. Dalam penelitian ini,
pengembangan SDA di daerah aliran sungai Yeh Penet diperuntukan untuk pemakaian
air baku PDAM untuk penunjang Sarbagita.
Pengembangan SDA di daerah aliran sungai Yeh Penet diprioritaskan pada bagian
hilir sungai Yeh Penet untuk mengindari konflik kepentingan pemanfaatan air pada
bagian hulu. Analisis neraca air daerah aliran sungai akan memberikan nilai besarnya
debit sungai Yeh Penet yang dapat di kembangkan untuk keperluan air baku PDAM
pada bagian hilir. Pengembangan sumber daya air terdiri dari pemanfaatan air dan
pengaturan air. Pengembangan wilayah sungai merupakan pengusahaan kesejateraan
umum melalui cara pengembangan sumber daya air secara optimal. Pengembangan
sumber daya air memiliki cirri-ciri yang didasarkan pada pemanfaatan secara terencana
dan terkoordinasi secara optimal dengan memperhatikan tujuan nasional dan regional
(Sudjarwadi, 1987).
I.1.2. Metode Deskriptif Kualitatif
Metode kedua yang digunakan adalah fenomenologi. Hal ini sesuai dengan prinsip
pelestarian objek studi yang banyak berkaitan dengan sistem pengelolaan sumber daya
air. Proses penelitian terdiri atas dua tahapan. Hasil yang diperoleh berupa karakteristik
sungai, morfologi muara sungai pasca perubahan fungsi lahan disekitar muara sungai,
berdasarkan data sekunder (laporan Departemen PU Provinsi Bali) dan penelitian di
lapangan (data primer), Penelitian ini menggunakan perangkat lunak sebagai alat
analisis. Bahan penelitian sebagian besar berupa data primer yang dicari langsung di
lokasi penelitian dan dilengkapi dengan data sekunder yang relevan dari data 5 tahun
terakhir.
I.1.2.1. Bahan dan Alat
Penelitian kualitatif yang deskriptif mengutamakan peranan manusia sebagai alat
penelitian (human instrument) dan menggunakan perangkat lunak, pengambilan data
sebagian besar dilakukan oleh peneliti, hanya pada kasus tertentu (pengukuran di
muara) dibantu oleh tenaga ukur. Beberapa alat yang termasuk perangkat keras adalah,
rol meter, peta topografi, peta Ishoyet Bali, kertas melimeter, pulpen, penggaris, pensil,
karet penghapus, perekam suara (casette) dan kamera foto. Bahan atau materi penelitian
ini berupa data primer yang dicari langsung di lokasi penelitian. Selain itu, juga
dilengkapi dengan data sekunder yang relevan dari jurnal terbaru atau buku laporan
dari PU yang telah memiliki data dasar kedua muara tersebut. Bahan yang dipakai
dalam penelitian ini adalah peta, gambar, foto dan kondisi lingkungan fisik di muara
secara empirik. Bahan-bahan penelitian ini terutama berkaitan dengan cara pengelolaan
sumber air di muara (debit air, dan sedimen) dan kondisi lahan fisik saat ini.
I.1.2.2. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah sekunder yang terdiri dari
laporan BPS, PU, BLH.
I.1.2.3. Metode Analisis Data
Data yang diperoleh dari lapangan dan berdasarkan laporan yang diperoleh akan
dianalisis untuk mendapatkan perubahan lahan, debit air dan kualitas air serta metode
pengelolaan sumber daya air di daerah hilir sungai/muara sungai Sowan.

III. Deskripsi Wilayah


Nusa Tenggara Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia. Kota Mataram merupakan
ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Kota Mataram sendiri berada di barat Provinsi
Nusa Tenggara Barat. Adat Sasak dan Adat Bali cukup mewarnai masyarakat di kota ini. Jumlah
penduduk kota Mataram tahun 2019 berjumlah 495.681 jiwa. Kota Mataram memiliki topografi
wilayah berada pada ketinggian kurang dari 50 meter di atas permukaan laut (dpl) dengan rentang
ketinggian sejauh 9 km, terletak pada 08° 33’ - 08° 38’ Lintang Selatan dan 116° 04’ - 116° 10’
Bujur Timur. Struktur geologi Kota Mataram sebagian besar adalah jenis tanah liat dan tanah
endapan tuff yang merupakan endapan alluvial yang berasal dari kegiatan Gunung Rinjani, secara
visual terlihat seperti lempengan batu pecah, sedangkan di bawahnya terdapat lapisan pasir. Secara
administratif Kota Mataram memiliki luas daratan 61,30 km dan 56,80 km perairan laut, terbagi
atas 6 kecamatan, yaitu Kecamatan Ampenan, Cakranegara, Mataram, Sandubaya, Selaparang dan
Sekarbela dengan 50 kelurahan dan 297 lingkungan. Islam adalah agama mayoritas penduduk
Mataram, sekitar 82.48%(Sensus 2010). Agama lain yang dianut adalah Hindu 13.99%, Kristen
1.67%, Katolik 0.75%, Buddha 0.95% dan Konghucu 0.01%. Dari data diatas dapat disimpulkan
bahwa kultur budaya pada daerah Mataram ini banyak dipengaruhi oleh unsur agama Islam. DAS
Jangkok dan Sungai Unus merupakan contoh DAS yang ada di kota Mataram. DAS Jangkok
mempunyai luas 170,298 km2 dengan panjang sungai utama 47,106 km, membujur dari arah timur
ke barat melintasi Kabupaten Lombok Barat di bagian hulu dan Kota Mataram di bagian hilir.
Lokasinya berada di hulu sungai Jangkok yang deras dengan bebatuan cadas, serta sawah dan
perumahan warga desa yang asri menjadi pengalaman menarik yang sulit untuk dilupakan para
wisatawan. Sungai Unus memiliki panjang 21,53 km dan luas 38,560 km 2, berhulu di Gunung
Buanmangge (+2,895 m), dalam pengalirannya menuju Selat Lombok dengan melintasi Kota
Mataram yang merupakan Ibu Kota Provinsi Nusa Tenggara Barat. Sungai Unus merupakan suatu
ekosistem yang banyak menyimpan keanekaragaman hayati
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Bali Tahun 2015, Provinsi Bali memiliki 4
buah danau yang merupakan aset pariwisata, yaitu Danau Beratan, Danau Buyan, Danau
Tamblingan dan Danau Batur. Empat danau di Bali merupakan sumber air baku bagi mata air yang
ada di seluruh Pulau Bali. Selain sumber air danau, potensi kesediaan air di Provinsi Bali dapat
berasal dari mata air, air sungai dan air tanah. Jumlah mata air di Bali mencapai 570 buah dengan
total debit air yang dikeluarkan mencapai 442,39 juta m 3 per tahun. Mata air ini menjadi sumber air
dari 31 buah sungai dengan panjang total mencapai 3.756 km. Total tampungan air danau dan
waduk di Provinsi Bali mencapai 1,036 juta m 3 yang digunakan untuk irigasi dan keperluan
konsumsi penduduk. Untuk air tanah, Provinsi Bali memiliki potensi yang mencapai 8.000 juta m 3.
Berdasarkan pola penggunaan lahan tahun 2014 di Provinsi Bali, lahan tegal/kebun merupakan
lahan mayoritas di Bali yang mencapai 24,27% diikuti luas hutan rakyat dan hutan negara 23,75%
(hutan negara saja 23,18%), luas perkebunan (21,61%), lahan sawah (14,46%), lahan perumahan
(7,93%) dan lahan lainnya mencapai 7,98%. Meskipun termasuk daerah agraris, penduduk Bali
tidak hanya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Sektor yang juga dapat digunakan
sebagai mata pencaharian adalah sektor industri, perdagangan, pariwisata dan jasa. Bali didukung
oleh kawasan hutan yang terletak di daerah pegunungan yang membentang dari barat sampai ke
timur Pulau Bali dengan luas kawasan hutan mencapai 23,18% luas Pulau Bali. Kawasan ini sangat
penting karena berfungsi sebagai pelindung mata air, pencegah erosi dan banjir atau juga dapat
digunakan sebagai kawasan hidrologi. Untuk potensi air disamping air danau, kawasan ini dialiri
sungai yang bersumber dari hutan, akan tetapi aliran air lebih banyak mengarah ke daerah selatan
dibandingkan ke daerah utara.

IV. Hasil dan Pembahasan


4.1. Potensi Sumberdaya Air
4.1.1. Kuantitas
Ada 6 DAS yang mengalir di Kota Mataram yakni DAS Midang, DAS Unus, DAS
Jangkok, DAS Ancar, DAS Berenyok dan DAS Kelongkong. DAS Unus memiliki luas
38,560 km2 dan DAS Jangkok memiliki luas 170,298 km2. Terdapat 61 Bendung dan 4
Embung. Sungai ini juga digunakan sebagai tempat budidaya oleh masyarakat sekitar. Di
daerah kota Mataram terdapat pantai yang cukup terkenal dan memiliki pengaman pantai
yaitu Pantai Ampenan. Pantai Ampenan dijadikan sebagai tempat pariwisata kota Mataram
dan tempat berlangsungnya kegiatan perekonomian warga sekitar juga para wisatawan.
Potensi air permukaan di Kota Denpasar sebesar 126,8 juta m3 /tahun. Kota Denpasar
paling sedikit memiliki sungai terutama untuk sungai yang aliran sungainya selalu
mengalir sepanjang tahun. Sungai–sungai di Bali telah dikelompokan ke dalam 20 satuan
wilayah sungai (sub basin) dengan total daerah aliran sungainya sebesar 5.612,77 km2 ,
Dengan rata-rata curah hujan yang jatuh sebesar 2003 mm/tahun, diperkirakan total aliran
tahunan sebesar 196,4 m3 /dt, yang juga merupakan potensi air permukaan Pulau Bali.
Keberadaan potensi air tanah di Bali didasarkan pada koefisien recharge, tinggi hujan serta
luas daerah dari berbagai formasi geologi. Koefisien recharge dihitung berdasarkan
formasi geologi dan aliran dasar dari 11 sungai yang ada di Bali. Dari studi yang dilakukan
oleh IUIDP (2000) disarankan batas eksploitasi air tanah yang diijinkan sebesar 10% dari
potensi air tanah yang tersedia. Potensi air tanah masing-masing kabupaten di Bali
disajikan pada Tabel 3. Total tampungan air tanah di Bali 127,05 m 3 /detik atau 401,13
juta m3 per tahun.Secara umum dapat dibagi menjadi kelompok sungai yang mengalir
kearah utara dan kelompok sungai yang mengalir keselatan, sungai yang mengalir ke utara
umumnya berupa sungai intermieten dan pendek dibanding yang mengalir ke selatan
berupa sungai permanen dan lebih panjang. Sungai yang mengalir ke utara sering terjadi
banjir saat musim hujan dan kering saat kemarau.
Berdasarkan data dari penelitian Politeknik Negeri Bali dan Yayasan Idep Selaras
Alam ketersediaan air yang ada di Bali mencapai 6831,11 juta m3/tahun atau 216,61
m3/detik. Terdiri dari air permukaan sebesar 6545,96 juta m3/tahun atau 207,57 m3/detik;
dan air bawah tanah sebesar 285,15 juta m3 per tahun atau sebesar 9,04 m3/detik. Air
permukaan itu meliputi air yang tersedia karena air hujan yang mengalir dan terdapat di
sungai, mata air, danau serta waduk. Sedangkan air bawah tanah meliputi air yang terdapat
di bawah permukaan tanah. Sedangkan kebutuhan air di Bali mencapai 7558,79 juta meter
kubik per tahun (m3/tahun) atau 239,69 meter kubik per detik (m3/detik). Sumber air
tersebut dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air di berbagai sektor. Di antaranya:
Kebutuhan air untuk domestik seperti rumah tangga, perkotaan, dan industri yaitu sebesar
10.752 m3/detik, Kebutuhan air non domestik seperti fasilitas pendidikan (TK hingga
perguruan tinggi); fasilitas kesehatan (Rumah sakit, puskesmas, klinik); fasilitas hotel dan
restoran; fasilitas pelabuhan dan bandara; fasilitas olahraga; peternakan dan perikanan
darat yaitu sebesar 38.258 juta m3/tahun atau 1,225 m3/detik, Kebutuhan air irigasi untuk
memenuhi air sawah, yang dihitung berdasarkan luas daerah irigasi per DAS (daerah aliran
sungai) sebesar 1421,247 juta m3/tahun atau 45,067 m3/detik.

4.1.2. Kualitas
Kualitas Sumberdaya Air di kota Mataram mulai memprihatinkan karena tercemar
oleh limbah rumah tangga dan industri di bagian hilir Sungai Ancar, Babak dan Jangkok.
Pantai Ampenan pun demikian. Aktivitas ekonomi dan pariwisata di pantai ini kurang di
kontrol sehingga para wisatawan yang datang kurang memperhatikan lingkungan
sekitarnya. Limbah yang dibuang sembarangan ini mempengaruhi kualitas Sumberdaya
Air di kota Mataram ini. Jika DAS dan pantai tercemar, air yang akan di salurkan kepada
warga juga akan memiliki kualitas yang buruk. Hal ini berdampak pada kualitas hasil
pangan karena juga digunakan sebagai sumber pengairan warga sekitar DAS terutama
berpengaruh kepada kesehatan masyarakat. Berdasarkan baku kualitas air minum dan air
bersih hampir secara keseluruhan air tanah di Pulau Lombok termasuk dalam Golongan A
dan memenuhi persyaratan untuk dipergunakan sebagai air minum tetapi dengan
pengolahan terlebih dahulu.
Hasil penelitian pada jurnal Sundra(2017) menunjukkan kualitas air sungai di Bali,
khususnya yang melalui pemukiman dan perkotaan telah mengalami penurunan kulitas.
Dari 6 titik sampel yang diambil di Tukad Badung yang melintasi Kota Denpasar, 5 sampel
diantaranya (83%) nilai BOD5, COD dan total coliformnya melampaui nilai ambang batas.
Kandungan minyak melampaui nilai ambang batas pada 3 titik sampel (50%) dan TDS
pada 2 titik sampel (33%). Hal ini mencerminkan bahwa Tukad Badung telah mengalami
pencemaran baik oleh bahan kimia, biologi dan bakteri coli. Demikian juga halnya dengan
Tukad Teba yang melintasi Denpasar bagian Timur. Dari tiga titik sampel yang diambil di
sekitar jalan Gatot Subroto Timur dan Kelandis, semuanya (100%) nilai BOD5, COD dan
total coliformnya melampaui nilai ambang batas. Tukad Ayung yang melintasi Kabupaten
Gianyar, Badung dan Kota Denpasar juga telah mengalami pencemaran. Dari lima titik
sampel, empat diantaranya (80%) nilai BOD5 dan COD melampaui nilai ambang batas
(NAB). Kondisi air tanah atau air sumur di daerah perkotaan dan daerah yang padat
fasilitas pariwisatanya seperti Denpasar dan Kuta, kualitas air tanahnya tergolong kurang
baik. Dari lima air sumur yang diamati di daerah Renon, Sanur, Pesanggaran dan Suwung,
empat sumur (80%) nilai BOD5 dan CODnya melampaui NAB, sedangkan parameter yang
lain masih dibawah NAB. Dari tiga sumur yang diamati di daerah Kuta, dua sumur nilai
BOD dan TDSnya diatas NAB, satu sumur BODnya diatas NAB, sedangkan parameter
yang lain masih dibawah NAB.

4.2. Permasalahan Sumberdaya Air


4.2.1. Regulasi
1. Undang-undang (UU) Nomor 17 Tahun 2019 Tentang Sumber Daya Air
2. Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Barat Nomor 29 Tahun 2014 Tentang Kebijakan
Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2014-2034
3. Peraturan Gubernur Bali nomor 24 Tahun 2020
4. Peraturan Gubernur Bali No 08 tahun 2007 tentang Baku Mutu lingkungan Hidup dan
Kreteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup
5. Peraturan Gubernur Bali no 08 Tahun 2007
4.2.2. Identifikasi Masalah Sumberdaya Air
Banjir merupakan salah satu masalah sumberdaya air terutama pada DAS di kota
Mataram. Sungai Unus merupakan sungai yang saat ini kondisinya cukup memprihatinkan.
Erosi yang terjadi sepanjang dinding sungai mengakibatkan meningkatnya jumlah
sedimentasi pada sungai tersebut sehingga menjadi salah satu rfaktor penyebab terjadinya
banjir. Selain itu warga yang membuang limbah rumah tangga dan industry ke sungai juga
tidak terkendali.
Selain dari data yang di dapat dari jurnal Suyarto, dkk. (2016), Politeknik Negeri
Bali dan Yayasan Idep Selaras Alam juga melakukan penelitian terhadap kondisi sumber
daya air di Bali dan disebutkan bahwa Denpasar terjadi intrusi air laut paling besar.
Penelitian tersebut memakan waktu selama delapan bulan, dari Februari hingga September
2018. Hasilnya, dari penelitian itu hampir sebagian besar wilayah pesisir Bali terancam
dalam intrusi air laut. Berdasarkan sampel data, di seluruh wilayah Bali telah mencapai
400 meter dari tepi laut. Bahkan secara nyata, tingkat intrusi di Bali Wilayah Selatan sudah
mencapai 1 hingga 3 km. Akibat intrusi ini, kualitas air tanah menjadi terganggu
(Kandungan klor tinggi) sehingga tidak layak dikonsumsi. Selain intrusi air laut,
pencemaran sungai, air tanah yang kandungan BOD dan COD nya melampaui ambang
batas tentu sangar mengkhawatirkan, hal tersebut juga dapat menganggu kegiatan
pariwisata akibat kondisi lingkungan yang memperihatinkan.
4.2.3. Identifikasi Penyebab dari Masalah Sumberdaya Air
Sampah yang menumpuk hampir di sepanjang aliran sungai Unus dan DAS lainnya.
Sampah-sampah yang berada di badan sungai ini dapat menghambat aliran air dan
memperkecil daya tampung sungai. Pada musim hujan sungai unus meluap di beberapa
wilayah. Luapan air menggenangi pemukiman warga dan fasilitas umum lainnya. Aktivitas
warga menjadi terganggu. Sekolah harus diliburkan, karena halaman dan ruang sekolah
tergenangi air
Intrusi air laut terjadi karena eksploitasi besar-besaran di wilayah Pariwisata Bali.
Kebutuhan air untuk pariwisata disebut 15 kali lebih besar dari konsumsi masyarakat lokal.
Berdasarkan wawancara pihak IDN Times kepada I Ketut Ariantana, Kepala Seksi Air
Tanah, Disnaker ESDM Provinsi Bali mengaktakan bahwa potensi air tanah di Bali
sebenarnya cukup besar. Namun karena perkembangan jumlah penduduk tinggi akibat
pariwisata yang pesat, membuat kemampuan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
untuk menyuplai air jadi tak seimbang. Cara termudah dan paling ekonomis adalah
mengambil air tanah. Semakin lama PDAM mengambil air semakin dalam dan semakin
banyak yang menyebabkan Kota Denpasar dan Provinsi Bali secara keseluruhan terancam
intrusi air laut. Banyaknya pariwisata dan banyaknya hotel ,industri dan sebagainya di Bali
terutama Kota Denpasar memperparah kondisi ini, tentu penyedotan air tanah akan
semakin massif dan berpotensi mencemari air permukaan dan air tanah.
4.2.4. Identifikasi Akibat dari Masalah Sumberdaya Air
Sampah memenuhi permukaan air bendung. Di bagian hulu bendung, warga
menanam kangkung dan pisang, akibatnya terjadi penyempitan daerah penampung
bendung. Air bendung keruh dan menimbulkan bau tidak sedap. Kondisi ini menandakan
kualitas air bendung Unus sudah tercemar.
Akibat dari masalah sumberdaya air ini adalah air menjadi tak layak dikonsumsi,
tanaman sekitarnya bisa mati, dan turunnya muka tanah. Penelitian terakhir menyatakan
sebagian pesisir Bali sudah mengalami intrusi air laut. Terutama di kawasan wisata.
Banyaknya zat pencemaran pada air limbah akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen
terlarut dalam air tersebut. Sehingga mengakibatkan kehidupan dalam air membutuhkan
oksigen terganggu serta mengurangi perkembangannya. Akibat matinya bakteri-bakteri,
maka proses penjernihan air secara alamiah yang seharusnya terjadi pada air limbah juga
terhambat. Dengan air limbah yang sulit terurai. Panas dari industri juga akan membawa
dampak bagi kematian organisme, apabila air limbah tidak didinginkan terlebih dahulu.
Dengan semakin banyaknya zatorganik yang dibuang kelingkungan perairan, maka
perairan tersebut akan semakin tercemar yang biasanya ditandai dengan bau yang
menyengat disamping tumpukan yang dapat mengurangi estetika lingkungan. Masalah
limbah minyak atau lemak juga dapat mengurangi estetika lingkungan yang dapat
mengancam industri pariwisata. Akibat dari intrusi air laut yaitu Kebutuhan akan air bersih
semakin sulit, karena air tanah sudah terkontaminasi dengan air laut sehingga rasanya
menjadi asin, Pertanian di sekitar pesisir pantai akan mengalami kerugian karena
kebutuhan air tawar untuk irigasi semakin berkurang, dan Kesehatan penduduk sekitar
pesisir pantai memburuk karena kurangnya konsumsi air bersih.
4.2.5. Upaya Penanggulangan yang Telah Dilakukan
Pemerintah Kota Mataram telah melakukan normalisasi sungai unus bagian hulu
dengan cara pelebaran dan pendalaman alur sungai mulai dari bendung unus hingga
mendekati bendung pesongoran. Kegiatan normaliasi yang dilakukan akan meningkatkan
kapasitas sungai. Namun kegiatan ini harus dilakukan sampai hilir. Jika kegiatan ini hanya
dilakukan pada bagian hulu, maka akan meningkatkan potensi banjir bagian hilir. Oleh
karenanya, prioritas normaliasi sungai unus bagian hilir dimulai dari pertemuan sungau
unus dan sungai berenyok sampai muara sungai di kawasan Batu Ringgit Kelurahan
Tanjung Karang.
Berdasarkan Harian Balipost pada hari selasa ,12 Januari 2020, guna menanggulangi
permasalahan sumberdaya air di Bali Gubernur Bali, Wayan Koster telah meluncurkan
Peraturan Gubernur Nomor 24 Tahun 2020 tentang perlindungan danau, mata air, sungai,
dan laut.Pergub ini diharapkan dapat melindungi sumber air yang saat ini kondisinya
semakin menurun baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Air bagi masuyarkat Bali
Berfungsi sebagai sumber kehidupan. Bahkan menjadi sarana upacara keagamaan. Oleh
sebab itu, pemerintah seger melakukan upaya penanggulangan dengan membuat peraturan
gubernur Nomor 2 Tahun 2020.
4.2.6. Potensi Permasalahan Sumberdaya Air di Masa Depan
Normalisasi sungai yang tidak dikerjakan sejara serius dan total hanya akan
menyebabkan permasalahan di keudian hari yang akan terus terulang setiap tahunnya
seperti bencana banjir saat musim hujan telah tiba, karena banyaknya sampah rumah
tangga maupun industri sehingga menyumbat aliran air saat sungai menampung debit air
yang banyak ketika musim hujan. Jika pencemaran dan intrusi terus terjadi yang dapat
menyebabkan air menjadi tak layak dikonsumsi, tanaman sekitarnya bisa mati, dan
turunnya muka tanah. Tentu terdapat potensi permasalahan sumberdaya air di masa depan
yang sama seperti saat ini seperti intrusi yang semakin parah dan semakin luas. Air bersih
tentunya akan susah didapatkan, karena banyaknya pencemaran air tanah dan air
permukaan yang tentunya masyarakat bergantung terhadap air tersebut. Jika intrusi terus
belanjut maka air bersih dan tawar akan semakin berkurang dan menjadi terdapat air laut
pada akuifer. Jika industri pariwisata seperti hotel dan sebagainya dan pengambilan air
oleh PDAM secara besar-besaran dan terjadi terus meneruus dapat mengakibatkan
penurunan permukaan tanah yang dapat menyebabkan seringnya terjadi banjir rob karena
penurunan permukaan tanah.
Daftar Pustaka

Eryani, I Gusti. 2014. Potensi Air dan Metode Pengelolaan Sumber Daya Air di Daerah Aliran Sungai
Sowan Perancak Kabupaten Jembrana. Jurnal PADURAKSA, Volume 3 Nomor 1, Juni 2014.
Hafizin, dkk. 2017. Analisis Kesesuaian Biogeofisik Pantai Labuhan Haji Sebagai Kawasan Wisata Di
Kabupaten Lombok Timur. Jurnal Geodika Vol. 1, No. 1, Hal. 1-64.
Jannah, Wardatul. 2017. Analisa Penyebab Banjir Dan Normalisasi Sungai Unus Kota Mataram. NTB:
Universitas Nahdatul Ulama. JIME, Vol. 3. No. 1
Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Balai Wilayah Sungai Nusa
Tenggara I. 2015. Data dan Informasi Pengelolaan Sumber Daya Air WS Lombok dan WS
Sumbawa
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 589/KTPS/M/2010 Tentang Pola Pengelolaan Sumber
Daya Air Wilayah Sungai Pulau Lombok
Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Bali Tahun 2015. Bali.
Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Barat Nomor 29 Tahun 2014 Tentang Kebijakan Pengelolaan
Sumber Daya Air Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2014–2034.
Rahmawati, Ari., dkk. 2017. Keanekaragaman Makrozoobenthos Di Daerah Aliran Sungai (Das) Unus
Kota Mataram. Mataram: Universitas Mataram.
Rosidin, dkk. 2019. Pariwisata di Bali Manfaatkan Air 15 Kali Lebih Besar dari Warga Lokal. Bali :
IDN Times Bali
Suharyadi. 1984. Diktat Kuliah Geohidrologi. Yogyakarta: Jurusan teknik Geologi Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada.
Sundra, I Ketut. 2017. Kondisi dan Tingkat Pencemaran Air di Bali. Denpasar : Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana.
Suriyani, 2019. Riset Menyimpulkan Intrusi Air Laut Meluas di Pesisir Bali, Dimana Saja?. Denpasar :
Mongabay
Suyarto, dkk. 2016. Kondisi dan Permasalahan Sumberdaya Air dan Lahan Pertanian Di Bali.
Denpasar: Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Udayana.
Tim Radar Lombok. 2018. Menelusuri Potensi Wisata Sungai Jangkuk Kota Mataram.
Tim Balipost. 2020. Sumber Air di Bali, Terancam Parahnya Pencemaran dan Intrusi.
Wikipedia. 2020. Kota Mataram

Anda mungkin juga menyukai