Anda di halaman 1dari 11

SISTEM PERPIPAAN

PERHITUNGAN PIPA, POMPA, DAN FUEL OIL

DISUSUN OLEH

NAMA
NRP
KELAS

: DZULFANI AKMAL A
: 0315030061
: D3 ME III B

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK PERMESINAN KAPAL


JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

2016

BAB I

1.1 LATAR BELAKANG


Sistem perpipaan merupakan mata kuliah wajib yang di pelajari di Politeknik
Perkapalan Negeri Surabaya, Pembelajaran mengenai sistem perpipaan berpedoman
pada buku BKI.
Sistem pipa merupakan bagian utama suatu sistem yang menghubungkan titik
dimana fluida disimpan ke titik pengeluaran semua pipa baik untuk memindahkan
tenaga atau pemompaan harus dipertimbangkan secara teliti karena keamanan dari
sebuah kapal akan tergantung pada susunan perpipaaan seperti halnya pada
perlengkapan kapal lainnya. Sistem perpipaan pada kapal meliputi Sistem ballast,
sistem Bilge, dan HFO (heavy fuel oil), MDO (Marine Diesel Oil),
Sistem perpipaan dalam suatu konstruksi kapal merupakan suatu hal yang
mutlak. Penyediaan air bersih, pembuangan limbah, bilga, ballast, bahan bakar dan
pelumas, gas, pemadam (water hydrant), dan sebagainya sangat di perlukan suatu
jaringan pipa yang tertata dengan baik. Dengan demikian system perpipaan
merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dalam konstruksi kapal. Oleh karena
itu perencanaan dan perancangan system perpipaan di laksanakan dan di sesuaikan
dengan tahapan perencanaan dan perancangan konstruksi kapal itu sendiri dengan
memperhatiakan secara seksama hubungan dengan bagian konstruksi kapal dan
peralatan lainnya yang ada dalam kapal itu sendiri.
Dalam laporan ini kita akan mempelajari dan meghitung setiap bagian pipa
beserta katup dan perlengkapannya dan tidak lupa juga kita menghitung daya dan
kapasitas pompa. Setelah kita menghitung, hasil hitungan akan kita terapkan ke kapal
dan kita juga bisa memilih jenis pipa dan perlengkapannya serta kita juga dapat
memilih dan menentukan mesin dan pompa yang sesuai dengan kapal kita masingmasing.

1.2

Tujuan
1. Dapat menghitung main dan branch pipe bilga serta ballast
2. Dapat menghitung daya dan kapasitas pompa
3. Dapat menghitung volume bahan bakar HFO maupun MDO
4. Dapat menentukan main engine
5. Dapat membuat diagram bilge pipe dan ballast pipe

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

DASAR TEORI
2.1.1 Sistem Bilga
Susunan pipa bilga secara umum
A. Susunan pipa bilga harus diketahui atau ditentukan sesuai dengan ketentuan
dari Biro Klasifikasi Indonesia :
1. Pipa-pipa bilga dan penghisapnya harus diatur sedemikian rupa sehingga
dapat dikeringkan sempurna walaupun dalam keadaan miring atau kurang
menguntungkan.
2. Pipa-pipa hisap harus diatur pada kedua sisi kapal, untuk ruangan-ruangan
pada kedua ujung kapal masing-masing cukup dilengkapi dengan satu pipa
hisap yang dapat mengeringkan ruangan tersebut.
3. Ruangan yang terletak dimuka sekat tubrukan dan dibelakang tabung poros
propeller yang tidak dihubungkan dengan sistem pipa pompa bilga umum
harus dikeringkan dengan sistem yang memadai.

B. Pipa bilga yang melalui tangki-tangki :


1. Pipa-pipa bilga tidak boleh dipasang melalui tangki minyak lumas dan air
minum
2. Bilamana pipa bilga melalui tangki bahan bakar yang terletak diatas alas
ganda dan berakhir dalam ruangan yang sulit dicapai selama pelayaran,
maka harus dilengkapi dengan katup periksa atau check valve tambahan,
tepat dimana pipa bilga tersebut dalam tangki bahan bakar.
3. Untuk perhitungan diameter utama dan cabang pipa bilga menurut BKI vol
III sec 11 yaitu :
a) Diameter utama

dH = 1,68 (B + H) L + 25 [mm]
b) Diameter cabang
dz = 2,15 (B + H) + 25 [mm]
Dimana :
dH [mm] perhitungan diameter utama
dz [mm] perhitungan diameter cabang
L [m] panjang kapal (LPP)
B [m] lebar kapal
H [m] tinggi kapal
[m] panjang ruang muat
Sedangkan perhitungan kapasitas pompanya yaitu :
Q = 5,75 10-3 dH2 [m3/h]
Q [m3/h] kapasitas pompa
dH [mm] perhitungan diameter utama
2.1.2 Sistem Ballast
Susunan Pipa ballast secara umum :
Sistem ballast adalah salah satu system untuk menjaga keseimbangan
(kestabilan) posisi kapal. Sistem ini ditujukan untuk menyesuaikan derajat
kemiringan dan draft kapal, sebagai akibat dari perubahan muatan kapal
sehingga stabilitas kapal dapat dipertahankan.
Ukuran pipa berdasarkan kapasitas tangki (BKI 2006 Sec 11 N 31)
Kapasitas Tangki (ton)
0 20
20 40
40 75
75 120
120 190
190 265
265 360
360 480
480 620
620 800
800 1000
1000 1300
1300 1700

Diameter dalam pipa & fitting (mm)


60
70
80
90
100
110
125
140
150
160
175
200
215

Kalkulasi daya pompa ballast


D pompa =

( volume ballast x berat jenis ) x HT


x 75 x 60 x 60

(HP)

A. Pipa-pipa hisap dalam tangki ballast harus diatur sedemikian rupa sehingga
tangki-tangki tersebut dapat dikeringkan sewaktu kapal mengalami trim.

B. Pipa ballast yang melewati ruang muat


Jika pipa ballast terpasang dari ruang pompa belakang ketangki air ballast
didepan tangki muatan, maka tebal dinding pipa harus dipertebal lengkung pipa
untuk mengatasi pemuaian harus ada pada pipa ini
C. Penempatan sistem ballast :
Ballast pada afterpeak dan forepeak berguna untuk mengubah trim dari kapal
Double bottom ballast tank berguna untuk memperoleh sarat yang tepat dan
untuk menghilangkan keolengan.

2.1.3 Sistem Bahan Bakar


Susunan pipa bahan bakar secara umum :
A. Pipa bahan bakar tidak boleh melewati tangki-tangki air minum maupun tangki
minyak lumas. Pipa bahan bakar tidak boleh diletakan disekitar komponenkomponen mesin yang panas.
B. Pipa pengisian dan pengeluaran
Pengisian bahan bakar cair harus disalurkan melalui pipa-pipa yang permanen
dari geladak terbuka atau tempat-tempat pengisian bahan bakar dibawah
geladak. Disarankan meletakan pipa pengisian pada kedua sisi kapal.
Penutupan pipa diatas geladak harus dilakukan. Bahan bakar dapat dialirkan
menggunakan pipa
C. Perhitungan volume HFO menurutbuku lecture on ship design and ship theory
karangan HeraldPeolhsadalah :
Weight of HFO : BHP x FOC x (S/VS) x C x 10-6 (ton)
Dimana :
BHP (kW) daya mesin kapal
FOC (g/kw) konsumsi bahan bakar
S (mil) jarak kapal berlayar
Vs (knot) kecepatan kapal
C factor koreksi (1.3-1.5)

BAB III
3.1

DATA KAPAL
Type Kapal : Containership
LPP
: 93,2
m
LWL
: 97,91
m
B
:16,9
m
H
: 7,55
m
T
:5
m
Vs
: 15,6
Kn = 8,0252
BHP
: 3978,182 HP = 2966,53031
CB
:0,647
air laut
: 1,025
g
: 9,81
m/s
Jarak Pelayaran : Surabaya Lampung PP
2400 mil
foc
: 190 gr/Kwh
6
C
: 1,3-1,5x 10
Main Engine : MaK 32 C
Displacement: 4528,335

BAB IV

m/s
Kw

3.1 ANALISA DAN PERHITUNGAN


Water Ballast
tank

Panjang
(m)

Perhitungan Ballast
Lebar rata
double
rata (m)
bottom (m)

AF Tank

8,663

14,221

WBT 1

20,15

2,86552

WBT 2

20,15

2,86552

WBT 3

24,05

6,36479

WBT 4

24,05

6,36479

WBT 5

24,05

5,627925

WBT 6

24,05

5,627925

FP Tank

10,42

7,736

Total Volume

2,94

Luas
Volume
(m^2)
(m^3)
123,196
120,7325
52
925
57,7402
57,74022
28
8
57,7402
57,74022
28
8
153,073
153,0731
2
995
153,073
153,0731
2
995
135,351
135,3515
6
963
135,351
135,3515
6
963
26,8697
134,3485
07
333
947,4111
734

Tabel 1.1 Hasil Perhitungan Water Ballast Tank

Dari perhitungan tabel diatas dapat ditentukan diameter pipa :


a. Diameter Pipa Main line
b. Diameter Pipa Branch line

3.1.1 Menentukan diameter Pipa Main Line Ballast


Diameter pipa main line diambil dari volume total water ballast tank, lihat
tabel BKI BKI 2006 Sec 11 N 31sesuai volume total .
Volume =947,411 m3,
Diameter Pipa =175 mm
3.1.2 Menentukan diameter Branch Line Ballast
Diameter pipa Branch Line sesuai dengan volume ballast tank terbesar, lihat
kolom pada tabel BKI 2006 Sec 11 N 31 sesuai volume.
Volume
Diameter

=153,0731 m3
=100 mm

kapasitas tank (m3)


Kurang dari sampai
20

Tabel 1.2 Diameter

Diameter Pipa
(mm)
60

20-40

70

40-75

80

75-120

90

120-190

100

190-265

110

265-360

125

360-480

140

480-620

150

620-800

160

800-1000

175

1000-1300

200

3.1.3 Waktu pengurasan


Diket =
Dh
= 175/10 mm = 17,5 cm
Vol ballast = 947,4111734 m3
Debit = 0,565x(dh(cm)^2)
= 0,565 x(17,5^2)
= 173,03125 m3/h
T
= Vol ballast/Debit
= 947,4111734/173,03125
= 5,47537611 jam
3.1.4 Perhitungan Presentase WBT
Diket
=
Volume total = 947,4111734
Displacement
= 4528,355

m3

m3

%WBT= Volume total ballast/Displacement


%WBT= 947,4111734
/4528,355
WBT = 0,209217514 x 100%
WBT = 20,9217514 %

Pipa Ballast

3.1.5 Daya Pompa Ballast


Volume WBT =
WBT 1/2 = 57,740228
WBT 3/4 = 153,0731995
WBT 5/6 = 135,3515963
H
= 5+1
=6
C
= 0,5
Daya Pompa = Vol Ballast x H xmassa jenis air laut/(75x60x60x0,5)
Daya pompa WBT 1/2 = 2,56623236 HP
= 3,6183876
Daya pompa WBT 3/4 = 6,80325331 HP
= 9,5925872 Kw
Daya pompa WBT 5/6 = 6,0156265 HP
= 8,4820334 Kw
3.1.6 Diameter Bilge Pipe
Main Bilge Pipe
1,68mm
L( B+ H )+ 25
dh== 80,2
= 80 mm

Branch Bilge Pipe


1,68 mm
l( B+ H )+2
dz== 46,2
= 45 mm

3.1.7 Perhitungan Daya Pompa


Capacity of bilge pumps sesuai dengan BKI yaitu :
Q

= 5,75 10-3 dH2 [m3/h]


= 5.75 .10-3 . 72.52
= 30,223 m3/h

3.1.8 HFO
Sesuai dengan lecture on ship design and ship theory,maka perhitungan HFO
untuk tangki induk, settling tank, dan daily tank adalah :
A. Tangki Induk
a. Jarak
Pelayaran
SurabayaLampung
Sub-Lampung
PP
b. Waktu
Pelayaran
V
(kecepatan)

1200 mil
2400 mil
kno
15,6 t
153,8461 Hou
54 r
4
6 Hari
Jam

T (waktu)
c. Perhitungan
Main Tank

Vol = BHP x foc x S/(Vs Waktu) x C.


C = 1,3

10

112,7281
52 ton

110,473 m
59 3

B. Tangki Settling
a. Settling Tank

Vol = BHP x foc x S/(Vs Waktu) x C.

106

C = 1,3
b. Daily Tank

Vol = BHP x foc x S/


(Vs/T) x C.
106
C = 1,3

17,5855 To
917 n

17,233 m
88 ^3

6,59459 To
69 n

6,4627 m
05 ^3

C. Penentuan Panjang Tangki


1. Tangki Induk
L x B x T = V.Tank
L x (16,9:4) x 5 = 110,47359
L = 6,582 m = 10,97 Frame

11 Frame
2. Tangki Setling
L x B x T = V.Tank
L x (16,9:4) x 5= 17,23388
L = 1,026 m = 1,7 Frame
2 Frame
3. Tangki Harian
L x B x T = V.Tank
L x (16,9:4) x 5 = 6,42670
L = 0,0926 = 0,160437 Frame
1 Frame

Anda mungkin juga menyukai