Dosen Pengampu:
Andik Dwi Muttaqin, M. T
M. Yunan Fahmi, S. T, M. T
Oleh Kelompok:
Dhea Amanda
Diana Yunita W
Hilala Tri Almasah
Kamelia Rosa
M. Fahmi Mubarok
M. Helga Fairuz A
M. Zain Al Arif
Oktavia Nur Hidayah
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat dan nikmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas laporan ini tepat pada waktunya. Laporan ini disusun dalam
rangka memenuhi tugas akhir dalam mata kuliah Survei Hidro-oseanografi.
Laporan ini dapat tersusun dengan baik dan lancar atas dukungan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih nyang sebesar-besarnya
kepada:
1. Bapak Andik Dwi Muttaqin, M.T dan Muhamad Yunani Fahmi, S. T, M.T
selaku dosen mata kuliah Survei Hidro-oseanografi yang telah membimbing
dan mendukung selama proses pembuatan laporan.
2. Teman seangkatan yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini.
2
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
bumi juga melakukan evolusi mengelilingi matahari. Dengan begitu posisi bumi,
bulan, dan matahari selalu berubah. Menurut Dronkers (1964) dalam Korto, J.,
Jasin, M. I., Mamoto (2015) terdapat beberapa tipe dari pasang surut, diantaranya:
1. Pasang surut diurnal
Pasang surut yang terjadi dengan satu kali pasang dan satu kali surut
dalam sehari dan dapat terjadi di wilayah laut yang berada disekitar
katulistiwa.
2. Pasang surut semi diurnal
Pasang surut yang terjadi dengan dua kali pasang dan dua kali surut
dalam satu hari.
3. Pasang surut campuran
Pasang surut dengan penggabungan antara pasang surut diurnal
dengan semi diurnal.
Sedangkan berdasarkan Wyrtki (1961) dalam Korto, J., Jasin, M. I.,
Mamoto (2015) tipe pasang surut yang ada di wilayah Indonesia dibagi menjadi
empat tipe, diantaranya:
1) Pasang surut harian tunggal,
2) Pasang surut harian ganda,
3) Pasang surut campuran condong harian tunggal,
4) Pasang surut campuran condong harian ganda.
Gelombang dapat menimbulkan energi untuk membentuk pantai,
menimbulkan arus dan transport sedimen dalam arah tegak lurus dan sepanjang
pantai serta menyebabkan gayagaya yang bekerja pada bangunan pantai. Sampai
sekarang pengertian gelombang belum jelas dan akurat karena pemukaan laut
merupakan suatu bidang yang kompleks dengan pola yang selalu berubah dan
tidak stabil. Gelombang laut adalah fenomena naik dan penurunan air secara
periodik yang terjadi di permukaan air dan disebabkan adanya peristiwa pasang
surut (Irawan et al., 2018). Berdasarkan Yona (2017) gelombang laut adalah
pergerakan dari air laut secara naik dan turun dengan arah yang tegak luruh dari
permukaan air laut lalu membentuk kurva sinusoidal (Wiguna et al., 2020).
Berdasarkan pembangkitnya, gelombang dibedakan menjadi
A. Gelombang angin,
B. Gelombang pasang surut,
C. Gelombang tsunami (Wiguna et al., 2020).
Survei gelombang digunakan untuk mengetahui gaya-gaya yang bekerja
pada bangunan Pelabuhan dan untuk mengetahui besarnya arus dan sedimen yang
ditimbulkan gelombang. Gelombang juga merupakan faktor utama dalam
penentuan tata letak industri dan terminal Pelabuhan, alur pelayaran perencanaan
bangunan pantai dsb. Pasang surut digunakan untuk menentukan elevasi muka air
5
yang akan digunakan untuk merancang dimensi bangunan fasilitas pelabuhan,
untuk melengkapi kebutuhan penggambaran peta bathimetri (kontur kedalaman
laut), untuk menentukan pola pasut selama pengamatan. Pengamatan arus
bertujuan untuk mendapatkan data arah dan kecepatan arus pada area rencana
konstruksi di laut setiap saat sehingga didapatkan gambaran arah arus dominan
dan besaran arus setiap waktu. Survei batimetri juga hal yang sangat penting
dilakukan untuk mengetahui kedalaman dasar laut dan mengetahui lokasi aman
bagi perencanaan pelabuhan baru atau dermaga sehingga didapatkan hasil efisien
(Irawan et al., 2018).
Arus laut juga diartikan sebagai pergerakkan mengalir suatu massa air
yang dikarenakan tiupan angin, beda densitas atau pergerakkan gelombang yang
panjang (Irawan et al., 2018). Arus laut merupakan suatu pergerakan dari
transportasi air laut (Wiguna et al., 2020). Arus laut dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya adalah arah angin, beda tekanan air, beda densitas air, arus
permukaan, upwelling dan downwelling (Irawan et al., 2018). Faktor lain yang
mempengaruhi dari arus laut yaitu pasang surut air laut (Irawan, 2017). Tujuan
dari adanya pengamatan pada arus laut yaitu untuk mendapatkan gambaran dari
arah arus dominan dan besaran arus di setiap waktu (Bambang, 2003 dalam
Irawan, 2017). Arus merupakan pergerakan massa air sehingga menyebabkan
perpindahan vertical maupun horizontal. Penyebab utama dalam pembentukan
arus adalah adanya radiasi matahari, terdapat cuaca panas yang sangat berbeda di
permukaan yang terjadi disebabkan oleh angin. Arus berfungsi sebagai media
transport sedimen dan agen pengerosi yang bergantung pada gaya pembangkitnya.
Arus laut dapat mengakibatkan sedimen yang telah mengalami pengendapan
kembali terangkat ke kolom perairan karena terjadi proses turbulensi atau
pengadukan air laut.
Pergerakan sedimen yang berlangsung secara kontinu akan memicu
terjadinya perubahan garis pantai melalui proses sedimentasi yang berdampak
pada pendangkalan atau erosi yang berdampak pada hilangnya suatu area pada
suatu perairan (Astuti et al., 2016). Khususnya di area pesisir, sedimen sangat
bersifat dinamis karena terjadi pengikisan, transportasi dan pengendapan baik
dalam skala spasial maupun temporal. Sedimentasi merupakan proses masuknya
material sedimen ke dalam perairan di dasar perairan atau melayang (Cahyo &
Hilmi, 2020). Proses dari sedimentasi melalui proses pembentukan dari sedimen
atau batuan sedimen yang disebabkan oleh pengendapan dari material pembentuk
atau asalnya pada suatu tempat (Wisha et al., 2017). Sedimentasi dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya pasang surut air laut, debit sungai, kondisi batimetri,
dan dinamika sedimen (Cahyo & Hilmi, 2020).
Batimetri adalah ukuran tinggi rendahnya dari dasar laut (Febrianto et al.,
2016). Kedalaman atau kontur kedalaman yang diukur terhadap datum vertical
tertentu disebut batimetri (Wiguna et al., 2020). Data dari batimetri akan
memberikan informasi tentang dasar laut. Batrimetri akan menjadi parameter dari
hidro-oseanografi. Data batimetri dapat diambil dengan menggunakan metode
6
batu duga. Metode tersebut menggunakan sistem pengukuran dasar laut dengan
menggunakan kabel yang dilengkapi dengan bandul pemberat dengan massa yang
berukuran 25 sampai 75 kg (Febrianto et al., 2016). Selain dengan menggunakan
metode tersebut, terdapat alat echosaunder yang dapat digunakan. Survei pada
batimetri akan berguna dalam mengetahui kedalaman dasar laut dan mengetahui
perancangan untuk dermaga atau Pelabuhan.
Penelitian ini dilakukan di daerah Kenjeran Surabaya yang dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui kondisi hidrodinamika yang meliputi: arus,
pasang surut, gelombang, kedalaman dan sedimentasi di perairan Kenjeran.
Penelitian ini membahas tentang perubahan pada pasang surut, pergerakan arus,
kedalaman perairan, dan sedimentasi yang ada di daerah perairan Kenjeran, Kota
Surabaya
7
BAB II
METODE PENELITIAN
8
yang telat ditentukan sebelumnya. Rambu pasut dipasang dengan cacatan pada
titik yang masih terendam air pada saat surut terendah di lokasi survei.
a) Arus
Dalam pengukuran arus menggunakan alat bernama current meter stick
gouge dirangkai sepanjang yang diperlukan. Alat current meter dipasang pada
stick gouge. Dilepaskan propeller secara perlahan ke dalam air dan dicatat
angka hasil pengukuran yang ditunjukkan pada monitor yang terbaca secara
otomatis. Setelah kedalaman diukur, bagian tengah luasan diukur kembali
sebagai titik pengukuran current meter. Kemudian setelah berhasil
mendapatkan data, propeller di tarik Kembali dengan hati-hati menggunakan
tampar.
b) Batimetri
9
Untuk proses pengambilan data kedalaman pada Perairan Kenjeran
menggunakan echosounder single beam yang berfungsi untuk mengambil data
pada kedalaman suatu perairan. Mekanisme kerja alat ini dengan alat tersebut
dipasang di kapal. Kemudian dipastikan kabel, display, dan antena telah
terpasang dan telah diinput satelit GPS. Echosounder single beam dimasukkan
di dalam air, lalu diset skala kedalaman, frekuensi, dan set input data air seperti
salinitas, temperatur, posisi (latitude dan longtitude) dan tekanan air untuk
terbaca otomatis di display. Setelah monitor dinyalakan skala kedalaman yang
terdata divalidasi secara menual terlebih dahulu dengan secchi disk disesuaikan
antara ukuran tali dan data kedalaman yang ada di monitor. Ketika keseluruhan
tahap telah diatur dengan baik maka data siap diambil dan diproses. Data yang
didapat kemudian diolah dahulu dengan Microsoft excel, kemudian diproses
lanjut dengan software ArcGIS 10.8 untuk menampilkan pola peta kontur
kedalaman (batimetri) yang sesuai dengan data.
c) Sedimen
Proses pengambilan data sedimen menggunakan alat bernama grabber
alat ini sendiri berfungsi untuk mengambil sedimen di dasar laut. Mekanisme
kerja alat ini cukup di buka pengunci dari penjapitnya kemudian tambahkan
tampar untuk mengatur naik turunnya alat. Grabber diatur terlebih dahulu di
darat kemudian setelah mendapatkan kedalaman dari perairan kemudian
grabber di turunkan dari atas perahu/kapal,setelah mendarat di dasar laut alat
ini akan secara otomatis menutup (mencapit), sehingga sedimen akan tercakup
dalam alat ini. Kemudian setelah mendapatkan sedimen alat diangkat
menggunakan tali tampar yang telah terikat di grabber,setelah mendapatkan
sedimen pisahkan sedimen dengan air lalu masukan sedimen ke tempat yang
sudah di sediakan.
10
Gambar 2.5. Proses pengambilan sedimen
d) GPS
Untuk penggunaan GPS sendiri menggunakan alat Bernama garmin 78s
Langkah yang dilakukan saat menggunakan garmin dengan cara Pilihlah
(Setup) atau pengaturan di layar utama. Selanjutnya akan muncul menu lainnya
dari pengaturan. Sistem lanjut GPS (Normal) lanjut Bahasa (Indonesia) lanjut
tipe baterai (Lithium/Alkaline/NiMH) lanjut Interface (Garmin Serial).
Tampilan lanjut waktu kecerahan layar disesuaikan dengan kebutuhan lanjut
Battery save (on/off) lanjut warna disesuaikan dengan kebutuhan. Jejak lanjut
log jejak (do not record/tidak merekam) lanjut metode rekam (otomatis) lanjut
Interval (normal) lanjut simpan otomatis/auto archive (ketika penuh/when full)
lanjut colors disesuaikan dengan kebutuhan. Satuan lanjut Jarak/kecepatan
(Metrix) lanjut ketinggian (Meter, m/s) lanjut kedalaman (Meter) lanjut Suhu
(Celcius) Lanjut Tekanan (Milimeter Hg) Waktu lanjut format waktu (24 jam)
lanjut zona waktu (Bangkok,Hanoi dan Jakarta). Format posisi lanjut format
posisi (UTM) lanjut Datum peta (WGS 83) Kalibrasi GPS adalah dengan
melakukan putaran 2 kali secara pelan-pelan ke arah kanan. Dan GPS akan
mengkalkulasi sinyal dari satelit stasioner di atasnya, untuk menentukan arah
kompas dengan benar.
11
BAB IV
HASIL PEMBAHASAN
12
07/06/2022 15 140
07/06/2022 16 150
07/06/2022 17 130
07/06/2022 18 120
07/06/2022 19 90
07/06/2022 20 65
07/06/2022 21 45
07/06/2022 22 28
07/06/2022 23 28
07/06/2022 0 35
07/06/2022 1 45
07/06/2022 2 60
07/06/2022 3 76
07/06/2022 4 110
07/06/2022 5 120
08/06/2022 6 140
08/06/2022 7 145
08/06/2022 8 150
08/06/2022 9 140
08/06/2022 10 140
08/06/2022 11 120
08/06/2022 12 118
08/06/2022 13 115
08/06/2022 14 100
08/06/2022 15 109
08/06/2022 16 119
08/06/2022 17 130
08/06/2022 18 130
08/06/2022 19 100
08/06/2022 20 88
08/06/2022 21 75
08/06/2022 22 50
08/06/2022 23 39
08/06/2022 0 35
08/06/2022 1 36
08/06/2022 2 48
08/06/2022 3 65
08/06/2022 4 85
08/06/2022 5 120
Tabel 3.1. Data Pengukuran Lapang Pasang Surut
13
Gambar 3.1. Grafik Elevasi Muka Air Data Lapang
14
Gambar 3.2. Data sekunder pasang surut perairan Kenjeran
15
Menurut data sekunder diatas di perairan Kenjeran, Kota Surabaya
menunjukan pasang tertinggi dengan nilai elevasi sebesar 11 cm pada tanggal 16
Juni 2022 pukul 06.00 WIB, sedangakan nilai surut terendah dengan nilai elevasi
sebesar -12 cm pada tanggal 17 Juni 2022 pukul 00.00 WIB. Rata-rata total
gelombang harian dengan nilai elevasi sebesar -0,007 cm.
Konstantan
A (Cm) g(º)
Harmonik
S0 0 0
M2 5 214
S2 1 173
N2 2 100
K1 41 87
O1 2 240
M4 0 266
MS4 0 249
K2 0 173
P1 1 87
Tabel 3.2. Konstanta Harmonik Data Sekunder
MSL 0 cm
LLWL -11 cm
HHWL 10 cm
Z0 30 cm
Tabel 3.3. Skeetsa Kedudukan Benchmark
16
Harian Ganda Beraturan (Semi
0 < 0,25
Diurnal)
17
menggunakan software worldtide juga menunjukkan bahwa perairan Surabaya
memiliki tipe pasang surut campuran dengan dominan ganda.
18
melakukan pemeruman perairan laut, dilakukan terlebih dahulu pemodelan jalur
pemeruman sesuai skala yang dibutuhkan harus tepat, agar data yang diambil bisa
sempurna terbaca oleh sensor sounding. Dalam langkah ini pemodelan jalut
perum menggunakan software Globbar Mapper. Setelah peta jalur pemeruman
telah dibuat kemudian dikonversi dalam bentuk file Garmin, agar saat pemeruman
dapat dibantu navigasi peta perairan dengan GPS Garmin.
Menurut penelitian Yudhoyono (2019), perencanaan pemeruman harus
dilakukan dengan membuat lajur sounding terlebih dahulu. Kondisi alam dasar
laut menjadi syarat dalam merencanakan kerapatan pemeruman. Lajur perum
utama harus dibuat sebisa mungkin tegak lurus garis pantai dengan interval
maksimal 1 cm dari skala survei. Lajur silang untuk memastikan ketelitian posisi
pemeruman dan reduksi pasut. Berdasarkan acuan Standar Nasional Indonesia
tahun 2010, terkait ,pemeruman survei hidrografi dengan penggunaan alat
Singlebeam Echosounder dilakukan pada kelas orde khusus sampai orde satu di
kedalaman kurang dari 100 meter.
19
Gambar 3.5 Hasil Peta Kontur Batimetri Perairan Kenjeran, Surabaya
20
dilakukan pada kedalaman 1m, 2m, dan 3m. Berikut data pengukuran arus yang
telah diolah menjadi grafik:
21
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
1. Lokasi pengambilan data tepatnya pada daerah pesisir Kenjeran, Surabaya.
Wilayah Kenjeran Surabaya adalah kawasan pesisir yang padat pemukiman
penduduk dan muaranya sungai-sungai besar di Surabaya, Pantai Kenjeran
Surabaya adalah kawasan pesisir yang padat pemukiman penduduk dan
muaranya sungai-sungai besar di Surabaya.
2. Pada perairan Kenjeran Surabaya didapatkan hasil pasang surut dengan nilai
Formzahl (F) yang didapatkan sebesar 0,85 yang disebut tipe pasang surut
campuran condong ke harian ganda, dikarenakan termasuk nilai diantara 0,25
< F < 1,50.
3. Pada hasil nilai elevasi batimetri terendah berada pada angka 0,4 meter,
sedangkan nilai elevasai tertinggi berada pada angka 4 meter. Data yang
diambil merupakan data dengan luasan pemeruman 1 km x 0,25 km dengan
nilai kedalaman 0,4 hingga 4 meter dengan lokasi lintasan yang berlawanan
dengan garis pantai.
4. Pada hasil kecepatan arus tertinggi sebesar 0,39 m/s, sedangkan kecepatan
arus terendah sebesar 0,089 m/s. Dari grafik kecepatan arus didapatkan rata-
rata kecepatan arus di perairan Kenjeran, Kota Surabaya sebesar 0,274 m/s.
Laju arus yang didapatkan dominan mengarah ke tenggara sebesar 127º
5.2. Saran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada perairan kenjeran pada 6 juni 2022
yang telah dilakukan hanya didapatkan data visualisasi. Kemudian perlunya
memodelakan sehinga hasil yang didapatkan mendekati data perairan. Perlunya
kajian secara ulang kekurangan dalam penelitian ini sehingga, dalam penelitian
yang akan mendatang terkait survey hidro-oceanografi hasil yang lebih baik.
22
DAFTAR PUSTAKA
Fitriana, D., Oktaviani, N., & Khasanah, I. U. (2019). Analisa Harmonik Pasang
Surut Dengan Metode Admiralty Pada Stasiun Berjarak Kurang Dari 50 Km
Harmonic Analysis With Admiralty Methode on Sea Tides Station Less Than
50 Km. Jurnal Meteorologi Klimatologi Dan Geofisika, 6(1), 38–48.
Hamunal, B., Tanjung, R. H. R., Kalor, J. D., Dimara, L., Indrayani, E., Warpur,
M., Warpur, Y. Y. P., & Paiki, K. (2018). Studi Karakteristik Pasang Surut
Perairan Laut Mimika, Provinsi Papua. Jurnal Acropora Ilmu Kelatan Dan
Perikanan Papua, 1(1), 19–28.
Irawan, S., Fahmi, R., & Roziqin, A. (2018). Kondisi Hidro-Oseanografi (Pasang
Surut, Arus Laut, Dan Gelombang) Perairan Nongsa Batam. Jurnal
Kelautan: Indonesian Journal of Marine Science and Technology, 11(1),
56. https://doi.org/10.21107/jk.v11i1.4496
23
Korto, J., Jasin, M. I., Mamoto, J. D. 2015. (2015). Analisis Pasang Surut di
Pantai Nuangan (Desa Iyok) Boltim Dengan Metode Admiralty. Sipil
Statistik, 3(6), 391–402.
Saputra, V. H., Rifai, A., Oseanografi, D., Perikanan, F., Jl, D., Sudarto, P.,
Tembalang, S. H., Fax, T., & Volume, J. O. (2017). Online di :
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jose Variabilitas Musiman Pola
Arus Di Perairan Surabaya Jawa Timur. 6, 439–448.
Wiguna, E. A., Wibowo, M., Rachman, R. A., Aziz, H., & Nugroho, S. (2020).
Kondisi Hidrooseanografi Muara Sungai Jelitik, Sungailiat, Bangka
Provinsi Bangka Belitung. Buletin Oseanografi Marina, 9(1), 9–18.
https://doi.org/10.14710/buloma.v9i1.23363
Wisha, U. J., Gemilang, W. A., Rahmawan, G. A., & Kusumah, G. (2017). Pola
Sebaran Sedimen Dasar Berdasarkan Karakteristik Morfologi Dan Hidro-
Oseanografi Menggunakan Model Interpolasi Dan Simulasi Numerik Di
Perairan Utara Pulau Simeuluecut. Jurnal Kelautan: Indonesian Journal of
Marine Science and Technology, 10(1), 29.
https://doi.org/10.21107/jk.v10i1.1618
Zuhaira, H., Handoyo, G., Purwanto, P., Suryoputro, A. A. D., & Yulina, S.
(2020). Kajian Perbandingan Analisis Pasang Surut dengan Menggunakan
Metode Least Square dan Fourier di Perairan Barat Sumatera. Indonesian
Journal of Oceanography, 2(3), 225–232.
https://doi.org/10.14710/ijoce.v2i3.8184
24
25
26