Anda di halaman 1dari 35

ACARA I.

BENTUK PERTUMBUHAN KARANG

I. MATERI DAN METODE


1.1. Materi
1.1.1. Alat
Alat-alat yang dipergunakan dalam acara bentuk pertumbuhan karang adalah alat
tulis, kertas hvs, kamera/handphone, dan buku identifikasi.
1.1.2. Bahan
Bahan-bahan yang dipergunakan dalam acara bentuk pertumbuhan karang
adalah sampel karang.
1.2. Metode
Diambil sampel karang. Diamati bentuk dan bagian karang-karang tersebut.
Ditentukan bentuk pertumbuhan dengan melihat life form pada karang. Dicatat dan
digambar dilembar kerja.
1.3. Waktu dan Tempat
Praktikum acara bentuk pertumbuhan karang dilaksanakan pada tanggal 04
November 2018 pukul 16.00 WIB di Laboratorium Pengajaran Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan.
II. HASIL DAN PEMBAHASAN
No. Gambar Bentuk Pertumbuhan Keterangan
1. 1. Nama bentuk pertumbuhan
Acropora Branching
2. Kode bentuk pertumbuhan
ACB
3. Deskripsi bentuk pertumbuhan
Acropora branching (ACB) memiliki
bagian yang disebut axial corallite dan
radial corallite, bentuk bercabang seperti
ranting pohon. Contoh : Acropora tenuis,
Acropora formosa, Acropora digitifera,
Acropora humilis, Acropora gamezi, Acropora
florida, Pectinia lectuca.
(English et al. 1994 dalam Syafifuddin 2011
)

2. 1. Nama bentuk pertumbuhan


Acropora Submassive
2. Kode bentuk pertumbuhan
ACS
3. Deskripsi bentuk pertumbuhan
Acropora submasif (Acropora
Submassive) memiliki bagian yang
disebut axial corallite dan radial corallite,
dan percabangan bentuk gada/lempeng
dan kokoh contohnya Acropora palifera
(English et al. 1994 dalam Syafifuddin 2011
).
Gambar WAJIB HANDMADE.
DAFTAR PUSTAKA
English, S., C. Wilkinson, dan V. Baker. 1994. Survey Manual for Tropical Marine
Recourses. Australian Institut of Marine Science. Townsville: 34- 80.
Syafifuddin,A.A. 2011. Studi Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Karang (Acropora
formosa (Veron & Terrence, 1979) Menggunakan Teknologi Biorock di Pulau Barrang
Lompo Kota Makassar. Skirpsi. Universitas Hasanuddin. Makassar.
ACARA II. IDENTIFIKASI STRUKTUR KORALIT KARANG

I. MATERI DAN METODE


1.1. Materi
1.1.1. Alat
Alat-alat yang dipergunakan dalam acara identifikasi struktur koralit karang
adalah alat tulis, kertas hvs, kamera/handphone, penggaris, kaca pembesar dan buku
identifikasi.
1.1.2. Bahan
Bahan-bahan yang dipergunakan dalam acara identifikasi struktur koralit karang
adalah sampel koralit karang.
1.2. Metode
Diambil sampel koralit karang. Diamati bentuk dan bagian-bagian koralit karang
tersebut dengan menggunakan kaca pembesar. Ditentukan tipe koralit pada karang
tersebut. Dicatat dan digambar didalam lembar kerja.
1.3. Waktu dan Tempat
Praktikum acara bentuk pertumbuhan karang dilaksanakan pada tanggal 04
November 2018 pukul 16.00 WIB di Laboratorium Pengajaran Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan.
II. HASIL DAN PEMBAHASAN
No. Gambar koralit karang Keterangan

1. 1. Tipe koralit karang


Placoid
2. Bagian koralit karang
a. Kosta
b. Septa
c. Kolumella
d. Pali
e. Konestium
f. Radial koralit
3. Deskripsi tipe koralit karang
BISA DILIHAT DI DATA
PENGAMATAN YA SIL
2. 1. Tipe koralit karang
Ceroid
2. Bagian koralit karang
a. Septa
b. Pali
c. Kolumella
d. Radial koralit
3. Deskripsi tipe koralit karang
BISA DILIHAT DI DATA
PENGAMATAN YA SIL
DAFTAR PUSTAKA
Ruchimat, T. 2012. Pedoman Survey Populasi Ikan Napoleon Cheilinus undulatus
Rüppel 1835). Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan. Direktorat Jenderal
Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Kementerian Kelautan dan Perikanan.
ACARA III. SIMULASI PENGAMATAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG

I. MATERI DAN METODE


1.1. Materi
1.1.1. Alat
Alat-alat yang dipergunakan dalam acara simulasi pengamatan ekosistem
terumbu karang adalah meteran (1 meter), alat tulis, kamera/handphone, dan buku
identifikasi.
1.1.2. Bahan
Bahan-bahan yang dipergunakan acara simulasi pengamatan ekosistem terumbu
karang adalah miniatur ekosisitem terumbu karang, sampel biota karang, sampel ikan
karang, dan sampel biota asosiasi.
1.2. Metode
Direntangkan meteran sebagai transek sejauh 100 cm. Dicatat sepanjang line
transek seperti lifeform karang(berdasarkan tabel lifeform categories and codes), jenis
substrat (sand,salt,clay), ikan terumbu, dan biota asosiasi (bintang laut, bulu babi, dll).
Dicatat spesies biota karang kemudian dilengkapi dengan klasifikasinya. Dimasukan
data yang telah diamati ke dalam tabel data pengamatan yang telah disediakan.
1.3. Waktu dan Tempat
Praktikum acara bentuk pertumbuhan karang dilaksanakan pada tanggal 04
November 2018 pukul 16.00 WIB di Laboratorium Pengajaran Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan.
II. HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1. Hasil
Titik Kategori Biota Asosiasi/ Ikan Karang
5 Sand Thacus niloticus
10 Sand Holothuria arta
15 Coral Mushroom (CMR) Diadema setosum
20 Coral Mushroom (CMR) Drupella sp
25 Sand Amphirion clarkia
30 Coral Foliose (CF) Cheilinus fasciatus
35 Coral Foliose (CF) Hemiglyphidodon plagiometopon
40 Sand Scarus quoyi
45 Sand Abudefduf vaigiensis
50 Sand Pterois antennata
55 Acropora Branching (ACB)
60 Acropora Branching (ACB)
65 Acropora Branching (ACB)
70 Sand
75 Acropora Tabulate (ACT)
80 Acropora Tabulate (ACT)
85 Acropora Tabulate (ACT)
90 Sand
95 Coral Massive (CM)
100 Coral Massive (CM)

Tutupan Karang (%)= 12/20 x 100%

Ni= 60%

Kategori Penutupan Karang Hidup Baik


2.2. Pembahasan

2.2.1. Penutupan Terumbu Karang


Metode PIT (Point Intercept Transect) merupakan salah satu metode yang
dikembangkan
untuk memantau kondisi karang hidup dan biota pendukung lainnya di suatu lokasi
terumbu karang dengan cara yang mudah dan dalam waktu yang cepat.Metode ini
dapat digunakan di daerah yang ingin mengetahui kondisi terumbu karang untuk
tujuan pengelolaan. Metode ini dapat memperkirakan kondisi terumbu karang di
daerah berdasarkan persen tutupan karang batu hidup dengan mudah dan cepat.
Secara teknis, metode Point Intercept Transect (PIT) adalah cara menghitung persen
tutupan (% cover) substrat dasar secara acak, dengan menggunakan tali bertanda di
setiap jarak 0,5 meter atau juga dengan pita berskala atau roll meter (Anna &
Djuwariah, 2009)
Berdasarkan hasil perhitungan yang didapatkan termasuk kedalam kategori
ekosistem terumbu karang baik, karena nilai Ni sebesar 60%. Menurut Manuputty
(1998), ekosistem terumbu karang dibagi menjadi beberapa kondisi atau tingkat
kerusakan berdasarkan kategori diantaranya 0-24,9 % tutupan karang hidup
dikategorikan buruk/sangat rusak, 25-49,9 % tutupan karang hidup dikategorikan
sedang, 50-74,9% tutupan karang hidup dikategorikan baik, dan
75-100 % tutupan karang hidup dikategorikan sangat baik
Komponen fisik dan kimia perairan yang diukur adalah kecerahan, temperature
atau suhu, salinitas, kecepatan arus, kadar oksigen terlarut (DO), dan derajat keasaman
(pH). Komponen parameter tersebut sangat menentukan sebaran dan pertumbuhan
dari ekosistem terumbu karang.
Suhu berpengaruh terhadap tingkah laku makan hewan karang, demikian juga
pertumbuhannya. Kondisi oksigen terlarut memiliki korelasi yang tidak searah dengan
persentase tutupan karang. Kadar oksigen terlarut dan suhu memiliki hubungan yang
menggambarkan bahwa semakin tinggi suhu, maka kelarutan oksigen akan semakin
berkurang. uhu minimal dan maksimal yang mampu ditolerir terumbu karang adalah
16°C dan 33,5°C. Jika suhu perairan berada diluar dari batas tersebut, maka karang
dapat kehilangan kemampuan menangkap makanan. Kisaran arus yang optimal bagi
terumbu karang adalah 0,05-0,08 m/s, kadar oksigen dimana terumbu karang tumbuh
dan berkembang dengan baik adalah berkisar antara 4,27-7,14 ppm, dan nilai salinitas
yang sesuai untuk terumbu karang berkisar 30-35 ‰ (Thovyan, 2017).
2.2.2. Biota Asosiasi dan Ikan Karang

A.

Gambar 1. Trochus niloticus (a) dokumentasi pribadi (b) referensi


(http://eol.org/pages/3050331/overview)
Klasifikasi menurut Linnaeus (1767) adalah sebagai berikut:
Kingdom: Animalia
Filum: Mollusca
Kelas: Gastropoda
Ordo: Thochida
Family: Trochidae
Genus: Trochus
Spesies: Trochus niloticus
Deskripsi menurut () adalah sebagai berikut:
B. a
Gambar 2. Holothuria atra (a) dokumentasi pribadi (b) referensi
(http://eol.org/pages/587662/overview)
Klasifikasi menurut Jaeger (1833) adalah sebagai berikut:
Kingdom: Animalia
Filum: Echinodermata
Kelas: Holothuroidea
Ordo: Holothuriida
Family: Holothuriidae
Genus: Holothuria
Spesies: Holothuria atra
Deskripsi menurut Jaeger (1833) adalah sebagai berikut:
Holothuria (Halodeima) atra adalah mentimun laut hitam dengan tentakel hitam,
sering ditutupi dengan pasir. Holothuria atra berukuran kecil hingga sangat besar(600
mm). Memiliki bentuk silindris dengan ujung bulat, tegument halus dan dinding
tubuhnya lentur. Mampu mengeluarkan cairan merah beracun dari kulit saat digosok.
Holothuria atra yang berukuran kecil cenderung memiliki lapisan pasir tipis dengan
kulit hitam yang terlihat, dan yang berukuran besar cenderung terlihat tanpa penutup
pasir diatasnya. Hidup sangat mencolok di hamparan pasir karang dan dipantai.
C
Gambar 3. Diadema setosum (a) dokumentasi pribadi (b) referensi
(http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=213372)
Klasifikasi menurut Leske (1778) adalah sebagai berikut:
Kingdom: Animalia
Filum: Echinodermata
Kelas: Echinoidea
Ordo: Diadematoida
Family: Diadematidae
Genus: Diadema
Spesies: Diadema setosum
Deskripsi menurut Yusron (2010) adalah sebagai berikut:
Diadema setosum memiliki tubuh berwarna hitam, memiliki warna orange dan
kebiruan, bentuk tubuh pipih, memiliki duri yang panjang dan tajam yang berfungsi
sebagai alat gerak dan pelindung dari serangan predator.
D.
Gambar 4. Drupella sp (a) dokumentasi pribadi (b) referensi
(http://eol.org/pages/2985687/overview)
Klasifikasi menurut Thiele (1925) adalah sebagai berikut:
Kingdom: Animalia
Filum: Mollusca
Kelas: Gastropoda
Ordo: Neogastropoda
Family: Muricidae
Genus: Drupella
Spesies: Drupella sp
Deskripsi menurut Lalang (2013) adalah sebagai berikut:
Drupella sp merupakan salah satu jenis siput laut yang hidup di daerah terumbu
karang. Siput ini termasuk dalam filum Moluska, kelas Gastropoda. Siput ini hidup
secara berkelompok dan menempel pada karang untuk mengkonsumsi polip karang
serta meninggalkan bekas makanan yang berwarna keputih- putihan yang disebut
skars. Drupella sp merupakan jenis keong pemakan karang yang cukup penting untuk
diketahui keberadaannya di terumbu karang.
E
Gambar 5. Amphiprion clarkii (a) dokumentasi pribadi (b) referensi
(http://www.fishbase.org/summary/5448)
Klasifikasi menurut Bennett (1830) adalah sebagai berikut:
Kingdom: Animalia
Filum: Cordata
Kelas: Actinopterygii
Ordo: Perciformes
Family: Pomacentridae
Genus: Amphiprion
Spesies: Amphiprion clarkii
Deskripsi menurut Froese, R. (2010) adalah sebagai berikut:
Amphiprion clarkii memiliki sirip dorsal berjumlah 10 dimana sirip lemahnya
berjumlah 13-14 sirip dan sirip anal berjumlah 2 buah. Memiliki warna dan bentuk
yang sangat bervariasi. Ciri-ciri pada tubuhnya terletak pada tiga garis tebal berwarna
putih, satu di belakang mata, satu di dekat anus, dan satu di pangkal ekor yang
berwarna putih, kadang kekuningan. Bersifat omnivora, melakukan
perkembangbiakkan secara monogami, dan berkembang biak dengan bertelur.
F
Gambar 6. Cheilinus fasciatus (a) dokumentasi pribadi (b) referensi
(http://fishesofaustralia.net.au/home/species/1918)
Klasifikasi menurut Bloch (1791) adalah sebagai berikut:
Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Actinopterygii
Ordo: Perciformes
Family: Labridae
Genus: Cheilinus
Spesies: Cheilinus fasciatus

Deskripsi menurut Dianne J.Bray (2018) adalah sebagai berikut:


Cheilinus fasciatus memiliki warna kecoklatan sampai kehitaman. Memiliki 6-7
garis vertikal berwarna putih keputih-putihan di sisi-sisinya. Berwarna oranye
kemerahan yang cerah di kepala dan garis-garis oranye halus yang memancar dari
mata. Cheilinus fasciatus dewasa memiliki rahang bawah yang menonjol, dan jenis
jantan mengembangkan cuping sirip ekor yang memanjang.
G
Gambar 7. Hemiglyphidodon plagiometopon (a) dokumentasi pribadi (b) referensi
(http://fishesofaustralia.net.au/home/species/356)
Klasifikasi menurut Bleeker (1852) adalah sebagai berikut:
Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Actinopterygii
Ordo: Perciformes
Family: Pomacentridae
Genus: Hemiglyphidodon
Spesies: Hemiglyphidodon plagiometopon
Deskripsi menurut Dianne J. Bray (2018) adalah sebagai berikut:
Hemiglyphidodon plagiometopon memiliki Sirip punggung 14-15 buah, Sirip dubur 2 buah,
Sirip dada 16-17. Sejumlah ganggang kecil dan invertebrata seperti polychaetes,
krustasea dan foraminiferans merupakan makanan Hemiglyphidodon plagiometopon .
betina melekatkan telur pada substrat. Jantan yang siap memijah akan menjaga telur
tersebut sampai menetas.
H
Gambar 8. Scarus quoyi (a) dokumentasi pribadi (b) referensi
(https://reefapp.net/en/lex/details/scarus-quoyi)
Klasifikasi menurut Valenciennes (1840) adalah sebagai berikut:
Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Actinopterygii
Ordo: Perciformes
Family: Scaridae
Genus: Scarus
Spesies: Scarus quoyi
Deskripsi menurut () adalah sebagai berikut:
I
Gambar 9. Abudefduf vaigiensis (a) dokumentasi pribadi (b) referensi
(http://fishesofaustralia.net.au/home/species/310)
Klasifikasi menurut Quoy& Gaimand (1825) adalah sebagai berikut:
Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Actinopterygii
Ordo: Perciformes
Family: Pomacentridae
Genus: Abudefduf
Spesies: Abudefduf vaigiensis
Deskripsi menurut () adalah sebagai berikut:
J
Gambar 10. Pterois antennata (a) dokumentasi pribadi (b) referensi
(https://animaldiversity.org/accounts/Pterois_antennata/)
Klasifikasi menurut Bloch (1787) adalah sebagai berikut:
Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Actinopterygii
Ordo: Scorpaeniformes
Family: Scorpaenidae
Genus: Pterois
Spesies: Pterois antennata
Deskripsi menurut () adalah sebagai berikut:
DAFTAR PUSTAKA

Allen, G.R. 1991. Damselfishes of the world. Mergus Publishers, Melle, Germany. 271 p
Anna,E.W.M. dan Djuwariah. 2009. Panduan Point Intercept Transect (PIT) untuk
Masyarakat Studi Baseline dan Monitoring Kesehatan Karang di Lokasi Daerah
Perlindungan Laut. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta.

Arifin, Z. 1993 . Sebaran geografis, habitat, dan perikanan siput Lola (Trochus
niloticus)di Maluku. Jurnal Fakultas Perikanan Unsrat. 2(3): 40-48

Bennett . 1830. Amphiprion clarkia.


http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=212783 (diakses tgl
06 november 2018 pukul 13.37 WIB)
Bleeker. 1852 .Hemiglyphidodon plagiometopon.
http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=212961 (Diakses tgl
06-11 2018 pukul 21.20)
Bloch. 1787. Pterois antennata. http://eol.org/pages/225279/overview Diakses tgl 06-11
2018 pukul 21.35WIB)

Bloch. 1791. Cheilinus fasciatus. http://eol.org/pages/223458/overview (diunduh


tanggal 06 November 2018)
Dianne J. Bray. 2018. Cheilinus fasciatus in Fishes of Australia.
http://fishesofaustralia.net.au/home/species/1918 (Diakses tgl 06-11 2018
pukul 21.20)
Dianne J. Bray. 2018. Hemiglyphidodon plagiometopon
http://fishesofaustralia.net.au/home/species/356#moreinfo (Diakses tgl 06-11 2018
pukul 21.35WIB)
Eschmeyer, W.N. 1986. Scorpaenidae. In M.M. Smith and P.C. Heemstra (eds.) Smiths'
sea fishes. Springer-Verlag, Berlin. p. 463-478.
Froese, R. 2010. Amphiprion clarkii (Bennett, 1830) Yellowtail Clownfish.
http://www.fishbase.org/summary/speciessummary.php?id=544 8 [diunduh
tanggal 06 November 2018]
Jaeger. 1833.Holothuria arta. http://species-
identification.org/species.php?species_group=nasc&id=55 (diakses pada 06
November 2018 pukul 13.15 WIB)
Lalang, B.S., M.Y. Haya. 2013. Kelimpahan Drupella dan Kondisi Terumbu Karang di
Perairan Pulau Mandike Selat Tiworo Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara. Jurnal
Mina Laut Indonesia. 12-22.
Leske. 1778. Diadema setosum. http://eol.org/pages/2942801/overview (diakses tgl 06
november 2018 pukul 13.30 WIB)
Linnaeus. 1767. Thacus niloticus
http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=216345
(diakses pada 06 November 2018 pukul 12.58 WIB)

Manuputty A E W. 1998. Sebaran Vertikal Karang Batu dan Pertumbuhannya di Pulau Pari,
Pulau Pulau Seribu. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi, Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta.
Myers, R.F.1991. Micronesian reef fishes, Second Ed. Coral Graphics, Barrigada, Guam. 298
p
Quoy& Gaimand. 1825. Abudefduf vaigiensis.
http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=212879 Diakses tgl 06-11
2018 pukul 21.35WIB)

Thiele. 1925. Drupella sp.


http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=205771
Thovyan,A.I., V.Sabariah., dan D.Parenden. 2017. Persentase Tutupan Terumbu Karang
di Perairan Pasir Putih Kabupaten Manokwari. Jurnal Sumberdaya Akuatik
Indopasifik. 1(1): 67-80

Valenciennes. 1840.Scarus quoyi.


http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=276058 Diakses tgl
06-11 2018 pukul 21.35WIB)
Yusron, E. dan Susetiono. 2010. Diversitas Fauna Ekhinodermata di Perairan
TernateMaluku Utara. Oseanologi dan Limnology di Indonesia. 36(3): 293-307.
ACARA IV. IDENTIFIKASI GENUS KARANG DENGAN CORAL FINDER TOOL

I. MATERI DAN METODE


1.1. Materi
1.1.1. Alat
Alat-alat yang dipergunakan dalam acara identifikasi genus karang dengan coral
finder tool adalah coral finder tool, kamera/handphone, dan alat tulis.
1.1.2. Bahan
Bahan-bahan yang dipergunakan acara identifikasi genus karang dengan coral
finder tool adalah sampel karang.
1.2. Metode
Diidentifikasi bentuk pertumbuhan karang dengan dilihat pada kolom key group
dalam halaman pertama Coral Finder Tool. Selanjutnya, ditentukan bentuk dan
mengukur besar koralit pada karang tersebut. Setelah ditentukan besar koralit atau
bentuk khusus maka langsung diarahkan pada halaman utama (look alike).
Dibandingkan karang yang diamati dengan gambar karang pada kolom colony,
corallites, dan close up. Dikonfirmasikan ciri-ciri karang tersebut dengan karakteristik
kunci deskripsi dan dilihat gambar karang pada kolom skala. Dicatat nama genus
karang yang telah diamati sesuai dengan keterangan genus yang terdapat pada Coral
Finder Tool.
1.3. Waktu dan Tempat
Praktikum acara bentuk pertumbuhan karang dilaksanakan pada tanggal 04
November 2018 pukul 16.00 WIB di Laboratorium Pengajaran Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan.
II. HASIL DAN PEMBAHASAN
(1.) Tuliskan tutorial yang kalian buat secara detail dan gunakan referensi me-
ngenai coral finder untuk mendukung tutorial kalian
Diidentifikasi bentuk pertumbuhan karang dengan dilihat pada kolom key group
dalam halaman pertama Coral Finder Tool. Selanjutnya, ditentukan bentuk dan
mengukur besar koralit pada karang tersebut. Setelah ditentukan besar koralit
atau bentuk khusus maka langsung diarahkan pada halaman utama (look alike).
Dibandingkan karang yang diamati dengan gambar karang pada kolom colony,
corallites, dan close up. Dikonfirmasikan ciri-ciri karang tersebut dengan
karakteristik kunci deskripsi dan dilihat gambar karang pada kolom skala.
Dicatat nama genus karang yang telah diamati sesuai dengan keterangan genus
yang terdapat pada Coral Finder Tool.

(2.) Tuliskan kelebihan dan kekurangan coral finder sebagai alat pengi- dentifikasi
karang
(3.) Genus karang apa yang didapat saat praktikum? Tulis klasifikasi dan deskripsikan.
A.

Gambar 1.Acropora sp (a)dokumentasi pribadi (b) referensi


(https://www.arkive.org/staghorn-corals/acropora-spp/)
Klasifikasi menurut Oken (1815) adalah sebagai berikut:
K : Animalia Phylum Cnidaria > Class Anthozoa > Subclass Zoantharia/Hexacorallia >
Order Scleractinia > Family Acroporidae
G Acropora
S Acropora sp
Deskripsi menurut () adalah sebagai berikut:
Fitur: Koloni terlihat biasanya 15-20cm, tetapi di pantai yang tidak terganggu dapat
menjadi 50cm atau lebih besar. Banyak tumbuh menjadi bentuk percabangan yang
menimbulkan nama-nama umum seperti 'karang staghorn'. Untuk beberapa orang,
seluruh koloni sering memiliki bagian atas yang datar sehingga kadang-kadang juga
disebut 'table-top' atau 'table coral'. Yang lain tampak lebat. Cabang umumnya
berbentuk silindris dengan corallites muncul di sekitar cabang.
Corallite mungil (0,5cm) cangkir halus atau tabung. Karang Acropora memiliki corallite
khas, biasanya di ujung cabang, yang lebih besar dari corallites lainnya. Ini disebut
corallite aksial. Korallites baru (disebut korallites sekunder atau radial) berpacu di
sepanjang sisi sementara corallite aksial terus tumbuh ke atas di ujung cabang. Korosit
aksial tidak memiliki zooxanthellae tetapi tumbuh dengan cepat karena diberi makan
oleh daerah lain dari koloni. Ujung-ujungnya sering putih atau berwarna cerah.
Polip kecil (0,2-0,5 cm), dengan tentakel panjang yang meruncing. Ketika sepenuhnya
diperpanjang, koloni dapat muncul 'berbulu'.
Kadang-kadang keliru untuk karang pocilloporid bercabang (Keluarga Pocilloporidae).

Mungkin ada beberapa spesies berbeda di halaman ini. Sulit untuk membedakan
mereka tanpa pemeriksaan ketat fitur-fitur kecil. Di situs web ini, mereka
dikelompokkan berdasarkan fitur eksternal yang besar untuk kenyamanan tampilan.

Sebagai suatu kelompok, karang acropora dapat beradaptasi dan ditemukan di


berbagai habitat dari perairan keruh hingga daerah gelombang-ditumbuk dan beberapa
dapat bertahan hidup paparan reguler pada saat air surut. Ini melindungi diri mereka
dengan lapisan lendir tebal dan zat penyerap UV. Mereka datang dalam berbagai
warna.

Beberapa karang acropora agak rapuh dan akan hancur jika tertabrak. Jadi tolong
jangan sentuh mereka, pada kenyataannya, kita tidak boleh menyentuh karang keras
yang hidup.

Peran di habitat: karang Acropora adalah salah satu blok bangunan penting dari
karang. Bersama dengan spesies Montipora, juga anggota Keluarga Acroporidae,
karang acropora merupakan salah satu dari sepertiga spesies karang pembangun
terumbu karang. Karang Acropora termasuk beberapa karang keras yang tumbuh
paling cepat. Bentuk bercabang mereka menyediakan tempat berlindung bagi berbagai
macam hewan, dari ikan kecil hingga kerang kecil, kepiting kecil hingga udang.
B.

Gambar 1.Fungia sp (a)dokumentasi pribadi (b) referensi


(http://atj.net.au/marineaquaria/Fungia_sp_.html)
Klasifikasi menurut Lamarck (1801) adalah sebagai berikut:
K : Animalia Phylum Cnidaria > Class Anthozoa > Order Scleractinia >
FamilyFungiidae
G Fungia
S Fungia sp

Deskripsi menurut Veron (1993) adalah sebagai berikut:


Fungia sp memiliki tentakel meruncing pendek, yang keluar pada malam hari. Tentakel
ini terletak di antara gigi septal seperti pisau yang memancar keluar dari pusat.
Menggunakan jaring mukosa sebagai senjata yang akan menyebabkan nekrosis. Polip
karang Fungia sp dapat bereproduksi secara seksual dan aseksual.
DAFTAR PUSTAKA
Chou, L. M., 1998. A Guide to the Coral Reef Life of Singapore. Singapore Science Centre.
128 pages.
J.E.N. Veron, Corals of Australia and the Indo-Pacific , University of Hawaii Press; 2
Rev Ed edition, 1993dalam http://animal-world.com/Aquarium-Coral-
Reefs/Plate (tgl 07 november 2018 pukul 07.00)
Lamarck. 1801. Fungia sp.
http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=207341 (tgl 07
november 2018 pukul 07.00)
Oken. 1815. Acropora sp.
http://www.wildsingapore.com/wildfacts/cnidaria/coralhard/acroporidae/ac
ropora.html (diakses tanggal 06 Nov pukul 23.35 WIB).
Timotius, Silvianita. 2013. Pelatihan Coral Finder. Kantor Yayasan Terumbu Karang
Indonesia (TERANGI), Jakarta. Hal 2-3.
ACARA V. IDENTIFIKASI PENYAKIT KARANG

I. MATERI DAN METODE


1.1. Materi
1.1.1. Alat
Alat-alat yang dipergunakan dalam acara identifikasi penyakit karang adalah
simulator transek, kamera/ handphone, buku identifikasi dan alat tulis.
1.1.2. Bahan
Bahan-bahan yang dipergunakan acara identifikasi penyakit karang adalah foto
penyakit karang.
1.2. Metode
Dalam simulasi di praktikum laboratorium dibuat line intersect Transect dengan
panjang 1 m. Dilakukan pengamatan koloni karang dalam LIT. Dihitung jumlah total
koloni dan jumlah koloni yang terserang penyakit. Diamati perubahan warna atau
pertumbuhan abnormal pada jaringan karang. Dilakukan analisis data karang yang
terserang penyakit. Dan didokumentasikan.

1.3. Waktu dan Tempat


Praktikum acara bentuk pertumbuhan karang dilaksanakan pada tanggal 04
November 2018 pukul 16.00 WIB di Laboratorium Pengajaran Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan.
II HASIL DAN PEMBAHASAN

A
Gambar 1. White spot disease
Referensi (www.gefcoral.org)

Deskripsi menurut Raymundo et al (2008)


Gejala: Karang akan mulai menunjukkan bintik-bintik putih
secara acak di permukaannya. Dalam waktu singkat,
semakin banyak bintik muncul. Seringkali, bintik-bintik ini
akan membentuk band di permukaan karang, tetapi ini
tidak terjadi dalam semua kasus. Bintik-bintik putih ini akan
meningkat dalam ukuran sangat cepat ketika bakteri mulai
mengkonsumsi jaringan karang. Ini paling sering ditemukan
pada SPS dan beberapa karang LPS. Sangat sulit untuk
membedakan antara penyakit ini dan kerusakan karena ikan
/ membalikkan gigitan. Telah ditemukan di kedua karang
LPS dan SPS. Penyebab: Ini disebabkan oleh bakteri gram
negatif yang disebut Serratia marcescens
B

Gambar 2. White band disease


Referensi
(http://www.artificialreefs.org/Corals/diseasesfiles/Common%20Identified%2
0Coral%20Diseases.html)
Deskripsi menurut Ritchie dan Smith (1998)
Ditandai dengan degradasi jaringan karang karang acroporid yang
lengkap. Dua spesies terpengaruh, Acropora palmata dan Acropora cervicornis.
Penyakit ini menunjukkan demarkasi tajam antara jaringan karang yang tampak
sehat dan kerangka karang yang terbuka.
Tanda-tanda ini identik dengan wabah, kecuali bahwa pita putih adalah
acroporid spesifik (dan wabah belum ditemukan pada acroporids).Kehilangan
jaringan biasanya berasal dari pangkal cabang koloni ke ujung, meskipun dapat
dimulai di tengah-tengah cabang Acropora cervicornis. Ada dua jenis penyakit
berbeda yang berbeda dalam pola kehilangan jaringan. Pita putih Tipe I
menunjukkan degradasi jaringan yang terkait dengan garis yang bermigrasi
melintasi koloni karang. Band Putih Tipe II juga menunjukkan degradasi
jaringan sebagai band bergerak melintasi koloni karang, namun dalam kasus ini
front yang bergerak mungkin, kadang-kadang, memiliki zona pemutih yang
menangkap lisis jaringan.
Gambar 3. Brown band disease

Referensi (www.gefcoral.org)

Deskripsi menurut Raymundo,L.J. C.S.Couch dan C.D.Harvell. 2008 ()


Gejala: Pertama-tama Anda akan melihat filamen coklat, atau massa
mengambang di atas dan di atas karang. Ini biasanya adalah tanda pertama dari
penyakit ini. Filamen coklat cenderung berkembang perlahan-lahan pada
awalnya diikuti oleh pertumbuhan eksplosif dari lendir cokelat tebal yang
menutupi karang. Ini dapat mempengaruhi hampir semua karang dan sangat
umum di karang LPS.

Penyebab: Ini adalah infeksi bakteri yang terjadi ketika karang mengalami
kerusakan fisik, dikombinasikan dengan kualitas air yang kurang dari ideal.

Perawatan: Tautan di bawah ini dapat sangat membantu dalam identifikasi


penyakit jelly coklat dan menyarankan opsi perawatan yang dapat membantu
Gambar 4. Yellow blotch

Referensi (Siringoringo, 2007.)


Deskripsi menurut Siringoringo. R.M. 2007. ()
Yellow blotch disease hanya mempengaruhi karang dari genus Montastrea dan
karang otak Colpophyllia natans.
Yellow blotch disease (YBD) pertama kali ditemukan pada tahun 1994 (GREEN &
BRUCKNER, 2000). Yellow blotch disease diawali dengan adanya warna yang
pucat, bintik yang sirkular pada jaringan translusen atau sebagai band yang
sempit pada jaringan karang yang pucat di bagian pinggir koloni, namun areal
disekitar koloni tersebut masih normal dengan pigmen jaringan yang baik
(Gambar 9). Bagian dari jaringan karang yang dipengaruhi oleh penyakit
tersebut, akan keluar dari karang dan kemudian karang akan mati.
Jaringan karang yang hilang dari pengaruh penyakit YBD, rata-rata adalah 5-11
cm/tahun, lebih sedikit dari penyakit karang lainnya. Meskipun demikian
penyakit ini dapat menyebar pada koloni karang yang lain dan dapat pula
menyerang koloni karang yang sudah dewasa dan berukuran besar
(BRUCKNER, 2001).
DAFTAR PUSTAKA
GREEN, E. and A.W. BRUCKNER 2000. The significance of coral disease epizootiology
for coral reef conser-vation. Biological Conservation 96 : 347-361.

Raymundo,L.J. C.S.Couch dan C.D.Harvell. 2008. Coral Disease handbook guidelines


for assessment, mentoring & management. Currie Communications. Australia.

Ritchie, K.B. and G.W. Smith. (1998). Type II white-band disease. Revista de Biologia
Tropical
46 (Suppl. 5):199-203.

Siringoringo. R.M. 2007. Pemutihan Karang dan Beberapa Penyakit Karang. Jurnal
Oseana. 32(4): 29-37.

Anda mungkin juga menyukai