Anda di halaman 1dari 11

PERTEMUAN VI

CERUK BURITAN

Program Studi : Teknik Perkapalan


Nama mata kuliah/Kode : Konstruksi Kapal II/312D3103
Jumlah SKS : 3 sks

Pengajar : 1. Ir. Hj. Rosmani, MT


2. Ir. Zulkifli MT

Sasaran Belajar : Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa dapat mengambar


konstruksi profil dari suatu kapal.

Mata kuliah Prasyarat : Gambar Teknik


Prancangan Kapal
Konstruksi Kapal I

Deskripsi mata Kuliah : Mata kuliah termasuk mata kuliah lanjutan dari rancangan kapal
khususnya gambar dan bentuk konstruksi bangunan kapal.
Dalam perkuliahan ini dibahas konstruksi dasar ganda, ceruk
haluan, ceruk buritan, kemudi, konstruksi kamar mesin,
konstruksi lambung dan bangunan atas, konstruksi geladak,
Untuk dapat mengikuti kuliah ini dengan baik mahasiswa harus
telah dapat mengimplementasikan teori menggambar teknik dan
menggambar rencana garis, konstruksi midship dan bukaan kulit,
prarancangan kapal. Kemampuan yang diperoleh dari
matakuliah ini selanjutnya dapat digunakan dalam perhitungan
dan penggambaran konstuksi profil, stabilitas, dan teknik
peroduksi kapal.

1
I. PENDAHULUAN .
Bentuk dan komponen konstruksi kapal penting untuk diketahui dan
dimengerti untuk kepentingan dalam pembangunan kapal yang erat kaitannya
dengan keselamatan kapal di laut. Dengan mengetahui bentuk dan komponen
konstruksi kapal akan sangat membantu mahasiswa dalam perencanaan dan
penggambaran konstruksi kapal khususnya konstruksi profil sekaligus
penyelesaian tugas-tugas gambar pada matakuliah lanjutan.
Konstruksi Ceruk buritan merupakan bagian dari konstruksi profil yang
terdiri dari beberapa komponen konstruksi yang harus diketahui oleh
mahasiswa. maka mahasiswa dengan mudah dapat menghitung dan
menggambarkannya pada konstruksi ceruk buritan
1.1. Ruang lingkup Materi
1. Ceruk Buritan
2. Kemudi
1.2. Sasaran pembelajaran Modul
Sasaran pembelajaran yang diharapkan dapat dicapai/dikuasai oleh setiap
mahasiswa Untuk mencapai kompetensi lulusan Program Studi sebagai
desainer produksi dan
reparasi kapal adalah :
1) Mampu menyebutkan komponen konstruksi pada ceruk buritan
2) Mampu menghitung dan menggambar komponen konstruksi profil pada
ceruk buritan
1.3. Prilaku Awal Mahasiswa
Untuk dapat mengikuti kuliah ini dengan baik mahasiswa sudah memahami
gambar rencana garis, prarancangan kapal, sistem kerangka kapal,
mengimplementasikan teori menggambar teknik
1.4. Manfaat
Mahasiswa mengetahui jenis dan bentuk komponen konstruksi yang terdapat
pada ceruk buritan kapal.
1.5. Urutan Pembahasan
1. Menjelaskan konstruksi ceruk buritan

2
2. Menjelaskan komponen konstruksi pada ceruk buritan
3. Menjelaskan jenis dan bentuk kemudi

1.6. Petunjuk Belajar


1. Mahasiswa mendengarkan uraian materi dari dosen
2. Masing-masing mahasiswa mencatat/mencermati uraian materi yang
diberikan.
3. Melakukan aktifitas pembelajaran mandiri dari sumber-sumber belajar
(Bahan Ajar, Jurnal, Refernsi, dan lain-lain), baik yang sudah disiapkan oleh
dosen maupun dari perpustakaan.

II. PENYAJIAN
2.1. Materi Pembelajaran
A. Linggi Buritan (Stern Post)
Linggi buritan pada kapal biasanya dibuat dari pelat baja dan bentuk gading
dipengaruhi oleh profil buritan dan tipe kemudi untuk mencegah getaran kapal pada garis
tegak haluan, maka jarak antara propeller dan linggi buritan harus di atur dan akan
ditentukan berdasarkan gading tersebut.
Bagian buritan harus stream line untuk mencegah terjadi penambahan bentuk tonjolan
di belakang buritan yang mana dapat menambah besarnya tahanan kapal. Bentuk linggi
buritan tergantung dari diameter propeler yaitu (0,6 – 0,7) T, sedang diameter boss =1/6
D (D = diameter propeller). Untuk besarnya clearance didapat pada Lloyd Register ,
Norske Veritas. Linggi buritan di kapal-kapal dengan baling-baling tunggal (atau
berbaling-baling tiga) konstruksinya lebih rumit. Linggi buritan terbagi dua, yaitu :
- Linggi kemudi; poros kemudi terpasang menembus lambung kapal (rudder porst)
- Linggi baling-baling;poros baling-baling menembus lambung kapal (propeller post)

3
Gambar. 6.1. Stern frames

Poros baling-baling yang menembus linggi baling-baling dibuat lebih besar dan diberi
boss dan stern tube. Stern tube diperkuat dengan pelat wrang atau diperkuat/ditopang oleh
penegar apabila bentuk kapal sempit . Linggi buritan umumnya dibuat dari baja cor, tetapi
kadang-kadang juga dari baja tempaan seperti pada gambar 6.1
1. Linggi Baling-baling (Propeller post);Ukuran linggi baling-baling berbentuk empat
persegi dan pejal. Ditentukan dengan rumus :
L = 1,4 L + 90 (mm)
B = 1,6 L + 15 (mm)
Modulus penampang berdasarkan harga l x b dari persamaan di atas tidak boleh
lebih kecil bila digunakan bentuk lain. Bentuk linggi baling-baling yang dituang dapat
menguntungkan guna mendapatkan bentuk linggi yang cukup baik
2. Linggi Kemudi (Stern post)
Tempat/tabung kemudi dipasang ditempat berputarnya pintle kemudi dan dilapisi
tabung bantalan untuk mengimbangi keausan akibat gesekan kemudi yang terus
menerus. Bantalan ini dibuat dari baja bronze. jika pintle dilapisi dengan tabung
perunggu, maka bantalan yang digunakan adalah kayu pok (lignum vital) atau metal.
3. Sepatu Kemudi (Sole Piece)
Bagian bawah linggi buritan yang mendatar disebut telapak linggi/sepatu kemudi
(Sole Piece). Sepatu kemudi harus mempunyai kekuatan melintang yang cukup untuk
menahan tegangan lengkung melintang (transverse bending stress) yang dihasilkan
oleh tekanan kemudi. Sepatu kemudi biasanya terbuat dari baja tuang sering
mempunyai rusuk ditengahnya dan disambung ke penumpu tengah. Bentuk linggi
buritan tergantung konstruksinya, untuk single atau twin-screw, dengan atau tanpa
4
sepatu kemudi, bentuk sendok (cruiser) atau (transom) dsb. dua jenis bentuk linggi
buritan dengan sepatu kemudi dan tanpa sepatu kemudi (gambar 6.2. dan 6.3)

LWL
LPP
Lwl Diameter propeller: Garis air
Lpp
Diameter propeller:
D = ( 0,6~0,7 ) T
Garis air D = ( 0,6~0,7 ) T
clereance propeller lihat Sumbu poros kemudi
t BKI
Sumbu poros
a = ± 0,35 T a = ± 0,33 T
kemudi
b = ± 0,35 T e = ± 0,12 T

>( 0,6~0,7 ) T
b = ± 0,35 T
> ( 0,6~0,7 ) T

T
12
c = ± 0,10 T
T e
° d = ± 0,04 T
e
e = ± 0,12 T
a
12 a T = sarat air [m]
d °
c t = kedalaman badan kapal
b
tercelup air di station AP
b
AP
AP

Gambar 6.2. Bentuk linggi buritan dengan sepatu linggi (sole-piece)


Gambar 6.3 Bentuk linggi buritan tanpa sepatu kemudi
1. KEMUDI
Kemudi kapal dan instalasinya adalah suatu system didalam kapal yang memegang
peranan penting didalam pelayaran dan menjamin kemampuan olah gerak kapal.
Sehubungan dengan ini, seyogjanya sebuah kemudi dan instalasinya harus memenuhi
ketentuan didalam keselamatan suatu pelayaran. System kemudi mencakup semua bagian alat-
alat yang diperlukan untuk mengemudikan kapal, mulai dari kemudi, poros, dan instalasi
penggerak sampai ke pengemudinya sendiri. Instalasi penggerak kemudi terletak diruang
mesin kemudi geladak utama dan peralatan untuk mengatur gerakan kemudi diletakkan
didalam ruang kemudi atau ruang navigasi. Ruang instalasi harus dibuat bebas dari peralatan
peralatan lain, agar tidak menghalangi kerja instalasi penggerak utama ataupun penggerak
bantu kemudi. Ruangan tersebut harus direncanakan terpisah dari ruangan lainnya dengan
suatu dinding sekat yang terbuat dari baja yang disebut mesin kemudi. (gambar 6.4)
A. Daun Kemudi

Daun kemudi pada awalnya dibuat dari pelat tunggal dan penegar-penegar yang dikeling
pada bagian sisi pelat. Jenis kemudi ini sekarang sudah diganti dengan bentuk kemudi pelat
ganda, terutama pada kapal-kapal yang berukuran relative besar. Kemudi pelat ganda terdiri
atas lembaran pelat ganda dan didalamnya berongga, sehingga membentuk suatu garis aliran
yang baik (streamline), yang bentuk penampangnya seperti sayap (foil).

5
Keterangan gambar :
1. roda kemudi (jantera) 6. Pegas
2. Celaga kemudi 7. Tongkat kemudi
3. Transmisi 8. Daun kemudi
4. Kuadran kemudi 9. Roda gigi penggerak
5. Motor listrik 10. Ulir cacing.

Gambar 6.4 Kemudi dan Instalasinya

Ditinjau dari letak daun kemudi terhadap poros kemudi dapat dibedakan atas:
a. Kemudi biasa; yaitu kemudi yang mempunyai luas daun kemudi yang terletak dibelakang
sumbu putar kemudi
b. Kemudi balansir, yaitu jenis kemudi yang mempunyai luas daun yang terbagi atas dua
bagian, didepan dan dibelakang sumbu putar kemudi
c. Kemudi setengah balansir, yaitu jenis kemudi yang bagian atas termasuk kemudi biasa,
tetapi bagian bawah merupakan kemudi balansir. Kemudi bagian bawah dan atas tetap
merupakan satu bagian
Ditinjau dari penempatannya, daun kemudi dibedakan menjadi:
a. Kemudi meletak, yaitu kemudi yang sebagian besar bebannya ditumpu oleh sepatu kemudi
b. Kemudi menggantung, yaitu kemudi yang sebagian besar bebannya disangga oleh
bantalan-bantalan kemudi digeladak
c. Kemudi setengah menggantung, yaitu kemudi yang bebannya disangga oleh bantalan-
bantalan pada tanduk kemudi
Konstruksi daun kemudi dari pelat ganda memiliki kerangka yang dibuat dari bahan
baja tuang atau dapat juga dibentuk dari pelat bilah penegar yang dilaskan ke daun kemudi.
Satu sisi pelat daun kemudi dilas pada kerangka kemudi dan sisi lainnya dilas dengan las
lubang (slot welding). Jika daun kemudi diperkuat dengan pelat bilah mendatar dan tegak,
pada salah satu sisi pelat bilah dipasang pelat hadap. Kegunaan pelat hadap adalah untuk
pengikatan pelat daun kemudi terhadap salah satu sisi kerangka kemudi dengan las lubang
(Gambar 6.6.).

6
Keterangan gambar :
1. Pelat sisi daun kemudi
2. Penegar tegak
3. Penegar mendatar
4. Pelat hadap
5. Las lubang.
Gambar 6.6. Detail kerangka daun kemudi
Tebal daun kemudi dapat ditentukan dengan persamaan menurut Biro Klassifikasi Indonesia,
2014, volume , section ,
t = 1,6 x a x 􀂥PR + tk (mm).

Ke terangan

1. Tongkat Kemudi 6. Pena Kemudi


2. Kopling mendatar 7. Pelat penutup
3. Bilah penegar mendatar 8. Pelat ujung depan daun
4. Bilah penegar tegak 9. Linggi kemudi
5. Sumbat alas 10. Bantalan pena kemudi
Gambar 6.7 . Daun Kemudi Biasa

Besar gaya yang dialami daun kemudi dapat dihitung pada buku peraturan Biro Klasifikasi.
tebal pelat daun kemudi tersebut diatas tidak boleh kurang dari tebal pelat lambung pada
ujung-ujung kapal. Pada bagian ujung depan daun kemudi harus 23% lebih tebal dari
pelat daun kemudi. Konstruksi daun kemudi dapat dilihat pada gambar 6.7 dan gambar 6.8.

7
Gambar 6.8 Konstruksi Kemudi setengah Balansir
Keterangan
1. Garis pelat lambung 4. Tanduk kemudi
2. Tongkat kemudi 5. Pelat ujung belaknag daun
3. Penegar mendatar 6. Penegar tegak

B. Tongkat Kemudi
Poros kemudi atau sumbu kemudi umumnya terbuat dari bahan baja tuang atau baja tempa.
Tongkat kemudi dipasang menembus lambung dalam selubung tongkat. Hal ini untuk
menjamin kekedapan dari air laut. Bagian atas poros kemudi dihubungkan dengan instalasi
penggerak kemudi dan bagian bawah dihubungkan dengan daun kemudi malalui kopling
mendatar atau kopling tegak. Tongkat kemudi ada yang direncanakan memiliki satu bantalan
atau dua bantalan, bergantung pada panjang tongkat dan system peletakan daun kemudi.
Bantalan tongkat kemudi hanya ada pada bagian atas baja atau pada kedua-duanya, atas
dan bawah. Bantalan poros kemudi bagian bawah pada umumnya dibuat tidak kedap air,
sehingga air dapat digunakan sebagai pelumasan poros dengan bantalan kayu pok. Dan,
bantalan bagian atas mempergunakan system pelumasan minyak.
Diamter tongkat kemudi dapat ditentukan berdasarkan rulkes Biro KJlassifikasi Indonesia,
2014, volume , section , yaitu tidak boleh kurang dari :
: dT = 4,2 􀂥Q/KR (mm),
Rm = Kekuatan tarik bahan ( N/mm2 )
Pada bagian atas tongkat kemudi yang hanya menyalurkan momen puntir, garis tengah
dapat dikurangi menjadi 0,9 Dt.
Momen punter pada poros kemudi dihitung dengan rumus berikut :
QR = CR. r
Untuk kemudi dibelakang konstruksi tetap seperti tanduk kemudi ( rudder horn ) ,
harga 􀂥 adalah 0,25 untuk keadaan gerak maju dan 0,55 untuk keadaan gerak mundur.
Untuk jenis kemudi dengan daya angkat yang tinggi, 􀂥 = 0,4 untuk gerak maju.
8
Gambar 6.10. Penentuan ukuran dari rumus BKI
C. Kopling Kemudi
Koping kemudi adalah salah satu bagian kemudi yang menghubungkan poros kemudi
dengan daun kemudi. Pada umumnya kopling dibuat sedemikian rupa, sehingga kemudi dapat
dilepas tanpa mengganggu celaga ( rudder tiller ) dan mesin kemudi. Kopling yang
dibuat harus mampu menyalurkan seluruh beban puntir dari poros kemudi. Sesuai dengan
ketentuan BKI, ukuran bagian-bagian kopling kemudi mendatar dihitung berdasarkan rumus
2.2. Lingkup penghiliran/penerapan
Jenis dan bentuk komponen konstruksi ceruk buritan dan daun kemudi dapat
dijumpai pada gambar - gambar kerja bangunan kapal di galangan kapal.
2.3. Latihan
Membuat sketsa gambar konstruksi ceruk buritan dan daun kemudi
2.4. Tugas Mandiri
Lengkapilah gambar konstruksi profil dengan memasang semua komponen
konstruksi yang terdapat pada ceruk buritan termasuk kemudi
III. PENUTUP
3.1. Rangkuman
1. Linggi buritan terbagi dua; Linggi kemudi (rudder porst) dan Linggi baling-
baling (propeller post)
2. Bentuk linggi buritan tergantung dari diameter propeler yaitu (0,6 – 0,7)
T, sedang diameter boss =1/6 D (D = diameter propeller).
3. System kemudi mencakup semua bagian alat-alat yang diperlukan untuk
mengemudikan kapal, mulai dari kemudi, poros, dan instalasi penggerak
sampai ke pengemudinya sendiri.

9
4. Ditinjau dari letak daun kemudi terhadap poros kemudi dapat dibedakan
atas:
Kemudi biasa, Kemudi balansir, Kemudi setengah balansir,
6. Ditinjau dari penempatannya, daun kemudi dibedakan menjadi:
Kemudi meletak, Kemudi menggantung, Kemudi setengah
menggantung
7. Tongkat kemudi dipasang menembus lambung dalam selubung tongkat untuk
menjamin kekedapan dari air laut.
3.2. Soal Tes Formatif
1. Linggi buritan terdiri dari dua bagian, sebutkan
2. Sebutkan sedikitnya tiga jenis kemudi
3. Jelaskan yang dimaksud kemudi setengah balansir
3.3. Umpan Balik
1. Mahasiswa dapat bertanya apabila ada materi uraian yang tidak jelas.
2. Pertanyaan mahasiswa dapat dialihkan ke mahasiswa lain untuk
menguji kemampuannya.
3. Dosen menjelaskan kembali jika diperlukan
3.4. Daftar Pustaka

1. Biro Klasifikasi Indonesia, 2014, Rules For Hull Construction, volume II,
Jakarta
2. D.J. Eyres, M.Sc.,F.R.I.N.A., 1994, Ship Construction, Fourth Edition
3. Taffart, Ship Design and Theory
4. Thomas C. Gillmer, 1970. M o d e r n S h i p D e s i g n , . United States
NavalInstitute Annapolis, Maryland
5. Rosmani, 2012, ”Konstruksi Kapal I”, Buku Ajar, Program Studi Teknik
Perkapalan, Universitas Hasanuddin
6. Rosmani, a. Ardiyanti, 2013, ”Panduan Tugas Prancangaqn Kapal
Konstruksi Kapal II”, Program Studi Teknik Perkapalan Universitas
Hasanuddin
7. http://www.Maritimeworld.web.id/2010/2011/Pengertian - dasar - berganda
- double – bottom.html., 21 November 2010 diakses 6 sept 2012

10
11

Anda mungkin juga menyukai