Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG

TINGGI GELOMBANG, PASANG SURUT DAN KELANDAIAN

M. ZAM ZANIL A.
NIM.141911233066

TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2020
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
I.1.1 Tinggi Gelombang

Oseanografi terdiri dari dua kata yaitu oceanos yang berarti laut, dan graphos
yang berartikan gambaran atau deskripsi dalam bahasa yunani. Oseanografi dapat
diartikan yaitu suatu gambaran atau deskripsi tentang laut. Dalam bahasa yang
lengkap, oceanografi dapat diartikan sebagai suatu studi dan penjelajahan ilmiah
mengenai laut dan fenomena – fenomenanya. Laut merupakan bagian dari
hidrosfer, hidrosfer sendiri sala satu bagian bumi yang cair. Bagian padat bumi
disebut litosfer dan bagian gas disebut atmosfer. Terdapat juga ilmu yang
mempelajari tentang oseanografi yaitu disebut dengan oseanologi. Oseanologi
merupakan studi ilmiah yang mempelajari semua hal yang berkaitan dengan laut
dan menerapkan ilmu – ilmu pengetahuan seperti kimia, fisika, dan matematika
serta ilmu – ilmu lain yang berkaitan dengan laut. Menurut Ingmanson dan
Wallace (1973), akhiran -grafi mengandung arti suatu proses menggambarkan,
mendeskripsikan, atau melaporkan seperti tersirat dalam kata -Biografi dan
-Geografi. Akhiran -ologi mengandung arti sebagai suatu ilmu (science) atau
cabang pengetahuan (knowlegde). Dengan demikian Oseanologi berarti ilmu atau
studi tentang laut, sedang Oseanografi‖ berati deskripsi tentang lauBeberapa
ensiklopedia menyatakan bahwa oseanologi dan oseanografi merupakan hal yang
sama, tetapi terdapat sumber yang menyatakan terdapat perbedaan mendasar
antara oseanologi dan oseanografi. (Setiawan,2007).

Gelombang laut adalah pergerakan naik dan turunnya air laut dengan arah
tegak lurus permukaan air laut yang membentuk kurva/grafik sinusoidal
(Holthuijsen L.H. 2007). Gelombang laut timbul akibat adanya gaya pembangkit
yang bekerja pada laut. Gelombang yang terjadi di lautan dapat di klasifikasikan
menjadi beberapa macam berdasarkan gaya pembangkitnya, gaya pembangkit
tersebut terutama berasal dari angin, gaya tarik menarik bumi – bulan – matahari
atau yang di sebut dengan gelombang pasang surut dan gempa bumi (Nichols,
C.R., & Williams R.G. 2009).
Kalay dkk (2018) menyatakan bahwa tinggi Gelombang merupakan jarak
antara puncak gelombang dan lembah gelombang.
I.1.2 Pasang Surut
Pasang surut adalah salah satu fenomena alam yang berupa suatu
gerakan naik turunnya air laut secara teratur dan berulang dari partikel
massa air yang terdapat di permukaan air sampai dasar air laut. Pasang
air laut disebabkan oleh gaya tarik menarik bumi dengan benda –
benda langit seperti matahari dan bulan. Pasang surut mempunyai ciri
berbeda – beda setiap tempatnya, dikarenakan dipengaruhi oleh
topografi laut, bentuk teluk, dan juga lebar selat. Pasang surut di
perairan dapat diprediksi karena bersifat periodik, diperlukan suatu
data amplitude dan beda fasa dari komponen pembangkit pasang
surut. (Surinati,2007)

Menurut Wibisono (2005), terdapat tiga tipe dasar pasang surut


yang didasarkan pada periode dan keteraturannya, yaitu sebagai
berikut:

1. Pasang-surut tipe harian tunggal (diurnal type): yaitu dalam


waktu 24 jam terdapat 1 kali pasang dan 1 kali surut.
2. Pasang-surut tipe tengah harian/ harian ganda (semi diurnal
type): yaitu dalam waktu 24 jam terdapat 2 kali pasang dan 2
kali surut.
3. Pasang-surut tipe campuran (mixed tides): yaitu dalam waktu
24 jam terdapat bentuk campuran yang condong ke tipe harian
tunggal atau condong ke tipe harian ganda.
I.1.3 Kelandaian
Kalay dkk. (2014) menyatakan bahwa kemiringan lereng pantai dan distribusi
sedimen merupakan bagian dari geomorfologi pantai dan menjadi indikator
dinamika pantai. Keberadaan kemiringan lereng pantai dan distribusi sedimen
sebagai penutup dasar perairan menggambarkan kestabilan garis pantai.
Kemiringan lereng pantai merupakan faktor penting yang berpengaruh
terhadap perubahan profil pantai, karena keterjalan atau kemiringan lereng pantai
sangat menentukan besarnya pengaruh gelombang (energinya) terhadap
perubahan pantai (Tutupary dan Pieter, 2018)
I.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat memahami dan
mengetahui secara langsung ilmu-ilmu dasar Oseanografi seperti gelombang, pasang
surut dan kelandaian pantai, serta ampu melakukan pengukuran parameter fisik
tersebut.

II. METODE
II.1Metode Tinggi Gelombang
Metode pengambilan data gelombang dengan menggunakan metode
perekaman pencatat gelombang atau recording waverider (Emery & Thomson, 1998).
Pengukuran gelombang dilakukan dengan menggunakan Sontek Argonaut XR yang
menggunakan prinsip Acoustic Doppler Current Profiler with a vertical pointing
transducer and pressure, dalam merekam data gelombang. Pengambilan data
gelombang dilakukan selama 3 x 24 jam dengan interval waktu perakaman data setiap
10 menit. Data yang diperoleh meliputi tinggi dan periode gelombang (Sugianto,
2009).
II.2Metode Pasang Surut
Metode yang digunakan untuk mengukur pasang surut yaitu dengan Tide Pole
yang merupakan alat pengukur pasut yang paling sederhana yang berupa papan
dengan tebal 1 – 2 inci dan lebar 4 – 5 inci. Sedangkan panjangnya harus lebih dari
tunggang pasut. Dimana pemasangan tide pole ini haruslah pada kondisi muka air
terendah (lowest water) skala nolnya masih terendam air, dan saat pasang tertinggi
skala terbesar haruslah masih terlihat dari muka air tertinggi (highest water). Dengan
demikian maka tinggi rendahnya muka air laut dapat kita ketahui dengan melihat
menggunakan teropong atau melakukan pengamatan secara langsung mendekati
pelem pasut tersebut, kita dapat mengetahui pola pasang surut pada suatu daerah pada
waktu tertentu. Lokasi pemasangan palem pasut harus berada pada lokasi yang aman
dan mudah terlihat dengan jelas, tidak bergerak-gerak akibat gelombang atau arus
laut. Tempat tersebut tidak pernah kering pada saat kedudukan air yang paling surut
(Sugianto, 2009).
II.3Metode Kelandaian Pantai
Metode yang digunakan untuk pengukuran kemiringan pantai adalah metode
Blong, sedangkan metode penentuan titik sampling menggunakan metode sampling
purposif (Cahyanto, dkk. 2014).
Grafik Pasang Surut 1
70 65
60
60

50 III. HASIL DAN


Ketinggian Air Laut (cm)

40
40 37 PEMBAHSAN
30 III.1 Hasil
30 25 III.1.1 Tinggi Gelombang
20 21
2015
No Air Terendah Air Tertinggi Tinggi Gelombanng
10 1 112 cm 136 cm 24 cm
2 70 cm 87 cm 17 cm
0
Pukul Pukul3 100 cmPukul Pukul
Pukul Pukul 121 cm Pukul Pukul
Pukul 21 cm
07.00 08.004 09.00
60 cm 10.00 11.00 12.00 75 cm 14.00 15.00
13.00 15 cm
5 40 cm 57 cm 17 cm
6 100 cm 120 cm 20 cm
7 89 cm 92 cm 3 cm
8 96 cm 110 cm 14 cm
9 109 cm 120 cm 11 cm
10 31 cm 40 cm 9 cm

III.1.2 Pasang Surut


No Waktu Ketinggian Air Laut (cm)

1 07.00 15 75 30
2 08.00 25 50 45
3 09.00 37 60 60
4 10.00 65 40 70
5 11.00 60 25 65
6 12.00 40 20 50
7 13.00 30 25 35
8 14.00 20 10 26
9 15.00 21 20 10
Grafik PasangGrafik
SurutPasang
2 Surut 3
8075 80
70
70 70 65
60 60
60 60
Ketinggian Air Laut (cm)

Ketinggian Air Laut (cm)


50 50
50 50 45
40
40 40 35
30
30 30 25 25 26
20 20
20 20
10 10
10 10

0 0
Pukul Pukul Pukul
Pukul Pukul
Pukul Pukul
Pukul Pukul
Pukul Pukul
Pukul Pukul
Pukul Pukul
Pukul Pukul Pukul
07.00 08.00 07.00
09.00 08.00
10.00 09.00
11.00 10.00
12.00 11.00
13.00 12.00
14.00 13.00
15.00 14.00 15.00
III.1.3 Kelandaian Pantai
No Jarak Darat ke Air Kedalaman Air Kelandaian Pantai
1 110 cm 15 cm 8ᴼ
2 210 cm 37 cm 10ᴼ
3 140 cm 17 cm 7ᴼ
4 160 cm 40 cm 15ᴼ
5 110 cm 25 cm 13ᴼ
6 125 cm 47 cm 22ᴼ
7 135 cm 25 cm 11ᴼ
8 122 cm 34 cm 16ᴼ
9 210 cm 45 cm 12ᴼ
10 240 cm 30 cm 7ᴼ

III.2 Pembahasan
III.2.1 Tinggi Gelombang
Berdasarkan data tinggi gelombang yang telah didapatkan, puncak tinggi
gelombang terjadi pada nomor 3 yaitu 26 cm, kemudian didapatkan tinggi
gelombang 24 cm pada nomor 2. Terjadi kesamaan tinggi gelombang pada nomor
6 dan nomor 8 yaitu dengan tinggi gelombang 20 cm. Pada nomor 5 memiliki
tinggi 17 cm, nomor 4 memiliki ketinggian gelombang sebesar 9 cm. Kemudian
gelombang terendah diperoleh dari nomor 2,9, dan 10. Rata – rata dari tinggi
gelombang adalah 13,7 cm.
Pada seluruh hasil mengukur tinggi gelombang terdapat perbedaan yang
terjadi pada tinggi gelombang, hal ini disebabkan karena terjadi beberapa faktor
yang memengaruhi tinggi gelombang salah satunya yaitu angin, Tinggi dan gerak
gelombang dibangkitkan oleh angin. Selain itu perbedaan kedangkalan suatu
perairan juga memengaruhi tinggi gelombang dan dapat terjadinya refraksi.
Refraksi dapat terjadi di perairan dangkal karena pada laut dalam gelombang tidak
mengalami gesekan dengan dasar laut. (Thirtasari dkk.,2015).
III.2.2 Pasang Surut
Dari hasil yang didapat, terlihat bahwa adanya perbedaan dari ketiga grafik
tersebut. Menurut Effendi dkk. (2017), perbedaan nilai elevasi pasang surut ini
disebabkan oleh faktor astronomis gaya tarik matahari, bumi dan bulan yang
berubah secara periodik.
Menurut Ayunarita dkk. (2017), faktor yang menyebabkan terjadinya pasang
surut berdasarkan teori kesetimbangan adalah rotasi bumi pada sumbunya,
revolusi bulan terhadap matahari dan revolusi bumi terhadap matahari. Sedangkan
berdasarkan teori dinamis adalah kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi
bumi dan gesekan dasar. Selain itu juga terdapat beberapa faktor lokal yang dapat
mempengaruhi pasang surut di suatu perairan seperti topografi dasar laut, lebar
selat dan bentuk teluk.
III.2.3 Kelandaian Pantai
Berdasarkan hasil perhitungan kelandaian pantai dapat dilihat banyak pantai –
pantai yang memiliki kemiringan yang masih sedikit landai, hanya terdapat satu
dari sepuluh pantai yang menunjukan kecuraman diatas 20 derajat. hal ini seseuai
dengan pernyataan Cahyono dkk (2014) yang menyatakan bahwa kelerengan
pantai normal antara antara 0,01 (0,5°) hingga 0,2 (11°) yang termasuk pantai
landai, dan ≥ 0,5 (26° ) yang termasuk pada pantai curam Kelandaian pantai dapat
disebabkan oleh morfologi daratan dan pengaruh pembentukan pantai oleh
gelombang.

IV. PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat pada praktikum ini adalah Oseanografi merupakan ilmu
yang mempelajari tentang lautan, salah satu yang dipelajari yaitu tentang parameter
fisika, parameter fisika pada setiap pantai berbeda yaitu ada Ketinggian gelombang,
pasang surut, dan kelandaian pantai. Tingginya gelombang disebabkan oleh faktor
angin, arus laut dan aktivitas lempeng bumi sedangkan pasang surut ini terjadi karena
dipengaruhi oleh topografi dasar laut dan Kelandaian pantai ini memiliki pengaruh
terhadap intensitas cahaya yang masuk ke dalam air, semakin dalam kelandaian maka
akan semakin intensitas cahaya yang menembus perairan tersebut.
IV.2 Saran
Pada praktikum oceanografi ini diharapkan Praktikan dapat terlebih dahulu
memahami tentang aspek fisika yaitu tinggi gelombang, pasang surut, dan kelandaian
agar praktikan tidak mendapat suatu kesulitan dalam menjalankan praktikum dan
membuat penulisan laporan.
DAFTAR PUSTAKA

Ayunarita, S., Elizal, E., & Ghalib, M. 2017. The Study of Current Pattern, Tides and Waves
on the Beaches Village Pangke Villagers Meral Karimun District Riau Archipelago
Province (Doctoral dissertation, Riau University).

Cahyanto, N. P., H. Setiyono, dan E. Indrayanti. 2014. Studi Profil Pantai di Pulau Parang
Kepulauan Karimunjawa Jepara. JURNAL OSEANOGRAFI 3(2): 161-166.

Dronkers, J. J., 1964. Tidal Computations in rivers and coastal waters. NorthHolland
Publishing Company, Amsterdam.

Effendi, R., Handoyo, G., & Setiyono, H. (2017). Peramalan Pasang Surut Di Sekitar
Perairan Tempat Pelelangan Ikan (Tpi) Banyutowo, Kabupaten Pati, Jawa
Tengah. Journal of Oceanography, 6(1), 221-227.

Holthuijsen L.H. (2007). Waves in Oceanic and Coastal Waters. New York: Cambridge
University press.

Kalay, D. E. 2008. Perubahan Garis Pantai Sepanjang Pantai Teluk Indramayu. Tesis. Institut
Pertanian Bogor.

Kalay, D. E., Wattimury, J. J., & Manilet, K. (2014). Kemiringan Pantai dan Distribusi
Sedimen Pantai Di Pesisir Utara Pulau Ambon. Jurnal Triton, 10(2), 91-103.

Kalay, D. E., Lopulissa, V. F., & Noya, Y. A. (2018). Analisis Kemiringan Lereng Pantai dan
Distribusi Sedimen Pantai Perairan Negeri Waai Kecamatan Salahutu Provinsi
Maluku. TRITON: Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan, 14(1), 10-18.

Nichols, C.R., & Williams R.G. (2009).Encyclopedia of Marine Science. New York: Fact on
File Inc.

Pariwono, J.I., 1989. Gaya Penggerak Pasang Suru,. Dalam Pasang Surut, P3O-LIPI, Jakarta.

Setiawan, A. 2007. Pengenalan Data Oseanografi. Jurnal Hidrosfir. Volume 2(2) : 85 – 91.
Sugianto, D. N. 2009. Kajian Kondisi Hidrodinamika (Pasang Surut, Arus, Dan Gelombang)
Di Perairan Grati Pasuruan, Jawa Timur. Jurnal Ilmu Kelautan 14(2): 66-75.

Taryono, T., Sofian, I., & Alam, T. M. (2016). Analisis Panjang dan Tinggi Gelombang
untuk Operasi KRI TNI-AL di Perairan Indonesia. Jurnal Chart Datum, 2(1), 79-
94.
Thirtasari, R. D., Azis R., dan Warsito A. 2015. Dinaika Transformasi Gelombang
Menggunakan Model CMS-Wave (Coastal Modelling System-Wave) Di Pantai
Boom, Tuban. Jurnal Oseanografi. Volume 4. Nomor 1 : 195 – 205.

Tutupary, O. F. W., & Pieter, M. P. (2018). KONDISI MORFOFINAMIKA PANTAI PULAU


KUMO KABUPATEN HALMAHERA UTARA. Jurnal UNIERA, 7(1).
Nama : M. Zam Zanil A.
NIM : 141911233066
Kelas :C
PRETES PRAKTIKUM OCEANOGRAFI
A
1. Jelaskan cara kerja dalam pengukuran kelandaian pantai?
Kelandaian diukur pada jarak tertentu dari air laut (pantai) ke daratan yaitu
pada titik 3 meter, 5 meter, 8 meter dan 10 meter. Pada masing-masing titik itulah
tanah digali hingga keluar airnya dan dicatat kedalamannya. Setelah itu kelandairan
dihitung dengan persamaan berikut ini:
Derajat kemiringan (kelandaian) : sin α = kedalaman/jarak darat ke air
2. Pantai yang curam adalah?
Kemiringan lereng pantai dinyatakan dalam satuan derajat (°) dan persen (%).
Menghitung derajat kemiringan, menggunakan formula:
tan β = y/x β = tan-1 (y/x)
sedangkan menghitung presentase kemiringan lereng, menggunakan formula:
presentase kemiringan (S) = (y/x) x 100%
Dimana:
S = Kemiringan lereng pantai (%)
y = Jarak vertikal bidang pantai
x = bidang datar atau lebar pantai (yang diukur dari tebing pantai ke arah laut)
Kelas kemiringan lereng didasarkan pada kriteria Zuidam (1985) dalam Purnomo
(2012):
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pantai yang curam adalah
pantai dengan kemiringan lereng mencapai 9°-25° atau 21-55%.
3. Bagaimana cara kerja pengukuran tinggi gelombang?
Pengukuran tinggi gelombang dilakukan dengan mengamati puncak dan
lembah, perhitungan periode gelombang dilakukan dengan menghitung waktu
gerakan gelombang melewati titik tertentu.
Gelombang dianalisis merupakan gelombang representatif yaitu gelombang
yang dapat mewakili suatu spektrum. Tinggi gelombang yang digunakan yaitu tinggi
gelombang signifikan Hs yaitu tinggi rerata dari 33% nilai tertinggi dari pencatatan
gelombang.
Tinggi gelombang dihitung menggunakan formula (Triatmodjo, 1999):
H (m) = 2a
Dimana: a = Amplitudo gelombang
4. Pada saat angin kencang tinggi gelombang.......
Semakin panjang fetch (area pada lautan terbuka dimana diatasnya angin
berhembus dengan arah dan kecepatan yang tetap sehingga menimbulkan
gelombang.), maka akan terbentuk gelombang laut dengan periode yang panjang dan
ketika mengalami refraksi/ pembelokan gelombang ke arah pantai, maka gelombang
lebih tinggi dan lebih panjang dengan velositas lebih besar.
Angin merupakan salah satu pembangkit utama gelombang. Nontji (2007)
menyatakan bahwa besarnya gelombang salah satunya ditentukan oleh kuatnya
hembusan atau kecepatan angin.

Anda mungkin juga menyukai