Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN SURVEI HIDRO OSEANOGRAFI

“Kondisi perairan Survei Hidro-oseanografi di Perairan Kenjeran, Kota


Surabaya”

Dosen Pengampu:
Andik Dwi Muttaqin, M. T
M. Yunan Fahmi, S. T, M. T

Oleh Kelompok:

Dhea Amanda
Diana Yunita W
Hilala Tri Almasah
Kamelia Rosa
M. Fahmi Mubarok
M. Helga Fairuz A
M. Zain Al Arif
Oktavia Nur Hidayah

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat dan nikmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas laporan ini tepat pada waktunya. Laporan ini disusun dalam
rangka memenuhi tugas akhir dalam mata kuliah Survei Hidro-oseanografi.
Laporan ini dapat tersusun dengan baik dan lancar atas dukungan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih nyang sebesar-besarnya
kepada:

1. Bapak Andik Dwi Muttaqin, M.T dan Muhamad Yunani Fahmi, S. T, M.T
selaku dosen mata kuliah Survei Hidro-oseanografi yang telah membimbing
dan mendukung selama proses pembuatan laporan.
2. Teman seangkatan yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini.

Dalam penyusunan laporan ini, kami menyadari bahwa masih seorang


mahasiswa yang dalam proses pembelajaran, maka dari itu laporan ini masih
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Akan tetapi, kami berusaha
semaksimal mungkin untuk menyusun laporan ini dengan sebaik-baiknya. Oleh
karena itu, penuulis memerlukan kritik dan saran yang membangun dan bersifat
positif guna penulisan laporan ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
membutuhkannya. Amin.

Surabaya, Juli 2022


Penyusun

2
3
BAB I
PENDAHULUAN

Indonesia terkenal sebagai negara Kepulauan. Salah satunya pada daerah


Surabaya yang merupakan kota besar di Jawa Timur yang memiliki potensi pada
daerah pesisir pantai, yang letaknya berbatasan langsung dengan Selat Madura.
Wilayah pesisir yang cukup popoler di Surabaya yaitu Kenjeran. Wilayah
Kenjeran Surabaya adalah kawasan pesisir yang padat pemukiman penduduk dan
muaranya sungai-sungai besar di Surabaya, Pantai Kenjeran Surabaya adalah
kawasan pesisir yang padat pemukiman penduduk dan muaranya sungai-sungai
besar di Surabaya.
Dalam jurnal Irawan, dkk. (2018) “Kondisi Hidro-Oseanografi (Pasang
Surut, Arus Laut, Dan Gelombang) Perairan Nongsa Batam” penelitian yang
sudah dilakukan oleh Engki (2012) di Perairan Lamongan, Jawa Timur. Hasil
yang dapat disimpulkan dari pengamatan dan perhitungan bahwa tipe pasang surut
di Perairan Lamongan merupakan tipe pasang surut harian tunggal dengan nilai
Formzhal sebesar 9. Mean Sea Level atau Duduk Tengah atau Permukaan Air
Rata-rata adalah 100 m yang diukur dari 0 palm. Puncak pasang tertinggi terjadi
antara tanggal 9 Mei 2012 pada jam 11.00 WIB dengan ketinggian air 189 cm di
atas 0 palm. Puncak surut air laut terendah terjadi pada tanggal 8 Mei 2012 jam
22.00 WIB dengan ketinggian air 12 cm di atas 0 palm. Tunggang air laut selama
pengamatan adalah sebesar 177 cm. Ketika ketinggian air laut telah mencapai
puncak, kecepatan arus air laut relatif hampir sama saat air laut surut. Kecepatan
arus air laut meningkat setelah terjadinya air tertinggi yaitu sekitar 4 sampai 6 jam
setelah air laut tertinggi. Saat terjadi pasang, air laut mengalir menuju pantai.
Fenomena pasang surut ialah naik turunnya muka laut secara berulang
dengan masa tertentu yang diakibatkan oleh adanya gaya tarik benda-benda
angkasa terutama matahari dan bulan terhadap massa air di bumi. Pasang surut
laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek
sentrifugal merupakan dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi
secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak.
Walaupun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua
kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut
laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya tarik
gravitasi bumi menarik air laut ke arah bulan dan matahari menghasilkan dua
tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang
surut ditentukan oleh deklinasi, yaitu sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang
orbital bulan dan matahari (Irawan et al., 2018). Berdasarkan Korto, J., Jasin, M.
I., Mamoto, (2015) pasang surut yang terjadi saat purnama dan perbani karena
gaya tarik bulan dan matahari yang membuat lapisan air yang awalnya berbentuk
seperti bola berubah menjadi elips, ketika bulan beredar mengelilingi bumi, dan

4
bumi juga melakukan evolusi mengelilingi matahari. Dengan begitu posisi bumi,
bulan, dan matahari selalu berubah. Menurut Dronkers (1964) dalam Korto, J.,
Jasin, M. I., Mamoto (2015) terdapat beberapa tipe dari pasang surut, diantaranya:
1. Pasang surut diurnal
Pasang surut yang terjadi dengan satu kali pasang dan satu kali surut
dalam sehari dan dapat terjadi di wilayah laut yang berada disekitar
katulistiwa.
2. Pasang surut semi diurnal
Pasang surut yang terjadi dengan dua kali pasang dan dua kali surut
dalam satu hari.
3. Pasang surut campuran
Pasang surut dengan penggabungan antara pasang surut diurnal
dengan semi diurnal.
Sedangkan berdasarkan Wyrtki (1961) dalam Korto, J., Jasin, M. I.,
Mamoto (2015) tipe pasang surut yang ada di wilayah Indonesia dibagi menjadi
empat tipe, diantaranya:
1) Pasang surut harian tunggal,
2) Pasang surut harian ganda,
3) Pasang surut campuran condong harian tunggal,
4) Pasang surut campuran condong harian ganda.
Gelombang dapat menimbulkan energi untuk membentuk pantai,
menimbulkan arus dan transport sedimen dalam arah tegak lurus dan sepanjang
pantai serta menyebabkan gayagaya yang bekerja pada bangunan pantai. Sampai
sekarang pengertian gelombang belum jelas dan akurat karena pemukaan laut
merupakan suatu bidang yang kompleks dengan pola yang selalu berubah dan
tidak stabil. Gelombang laut adalah fenomena naik dan penurunan air secara
periodik yang terjadi di permukaan air dan disebabkan adanya peristiwa pasang
surut (Irawan et al., 2018). Berdasarkan Yona (2017) gelombang laut adalah
pergerakan dari air laut secara naik dan turun dengan arah yang tegak luruh dari
permukaan air laut lalu membentuk kurva sinusoidal (Wiguna et al., 2020).
Berdasarkan pembangkitnya, gelombang dibedakan menjadi
A. Gelombang angin,
B. Gelombang pasang surut,
C. Gelombang tsunami (Wiguna et al., 2020).
Survei gelombang digunakan untuk mengetahui gaya-gaya yang bekerja
pada bangunan Pelabuhan dan untuk mengetahui besarnya arus dan sedimen yang
ditimbulkan gelombang. Gelombang juga merupakan faktor utama dalam
penentuan tata letak industri dan terminal Pelabuhan, alur pelayaran perencanaan
bangunan pantai dsb. Pasang surut digunakan untuk menentukan elevasi muka air

5
yang akan digunakan untuk merancang dimensi bangunan fasilitas pelabuhan,
untuk melengkapi kebutuhan penggambaran peta bathimetri (kontur kedalaman
laut), untuk menentukan pola pasut selama pengamatan. Pengamatan arus
bertujuan untuk mendapatkan data arah dan kecepatan arus pada area rencana
konstruksi di laut setiap saat sehingga didapatkan gambaran arah arus dominan
dan besaran arus setiap waktu. Survei batimetri juga hal yang sangat penting
dilakukan untuk mengetahui kedalaman dasar laut dan mengetahui lokasi aman
bagi perencanaan pelabuhan baru atau dermaga sehingga didapatkan hasil efisien
(Irawan et al., 2018).
Arus laut juga diartikan sebagai pergerakkan mengalir suatu massa air
yang dikarenakan tiupan angin, beda densitas atau pergerakkan gelombang yang
panjang (Irawan et al., 2018). Arus laut merupakan suatu pergerakan dari
transportasi air laut (Wiguna et al., 2020). Arus laut dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya adalah arah angin, beda tekanan air, beda densitas air, arus
permukaan, upwelling dan downwelling (Irawan et al., 2018). Faktor lain yang
mempengaruhi dari arus laut yaitu pasang surut air laut (Irawan, 2017). Tujuan
dari adanya pengamatan pada arus laut yaitu untuk mendapatkan gambaran dari
arah arus dominan dan besaran arus di setiap waktu (Bambang, 2003 dalam
Irawan, 2017). Arus merupakan pergerakan massa air sehingga menyebabkan
perpindahan vertical maupun horizontal. Penyebab utama dalam pembentukan
arus adalah adanya radiasi matahari, terdapat cuaca panas yang sangat berbeda di
permukaan yang terjadi disebabkan oleh angin. Arus berfungsi sebagai media
transport sedimen dan agen pengerosi yang bergantung pada gaya pembangkitnya.
Arus laut dapat mengakibatkan sedimen yang telah mengalami pengendapan
kembali terangkat ke kolom perairan karena terjadi proses turbulensi atau
pengadukan air laut.
Pergerakan sedimen yang berlangsung secara kontinu akan memicu
terjadinya perubahan garis pantai melalui proses sedimentasi yang berdampak
pada pendangkalan atau erosi yang berdampak pada hilangnya suatu area pada
suatu perairan (Astuti et al., 2016). Khususnya di area pesisir, sedimen sangat
bersifat dinamis karena terjadi pengikisan, transportasi dan pengendapan baik
dalam skala spasial maupun temporal. Sedimentasi merupakan proses masuknya
material sedimen ke dalam perairan di dasar perairan atau melayang (Cahyo &
Hilmi, 2020). Proses dari sedimentasi melalui proses pembentukan dari sedimen
atau batuan sedimen yang disebabkan oleh pengendapan dari material pembentuk
atau asalnya pada suatu tempat (Wisha et al., 2017). Sedimentasi dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya pasang surut air laut, debit sungai, kondisi batimetri,
dan dinamika sedimen (Cahyo & Hilmi, 2020).
Batimetri adalah ukuran tinggi rendahnya dari dasar laut (Febrianto et al.,
2016). Kedalaman atau kontur kedalaman yang diukur terhadap datum vertical
tertentu disebut batimetri (Wiguna et al., 2020). Data dari batimetri akan
memberikan informasi tentang dasar laut. Batrimetri akan menjadi parameter dari
hidro-oseanografi. Data batimetri dapat diambil dengan menggunakan metode

6
batu duga. Metode tersebut menggunakan sistem pengukuran dasar laut dengan
menggunakan kabel yang dilengkapi dengan bandul pemberat dengan massa yang
berukuran 25 sampai 75 kg (Febrianto et al., 2016). Selain dengan menggunakan
metode tersebut, terdapat alat echosaunder yang dapat digunakan. Survei pada
batimetri akan berguna dalam mengetahui kedalaman dasar laut dan mengetahui
perancangan untuk dermaga atau Pelabuhan.
Penelitian ini dilakukan di daerah Kenjeran Surabaya yang dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui kondisi hidrodinamika yang meliputi: arus,
pasang surut, gelombang, kedalaman dan sedimentasi di perairan Kenjeran.
Penelitian ini membahas tentang perubahan pada pasang surut, pergerakan arus,
kedalaman perairan, dan sedimentasi yang ada di daerah perairan Kenjeran, Kota
Surabaya

7
BAB II
METODE PENELITIAN

2.1 Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian ini di daerah Kenjeran, Surabaya Jawa Timur dengan
koordinat area survei 07°13´307" S 112°48´24" E tepatnya di perairan
Kenjeran, Surabaya Jawa Timur. Kegiatan survei ini dilaksanakan selama 3
hari yaitu dari tanggal 6 - 8 Juni 2022 dengan menggunakan kapal nelayan
masyarakat pesisir daerah Kenjeran.

Gambar 2.1. Lokasi penelitian


Penentuan posisi dan navigasi pada penelitian ini dengan menggunakan
Garmin. Sistem penentuan posisi tersebut merupakan sistem yang terintegrasi
antara sistem penentuan posisi (koordinat) dan juga sistem pengukur
pergerakan kapal. Pada pengukuran pasut menggunakan rambu pasut dari
bambu. Dalam pengambilan substrat memerlukan grabe sampler. Untuk
pengukuran kecepatan arus menggunakan current meter dan pengukuran
kedalaman menggunakan echosounder single beam.

2.2. Skema Kerja Pengukuran


A.Pasang surut
Dalam pengukuran pasang surut secara langsung (sebagai data primer)
menggunakan rambu pasut yang terbuat dari bamboo sepanjang 7 meter.
Dalam pengamatan memerlukan alat bantu berupa teropong monoculler dan
alat penerangan berupa senter sorot. Pengukuran pasang surut sendiri dicatat
elevasi gelombang dalam interval waktu 1 jam sekali untuk pengambilan data
selama 3 hari dari tanggal 6-8 Juni 2022, pukul 06.00-05.000 WIB. Elevasi
rambu pasut ditunjukkan dalam satuan dm (desimeter). Pemasangan rambu
dilakukan berada dekat dengan lokasi survei yang dipasang sesuai koordinat

8
yang telat ditentukan sebelumnya. Rambu pasut dipasang dengan cacatan pada
titik yang masih terendam air pada saat surut terendah di lokasi survei.

Gambar 2.2. Pengamatan Menggunakan Teropong

Sedangkan untuk data sekunder pasang surut didapatkan pada sumber


website info.bwgeohydromatics.com. Data prediksi pasang surut perairan
Kenjeran, Kota Surabaya dengan titik koordinat 7º12’5.90” S 112º47’40.20” E.
diambil dengan rentan waktu 29 hari (piantan) dimulai dari tanggal 1 Juni
sampai 30 Juni 2022. Data yang telah didapatkan kemudian diolah dengan
metode admiralty untuk mendapatkan nilai formzahl menggunakan bantuan
software Microsoft excel.

a) Arus
Dalam pengukuran arus menggunakan alat bernama current meter stick
gouge dirangkai sepanjang yang diperlukan. Alat current meter dipasang pada
stick gouge. Dilepaskan propeller secara perlahan ke dalam air dan dicatat
angka hasil pengukuran yang ditunjukkan pada monitor yang terbaca secara
otomatis. Setelah kedalaman diukur, bagian tengah luasan diukur kembali
sebagai titik pengukuran current meter. Kemudian setelah berhasil
mendapatkan data, propeller di tarik Kembali dengan hati-hati menggunakan
tampar.

Gambar 2.3. Pengambilan data

b) Batimetri

9
Untuk proses pengambilan data kedalaman pada Perairan Kenjeran
menggunakan echosounder single beam yang berfungsi untuk mengambil data
pada kedalaman suatu perairan. Mekanisme kerja alat ini dengan alat tersebut
dipasang di kapal. Kemudian dipastikan kabel, display, dan antena telah
terpasang dan telah diinput satelit GPS. Echosounder single beam dimasukkan
di dalam air, lalu diset skala kedalaman, frekuensi, dan set input data air seperti
salinitas, temperatur, posisi (latitude dan longtitude) dan tekanan air untuk
terbaca otomatis di display. Setelah monitor dinyalakan skala kedalaman yang
terdata divalidasi secara menual terlebih dahulu dengan secchi disk disesuaikan
antara ukuran tali dan data kedalaman yang ada di monitor. Ketika keseluruhan
tahap telah diatur dengan baik maka data siap diambil dan diproses. Data yang
didapat kemudian diolah dahulu dengan Microsoft excel, kemudian diproses
lanjut dengan software ArcGIS 10.8 untuk menampilkan pola peta kontur
kedalaman (batimetri) yang sesuai dengan data.

Gambar 2.4. Alat echosounder single beam

c) Sedimen
Proses pengambilan data sedimen menggunakan alat bernama grabber
alat ini sendiri berfungsi untuk mengambil sedimen di dasar laut. Mekanisme
kerja alat ini cukup di buka pengunci dari penjapitnya kemudian tambahkan
tampar untuk mengatur naik turunnya alat. Grabber diatur terlebih dahulu di
darat kemudian setelah mendapatkan kedalaman dari perairan kemudian
grabber di turunkan dari atas perahu/kapal,setelah mendarat di dasar laut alat
ini akan secara otomatis menutup (mencapit), sehingga sedimen akan tercakup
dalam alat ini. Kemudian setelah mendapatkan sedimen alat diangkat
menggunakan tali tampar yang telah terikat di grabber,setelah mendapatkan
sedimen pisahkan sedimen dengan air lalu masukan sedimen ke tempat yang
sudah di sediakan.

10
Gambar 2.5. Proses pengambilan sedimen

d) GPS
Untuk penggunaan GPS sendiri menggunakan alat Bernama garmin 78s
Langkah yang dilakukan saat menggunakan garmin dengan cara Pilihlah
(Setup) atau pengaturan di layar utama. Selanjutnya akan muncul menu lainnya
dari pengaturan. Sistem lanjut GPS (Normal) lanjut Bahasa (Indonesia) lanjut
tipe baterai (Lithium/Alkaline/NiMH) lanjut Interface (Garmin Serial).
Tampilan lanjut waktu kecerahan layar disesuaikan dengan kebutuhan lanjut
Battery save (on/off) lanjut warna disesuaikan dengan kebutuhan. Jejak lanjut
log jejak (do not record/tidak merekam) lanjut metode rekam (otomatis) lanjut
Interval (normal) lanjut simpan otomatis/auto archive (ketika penuh/when full)
lanjut colors disesuaikan dengan kebutuhan. Satuan lanjut Jarak/kecepatan
(Metrix) lanjut ketinggian (Meter, m/s) lanjut kedalaman (Meter) lanjut Suhu
(Celcius) Lanjut Tekanan (Milimeter Hg) Waktu lanjut format waktu (24 jam)
lanjut zona waktu (Bangkok,Hanoi dan Jakarta). Format posisi lanjut format
posisi (UTM) lanjut Datum peta (WGS 83) Kalibrasi GPS adalah dengan
melakukan putaran 2 kali secara pelan-pelan ke arah kanan. Dan GPS akan
mengkalkulasi sinyal dari satelit stasioner di atasnya, untuk menentukan arah
kompas dengan benar.

Gambar 2.6. Penggunaan GPS Garmin

11
BAB IV
HASIL PEMBAHASAN

4.1. Pengukuran Pasang surut


Berdasarkan hasil pengamatan langsung ketinggian elevasi pasang surut
yang dilakukan di pesisir Kenjeran, Kota Surabaya selama 3 hari dari tanggal 6
Juni - 8 Juni 2022 (7º12’5.90” S 112º47’40.20” E) didapatkan hasil
pengamatan sebagai berikut:

Tanggal Jam ke- Elevasi (cm)


06/06/2022 6 120
06/06/2022 7 120
06/06/2022 8 130
06/06/2022 9 137
06/06/2022 10 140
06/06/2022 11 145
06/06/2022 12 155
06/06/2022 13 160
06/06/2022 14 150
06/06/2022 15 140
06/06/2022 16 127
06/06/2022 17 117
06/06/2022 18 87
06/06/2022 19 67
06/06/2022 20 40
06/06/2022 21 15
06/06/2022 22 10
06/06/2022 23 15
06/06/2022 0 25
06/06/2022 1 40
06/06/2022 2 80
06/06/2022 3 87
06/06/2022 4 103
06/06/2022 5 120
07/06/2022 6 134
07/06/2022 7 133
07/06/2022 8 130
07/06/2022 9 130
07/06/2022 10 136
07/06/2022 11 137
07/06/2022 12 140
07/06/2022 13 130
07/06/2022 14 140

12
07/06/2022 15 140
07/06/2022 16 150
07/06/2022 17 130
07/06/2022 18 120
07/06/2022 19 90
07/06/2022 20 65
07/06/2022 21 45
07/06/2022 22 28
07/06/2022 23 28
07/06/2022 0 35
07/06/2022 1 45
07/06/2022 2 60
07/06/2022 3 76
07/06/2022 4 110
07/06/2022 5 120
08/06/2022 6 140
08/06/2022 7 145
08/06/2022 8 150
08/06/2022 9 140
08/06/2022 10 140
08/06/2022 11 120
08/06/2022 12 118
08/06/2022 13 115
08/06/2022 14 100
08/06/2022 15 109
08/06/2022 16 119
08/06/2022 17 130
08/06/2022 18 130
08/06/2022 19 100
08/06/2022 20 88
08/06/2022 21 75
08/06/2022 22 50
08/06/2022 23 39
08/06/2022 0 35
08/06/2022 1 36
08/06/2022 2 48
08/06/2022 3 65
08/06/2022 4 85
08/06/2022 5 120
Tabel 3.1. Data Pengukuran Lapang Pasang Surut

13
Gambar 3.1. Grafik Elevasi Muka Air Data Lapang

Menurut tabel pengamatan diatas yang telah dilakukan di perairan


Kenjeran, Kota Surabaya menunjukkan pasang tertinggi dengan nilai elevasi
sebesar 1,6 m yang terjadi pada 6 Juni 2022 pukul 13.00 WIB, sedangkan surut
terendah dengan nilai elevasi sebesar 0,1 m yang terjadi pada 6 Juni 2022 pukul
22.00 WIB. Rata-rata tinggi gelombang selama pengukuran sebesar 0,9 m. Data
time series yang didapatkan sejumlah 72 data elevasi gelombang, sesuai data
tersebut data pasang surut selama 3 hari pergerakan gelombang cenderung lebih
fluktuatif. Dapat ditarik kesimpulan dari data tersebut rata-rata pergerakan muka
air laut bahwasanya pasang dan surut terjadi sekali pengulangan pola bisa dilihat
sesuai grafik pada gambar 3.1, tetapi pada hari ketiga 8 Juni 2022 pola pasang
surut yang terjadi terdapat 2 kali pengulangan. Jadi Pasang surut yang terjadi
selama pengamatan sesuai data yang diatas dianggap tipe pasang surut campuran
cenderung harian ganda, karena pasang dan surut yang terjadi selama kurang lebih
masing-masing setengah hari. Menurut Wyrtki dalam Supriyadi, dkk (2019) tipe
pasang surut campuran yang cenderung harian ganda adalah pasang surut yang
ditiap harinya terjadi dua kali pasang dan surut akan tetapi dalam suatu keadaan
dapat terjadi satu kali pasang dan surut dengan periode dan tinggi yang berbeda.
Sedangkan berdasarkan data sekunder yang telah diunduh pada laman
info.bwgeohydromatics.com untuk mendapatkan data prediksi pasang surut
selama bulan Juni 2022 di perairan Kenjeran, Kota Surabaya dengan koordinat
(7º12’5.90” S 112º47’40.20” E). Adapun hasil data disajikan sebagai berikut:

14
Gambar 3.2. Data sekunder pasang surut perairan Kenjeran

Gambar 3.3. Grafik Elevasi Muka Air Data Sekunder

Data sekunder diperlukan untuk menunjang/memvalidasi data pengukuran


lapang yang telah dilakukan. Data sekunder yang didapatkan diolah menggunakan
metode admiralry dengan bantuan software Microsoft excel untuk mendapatkan
nilai formzahl, dimana nilai formzahl ini berguna untuk menentukan tipe pasang
surut. Metode admiralty merupakan metode yang dikembangkan untuk
menganalisa data pasang surut dalam jangka pendek biasanya 15 har dan 29 hari
(piantan). Analisa harmonik metode admiralty digunakan untuk menghitung
konstanta harmonik pasang surut yaitu amplitude dan keterlambatan fase, dimana
akan diperoleh rata-rata permukaan air laut (Listiniawati dkk, 2013). Kelemahan
metode admiralty ini hanya digunakan untuk pengolahandata-data berjangka
waktu pendek dan hasil perhitungan relative sedikit hanya menghasilkan 9
komponen pasang surut. Metode ini memerlukan perhitungan yang memuat table
pendukung yang berisi konstanta perhitungan yang selanjutnya akan dianalisa
tentang tipe pasang surut perairan tersebut dari bilangan formzahl yang
didapatkan (Fitriana, 2019). Tipe pasang surut diperoleh dari rumus Formzahl
dengan perbandingan nilai K1 dan O1 (konstanta pasut tunggal utama) terhadap
nilai M2 dan S2 (konstanta pasut ganda utama) (Lisnawati dkk, 2013).

15
Menurut data sekunder diatas di perairan Kenjeran, Kota Surabaya
menunjukan pasang tertinggi dengan nilai elevasi sebesar 11 cm pada tanggal 16
Juni 2022 pukul 06.00 WIB, sedangakan nilai surut terendah dengan nilai elevasi
sebesar -12 cm pada tanggal 17 Juni 2022 pukul 00.00 WIB. Rata-rata total
gelombang harian dengan nilai elevasi sebesar -0,007 cm.

Konstantan
A (Cm) g(º)
Harmonik

S0 0 0

M2 5 214

S2 1 173

N2 2 100

K1 41 87

O1 2 240

M4 0 266

MS4 0 249

K2 0 173

P1 1 87
Tabel 3.2. Konstanta Harmonik Data Sekunder

PENENTUAN SKETSA KEDUDUKAN BENCHMARK (BM)


PASANG SURUT

MSL 0 cm

LLWL -11 cm

HHWL 10 cm

Z0 30 cm
Tabel 3.3. Skeetsa Kedudukan Benchmark

PENENTUAN JENIS PASANG SURUT

Nilai Formzahl 0,85

16
Harian Ganda Beraturan (Semi
0 < 0,25
Diurnal)

Campuran Condong ke Harian


0,25 < 1,50
Ganda (Mixed Semi – Diurnal)

Campuran Condong ke Harian


1,50 < 3,00
Tunggal (Mixxed – Diurnal)

Harian Tunggan Beraturan


3,00 < ~
(Diurnal)
Tabel 3.4. Nilai Formzahl dan Jenis Pasut

Berdasarkan hasil perhitungan analisa harmonik dengan metode admiralty


diperoleh nilai Amplitudo (A) dan kelambatan phase (g*) didapatkan nlai
Sembilan komponen S0, M2, S2, N2, O1, M4, MS4, K1, dan K2 sesuai dengan
table 3.1 diatas. Setelah kompenen harmonik didapatkan kemudian dihitung
untuk menentukan kedudukan benchmark, dari data sekunder diatas tabel 3.3
didapatkan nilai MSL (Mean Sea Level) sebesar 0 cm, nilai LLWL (Lower Low
Water Level) sebesar -11 cm, nilai HHWL (Higher High Water Level) sebesar 10
cm, dan nilai Z0 sebesar 30 cm. Sedangkan tipe pasang surut yang ditujukkan
suatu perairan dapat ditentukan oleh perbandingan antara konstanta pasang surut
harian utama dengan konstanta pasang surut ganda utama, maka dapat dihitung
nilai Formzahl (F) perairan Kenjeran, Kota Surabaya sebesar 0,85 dengan tipe
pasang surut campuran condong ke harian ganda, karena termasuk nilai diantara
0,25 < F < 1,50. Jadi dapat ditarik kesimpulan sesuai data sekunder diatas bahwa
pasang surut yang terjadi di perairan Kenjeran, Kota Surabaya termasuk ke dalam
tipe pasang surut campuran condong ke harian ganda. Menurut Hamunal, dkk
(2018) tipe pasang surut campuran condong ke harian ganda yang ada di perairan
Kenjeran, Kota Surabaya menandakan bawa pasang terjadi dalam sekali sampai
dua kali dalam sehari dengan bentuk interval yang berbeda antara gelombang
pasang yang pertama dengan gelombang pasang yang kedua dengan bentuk
interval condong diurnal. Akan tetapi, menurut Fitriana, dkk (2022) di perairan
Kenjeran, Kota Surabaya untuk sementara waktu pasang dan surut dapat terjadi
hanya satu kali dengan tinggi dan periode yang berbeda.
Menurut penelitian Tarigan dan Saragih (2017) mengatakan bahwa
analisis tipe pasang surut yang diperoleh dari metode admiralty di Pantai
Kenjeran, Kota Surabaya adalah tipe Mixed-Semi Diurnal (Campuran condong ke
harian ganda) dengan tinggi muka air laut rata-rata (MSL) adalah 1,92 m.
Sedangkan menurut Saputra, dkk (2017) pengolahan data pasang surut dengan
menggunakan software worldtide memberikan nilai dari bilangan formzahl
sebesar 1,37 pada musim timur, serta pada musim peralihan II dan musim barat
didapatkan bilangan formzahl sebesar 1,11. Berdasarkan pengolahan data

17
menggunakan software worldtide juga menunjukkan bahwa perairan Surabaya
memiliki tipe pasang surut campuran dengan dominan ganda.

Gambar 3.3. Grafik Perbandingan Elevasi Muka Air

Berdasarkan gambar 3.3 menunjukkan grafik perbandingan elevasi


fluktiatif muka air antara data primer dengan data sekunder yang terjadi selama 3
x 24 jam dari tanggal 6 Juni – 8 Juni 2022. Data yang dihasilkan terdapat
perbedaan yang cukup signifikan antara kedua skema grafik tersebut, tetapi pola
grafik yang ada terdapat kesamaan meskipun tidak terlalu terlihat. Dengan waktu
yang sama tipe pasang surut yang terjadi dapat disimpulkan termasuk ke dalam
tipe pasang surut campuran cenderung harian ganda, karena dalam sehari bisa
terjadi sekali pengulangan maupun dua kali pengulangan pola pasang surut.

4.2. Pengukuran Batimetri

Berdasarkan hasil pengambilan data batimetri secara langsung


menggunakan metode pemeruman dengan alat sounding echosounder single
beam. Menurut Yudhoyono (2019), echosounder single beam merupakan alat
ecosounding yang keberadannya terdahulu, paling dasar dan sering digunakan
sampai saat ini. Alat echosounding single beam digunakan untuk mengukur
kedalaman perairan di berbagai lokasi fisik untuk membuat sebuah peta tiga
dimensional dari dasar perairan. Perancangan single beam echosounder pada
umunya dilakukan untuk pengukuran dari kapal yang sedang bergerak. Sebelum

18
melakukan pemeruman perairan laut, dilakukan terlebih dahulu pemodelan jalur
pemeruman sesuai skala yang dibutuhkan harus tepat, agar data yang diambil bisa
sempurna terbaca oleh sensor sounding. Dalam langkah ini pemodelan jalut
perum menggunakan software Globbar Mapper. Setelah peta jalur pemeruman
telah dibuat kemudian dikonversi dalam bentuk file Garmin, agar saat pemeruman
dapat dibantu navigasi peta perairan dengan GPS Garmin.
Menurut penelitian Yudhoyono (2019), perencanaan pemeruman harus
dilakukan dengan membuat lajur sounding terlebih dahulu. Kondisi alam dasar
laut menjadi syarat dalam merencanakan kerapatan pemeruman. Lajur perum
utama harus dibuat sebisa mungkin tegak lurus garis pantai dengan interval
maksimal 1 cm dari skala survei. Lajur silang untuk memastikan ketelitian posisi
pemeruman dan reduksi pasut. Berdasarkan acuan Standar Nasional Indonesia
tahun 2010, terkait ,pemeruman survei hidrografi dengan penggunaan alat
Singlebeam Echosounder dilakukan pada kelas orde khusus sampai orde satu di
kedalaman kurang dari 100 meter.

Gambar3.4. Peta pemeruman

19
Gambar 3.5 Hasil Peta Kontur Batimetri Perairan Kenjeran, Surabaya

Menurut data hasil pemeruman Perairan Kenjeran, Surabaya yang


dilaksanakan pada tanggal 6 Juni 2022 pukul 09.45 WIB didapatkan hasil nilai
elevasi terendah berada pada angka 0,4 meter, sedangkan nilai elevasai tertinggi
berada pada angka 4 meter. Data yang diambil merupakan data dengan luasan
pemeruman 1 km x 0,25 km dengan nilai kedalaman 0,4 hingga 4 meter dengan
lokasi lintasan yang berlawanan dengan garis pantai. Menurut Adiyanto (2017)
dalam Syamsudin (2019), kemiringan dasar perairan termasuk dalam kategori
landau apabila nilai kedalaman terendah kurang lebih dari 0,06 m dan nilai
kedalamaan tertinggi 2-4,8 m. Pemodelan bentuk kontur batimetri pada penelitian
ini menggunakan software ArcGIS 10.8 mendapatkan hasil peta 2D dengan
perbedaan warna sebagai tanda kedalaman laut. Menurut Hanifah et al (2016),
dalam penentuan batimetri pada perairan secara akurat diperlukan pengukuran
rerata muka air laut atau MSL (Mean Sea Level) yang digunakan sebagai
referensi 0 meter dan digunakan juga untuk menentukan topografi.

4.3. Pengukuran Arus


Berdasarkan pengukuran data arus menggunakan current meter
selanjutnya data yang didapatkan dipindah melalui software Valeport Datalog X2,
setelah itu diolah data pengukuran lapang dengan bantuan software Microsoft
Excel. Hasil data pengukuran arus yang telah di dapat pada perairan Kenjeran,
Kota Surabaya dengan titik koordinat 07 º13’30,7” S 112 º48’24” yang
dilaksanakan pada tanggal 6 Juni 2022 pukul 11.15 – 11.23 WIB dengan
perekaman data setiap 5 detik didapatkan sebanyak 95 data. Perekaman data

20
dilakukan pada kedalaman 1m, 2m, dan 3m. Berikut data pengukuran arus yang
telah diolah menjadi grafik:

Gambar 3.6. Grafik Kecepatan Arus

Menurut data pengukuran arus diatas didapatkan hasil kecepatan arus


tertinggi sebesar 0,39 m/s, sedangkan kecepatan arus terendah sebesar 0,089 m/s.
Dari grafik kecepatan arus didapatkan rata-rata kecepatan arus di perairan
Kenjeran, Kota Surabaya sebesar 0,274 m/s. Laju arus yang didapatkan dominan
mengarah ke tenggara sebesar 127º. Arus di suatu perairan terjadi karena adanya
angin yang berhembus di permukaan laut. Faktor angin sangat berpengaruh
terhadap kecepan arus. Kecepatan arus di wilayah perairan berkurang setiap
bertambahnya kedalaman. Hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh
Laili & Zainul (2019) di perairan Kenjeran, Surabaya mengatakan bahwa pada
bulan desember tahun 2019 dengan hasil kecepatan arus memiliki kisaran sebesar
0.06 – 1.17 m/s. Berdasarakan penelitian tersebut kecepatan arus perairan
kenjeran, Surabaya bertambah dari seblumnya. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor yang meliputi perubahan iklim dan pengaruh angin muson.

21
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
1. Lokasi pengambilan data tepatnya pada daerah pesisir Kenjeran, Surabaya.
Wilayah Kenjeran Surabaya adalah kawasan pesisir yang padat pemukiman
penduduk dan muaranya sungai-sungai besar di Surabaya, Pantai Kenjeran
Surabaya adalah kawasan pesisir yang padat pemukiman penduduk dan
muaranya sungai-sungai besar di Surabaya.
2. Pada perairan Kenjeran Surabaya didapatkan hasil pasang surut dengan nilai
Formzahl (F) yang didapatkan sebesar 0,85 yang disebut tipe pasang surut
campuran condong ke harian ganda, dikarenakan termasuk nilai diantara 0,25
< F < 1,50.
3. Pada hasil nilai elevasi batimetri terendah berada pada angka 0,4 meter,
sedangkan nilai elevasai tertinggi berada pada angka 4 meter. Data yang
diambil merupakan data dengan luasan pemeruman 1 km x 0,25 km dengan
nilai kedalaman 0,4 hingga 4 meter dengan lokasi lintasan yang berlawanan
dengan garis pantai.
4. Pada hasil kecepatan arus tertinggi sebesar 0,39 m/s, sedangkan kecepatan
arus terendah sebesar 0,089 m/s. Dari grafik kecepatan arus didapatkan rata-
rata kecepatan arus di perairan Kenjeran, Kota Surabaya sebesar 0,274 m/s.
Laju arus yang didapatkan dominan mengarah ke tenggara sebesar 127º
5.2. Saran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada perairan kenjeran pada 6 juni 2022
yang telah dilakukan hanya didapatkan data visualisasi. Kemudian perlunya
memodelakan sehinga hasil yang didapatkan mendekati data perairan. Perlunya
kajian secara ulang kekurangan dalam penelitian ini sehingga, dalam penelitian
yang akan mendatang terkait survey hidro-oceanografi hasil yang lebih baik.

22
DAFTAR PUSTAKA

Adiyaksa, F., & Djojomartono, prijono nugroho. (2021). Journal of Geospatial


Information Science and Engineering. Journal of Geospatial Information
Science and Engineering, 4(1), 81–86. https://doi.org/10.22146/jgise.72856

Cahyo, T. N., & Hilmi, E. (2020). Analisis Kondisi Hidro-Oseanografi Laguna


Segara Anakan Sebagai Bahan Kajian Mitigasi Masyarakat Terhadap
Lingkungan Perairan. Prosiding Seminar Nasional, 35–40.

Febrianto, T., Hestirianoto, T., & Agus, S. B. (2016). Pemetaan Batimetri Di


Perairan Dangkal Pulau Tunda, Serang, Banten Menggunakan Singlebeam
Echosounder. Jurnal Teknologi Perikanan Dan Kelautan, 6(2), 139–147.
https://doi.org/10.24319/jtpk.6.139-147

Fitriana, D., Oktaviani, N., & Khasanah, I. U. (2019). Analisa Harmonik Pasang
Surut Dengan Metode Admiralty Pada Stasiun Berjarak Kurang Dari 50 Km
Harmonic Analysis With Admiralty Methode on Sea Tides Station Less Than
50 Km. Jurnal Meteorologi Klimatologi Dan Geofisika, 6(1), 38–48.

Hamunal, B., Tanjung, R. H. R., Kalor, J. D., Dimara, L., Indrayani, E., Warpur,
M., Warpur, Y. Y. P., & Paiki, K. (2018). Studi Karakteristik Pasang Surut
Perairan Laut Mimika, Provinsi Papua. Jurnal Acropora Ilmu Kelatan Dan
Perikanan Papua, 1(1), 19–28.

Hanifah,A., Hariadi., Subardjo, P., Trenggono,M. (2016). Pemetaan Batimetri dan


Analisis Komponen Pasang Surut untuk Elevasi Perbaikan Elevasi dan
Panjang Lantai Dermaga di Perairan Pulau Lirang, Maluku Barat Daya.
Jurnal Oseaonografi, 5(4), 573-579.

Irawan, S. (2017). Kondisi Hidro-Oseanografi Perairan Pulau Bintan (Studi Kasus


Perairan Teluk Sasah). Jurnal Kelautan: Indonesian Journal of Marine
Science and Technology, 10(1), 41. https://doi.org/10.21107/jk.v10i1.2145

Irawan, S., Fahmi, R., & Roziqin, A. (2018). Kondisi Hidro-Oseanografi (Pasang
Surut, Arus Laut, Dan Gelombang) Perairan Nongsa Batam. Jurnal
Kelautan: Indonesian Journal of Marine Science and Technology, 11(1),
56. https://doi.org/10.21107/jk.v11i1.4496

23
Korto, J., Jasin, M. I., Mamoto, J. D. 2015. (2015). Analisis Pasang Surut di
Pantai Nuangan (Desa Iyok) Boltim Dengan Metode Admiralty. Sipil
Statistik, 3(6), 391–402.

Pangestu, N. J., Kushadiwijayanto, A. A., & Nurrahman, Y. A. (2020). Studi


Batimetri dan Morfologi Muara Sungai Mempawah Kabupaten
Mempawah, Kalimantan Barat. Jurnal Laut Khatulistiwa, 3(2), 69.
https://doi.org/10.26418/lkuntan.v3i2.41150

Pranowo, W., & Supriyadi, E. (2019). Tidal Analysis in Pamenugpeuk, Belitung,


and Sarmi Waters Based on Admiralty Method. Jurnal Metereologi Dan
Geofisika, 19(1), 29–38.

Saputra, V. H., Rifai, A., Oseanografi, D., Perikanan, F., Jl, D., Sudarto, P.,
Tembalang, S. H., Fax, T., & Volume, J. O. (2017). Online di :
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jose Variabilitas Musiman Pola
Arus Di Perairan Surabaya Jawa Timur. 6, 439–448.

Syamsudin., Kushadiwijayanto, A. A., & Risko. (2019). Studi Batimetri dan


Pasang Surut di Kawasan Perairan Batu Burung Kota Singkawang Selatan
Kalimantan Barat. Jurnal Laut Khatulistiwa. 2(3), 144-150.

Wiguna, E. A., Wibowo, M., Rachman, R. A., Aziz, H., & Nugroho, S. (2020).
Kondisi Hidrooseanografi Muara Sungai Jelitik, Sungailiat, Bangka
Provinsi Bangka Belitung. Buletin Oseanografi Marina, 9(1), 9–18.
https://doi.org/10.14710/buloma.v9i1.23363

Wisha, U. J., Gemilang, W. A., Rahmawan, G. A., & Kusumah, G. (2017). Pola
Sebaran Sedimen Dasar Berdasarkan Karakteristik Morfologi Dan Hidro-
Oseanografi Menggunakan Model Interpolasi Dan Simulasi Numerik Di
Perairan Utara Pulau Simeuluecut. Jurnal Kelautan: Indonesian Journal of
Marine Science and Technology, 10(1), 29.
https://doi.org/10.21107/jk.v10i1.1618

Yudhoyono, A. T. (2019). Pemetaan Batimetri menggunakan Singlebeam


Echosounder untuk Upaya Optimalisasi Pengembangan Pelabuhan
Brondong Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.

Zuhaira, H., Handoyo, G., Purwanto, P., Suryoputro, A. A. D., & Yulina, S.
(2020). Kajian Perbandingan Analisis Pasang Surut dengan Menggunakan
Metode Least Square dan Fourier di Perairan Barat Sumatera. Indonesian
Journal of Oceanography, 2(3), 225–232.
https://doi.org/10.14710/ijoce.v2i3.8184

24
25
26

Anda mungkin juga menyukai