ABSTRAK
76
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)
adalah dua hal yang saling berkaitan. Tindakan 1.2. Tujuan Penelitian
konservasi/perlindungan alam terhadap tanah, Tujuan penelitian ini adalah:
berdampak pada ketersediaan kuantitas dan Menganalisis karakteristik (a) karakteristik
kualitas air yang berkelanjutan. Usaha Morfometri DAS, (b) karakteristik Hidrologi
konservasi/perlindungan alam terhadap air, DAS, yang diperlakukan dalam rangka
akan melibatkan suatu tindakan untuk pengembangan sumberdaya alam secara
pengelolaan daerah tangkapan air secara optimal.
terpadu, yang berarti juga tindakan konservasi
tanah (Sinukaban., 2007). I.3. Manfaat Penelitian
Pada perumusan Lokakarya Pengelolaan Hasil dari penelitian ini diharapkan
DAS yang diadakan di Yogyakarta pada bulan dapat: Menyediakan data dan informasi akurat
Oktober 1985 telah disepakati bahwa tentang karakteristik DAS Wai Samal,
Pengelolaan DAS dilakukan sesuai dengan azas mengenai sifat dan ciri/watak yang khas dalam
”One Watershed One Management Plan” yang biogeofisik DAS. dalam rangka pengelolaan
sekarang lebih dikenal lagi dengan “One DAS berkelanjutan.
Watershed One River One Management”. Dari
pernyataan azas tersebut mempunyai II. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
pengertian bahwa satuan DAS telah ditetapkan 2.1. Tempat dan Waktu Penelitian
sebagai satuan (unit) pengelolaan dan Penelitian dilakukan di DAS Wai Samal,
penanganan yang berbeda antara satuan DAS Kabupaten Maluku Tengah. Secara geografis
satu dengan satuan DAS yang lain sesuai DAS Wae Samal terletak pada 2º54’15” -
dengan karakteristik DAS. 3º10’10” Lintang Selatan dan 129º40’00” -
Dalam sepuluh tahun terakhir potensi 120º54’50” Bujur Timur. Penelitian telah
DAS di seluruh Indonesia termasuk di Maluku dilakukan pada bulan November – Desember
semakin menurun. Menurunnya kondisi DAS 2014, melalui survei lapangan dan analisis
ditandai dengan terjadinya bencana banjir dan laboratorium serta analisis data.
longsor di musim hujan dan kekeringan di
2.2. Bahan dan Alat
musim kemarau. Penyebab terjadianya
Bahan yang digunakan dalam penelitian
penurunan kualitas DAS adalah hasil interaksi
ini adalah: Peta Citra Satelit P. Seram, Peta
antara faktor iklim (terutama curah hujan),
topografi P. Seram, Peta Geologi P. Seram, Peta
kondisi geomorfologi (geologi, tanah dan
kerja lapang skala 1:50.000, Blangko Pengisian
topografi) dan terutama adalah aktivitas
Alat yang digunakan dalam penelitian
manusia yang menyebabkan penurunan
ini adalah: GPS, Kompas, Altimeter, Stopwatch,
kualitas (degradasi) sumberdaya hutan dan
Abney level, Kamera, Perangkat komputer,
lahan berupa lahan kritis. Luas lahan kritis di
Scanner HP, Printer HP, Software ArcView 33
Maluku pada tahun 2011 mencapai 762.324 ha,
dan ArcGis 9., Set sampel air.
meningkat 24,52% dibanding tahun 2006
(612.219 ha). Untuk menghijaukan lahan kritis
2.3. Teknik Pengumpulan Data
di Provinsi Maluku, berbagai upaya rehabilitasi
2.3.1. Metoda Identifikasi
hutan dan lahan baik di dalam kawasan
Secara umum metoda yang digunakan
maupun diluar kawasan hutan terus dilakukan,
dalam mengidentifikasi karakteristik DAS Wai
antara lain kegiatan reboisasi dan penghijauan
Samal Desa Samal Kabupaten Maluku Tengah
(Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan
meliputi: metoda Survei dengan pendekatan
Perhutanan Sosial, 2013).
deskriptif kuantitatif.
Berdasarkan uraian di atas maka dirasa
2.3.2. Pengumpulan Data
perlu dilakukan suatu penelitian mengenai :
Kegiatan ident ifikasi ini menyangkut
“`Analisis Karakteristik Morfometri dan
karakteristik Biogeofisik DAS sehingga
Hidrologi Sebagai Ciri Karakteristik
dilakukan dengan menggunakan data yang
Biogeofisik DAS Wai Samal”.
telah ada (data sekunder) dan dilengkapi
dengan data primer yang dirasakan masih
kurang dalam rangka mendukung analisis
77
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)
78
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)
5. Pola Sungai Utama melalui foto udara, jika terdapat salah satu titik
a. Penentuan Sungai Utama kontrol sebagai titik ikat. Hubungan antara
Cara menentukan sungai utama menurut elevasi dengan luas DAS dapat dinyatakan
Horton dalam Peraturan Direktorat Jenderal dalam bentuk hipsometrik (Hypsometric
Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial Curve).
(2013), adalah dengan memperhatikan a.3.Gradien Sungai Utama
pertemuan antara 2 (dua) sungai, selanjutnya : Salah satu cara menghitung gradien
a. Apabila sudut sama (ɸ1=ɸ2), maka pilihlah sungai rata – rata adalah dengan slope faktor
sungai yang lebih panjang yang dikembangkan oleh Benson (1962) dalam
b. Apabila sudut tidak sama, maka pilihlah Peraturan Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan
sudut yang kecil (misal θ4>θ3, pilih sungai DAS dan Perhutanan Sosial (2013) yaitu dengan
pada sudut θ3) menghitung lereng saluran antara 10 % dan 85
a.1. Panjang Sungai Utama dan Sungai % jarak dari outlet, seperti pada rumus berikut
Terpanjang ini.
Panjang sungai terpanjang dalam DAS Gradien Sungai (Su) = (H85-H10)/ (0,75)Lb
diukur dari outlet ke sumber asal air. Dimana : H adalah ketingian dan Lb adalah
a.2. Perbedaan Tinggi DAS panjang sungai utama.
Ketinggian suatu tempat dapat diketahui
dari peta topografi, diukur di lapangan atau
79
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)
80
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)
81
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)
Dari hasil jumlah alur pada masing- WRb pada orde 2 = (5,00) (150 + 30) / 150 =
masing orde sungai, maka selanjutnya dihitung 6,00
indeks percabangan sungai yaitu : WRb pada orde 3 = (1,88) (30+16)/ 30 = 2,88
Rb pada orde 1 = 701/150 = 4,67 WRb pada orde 4 = (16,00) (16+1)/ 16 = 17
Rb pada orde 2 = 150/30 = 5,00 Jadi indeks percabangan rerata tertimbang
Rb pada orde 3 = 30/16 = 1,88 (WRb) didapat dari :
Rb pada orde 4 = 16/1 = 16 WRb rerata = (WRb1 + WRb2 + WRb3 +
Selanjutnya untuk indeks percabangan rerata WRb4)/4
tertimbang dihitung sebagai berikut : = (5,67 + 6,00 + 2,88 + 17,00)/4
WRb pada orde 1 = (4,67) (701+150) / 701 = = 7,89
5,67
82
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)
83
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)
84
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)
(lokal) atau dengan menggunakan metode minimum suatu sungai tidak pernah sama
Rasional. dengan nol (Qmin tidak 0) karena sebelum air
Hasil perhitungan debit maksimum (Q sungai itu mengalir hingga mulut sungai
maks) di DAS Wai Samal menggunakan biasanya di bagian hulu DAS air sungai telah
metode Rasional adalah sebagai berikut : dimanfaatkan oleh penduduk petani untuk
Diketahui luas DAS = 45777,36 ha; irigasi tradisional. Hasil pengukuran dari 6 titik
koefisien C = 0,00278; intensitas hujan adalah outlet yang diukur debitnya pada DAS Wai
11,28 mm/hari. Q maks = CIA = 0,00278 x 11,28 Samal seperti disajikan dalam Tabel 4.10,
mm/hari x 45777,36 ha = 1435,50 m3/det. Dari menjelaskan bahwa Debit Minimum yang
hasil tersebut, terlihat bahwa debit maksimum diukur pada musim kemarau adalah 17, 101
atau debit banjir puncak di DAS Wai Samal m3/det.
adalah sebesar 1435,50 m3/det. Perlu juga dijelaskan bahwa debit
c. Debit Minimum (Q Min) minimum pada lokasi penelitian bervariasi
Pengukuran debit minimum dipilih pada 6 titik outlet. Dalam menghitung debit air
dalam kondisi debit sungai paling kecil pada sungai perlu juga pengukuran lebar sungai dan
saat musim kemarau. Pada dasarnya debit ketinggian muka air sungai
85
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)
merupakan indikator besaran hidrologi untuk kecil dengan bentuk DAS memanjang dan
menyatakan apakah DAS itu berfungsi sebagai berbentuk dendritik. Terdapat 5 orde
prosesor untuk menyimpan air hujan yang Jaringan Sungai dengan kelas kerapatan
jatuh sehingga dapat membentuk mata air yang sebesar 1,91 km/km2 tergolong sedang.
permanen atau relatif permanen. Indikator 2. Karakteristik Hidrologi menunjukkan
parameter Qmin/Qav ini sebaliknya dengan limpasan permukaan dan debit maksimum
parameter Qmaks/Qmin karena apabila nilai sebesar 1435,50 m3/det buruk dan sering
perbandingan ini kecil (<50) yang berarti debit terjadi banjir, namun debit minimum
minimum (Qmin) yang terjadi harapannya sebesar 17, 101 m3/det adalah baik, debit
justru semakin mendekati besarnya debit rata- rata-rata sebesar 726,30 m3/det adalah sangat
rata atau dengan kata lain debit minimum pada baik. Koefisien Regime Sungai sebesar 83,94
musim kemarau masih cukup besar. m3/det adalah tergolong sedang, Koefisien
Storage Sungai sebesar 0,024 adalah masih
IV. KESIMPULAN DAN SARAN cukup besar.
4.1. Kesimpulan 4.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian Analisis Perlu ada penelitian lanjutan di DAS Wai
Karakteristik Morfometri dan Hidrologi DAS Samal dalam hal Karakteristik Biogeofisik dan
Wai Samal, maka dapat disimpulkan sebagai Karakteristik Sosekbud masyarakat dan
berikut : kelembagaan DAS.
1. Karakteristik Mofometri berupa Luas DAS
45.777,36 Ha atau 457,77 km2 tergolong DAS
DAFTAR PUSTAKA
Direktur Jenderal Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial : P 3/ V-SET/ 2013.
Pedoman Identifikasi Karakteristik Daerah Aliran Sungai.
Gunawan T,2012. Reiview Pedmoan Penyusunan Karakteristik DAS. Makalah Pada Sosialisai PP. 73.
Tentang Pengelolaan DAS. Manado 7 – 9 Maret 2012.
Kementrian Kehutanan Republik Indonesia. 2010. Rencana Teknis Rehabilitasi Hutan dan Lahan Daerah
Aliran Sungai (DAS) – RTKRHL-DAS
Sinukaban, N., 2007. Peranan Konservasi Tanah dan Air Dalam Pengelolaan DAS. Bunga Rampai
Konservasi Tanah Dan Air.
Talakua S.M., 2009. Pengaruh Penggunaan Lahan Terhadap kerusakan Tanah Karena Erosi Di
Kecamatan Kairatu Kabupaten Seram Bagian Barat Propinsi Maluku. Disertasi Program
Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung.
.
86