Anda di halaman 1dari 10

laporan peluncuran kapal

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Filosofi Perancangan
Definisi peluncuran kapal adalah menurunkan kapal dari landasan peluncur ke air
yang disebabkan oleh gaya berat kapal pada bidang miring. Untuk meluncurkan kapal, maka
kapal harus dilengkapi dengan alat peluncur yaitu jalan peluncur (launching ways) dan sepatu
peluncur (sliding ways).
Pada waktu kapal sedang dibangun maka kapal disangga oleh penyangga-penyangga
seperti keel blok, penopang-penopang dan penopang bilga seperti pada gambar. Dan bila
kapal diluncurkan maka pada kapal tersebut dipasang sepatu peluncur yang akan meluncur
diatas jalan luncur.
Jarak antara tanah dengan dasar kapal harus cukup untuk memasang sepatu peluncur
dan peralatan-peralatan peluncuran lain pada tempatnya. Jarak keel di atas tanah adalah
sekitar 1.5 m sehingga tersedia tempat yang cukup untuk melakukan pemasangan sepatu
luncur dan peralatan-peralatan peluncuran tersebut.
Bila jarak ini terlalu tinggi, maka dibutuhkan penyangga yang lebih banyak dan ini
mengakibatkan bertambahnya biaya dan penyediaan bahan-bahan penyangga tersebut.

Gambar 1.1 Persiapan Peluncuran

1.2

Macam-macam Peluncuran
Secara umum, peluncuran kapal dikenal dalam dua bentuk atau dua posisi, yakni :

Peluncuran Memanjang (end launching)

Peluncuran Melintang (side launching)


1.

Peluncuran Memanjang (end launching)


Peluncuran memanjang dilakukan dengan cara meluncurkan kapal pada posisi

memanjang kapal dimana buritan kapal diarahkan keair sehingga buritan akan terkena air
lebih dulu.

Hal ini dilakukan agar linggi buritan tidak terbentur pada landasan serta

mengurangi kecepatan peluncuran waktu kapal menyentuh air pada saat peluncuran
berlangsung. Berikut gambar posisi peluncuran kapal yang dilakukan secara memanjang.

Gambar 1.2 Peluncuran Secara Memanjang (End Launching)

Keterangan :

Kereta luncur (sliding ways) terikat erat pada kapal dan ikut meluncur

Bagian depan dipasang popet depan yang mempunyai konstruksi kuat.

Diatas pondasi luncur dipasang landasan luncur (standing ways) sebagai tempat
luncuran kereta luncur yang diberi pelumas gemuk supaya mengurangi gesekan.

Ujung landasan (threshold) yang terbenam didalam air mempunyai kedalaman cukup
terhadap garis WL atau lebih besar dari pada sarat haluan kapal, agar kapal dapat
lepas tanpa gangguan. Untuk itu maka peluncuran dilakukan saatair pasang tertinggi.

Sebelum peluncuran, kapal diikat dengan batang besi atau kait dan saat akan
diluncurkan, batang besi tersebut dipotong dengan las atau kait dilepaskan.
Adapun gaya dan moment yang bekerja pada peluncuran end launching ini yakni

seperti gambar berikut.

Gambar 1.3 Gaya dan moment yang bekerja pada saat launching

Keterangan :

: Berat kapal saat diluncurkan + peralatan luncur yang


menempel kapal.

W cos

: komponen gaya yang menekan landasan luncur

W sin

: komponen gaya yang mendorong kapal meluncur

Drag (D)

: Gaya hambatan akibat gesekan kereta luncur dengan landasan

: Sudut Peluncuran

Luncur

V1

: Gaya angkat buritan (bouyancy) bagian badan kapal yang


tercelup air

M1

: Moment angkat terhadap popet depan

M2

: Moment tekan

Dalam peluncuran end launching ini, ada beberapa proses/tahapan peluncuran


yang akan berlangsung, diantaranya :
a.

Tahap I

Gambar 1.4 Peluncuran tahap I

Keterangan :

Saat peluncuran dimulai dengan melepas kait atau memotong batang penahan hingga bagian
popet belakang menyentuh permukaan air (W sin adalah gaya luncur kapal)

Peluncuran sukses bila W sin > Drag (gaya hambatan akibat gesekan)

Peluncuran gagal bila Drag > W sin . Hal ini disebabkan oleh pemakaian pelumas kurang
baik atau adanya benda kecil diatas landasan luncur, maka harus dipilih pemakaian pelumas
yang tepat dan landasan luncur dijaga kebersihannya sebelum peluncuran.

Sudut dapat diatur untguk memperbesar W sin yaitu dengan mengatur sudut pada kereta
luncur (sudut pondasi luncur terhadap permukaan air tidak dapat diubah).

b. Tahap II

Gambar 1.5 Peluncuran tahap II

Keterangan :

Dimulai pada tahap I hingga terjadi gaya angkat buritan (sternlift).

Peluncuran sukses bila M1= V1.a > M2 = W.b, bagian buritan terangkat (stern lift) kapal
tetap meluncur dengan tekanan terpusat pada popet depan.

Bila kontruksi popet depan kurang kuat, dapat terjadi kerusakan akibat tekanan sehingga
peluncuran dapat terhenti.
Kegagalan tahap II dapat terjadi apabila :

Gambar 1.6 Kegagalan Peluncuran tahap II

Sebelum terjadinya sternlift dapat terjadi kegagalan karena sampai titik berat kapal
melampaui ujung landasan momen (M2 < M4). bila moment gaya berat terhadap ujung
landasan (M4 > M3), maka badan kapal tertumpu diujung landasan sehingga timbul gaya
reaksi R diujung landasan, terjadi tipping, peluncuran terhenti, bahkan badan kapal dapat
retak atau patah.

Hal diatas terjadi karena bouyancy (V) terlalu kecil. Untuk mengatasi hal tersebut maka
bagian buritan kapal ditambahkan bouyancy dengan memasang drum-drum atau alat
pengapung lainnya.

c.

Tahap III

Gambar 1.7 Peluncuran tahap III

Keterangan :

Dimulai akhir tahap II hingga popet depan lepas dari landasan luncur (M1 = M2).

Bila pada proses tahap II popet depan belum lepas dari landasan luncur dan saat melewati
ujung landasan ternyata sarat depan kapal lebih besar dari pada kedalaman air diujung
landasan, maka bagian bawah haluan kapal akan meembentur ujung landasan (dropping)
sehingga dapat terjadi kerusakan.

Untuk menghindari hal diatas, perlu dihitung sarat air bagian popet depan yang harus lebih
kecil dari pada kedalaman diujung landasan (peluncuran saat pasang tertinggi).

d. Tahap IV

Gambar 1.8 Peluncuran tahap IV

Keterangan :

Dimulai akhir tahap III hingga kapal berhenti meluncur.

Harus diusahakan agar kapal dapat segera berhenti supaya tidak menabrak kapal atau benda
lain.

Hal diatas dapat dilakukan dengan memasang tambahan papan penghambat (mask) dibagian
buritan, rantai seret, dan tali penahan.
2.

Peluncuran Melintang (side launching)

Peluncuran melintang (side launching), hanya digunakan untuk keadaan


memaksa, bila permukaan air di depan landasan sempit, misal di sungai.
1.3

Berat Perlengkapan Peluncuran


Dari buku Static and Dynamic of Ship oleh Semyonov, berat perlengkapan
peluncuran adalah (7 s/d 16) % dari berat kapal yang diluncurkan. Dari berat perlengkapan
peluncuran tersebut, sekitar 80% merupakan berat sepatu peluncur. Sedangkan ukuran dari
sepatunya adalah sebagai berikut :
1. Panjang sepatu peluncur (S)
Oleh Semyonov, ditentukan sekitar 80% dari panjang kapal (Lpp)
2. Jumlah sepatu peluncur (n)
Biasanya minimal 2 buah tergantung dari lebar kapal yang diluncurkan termasuk faktor
stabilitas selama proses peluncuran.
3. Lebar sepatu peluncur (b)
Penentuan lebar sepatu peluncur tergantung pada tekanan rata-rata yang diijinkan pada
landasan, dimana besarnya tergantung ukuran kapal.
Tekanan rata-rata yang diizinkan pada sepatu peluncur merupakan fungsi dari panjang
kapal :

Untuk Lpp = 50 m, maka tekanannya

Untuk Lpp = 100 m, maka tekanannya

s = 20,00 ton/m

Untuk Lpp = 150 m, maka tekanannya

s = 25,00 ton/m

Begitu seterusnya berdasarkan panjang kapal yang direncanakan.

s = 15,00 ton/m

4. Tinggi Sepatu peluncur (h)


h =

Vol

(n x b x S)
Vol = volume sepatu yang direncanakan
= berat sepatu / berat jenis kayu

1.4

Berat sepatu

= 80 % berat perlengkapan peluncuran

Berat jenis kayu

= 0,85 ton/m3

Perencanaan Landasan Peluncur


Perencanaan ini jika diasumsikan landasan peluncur belum ada. Jika sudah ada atau
sudah dibangun langsung lakukan proses perhitungan untuk peluncuran.

Perencanaan ukuran landasan meliputi:


1. Panjang landasan peluncur di atas garis air.
Panjang landasan peluncur di atas garis air minimal harus sama dengan panjang kapal yang
akan diluncurkan, sehingga tidak ada bagian badan kapal yang akan menggantung.
2. Panjang landasarn peluncur di bawah garis air.
Berdasarkan kondisi kritisnya, diasumsikan dibatasi sama dengan duakali lebar kapal yang
diluncurkan (2 x B)
3. Sudut kemiringan landasan peluncur terhadap permukaan rata garis air.

Gambar 1.9 Sudut Kemiringan Landasan

Sudut kemiringan landasan tergantung pada ukuran kapal:

Tangen = 1/20 - 1/24 untuk kapal besar ( 100 m)

Tangen = 1/16 - 1/18 untuk kapal sedang ( 50 - 100 m)

Tangen = 1/12 - 1/14 untuk kapal kecil (< 50 m)

1.5

Pemeriksaan Terjadinya Tipping


Tipping merupakan peristiwa yang terjadi pada saat kapal mengalami patah akibat

momen berat yang terjadi pada ujung landasan peluncur. Pemeriksaan terjadinya tipping
menjelang akhir proses peluncuran tergantung perbedaan besarnya tinggi permukaan garis air
terhadap ujung depan landasan peluncuran, besarnya tinggi sepatu peluncur dan sarat pada
haluan kapal yang diluncurkan (H T). Jika (H T) positif maka tidak terjadi tipping. Jika
sebaliknya, maka terjadi tipping.
1.6 Periode Pelaksanaan Peluncuran
Pelaksanaan peluncuran kapal dilakukan dalam tiga periode, yakni :
a. Periode I

Dimulai pada saat kapal dilepas dan berakhir pada saat kapal mulai menyentuh permukaan
air.
b. Periode II
Dimulai akhir periode I sampai trejadi gaya angkat pada buritan kapal mulai mengapung.
Dalam perhitungan periode II, beberapa variabel yang perlu diketahui yakni sebagai berikut :
1) Variabel yang besarnya konstan (tetap) selama proses peluncuran, a l :

: berat peluncuran

: panjang sepatu peluncur

LCG: titik berat peluncuran terhadap midship

: panjang landasan peluncuran dibawah garis air

: jarak antar station

: (= tinggi sepatu peluncur / tg )

: jarak ujung belakang sepatu peluncur terhadap Ap atau


jarak ujung depan sepatu peluncur terhadap Fp (= 2 x h)

: jarak titik berat kapal terhadap ujung depan sepatu


peluncur (= Lpp/2 LCG m)

: jarak titik berat kapal terhadap ujung belakang sepatu


peluncur (= Lpp/2 + LCG)

P.c

: momen berat kapal terhadap ujung depan sepatu peluncur

2) Variabel yang besarnya berubah-ubah (tidak konstan) selama proses peluncuran, a l :

g.V

: displacement total (= badan kapal + sepatu)

Sn

: panjang bagian kapal yang didalam air (= 2 x langkah x h)

Ta

: sarat belakang kapal (= Sn x tg )

fgab

: jarak titik gaya apung total (= badan kapal + sepatu)


terhadap Ap

: panjang sepatu peluncur yang tercelup air (= Sn m + l)

Sn

: jarak dari ujung permukaan landasan tercelup air sampai


dengan Ap (= Sn + l)

: jarak titik gaya apung total terhadap ujung depan sepatu


peluncur (= S + m fgab)

g.V.d : momen gaya tekan ke atas terhadap ujung depan sepatu


peluncur

: jarak titik gaya apung total ke ujung landasan (= Sn - l fgab)

g.V.b: momen gaya tekan ke atas terhadap ujung landasan


peluncur

: jarak titik berat kapal terhadap ujung landasan (= Sn - l g)

P . a: momen gaya berat kapal terhadap ujung landasan

: gaya reaksi pada landasan (= P - g.V)

: jarak titik gaya reaksi landasan terhadap ujung landasan


[=(g.V.b P . a) / Q]

: jarak titik gaya reaksi landasan terhadap ujung belakang


peluncur [= x (z -l)]

: panjang sepatu peluncur yang masih di atas landasan


peluncur [= S (z l)].

c. Periode III
Akhir periode II sampai kapal meninggalkan landasan ( kapal tidak menyentuh landasan ).

Anda mungkin juga menyukai