Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN TUGAS GAMBAR POROS PROPELER

STERN TUBE ARRANGEMENT

PRAKTIKUM TUGAS GAMBAR POROS PROPELER

OLEH:
MAULIDIYA RIZKY
NIM.361821302002

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV


TEKNIK MANUFAKTUR KAPAL
POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI
2021
STERN TUBE ARRANGEMENT MV.TAWAKKALTU 30

PRAKTIKUM TUGAS GAMBAR POROS PROPELER

Laporan Resmi ini Dibuat dan Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata
Kuliah Tugas Propeller dan Sistem Perporosan di Program Studi Teknik
Manufaktur Kapal Politeknik Negeri Banyuwangi

OLEH:
MAULIDIYA RIZKY
NIM. 361821302002

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV


TEKNIK MANUFAKTUR KAPAL
POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI
2021
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN TUGAS GAMBAR POROS PROPELER

STERN TUBE ARRANGEMENT MV. TAWAKKALTU 30

OLEH:
MAULIDIYA RIZKY
NIM. 361821302002

Telah diperiksa dan disetujui oleh dosen pengampu praktikum

Pada tanggal: ...............................

Ketua Laboratorium Program Studi Dosen Pengampu


Teknik Manufaktur Kapal

Yeddid Yonatan E.D, S.T., M.S Hery Inprasetyobudi.,S.T.,M.T


NIP. 198807102019031010 NIK. 2018.36.215

Ketua Jurusan Teknik Mesin Koordinator Program Studi Teknik


Manufaktur Kapal

Khairul Muzaka, S.T., M.Eng-Res Abdul Rohman S.T., M.T


NIK. 2008.36.019 NIK. 2008.36.014
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat dan
karunianya penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan sebaik-baiknya dan
tepat pada waktunya. Laporan ini disusun dalam rangka untuk memenuhi nilai
praktikum Tugas Rencana Umum. Adapun pembuatan laporan ini untuk
merangkum hal-hal yang berkaitan dengan Praktikum Tugas Gambar Poros
Propeller dalam cara penentuan dimensi poros dan perhitungan lainnya guna
untuk pengetahuan kita semua. Dalam penyusunan laporan ini, penulis banyak
mendapat saran dan petunjuk dari berbagai pihak baik secara langsung maupun
tidak langsung yang telah memberikan dukungannya dalam penyusunan laporan
ini.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu dan dosen
pembimbing , dalam hal ini adalah Bapak Jangka Ruliyanto,S.T.,M.T dan Bapak
Hery Inprasetya Budi, S.T., M.T selaku Pembimbing yang telah mangajarkan
pengetahuannya kepada kami para mahasiswa, sehingga kami bisa menyelesaikan
praktikum Tugas Gambar Poros Propeller dengan baik. Dan juga ucapan
terimakasih tidak lupa penulis ucapkan kepada teman-teman yang telah bekerja
sama dengan baik selama proses praktikum berlangsung.
Penulis menyadari dalam pembuatan laporan praktikum ini masih banyak
kekeliruan dan kekuangan dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan penulis,
karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk menyempurnakan
laporan-laporan yang akan mendatang. Penulis berharap laporan ini dapat
bermanfaat baik bagi penulis maupun orang lain yang membacanya.

Banyuwangi, 6 Juni 2021

Maulidiya Rizky
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER ......................................................................................... i


HALAMAN JUDUL ......................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
DAFTAR ISI ......................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vi
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................
1.1Ukuran Utama Kapal ...................................................................................
1.2 Poros Propeller ...........................................................................................
1.2 Stern Tube ..................................................................................................
BAB 2 PERHITUNGAN DAN PERENCANAAN .............................................
2.1 Perhitungan Dimeter Poros Propeller .........................................................
2.2Perhitungan Shaft Liners .............................................................................
2.4 Perhitungan Coupling .................................................................................
2.5 Perhitungan Bearing ...................................................................................
2.6 Bantalan ......................................................................................................
2.7 Perhubungan Antara Stern Tube Dengan Propeller ...................................
2.8 Perencanan Pasak .......................................................................................
2.9 Bush Bearing ..............................................................................................
2.10 Sistem Kekedapan Packing (Simplex Compact Seal) ..............................
2.11 Kepala Ulir Boss Propeller .......................................................................
2.12 Ukuran Ulir Boss Propeller ......................................................................
2.13 Perenanaan Mur ........................................................................................
BAB 3 PENUTUP................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Stern tube menggunakan pelumas air laut..........................................


Gambar 2. Diameter Flange .................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Ukuran Utama Kapal


Tipe = TANKER
Nama = MV TAWAKKALTU 30
LPP = 85.5 m
LWL = 88.92 m
Ldisp = 87.21 m
B = 15 m
H = 7 m
T = 5 m
Vs = 10 Knot
∆ = 5256,67 Ton
Radius pelayaran = 502 mil
Lama pelayaran = 2.091666667 hari

1.2 Poros Propeller


Poros propeller merupakan salah satu bagian terpenting dari instalasi penggerak
kapal. Putaran mesin ditransmisikan ke propeller melalui poros, maka poros sangat
mempengaruhi kerja mesin bila terjadi kerusakan. Yang perlu diketahui adalah bahwa
kedudukan poros propeller dengan mesin induk adalah harus segaris atau dengan kata
lain harus dalam satu garis sumbu. Jika kelurusan garis atau sumbu porors dan mesin
induk belum tercapai maka perlu dibuat tambahan dudukan untuk mesin atau
mengurangi tinggi dengan jalan mengurangi tebal bantalan, asalkan tebal
bantalanmasih dalam batas yang memenuhi kriteria tebal minimum suatu bantalan.
Bantalan juga digunakan untuk mengurangi terjadinya getaran pada poros yang
mengakibatkan berkurangnya efektifitas poros propeller juga untuk menghindari
terjadinya deformasi pada poros propeller.
Tenaga kerja yang dihasilkan mesin induk diteruskan dalam bentuk putaran
melalui serangkaian poros ke baling baling diberikan dorongan yang dibangkitkan
oleh baling baling diteruskan ke badan kapal oleh poros baling baling. Rangkaian
poros itu disebut “Shafting” dan pada umumnya terdiri dari bagian bagian berikut :
1. Poros pendorong (Thrust Sahft)
2. Poros bagian tengah / poros antara (intermediate shaft)
3. Poros baling baling (propeller shaft)
Ketiga poros ini saling dihubungkan oleh flange couplings (sambungan flens)

1.3 Stern Tube


Stern tube merupakan selubung poros yang terletak di bagian belakang poros
propeller.Bagian depan stern tube ini dibatasi oleh afterpeak bulkhead dan bagian
belakang disangga oleh sternpost. Stern tube ini berfungsi untuk menjaga kekedapan
kapal agar tidak terjadi kebocoran serta sebagai media pelumasan poros. Terdapat 2
macam pelumasan poros pada stern tube, yaitu menggunakan air laut dan minyak.
Dahulu pelumasan air laut lah yang sering digunakan, namun sejak tahun 1960an
banyak digunakan pelumasan minyak, karna pada kapal-kapal besar yang
menggunakan system pelumasan air laut stern tube banyak terkontaminasi dengan air
laut yang banyak terdapat endapan lumpur dan kotoran di dalamnya sehingga beban
stern tube menjadi lebih besar dan getaran yang dihasilkan semakin besar. Sehingga
dijaman modern ini, pada umumnya lebih banyak menggunakan pelumasan minyak.
Maka dari itu, dalam perencanaan stern tube disini menggunakan system
pelumasan minyak. Dimana untuk system kekedapannya akan dipasang seal dibagian
depan dan belakang stern tube serta rope guard untuk mencegah kotoran yang bisa
terselip di area sekitar propeller. Selain itu didalam stern tube juga akan dipasang
bantalan guna menumpu beban poros.
Pelumasan sterntube yang menggunakan air laut tentunya tidak menggunakan
after seal. Pada pelumasan air laut seal yang digunakan hanya pada bagian forward
seal saja. Karena air laut yang telah digunakan untuk melumasi shaft nantinya
langsung akan di buang ke laut. Seal pada forward tentunya digunakan sebagai
pengedap agar air laut tidak bocor lalu masuk kedalam kamar mesin.
Gambar 1. Stern tube menggunakan pelumas air laut
BAB 2
PERHITUNGAN DAN PERENCANAAN

2.1 Perhitungan Diameter Poros Propeller


Panjang poros propeller direncanakan sesuai dengan rencana umum dengan
panjang poros propeller 30193 mm dan panjang poros antara 39948 mm.

d ≥ F. k. √
( )

Dimana :
D = Diameter poros luar (mm)
d.i = Diameter poros dalam ≤ 0,4 .d
Pw = Daya yang ditrasmisikan oleh poros dalam hal ini SHP = 940 kW
n = Kecepatan propeller dalam rpm = 292 rpm
f = Faktor Untuk semua type Instalasi = 100
Cw = Faktor Material = 560 / (Rm + 160) = 0.62
k = Faktor Type porors 1.1 untuk poros antara penyatuan dengan flans kopling,
1.4 untuk propeller shaft.
a. Diameter Poros Propeller ( Propeller Shaft )
d = 100 x 1,4 x ((497,0385*0,58) /268) ^ 1/3)
d = 175.88 ~ 260 mm
b. Diameter Poros Antara ( Intermediate Shaft )
d = 100 x 1,1 x ((497,0385*0,58) /268) ^ 1/3)
d = 138.19 ~ 165 mm
Catatan:
>Untuk radius pada intermedieate Shaft pada forget Flange paling sedikit 0.08 d
dan pada propeller Shaft paling sedikit 0.125 d.

2.2 Perhitungan Shaft Liners


Menurut BKI Vol II sec. 4.D.3.2.3 Tebal Minimum Shaft Liners =
s = 0,03 . d + 7,5 d = Diameter poros Propeller
s = 15,3 ~ 16 mm

2.3 Perhitungan Coupling


A. Flange Coupling
Menurut BKI Vol III sec. 4.D.4.1 tebal Flange Coupling tidak boleh lebih kecil
dari diameter baut jika didasarkan pada kekuatan tarik yang sama dengan material
poros.
Tebal Flange Coupling

Sf1= 370 x √

D = Diameter baut yang direncanakan = 500 mm


Sf1 = 370 x ((940.8 x 0.62) / (292 x 500))^ 0.5
Sf1 = 23.3 ~ 27 mm
Tebal Flange Coupling yang direncanakan :
= Sf1 + (55% x Sf1)
= 27 + (55% x 27 )
= 41,85 ~ 42 mm
B. Diameter Baut
Menurut BKI Vol III Sec. 4.D.4.2 diameter baut untuk Flang Coupling tidak
boleh kurang dari :

ds = 16√

Z = Jumlah baut = 10 buah


Rm = Kekuatan tarik material = 750

ds = 16√

ds = 14.83 ~ 17 mm
dengan diameter pitch yang telah direncanakan dan diameter baut yang didapatkan
dari perhitungan maka diperoleh:
jarak baut ke tepi flange = 67% x ds
= 67% x 17 = 11.39 mm
Sehingga Diameter Flange (df) = 539.78 mm

Gambar 2. Diameter Flange

2.4 Perhitungan Bearing


Menurut BKI Vol III sec. 4.D.5.1, jarak maksimal antar bearing tidak boleh lebih
dari:
Lmax = k1 x (d^0.5) (mm)
dimana :
k1 = faktor pelumasan dengan Air = 350
d = diameter poros diantara bearing
(dlm hal ini diameter poros propeller) = 260 mm
maka :
Lmax = k1 x ( d^0.5 )
Lmax = 350 . (280^0.5) = 5643.58 ~ 5644 mm
jadi jarak antara dua bearing tersebut tidak boleh lebih dari = 5644
Menurut BKI Vol III sec. 4.D.5.2.2 , jika bearing menggunakan pelumasan Air
maka ada ketentuan untuk panjang dari bearing baik itu after bearing maupun forward
bearing sbb :

a. Aft Bearing b. Fwd Bearing


Panjang = 2 .d (mm) Panjang = 0.8 .d (mm)
Panjang = 2 . 260 Panjang = 0.8 . 260
= 520 mm = 208 mm
= 210 mm
2.5 Bantalan
Bahan bantalan yang digunakan adalah babit dengan celah 0,35 mm
Panjang bantalan belakang = 4 .ds ds = diameter poros propeller
= 4 . 260
= 1040 mm
Panjang bantalan depan = 2 .ds
= 2 . 260
= 520 mm
Tebal bantalan minimum (t) = ( ds/32)+( 25 . 4/8 )
= 20.625 ~ 21 mm

2.6 Penghubung Antara Stern Tube Dengan Propeller


Panjang Ketirusan ( L ) = (1,8 s/d 2,4) .ds diambil = 2
= 2 . 260
= 520 mm
Diameter Ketirusan Propeller ( Dp ) = ds - ( 1/15 s/d 1/20) L
= 260 - (1/17 . 520)
= 229.41 ~ 230 mm
2.7 Perencanaan Pasak
Pasak adalah baja lunak yang disisipkan antara poros dengan boss propeller agar
keduanya bersatu dan mampu mentransmisikan putaran dari main engine. Pemilihan
jenis pasak tergantung dari besarnya daya yang disalurkan pada bagian poros
balingbaling. Jika ditinjau dari segi pemasangannya, pasak dapat dibedakan menjadi
beberapa macam yaitu : pasak benam, pasak pelana, pasak bulat, pasak bintang
(spline). Berikut adalah beberapa perhitungan yang digunakan untuk perencanaan
spie poros propeller :
Pasak untuk menahan baling-baling dalam hubungannya dengan poros
Mt = ( SHP x 75 x 60 ) / ( 2 .pi .n ) SHP = 940.8 kW
= (3263,4 . 75 . 60 ) / ( 2. 3,14 .268 ) Mt = momen torsi
= 2308.70 Kg m
Panjangg pasak ( L ) = ( 0.75 s/d 1.5 ) .ds diambil = 1.25
= 1,25 . 260
= 325 ~ 325 mm
Area Pasak ( A ) = 0.25 .(ds^2)
= 16900 mm2
Lebar Pasak ( B ) = A/L
= 16900 /325
= 52.00 mm
Tebal Pasak ( T ) = 1/6 .ds
= 1/6 . 260
= 43.3 ~ 44 mm
Radius Pasak ( R ) = 0,0125 . ds
= 0,0125 . 260
= 3.25 ~ 3.5 mm
Luas Bidang Geser ( A ) = 0,25 . (ds^2)
= 0,25 . (260^2)
= 16900 mm2

2.8 Bush Bearing


Bahan yang digunakan adalah Mangan Bronze
Tebal Bush Bearing ( t BB ) = 0,18 . Ds
= 0,18 . 260
= 46.8 ~ 47 mm
Tebal Stern Tube ( t ST ) = (ds/20) + 19,05
= (260/20) + 19,05
= 32.05 ~ 33 mm
2.9 Sistem Kekedapan Packing (Simplex Compact Seal)
Panjang Packing = 0,75 . ( s + ds) s = tebal Shaft Liners =16 mm
= 0,75 . ( 15 + 260 )
= 207 ~ 210 mm
Tebal Penekanan ( t1 , t2 , t3 )
Do = ds + 2s
= 260 + (2 .15)
= 292 mm
t1 = 0,1 . Do + s
= 0,1 . 292 + 16
= 45.2 ~ 46 mm

t2 = 0,04 . Do + 0,2
= 0,04 . 292+ 0,2
= 11.88 ~ 12 mm
t3 = 0,1 . Do + 3,3
= 0,1 . 292 + 3,3
= 32.5 ~ 33 mm
2.10 Kepala Ulir Boss Propeller
d = 60 % . ds
= 60 % . 260
= 156 mm
2.11 Ukuran Ulir Boss Propeller
= 1/10 . D
= 1/10 . 160
= 16 mm

2.12 Perencanaan Mur


Lebar Muka Mur =2.d
= 2 . 160
= 320 mm
Diameter Inti (d1) = 0,8 . d
= 0,8 . 160
= 128 mm
Diameter Efektif (d2) = 0,5 . (d1 + d )
= 0,5 . (128+ 160)
= 144 mm
Tebal (T) dan tinggi (H) diambil 0,8 d
H = 0,8 . 160
= 124.8 mm
BAB 3
PENUTUP

Demikian laporan Tugas gambar stern tube ini saya buat, dan semoga menjadi
bermanfaat bagi pembaca. Saya benar-benar mendapat banyak manfaat setelah
melakukan proses pengerjaan ini, tidak hanya mengerti dalam teori tapi dengan
melakukan proses pengerjaannya dalam menghitung dan penggambarannya melalui
software AutoCAD. Oleh karena itu saya meminta maaf dan menerima kritik dan
saran yang membangun agar lebih baik dalam pengerjaan laporan yang baik dan
benar.
DAFTAR PUSTAKA

Van Lammeran, Dr. Ir. W. P. A. 1948. Resistance Propulsion and Steering of Ship.
The Tecnikal.

Husein Muhammad Aziz. LAPORAN DESAIN II. Institut Teknologi Sepuluh


November. Surabaya

Biro Klasifikasi Indonesia (BKI), 2019 Vol. III. Biro Klasifikasi Indonesia

Anda mungkin juga menyukai