Anda di halaman 1dari 5

PROGRESSIVE SPEED TRIAL

Dalam melakukan Progressive Speed Trial, tujuan utamanya adalah mengukur kecepatan dalam kondisi operasi yaitu pada saat kapal berjalan terus menerus tanpa berhenti. Dengan demikian dapat diketahui kemampuan maksimal kapal untuk kecepatan dan RPM propeller kapal pada kondisi yang telah distandarkan, apakah telah sesuai dengan kontrak kerja terhadap pembuatan kapal tersebut. Sebelum kita melangkah ke tahap selanjutnya, ada baiknya untuk mengetahui definisi apa saja yang ada dalam speed trial ini. Kecepatan kapal : adalah kecepatan berjalannya kapal pada kondisi yang telah disepakati, kecepatan yang dianggap benar adalah kecepatan pada kondisi antara lain, tidak ada angin atau kecepatan angin berdasarkan Beaufort 2 ; tidak ada ombak atau kecepatan dan ketinggian ombak sesuai dengan Beaufort 1; tidak ada arus ; pada perairan dalam ; dan permukaan lambung serta propeller masih benar-benar baru dan mulus. Docking Report : adalah laporan yang mendokumentasikan kondisi permukaan lambung dan propulsor kapal yang berasal dari data docking terbaru. Trial Agenda : dokumen yang menjelaskan cakupan apa saja dalam melakukan Speed/Power trial, dokumen ini juga memberikan prosedur apa saja dalam melaksanakan trial dan apa saja data yang diperlukan untuk dicatat sebagai hasil dari trial. Trial Log : pada saat running Log ini berfungsi mencatat running number, maneuver yang dilakukan saat itu, kecepatan yang dicapai, waktu antara start & stop, dan banyak hal lainnya.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dipersiapkan dalam melakukan Progressive speed trial dirangkum dalam paragraph-paragraf di bawah ini : 1. Trial preparation : a. Akses untuk pengecekan peralatan di kapal b. Dukungan yang diperlkuan untuk beberapa peralatan di kapal seperti : Gyro Compass ;Wind meter ; Rudder angle indicator ; Log Speed ; dan Propeller Pitch. c. Meragamkan tingkatkan output dari masing-masing pengukuran di atas untuk meyakinkan operasional berjalan dengan baik dan benar. d. Mengecek ruangan dan supply listrik yang diperlukan untuk trial instrumentation dan equipment 2. Inspeksi kapal : a. Persiapan untuk trial dengan mengecek kembali dimensi poros, propulsi dan spesifikasi, kemudian melakukan review terhadap trial agenda. b. Inspeksi permukaan hull dan properller ; inspeksi aksesabilitas peralatan di kapal dll.

c. Melaporkan hasil inspeksi dan mendistribusikan informasinya. 3. Survey Hull dan Propulsor kapal : Survey kekasaran permukaan sangat dianjurkan sebelum melakukan sea trial progressive speed, agar bisa didapatkan kecepatan yang sesungguhnya, adapun tingkat kekasaran tidak bisa melebihi 250 m (x 10 -6 ) (6.35 mils) untuk kekasaran lambung. Tingkat kekasaran untuk propulsor adalah dalam hal ini propeller dan rudder tidak boleh melebihi 150 m (x 10 -6 ) (3.81 mils). 4. Kalibrasi instrument : Instrument di bawah ini yang berhubungan dengan navigasi dan menunjukkan laju kecepatan kapal harus dikalibrasi agar output yang dihasilkan relevan. a. Gyro Compass b. Wind meter c. Rudder angle indicator d. Log Speed e. Propeller Pitch. 5. Kondisi Trial : Speed trial sangat membutuhkan data yang akurat, karenannya agar GPS dapat menghasilkan data yang sesuai, perlu dipilih area yang terbuka dan tidak ada aktifitas kapal di sekitarnya. Draft, trim dan displacement kapal pada saat trial harus didapatkan dengan merata-rata kan pembacaan tanda draft. Kapal harus dikondisikan sedekat mungkin dengan kondisi yang telah disepakati bersama. Lingkungan akan sangat mempengaruhi hasil dari trial, oleh karena itu segala hal yang terjadi saat pelaksanaan trial, harus dimonitor dan didokumentasikan . a. Angina yang besar dan kondisi laut akan memaksa rudder untuk mengatur arah sehingga terjadi fluktuasi pada torque poros, kecepatan poros dan kecepatan kapal. b. Kecepatan angina di bawah 20 Kn dan kondisi laut yang tentram merupakan kondisi yang diinginkan. c. Kedalaman air yang dibutuhkan untuk sea trial minimum dapat dihitung dengan formula di bawah ini .

Figure 1

d. Kecepatan dan arus harus ditentukan pada test area dengan analisa prognitik. Ketika kecepatan arus tidak diketahui, pada kasus tertentu dapat ditentukan dengan test putaran 360 derajat. e. Trial harus dilakukan dengen melawan ombak. f. Kecepatan angina yang diijinkan adalah berdasarkan Beaufort 6 untuk kapal dengan panjang sama atau lebih dari 100 m; Beaufort 5 untuk panjang di bawahnya. g. Tinggi ombak 3m untuk kapal dengan panjang 100 m atau lebih ; 1.5 m untuk kapal yang lebih kecil. 6. Pelaksanaan Trial : Semua trial kecepatan harus dilakukan dua kali, masing-masing diikuti dengan pengulangan kembali pada arah yang berlawanan, dengan setting engine yang sama. Jumlah dari double-run ini tidak boleh lebih dari tiga (alasan ekonomis dan keselamatan), test ke-tiga harus menggunakan setting engine yang berbeda. Jalur yang dilalui kapal selama progressive speed trial idealnya berbentuk seperti di bawah ini figure 2.

Figure 2

Data yang harus dimiliki dan dimasukkan dal;am record : a. b. c. d. e. f. g. h. i. Tanggal pelaksanaan Area trial Kondisi cuaca Suhu udara Kedalaman air rata-rata pada area trial Suhu air dan massa jenis nya Tinggi sarat air Displacement yang sesuai kapal Propeller pitch untuk CPP

Faktor factor berikut ini harus dimasukkan dalam record a. Waktu yang telah dilalui sejak terakhir kali melakukan hull dan propeller cleaning b. Kondisi permukaan hull dan propeller Data data berikut harus selalu dimonitor dan dicatat dalam record a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. Waktu yang dihabiskan dalam pengukuran pada jarak yang ditentukan Arah kapal Kecepatan kapal over ground RPM propeller Kedalaman air Kecepatan angina relative dan arah angin Suhu udara Ketinggian ombak Sudut daun kemudi Posisi kapal dan track yang dilalui.

CRASH STOP AHEAD and CRASH STOP ASTERN


Tujuan dari trial Crash Stop Ahead & Crash Stop Astern adalah membuktikan bahwa kapal dapat dihentikan secara mendadak pada saat-saat emergency, dan untuk menghitung waktu serta jarak di antara titik saat dilakukannya Astern/Ahead hingga RPM menjadi stabil. Beberapa prosedur yang harus dilakukan dalam melakukan test / trial ini antara lain : 1. Pertama, kapal harus diarahkan pada saru titik dengan mantap (konstan tidak berubahubah). Mengatur arah kapal agar tetap melewati track dengan konstan tidak berubah. Pada posisi satu panjang kapal dimana engine akan dihidupkan, mulailah data acquisition system.

2. Selanjutnya melakukan setting engine astern pada posisi yang telah diterangkan, yang tercatat di dalam trial agenda ( full,half, slow ). 3. Dengan daun kemudi tepat berada pada midship, test akan dilakukan hingga kapal benarbenar berhenti diam di atas air. 4. Pada akhir dari ahead stoping test, test akan diulang dengan kapal pada saat permulaan bergerak dengan kecepatan dan arah yang tetap stabil, menggunakan ahead engine order untuk berhenti. Di dalam beberapa literature juga diterangkan beberapa aturan mmengenai Crash stop astern dan crash ahead, seperti terlihat pada table di bawah ini : NO COMMAND SPEED CONTROL HANDLE RPM METER

Start ahead

100% load

To steadily reach at rpm MCR (ahead)

Order for the Stop Astern Test

For Conventional Shafting: Stop the ME, change to the reversed Rpm, start the engine, increase rpm progressively to the MCR. For SRP: Move the SRP handle from 0o gradually up to reaching 180 o For Conventional Shafting: Stop the ME, change the rpm to the initial Rpm, For Steerable Rudder Propeller (SRP): Move the SRP handle from 0o gradually up to reaching 180 o

To reach reversed rpm steadily at MCR astern (referring to the Engine Maker)

Stop Test

Anda mungkin juga menyukai