Anda di halaman 1dari 9

ALAT PENGAMBILAN SAMPEL SEDIMEN DASAR LAUT

Secara umum sedimen batuan yang sering kita amati biasanya terletak di atas
lapisan bumi yang disebut lithosfera. Pada bagian atas/permukaan dari lapisan
ini (biasanya disebut sebagai kerak bumi) tersusun dari unsur-unsur pokok Si
dan Al yang bersifat ganitik. Makin ke dalam, akan berubah susunannya
menjadi Si dan Mg (atau disingkat sebagai SiMa) yang bersifat basaltic.
Lithosfera ini biasa disebut sebagai mantel luar bumi.
Secara geologis bila sedimen berada dekat dengan pinggir kontinen (Continental
margin) dikatakan bahwa sediment tersebut terletak di atas lempeng kontinen
(Continental Crust). Namun bila berada jauh dari lempeng kontinen, biasanya
terletak di atas lempeng samudra (Oceanic Crust).
Bayangkan samudera atau laut yang kering tanpa air. Seperti apakah permukaan
dasar laut? Apakah akan kita jumpai rangkaian gunung dan lembah seperti di
kontinen? Berapa tua usia batuan dan sedimen di dasar samudera?
Para ahli geologi di awal abad ke-19 berspekulasi bahwa dasar samudera
berbentuk datar dan ditutupi oleh endapans lumpur yang tebal. Selama berabad-
abad lamanya, mereka juga menyangka bahwa batuan tertua di bumi terletak di
dasar samudera. Mereka percaya bahwa cekungan samudera telah terbentuk
semenjak awal sejarah bumi dan sepanjang waktu secara perlahan dan kontinyu
terisi oleh sedimen dari kontinen.
Data-data yang diperoleh semenjak tahun 1930-an telah memungkinkan para
geologiawan untuk melihat dasar samudera yang relatif muda dan dinamis,
dengan pegunungan, lembah, dan bentuk-bentuk topografi lainnya serupa
dengan yang dijumpai di darat. Dasar samudera tidak lebih tua dari 200 tahun
suatu bagian kulit bumi yang berusia muda dibandingkan dengan kontinen
yang mengandung batuan yang berusia hampir 20 kali lipat.

A.Cakupan Geologi Marin


Para peneliti geologi marin mengkompilasi data topografi atau bentuk dasar
samudera, distribusi dan jenis sedimennya, komposisi dan struktur batuan
dibawahnya, dan proses geologi yang telah bekerja selam sejarah dasar laut.
Mempergunakan informasi tersebut, mereka menilai sumberdaya mineral dasar
laut, memprediksi lokasi bencana alam, menginvestigasi proses geologi marin,
dan, dalam istilah yang lebih estetik, menambah pemahaman ilmiah kita
terhadap bumi
Dalam sedimentologi tidak hanya berkaitan dengan masalah dinamika angkutan
sedimen di dalam aliran, tetapi juga masalah mineral sedimen.
Beberapa penelitian telah berhasil dilakukan dalam kaitannya dengan angkutan
sedimen. Penelitian tersebut dilakukan terhadap pengukuran laju angkutan
sedimen suspensi aliran sungai, , pendugaan laju erosi daerah aliran sungai,
pendugaan laju sedimen reservoir bendungan, penentuan lokasi rembesan di
dasar reservoir bendungan, penentuan lokasi buangan pada pengerukan sedimen
di pelabuhan yang telah mengalami pendangkalan , penentuan lokasi buangan
pada rencana pengerukan sedimen untuk pembangunan pelabuhan, dan juga
pengambilan sampel sedimen dasar laut.
Ketentuan pelaksanaan dalam pengambilan sampel dasar laut dapat dilakukan
dengan prosedur sebagai berikut :
Mengukur dan mencatat posisi pengambilan sampel dasar laut
Mengamati sampel dasar laut (tekstur) dan penyebarannya di daerah survei.

B. Metode dan Peralatan Secara Umum


Hampir semua peralatan dan metode yang dipergunakan dalam studi dasar
samudera ditemukan dan dikembangkan dalam paruh abad terakhir ini.
Sehingga bisa dikatakan geologi marin adalah ilmu yang relatif muda dengan
banyak hal yang masih belum tereksplorasi. Karena penelitian terhadap dasar
laut secara langsung sangat sulit dan menghabiskan banyak waktu, hampir
semua penelitian laut membutuhkan kapal dan instrumen oseanografi yang
canggih.
Metode pengambilan sampel sedimen dasar laut yang tercepat dan termudah
adalah coring.Coring adalah teknik yang digunakan untuk membawa sedimen
dari dasar laut ke pemukaan untuk di analisis Coring dilakukan dari atas kapal
dan menggunakan pipa metal panjang yang diberi beban diatasnya. Pipa
tersebut dikaitkan pada kabel panjang yang multiguna dan bekerja sesuai prinsip
jatuh bebas (sehingga disebut dengan gravity corer) ke dalam sedimen lunak
(unconsolidated) di dasar laut. Data dari sampel core menyediakan banyak
informasi tentang sejarah resen geologi bumi sebagai contoh, perbandingan
relatif saat erupsi volkanik dan periode glasiasi. Lapisan yang tidak teratur
(highly disturbed) dapat mendokumentasi peristiwa katastropis longsoran
bawahlaut yang ditimbulkan oleh gempabumi. Metode pengambilan sampel
batuan dasarlaut lainnya adalah dredging dan grab sampling. Batuan dasar yang
keras (hard bedrock) disampling dengan dredge yang diseret di sepanjang
dasarlaut. Grab sampling dipergunakan untuk mengambil sampel permukaan
secara cepat dan efektif.

1.Grab Sampling
Grab sampling adalah proses yang simpel dalam mengangkat sedimen
permukaan dari dasar laut.Dalam Grab Sampling alat-alat yang digunakan
adalah grab sampler dan core sampler.
Sampel sedimen yang diperoleh dibedakan jenisnya, kemudian diberlakukan
sesuai hasil yang ingin dicapai.Misalnya, untuk mengetahui besar butir sedimen.
Untuk mengukur diameter kerakal dan kerikil bisa dilakukan secara langsung
dengan alat Bantu vernier calipers. Pengukuran langsung ditujukan untuk
mengetahui panjang, lebar, dan tebal setiap partikel. Masing-masing dimensi
tersebut kemudian dijumlahkan untuk kemudian dibagi dengan bilangan 3 untuk
mendapatkan diameter rata-rata setiap partikel.Cara pengukuran seperti itu
dilakukan untuk setiap kelompok (dibuat 3-4 Kelompok) yang terdiri @100
partikel.
Untuk mendapatkan jenis-jenis partikel sediment yang lebih kecil, dapat
dilakukan dengan cara ayakan bertingkat menggunakan mata ayakan (meshes)
yang sesuai, sedangkan lamanya waktu mengayak bila menggunakan alat
mekanis bias 10 menit atau lebih tergantung dari kondisi sedimen. Jumlah
sedimen yang akan di ayak khususnya yang sebagian besar terdiri dari pasir
diperlukan sekitar 100 gam. Bila melebihi 100 gram bias menyebabkan over
loading sehingga bias berakibat timbulnya sumbatan sebagian atau seluruhnya
dari lubang mesh. Oleh karena itu, ayakan perlu dicuci bersih lebih dulu
sebelum melakukan pengayakan terhadap sampel baru.
Pengayakan dapat dilakukan dengan dua cara, yakni pengayakan cara basah
(wet sieving) dan pengayakan cara kering (dry sieving).Pengayakan cara kering
lebih disukai walaupun ada beberapa kendala. Cara ini lebih tepat untuk jenis
sedimen yang tidak membentuk agregat atau yang sering disebut sebagai
unconsolidated sediment atau sebagian peneliti ada pula yang menyebut sebagai
noncohesive sediment, walaupun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa
kebanyakan sedimen merupakan campuran antara gravel, pasir, dan partikel
yang lebih halus.
Pengayakan cara basah yaitu partikel yang lebih halus (lanau atau lempung)
sebanyak 20 gram dimasukkan ke dalam gelas ukur volum 1000 ml, kemudian
dituang aquades sebanyak 1 liter yang telah diberikan dispersant (33 gr sodium
hexametafosfat dan 7 gr sodium karbonat). Partikel tersuspensi kemudian
diaduk dengan pengaduk (stirrer) dimulai dari dasar gelas ukur ke arah atas
sehingga seluruh partikel mengumpul membentuk tiang yang berputar-putar dan
digunakan pengukur stopwatch. Pengambilan sampel suspensi menggunakan
pipet dan kemudian dimasukkan ke dalam tabung Beaker da dikeringkan dalam
oven berventikulasi pada suhu 100C selama 24 jam, lalu didinginkan dalam
sebuah desikator, terakhir penimbangan dengan batas ketelitian 0,001 gr.
1.Grab Sampler
Pengambilan contoh (sampel) sedimen dasar laut biasa dilakukan dengan alat
yang dinamakan Grab sampler. Pengambilan dengan grab ini biasanya ditujukan
untuk keperluan seperti analisa besar butir, analisa organisme bentos, dan
analisa kimia sedimen terutama pada lapisan atas dari sedimen sampai beberapa
cm kedalaman.Beberapa jenis diantaranya dan perkembangannya dari waktu ke
waktu yaitu sebagai berikut :

a. Bottom Sediment Grab Sampler


Alat ini berguna untuk mengambil contoh (sampel) yang tepat dari sebuah
konstruksi/bentuk sedimen dasar. Bagian dalam dari sampler (alat pengambil
sampel sedimen dasar) harus masuk cukup dalam pada semua kedalaman
sampel. Mekanisme tutupan yaitu sama sekali wajib tutup dan pegangan sampel
mencegah sebaik mungkin pengeluaran selama pencarian. Demikian juga,
selama sampler bagus harus berbentuk untuk mempekecil gangguan sedimen
paling atas oleh tekanan gelombang sebagai sesuatu yang menurunkannya ke
dasar.
Wilco Ekman, Ponar dan Van Veen sampler bertemu untuk keperluan ini dan
sampler yang istimewa untuk danau dan lambat bergerak dan melambai-lambai.
BM-60 dan BM-54 adalah bentuk hidrodimika pada posisinya mempertahankan
dalam perpindahan aliran sungai yang sangat cepat.

b. Benthic Sediment Bottom Sampler

Ekman Bottom Grab Sampler

Ekman Bottom Grab Sampler adalah bentuk dari pengambilan contoh (sampel)
dalam dasar danau yang lunak dan sungai tersusun dari kotoran, lanau, dan
tanah gemuk yang dipakai bahan bakar (peat) halus. Sebagai alat pengambil
sampel sedimen yang ditenggelamkan, dua tutup atas di buka dengan putaran
yang tinggi membiarkan air lewat dan tutup pada pencarian dengan mencegah
sampel hanyut. Ketika alat pengambil sampel sedimen tersentuh dasar, sebuah
kurir mengirim selama perjalanan turun sumber saling dilengkapi yang diisi
dengan gayung. Setiap alat pengambil sampel sedimen adalah terdiri dari 316
baja tak berkarat yang memasukkan pegas, kabel, dan pengancing. Juga tersedia
yaitu 5 ft dan 10 ft perpanjangan pegangan alat pengambil sampel sedimen
eksplorasi pada air yang dangkal sebagai pengganti sebuah kabel dan kurir. Alat
pengambil sampel juga tersedia seperti baru dimana memasukkan 300 gm kurir
tak bernoda, kabel 100 ft dan membawa tempat (perintah terpisah).

Ponar Type Grab Sampler

Wildco Ponar Type Grab Sampler adalah alat pengambil sampel sedimen yang
biasa dipakai karena sangat serba guna untuk semua tipe dari dasar yang keras
seperti pasir, batu kerikil dan lumpur. Dapat juga digunakan dalam aliran,
danau, kolam air, dan lautan. Modifikasi tipe Van Veen ini sendiri, perjalanan
alat pengambil sampel sedimen memiliki keistimewaan pusat jepitan yang
tinggi yang biasanya mencegah kehilangan sampel dari samping.Pada puncak
adalah penutup air yang mengalir melalui selama pengendalian penenggelaman
dan kurang gangguan dengan sampel. Alat ini dibuat dari baja yang tidak
bekarat dengan lengan-lengan seng yang berlapis baja dan berat.
Alat pengambil sampel model Ponar terdapat dalam beberapa ukuran dengan
model kecil (1/8 lapisan bersih) dengan mudah digunakan dari sebuah perahu
kecil dengan kabel nilon. Model kaliber berat (1/4 lapisan bersih) harus
menggunakan sebuah pengukuran dalam air dengan gema suara (saunding
reel).

Van Veen Grab Sampler

Van Veen Grab Sampler adalah sebuah alat pengambil sampel bentuk kecil
yang mengambil sampel pada dasar lunak. Memiliki lengan-lengan pengangkat
yang panjang dan potongan tepi jelas pada dasar dari gayung-gayung,
memungkinkan alat untuk memotong mendalam menjadi dasar yang lunak. Van
Veen Grab Sampler adalah mesin dalam dua ukuran dari baja tak berkarat.
Jepitan berat, rangkaian suppension, dan pintu-pintu dan sekat membiarkan arus
lewat selama penurunan (penggelaman) ke dasar dan pasti turunnya vertical
dimana di dalam air yang kuat arus ada. Secara relative area permukaan yang
besar dan mekanisme penutupan yang kuat memberikan potongan untuk
menggali sedimen secara relative tidak terganggu. Ketik kabel listrik membuat
tegang lambat, rangkaian dempet pada puncak, pelepasan menggunakan
ketegangan besar pada lengan-lengan panjang memberikan melebihi potongan-
potongan , sebab mereka untuk mengangkat, lobang sangat dalam dalam
sedimen, dan perangkap material seperti mereka tutup rapat sekali. Baja tak
berkarat, 583 mikron, sekat-sekat pintu mempunyai penutup puing yang lunak
yang mana selama menurunkan adalah pengangkat. Ketika grab menetapkan
dasar, penutup kembali dan tutup sekat sama sekali mencegah sedimen lolos
selama pencaian.

Wash Stand

Wash stand ini adalah bentuk untuk penggunaan dengan Eckman, Ponar, Van
Veen sampler yang mana dapat menjadi penyerang puncak dari jeriji palang
yang berdiri yang pencucian sampel melalui 30 lubang Aplikasi teknik nuklir
dalam sedimentologi telah berkembang melalui penelitian dengan menggunakan
perunut dan sumber radioaktif serta pemakaian instrumen nuklir.

2.Core Sampler
Untuk mengetahui beberapa lapisan sedimen pada kedalaman beberapa meter
biasanya digunakan alat Core Sampler berbentuk tabung yang diluncurkan dari
atas kapal, kemudian dilakukan analisa atau diskripsi atas drill cuttings yang
didapat.

Pengerukan (dredging)

Pada tahun 1963, National Science Foundation memulai penelitian berskala


internasional yang menyelidiki dasar laut, disebut Deep Sea Drilling Project
(DSDP). Dengan menggunakan teknologi khusus yang dikembangkan oleh
industri perminyakan, kapal DSDP mengebor dan mengambil banyak core dari
dasar samudera, beberapa dengan panjang hingga kilometer. Di tempat-tempat
tertentu di dunia, beberapa batuan sedimen tertua pada dasar samudera mencatat
sedimentasi yang terus-menerus selama lebih dari 180 juta tahun. Batuan
tersebut umumnya disusun oleh kerangka plankton berukuran mikroskopis dan
partikel berukuran lempung. Jika ingin mengetahui sejarah bumi dengan lebih
baik, adalah penting untuk melihat sedimen di dasarlaut dimana rekaman
pengendapannya lebih lengkap dibandingkan sedimen di lingkungan darat.
Informasi tentang klimat masalampau bumi, pola arus samudera, dan variasi
volkanisme di masa lampau dapat dijumpai pada batuan dasarlaut tersebut.Pipa
core yang sangat panjang dari DSDP mampu mengambil kolom sedimen dan
batuan secara utuh hingga panjang lebih 1 kilometer.

a. Kapal Keruk Sederhana

Bucket dredger

Bucket dredger adalah jenis tertua dari suatu kapal keruk. Biasanya dilengkapi
dengan beberapa alat seperti timba / bucket yang bergerak secara simultan untuk
mengangkat sedimen dari dasar air. Varian dari Bucket dredger ini adalah
Bucket Wheel Dredger.
Beberapa Bucket dredger dan Grab dredger cukup kuat untuk mengeruk dan
mengangkat karang agar dapat membuat alur pelayar

b.Kapal Keruk Modern

Kapal Keruk Berisi udara (Pneumatic Dredger)

Kapal Keruk atau dalam bahasa Inggris sering disebut dredger merupakan kapal
yang memiliki peralatan khusus untuk melakukan pengerukan. Kapal ini dibuat
untuk memenuhi kebutuhan, baik dari suatu pelabuhan, alur pelayaran, ataupun
industri lepas pantai, agar dapat bekerja sebagaimana halnya alat-alat levelling
yang ada di darat seperti excavator dan Buldoser.

Ada beberapa jenis kapal keruk diantaranya adalah:

Sebuah TSHD membuang material dari hopper, jenis pembuangan ini disebut
rainbowing, digunakan untuk melakukan reklamasi

Kapal keruk penghisap / Suction dredgers

Beroperasi dengan menghisap material melalui pipa panjang seperti vacuum


cleaner. Jenis ini terdiri dari beberapa tipe.
a.Sebuah trailing suction hopper dredger atau TSHD
menyeret pipa penghisap ketika bekerja, dan mengisi material yang diisap
tersebut ke satu atau beberapa penampung (hopper) di dalam kapal. Ketika
penampung suda penuh, TSHD akan berlayar ke lokasi pembuangan dan
membuang Trailing suction hopper dredgermaterial tersebut melalui pintu yang
ada di bawah kapal atau dapat pula memompa material tersebut ke luar kapal.
TSHD terbesar di dunia adalah milik perusahaan Belgia yaitu Jan De Nul
TSHD. Vasco Da Gama (33.000 m3 penampung, 37,060 kW total tenaga yang
ada) dan perusahaan BelandaBoskalis TSHD. W.D. Fairway (35.000 m3
penampung).Pengerukan Indonesia memiliki pula kapal keruk jenis ini seperti
TSHD. Halmahera dan TSHD. Irian Jaya. Digunakan untuk melakukan
maintenance dredging di pelabuhan-pelabuhan seluruh Indonesia.Cutter-suction
dredger
b. Cutter-suction dredger
Di sebuah cutter-suction dredger atau CSD, tabung penghisap memiliki kepala
pemotong di pintu masuk penghisap. Pemotong dapat pula digunakan untuk
material keras seperti kerikil atau batu. Material yang dikeruk biasanya diisap
oleh pompa pengisap sentrifugal dan dikeluarkan melalui pipa atau ke tongkang.
CSD dengan pemotong yang lebih kuat telah dibangun beberapa tahun terakhir,
digunakan untuk memotong batu tapi peledakan. CSD memiliki dua buah spud
can di bagian belakang serta dua jangkar di bagian depan kiri dan kanan. Spud
can berguna sebagai poros bergerak CSD, dua jangkar untuk menarik ke kiri
dan kanan.
Dua CSD terbesar di dunia adalah CSD milik Dredging International CSD
D'Artagnan (28.200 kW) dan Jan De Nul CSD J.F.J. DeNul (27.240 kW).
c. Auger suction dredger
Ini seperti pemotong kapal keruk penghisap, tetapi alat pemotong yaitu
Archimedean screw yang berputar pada pipa penghisap.
d. Jet-lift dredger
Ini menggunakan venturi effect dari sebuah aliran air pekat berkecepatan tinggi
untuk menarik air yang dekat, bersama-sama dengan material dasar, dalam
sebuah pipa.
e. Air-lift dredger
Sebuah Airlift (alat pengerukan) adalah sebuah tipe kapal keruk penghisap yang
kecil. Alat ini kadang-kadang digunakan seperti kapal keruk lainnya.. Pada
waktu lain sering sebuah airlift digunakan handheld di dalam air oleh
pengemudi. Alat ini berkerja serangan udara dalam pipa, dan tarikan ai dengan
alat tersebut.
f. Grab dredger
Sebuah Grab dredger mengangkat material dasar laut dengan sebuah grab
berbentuk kulit kerang (clamshell grab), dimana bergantung pada sebuah papan
derek, atau dibawa oleh lengan hidraulik, atau mlut seperti atas sebuah dragline.
Tehnik ini sring digunakan dalam penggalian Lumpur teluk (bay mud).

Backhoe/dipper dredge

Backhoe/dipper dredger memiliki sebuah backhoe seperti excavator. Backhoe


dredger dapat pula menggunakan excavator untuk darat, diletakkan di atas
tongkang. Biasanya backhoe dredger ini memiliki tiga buah spudcan, yaitu tiang
yang berguna sebagai pengganti jangkar agar kapal tidak bergerak, dan pada
backhoe dredger yang high-tech, hanya memerlukan satu orang untuk
mengoperasikannya.
Dua backhoe dredger terbesar di dunia adalah milik dari Bean L.L.C. yaitu
TAURACAVOR dan milik dari Great Lakes Dredge & Dock Co. yaitu NEW
YORK. Keduanya dilengkapi dengan Excavator Liebher

Water injection dredger

Water injection dredger menembakkan air di dalam sebuah jet kecil bertekanan
rendah (tekanan rendah karena material seharusnya tidak bertebaran
kemanapun, karena harus secara hati-hati agar material dapat dipindah) ke
sedimen di dasar air
agar air dapat mengikat sedimen sehingga melayang di air, selanjutnya di
dorong oleh arus dan gaya berat keluar dari lokasi pengerukan. Biasanya
digunakan untuk maintenance dredging di pelabuhan. Beberapa pihak
menyatakan bahwa WID adalah bukan pengerukan sementara pihak lain
menyatakan sebaliknya.
Hal ini terjadi karena pengukuran yang seksama harus dibuat untuk mengukur
kedalaman air, sedangkan beberapa alat ukur untuk itu (seperti singlebeam
echosounder) kesulitan untuk mendapat hasil yang akurat dan harus
menggunakan alat ukur yang lebih mahal (multibeam echosounder) untuk
mendapat hasil ukuran yang lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai