Pertemuan 2 :
Gerakan Uncoupled Heaving
Dosen Pengampu :
Muhammad Iqbal, ST, MT
Dalam suatu sistem, persamaan gerak terdiri dari 4 gaya yang bekerja, yaitu :
1. Gaya Inersia
Gaya yang ada saat kapal bergerak dalam gerakan osilasi. Gaya ini adalah Hukum Newton II
dimana gaya inersia adalah massa dikalikan dengan percepatan.
𝑑2𝑧
𝜮𝑭𝒂 = 𝒂 2 (1)
𝑑𝑡
Pada kasus gerakan kapal, massa kapal yang dinotasikan dengan koefisien 𝒂 (N. s2/m)
mempunyai massa tambah. Sehingga koefisien 𝒂 terdiri dari massa kapal dan massa tambah
kapal.
𝑑2 𝑧
adalah turunan kedua dari posisi 𝑧 (gerakan heaving) terhadap waktu, yaitu percepatan
𝑑𝑡 2
heaving.
2. Gerakan Uncoupled Heaving (I)
• Persamaan Gerak.
𝑭𝒄 = −𝒄 𝑧 (2)
Jika gaya ini masuk dalam gaya inersia (persamaan 1), maka persamaan gerak menjadi
𝑑2𝑧
−𝒄 𝑧 = 𝒂 2
𝑑𝑡 (3)
𝑑2 𝑧
𝒂 2 +𝒄𝑧 = 𝟎
𝑑𝑡
𝑭 = 𝑭𝟎 𝑆𝑖𝑛 𝜔𝑒 𝑡 (11)
Jika gaya ini dimasukkan ke dalam persamaan 7, maka persamaan gerak menjadi :
𝑑2 𝑧 𝑑𝑧
𝒂 2 +𝒃 + 𝒄 𝑧 = 𝑭𝟎 𝑆𝑖𝑛 𝜔𝑒 𝑡 (12)
𝑑𝑡 𝑑𝑡
Karena menjadi gerak harmonik (reguler), maka akan menghasilkan 1 amplitudo maksimum
heaving (𝑧𝑎 ) untuk 1 frekwensi encounter (ω𝑒 ). Jika kapal dihadapkan dengan ω𝑒 yang
berbeda beda, akan menghasilkan 𝑧𝑎 yang berbeda. Hal ini tergambar dalam kurva RAO
Heaving yang merupakan output dari respon gerak heaving kapal di gelombang reguler.
2. Gerakan Uncoupled Heaving (I)
• Penyelesaian Akhir Persamaan Gerak.
Diketahui :
Berat kapal : 6200 N
Frek gel, 𝜔𝑤 : 0,5 rad/s
Kecepatan Kapal : 12 knot
Sudut Heading : 180 derajat
Koefisien 𝒄 : 102000 N/m
Koefisien 𝒃 : 123500 N. s/m
Gaya Eksitasi Gelombang : 100087 N
Ditanya :
𝜔𝑒 , 𝒃𝒄 , 𝑧𝑠 , 𝑧𝑎