TEKNIK KELAUTAN
POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN KARAWANG
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
2022
LAPORAN KERJA PRAKTIK AKHIR
PEMETAAN HABITAT DASAR PERAIRAN LAUT DANGKAL
MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DRONE DI PERAIRAN PULAU
KELAPA DUA BAGIAN BARAT
TEKNIK KELAUTAN
POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN KARAWANG
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
2022
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN LAPORAN KPA
Disetujui oleh:
Komisi Pembimbing
Diketahui oleh :
i
RINGKASAN
Sania Pareka Damayanti. NIT 19704098 Pemetaan Habitat Dasar
Perairan Laut Dangkal Menggunakan Teknologi Drone Di Perairan Pulau
Kelapa Dua Bagian Barat. Dibimbing oleh Herlina Adelina Meria Uli Sagala,
S.Pi., M.Si dan Chrisoetanto P. Pattirane, S.Pi., M.Si
Kata kunci: Drone Mavic Mini 2, Citra Foto Udara, Habitat Bentik, OBIA, SVM,
Perairan Pulau Kelapa Dua
ii
DAFTAR ISI
Halaman
iii
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1.Perencanaan penerbangan menggunakan dronedeploy ........................................... 4
Gambar 2. Beberapa Foto Udara Hasil Akuisisi ...................................................................... 4
Gambar 3. Orthophoto Digital.................................................................................................. 5
Gambar 4. Contoh Hasil Interprestasi Visual 6 Kelas Habitat Perairan Laut Dangkal............ 6
Gambar 5. Peta Lokasi Kerja Praktik Akhir............................................................................. 7
Gambar 6. Area Misi Terbang.................................................................................................. 7
Gambar 7. Diagram Alir........................................................................................................... 9
Gambar 8. Proses Pengambilan Data Drone Mavic Mini 2 ................................................... 11
Gambar 9. Proses Pengambilan Data Drone Mavic Mini 2 ................................................... 12
Gambar 10. Membuka Software Agisoft Metashape ............................................................. 13
Gambar 11. Add Photos Dalam Software Agisoft Metashape ............................................... 13
Gambar 12. Batch Process Software Agisoft Metashape ....................................................... 14
Gambar 13. Hasil Pengolahan Dalam Software Agisoft Metashape...................................... 14
Gambar 14. Hasil Orthomosaic Lokasi Penelitian ................................................................. 15
Gambar 15. Hasil Segmentasi Bilangan Skala 8.000, Bentuk 0,2 Dan Kekompakan 0,7 ..... 16
Gambar 16. Hasil Segmentasi Bilangan Skala 10.000, Bentuk 0,2 Dan Kekompakan 0,7 ... 17
Gambar 17. Hasil Segmentasi Bilangan Skala 15.000, Bentuk 0,2, ...................................... 18
Gambar 18. Hasil Segmentasi Dan Klasifikasi ...................................................................... 19
Gambar 19. Peta Hasil Segmentasi Dan Klasifikasi .............................................................. 19
iv
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1. Alat dan Bahan Yang Digunakan Dalam Praktik Kerja Akhir................................................ 8
v
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1. Dokumentasi Lapangan ............................................................................................. 21
vi
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penginderaan jauh adalah pengumpulan informasi tentang suatu objek atau daerah
dari kejauhan, biasanya menggunakan data yang diambil dari satelit, pesawat, atau
teknologi bawah air. Teknologi yang digunakan dalam penginderaan jauh sangatlah
beragam dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi yang dapat memberikan
gambaran tentang suatu objek seperti darat, laut dalam, perairan laut dangkal (karang
hidup, karang mati, lamun, pasir, rubble, dan alga). Salah satu teknik penginderaan jauh
ini berupa foto udara dan banyak digunakan karena ketersediaannya dan mudah
melakukan interpretasi. Foto udara dapat menyediakan data yang akurat untuk banyak
kegiatan seperti Perairan, lahan tambak, serta dapat memberi informasi yang
bermanfaat (Geologinesia, 2016).
1
1.3 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah
Adapun Ruang lingkup dan batasan masalah yang ditentukan pada kegiatan
Praktik akhir adalah sebagai berikut:
Adapun Ruang lingkup dan batasan masalah yang ditentukan pada
kegiatan Praktik akhir adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui teknologi drone untuk pengambilan data citra foto udara.
2. Menganalisis klasifikasi dasar perairan laut dangkal dengan metode
OBIA.
1.4 Tujuan
Tujuan dari Kerja Praktik Akhir di Lokasi Pulau Kelapa Dua adalah sebagai
berikut:
1. Memetakan habitat dasar perairan laut dangkal menggunakan citra drone di
Perairan Pulau Kelapa Dua, Kepulauan Seribu.
2. Mengetahui distribusi habitat dasar perairan laut dangkal menggunakan metode
Object Based Image Analysis/OBIA
1.5 Manfaat
Adapun manfaat dari Kerja Praktik Akhir di Lokasi Pulau Kelapa Dua adalah
sebagai berikut:
1. Memperoleh informasi dan pemahaman mengenai metode berbasis
Object Based Image Analysis/OBIA.
2. Memberikan serta menjadi informasi bagi para akademisi dan pegiat
lingkungan mengenai Pemetaan perairan laut dangkal menggunakan
teknologi drone di perairan pulau kelapa dua.
2
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pesawat Tanpa Awak/Drone
Drone adalah pesawat terbang dengan sistem robotik. Drone berfungsi sebagai alat
pemetaan, sebagai alat pendeteksi banjir dengan foto udara. Drone memiliki dua jenis
yaitu multicopter dan jenis sayap. Drone memiliki camera dan alat kalibrasi, Drone
semakin banyak propeller maka baterei semakin cepat habis masa penggunaannya
(Pradana, 2016).
Drone biasanya juga dilengkapi dengan peralatan kamera resolusi tinggi dapat
melakukan pemotretan foto udara. Penggunaan drone menghasilkan gambar/citra
dengan resosuli spasial yang besar, tidak terkendala awan, karena pengoperasiaannya
pada ketinggian di bawah awan. Melalui drone, skala kedetailan data menjadi sangat
tinggi dan proses pengumpulan datanya menjadi lebih mudah (Zarco. et al, 2014) Drone
merupakan pesawat tanpa pilot. Penggunaan drone sekarang lebih banyak tidak hanya
militer saja, aplikasi drone untuk pertanian (Candiago, et.al. 2015), aplikasi drone
untuk pemetaan vegetasi perkotaan (Feng, et.al. 2015), aplikasi drone untuk tanah
longsor (Fernández, et.al. 2016), aplikasi drone untuk tutupan lahan (Hassan, et.al.
2011).
Klasifikasi drone atas dasar sayapnya dibagi menjadi dua, yaitu multicopter dan
fixed wing. Fixed wing memiliki bentuk seperti pesawat terbang biasa yang dilengkapi
sistem sayap. Sedangkan multicopter yaitu jenis drone yang memanfaatkan putaran
baling-baling untuk terbang. Kelebihan utama dari UAV dibandingkan dengan pesawat
berawak adalah bahwa UAV dapat digunakan pada situasi dengan resiko tinggi tanpa
perlu membahayakan nyawa manusia, pada area yang tidak dapat diakses dan terbang
pada ketinggian rendah dibawah awan sehingga foto yang dihasilkan terbebas dari
awan. Selain itu, salah satu faktor kelebihan UAV adalah biaya. Harga perangkat UAV
dan biaya operasionalnya jauh lebih murah jika dibandingkan dengan pesawat berawak
(Bahar, 2016)
2.2 Akuisisi Foto Udara
Foto udara adalah rekaman fotografis obyek di atas permukaan tanah yang
pengambilannya dilakukan dari udara. Foto udara pada umunya dibedakan atas foto
vertikal dan foto condong. Akuisisi foto udara dilakukan dengan memanfaatkan
teknologi drone menggunakan teknik fotogrametri (Mastu, 2018).
3
07.00-08.00 (Casella, et al. 2017). Selain itu, pengaruh sun glint dapat dikendalikan
berdasarkan kombinasi kondisi lokasi dan sudut matahari yang rendah yaitu sekitar
20℃ -25℃ (Mount, 2005).
Tingginya resolusi spasial yang dihasilkan dari citra drone tidak terlepas dari
tinggi terbang pada proses akuisisi foto udara yaitu 120 m dan spesifikasi sensor
drone yang digunakan. Beberapa hasil penelitian terkait dengan pemanfaatan
teknologi drone menunjukkan bahwa citra drone yang dihasilkan rata-rata memiliki
nilai resolusi spasial yang sangat tinggi, seperti menghasilkan resolusi spasial 0,78
4
cm/pixel yang diakuisisi pada ketinggian 30 m, Sebesar 1,1 cm/pixel pada
ketinggian 69 m (Casella, et al. 2017). sebesar 5,2 cm/pixel pada ketinggian 120 m
(Mastu, 2018).
Bahwa tinggi terbang suatu drone/UAV merupakan salah satu parameter untuk
menghasilkan resolusi spasial yang sangat tinggi. Semakin rendah terbang drone
terhadap objek yang difoto maka akan menghasilkan resolusi spasial yang lebih
tinggi, begitu pun sebaliknya, semakin tinggi terbang drone maka akan
menghasilkan resolusi spasial yang semakin rendah. Selain itu, spesifikasi sensor
drone yang digunakan akan mempengaruhi besaran resolusi spasial yang
didapatkan. Jika proses akuisisi dilakukan pada Teknologi Drone untuk Pemetaan
Habitat Perairan laut Dangkal. ketinggian yang sama, namun menggunakan sensor
yang berbeda maka akan menghasilkan resolusi spasial yang berbeda pula.
Berdasarkan hasil tersebut, dengan tingginya kualitas citra drone yang diproduksi
akan sangat dibutuhkan atau dapat dijadikan sebagai alternatif dalam menyediakan
citra (data dan informasi spasial) untuk pemetaan wilayah pesisir dengan skala yang
lebih detail. Citra drone yang dihasilkan, selanjutnya akan digunakan sebagai input
data untuk memetakan habitat perairan laut dangkal skala detail (Mastu, 2018)
5
Perairan laut dangkal pada istilah oseanografi didefinisikan sebagai wilayah
perairan yang terbentang dari batas pantai sampai dengan kedalaman 200 meter
sedangkan dalam lingkup pengindraan jauh, perairan laut dangkal yang dimaksud
lebih ditekankan pada kemampuan citra satelit dalam melewati kolom perairan.
Khusus untuk perairan dangkal yang lumayan jernih, metode pengindraan jauh
optik mampu melewati kedalaman perairan maksimal 25 sampai 30 meter dan akan
berkurang seiring semakin dalam dan keruhnya (Green dkk, 2000).
6
3. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Kerja Praktik Akhir (KPA) dilaksanakan pada 1 Maret 2022-20 Juni 2022 di
Pulau Kelapa Dua, Balai Taman Nasional Kabupaten Administratif Kepulauan
Seribu.
7
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan Bahan yang digunakan dalam Kerja Praktik Akhir di Taman Nasional
Pulau Kelapa Dua, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI Jakarta,
sebagai berikut:
Tabel 1. Alat dan Bahan Yang Digunakan Dalam Praktik Kerja Akhir
No Alat dan Bahan Fungsi/Kegunaan
1. Drone Mavic Mini 2 Alat untuk melakukan pengambilan foto udara
dengan kualitas gambar beresolusi tinggi.
2. DJI FLY Untuk melakukan penerbangan sampai pada
export hasil penerbangan dan dapat digunakan
untuk proses akuisisi foto udara.
3. Hand phone Digunakan untuk mengambil dokumentasi
kegiatan selama Kerja Praktik Akhir
4. Laptop Digunakan untuk menginput data dan
menyusun laporan
5. ArcGIS Software untuk Membuat peta perairan laut
dangkal di pulau kelapa dua.
6. eCognition Developer Software untuk mengintrepretasi objek
menggunakan Object Based Image
Analysis/OBIA beserta segmentasi citra foto
udara.
7. Agisoft Metashape Software untuk mengolah data foto udara dan
menghasilkan data spasial dalam bentuk 3D
untuk kemudian dibuat menjadi peta.
8. GPS GARMIN Pengambilan data koordinat: GCP dan GTH.
9. Peralatan Snorkeling Pengambilan habitat bentik.
10. Transek Kuadrat Pengambilan habitat bentik.
(50 cm x 50 cm)
11. Camera underwater Pengamatan habitat bentik dan dokumentasi.
12. Alat tulis underwater Pencatatan data habitat bentik.
13. Plastik kedap air Pelindung GPS dari Air.
14. Citra Foto Udara Gambar objek pada lokasi pengamatan yang
diperoleh menggunakan pesawat udara tanpa
awak.
8
3.3 Diagram Alir
Berikut adalah diagram alir yang digunakan pada Kerja Praktik Akhir (KPA):
9
3.4 Tahapan Persiapan
Tahapan persiapan untuk melakukan Kerja Praktik Akhir adalah
mengumpulkan data literatur sebagai bahan pendukung yang berkaitan dengan
objek pengamatan dan melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing.
3.4.1 Observasi Awal
Sebelum melakukan pengamatan dan pengambilan data. Observasi awal
diperlukan untuk melihat kondisi lapangan (angin, cuaca) di sekitar untuk
mempermudah dalam pengamatan dan pengambilan data.
10
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Proses Pengambilan Data Foto Udara
Sebelum dilakukan penerbangan drone ini penulis sudah mengecek keadaan
lokasi dan memperiksa perangkat drone seperti kaertu memori/SD Card sudah
terpasang didalam kamera, memeriksa keadaan baterai, melepas penutup lensa
kamera drone dan ketinggian yang pas untuk pengambilan data foto udara ini.
setelah itu sebelum dilakukan pengambilan foto udara ini sudah dilakukan
pemasangan baling-baling, pencopot pelindung kamera dan dinyalakannya drone
Mavic Mini 2 dengan posisi berada diatas landasan dan jangan lupa untuk
menghidupkan DJI FLY setelah menghidupkan drone . Pengambilan data foto
udara ini menggunakan teknik over lap yang dimana drone searah dengan
mengikuti jalur penerbangan dan kita menggerakan serta memotret foto udara
melalui smart controller. Jumlah semua foto udara yang dihasilkan terbang pada
perairan pulau kelapa dua ini berjumlah 382 data foto udara.
Pengambilan data foto udara ini dilakukan pada pagi hingga siang hari, pukul
08.59-10.32 WIB agar mendapatkan hasil foto udara sesuai yang untuk
menciptakan gambar yang indah menggunakan drone. Karena melakukan
pengambilan data foto udara bagian barat dengan menggunakan estimasi waktu
terbang sekitar 20 menit sehingga diperlukan satu baterai pesawat udara tanpa awak
untuk drone yang berjenis Mavic Mini 2 agar dapat melanjutkan pengambilan.
11
Gambar 9. Proses Pengambilan Data Drone Mavic Mini 2
12
4.2 Proses Pengolahan Foto Udara
Pada tahapan ini data foto diproses menggunakan aplikasi Agisoft Metahsape,
Berikut merupakan langkah kerjanya:
4.2.1 Agisoft Metashape
Langkah-langkah pengolahan data foto udara menggunakan Aplikasi Agisoft
Metashape , dijabarkan sebagai berikut:
a) Membuka Software Agisoft Metashape.
c) Align Photos
d) Optimize Alignment
e) Build Dense Coulds
f) Build Mesh
g) Build Texture
13
h) Build Tiled Model
i) Build DEM
j) Build Orthomosaic
Setelah melalui Batch Process tinggal menunggu saja hasilnya dan akan di
proses secara otomatis. Setelah melalui rangkaian proses pengolahan data foto
udara pada Aplikasi Agisoft Metashape Professional, diperoleh orthomosaic
perairan kelapa dua, dengan hasil kalibrasi data foto udara 97%. Hasil pengolahan
data foto udara yaitu sebagai berikut:
14
Gambar 14. Hasil Orthomosaic Lokasi Penelitian
(Sumber: Agisoft Metashape, 2022)
15
4.2.2 Survei Lapang
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan transek kuadrat
berukuran 50 x 50 cm, setiap titik koordinat pengambilan data dibantu dengan
menggunakan GPS Garmin serta kamera underwater untuk pengamatan beserta
mendokumentasikan dan memudahkan identifikasi yang berada dalam transek
kuadrat 50 x 50 cm untuk masing-masing kelas habitat dasar perairan laut dangkal
ini seperti lamun, karang hidup, karang mati, rubble, pasir beserta alga yang berada
di Perairan Pulau Kelapa Dua Bagian Barat dan tak luput menggunakan metode
stratified random sampling dengan jarak setiap titik sampling sekitar 15 m dan
dilakukan menyebar pada lokasi Perairan Pulau Kelapa Dua Bagian Barat agar
setiap objek dapat terwakili dengan baik untuk setiap habitat dasar perairan laut
dangkal yang berada di Perairan Pulau Kelapa Dua Bagian Barat. Teknik ini
didasarkan pada pengetahuan tentang lokasi penelitian yang dibagi dalam
kelompok-kelompok yang dipilih secara acak (Congalton dan Green, 2009)
Gambar 15. Hasil Segmentasi Bilangan Skala 8.000, Bentuk 0,2 Dan
Kekompakan 0,7
(Sumber: eCognition Developer, 2022)
16
Gambar 16. Hasil Segmentasi Bilangan Skala 10.000, Bentuk 0,2 Dan
Kekompakan 0,7
(Sumber: eCognition Developer, 2022)
17
Gambar 17. Hasil Segmentasi Bilangan Skala 15.000, Bentuk 0,2,
Dan Kekompakan 0,7
(Sumber: eCognition Developer, 2022)
hasilnya dari proses klasifikasi tampak pada gambar dibawah ini. dimana alga
(kuning), pasir (putih), rubble (abu-abu), karang hidup (merah), karang mati
(orange), lamun (hijau), tempat budidaya keramba (biru muda), perairan laut
dangkal (biru tua), daratan (coklat) memilih warna dalam pengklasifikasian sangat
penting menentukan warna yang sesuai, karena warna dapat membuat peta yang
dihasilkan dapat bermanfaat, dan mudah dipahami oleh para pembaca.
18
Gambar 18. Hasil Segmentasi Dan Klasifikasi
Peta Perairan Laut Dangkal
19
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada Kerja Praktik Akhir ini dapat disimpulkan mengenai Pemetaan Perairan
Laut Dangkal Menggunakan Teknologi Drone Di Perairan Pulau Kelapa Dua
Bagian Barat yaitu:
1. Hasil penelitian menunjukkan adanya peta habitat dasar perairan laut dangkal
beserta informasi habitat perairan laut dangkal menggunakan metode Object Based
Image Analysis/OBIA, terdapat 6 kelas habitat perairan laut dangkal yaitu kelas alga,
lamun, karang hidup, karang mati, pasir, rubble.
2. Distribusi habitat dasar perairan laut dangkal di perairan pulau kelapa dua bagian
barat memiliki nilai luasan habitat perairan laut dangkal Alga memiliki luasan nilai
sebesar 82,93 hektar, lamun memiliki luasan nilai sebesar 2,780 hektar, untuk karang
hidup memiliki luasan nilai sebesar 6,916 hektar, karang mati memiliki luasan nilai
sebesar 0,658 hektar, untuk pasir memiliki luasan nilai sebesar 0,736 hektar, untuk
rubble memiliki luasan nilai 0,002 hektar.
5.2 Saran
Perlu dilakukan pengembangan dan penelitian lebih lanjut terkait dengan
pemanfaaatan teknologi drone, agar dapat menghasilkan akuisisi foto udara untuk
dapat memetakan habitat dasar perairan laut dangkal sehingga menghasilkan citra
drone yang lebih baik. Dan proses segmentasi lainnya agar dapat diuji yang belum
dilakukan agar kedepannya dapat diteliti lebih lanjut agar memperoleh gambaran
akuisisi yang maksimal pada peta perairan habitat dasar laut dangkal menggunakan
teknologi drone.
20
LAMPIRAN
21
Gambar 20. Lamun
22
Gambar 24. Alga
23
Gambar 26. Pengambiklan Data Drone
24
Gambar 28. Smart Controller
25
DAFTAR PUSTAKA
26
Mastu, L.O.K. (2018). Pemetaan Habitat Bentik Berbasis Objek Menggunakan
Citra Unmanned Aerial Vehicle (UAV) dan Satelit Sentinel-2 di Perairan Pulau Wangi-
wangi Kabupaten Wakatobi. Tesis Sekolah Pascasarjana IPB University. Bogor. 83
hlm.
Mastu, L.O.K., Nababan, B., & Panjaitan, J.P. (2018). Object based mapping on
benthic habitat using Sentinel-2 Imagery of the Wangi-Wangi Island Waters of the
Wakatobi District. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 10(2), 381-396.
https://doi.org/10.29244/jitkt.v10i2.21039
Mount, R.E. (2005). Acquisition of through-water aerial survey images: surface
effects and the prediction of sun glitter and subsurface illumination. Photogrammetric
Engineering & Remote Sensing, 71(12), 1407- 1415.
https://doi.org/10.14358/PERS.71.12.1407
Navulur K. 2007. Multispectral image analysis using the object-oriented paradigm
Taylor & Francis Group, LLC
Nugroho AS, Witarto AB, Handoko D. 2003. Support vector machine teori dan
aplikasinya dalam bioinformatika. Ilmu Komputer.
Prabowo NW. 2018. Klasifikasi Habitat Bentik Berbasis Objek dengan Algoritma
Support Vector Machines dan Decision Tree Menggunakan Citra Multispektral SPOT-
7 di Pulau Harapan dan Pulau Kelapa. [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Pradana, (2016). Single Propeller Drone (Singrone): Inovasi Rancang Bangun
Drone Single Propeller sebagai Wahana Pemetaan Lahan Berbasis UAV, Jurnal
Electronics, Informatics, and Vocational Education (ELINVO). 1(3).
Ramadhani, Y.H., Rohmatulloh, Pominam, K.A., & Susanti, R. (2015). Pemetaan
pulau kecil dengan pendekatan berbasis objek menggunakan data Unmanned Aerial
Vehicle (UAV). Majalah Ilmiah Globe, 17(2), 125-134.
Siregar VP, Wouthuyzen S, Sukimin S, Agus SB, Selamat MB, Sunuddin A, Sriati,
Muzaki AA. 2010. Informasi Spasial Habitat Perairan Dangkal dan Pendugaan Stok
Ikan Terumbu Menggunakan Citra Satelit. Bogor[ID]: Seameo Biotrop.
Talitha AE. 2017. Pemetaan Bentik Habitat Perairan Dangkal Karang Bongkok
dengan Metode OBIA Menggunakan Citra WorldView-2. [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Xiaoxia S, Jixian Z, Zhengjun L. 2004. A comparison of object-oriented and
pixelbased classification approachs using Quickbird Imagery [paper]. Beijing (PRC) :
Chinese Academy of Surveying and Mapping.
Zarco, & Pablo J., et.al. 2014. Tree height quantification using very high resolution
imagery acquired from an unmanned aerial vehicle (UAV) and automatic 3D photo-
reconstruction methods. European journal of agronom
27