Anda di halaman 1dari 12

BP Delta Propeler Design

Untuk perencanaan propeller yang harus dibahas adalah :


 Diameter propeller optimum, gaya dorong, putaran propeller, pitch ratio, jumlah
daun, effisiensi propeller dan lain-lain.
 Perlu diperhatikan perencanaan propeller yang bebas kavitasi
 Peninjauan kekuatan propeller.
a. Diameter Propeller
D = 0.7  T
= 0.4 11.5
= 4.6 m
Diameter ini adalah perencanaan twin screw sementara, untuk menentukan diameter
yang sebenarnya kita perlu menghitung seperti langkah di bawah ini.
b. Putaran Propeller
Menurut admiralty, putaran propeller :
 .D.n
Vtip = < 35 m/s
60
Dimana : D = 4.6 m
n = putaran propeler
= 514 (direncanakan)
Dengan reduksi 514/4.5 = 114.22
  4.6 114.22
Vtip =
60
= 27.497 m/s < 35 m/s
Putaran tersebut masih memenuhi syarat agar bebas dari kavitasi, yaitu Vtip < 35.
c. Wake factor (arus ikut)
Besarnya arus ikut dapat diketahui dengan menggunakan formulasi
W = 0.7 Cp – 0.18 untuk kapal barang (Hechocher)
W = 0.7 (0.719) – 0.18
= 0.323
Dari dua perhitungan di atas akan digunakan nilai yang terbesar yaitu 0.323

d. Advance of speed
Besarnya advance of speed dapat diketahui dengan menggunakan formulasi :
Va = 1  W   Vs
Dimana : Vs = kecepatan kapal [knot]
= 18 knot
W = wake factor
= 0.323
Va = 1  W   Vs

= 1  0.323 18

= 12.19 knot
= 6.27 m/s
e. Thrust deduction factor
t = k W
dimana :
k = 0.582
jadi

t = 0.582  0.323
= 0.188
f. Gaya dorong (Thrust)
Rtot
T =
(1  t )
dimana :
R 1 popeller = Hambatan total
=211341.48/2 = 105670.74 kg
sehingga
105670.74
T =
(1  0.188)
= 130130.524 kg
g. Jumlah daun propeller.
Jumlah daun propeller ditentukan oleh nilai Kd dan Kn, dengan ketentuan sebagai
berikut:
 bila Kd  2 dan,
 bila Kn  1
Maka daun propeller berjumlah 3. Tetapi bila kedua nilai tersebut lebih kecil dari
ketentuan, maka daun propeller berjumlah 4.
Untuk kapal rancangan :


Kd = D  va .
T

104.6
= 4.6  6.27.
130130.524
= 0.817

va 
Kn = 4
n T

6.27 104.6
= 4
114.22 130130.524
= 0.765
karena Kd < 2 dan Kn < 1 maka propeller menggunakan 4 daun
h. Diameter Optimum, Pitch ratio, Efesiensi propeller.
Untuk menentukan baling-baling dengan menggunakan diameter optimum ini,
digunakan metode perhitungan yang memanfaatkan Bp-δ diagram. Dimana Bp
adalah koefisien propeller dan δ adalah edvanced koefisien.
Koefisien Bp dapat dihitung dengan persamaan :
N  P 0,5
Bp =
Va 2,5
dimana :
N = Putaran baling-baling
= 114.22 rpm
P = daya dorong baling-baling ( delivery horse power)
R  Vs
=
75   p

Dimana ηp = efisiensi propeler


= 0.5 – 0.65
maka :
105670.74  9.2592
P =
75  0.65
= 20070.29 HP
maka :
114.22  20070.29 0,5
Bp =
12.19 2,5
= 31.21

Gambar VI.3. Bp-δ seri B 4-40


Gambar VI.4. Bp-δ seri B 4-55
Gambar VI.5. Bp-δ seri B 4-70
Dari pembacaan diagram Bp-δ yang berseri B 4-40, B 4-55 dan B 4-70 dengan Bp =
31.21, dimana sumbu x menyatakan nilai BP dan sumbu x menyatakan nilai P/D
dengan menarik garis vertikal nilai BP didapatkan nilai P/D, ηp dan δk maka
diperoleh advance koefisien optimal yaitu δ sebagai berikut.
 Untuk Series B 4-40, δ = 224
 Untuk Series B 4-55, δ = 266
 Untuk Series B 4-70, δ = 211
Koreksi terhadap pembacaan advance koefisien untuk kapal twin screw adalah
97% sehingga :
 Untuk Series B 4-40, δk = 224 x 0.97 = 216.77
 Untuk Series B 4-55, δk = 266 x 0.97 = 258.04
 Untuk Series B 4-70, δk = 211 x 0.97 = 205.04

Data yang lain setelah dikoreksi adalah :


Diameter propeller
 k  Va[knot]
D = 304,8  (mm)
n
 Untuk Series B 4-40, D = 3626.18 mm
 Untuk Series B 4-55, D = 4316.53 mm
 Untuk Series B 4-70, D = 3429.92 mm
Dari diagram screw series Bp–δ, dengan Bp = 31.21 akan diperoleh :
Series δk P/D D (mm) H (mm) ηp
B 4-40 216.77 0.67 3626.18 2420.13 0.59
B 4-55 258.04 0.63 4316.53 2703.31 0.65
B 4-70 205.04 0.79 3429.92 2700.18 0.55

i. Perhitungan tekanan statis ( p-pv )


Tekanan statis yang bekerja pada poros baling-baling sebagai akibat adanya
tekanan hidrostatis dan tekanan dari uap air, dapat dihitung dengan cara sebagai
berikut :
1. Draf kapal T = 11.5 m
2. Tinggi poros terhadap base line h1 = 0.4 x T = 4.6 m
3. Tinggi gelombang ( 0,5%Lpp ) h2 = 1.0534 m (+)
4. Tinggi tekan di atas poros h = T – (h1 + h2) = 5.85 m
5. Tekanan hidrostatik pada sumbu poros Po = h x 1025
= 5992.765 kg/m2
6. Tekanan udara (P udara) = 10300 kg/m2 (+)
7. Tekanan uap (P uap) = 200 kg/m2 (-)
8. ( p-pv ) = Po + P udara + Pup
= 16092.765 kg/m2
j. Perhitungan Kavitasi

Dalam perencanaan suatu propeller haruslah diperkirakan akan terjadinya apa


yang disebut kavitasi. Kavitasi terjadi jika pada suatu elemen daun, bila mana
tekanannya turun sampai pada “Saturated Water Vapour” pada temperature
setempat, maka ditempat tersebut akan timbul butir-butiran kecil kavited seperti uap
(vapour cavities). Butiran-butiran itu akan lepas dari tempat terjadinya, akan tetapi
begitu meninggalkan tempatnya semula karena tekanannya terlalu besar untuk
daerah sekelilingnya, maka butiran-butiran tersebut akan pecah, untuk kemudian
disusul oleh butiran-butiran kavitet yang lain dengan kejadian yang sama pula dan
demikian untuk seterusnya.

Gambar VI.6. Bubble Kavitasi

Pecahnya butiran-butiran kavitet akan menimbulkan suatu gaya. Walaupun


gaya itu kecil, maka bekerja pada suatu titik yang kecil pula, maka tegangan yang
terjadi pada daun propeller cukup tinggi. Akibat pecahnya butiran kavitet tersebut
akan menyebabkan permukaan daun baling-baling rusak. Peristiwa inilah
merupakan sebab utama timbulnya erosi pada permukaan daun propeller. Jika akibat
erosi yang disebabkan kavitasi terlalu besar/berat, maka dapat menyebabkan daun
propeller rusak dan kemudian patah.

Sehingga untuk perencanaan propeller adalah sangat penting untuk


mengusahakan resiko kavitasi sekecil mukin. Perhitungan kavitasi dapat mengikuti
perhitungan blade area ratio Fa/F minimum untuk kepastian propeller yang mana
kavitasi tidak akan terjadi.
Untuk perhitungan ini menggunakan data diagram Bp-δ yang berseri B 4-40, B 4-55
dan B 4-70 dengan Bp = 31.21
a. Menentukan kostanta kavitasi
( P  Pv )  (0,7 R )
 =
1
2

. . v a  ( .n.0,7.D) 2
2

dimana :
ρ = density air laut
= 104,6 kg.sec2/m4
‫ﻻ‬ = berat jenis air laut
= 1025 kg / m3
n = putaran propeller
= 1.904 rps

maka nilai kavitasi yang di dapat pada ke 3 series adalah :


Series r(m) D(m) Kons.Kavitasi
B 4-40 1.81309 3.62618 1.05
B 4-55 2.158265 4.31653 0.76
B 4-70 1.71496 3.42992 1.16

b. Menentukan koefisien daya dorong


Dari diagram Burril didapatkan koefisien daya dorong untuk berseri B 4-40, B
4-55 dan B 4-70 adalah :
Untuk Series B 4-40,  c  0.232

Untuk Series B 4-55,  c  0.201

Untuk Series B 4-70,  c  0.244


Gambar VI.7. Burril

c. Menentukan Projected Blade Area ( Fp’ )


T
Fp’ =
1

 c    v a 2  (  n  0,7  D) 2
2

Maka nilai Projected Blade Area ( Fp’ )untuk ke 3 series adalah :


Series r (m) D(m) c Fp' (m2)
B 4-40 1.81309 3.62618 0.232 4.060
B 4-55 2.158265 4.31653 0.201 3.450
B 4-70 1.71496 3.42992 0.244 4.248

d. Perhitungan luas daun baling-baling

Luas baling-baling yang diproyeksikan projected blade area (Fp’), maka


developed blade area (Fp) dapat dihitung dengan persamaan :
Fp H 2
= 1,067  0,229 (m )
Fa D
FP (Luas Lingkaran)

FP ' (Luas Propeller)

Gambar VI.8. Perbandingan Fp’/Fp

Fa
Nilai diperoleh dari tabel.
F
  D2
F = (m2)
4
Fa
Fa =  F (m2)
F
Fp
Fp =  Fa (m2)
Fa
Maka untuk nilai secara keseluruhan pada ke 3 series (B4-40, B4-55 dan B4-
70) adalah :
Fa Fp
Series D(m) F Fa Fp
F Fa
B 4-40 3.62618 10.322 0.4 4.129 0.914 3.774
B 4-55 4.31653 14.626 0.55 8.045 0.924 7.430
B 4-70 3.42992 9.235 0.7 6.464 0.887 5.732

Dari perhitungan grafik wageningen dikondisikan rpm, dan kecepatan pada kondisi
ideal v = vtip = 35 m/s (bebas kavitasi), sehingga yang dicari merupakan variasi
diameter, yang selanjutnya didapatkan dimeter optimum yang tentunya bebas
kavitasi.

H Fa
Series D(m) Fp Fp' p
D F
B 4-40 3.62618 3.774 4.060 0.59 0.67 0.4
B 4-55 4.31653 7.430 3.450 0.65 0.63 0.55
B 4-70 3.42992 5.732 4.248 0.55 0.79 0.7

Dari data di atas kemudian dibuatkan optimum proppeller curve.

Harga-harga Fp dan Fp’ yang didapat, di buat suatu grafik terhadap


harga Fa/F. hasil perpotongan antar garis Fp Fp’ merupakan hasil dari harga
Fa/F yang dikehendaki.
Dari hasil perhitungan ini maka diperoleh suatu rancangan suatu
propeller dengan dimensi :
Diameter propeller Dp = 3669 mm
Pitch propeller P = 2438 mm
Pitch ratio = 0.665
P/D
Fa
Blade area ratio = 0.406
F
Effesiensi propeller P = 0.593
Jumlah daun propeller z =4

Anda mungkin juga menyukai