Anda di halaman 1dari 14

174

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DEBIT


SUNGAI MAMASA
Analysis of Factors Influencing the River Discharge of Mamasa

Asikin Muchtar dan Nurdin Abdullah

Abstract

The research was conducted in the watershed area of Mamasa. Data was taken
for 11 months starting from December 2006 to October 2007.The research aimed
to identify the influencing factors of the river discharge which were decreasing
from time to time. Data was collected through the application of direct field
observation and literature study. Data on precipitation were gained from 4 stations.
The stations were located in Sumarorong, Mamasa, Minake, and Pana. Data
regarding the river discharge were taken from the office of The Water Source
Management in south Sulawesi Province. Meanwhile, data of land cover were
gained from GIS mapping taken in 1999 and 2003 as well as from Spot 4 in 2007.
Data were analyzed by regression linear model to identify the effect of
independent variable to dependent variable.The results of the research show that
the changes in river discharge fluctuation were influenced by precipitation and land
cover factor. The dominant factor that influenced river discharge fluctuation were
conifers and wide leaf type of vegetations.

Key words: watershed, influencing, fluctuation

PENDAHULUAN Akibat adanya degradasi


hutan dan lahan ini, maka luas
Daerah aliran sungai vegetasi hutan efektif menjadi
merupakan daerah yang dibatasi semakin kecil, sehingga tidak dapat
oleh pemisah topografi yang lagi berfungsi sebagai sub sistem
merupakan daerah tangkapan air perlindungan dalam sistem DAS
(catchment area) memiliki fungsi secara keseluruhan. Terjadinya
menerima, menampung dan perubahan luas vegetasi hutan
mengalirkan air ke laut melalui sebagai akibat aktivitas tersebut di
sungai utama. Daerah aliran sungai atas membuat tanah hutan terbuka
mempunyai manfaat sangat penting yang diperparah dengan
bagi kelangsungan hidup manusia, penggembalaan liar sehingga tanah
tumbuhan dan hewan di sekitarnya. memadat oleh adanya sedimen
Bertambahnya jumlah menutupi pori-pori tanah akan
penduduk mempengaruhi kondisi memperbesar limpasan permukaan,
sumberdaya hutan, tanah, dan air di memperkecil infiltrasi sehingga banjir
daerah aliran sungai (DAS). Kondisi terjadi pada hampir setiap musim
ini menunjukkan kecenderungan hujan dan kekeringan terjadi pada
yang semakin menurun disebabkan setiap musim kemarau. Limpasan
permukaan yang besar
terjadinya perusakan hutan oleh menghanyutkan butir-butiran tanah
adanya aktivitas perladangan dan pencucian hara tanah lapisan
berpindah, perambahan hutan, permukaan atas akibatnya tanah
konversi lahan menjadi lahan menjadi kritis baik kimia maupun fisik
pertanian, permukiman, dan sehingga daya dukung lahan
perusakan-perusakan hutan lainnya. terhadap pertumbuhan di atasnya
menurun. Proses penghanyutan

Jurnal Hutan dan Masyarakat, 2(1):174-187


175

butiran tanah oleh limpasan METODE PENELITIAN


permukaan menyebabkan
pendangkalan pada alur sungai, Waktu dan Lokasi Penelitian
bendung, bendungan, waduk, dan
saluran-saluran irigasi lainnya serta Penelitian ini dilaksanakan di
muara-muara sungai bagian hilir. DAS Mamasa Kabupaten Mamasa
Hilangnya luas vegetasi hutan Sulawesi Barat. Pengambilan data
yang efektif dapat menurunkan berlangsung selama 11 bulan yaitu
evapotranspirasi, kelembaban tanah, mulai bulan Desember 2006 sampai
infiltrasi, dan memperbesar limpasan dengan Oktober 2007.
permukaan. Akibat hal itu
mempengaruhi kondisi hidrologi di Bahan dan Alat Penelitian
suatu DAS sehingga menimbulkan
pengaruh kepada karakteristik Bahan-bahan yang digunakan
fluktuasi debit aliran sungai yang dalam penelitian ini adalah :
besar. 1. Kertas/tally sheet untuk tempat
Akibat menurunnya kondisi mencatat data primer dan data
penutupan lahan vegetasi hutan sekunder
pada bagian hulu DAS Mamasa yang 2. Ring sampel untuk mengambil
saat ini perambahan hutan masih sampel tanah
berlangsung hingga penelitian 3. Pulpen dan pencil untuk alat tulis
dilaksanakan telah menyebabkan menulis
perubahan iklim terutama curah 4. Dan lain-lain
hujan yang selama beberapa tahun Sedangkan peralatan yang
terakhir nampak cenderung digunakan dalam penelitian ini
berfluktuasi. Disamping itu, adalah :
perubahan temperatur pada DAS 1. Komputer + Soft Ware Sig (Arc
Mamasa cukup signifikan, Info, Arcview) 1 unit
menyebabkan kondisi iklim mulai 1. Peta Digital Citra Landsat Path
terganggu. Row 114-61 dan 114-62 tahun
Beberapa tahun terakhir ini 1999, 2000, 2003, dan Peta
fungsi hidrologis DAS Mamasa Digital Spot 4 tahun 2007
bagian hulu cenderung menurun. 2. Peta Digital RBI (Rupa Bumi
Pertambahan luas keberhasilan Indonesia) Lembar 2012-22
upaya reboisasi dan rehabilitasi Mamasa, 2012-54 Sumarorong,
lahan tidak dapat mengimbangi 2012-52 Polewali, 2012-61
pertambahan luas kerusakan lahan Karawa Dan 2012-33
yang menjadi lahan kritis. Tingginya Kassa/Lampa
laju erosi dan sedimentasi dari 3. Peta Kelas Lereng Propinsi
daerah bagian hulu telah Sulawesi Selatan
menyebabkan berkurangnya umur 4. Peta Paduserasi TGHK dengan
pakai berbagai bangunan pengendali RTRWP
sedimen karena telah penuh dengan 6. Peta Jenis Tanah, Lembaga
sedimen. Penelitian Bogor
Berdasarkan uraian tersebut 7. Current meter untuk mengukur
di atas, maka masalah penelitian ini debit aliran sungai
dapat dirumuskan : Faktor-faktor 8. Laboratorium tanah Fakultas
apakah yang mempengaruhi debit Pertanian dan Kehutanan Unhas
sungai Mamasa yang cenderung 9. Camera digital untuk dokumentasi.
menurun dari tahun ke tahun ? 10.GPS untuk mengukur posisi
koordinat di lapangan

Jurnal Hutan dan Masyarakat, 2(1): 174-187


176

Metode Pengambilan Data Sumarorong, Kecamatan Messawa,


dan PLTA Bakaru. Kegiatan pada
Curah Hujan observasi lapangan ini adalah
mengamati keadaan penutupan
Data curah hujan diperoleh dari lahan, topografi (panjang dan
4 stasiun pengukur curah hujan kelerengan), kondisi fisik tanah,
tersebar pada Stasiun penakar curah pengambilan sampel tanah,
hujan Sumarorong, Stasiun Mamasa, pengukuran debit aliran sungai dan
Stasiun Minake dan Stasiun Pana. pengambilan posisi koordinat pada
Data curah hujan yang telah beberapa bagian vegetasi hutan
diukur oleh Badan Meteorologi dan bagian hulu DAS Mamasa.
Geofisika (BMG) Kabupaten Maros Kemudian menghitung indeks
(2007). Stasiun pengukur curah penutupan lahan dengan
hujan ditempatkan dengan metode membandingkan luas lahan
Polygon Tiessen yaitu masing- bervegetasi permanen dengan luas
masing stasiun ditarik garis lurus DAS Mamasa.
menghubungkan antara stasiun
terdekat satu terhadap yang lain. Analisis Data
Setelah menarik garis lurus
kemudian membagi dua garis lurus Curah Hujan
tersebut menjadi dua yang sama
jaraknya, dan demikian pula pada Jumlah Curah Hujan
stasiun yang lainnya. Sehingga Data jumlah curah hujan yang
stasiun Sumarorong mewakili diperoleh dari stasiun penakar curah
mewakili Sungai Sumarorong, hujan Sumarorong, stasiun Mamasa,
stasiun Mamasa mewakili Sungai stasiun Minake, dan Pana, kemudian
Bue dan Sungai Tetean, stasiun dianalisis pengaruhnya terhadap
Minake mewakili Sungai Miwah. fluktuasi debit sungai dengan
menggunakan regresi linier
Penutupan Lahan sederhana yaitu :
Y=a+bX+ e
Penafsiran Peta Citra Landsat Penutupan Lahan
Pengumpulan data luas
penutupan lahan diperoleh dari hasil Faktor penutupan lahan yang
penafsiran peta citra landsat 1999 dipertimbangkan adalah perubahan
dan 2002 sebagai dasar kemudian luas penutupan lahan akibat alih
diinterpolasi ke tahun 1993 dan guna lahan dari lahan hutan menjadi
2005. Mekanisme interpolasi peta lahan pertanian, perkebunan dan
adalah penafsiran peta citra landsat lahan lainnya yang terjadi selama 10
1999 dan 2002 sebagai dasar tahun. Data perubahan luas tutupan
kemudian dioverlay dengan peta land lahan diperoleh dari data empiris
use DAS Mamasa, peta rupa bumi, selama 10 tahun yaitu dari tahun
peta topografi, peta tanah, dan peta 1996-2005.
curah hujan. Teknik interpolasi Data luas vegetasi hutan yang
adalah mendeliniasi batas kawasan diperoleh dari penafsiran peta Citra
hutan dengan bantuan komputer Landsat 1999 dan 2002 yang telah
program arcview. diinterpolasi selama 10 tahun
kemudian dianalisis pengaruhnya
Observasi Lapangan terhadap fluktuasi debit sungai
dengan menggunakan regeresi linier
1Pengamatan Penutupan Lahan sederhana yaitu :
Y=a+bX+ e
Observasi lapangan dilakukan
di Kecamatan Mamasa, Kecamatan

Jurnal Hutan dan Masyarakat, 2(1):174-187


177

HASILPENELITIAN DAN pertanian, air bersih, serta


PEMBAHASAN pengelolaan air limbah (Direktorat
Kehutanan dan Sumberdaya Air,
Mempelajari ekosistem DAS, 2006).
dapat diklasifikasikan menjadi daerah Karakteristik DAS
hulu, tengah dan hilir. DAS bagian dikelompokkan menjadi dua kategori,
hulu dicirikan sebagai daerah yaitu 1) faktor lahan (ground factor),
konservasi, DAS bagian hilir yang meliputi topografi, tanah,
merupakan daerah pemanfaatan. geologi, geomorfologi, 2) vegetasi
DAS bagian hulu mempunyai arti dan penggunaan lahan (Haeruman,
penting terutama dari segi 1994).
perlindungan fungsi tata air, karena Topografi permukaan atau
itu setiap terjadinya kegiatan di bentuk lahan mempengaruhi aliran
daerah hulu akan menimbulkan permukaan (run off) dan aliran air
dampak di daerah hilir dalam bentuk bumi. Aliran permukaan (surface
perubahan fluktuasi debit dan runoff) meningkat dengan
transport sedimen serta material meningkatnya lereng. Tanah,
terlarut dalam sistem aliran airnya. geologi, geomorfologi dari suatu
Dengan perkataan lain ekosistem DAS, berfungsi sebagai kontrol
DAS, bagian hulu mempunyai fungsi terhadap besar kecilnya infiltrasi dan
perlindungan terhadap keseluruhan kapasitas menahan air permukaan
DAS. Gambaran keterkaitan secara (Haeruman, 1994).
menyeluruh dalam pengelolaan DAS, Menurut Seyhan (1997),
terlebih dahulu diperlukan batasan- sistem DAS (watershed system)
batasan mengenai DAS berdasarkan dapat diamati melalui tiga tahap
fungsi, yaitu pertama DAS bagian utama yaitu : 1) input (curah hujan),
hulu didasarkan pada fungsi 2) sistem struktur kerja dalam DAS,
konservasi yang dikelola untuk 3) output (limpasan/runoff). Dalam
mempertahankan kondisi lingkungan hubungannya dengan sistem
DAS agar tidak terdegradasi, yang hidrologi, DAS mempunyai
antara lain dapat diindikasikan dari karakteristik spesifik yang
kondisi tutupan vegetasi lahan DAS, berhubungan dengan keadaan
kualitas air, kemampuan menyimpan faktor-faktor fisik biologisnya seperti
air (debit), dan curah hujan. Kedua curah hujan, evapotranspirasi,
DAS bagian tengah didasarkan pada infiltrasi, perkolasi, limpasan
fungsi pemanfaatan air sungai yang permukaan, kandungan air tanah,
dikelola untuk dapat memberikan dan aliran sungai.
manfaat bagi kepentingan sosial dan Berdasarkan latar belakang
ekonomi, yang antara lain dapat tersebut di atas, penulis tertarik
diindikasikan dari kuantitas air, melakukan penelitian untuk
kualitas air, kemampuan menganalisis faktor-faktor yang
menyalurkan air, dan ketinggian mempengaruhi debit aliran sungai
muka air tanah, serta terkait pada Mamasa yang cenderung
prasarana pengairan seperti berfluktuasi menuun dari tahun ke
pengelolaan sungai, waduk, dan tahun.
danau. Ketiga DAS bagian hilir
didasarkan pada fungsi pemanfaatan Curah Hujan
air sungai yang dikelola untuk dapat
memberikan manfaat bagi Berdasarkan hasil pengamatan
kepentingan sosial dan ekonomi, curah hujan dan debit sungai di
yang diindikasikan melalui kuantitas lapangan serta hasil pengukuran
dan kualitas air, kemampuan curah hujan serta debit sungai
menyalurkan air, ketinggian curah tahunan oleh Dinas Pengelolaan
hujan, dan terkait untuk kebutuhan Sumberdaya Air Propinsi Sulawesi

Jurnal Hutan dan Masyarakat, 2(1): 174-187


178

Selatan, curah hujan dan debit pengembangan wilayah yang


sungai diperoleh sebagai data menempatkan DAS sebagai suatu
empiris (time series) selama 32 unit pengelolaan sumber daya alam
tahun pada stasiun penakar curah (SDA) yang secara umum untuk
hujan Sumarorong disajikan pada mencapai tujuan peningkatan
Tabel 1. produksi pertanian dan kehutanan
Daerah Aliran Sungai (DAS) yang optimum dan berkelanjutan
secara umum didefinisikan sebagai (lestari) dengan upaya menekan
suatu hamparan wilayah yang kerusakan seminimum mungkin agar
dibatasi oleh pembatas topografi distribusi aliran air sungai yang
berupa punggung bukit yang berasal dari DAS dapat merata
menerima, mengumpulkan air hujan, sepanjang tahun.
sedimen dan unsur hara serta Data debit sungai yang
mengalirkannya melalui anak-anak diperoleh selain dari hasil
sungai dan keluar pada sungai pengukuran oleh Dinas Pengelolaan
utama ke laut atau danau. Linsley Sumberdaya Air Propinsi Sulawesi
(1980) men\HEXW '$6 VHEDJDL ³A Selatan yang diukur pada stasiun
river of drainage basin in the entire AWLR Sikuku Kecamatan
area drained by a stream or system Sumarorong, dilakukan pula
of connecting streams such that all pengukuran debit secara langsung di
stream flow originating in the area lapangan terutama pada setiap anak
discharged through a single outlet´ sungai yang mengalir ke sungai
Definisi di atas, dapat utama Mamasa sebagai
dikemukakan bahwa DAS perbandingan. Data curah hujan dan
merupakan ekosistem, dimana unsur debit tahunan dipasangkan untuk
organisme dan lingkungan biofisik dianalisis hubungan curah hujan
serta unsur kimia berinteraksi secara tersebut dengan fluktuasi debit
dinamis dan di dalamnya terdapat sungai selama masa periode 32
keseimbangan inflow dan outflow tahun mulai tahun 1975 sampai
dari material dan energi. Selain itu dengan tahun 2006 sebagaimana
pengelolaan DAS dapat disebutkan disajikan pada Tabel 1.
merupakan suatu bentuk

Jurnal Hutan dan Masyarakat, 2(1):174-187


179

Tabel 1. Data curah hujan dan debit sungai Mamasa


Tahun C.Hujan Rata-rata (mm/Thn) Debit Rata-rata/Thn (m3/dtk)

1975 168,8 45,20


1976 68,8 23,34
1977 247,89 60,12
1978 168,64 44,08
1979 92,82 26,23
1980 98,27 27,60
1981 81,80 25,40
1982 140,75 39,23
1983 80,20 23,10
1984 159,20 40,12
1985 61,00 17,50
1986 56,83 10,20
1987 145,83 54,00
1988 55,00 24,30
1989 218,83 98,00
1990 258,75 73,12
1991 380,82 112,00
1992 60,50 21,20
1993 291,42 24,30
1994 299,50 56,70
1995 312,83 39,80
1996 301,45 45,50
1997 178,50 23,00
1998 351,25 56,00
1999 302,42 49,69
2000 264,08 24,30
2001 257,58 44,94
2002 223,45 41,96
2003 96,17 27,21
2004 282,00 52,41
2005 179,88 22,47
2006 119,00 35,41
Sumber : Dinas PSDA Sul-Sel, 2007

Tabel 1 di atas menunjukkan mengikuti dinamika curah hujan.


bahwa curah hujan terendah pada Debit sungai tertinggi pada tahun
periode tahun 1975 - 1988, dan 1991 dan terendah tahun 1986.
periode waktu curah hujan tertinggi Untuk lebih jelas, hubungan curah
pada 1991-2004. Dan curah hujan hujan dan debit sungai dapat dilihat
menurun pada periode tahun 2004- Anova pada Tabel 2.
2006. Debit sungai cenderung

Tabel 2. Analisis Sidik Ragam Curah Hujan dan Debit


Model Sum of Mean
Squares Df Square F Sig.
1 Regression 6548,831 1 6548,831 21,963 ,000(a)
Residual 8945,134 30 298,171
Total 15493,965 31
Sumber : Pengolahan data primer, 2007.

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa curah hujan mempunyai


bahwa F hitung 21,963 lebih besar hubungan yang signifikan
dari F tabel 4,17 pada taraf berpengaruh terhadap perubahan
kepercayaan 95%. Hal ini berarti fluktuasi debit sungai Mamasa.

Jurnal Hutan dan Masyarakat, 2(1): 174-187


180

Curah Hujan dan Debit Tahunan

400,000

350,000

300,000
C.Hjn/Debit

250,000

200,000

150,000

100,000

50,000

0,000
75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 00 01 02 03 04 05 06

Tahun

Gambar 1. Hubungan Curah Hujan dengan Debit

Gambar 1 di atas menunjukkan semakin meningkat dari tahun ke


bahwa curah hujan berfluktuasi mulai tahun, demikian pula grafik bagian
tahun 1975 kemudian menurun tahun bawah menunjukkan debit yang
1976 selanjutnya naik lagi tahun cenderung mengikuti grafik hidrograf
1977 dan 1978, kemudian turun lagi curah hujan. Untuk lebih jelas,
hingga tahun 1980 dan 1981. Tahun penyebaran curah hujan dan debit
1991 curah hujan meningkat drastis sungai disajikan pada Gambar 2 di
hingga tahun 1998. Grafik bagian bawah ini.
atas menunjukkan curah hujan yang

Jurnal Hutan dan Masyarakat, 2(1):174-187


181

Sebaran Curah Hujan dan Debit Tahunan

450
400
350
Curah Hujan

300
250
200
y = 13,55409+0,147951X
150
100 R2 = 0,650139
50
0
0,000 20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000

Debit Sungai

Gambar 2. Hubungan curah hujan dengan debit sungai

Penutupan Lahan literatur, luas penutupan lahan dan


debit sungai diperoleh sebagai data
Berdasarkan hasil analisis peta empiris selama 10 tahun disajikan
Citra Landsat, Spot 4, dan debit pada Tabel 3.
sungai di lapangan serta studi
Tabel 3. Data luas penutupan lahan dan debit sungai di DAS Mamasa
Tahun Vegetasi Hutan (Ha) Debit Rata2 (m3/dtk)
1996 50.191,20 63,33
1997 54.154,85 41,78
1998 55.917,37 44,62
1999 57.959,66 49,67
2000 58.070,16 33,67
2001 56.070,16 44,97
2002 54.983,72 41,94
2003 59.805,33 27,21
2004 49.941,94 52,39
2005 59.986,10 22,57
2006 49.153,11 35,41
Rt-rt 55.113,62 42,21
Sumber : Analisis Peta Citra Landsat dan Spot 4, 2007

Tabel 3 di atas menunjukkan penutupan lahan vegetasi hutan


adanya fluktuasi debit sungai seluas 50.191,20 ha. Dan debit
mengikuti perubahan luas penutupan sungai terendah 22,57 m3/detik pada
lahan. Debit sungai tertinggi 63,33 luas penutupan lahan vegetasi hutan
m3/detik pada tahun 1996 dengan 59.986,10 ha tahun 2005.

Jurnal Hutan dan Masyarakat, 2(1): 174-187


182

Secara umum debit sungai e. Manusia, dengan


terlihat berfluktuasi menurun selama pembuatan bangunan-bangunan
10 tahun dari tahun 1996 hingga pembukaan tanah pertanian,
2006. Dan rata-rata debit sungai urbanisasi dapat merubah keadaan
nampak menurun ketika luas sifat Daerah Aliran Sungai.
penutupan lahan meningkat, dan Menurut Kittredge dalam
sebaliknya debit sungai meningkat Manan (1978), pengelolaan Daerah
ketika luas penutupan lahan Aliran Sungai adalah pengelolaan
menurun. Menurut Soebarkah sumberdaya alam yang dapat pulih
(1978), faktor-faktor yang (renewable), seperti air, tanah dan
mempengaruhi besarnya debit vegetasi dalam sebuah Daerah
sungai adalah: Aliran Sungai, agar dapat
a. Hujan, Intensitas hujan dan mengalirkan air (water yield) untuk
lamanya hujan sangat kepentingan pertanian, perkebunan,
mempengaruhi besarnya infiltrasi, peternakan, perikanan dan
aliran air tanah dan aliran permukaan masyarakat yaitu air minum, industri,
tanah. Lama waktu hujan sangat irigasi dan tenaga listrik.
penting dalam hubungannya dengan Menurut Manan dalam
lama waktu pengaliran air hujan Paembonan (1980), pengelolaan
menuju ke sungai. Daerah Aliran Sungai adalah
b. Topografi, terutama bentuk merupakan bagian dari manajemen
dan kemiringan lereng sumberdaya alam yang meliputi
mempengaruhi lama waktu pengurusan dan pengembangan dari
mengalirnya air hujan melalui semua sumberdaya alam dari suatu
permukaan tanah ke sungai dan daerah aliran yang ditujukan kepada
intensitas banjirnya. Daerah produksi dan perlindungan
permukaan yang miring akan sumberdaya air termasuk
menyebabkan aliran permukaan pengendalian erosi dan banjir serta
yang deras dan besar bila pemeliharaan nilai-nilai perairan.
dibandingkan dengan daerah yang Pengelolaan DAS adalah
agak datar. upaya manusia dalam
c. Geologi, karakteristik mengendalikan hubungan timbal
geologi terutama jenis dan struktur balik antara sumberdaya alam
tanah sangat mempengaruhi bentuk dengan manusia di dalam DAS dan
dan kepadatan drainase, sedangkan segala aktivitasnya, dengan tujuan
karakteristik tanah mempengaruhi membina kelestarian dan keserasian
kapasitas infiltrasi dan perkolasi. ekosistem serta meningkatkan
Kepadatan drainase yang rendah pemanfaatan sumberdaya alam bagi
menunjukkan secara relatif manusia secara berkelanjutan
pengaliran melalui permukaan tanah (Anonim, 2002).
yang panjang menuju sungai, Tujuan utama dari
kehilangan air yang besar sehingga pengelolaan daerah aliran sungai
meningkat air sungai menjadi lambat. adalah untuk mencapai suatu
d. Keadaan Tumbuh- keadaan daerah aliran sungai yang
Tumbuhan, akan mempengaruhi menciptakan fungsi hutan sebagai
besarnya intersepsi, transpirasi, sistem perlindungan yang
infiltrasi, dan perkolasi. Makin banyak memungkinkan terlaksananya tata air
pohon akan menyebabkan makin yang baik, dalam hal ini hasil air yang
banyaknya air yang lenyap, baik optimum dipandang dari segi
melalui evapotranspirasi maupun kuantitas dan kualitas (Manan dalam
melalui infiltrasi sehingga akan Paembonan (1980).
mengurangi run off yang dapat Agar tujuan dari pengelolaan
mempengaruhi debit sungai. daerah aliran sungai dapat tercapai,
maka perlu diperhatikan komponen-

Jurnal Hutan dan Masyarakat, 2(1):174-187


183

komponen yang mendukung daerah debit sungai. Dimana debit sungai


aliran sungai terutama komponen cenderung seiring dengan kurva
fisiknya (Manan dalam Paembonan curah hujan.
(1980). Curah hujan wilayah yang
terdapat pada stasiun penakar
Sumarorong berdasarkan polygon
Curah Hujan Thiessen mewakili daerah
Sumarorong dan sekitarnya. Debit
Jumlah curah hujan yang sungai tahunan diperoleh dari hasil
terdapat pada DAS Mamasa pengukuran oleh Dinas Pengelolaan
berdasarkan stasiun penakar curah Sumberdaya Air (PSDA) Propinsi
hujan wilayah yang terdiri dari 4 Sulawesi Selatan pada daerah
stasiun penakar curah hujan. Curah Sikuku dimana terdapat Automatic
hujan wilayah pada stasiun Mamasa Water Level Record (AWLR) yang
selama 10 tahun sebesar 1.790,47 mencatat tinggi muka air secara
mm/tahun dan stasiun penakar automatis.
Sumarorong selama 32 tahun Curah hujan rata-rata bulanan
sebesar 2.962,37 mm/tahun dengan dan debit sungai rata-rata bulanan
rata-rata debit sungai 42,26 m3/dtk. periode tahun 1975-2006
Berdasarkan jumlah curah hujan sebagaimana ditunjukkan Gambar 2,
wilayah tersebut dapat dikatakan memperlihatkan bahwa curah hujan
bahwa hampir setiap tahun curah tinggi pada bulan Nopember,
hujan di DAS Mamasa mengalami Desember, Januari, Februari, Maret,
fluktuasi dimana curah hujan tertinggi April, Mei, dan Juni dengan curah
pada periode tahun 1991-998, curah hujan tertinggi pada bulan April.
hujan terendah pada periode tahun Sedangkan curah hujan rendah pada
1999-2005. bulan Agustus dan September, dan
Debit sungai Mamasa terlihat curah hujan terendah pada bulan
mengalami fluktuasi yang seiring dan Agustus. Debit sungai tampak
sejalan dengan curah hujan. Debit mengiringi fluktuasi curah hujan yang
tertinggi pada periode tahun seiring dengan kurva hidrograf curah
1991-1999, dan debit terendah pada hujan. Curah hujan tinggi diikuti
periode tahun 2000-2005. dengan debit sungai yang tinggi, dan
Berdasarkan periode tahun tersebut curah hujan rendah diikuti dengan
terlihat bahwa debit sungai debit yang rendah.
berfluktuasi berdasarkan fluktuasi Curah hujan berhubungan
besarnya curah hujan. Semakin dengan karakteristik daerah aliran
tinggi curah hujan, maka debit sungai sungai. Lama waktu hujan,
semakin tinggi pula yang cenderung intensitas, dan penyebaran hujan
mengikuti dinamika curah hujan, dan mempengaruhi laju dan volume debit
semakin rendah curah hujan, debit sungai. Debit sungai total untuk
sungai juga mengalami penurunan. suatu hujan secara langsung
Hubungan curah hujan dengan berhubungan dengan lama waktu
debit sungai berdasarkan analisis hujan untuk intensitas hujan tertentu.
regresi linear ditunjukkan oleh Infiltrasi akan berkurang pada tingkat
analisis sidik ragam (Tabel 1) dengan awal suatu kejadian hujan. Karena itu
nilai F hitung 21,63 lebih besar hujan dengan waktu yang singkat
daripada F tabel 4,17 pada taraf tidak banyak menghasilkan debit.
kepercayaan 95%. Berdasarkan nilai Pada hujan dengan intensitas yang
F hitung tersebut menunjukkan sama dan dengan waktu yang lebih
bahwa respon debit sungai terhadap lama, akan menghasikan debit yang
curah hujan sangat peka. Dari hasil lebih besar.
analisis grafik diperoleh kisaran Intensitas hujan akan
fluktuasi curah hujan identik fluktuasi mempengaruhi laju dan volume

Jurnal Hutan dan Masyarakat, 2(1): 174-187


184

debit. Pada hujan dengan intensitas Perubahan luas penutupan


tinggi, kapasitas infiltrasi akan lahan selama 10 tahun di DAS
terlampaui dengan beda yang cukup Mamasa, yaitu sejak tahun 1996
besar dibandingkan dengan hujan berdasarkan analisis peta Citra
yang kurang intensif. Total debit akan Landsat 1999 dan peta Spot 4 2006
lebih besar pada hujan intensif setelah diinterpolasi, luas hutan
meskipun curah hujan total untuk diketahui 50.191,20 ha yang terdiri
kedua hujan tersebut sama dari areal penggunaan lain 8.096 ha,
besarnya. Namun demikian hujan hutan lindung 26.661 ha dan hutan
dengan intensitas tinggi dapat produksi terbatas 8.897 ha, kebun
menurunkan infiltrasi akibat 6,536 ha, Dan pada tahun 2006, luas
kerusakan struktur permukaan tanah hutan 49.153 ha, telah terjadi
yang ditimbulkan oleh tenaga kinetis perubahan luas hutan dari 50.191 ha
hujan dan debit yang dihasilkan. menjadi 49.153 ha atau telah terjadi
Laju dan volume debit sungai penurunan luas sekitar 1.038 ha.
dipengaruhi oleh penyebaran dan Luas areal semak belukar pada
intensitas curah hujan di DAS tahun 1996 sekitar 258,83 ha dan
Mamasa. Umumnya laju volume luas areal semak belukar pada tahun
terbesar debit terjadi ketika seluruh 2006 seluas 4.706,64 ha, telah
DAS Mamasa turut berperan. Hujan terjadi penambahan luas sekitar
turun merata di seluruh wilayah DAS 4.447,81 ha. Areal kebun tahun 1996
Mamasa. seluas 6.536,22 ha menjadi
Debit sungai dapat berubah- 5.032,42 ha, terjadi pengurangan
ubah tergantung pada dua keadaan, luas areal kebun seluas 1.503,80 ha.
yaitu pertama adanya curah hujan, Sebaliknya terjadi perubahan luas
dan kedua adanya evapotranspirasi. areal sawah tahun 1996 seluas
Debit dapat berubah jika adanya 5.050,39 ha menjadi 5.338,97 ha
presipitasi (curah hujan) dan atau terjadi penambahan luas areal
terjadinya evapotranspirasi dari sawah 288,58 ha.
badan air, tanah, dan tanaman. Debit Areal pertanian lahan kering
sungai tidak pernah konstan namun mengalami perubahan luas yaitu
selalu berubah menurut iklim dan tahun 1996 seluas 29.048,77
keadaan biofisik DAS. Termasuk menjadi 31.619,94 ha pada tahun
sistem penggunaan lahan bagian 2006 atau telah terjadi penambahan
hulu dan jenis penutupan lahan areal seluas 4.517,34 ha.
lainnya. Adanya perubahan luas
penutupan lahan pada masing-
Penutupan Lahan masing type penutup lahan di atas
mempengaruhi fluktuasi debit sungai
Berdasarkan hasil penelitian DAS Mamasa. Berdasarkan hasil
melalui analisis peta citra landsat penelitian menunjukkan bahwa
tahun 1996, 1997, 1998, 1999, 2000, terdapat tiga periode waktu fluktuasi
2001, 2002, 2003, 2004, 2005 dan debit sungai yaitu tahun 1975 -1991,
spot 4 tahun 2006 menunjukkan periode 1991-1999, dan 1999 ±
terjadinya perubahan penutupan 2006. Pada tahun 1975 hingga 1990
lahan di DAS Mamasa.. Dan Tabel 3 debit sungai masih normal yaitu rata-
menunjukkan adanya debit sungai rata 48,63 m3/detik, namun tahun
berfluktuasi menurut perbedaan luas 1991 debit sungai meningkat 115,23
penutupan lahan vegetasi hutan. m3/detik hingga tahun 1999 debit
Debit sungai tinggi pada periode sebesar 102,78 m3/detik.
tahun 1996-2000 dan debit sungai Kemudian debit sungai menurun 35
menurun pada periode tahun 2001- m3/detik pada tahun 2006.
2006. Penurunan luas kawasan hutan
terjadi sebagai akibat adanya

Jurnal Hutan dan Masyarakat, 2(1):174-187


185

perambahan hutan dan perladangan 4. Perlu penelitian lanjutan tentang


berpindah untuk dijadikan lahan kajian faktor lain yang
perkebunan kopi dan coklat, sawah, mempengaruhi debit sungai
pemukiman, serta lahan untuk Mamasa seperti kebijakan dalam
pembangunan daerah Kabupaten rehabilitasi hutan dan lahan agar
Mamasa sebagai daerah kabupaten disesuaikan dengan kondisi iklim
yang baru lahir dan sedang dan tempat tumbuh setempat.
membangun daerahnya. Disamping
pembangunan daerah kabupaten
yang umumnya pengembangan DAFTAR PUSTAKA
daerah terkonsentrasi pada
sepanjang daerah aliran Sungai
Mamasa karena daerah ibukota Arsyad, S., 1979. Pengawetan Tanah
Mamasa terletak pada bagian tengah dan Air. Departemen Ilmu
DAS Mamasa dan pengembangan Tanah, Fakultas Pertanian,
daerah serta pelebaran jalan Insitut Pertanian Bogor.
kabupaten umumnya menggusur
bukit di sepanjang aliran sungai. Asdak, C., 2002. Hidrologi dan
Sehingga sangat rawan terhadap Pengelolaan Daerah Aliran
terjadinya erosi yang mengalir ke Sungai. Gadjah Mada
badan sungai. Adanya sistem University Press.
pengolahan lahan pada daerah hulu Yogyakarta.
DAS yang tidak mengindahkan
kaidah-kaidah konservasi tanah dan Bermanakusumah, R., 1978. Erosi,
air seperti pada daerah hulu Penyebab dan
sebagian petani mengolah tanah Pengendaliannya. Fakultas
tidak disertai dengan tindakan Pertanian Universitas
konservasi lahan menyebabkan Pajajaran, Bandung.
terjadinya erosi dan mengalir ke
Sungai Mamasa. Badan Penelitian dan
Pengembangan Daerah,
KESIMPULAN 2005. Kondisi Eksisting DAM
Bakaru Terhadap
Ketersediaan Energi Listrik di
1. Faktor-faktor yang Sulawesi Selatan. Pemerintah
mempengaruhi debit sungai Provinsi Sulawesi Selatan.
Mamasa adalah faktor curah
hujan dan penutupan lahan. Departemen Kehutanan. 2006.
2. Perubahan luas vegetasi hutan Glossary Pengelolaan
mempengaruhi debit sungai, Daerah Aliran Sungai.
semakin luas vegetasi hutan, Badan Penelitian dan
debit sungai berkurang, dan Pengembangan Kehutanan.
semakin sempit luas vegetasi Balai Penelitian dan
hutan, debit sungai meningkat. Pengembangan Teknologi
3. Dalam pengelolaan Daerah Aliran Pengelolaan DAS Indonesia
Sungai Mamasa agar debit Bagian Timur
sungai tidak banyak mengalami
penurunan sebaiknya perlu Haeruman, H. 1994. Pengelolaan
pengaturan penutupan lahan Daerah Aliran Sungai.
yang ada sekarang dengan jalan Lokakarya Pengelolaan DAS
mengurangi dan menambah luas Terpadu, Cisarua. Bogor.
vegetasi hutan terutama memilih
jenis vegetasi daun lebar seperti Hairiah, K, ;Suprayogo, D, ;Widianto ;
Cempaka, Tumaku, dan Liasa. Berlian ; Suhara,

Jurnal Hutan dan Masyarakat, 2(1): 174-187


186

E.;Mardiastuning, Djumrah, 1978. Aspek


A.;Widodo, H.R,;Prayogo, C. Institusi dalam Pengelolaan
dan S.Rahayu. 2004. Alih Daerah Aliran Sungai.
Guna Lahan Hutan Menjadi Proceeding Pertemuan
Lahan Agroforestry Berbasis Diskusi Pengelolaan Daerah
Kopi. Aliran Sungai, Direktorat
Reboisasi dan Rehabilitasi
Lee, R., 1980. Forest Hidrology. Lahan, Jakarta.
Columbia University Press,
New York/ Guildford, Soerjono, 1978. Modus Pengelolaan
Survey. Daerah Aliran Sungai.
Linsley, Ray K.et.all. 1980. Applied Lembaga Penelitian Hutan
Hydrology. New Delhi: Tata Bogor, Bogot
McGraw Hill Publication.
Co. Soerianegara, I. Dan A. Indrawan.
1978. Pengelolaan
Manan, 1977. Pengaruh Hutan dan Sumberdaya Alam Bagian II.
Manajemen Daerah Aliran FPS-IPB. Bogor.
Sungai. Departemen
Manajemen Hutan Fakultas Sosrodarsono, S., dan Takeda, 1978.
Kehutanan IPB. Bogor. Hidrologi untuk Pengairan.
PT. Pradnya Paramita,
Paembonan, 1978. Kaidah dan Jakarta.
Pengertian Dasar Subarkah, I. 1978. Hidrologi untuk
Manajemen Daerah Aliran Perencanaan Bangunan Air.
Sungai. Proceeding Penerbit Idea Dharma,
Pertemuan Diskusi Bandung.
Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai, Direktorat Reboisasi Soedarma, 1986. Elements of
dan Rehabilitasi Lahan, Watershed Management,
Jakarta. Direktorat Penggunaan
Tanah. Jakarta.
_______, 1980. Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai . Sekolah Stalling, J.H. 1957. Soil and
Pasca Sarjana, Insitut Improvetment. Practice Hall
Pertanian Bogor. Inc. Englawood Cliff. New
York.
_______, 1983. Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai dan Pengaruh Soenarmo, H. 1994. Penginderaan
Hutan. Fakultas Pertanian Jarak Jauh untuk Metodologi
Jurusan Kehutanan, Oceanografi-Geofisika. Diktat
Universitas Hasanuddin, Kuliah Jurusan Geofisika dan
Ujung Pandang. Meteorologi Fakultas
Matematika dan Ilmu
Prasetyo, L.B. 1999. Modul Pengetahuan Alam. Institut
Praktikum Aplikasi Sistem Teknologi Bandung.
Informasi Geografis. Jurusan Bandung.
Konservasi Sumberdaya
Hutan. Fakultas Kehutanan, Seyhan, 1997. Dasar-Dasar
Institut Pertanian Bogor. Hidrologi. Translation
Bogor. Copyright 1990 by Gadjah
Mada University Press P.O.
Soeranggadjiwa, M.H., M.R. Achlil, Box 14, Bulaksumur,
A. Mangundikoro, dan Yogyakarta.

Jurnal Hutan dan Masyarakat, 2(1):174-187


187

Diterima 23 Mei 2007

Asikin Muctar
Fakultas Pertanian Jurusan Kehutanan
Universitas Satria Makassar
Makassar/Indonesia. Alamat Rumah :

Nurdin Abdullah
Laboratorium Konservasi Tanah dan Air,
Fakultas Kehutanan,
Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10, Makassar 90245
Telp./Fax. 0411-585917 Indonesia. Alamat Rumah : Kompleks Perumahan
Dosen Unhas, Blok HP : 0411-512255

Jurnal Hutan dan Masyarakat, 2(1): 174-187

Anda mungkin juga menyukai