Anda di halaman 1dari 17

MANFAAT ECHO SOUNDER PADA PERIKANAN

Tugas Mata Kuliah

PERANCANGAN SISTEM DIGITAL

Disusun Oleh:

1. Ignatius Nurismadipta

2. Indra Sugihyana

3. Yosua Alek Simamora

4. Wahyu Budi

5. Septian Dwi Cahyadi

FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO


UNIVERSITAS MERCU BUANA
BEKASI
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perikanan di Indonesia sangat besar, karena luas negara sebagian besar
adalah laut. Potensi laut dan kekayaan yang ada didalamnya dapat
dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat, terutama nelayan. Kenyataan yang
terjadi adalah sebagian besar nelayan hidup pada tingkat kesejahteraan
yang rendah karena teknologi penangkapan ikannya masih dilakukan
secara konvensional sehingga hasilnya tidak maksimal dan tidak effisien dari
sisi waktu dan energi yang digunakan. Meskipun telah dilakukan berbagai
penerapan metode penangkapan, penggunaan bermacam jenis alat
penangkapan maupun modifikasi pada alat tangkap. Hal ini disebabkan
karena proses penangkapan tidak didukung oleh ketersediaan informasi
tentang daerah penangkapan dan tentang sumberdaya ikan itu sendiri. Oleh
karena itu, diperlukan upaya untuk memperoleh informasi tersebut yang bisa
dilakukan dengan memanfaatkan metode akustik.
Metode akustik merupakan metode yang menggunakan gelombang suara
dan perambatannva untuk mendeteksi obvek atau target dalam suatu
medium. Metode akustik ini dapat memberikan informasi yang detail tentang
densitas, distribusi kedalaman renang, ukuran panjang ikan dan variasi
migrasi diurnal (Susandi, 2004). Menurut Hodges (2010), istilah “akustik”
mengacu pada gelombang suara yang bergerak dalam berbagai media.
Gelombang akustik datang dalam dua jenis: longitudinal atau kompresi dan
transversal atau bergeser. Di dalam air, hanya hanya gelombang longitudinal
atau kompresi saja yang didukung karena air memiliki kekuatan bergeser
yang lemah.
Burczynski (1982) dalam Wijaksana (2008) mengungkapkan bahwa
metode akustik digunakan untuk menentukan perubahan kelimpahan stok
ikan, dengan menggunakan sistem pemancar yang memancarkan sinyal
akustik secara vertikal disebut echosounder, sedangkan yang memancarkan
sinyal akustik secara horizontal disebut sonar.
Penggunaan echosounder disebut dengan echosounding. Menurut Firdaus
(2008), echosounding adalah teknik untuk mengukur kedalaman air dengan
memancarkan pulsa-pulsa yang teratur dari permukaan air dan kemudian
pantulan gema (echo) yang datang dari dasar laut tersebut didengar kembali.
Peningkatan kemampuan penangkapan ikan akan sangat terbantu dengan
alat ini. Sehingga para nelayan tidak lagi mengandalkan insting mencari
posisi gerombolan ikan, nelayan tidak usah melakukan pencarian ikan secara
acak di tengah laut, melainkan secra langsung menebarkan jaring secara
langsung kepada gerombolan ikan yang telah ditunjukkan oleh alat tersebut.

B. Manfaat
1. Untuk mengetahui bagian-bagian alat echosounder serta fungsi.
2. Untuk mengetahui cara kerja dan cara pengoperasian echosounder di
bidang perikanan serta kelebihan dan kekurangannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian echosounder.
Echosounder adalah alat yang dapat membantu untuk mencari ikan
dengan lebih baik, echosounder tidak menangkap ikan namun dapat
membantu untuk menangkap lebih banyak ikan dengan trawl, gill-
net, purse-net, atau jenis jaring yang lain. Echosounder bahkan dapat
membantu untuk menangkap lebih banyak ikan dengan hook and
line (Burczynski, and Ben-Yami, 1985).
Menurut Lurton (2002), multibeam echosounder pada mulanya terdiri
dari perpanjangan single-beam echosounder. Bukan transmisi dan
menerima sinar vertikal tunggal, multibeam sounder mengirimkan dan
menerima seberkas beam dengan lebar individu kecil (1-3º), di sumbu
kapal. Yang terpenting, tentu saja, adalah kemungkinan mengalikan
jumlah pengukuran simultan kedalaman (biasanya 100-200), menyapu
koridor di sekitar jalan kapal (lebar total 150 mencakup hingga 7.5 kali
kedalaman air). Kebanyakan Multibeam Sounder menggunakan besar
lebar sudut mereka untuk merekam gambar akustik menggunakan
prinsip yang sama sebagai side scan sonar. Tetapi kinerja yang
dihasilkan lebih buruk daripada dalam sistem (towfish), karena gerakan
platform dukungan dan karena insiden sudut tidak cukup merumput.
Dengan sistem tersebut, ahli geologi telah mengintegrasi pembuangan
alat-alat yang memberikan, pada saat yang sama, bathrymetry dan
reflektivitas pengukuran. Pengumpulan simultan seismik dan sedimen
profiler data dapat membantu dalam menyediakan penyelidikan yang
sangat lengkap dan menyeluruh mengenai struktur sedimen.
Singlebeam echosounder menghasilkan sinar tunggal hanya satu yang
dikirim vertikal ke dalam air. Mereka sering digunakan untuk
mendapatkan kedalaman langsung di bawah kapal, sehingga dapat
menghindari bias lebar-beam yang disebabkan oleh lereng bawah air.
Kedalaman ini digunakan baik untuk keselamatan atau navigasi atau
untuk pemetaan dasar laut. Kedalaman yang lebih besar harus
diperbaiki untuk pergerakan roll dan pitch kapal yang diamati oleh
macam yang sesuai dengan heave-roll-pitch sensor. (Xu, 2010).
B. Komponen echosounder.
Rangkaian peralatan Echo sounder terdiri dari :
1. Oscillator, adalah pesawat pada dasar kapal yang merubah energi listrik
menjadi energiacoustic dan sebaliknya.
2. Amplifier,adalah pesawat pengeras / penguat
3. Indikator, adalah pesawat untuk mengukur waktu dan penunjukan
dalamnya air.
4. Recorder, adalah pesawat yang mencatat dalamnya air yang diukur pada
lajur kertas.
5. Receiver, untuk menerima echo dari objek
6. Time base, digunakan untuk mengaktifkan pulsa

a. Transmiter
Transmitter menghasilkan listrik dengan frekuensi tertentu, kemudian disalurkan
ke transduser. Tetapi suatu perintah dari kotak pemicu pulsa pada recorder akan
memberitahukan kapan pembentuk pulsa bekerja. Pulsa dibangkitkan oleh
oscillator kemudian diperkuat oleh power amplifier, sebelum pulsa tersebut
disalurkan ke transducer (Manik, 2009).
Transmitter berfungsi menghasilkan pulsa yang akan dipancarkan. Suatu perintah
dari kotak pemicu pulsa pada recorder akan memberitahukan kapan pembentuk
pulsa bekerja. Pulsa dibangkitkan oleh oscillator kemudian diperkuat oleh power
amplifier, sebelum pulsa tersebut disalurkan ke transducer (FAO, 1983).
Transmitter juga berfungsi untuk mentransmisikan sinyal dari alat ke transducer,
yang kemudian akan dipancarkan. Di dalam transmitter inilah energi listrik
diperkuat beberapa kali sebelum disalurkan ke transducer. Jadi selain berperan
sebagai penghubung, transmitter juga berperan sebagai penguat pulsa listrik.

b. Transducer
Menurut Deo (2007), alat ini menggunakan prinsip pengukuran jarak
dengan memanfaatkan gelombang akustik yang dipancarkan
dari transduser. Transduser adalah bagian dari alat perum gema yang
mengubah energi listrik menjadi mekanik dan sebaliknya. Gelombang
akustik tersebut merambat pada medium air dengan cepat rambat yang
relatif diketahui atau dapat diprediksi hingga menyentuh dasar perairan dan
dipantulkan kembali ke transduser.
Alur menggunakan prinsip pengukuran jarak dengan memanfaatkan
gelombang akustik yang dipancarkan dari transduser. Transduser adalah
bagian dari alat perum gema yang mengubah energi listrik menjadi mekanik
(untuk membangkitkan gelombang suara) dan sebaliknya. Gelombang
akustik tersebut merambat pada medium air dengan cepat rampat yang
relatif diketahui atau dapat diprediksi hingga menyentuh dasar perairan dan
dipantulkan kembali ketransduser. Menghitung selang waktu sejak
gelombang dipancarkan dan diterima kembali (Poerbandono, 2005).
Dengan kata lain, transducer berperan sebagai penghasil sekaligus
pemancar gelombang suara ke dalam medium (air laut). Gelombang
tersebut diperoleh dengan mengubah energi listrik yang diperoleh dari
transmitter. Pada kapal, transducer ini dipasang di bagian lambung kapal
secara tegak lurus dari permukaan air dan menghadap ke arah dasar.
c. Receiver
Receiver adalah alat untuk menguatkan sinyal listrik yang lemah dari transducer
saat gema (echo) terjadi sebelum dialirkan ke recorder. Penguatan ini dilakukan
pada receiver dan jumlah penguatan dapat dibedakan oleh sensivitas (kepekaan)
atau volume control. Receiver berfungsi menerima pulsa dari objek dan display
atau recorder sebagai pencatat hasil echo. Sinyal listrik lemah yang dihasilkan
oleh transducer setelah echo diterima harus diperkuat beberapa ribu kali sebelum
disalurkan ke recorder. Selama penerimaan berlangsung keempat bagian
transducer menerima echo dari target, dimana target yang terdeteksi oleh
transducer terletak dari pusat beam suara dan echo dari target akan dikembalikan
dan diterima oleh keempat bagian transducer pada waktu yang bersamaan (Imron,
1997).
Split beam echosounder modern memiliki fungsi Time Varied Gain (TVG) di
dalam sistem perolehan data akustik. TVG berfungsi secara otomatis untuk
mengeliminir pengaruh attenuasi yang disebabkan oleh geometrical sphreading
dan absorpsi suara ketika merambat di dalam air (FAO,1983). Receiver
memisahkan dan mendeteksi dan memperkuat energy yang diterima dari sasaran.
Hasil deteksi sehubung getaran ini diperkuat kemidian disalurkan ke bagian
penguat gambar (Daulay, 2012).
Receiver digunakan untuk menangkap sinyal atau gelombang yang telah
dipantulkan oleh obyek (echo). Selain menangkap gelombang, receiver juga
memperkuat sinyal sebelum diteruskan ke recorder untuk diproses. Receiver juga
berfungsi memilih dan mengolah sinyal yang datang.

d. Recorder/Display Unit
Recorder berfungsi sebagai alat pencatat yang ditulis ke dalam kertas serta
menampilkan pada layar display CRT (Cathoda Ray Tube) berupa sinar osilasi
(untuk layar warna) ataupun berupa tampilan sorotan lampu neon (untuk echo
sounder tanpa rekaman), selain itu juga dapat berfungsi sebagai pemberi sinyal
untuk menguatkan pulsa transmisi dan penahanan awal penerimaan echo pada saat
yang sama (Imron, 1997).
Recorder berfungsi untuk merekam atau menampilkan sinyal echo dan juga
berperan sebagai pengatur kerja transmitter dan mengukur waktu antara
pemancaran pulsa suara dan penerimaan echo atau recorder memberikan sinyal
kepada transmitter untuk menghasilkan pulsa dan pada saat yang sama recorder
juga mengirimkan sinyal ke receiver untuk menurunkan sensitifitasnya (FAO,
1983). Recorder echosounder membuat gambar yang memperlihatkan kedalaman
ikan dan dasar laut. Gambar-gambar yang dibuat akan bergambar sehelai kertas
sehingga bias disimpulkan untuk dilihat kemudian (Varina et al.,2013).
Jadi, recorder atau display digunakan sebagai penampil data hasil tangkapan
sinyal dari receiver. Data atau informasi sinyal yang ditangkap kemudian diubah
sehingga bisa ditampilkan dan dibaca secara langsung. Tampilan digital
dari recorder atau display inilah yang bisa disimpan dan diolah untuk kepentingan
yang lebih lanjut.

e. Fungsi echosounder.
Menurut Vires dan Nowacek (2011) echosounder telah digunakan untuk
penelitian di bidang perikanan lebih dari tujuh puluh tahun.
Echosounder menggunakan gelombang akustik aktif (mengirim dan menerima
sinyal) dan dapat digunakan untuk mengetahui atau mendeteksi jumlah biomassa
ikan di laut. Raharjo (2002) juga mengungkapkan bahwa metode akustik yang
tercanggih dan terbaik hingga saat ini untuk kegunaan pendugaan sebaran dan
kelimpahan ikan pada suatu perairan adalah dengan sistem bim ganda (dua belam)
dan sistem akustik bim terbagi (split beam echosounder).
Fungsi yang paling mendasar dari echosounder adalah untuk mengukur jarak ke
dasar samudera dengan akurat (Firdaus, 2008). Pengukuran kedalaman dasar laut
dapat dilakukan dengan Conventional Depth Echosounder, dimana kedalaman
dasar laut dapat dihitung dari perbedaan waktu antara pengiriman dan penerimaan
pulsa suara (Noorjayantie, 2009).
Untuk kepentingan perikanan, penggunaan echosounder sangat efisien. Hal ini
karena instrumen ini mampu mendeteksi ikan dan dasar laut secara bersamaan.
Metode akustik yang efektif dan menjajikan adalah scientifiec
echosounder. Scientifiec echosounder mampu mengukur dengan mudah sinyal
pantulan (echoes) yang berasal dari ikan dan dasar laut. Teori dari bottom
scattering telah dikembangkan untuk melihat performance dari scientifiec
echosounder (Manik, 2006).
f. Cara Kerja echosounder.
Echosounder dikenal terdapat suatu pemancar yang membangkitkan
getaran-getaran listrik disalurkan ke suatu alat yang ditempatkan pada dasar
kapal dan mengubah energi listirik menjadi getaran dalam laut. Getaran
inilah yang dialirkan dalam bentuk impuls vertikal kedasar laut dan
dipantulkan kembali satu pesawat penguat memberikan kepada getaran-
getaran gema listrik satu amplitude lebih besar lalu disalurkan ke satu
pesawat petunjuk (indikator) dan membuat gambar (Marine Inside, 2013).
Ketika getaran mengenai objek maka sebagian energinya ada yang
dipantulkan, dibiaskan ataupun diserap. Untuk gelombang yang dipantulkan
energinya, akan diterima oleh recorder ,hasil yang diterima berasal dari
pengolahan data yang diperoleh dari penentuan selang waktu antara pulsa
yang dipancarkan dari pulsa yang diterima. Dari hasil ini dapat diketahui
jarak dari suatu objek yang dideteksi (Dias, 2012).
Echosounder mengukur kedalaman air dengan membangkitkan pulsa
akustik pendek atau ping yang dipancarkan kedasar air kemudian
mendengarkannya kembali echo dari dasar air itu. Waktu antara pulsa
akustik yang dipancarkan dan kembalinya echo adalah waktu yang
diperlukan gelombang akustik untuk merambat ke dasar air dan memantul
kembali ke permukaan air. Dengan mengetahui waktu dan kecepatan suara
dalam air, maka kedalaman dasar air dapat dihitung (Firdaus. 2008).
Prinsip kerjanya yaitu: pada transmiter terdapat tranduser yang berfungsi untuk
merubah energi listrik menjadi suara. Kemudian suara yang dihasilkan
dipancarkan dengan frekuensi tertentu. Suara ini dipancarkan melalui medium air
yang mempunyai kecepatan rambat sebesar, v=1500 m/s. Ketika suara ini
mengenai objek, misalnya ikan maka suara ini akan dipantulkan. Sesuai dengan
sifat gelombang yaitu gelombang ketika mengenai suatu penghalang dapat
dipantulkan, diserap dan dibiaskan, maka hal yang sama pun terjadi pada
gelombang ini.

Ketika gelombang mengenai objek maka sebagian enarginya ada yang


dipantulkan, dibiaskan ataupun diserap. Untuk gelombang yang dipantulkan
energinya akan diterima oleh receiver. Besarnya energi yang diterima akan diolah
dangan suatu program, kemudian akan diperoleh keluaran (output) dari program
tersebut. Hasil yang diterima berasal dari pengolahan data yang diperoleh dari
penentuan selang waktu antara pulsa yang dipancarkan dan pulsa yang diterima.
Dari hasil ini dapat diketahui jarak dari suatu objek yang deteksi.

Cara Pemakaian :
1. Memasang alat dan cek keadaan alat sebelum memulai pengambilan data.
2. Pastikan kabel single beam dan display sudah terpasang.
3. Pasang antena, jika diperlukan input satelit GPS.
4. Masukkan single beam kedalam air.
5. Set Skala kedalaman yang ditampilkan display.
6. Set frekuensi yang akan digunakan 200 Hz untuk laut dangkal atau 50 Hz
untuk laut dalam atau dual untuk menggunakan keduanya.
7. Set input data air yaitu salinitas, temperatur dan tekanan air.
8. Pengambilan data.
9. Pemrosesan data.

Pengolahan Data :
Perhitungan kedalaman diperoleh dari setengah waktu pemantulan signal
dari echosounder memantul ke dasar laut kemudian kembali ke echosounder. Nilai
waktu yang diperoleh di konversikan dengan kecepatan gelombang suara di dalam
air.
Untuk data kedalaman yang lebih tepat, dimasukkan pula data-data
temperatur air, salinitas air dan tekanan air. Hal ini diperlukan untuk memperoleh
konversi yang tepat pada cepat rambat suara di dalam air.
Berikut adalah perhitungannya :
c = 1448.6 + 4.618T2 − 0.0523 + 1.25 * (S − 35) + 0.017D
dimana :
c = kecepatan suara (m/s)
T = temperatur (degrees Celsius)
S = salinitas (pro mille)
D = kedalaman
Nomer 1 Mengapa 1 lintang dan 1 lintang sama besarnya

Bumi adalah oblate ellipsoid, yang diputar pada sumbu elips minor, dengan radius
khatulistiwa Re = 6, 378,1349 km (West, 1982) sedikit lebih besar dari radius
kutub Rp = 6, 356,7497 km. Tonjolan khatulistiwa kecil karena rotasi bumi. Jarak
di bumi diukur dalam berbagai unit yang berbeda, yang paling umum adalah
derajat lintang atau bujur, meter, mil, dan mil laut. Lintang adalah sudut antara
vertikal lokal dan bidang ekuator. Sebuah meridian adalah persimpangan di
permukaan bumi terhadap bidang ekuator dari bidang tegak lurus dan melewati
sumbu rotasi bumi. Bujur adalah sudut antara meridian standar dan setiap
meridian lainnya, dimana meridian standar salah satu yang melewati titik di Royal
Observatory di Greenwich, Inggris. Jadi bujur diukur timur atau barat dari
Greenwich. Sebuah derajat garis lintang yang tidak sama panjang sebagai derajat
bujur kecuali di khatulistiwa. Latitude diukur sepanjang lingkaran besar dengan
jari-jari R, di mana R adalah jari-jari rata-rata bumi. Bujur diukur sepanjang
lingkaran dengan jari-jari Rcosφ, di mana φ adalah lintang. Jadi 1 ◦ lintang = 111
km, dan 1 ◦ bujur = 111 cosφ km. Karena jarak dalam derajat bujur tidak konstan,
ahli kelautan mengukur jarak pada peta menggunakan derajat lintang. Mil laut dan
meter yang terhubung historis dengan ukuran bumi. Gabriel Mouton mengusulkan
pada tahun 1670 sistem desimal pengukuran berdasarkan panjang busur yang satu
menit dari lingkaran besar bumi. Hal ini pada akhirnya menjadi mil laut. Sistem
desimal Mouton yang akhirnya menjadi sistem metrik berdasarkan unit yang
berbeda panjang, meter, yang semula dimaksudkan untuk menjadi sepersepuluh
juta jarak dari Khatulistiwa ke tiang bersama Paris meridian. Meskipun dasi antara
mil laut, meter, dan bumi radius segera ditinggalkan karena tidak praktis,
pendekatan yang sangat baik. Misalnya, lingkar kutub bumi adalah sekitar 40.008
km. Oleh karena itu sepersepuluh juta dari kuadran adalah 1,0002 m. Demikian
pula, bahari km harus km 1,8522, yang sangat dekat dengan definisi resmi
internasional mil laut: 1 nm ≡ 1,8520 km.
Bumi adalah sebuah ellipsoid bintang, ellipse diputar tentang sumbu kecil, dengan
jari-jari khatulistiwa Re = 6,378.1349 km (Barat, 1982) sedikit lebih besar dari
jari-jari kutub Rp = 6,356.7497 km. Tonjolan khatulistiwa kecil adalah karena
rotasi bumi. Jarak di bumi diukur dalam banyak unit yang berbeda, yang paling
umum adalah derajat Lintang Bujur, meter, km dan mil. Latitude adalah sudut
antara vertikal lokal dan pesawat Khatulistiwa. Meridian merupakan
persimpangan di permukaan bumi bidang tegak lurus khatulistiwa pesawat dan
melewati Bumi sumbu rotasi. Longitudeis sudut antara meridian standar dan
meridian lain, dimana meridian standar adalah salah satu yang melewati titik pada
Royal Observatory di Greenwich, Inggris. Dengan demikian bujur diukur Timur
atau Barat Greenwich. Derajat Lintang bukanlah panjang yang sama sebagai gelar
bujur kecuali di khatulistiwa. Latitude diukur sepanjang lingkaran besar dengan
radiusR, mana Ris jari-jari berarti bumi. Bujur diukur sepanjang lingkaran dengan
jari-jari Rcosϕ, mana ϕis latitude. Dengan demikian 1 kemampuan latitude = 111
km, dan 1 kemampuan bujur = 111 cosϕkm. Karena jarak dalam derajat Bujur
tidak konstan, utuh sebelum diserbu mengukur jarak di peta menggunakan derajat
Lintang. Mil dan meter terhubung secara historis thesize bumi. Gabriel Mouton
diusulkan pada tahun 1670 desimal sistem pengukuran berdasarkan panjang busur
yang satu menit lingkaran besar bumi. Ini akhirnya menjadi mil. Sistem desimal
Mouton's akhirnya menjadi sistem metrik yang didasarkan pada unit yang berbeda
dari panjang, meter, yang awalnya dimaksudkan untuk menjadi salah satu sepuluh
juta jarak dari khatulistiwa ke Kutub sepanjang Paris meridian. Meskipun dasi
antara mil, meter dan radius bumi segera ditinggalkan karena tidak praktis,
pendekatan sangat baik. Sebagai contoh, Lingkar polar bumi adalah sekitar 40,008
km. Oleh karena itu satu sepuluh juta kuadran adalah 1.0002 m. Demikian pula,
mil harus km 1.8522, yang sangat dekat dengan definisi resmi mil internasional: 1
nm ≡1.8520 km.

Nomer 3 Pengertian Sound Channel :


Sound channel atau kanal suara merupakan lapisan dimana kecepatan suara
minimum dimana lapisan ini terletak di bawah lapisan thermocline. Hal ini dapat
terjadi karena di lapisan thermocline terjadi pengurangan C sementara di bawah
lapisan thermocline terjadi penambahan. Rentang kedalaman dalam laut di mana
kecepatan suara dalam air laut mengambil nilai minimum lokal. Gelombang suara
yang dihasilkan dalam saluran ini suara atau Waveguide akan melalui pembiasan
terus-menerus di vertikal karena efek suhu di atas dan efek tekanan bawah, tetap
di dalamnya. Suara ini dapat menyebarkan jarak horisontal besar dalam
Waveguide ini dengan relatif sedikit kerugian pada amplitudo.
Nomer 2 Croos Section

Analisa nomer 6
Pokoknya salinitas itu tergantung pada evaporasi. semakin besar evaporasi
(temperatur tinggi) maka semakin besar salinitas dan kaitannya sama bujur
kayaknya letak laut itu deh bujur yg gimananya soalnya kan bakalan tergantung
sama sinar matahari yg didapat
Analisa nomer 5
Temperatur tinggi = salinitas tinggi semakin dalam kedalaman maka temperatur
semakin rendah
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Tidak membuang-buang waktu dan bahan bakar untuk mencoba
menangkap ikan di tempat dimana ada beberapa ikan atau tidak ada
ikan sama sekali.
2. Dapat menangkap lebih banyak ikan
karena echosoundermenunjukkan dimana terdapat lebih banyak ikan
untuk ditangkap.
3. Echosounder menunjukkan kedalaman air.
4. Dapat melihat batu, bangkai kapal kapal atau sampah di bawah
sehingga dapat menghindari kehilangan atau kerobekan jaring Anda.
B. DAFTAR PUSTAKA

Arnaya, I.N. 1991. Dasar-dasar Akustik. Diktat Kuliah Program Studi Ilmu
danTeknologi Kelautan. Institut Pertanian Bogor
Budiarto, Aris. 2001. Aplikasi Split Beam Acoustic System Untuk Pendugaan
Nilai Densitas Ikan di Perairan Teluk Jakarta. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Burczynski, J. 1982. Introduction to The Use of SONAR Systems for estimating
Fish Biomass. FAO: Rome
Burczynski, J., dan Ben-yami. 1985. Finding Fish With Echosounder. FAO:
ROMA

Anda mungkin juga menyukai