Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH JUMLAH DAUN PROPELLER TERHADAP

GETARAN KAPAL DENGAN METODE ELEMEN HINGGA

OLEH :
AMANUL IHSAN
D031171511

DEPARTEMEN TEKNIK PERKAPALAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dengan semakin majunya perkembangan dunia perkapalan, dan ukuran kapal
semakin besar serta semakin cepat, perhatian terhadap kenyamanan penumpang
juga menjadi perhatian besar. Faktor utama dalam aspek kenyamanan adalah
bagaimana menciptakan suasana yang tenang dan gangguan gaya luar sedapat
mungkin diminimalkan. Di kapal dan semua moda transportasi, getaran menjadi
gaya luar terbesar yang mempengaruhi kenyamanan penumpang. Oleh karena itu,
sejak akhir abad ke-19, subjek ini telah mejadi perhatian para insinyur kapal dalam
menciptakan kenyamanan berlayar1.

Getaran kapal dapat bersumber dari beberapa hal, tetapi penyumbang getaran
terbesar adalah dari sistem propulsi yang terdiri dari propeller, propeller shaft, dan
mesin diesel. Oleh karena itu, getaran terbesar akan diterima oleh ruang mesin.
Propeller disini bertindak sebagai penghasil gaya thrust yang akan mendorong
kapal. Interaksi antara gaya thrust dan reaksi yang diberikan oleh air memenuhi
hukum Newton ke-3. Peran aliran fluida sangat besar dalam getaran kapal. Oleh
sebab itu, propeller akan memengaruhi besarnya getaran kapal yang dihasilkan.
Semua aspek geometri propeller yang berkaitan dengan aliran fluida akan
memengaruhi getaran kapal. Untuk besarnya pengaruh itu, diperlukan analisis
dengan metode elemen hingga menggunakan software.

Secara garis besar, getaran kapal dapat ditinjau dalam 2 hal, yaitu : lenturan
badan kapal akibat dari getaran yang utamanya disebabkan oleh gelombang dan
baling-baling, dan getaran lokal sistem konstruksi maupun komponen-komponen
mesin diantaranya getaran pelat, poros, tiang mast, pompa dan lain-lain2

Dari kedua sumber getaran ini, dapat ditinjau bahwa ada gaya luar dan gaya
dalam yang berperan didalam pembentukan getaran. Gaya-gaya ini tidak bisa begitu
saja disepelekan karena sangat berepngaruh pada efektifitas dan efisiensi pekerjaan

1
R.T McGoldrick, 1960. Ship Vibration. Washington. David Taylor Model Basin
2
Imron, A. Catatan Kuliah Getaran Kapal, Jurusan Teknik Perkapalan. Institut Teknologi Sepuluh
Nopember, Surabaya
yang akan dilakukan di atas kapal. Tentunya dengan suasana kerja yang tenang,
para awak kapal dapat lebih produktif tanpa harus mengorbankan faktor-faktor
lainnya.

Getaran yang melewati batas yang ditentukan dalam ABS (American Bureau
of Shipping) akan sangat tidak baik untuk keadaan berlayar, khususnya untuk kapal
penumpang. Getaran yang terjadi secara kontinyu juga tidak baik bagi komponen
sistem penggerak kapal, yaitu akan terjadi aus yang terjadi akibat friksi antar
komponen.

Oleh karena itu, kesenjangan antara teoritik dan praktik sperti ini harus
dipertemukan dengan melaksanakan penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh
Jumlah Daun Propeller Terhadap Getaran Kapal Dengan Metode Elemen
Hingga”. Diharapkan dengan penelitian ini, getaran kapal dapat diprediksi dan
dapat disesuaikan dengan Nilai Ambang Batas (NAB) yang terdapat pada standar
ABS.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka masalah penelitian


dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana cara menghitung frekuensi natural sebuah model kapal ?

2. Bagaimana pengaruh kondisi poros propeller kapal ketika menerima


pembebanan pada masing-masing propeller ?

3. Apakah terjadi resonansi pada salah satu model propeller ?

1.3. Batasan Masalah

1. Penelitian ini terbatas pada pengaruh jumlah daun propeller terhadap


getaran di kamar mesin kapal tanpa memperhatikan faktor yang lain.

2. Perhitungan getaran menggunakan software ANSYS untuk mencari


frekuensi natural kapal dan frekuensi eksitasi dari propeller

1.4. Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengaplikasikan metode elemen hingga untuk menghitung nilai frekuensi


natural sistem propulsi kapal

2. Mengaplikasikan metode elemen hingga untuk mengetahui kondisi poros


propeller kapal pada tiap model

3. Mengaplikasikan metode elemen hingga untuk memprediksi resonansi pada


tiap model.

4. Untuk memberikan saran terhadap tingkat getaran kapal agar dapat sesuai
dengan peraturan pelayaran

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai sumber rujukan bagi penelitian getaran kapal di masa yang akan
datang
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Pengertian Getaran

Getaran mekanik dapat didefinisikan sebagai gerak osilasi dari sistem


mekanik di sekitar titik/posisi seimbang. Getaran terjadi karena adanya gaya
eksitasi. Hampir semua mesin yang bergerak akan bergetar meskipun mungkin
intensitasnya sangat kecil. Karena secara praktis tidak mungkin menghilangkan
eksitasi getaran sama sekali. Eksitasi dapat terjadi karena adanya
ketidakseimbangan pada mesin itu sendiri atau dari sumber di luar mesin. (Joni
Dewanto, 1999).

Pada banyak hal biasanya terjadinya getaran sangat tidak diinginkan karena
getaran dapat mengganggu kenyamanan, menimbulkan ketidak presisian atau
menurunkan kwalitas kerja mesin-mesin perkakas. Bahkan getaran juga dapat
merusak konstruksi mesin. Untuk itu banyak upaya dilakukan untuk meredam
getaran. Meredam getaran pada dasarnya dapat dilakukan dengan meminimalkan
gaya gaya eksitasi akan tetapi juga dapat dilakukan. (Joni Dewanto, 1999)

3.2. Elemen Sistem Getaran

Elemen-elemen dari sistem getaran ditunjukkan sebagaimana gambar 1 di


bawah. Masing-masing diidealisasikan sebagai massa (m), pegas (k), peredam ©,
dan eksitasi (F). Tiga elemen pertama menunjukkan kondisi fisik dari sistem.
Keadaan fisik suatu sistem dapat dinyatakan sebagai massa, pegas dan peredam
yang tersusun misalnya seperti pada gambar 1. Massa (m) diasumsikan sebagai
body kaku (rigid) yang tidak memiliki elastisitas dan redaman. Sebaliknya pegas
juga dianggap hanya memiliki elastisitas (k) saja sehingga massa dan redamannya
diabaikan.

Gambar 1 : Sistem Getaran 1 Derajat Kebebasan

Persamaan gerak massa (m) merupakan respon karena adanya eksitasi gaya (F).
Karakteristik getaran biasanya ditunjukkan sebagai persamaan perpindahan, bukan
persamaan kecepatan ataupun persamaan percepatan dari massa (m).

Gaya pegas terjadi hanya jika terdapat defleksi relatif antara kedua ujung-
ujungnya. Menurut hukum Hooke's besarnya gaya pegas sebanding dengan defleksi
relatif tersebut. Konstanta kesebandingannya disebut konstanta pegas (k) dan
dinyatakan dalam satuan gaya per satuan panjang. Untuk peredam viscous besarnya
gaya redaman sebanding dengan kecepatan dan faktor kesebandingan disebut
koefsien redaman

3.3. Klasifikasi Getaran

Getaran dapat diklasifikasikan menurut ada tidaknya eksitasi yang bekerja


secara kontinyu, menurut derajat kebebasannya atau menurut sistem massanya.
Menurut klasifikasi yang pertama getaran dibedakan sebagai getaran bebas atau
getaran paksa. Disebut sebagai getaran paksa jika pada sistem getaran terdapat gaya
eksitasi periodik yang bekerja kuntinyu sebagai fungsi waktu. Pada sistem getaran
bebas getaran terjadi karena adanya eksitasi sesaat seperti gaya impulsif atau
adanya simpangan awal. Menurut derajat kebebasannya getaran dapat dibedakan
sebagai getaran derajat satu, dua, atau n derajat sesuai dengan banyakya koordinat
bebas (independence) yang diperlukan untuk mendefinisikan persamaan gerak
sistem tersebut. Pada sistem getaran massa diskret setiap massa dianggap sebagai
bodi kaku dan tidak mempunyai elastisitas. Sebaliknya pada sistem massa kontinu,
massa yang bergetar tidak dianggap sebagai bodi kaku tetapi mempunyai elastisitas
sehingga dimungkinkan adanya gerak relatif di antara titik-titik pada massa
tersebut. Sistem massa kontinyu memiliki n derajat kebebasan yang tak berhingga.
Ketiga model klasifikasi getaran tersebut ditunjukkan pada gambar 2. (Joni
Dewanto, 1999)

Gambar 2 : a). Sistem getaran massa diskret satu derajat


kebebasan, b) Sistem getaran paksa satu derajat kebebasan

3.4. Aturan Biro Klasifikasi.

Salah satu pasal pada standar ABS menyatakan bahwa : “Getaran longitudinal
sistem propulsi dianggap berlebihan apabila root mean square (RMS) amplitudo
percepatannya lebih besar dari 0.25 gravitasi. Dalam banyak kasus, amplitudo
diasumsikan konstan sehingga :

2𝜋𝑛𝑍 2
𝐴 𝑟𝑚𝑠 = [ ] 𝑋
60

A rms < 0.25 gravitasi

3.5. Metode Elemen Hingga

Metode elemen hingga adalah prosedur numerik yang dapat digunakan untuk
memecahkan masalah mekanika kontinum dengan tingkat ketelitian yang dapat
diterima. Sebagai ilustrasi dapat dilihat pada Gambar 1.1, yaitu suatu struktur
(bidang) dengan lubang, beban yang bekerja adalah tekanan (pressure). Untuk
menyelesaikan masalah ini diperlukan solusi numerik. Gambar 1.1b
memperlihatkan model elemen hingga. Elemen-elemen berbentuk segitiga
(triangle) dan kuadrilateral (quadrilateral) baik linier maupun kuadratik merupakan
beberapa contoh tipe elemen hingga. Titik-titik hitam disebut titik nodal (node).
Suatu jaring (mesh) adalah susunan yang terdiri dari titik nodal dan elemen
Gambar 3 : Struktur aktual dan model elemen hingga (a)struktur aktual (b)model elemen hingga (c)elemen segiempat bidang

Pada dasarnya, elemen hingga merupakan bagian-bagian kecil dari struktur


aktual (sebenarnya). Elemen hingga harus dapat berdeformasi dengan cara yang
terbatas. Sebagai contoh apabila ujung-ujung elemen dikendalakan untuk tetap
lurus, maka elemen yang bersebelahan dengannya tidak akan tumpang tindih
maupun terpisahkan (Gambar 1.1c).

Untuk memformulasikan suatu elemen, harus dicari dan dihitung terlebih


dahulu gaya-gaya titik nodal (nodal forces) yang menghasilkan berbagai ragam
deformasi elemen. Teori yang digunakan, sebagai contoh yaitu balok (beam) atau
batang (bar). Untuk elemen-elemen yang didefinisikan pada Gambar 1.1b dan
Gambar 1.1c, akan dipelajari pada buku ini.

Metode elemen hingga dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan


bagaimana permukaan suatu benda yang tidak datar, sebagai contoh permukaan
yang berubah secara halus (Gambar 1.2), ternyata dapat didekati dengan permukaan
dengan permukaan yang datar. Elemen dengan jumlah empat titik nodal dan
delapan titik nodal, yang masing-masing diperlihatkan dengan permukaan terpilin
dan lengkung, merupakan teknik pendekatan tersebut.

Pendekatan akan semakin baik apabila elemen yang digunakan semakin banyak.

Gambar 4 : Fungsi kombinasi dan elemen tipikal pendekatan


3.6. Aplikasi Metode Elemen Hingga
Metode elemen hingga (finite element method atau FEM) dalam konteks dan
aplikasi praktis sering pula disebut finite element analysis atau FEA. Metode
elemen hingga merupakan teknik numerik untuk mendapatkan solusi pendekatan
dari suatu persamaan diferensial parsial (partial differenctial equations atau PDE)
seperti halnya persamaan integral. Pendekatan solusi berbasis mengeliminasi
persamaan diferensial kompleks (permasalahan steady state), atau memberikan
PDE menjadi sistem pendekatan persamaan diferensial biasa, yang mana
selanjutnya dapat diintegrasikan secara numerik menggunakan teknik standar,
sebagai contoh metode Euler, Runge-Kutta, dan lain-lain.3

Pada suatu penyelesaian persamaan diferensial parsial, tantangan utama adalah


menciptakan persamaan pendekatan yang berhubungan dengan persamaan yang
sedang dipelajari, yang mana stabil secara numerik, dalam arti kesalahan (error)
yang dihasilkan atau yang mungkin terjadi tidak memberikan pengaruh secara
signifikan. Metode elemen hingga merupakan pilihan yang tepat untuk
menyelesaikan permasalahan persamaan diferensial parsial dalam domain yang
kompleks, ketika domain berubah, ketika presisi yang diinginkan bervariasi dari
seluruh domain, atau ketika menghadapi kondisi kurang-halusnya suatu solusi
pendekatan.4

3
Aji Pranata, Yosafat. 2019. Diktat Kuliah Metode Elemen Hingga. Bandung. Universotas Kristen
Maranatha
4
Ibid.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif yaitu dengan melakukan
investigasi terhadap pengaruh atau interaksi antara jumlah daun propeller dan
getaran yang dihasilkan pada kamar mesin kapal. Penelitian dilakukan dengan cara
membuat model di software untuk tiap variabel keadaan kemudian dianalisis untuk
tingkat getarannya dan hasil itu dibandingkan. Kemudian keluar saran bagaimana
memilih jumlah daun propeller sesuai dengan kondisi input.

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian


4.3. Jenis Data
Penelitian ini menggunakan jenis data sekunder yang mana data yang
diperoleh atau dikumpulkan Penulis dari berbagai sumber yang telah ada. Data
sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti buku, laporan, jurnal, dan
lai-lain. Dalam penelitian ini, penulis mengambil data kapal berupa lines plan dan
general arrangement.

4.4. Metode Analisis Data


Metode analisis data yaitu analisis terhadap frekuensi getaran di kapal pada
berbagai model menggunakan ANSYS.

4.5. Diagram Alir Penelitian


MULAI

MENENTUKAN MODEL KAPAL TIAP VARIABEL


DENGAN LINES PLAN, GENERAL
ARRANGEMENT

MEMBUAT MODEL KAPAL UNTUK


TIAP VARIABEL DENGAN ANSYS

MENGHITUNG FREKUENSI
NATURAL KAPAL

MENGHITUNG
FREKUENSI EKSITASI
PROPELLER

MENGANALISIS APAKAH
TERJADI RESONANSI

SELESAI

Anda mungkin juga menyukai