Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS KARAKTERISTIK MORFOMETRI DAN HIDROLOGI

SEBAGAI CIRI KARAKTERISTIK BIOGEOFISIK DAS WAI SAMAL


KECAMATAN SERAM UTARA TIMUR KOBI
KABUPATEN MALUKU TENGAH

Edy Said Ningkeula*


Staf Pengajar Fapertahut Uniqbu, e-mail: -

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah: menganalisis karakteristik (a) karakteristik


Morfometri DAS, (b) karakteristik Hidrologi DAS, yang diperlakukan dalam rangka
pengembangan sumberdaya alam secara optimal. Penelitian dilakukan di DAS Wai
Samal, Kabupaten Maluku Tengah. Secara geografis DAS Wae Samal terletak pada
2º54’15” - 3º10’10” Lintang Selatan dan 129º40’00” - 120º54’50” Bujur Timur.
Penelitian telah dilakukan pada bulan Nopember – Desember 2014. Secara umum
metoda yang digunakan dalam mengidentifikasi karakteristik DAS Wai Samal
Desa Samal Kabupaten Maluku Tengah meliputi: metoda Survei dengan pendekatan
deskriptif kuantitatif. Berdasarkan hasil penelitian Analisis Karakteristik
Morfometri dan Hidrologi DAS Wai Samal, menunjukkan Karakteristik Mofometri
berupa Luas DAS 45.777,36 Ha atau 457,77 km2 tergolong DAS kecil dengan bentuk
DAS memanjang dan berbentuk dendritik. Terdapat 5 orde Jaringan Sungai dengan
kelas kerapatan sebesar 1,91 km/km2 tergolong sedang. Karakteristik Hidrologi
menunjukkan limpasan permukaan dan debit maksimum sebesar 1435,50 m3/det
buruk dan sering terjadi banjir, namun debit minimum sebesar 17, 101 m3/det adalah
baik, debit rata-rata sebesar 726,30 m3/det adalah sangat baik. Koefisien Regime
Sungai sebesar 83,94 m3/det adalah tergolong sedang, Koefisien Storage Sungai
sebesar 0,024 adalah masih cukup besar.

Kata Kunci: Karakteristik Morfometrii Hidrologi DAS.

I. PENDAHULUAN Aliran Sungai (DAS). Perubahan tata guna


1.1. Latar Belakang lahan di kawasan hulu DAS melalui eksploitasi
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) sumber daya hutan, dan di kawasan tengah
merupakan upaya yang sangat penting sebagai DAS melalui pengembangan permukiman atau
akibat terjadinya penurunan kualitas usaha pertanian tanpa mempertimbangkan
lingkungan DAS di Indonesia. Hal ini aspek lingkungan. Semakin meluasnya lahan-
disebabkan oleh pengelolaan sumber daya lahan kritis merupakan gambaran penggunaan
alam yang tidak ramah lingkungan dan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukan dan
meningkatnya potensi ego sektoral dan ego daya dukung lahan, dan tidak disertai dengan
kewilayahan karena pemanfaatan dan upaya penerapan praktek konservasi tanah dan
penggunaan sumber daya alam pada DAS, yang air yang memadai.
melibatkan kepentingan berbagai sektor, dan Upaya penyelamatan bumi dalam bentuk
disiplin ilmu. konservasi tanah dan air, sangat mendesak
Masalah biofisik pada dasarnya untuk mengembalikan ekosistem tanah dan air
merupakan konsekuensi terganggunya DAS demi keselamatan kehidupan yang
berkaitan erat dengan aktifitas manusia yang menyertainya serta keberlanjutan
bersifat merubah tata guna lahan di Daerah (sustainability) DAS. Konservasi tanah dan air

76
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)

adalah dua hal yang saling berkaitan. Tindakan 1.2. Tujuan Penelitian
konservasi/perlindungan alam terhadap tanah, Tujuan penelitian ini adalah:
berdampak pada ketersediaan kuantitas dan Menganalisis karakteristik (a) karakteristik
kualitas air yang berkelanjutan. Usaha Morfometri DAS, (b) karakteristik Hidrologi
konservasi/perlindungan alam terhadap air, DAS, yang diperlakukan dalam rangka
akan melibatkan suatu tindakan untuk pengembangan sumberdaya alam secara
pengelolaan daerah tangkapan air secara optimal.
terpadu, yang berarti juga tindakan konservasi
tanah (Sinukaban., 2007). I.3. Manfaat Penelitian
Pada perumusan Lokakarya Pengelolaan Hasil dari penelitian ini diharapkan
DAS yang diadakan di Yogyakarta pada bulan dapat: Menyediakan data dan informasi akurat
Oktober 1985 telah disepakati bahwa tentang karakteristik DAS Wai Samal,
Pengelolaan DAS dilakukan sesuai dengan azas mengenai sifat dan ciri/watak yang khas dalam
”One Watershed One Management Plan” yang biogeofisik DAS. dalam rangka pengelolaan
sekarang lebih dikenal lagi dengan “One DAS berkelanjutan.
Watershed One River One Management”. Dari
pernyataan azas tersebut mempunyai II. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
pengertian bahwa satuan DAS telah ditetapkan 2.1. Tempat dan Waktu Penelitian
sebagai satuan (unit) pengelolaan dan Penelitian dilakukan di DAS Wai Samal,
penanganan yang berbeda antara satuan DAS Kabupaten Maluku Tengah. Secara geografis
satu dengan satuan DAS yang lain sesuai DAS Wae Samal terletak pada 2º54’15” -
dengan karakteristik DAS. 3º10’10” Lintang Selatan dan 129º40’00” -
Dalam sepuluh tahun terakhir potensi 120º54’50” Bujur Timur. Penelitian telah
DAS di seluruh Indonesia termasuk di Maluku dilakukan pada bulan November – Desember
semakin menurun. Menurunnya kondisi DAS 2014, melalui survei lapangan dan analisis
ditandai dengan terjadinya bencana banjir dan laboratorium serta analisis data.
longsor di musim hujan dan kekeringan di
2.2. Bahan dan Alat
musim kemarau. Penyebab terjadianya
Bahan yang digunakan dalam penelitian
penurunan kualitas DAS adalah hasil interaksi
ini adalah: Peta Citra Satelit P. Seram, Peta
antara faktor iklim (terutama curah hujan),
topografi P. Seram, Peta Geologi P. Seram, Peta
kondisi geomorfologi (geologi, tanah dan
kerja lapang skala 1:50.000, Blangko Pengisian
topografi) dan terutama adalah aktivitas
Alat yang digunakan dalam penelitian
manusia yang menyebabkan penurunan
ini adalah: GPS, Kompas, Altimeter, Stopwatch,
kualitas (degradasi) sumberdaya hutan dan
Abney level, Kamera, Perangkat komputer,
lahan berupa lahan kritis. Luas lahan kritis di
Scanner HP, Printer HP, Software ArcView 33
Maluku pada tahun 2011 mencapai 762.324 ha,
dan ArcGis 9., Set sampel air.
meningkat 24,52% dibanding tahun 2006
(612.219 ha). Untuk menghijaukan lahan kritis
2.3. Teknik Pengumpulan Data
di Provinsi Maluku, berbagai upaya rehabilitasi
2.3.1. Metoda Identifikasi
hutan dan lahan baik di dalam kawasan
Secara umum metoda yang digunakan
maupun diluar kawasan hutan terus dilakukan,
dalam mengidentifikasi karakteristik DAS Wai
antara lain kegiatan reboisasi dan penghijauan
Samal Desa Samal Kabupaten Maluku Tengah
(Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan
meliputi: metoda Survei dengan pendekatan
Perhutanan Sosial, 2013).
deskriptif kuantitatif.
Berdasarkan uraian di atas maka dirasa
2.3.2. Pengumpulan Data
perlu dilakukan suatu penelitian mengenai :
Kegiatan ident ifikasi ini menyangkut
“`Analisis Karakteristik Morfometri dan
karakteristik Biogeofisik DAS sehingga
Hidrologi Sebagai Ciri Karakteristik
dilakukan dengan menggunakan data yang
Biogeofisik DAS Wai Samal”.
telah ada (data sekunder) dan dilengkapi
dengan data primer yang dirasakan masih
kurang dalam rangka mendukung analisis

77
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)

pemahaman dan pengetahuan mengenai d. Debit Rata-Rata (Qav)


karakteristik DAS yang teliti. Seleksi data e. Koefisien Regime Sungai (Qmaks/Qmin)
dilakukan mengingat data yang diperoleh f. Kofisien Storage Sungai (Qmin/Qav)
sangat bervariasi, terutama mengenai
formatnya, baik dalam DAS yang berbeda 2.4. Pengolahan Data dan Analisis Data
maupun dalam DAS yang sama. 2.4.1. Penetapan Kriteria
Data yang dikumpulkan meliputi : a. Karakteristik Morfometri DAS
1. Karakteristik Morfometri DAS, yang 1. Luas DAS
meliputi : Cara menghitung luas DAS yaitu
a. Luas DAS dengan beberapa metode atau cara yaitu : 1)
b. Bentuk DAS Menghitung luas DAS dengan cara
c. Jaringan Sungai menampilkan pada kertas millimeter grafis
d. Pola Aliran Sungai (grid berukuran 1 cm x 1 cm). Luas DAS adalah
e. Kerapatan Aliran Sungai jumlah kotak tercakup, dikalikan unit kotak,
f. Profil Sungai Utama kemudian dikalikan skala peta. 2)
Menggunakan Planimeter 3) Menggunakan
2. Karakteristik Hidrologi DAS, yang
Sistem Informasi Geografis.
meliputi :
Kriteria atau klasiikasi Luas DAS yang
a. Limpasan Permukaan
dapat membagi beberapa luas dAS di Dunia
b. Debit Maksimum (Qmaks)
ini, seperti terlihat pada Tabel 1.
c. Debit Minimum (Qmin)

Tabel 1. Klasifikasi Berdasarkan Luas DAS


No Luas DAS (ha) Klasifikasi DAS
1. 1.500.000 ke atas DAS Sangat Besar
2. 500.000 – <1.500.000 DAS Besar
3. 100.000 - <500.000 DAS Sedang
4. 10.000 - <100.000 DAS Kecil
5. <10.000 DAS Sangat Kecil
Sumber : Peraturan Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial (2013)

2. Bentuk DAS 3. Jaringan Sungai


Miller (1953) dalam Kemenhut (2013) Metode kuantitatif untuk
menggunakan circularity ratio dengan mengklasifikasikan sungai dalam DAS adalah
menggunakan rumus (1) di bawah ini : pemberian orde sungai maupun cabang–
cabang sungai secara sistematis seperti berikut
ini :1) Sungai-sungai pada daerah hulu
mendapat skala terkecil (1). 2) Pertemuan
sungai dengan orde sama, maka terjadi
Dimana : kenaikan orde. 3) Pertemuan sungai dengan
Rc = nisbah kebulatan (faktor bentuk orde yang berbeda tidak terjadi kenaikan orde.
kebulatan) Dari hasil jumlah alur pada masing-masing
A = luas DAS (km2) orde sungai, maka selanjutnya dihitung indeks
P = keliling (perimeter DAS) (km) percabangan sungai dan untuk indeks
π = konstanta sebesar 3,14 (22/7). percabangan rerata tertimbang. Setelah itu
dipadukan dengan kriteria tingkat percabangan
Bila besarnya nilai Rc adalah 1 berarti sungai yang dikemukakan oleh; (Rahayu dkk,
bentuk DAS tersebut adalah lingkaran. 2009 dalam Talakua S.M., 2009), seperti
disajikan pada Tabel 2.

78
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)

Tabel 2. Klasifikasi Indeks Tingkat Percabangan Sungai


Indeks Tingkat
Uraian
Percabangan Sungai
alur sungai mempunyai kenaikan muka air banjir dengan
Rb < 3
cepat, sedangkan penurunannya berjalan lambat
alur sungai mempunyai kenaikan dan penurunan muka
Rb 3 - 5
air banjir tidak terlalu cepat atau tidak terlalu lambat
alur sungai mempunyai kenaikan muka air banjir dengan
Rb > 5 cepat, demikian pula penurunannya akan berjalan
dengan cepat
Sumber : (Rahayu dkk, 2009 dalam Talakua S.M., 2009)

4. Kerapatan Aliran Linsley (1975) dalam Peraturan Direktorat


Kerapatan aliran dapat dinyatakan Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan
dengan rumus (2) di bawah ini : Perhutanan Sosial (2013), menyatakan bahwa
jika nilai kepadatan aliran lebih kecil dari 1
Dd = ∑Ln / A mile/ mile2 (0,62 Km/ Km2), DAS akan
mengalami penggenangan, sedangkan jika nilai
Dimana : kerapatan aliran lebih besar dari 5 mile/ mile 2 (
Dd = kerapatan aliran (km/km2) 3,10 Km/ Km2), DAS sering mengalami
Ln = panjang sungai (km) kekeringan.
A = luas DAS (km2). Kriteria indeks kepadatan drainase atau
indeks kerapatan aliran sungai (km/Km 2) dapat
terlihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kriteria Indeks Kepadatan Drainase


No. Indeks Kerapatan Aliran Sungai (km/km2) Kriteria
1. < 0,25 Rendah
2. 0,25 – 10 Sedang
3. 10 – 25 Tinggi
4. > 25 Sangat Tinggi
Sumber : Kementerian Kehutanan RI, (2010).

5. Pola Sungai Utama melalui foto udara, jika terdapat salah satu titik
a. Penentuan Sungai Utama kontrol sebagai titik ikat. Hubungan antara
Cara menentukan sungai utama menurut elevasi dengan luas DAS dapat dinyatakan
Horton dalam Peraturan Direktorat Jenderal dalam bentuk hipsometrik (Hypsometric
Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial Curve).
(2013), adalah dengan memperhatikan a.3.Gradien Sungai Utama
pertemuan antara 2 (dua) sungai, selanjutnya : Salah satu cara menghitung gradien
a. Apabila sudut sama (ɸ1=ɸ2), maka pilihlah sungai rata – rata adalah dengan slope faktor
sungai yang lebih panjang yang dikembangkan oleh Benson (1962) dalam
b. Apabila sudut tidak sama, maka pilihlah Peraturan Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan
sudut yang kecil (misal θ4>θ3, pilih sungai DAS dan Perhutanan Sosial (2013) yaitu dengan
pada sudut θ3) menghitung lereng saluran antara 10 % dan 85
a.1. Panjang Sungai Utama dan Sungai % jarak dari outlet, seperti pada rumus berikut
Terpanjang ini.
Panjang sungai terpanjang dalam DAS Gradien Sungai (Su) = (H85-H10)/ (0,75)Lb
diukur dari outlet ke sumber asal air. Dimana : H adalah ketingian dan Lb adalah
a.2. Perbedaan Tinggi DAS panjang sungai utama.
Ketinggian suatu tempat dapat diketahui
dari peta topografi, diukur di lapangan atau

79
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)

b. Karakteristik Hidrologi DAS Pengukuran debit maksimum (Qmaks) dengan


1. Limpasan Permukaan Rumus atau Metode Manning untuk digunakan
Estimasi besarnya limpasan permukaan sebagai pembanding hasil pengukuran debit
yang dinyatakan dalam bentuk koefisien maksimum dengan menggunakan Rumus atau
limpasan permukaan dapat dilakukan dengan Metode Rasional. Pengukuran debit maksimum
mendasarkan pada parameter-parameter (Qmaks) dengan menggunakan Metode
morfometri dan morfologi yang menjadi Manning dilakukan pada suatu penampang
karakteristik DAS yang diperoleh melalui sungai pada mulut DAS atau Sub-DAS.
interpretasi citra penginderaan jauh (satelit dan Adapun rumus yang digunakan dapat
foto udara) dan analisis peta-peta tematik. dinyatakan sebagai rumus (4) berikut ini.
Limpasan permukaan bergerak pada atau
diatas permukaan lahan pada setiap jengkal Qmaks = 1/n . R2/3 . S1/2 . A
lahan (space of land), maka wilayah DAS
ataupun Sub DAS harus dibagi-bagi lagi Dimana :
menjadi satuan-satuan (unit) lahan terkecil Qmaks = Debit maksimum (banjir puncak)
untuk menilai besarnya nilai atau angka (m3/detik),
koefisien setiap satuan-satuan lahan tersebut. R = Jari-jari hidrolis penampang
Penjumlahan nilai ataupun angka koefisien sungai (m),
limpasan permukaan dari setiap satuan-satuan S = Kemiringan hidrolis muka air
lahan dalam suatu DAS ataupun Sub DAS sungai pada saat banjir
dapat digunakan untuk menyatakan besarnya maksimum terjadi denga melihat
nilai atau angka koefisien limpasan permukaan tanda-tanda pada saat terjadi
DAS ataupun Sub DAS yang bersangkutan. banjir maksimum (%),
2. Debit Maksimum (Qmaks) A = Luas penampang sungai (m2),
Perhitungan debit maksimum (Qmaks) N = Koefisien kekasaran dasar sungai
dapat dihitung dengan menggunakan Rumus rata-rata dengan pembobotan,
Rasional (3) sebagai berikut. Keterangan : R = A/p (p: perimeter basah
penampang sungai).
Qmaks = C. I. A
3. Debit Minimum (Qmin)
Dimana : Pengukuran debit sungai terkecil (debit
Qmaks = Debit maksimum (banjir puncak) minimum) atau debit sungai saat ini pada saat
(m3/detik), tidak terjadi banjir dapat dirumuskan sesuai
C = Koefisien limpasan permukaan, dengan rumus (5) berikut ini.
besarnya 0,278 untuk luas
DAS/Sub-DAS (km2), dan 0,00278 Qmin = w. d. a. l/t
untuk luas DAS/Sub-DAS (ha),
I = Intensitas hujan yang lamanya Dimana :
sama dengan waktu konsentrasi Qmin = Debit sungai minimum (m3/detik),
(Tc) (mm/hari), w = Lebar penampang sungai rata-rata
A = Luas DAS (km2 atau ha tergantung (m), d = Kedalaman air sungai rata-
koefisien C). rata (m),
Keterangan : Rumus Metode Rasional a = Koefisien kekasaran dasar
hanya dapat digunakan untuk Sub-DAS kecil penampang sungai rata-rata (%),
di Pulau Jawa (<5.000 hektar) (Gunawan, 2012) l/t = Kecepatan aliran pada seksi sungai
atau (<6.000 hektar) (Hadi, 2005) atau DAS/Sub rata-rata (m/detik).
DAS kecil di luar Pulau Jawa (<10.000 hektar) Keterangan: seyogyanya setiap
(PEPDAS, 2010). pengukuran parameter sungai dilakukan
Perhitungan Debit maksimum (banjir minimal 3 kali perlakuan. Pengukuran debit
puncak) di Lapangan (Qmaks) dapat dilakukan banjir maksimum (Qmaks) dapat dilakukan
di mulut sungai pada DAS atau Sub-DAS, pada saat musim kemarau dengan melihat
dengan menggunakan Rumus Manning. tanda-tanda banjir puncak pada tepi

80
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)

penampang sungai atau menanyakan kepada 2.4.2. Pengolahan Data (Pemetaan)


penduduk setempat (lokal). Demikian juga Pemetaan Data fisik DAS (luas das,
pengukuran debit minimum dipilih dalam bentuk das, Jaringan Sungai, Pola Aliran
kondisi debit sungai paling kecil pada saat Sungai, Kerapatan Aliran Sungai, Profil Sungai
musim kemarau. Pada dasarnya debit minimum Utama, Limpasan Permukaan, Debit
suatu sungai tidak pernah sama dengan nol Maksimum (Qmaks), Debit Minimum (Qmin),
(Qmin tidak 0) karena sebelum air sungai itu Debit Rata-Rata (Qav), Koefisien Regime
mengalir hingga mulut sungai biasanya di Sungai (Qmaks/Qmin), Kofisien Storage
bagian hulu DAS air sungai telah dimanfaatkan Sungai (Qmin/Qav).
oleh penduduk petani untuk irigasi tradisional.
Oleh karena itu perlu dilakukan penelusuran III. HASIL DAN PEMBAHASAN
di lapangan (river routing) guna mengetahui 3.1. Karakteristik Morfometri DAS
adanya pengambilan air sungai di bagian hulu Karakteristik Morfometri pada DAS Wai
oleh penduduk petani. Pengukuran debit Samal dianalisis berdasarkan data luas DAS,
irigasi dilakukan dengan menggunakan metode bentuk DAS, jaringan sungai, pola aliran
pengukuran debit minimum atau Metode sungai, kerapatan aliran dan profil sungai
Larutan Garam (Solution method). utama.
4. Debit Rata-Rata (Qav) a. Luas DAS
Merupakan rataan dari Debit Maksimum Dengan menggunakan Sistem Informasi
dan Debit Minimum air sungai. Geografis berupa ArcVieu 33 dan ArcGis 93
5. Koefisien Regime Sungai (Qmaks/Qmin) didapatkan luas DAS Wai Samal adalah
Parameter karakteristik Hidrologi DAS 45.777,36 Ha atau 457,77 km2, dan sesuai dengan
yang diperoleh dari perbandingan antara debit kriteria luas DAS, maka DAS Wai Samal
maksimum (Qmaks) dan debit minimum termasuk DAS kecil dengan kisaran luas DAS
(Qmin). Apabila nilai besaran perbandingan 10.000 - < 100.000 Ha.
antara Qmaks/Qmin besar (>50) berarti lebih Ukuran luas DAS Wai Samal yang
banyak kejadian banjir maksimum yang tergolong kecil namun menunjukkan bahwa
terjadi, dan sebaliknya kejadian debit DAS ini memiliki suatu luasan wilayah yang
minimum dapat sangat-sangat kecil hanya dapat menampung dan menyimpan air hujan
tidak pernah nol (0). (presipitasi), kemudian mengalirkannya
6. Koefisien Penyimpanan/Storage Sungai melalui saluran-saluran drainase alami seperti
(Qmin/Qav) sungai dengan anak-anak sungai (Wai kobi,
Parameter karakteristik hidrologi DAS Wai Musi, Wai Asih, Wai tonipa) menuju ke
yang diperoleh dari perbandingan antara debit laut. Dengan demikian berperan sebagai
minimum (Qmin) dan debit rata-rata (Qav) atau wilayah bentang lahan dan wilayah ekosistim
sering disingkat dengan parameter Qmin/Qav. serta suatu wilayah kesatuan hidrologis dengan
fungsi pengaturan tata air wilayah.

Gambar 1. Peta Perwilayahan DAS Wai Samal

81
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)

b. Bentuk DAS Hal ini memberi gambaran bahwa DAS


Bentuk DAS Wai Samal adalah termasuk tersebut memiliki nisbah kebulatan yang
bentuk yang dendritik , agak memanjang rendah dan tidak berbentuk lingkaran, ternyata
seperti percabangan pohon, percabangan tidak bahwa nisbah memanjang DAS atau faktor
teratur dengan arah dan sudut yang beragam, bentuk memanjang DAS adalah sebesar 0.70,
yang merupakan perakitan anak-anak sungai yang mengindikasikan bahwa bentuk DAS ini
dengan sungai utama. Pada pola aliran seperti termasuk dalam kategori lonjong atau
ini, umumnya terjadi peningkatan aliran pada memanjang. Ini memberi gambaran adanya
titik pertemuan anak-anak sungai yaitu Wai waktu konsentrasi yang diperlukan semakin
Kobi, Wai Musi dan Wai Asih dan lama sehingga fluktuasi banjir semakin rendah
mengkonsentrasi ke satu titik serta bersatu di (Rahayu dkk, 2009 dalam Talakua S.M., 2009).
bagian hilir berupa Wai Samal.
Bentuk DAS mempunyai pengaruh pada c. Jaringan Sungai
pola aliran sungai dan ketajaman puncak Metode kuantitatif untuk
discharge banjir. Bentuk daerah aliran sungai mengklasifikasikan sungai dalam DAS adalah
ini sulit untuk dinyatakan secara kuantitatif. pemberian orde sungai maupun cabang–cabang
Dengan membandingkan konfigurasi basin, sungai secara sistematis seperti dengan
dapat dibuat suatu indeks yang didasarkan menggunakan ArcView 33, didapatkan orde
pada derajat kekasaran atau circularity dari DAS Wai Samal sebanyak 5 (lima) dan dapat
DAS. Perhitungan Nisbah Kebulatan DAS Wai digambarkan pada Tabel 4.
Samal : Diketahui : A = Luas DAS (km 2) = Pola aliran atau susunan sungai pada
45.777, 36 Ha atau 457,77 km2; Lb = Panjang suatu DAS merupakan karakteristik fisik setiap
sungai utama (km) = 30.35 km; P = Keliling DAS drainase basin yang penting karena pola aliran
(km) = 122,72 km, dengan Rc = 0,387. sungai mempengaruhi efisiensi sistem drainase
Perhitungan Nisbah Memanjang DAS : serta karakteristik hidrografis dan pola aliran
Diketahui : A = luas DAS (km 2) = 457,77 km2; Lb menentukan bagi pengelola DAS untuk
= panjang sungai utama (km) = 35,30 km, mengetahui kondisi tanah dan permukaan DAS
dengan Re = 0,70. khususnya tenaga erosi.

Tabel 4. Orde Sungai DAS Wai Samal


Orde
Panjang (km) Jumlah
Sungai
1 493,30 701
2 155,88 150
3 122,08 30
4 65,76 16
5 35,30 1
Total 872,32 898
Sumber : Hasil Penelitian dan Analisis, (2014)

Dari hasil jumlah alur pada masing- WRb pada orde 2 = (5,00) (150 + 30) / 150 =
masing orde sungai, maka selanjutnya dihitung 6,00
indeks percabangan sungai yaitu : WRb pada orde 3 = (1,88) (30+16)/ 30 = 2,88
Rb pada orde 1 = 701/150 = 4,67 WRb pada orde 4 = (16,00) (16+1)/ 16 = 17
Rb pada orde 2 = 150/30 = 5,00 Jadi indeks percabangan rerata tertimbang
Rb pada orde 3 = 30/16 = 1,88 (WRb) didapat dari :
Rb pada orde 4 = 16/1 = 16 WRb rerata = (WRb1 + WRb2 + WRb3 +
Selanjutnya untuk indeks percabangan rerata WRb4)/4
tertimbang dihitung sebagai berikut : = (5,67 + 6,00 + 2,88 + 17,00)/4
WRb pada orde 1 = (4,67) (701+150) / 701 = = 7,89
5,67

82
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)

Berdasarkan hasil perhitungan di atas f. Profil Sungai Utama


dan setelah dipadukan dengan kriteria tingkat 1. Panjang Sungai Utama dan Sungai Terpanjang
percabangan sungai yang dikemukakan oleh; Penentuan sungai utama menurut Horton
(Rahayu S, Widodo RH, van Noordwijk M, dalam Peraturan Direktorat Jenderal Bina
Suryadi I dan Verbist B, 2009), menunjukkan Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial (2013),
bahwa indeks tingkat percabangan sungai DAS adalah dengan memperhatikan pertemuan
Wai Samal sebesar 7,89 berada pada kisaran Rb antara 2 (dua) sungai.
> 5, yang memberikan makna bahwa alur Sungai merupakan jalan air alami, yang
sungai mempunyai kenaikan muka air banjir mengalir menuju samudera, danau, laut dan
dengan cepat, demikian pula penurunannya atau ke sungai yang lain. Sungai terdiri dari
akan berjalan dengan cepat. beberapa bagian, bermula dari mata air yang
d. Pola aliran Sungai mengalir ke anak sungai, kemudian beberapa
Pola aliran atau susunan sungai pada anak sungai akan bergabung untuk
suatu DAS merupakan karakteristik fisik setiap membentuk sungai utama.
drainase basin yang penting karena pola aliran Berdasarkan hasil pengukuran planimetris
sungai mempengaruhi efisiensi sistem drainase maupun program ArcView 33, maka
serta karakteristik hidrografis dan pola aliran didapatkan panjang sungai utama pada DAS
menentukan bagi pengelola DAS untuk Wai Samal adalah 35,30 km, dan panjang
mengetahui kondisi tanah dan permukaan DAS sungai terpanjang adalah 56,44 km, seperti
khususnya tenaga erosi. disajikan pada Gambar 2. dan Gambar 3.
Pola aliran DAS Wai Samal adalah Perbedaan Tinggi DAS
Dendritik, umumnya terjadi peningkatan aliran Elevasi rata–rata dan variasi ketinggian
pada titik pertemuan anak-anak sungai. pada suatu DAS merupakan faktor penting
Berkembang di batuan yang homogeny dan yang berpengaruh terhadap temperatur dan
tidak terkontrol oleh struktur, umunya pada pola hujan, khususnya pada daerah–daerah
batuan sedimen dengan perlapisan horisontal, dengan topografi bergunung. Ketinggian suatu
atau pada batuan beku dan batuan kristalin tempat dapat diketahui dari peta topografi,
yang homogen. diukur dilapangan atau melalui foto udara, jika
e. Kerapatan Aliran terdapat salah satu titik kontrol sebagai titik
Kerapatan aliran adalah panjang aliran ikat. Hubungan antara elevasi dengan luas DAS
sungai per kilometer persegi luas DAS. dapat dinyatakan dalam bentuk hipsometrik
Semakin besar nilai Dd semakin baik sistem (Hypsometric Curve ).
pengaliran (drainase) di daerah tersebut. Hasil analisis dengan menggunakan
Artinya, semakin besar jumlah air larian total ArcGIS serta merujuk Kurva Hipsometrik suatu
(semakin kecil infiltrasi) dan semakin kecil air DAS (AVERY, 1975), menunjukkan bahwa
tanah yang tersimpan di daerah tersebut. perbedaan tinggi di DAS Wai Samal adalah
Dari hasil analisis dengan ArcGIS 93, sebagai berikut : pada elevasi 1550 m dpl
didapat bahwa : L = panjang aliran total DAS memiliki persentase luas sebesar 3,61 %, 1275 m
Wai Samal adalah 872,32 km, A = total luas DAS dpl = 9,41 %, 825 m dpl = 38,79 %, 475 m dpl =
Wai Samal berdasarkan pengukuran 71,58 %, dan 225 m dpl memiliki persentase
planimetris adalah 45777, 36 ha atau 457,77 km 2. luas sebesar 88,89 %.
Dd = 1,91 km/km2. Maka kepadatan daerah 2. Gradien Sungai Utama
aliran sungai Wai Samal adalah sebesar 1,91 Dari hasil analisis planimetris terhadap
km/km2. Berdasarkan kriteria Kementerian peta topografi DAS Wai Samal, maka
Kehutanan (2010), maka kapadatan sungai DAS didapatkan bahwa h85= elevasi pada titik sejauh
Wai Samal, tergolong dalam kelas kerapatan 85% dari outlet DAS adalah sebesar 125 m; h 10=
sedang, yang mengindikasikan banyak air yang elevasi pada titik sejauh 10% dari outlet DAS
dapat tertampung di badan-badan sungai adalah sebesar 12,5 m; Lb= panjang sungai
tergolong sedang. utama adalah 35,30 km atau 35300 m. Hasil
perhitungan didapatkan bahwa gradien sungai
utama DAS Wai Samal adalah sebesar 0,04.

83
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)

Gambar 2. Peta Sungai Utama DAS Wai Samal

Gambar 3. Peta Sungai Terpanjang DAS Wai Samal

3.2. Karakteristik Hidrologi DAS perbandingan antara bagian hujan yang


a. Limpasan Permukaan menjadi limpasan permukaan dengan total
Hasil perhitungan debit limpasan hujan pada suatu kejadian hujan. Limpasan
permukaan maksimum di DAS Wai Samal permukaan inilah yang menjadi tenaga
adalah sebesar 1435,50 m3/det. Ini penggerus/pengelupas lapisan tanah atas,
menggambarkan limpasan permukaan saat pengangkut material tanah permukaan yang
mencapai puncak sehingga menyebabkan lepas atau yang dikenal dengan proses erosi
terjadinya banjir puncak di DAS ini. permukaan oleh tenaga limpasan permukaan,
Sebaliknya hasil perhitungan debit limpasan yang kemudian membawanya ke dalam badan-
permukaan minimum di DAS ini tidak badan air (sungai, rawa, danau, waduk, dan
mencapai nol, tetapi memiliki nilai tertentu laut/lautan) membentuk banjir kiriman (banjir
yang selalu mengalir sebesar 17,101 m 3/det. Ini limpasan) menyumbang banjir di sungai serta
menggambarkan kondisi limpasan permukaan membawa lumpur yang menyebabkan
di DAS Wai Samal saat terjadinya musim pendangkalan atau dikenal dengan proses
kemarau. sedimentasi.
Limpasan permukaan (overland flow) b. Debit Maksimum (Q Max)
merupakan bagian kelebihan hujan (excess Pengukuran debit banjir maksimum
rainfall) yang mengalir di permukaan lahan (Qmaks) dapat dilakukan pada saat musim
pada saat terjadi hujan, apabila hujan berhenti hujan dengan melihat tanda-tanda banjir
maka tidak terjadi lagi limpasan permukaan. puncak pada tepi penampang sungai atau
Koefisien limpasan permukaan adalah menanyakan kepada penduduk setempat

84
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)

(lokal) atau dengan menggunakan metode minimum suatu sungai tidak pernah sama
Rasional. dengan nol (Qmin tidak 0) karena sebelum air
Hasil perhitungan debit maksimum (Q sungai itu mengalir hingga mulut sungai
maks) di DAS Wai Samal menggunakan biasanya di bagian hulu DAS air sungai telah
metode Rasional adalah sebagai berikut : dimanfaatkan oleh penduduk petani untuk
Diketahui luas DAS = 45777,36 ha; irigasi tradisional. Hasil pengukuran dari 6 titik
koefisien C = 0,00278; intensitas hujan adalah outlet yang diukur debitnya pada DAS Wai
11,28 mm/hari. Q maks = CIA = 0,00278 x 11,28 Samal seperti disajikan dalam Tabel 4.10,
mm/hari x 45777,36 ha = 1435,50 m3/det. Dari menjelaskan bahwa Debit Minimum yang
hasil tersebut, terlihat bahwa debit maksimum diukur pada musim kemarau adalah 17, 101
atau debit banjir puncak di DAS Wai Samal m3/det.
adalah sebesar 1435,50 m3/det. Perlu juga dijelaskan bahwa debit
c. Debit Minimum (Q Min) minimum pada lokasi penelitian bervariasi
Pengukuran debit minimum dipilih pada 6 titik outlet. Dalam menghitung debit air
dalam kondisi debit sungai paling kecil pada sungai perlu juga pengukuran lebar sungai dan
saat musim kemarau. Pada dasarnya debit ketinggian muka air sungai

Tabel 5. Debit Minimum DAS Wai Samal


V A Q Limpasan
No Lokasi (Sub DAS)
(m/det) (m2) (m3/det)
1 Jembatan Wai Samal 0.45 17.71 7.920
2 Tengah sungai Wai Samal 0.85 3.75 3.20
3 Bendungan Intek (W. Asih) 0.44 140.63 61.35
4 Irigasi Primer Sungai W. Samal 1.36 2.60 3.55
5 Sungai W. Musi 0.26 2.00 0.52
6 Sungai W. Kobi 0.96 27.05 26.07
Rataan 17.101
Sumber : Hasil Penelitian dan Analisis, 2014

d. Debit Rata-Rata (Qav) m3/det/17,101 m3/det = 83,94 m3/det. Setelah


Merupakan rataan dari Debit Maksimum dipadukan dengan kriteria, maka ternyata hasil
(Q maks) sebesar 1435,50 m3/det dan Debit menunjukkan bahwa Koefisien Regime Sungai
Minimum (Q min) air sungai di DAS Wai > 50, yang berarti bahwa lebih banyak kejadian
Samal sebesar 17, 101 m3/det sehingga banjir yang terjadi di DAS Wai Samal.
didapatkan hasil sebesar : 726,30 m 3/det. f. Koefisien Penyimpanan/Storage Sungai
Debit aliran rata-rata (Qav) dari suatu (Qmin/Qav)
sungai merupakan besaran hidrologi yang Hasil analisis menunjukkan bahwa debit
penting sebagai indikator potensi DAS dalam minimum rata-rata untuk seluruh DAS adalah
menyimpan air hujan yang jatuh ke dalam sebesar 17,101 m3/det, sedangkan debit rata-rata
lapisan akuifer untuk selanjutnya dikeluarkan adalah 726.41 m3/det, sehingga Koefisien
secara pelan-pelan dalam bentuk mata air Storage Sungai = 17,101 m3/det/726.30 m3/det =
ataupun rembesan. Besarnya debit aliran rata- 0,024. Setelah dipadukan dengan kriteria,
rata setiap tahunnya tinggi menunjukkan maka ternyata Kofisien Storage Sungai DAS
bahwa wilayah DAS sebagai prosesor cukup Wai Samal <50 yang berarti debit minimum
berfungsi baik, hal ini menunjukkan (Qmin) yang terjadi justru semakin mendekati
karakteristik DAS atau kesehatan DAS terjaga. besarnya debit rata-rata atau dengan kata lain
e. Koefisien Regime Sungai (Qmax/Qmin) debit minimum pada musim kemarau masih
Hasil analisis menunjukkan bahwa debit cukup besar.
maksimum adalah 1435,50 m3/det, sedangkan Parameter karakteristik hidrologi DAS
debit minimum rata-rata untuk seluruh DAS yang diperoleh dari perbandingan antara debit
adalah sebesar 17,101 m3/det, sehingga minimum (Qmin) dan debit rata-rata (Qav) atau
Koefisien Regime Sungai = 1435,50 sering disingkat dengan parameter Qmin/Qav

85
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)

merupakan indikator besaran hidrologi untuk kecil dengan bentuk DAS memanjang dan
menyatakan apakah DAS itu berfungsi sebagai berbentuk dendritik. Terdapat 5 orde
prosesor untuk menyimpan air hujan yang Jaringan Sungai dengan kelas kerapatan
jatuh sehingga dapat membentuk mata air yang sebesar 1,91 km/km2 tergolong sedang.
permanen atau relatif permanen. Indikator 2. Karakteristik Hidrologi menunjukkan
parameter Qmin/Qav ini sebaliknya dengan limpasan permukaan dan debit maksimum
parameter Qmaks/Qmin karena apabila nilai sebesar 1435,50 m3/det buruk dan sering
perbandingan ini kecil (<50) yang berarti debit terjadi banjir, namun debit minimum
minimum (Qmin) yang terjadi harapannya sebesar 17, 101 m3/det adalah baik, debit
justru semakin mendekati besarnya debit rata- rata-rata sebesar 726,30 m3/det adalah sangat
rata atau dengan kata lain debit minimum pada baik. Koefisien Regime Sungai sebesar 83,94
musim kemarau masih cukup besar. m3/det adalah tergolong sedang, Koefisien
Storage Sungai sebesar 0,024 adalah masih
IV. KESIMPULAN DAN SARAN cukup besar.
4.1. Kesimpulan 4.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian Analisis Perlu ada penelitian lanjutan di DAS Wai
Karakteristik Morfometri dan Hidrologi DAS Samal dalam hal Karakteristik Biogeofisik dan
Wai Samal, maka dapat disimpulkan sebagai Karakteristik Sosekbud masyarakat dan
berikut : kelembagaan DAS.
1. Karakteristik Mofometri berupa Luas DAS
45.777,36 Ha atau 457,77 km2 tergolong DAS

DAFTAR PUSTAKA

Direktur Jenderal Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial : P 3/ V-SET/ 2013.
Pedoman Identifikasi Karakteristik Daerah Aliran Sungai.
Gunawan T,2012. Reiview Pedmoan Penyusunan Karakteristik DAS. Makalah Pada Sosialisai PP. 73.
Tentang Pengelolaan DAS. Manado 7 – 9 Maret 2012.
Kementrian Kehutanan Republik Indonesia. 2010. Rencana Teknis Rehabilitasi Hutan dan Lahan Daerah
Aliran Sungai (DAS) – RTKRHL-DAS
Sinukaban, N., 2007. Peranan Konservasi Tanah dan Air Dalam Pengelolaan DAS. Bunga Rampai
Konservasi Tanah Dan Air.
Talakua S.M., 2009. Pengaruh Penggunaan Lahan Terhadap kerusakan Tanah Karena Erosi Di
Kecamatan Kairatu Kabupaten Seram Bagian Barat Propinsi Maluku. Disertasi Program
Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung.
.

86

Anda mungkin juga menyukai