Oleh :
FATUR RAHMAN
NIT.19.7.05.095
Oleh :
FATUR RAHMAN
NIT.19.7.05.095
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Pembimbing I Pembimbing II
Diketahui Oleh:
Direktur Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone
i
LEMBAR PENGESAHAN
FATUR RAHMAN
NIT.19.7.05.095
Diketahui Oleh :
Direktur Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat tuhan yang maha kuasa atas
limpahan kasih sayang dan anugrah yang diberikan sehingga laporan KPA
dengan judul “Persepsi Dan Partisipasi Masyarakat Terhadap Pengelolaan
Kawasan Konservasi Laut Dan Kawasan Pariwisata Bahari Di Pulau Kelapa Dua
Taman Nasional Kepulauan Seribu “ dapat penulis selesaikan.
Dalam meyelesaikan Laporan KPA ini penulis banyak mendapat bantuan
dan perhatian dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih penulis sampaikan
kepada :
1. Ibu Dra. Ani Leilani, M.Si selaku Direktur Politeknik Kelautan dan Perikanan
Bone atas izin pelaksanaan Kerja Praktik Akhir (KPA);
2. Bapak Ir. Agus Surachmat, M.Si selaku pembimbing I atas kesediaan waktu
memberikan telaah mendalam, koreksi dan revisi terhadap sejumlah data dan
informasi;
3. Ibu Katarina Hesty Rombe, S. kel.,M.Si selaku pembimbing II yang telah
memberikan arahan penyempurnaan serta ulasan kritis;
4. Bapak Isai Yusidarta, ST, M. Sc selaku kepala SPTN Wilayah I Pulau Kelapa,
atas izin dan nasihat dalam pelaksanaan Kerja Praktik Akhir.
5. Bapak Marsan Sutisna selaku pembimbing eksternal yang telah
memperkenankan dan memberikan arahan selama mengikuti Kerja Praktik
Akhir (KPA);
6. Semua Pegawai SPTN Wilayah I Pulau Kelapa atas bimbingannya selama
pelaksanaan Kerja Praktik Akhir (KPA).
7. Ayah, ibu, keluarga serta teman-teman yang telah membantu dalam
penyusunan laporan KPA ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Laporan Kerja Praktik Akhir
(KPA ) ini masih belum sempurna , oleh karena itu penulis sangat memerlukan
masukan yang konstruktif dari semua pihak demi perbaikan pada kegiatan Kerja
Praktik Akhir (KPA) di lapangan serta dalam penulisannya, Terima kasih.
Fatur Rahman
iii
RINGKASAN
iv
SUMMARY
v
DAFTAR ISI
vi
4.1.2 Kondisi Ekosistem Perairan ............................................................... 17
4.2.1 Taman Nasional Kepulauan Seribu .................................................... 18
4.2.2 Kelurahan Pulau Kelapa ................................................................... 21
4.2.3 Pengelolaan Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan danKelautan
Kelurahan Pulau Kelapa .................................................................... 22
4.2.4 Pengelolaan Air, Listrik dan Limbah .................................................. 27
4.3 Persepsi Masyarakat Terhadap Kawasan Konservasi ............................. 31
4.3.1 Persepsi Masyarakat Terhadap Menilai Kondisi Terumbu Karang 31
4.3.2 Persepsi Masyarakat Terhadap Kondisi Mangrove ........................... 32
4.3.3 Persepsi Masyarakat Tentang Daerah Konservasi Laut ................... 33
4.3.4 Prespsi Masyarakat Tentang Manfaat Daerah Perlindungan Laut..... 34
4.3.5 Persepsi Masyarakat Mengenai Sanksi Daerah Perlindungan Laut .. 35
4.3.6 Persepsi Masyarakat Mengenai Keberadaan Daerah Perlindungan
Laut Perlu di Pertahankan.................................................................. 36
4.4 Partisipasi Masyarakat Terhadap Kawasan Konservasi Laut Daerah ..... 37
4.4.1 Partisipasi Masyarakat Mengenai Pemanfaatan Mangrove ............. 37
4.4.2 Partisipasi Terhadap Eksploitasi Terumbu Karang ........................... 38
4.4.3 Partisipasi Masyarakat Dalam Penanaman Mangrove ....................... 39
4.4.4 Partisipasi Masyarakat Dalam Melestarikan Mangrove ..................... 40
4.4.5 Partisipasi Masyarakat Dalam Destruktive Fishing ............................. 41
4.4.6. Partisipasi Masyarakat Dalam Musyawarah Pokwasmas .................. 42
4.5 Persepsi Masyarakat Terhadap Pengelolaan Kawasan Pariwisata......... 43
4.5.1 Dukungan Masyarakat ....................................................................... 43
4.5.2 Persepsi Penyediaan Usaha Lokal Pada Sektor Pariwisata ............... 45
4.5.3 Persepsi Perolehan Manfaat/ Pengaruh Pada Kegiatan Pariwisata ... 45
4.6 Persepsi Wistawan Terhadap Pariwisata Kepulauan Seribu Pulau Kelapa
Dua ........................................................................................................ 46
4.6.1 Persepsi Daya Tarik Lingkungan ....................................................... 47
4.6.2 Respon Pada Tindakan Negatif Terhadap Lingkungan ...................... 47
4.7 Pelanggaran Kawasan Konservasi di Pulau Kelapa dan Pulau Kelapa
Dua, Taman Nasional Kepulauan Seribu ................................................ 48
V. SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 50
5.1 simpulan .................................................................................................. 50
5.2 Saran ...................................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 51
LAMPIRAN ........................................................................................................ 53
vii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Alat Dan Bahan……………………………………………………………. ..........13
2. Skor Penilaian Sikap .................................................................................14
3. Klasifikasi tingkatan persentase ............................................................................. 15
4. Luas wilayah Kelurahan Pulau Kelapa .........................................................22
5. Jumlah Penduduk ........................................................................................22
6. Jenis Angkutan Kapal ..................................................................................23
7. Dukungan Masyarakat Terhadap Pengelolaan Kawasan Pariwisata ............44
8. Persepsi Tentang Penyediaan Usaha Lokal Pada Sektor Pariwisata ...........45
9. Persepsi Perolehan Manfaat/Pengaruh Pada Kegiatan Pariwisata ..............46
10. Persepsi Daya Tarik Lingkungan..................................................................47
11. Respon Pada Tindakan Negatif Terhadap Lingkungan ................................48
12. Pelanggaran Pada Kawasan Konservasi .....................................................49
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Skoring Persepsi ………………………………………………………………….. 53
2. Skoring Persepsi…………………………………………………………………... 54
3. Gugusan Pulau Keluarahan Pulau Kelapa……………………………………... 55
4. Pekerjaan dan Pendidikan Penduduk…………………………………………… 56
5. Dokumentasi Pengambilan Data Persepsi Dan Partisipasi Masyarakat…... 57
6. Dokumentasi Pengambilan Data Wisatawan…………………………………... 58
7. Kuesioner Persepsi Masyarakat ....................................................................59
8. Kuesioner Partisipasi/Peran Serta Masyarakat..............................................61
9. Kuesioner Persepsi Masyarakat Terhadap Pengelolaan Pariwisata Bahari ...62
10 .Kuesioner Persepsi Wisatawan Terhadap Pengelolaan Pariwisata Bahari... 63
11 .Contoh pengisian Kuesioner…………………………………………………….. 65
x
I. PENDAHULUAN
1
Kawasan pulau-pulau kecil di Indonesia terkenal dengan kekayaan dan
keanekaragaman jenis sumber daya alamnya baik sumber alam yang dapat pulih
(Renewable) maupun yang tidak dapat pulih (Un-renewable). Sumber daya alam
pulau-pulau kecil bila dipadukan dengan sumber daya manusia yang handal
serta di dukung dengan iptek yang di tunjang dengan kebijakan pemanfaatan
dan pengelolaan yang tepat bisa menjadi modal yang besar bagi pembangunan
nasional (Anggoro, 2000). Peluang yang dimiliki adalah kekayaan sumber daya
alam dan sumber daya manusianya yang potensial untuk di tumbuh kembangkan
pendaya gunaannya. Sumber daya alam pulau-pulau kecil mempunyai arti
penting bagi kegiatan perikanan, konservasi dan preservasi lingkungan, wisata
bahari dan kegiatan jasa lingkungan lain yang terkait.
Taman Nasional Kepulauan Seribu merupakan salah satu dari 7 Taman
Nasional Laut dibawah Kementerian lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)
dan merupakan bagian dari 553 unit Kawasan Konservasi di Indonesia, serta
satu-satunya Taman Nasional yang terletak di Ibukota Negara. Taman Nasional
Kepulauan Seribu tersusun oleh Ekosistem Pulau-Pulau Sangat Kecil dan
Perairan Laut Dangkal, yang terdiri dari Gugus Kepulauan dengan 78 pulau
sangat kecil, 86 Gosong Pulau dan hamparan laut dangkal pasir karang pulau
sekitar 2.136 hektar (Reef flat 1.994 ha, Laguna 119 ha, Selat 18 ha dan Teluk 5
ha), terumbu karang tipe fringing reef, Mangrove dan Lamun bermedia tumbuh
sangat miskin hara/lumpur, dan kedalaman laut dangkal sekitar 20-40 m.
Kondisi geografis, demografis, sosial ekonomi dan budaya masyarakat di
dalam dan sekitar pulau-pulau kecil secara menyeluruh memerlukan strategi
pengelolaan kawasan yang lebih dititik beratkan pada pembangunan wilayah
yang tepat dan sinergi dalam bentuk pola pengelolaan wilayah baik jangka
pendek, menengah maupun jangka panjang sehingga pembangunan
menyeluruh dapat tercapai. Usaha peningkatan aktifitas kawasan dan kegiatan
ekonomi yang kurang memperhatikan aspek kelestarian ekosistem dapat
menimbulkan dampak yang sangat membahayakan bagi kawasan tersebut
(Mardijono, 2008).
2
masyarakat akan merasa memiliki dan bertanggung jawab dan mampu menjadi
inspirator, inisiator dan dinamisator dalam menjaga kelestarian sumber daya
secara berkelanjutan dalam kawasan konservasi laut daerah. Maka untuk
mencapai tujuan ini diperlukan dukungan kualitas sumber daya manusia,
kapasitas kelembagaan sosial ekonomi dan budaya yang optimal dalam
kehidupan masyarakat (Mardijono, 2008).
Berdasarkan pernyataan (Mardijono, 2008) tersebut diatas, maka pada
Praktik Kerja Praktik Akhir ini kami mengambil judul “Persepsi dan Partisipasi
Masyarakat Terhadap Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut dan kawasan
Pariwisata Bahari di Pulau Kelapa Dua Taman Nasional Kepulauan Seribu”.
1.2 Tujuan
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
4
maka ia dapat dikatakan telah berperan serta. Tolak ukur varian pertama
peran serta adalah kehadiran yang bersifat kuantitatif.
2. Representasi
Representasi merupakan varian kedua dari peran serta yang secara
kualitatif lebih tinggi dan mendalam jika dibandingkan dengan varian pertama.
Ini meliputi aktivitas penentuan masalah, perumusan masalah, perumusan
metode dan pendekatannya serta pembuatan keputusan. Individu dikatakan
berperan serta dalam varian ini apabila terlibat dalam penentuan masalah.
5
atau bentuk kegiatan, menunjukkan kekurangan bila ada dan memberikan
alternatif yang lebih baik. Partisipasi yang realistis mempunyai arti bahwa
keikutsertaan seseorang dengan memperhitungkan realitas atau kenyataan, baik
kenyataan dalam masyarakat maupun realitas mengenai kemampuannya,
waktunya yang tersedia dan adanya kesempatan ketrampilan (Gultom, 1985).
Faktor-faktor yang mempengaruhi peran serta-masyarakat menurut
Sastropoetro (1986), adalah keadaan sosial masyarakat, kegiatan program
pembangunan dan keadaan alam sekitarnya. Keadaan sosial masyarakat
meliputi pendidikan, pendapatan, kebiasaan dan kedudukan sosial dalam sistem
sosial. Kegiatan program pembangunan merupakan kegiatan yang direncanakan
dan dikendalikan oleh pemerintah yang dapat berupa organisasi masyarakat dan
tindakan kebijaksanaan. Sedangkan alam sekitar merupakan faktor fisik atau
keadaan geografis daerah yang ada pada lingkungan tempat tinggal masyarakat
setempat. Tokoh masyarakat, pemimpin adat, tokoh agama adalah merupakan
komponen yang juga berpengaruh dalam menggerakkan masyarakat yang
berperan serta dalam suatu kegiatan (Rahardjo, 1996)
2.2 Tinjauan Umum Karakteristik Wilayah Pesisir
6
berupa kerikil.
2.2.2 Potensi Sumberdaya Alam Pesisir
Wilayah pesisir memiliki arti strategis karena merupakan wilayah
peralihan (Interface) antara ekosistem darat dan laut, serta memiliki potensi
sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang sangat kaya (Clark, 1996).
Kekayaan ini mempunyai daya tarik tersendiri bagi berbagai pihak untuk
memanfaatkan sumberdayanya dan mendorong berbagai instansi untuk
meregulasi pemanfaatannya.
7
pengelolaan sumber daya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan.
8
Menurut Supriharyono (2007), peningkatan kesadaran masyarakat
ditujukan untuk meyakinkan kepada masyarakat pantai khususnya nelayan akan
manfaat jangka panjang dari perlindungan kawasan yaitu manfaat berkelanjutan
yang dihasilkan oleh usaha perlindungan kawasan. Oleh karena itu peran serta
masyarakat harus dilibatkan pada identifikasi, perancangan dan pelaksanaan
berbagai kemungkinan manfaat yang dapat diperoleh dari usaha perlindungan
kawasan konservasi.
Menurut Bengen (2002) agar supaya ekosistem dan sumberdaya dapat
berperan secara optimal dan berkelanjutan maka diperlukan upaya –upaya
perlindungan dari berbagai ancaman degradasi yang dapat ditimbulkan dari
berbagai aktivitas pemanfaatan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dalam konsep perencanaan tata ruang pesisir dan pulau-pulau kecil,
menurut Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor. 34 tahun 2002
(DKP, 2002), bahwa wilayah pesisir yang sangat dinamik tapi rentan terhadap
perubahan yang terjadi, harus dibagi ke dalam beberapa zonasi pengelolaan
yakni :
1. Zona Preservasi/Zona Inti
Merupakan area yang memiliki nilai konservasi tinggi yang sangat rentan
terhadap gangguan dari luar sehingga diupayakan intervensi manusia di
dalamnya seminimal mungkin. Dalam pengelolaannya, zona ini harus mendapat
perlindungan yang maksimum.
2. Zona Konservasi
Merupakan zona perlindungan yang di dalamnya terdapat satu atau lebih
zona inti. Zona ini dapat dimanfaatkan secara sangat terbatas, yang didasarkan
atas pengaturan yang ketat.
3. Zona Penyangga
Merupakan zona transisi antara zona konservasi dengan zona
pemanfaatan. Pada zona ini dapat diberlakukan pengaturan disinsetif bagi
pemanfaatan ruang.
4. Zona Pemanfaatan (Kawasan Budidaya)
Pemanfaatan zona ini secara intensif dapat dilakukan, namun
pertimbangan daya dukung lingkungan tetap merupakan persyaratan utama.
Pada zona ini terdapat juga area-area yang merupakan zona perlindungan
setempat.
9
5. Zona Tertentu Pada Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Merupakan kawasan khusus yang diperuntukkan terutama bagi kegiatan
pertahanan dan militer. Menurut Undang-undang No. 27 Tahun 2007 pasal 28
konservasi wilayah pesisir dan pulau – pulau kecil diselenggarakan untuk :
a. Menjaga kelestarian ekosistem pesisir dan pulau – pulau kecil
b. Melindungi alur migrasi ikan dan biota laut lain
c. melindungi habitat biota laut
d. Melindungi situs budaya tradisional.
Menurut Undang-undang No.26 Tahun 2007 pasal 1 ayat 21 tentang
Penataan Ruang, pengertian Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan
dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup
sumberdaya alam dan sumberdaya buatan. Kawasan yang termasuk dalam
kawasan lindung adalah kawasan hutan lindung, kawasan bergambut, kawasan
resapan air, sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau/waduk,
kawasan sekitar mata air, kawasan suaka alam, kawasan pantai berhutan bakau,
taman nasional, taman wisata alam dan kawasan rawan bencana alam.
Menurut Pasal 1 Undang-undang No.5 Tahun 1990 Tentang Konservasi
Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, definisi yang sering dipakai adalah:
10
masyarakat sebagai kekuatan dasar yang dimiliki pesisir dan lautan secara
langsung dan tidak langsung (Nurisyah 2001). Pengelolaan wisata bahari
memerlukan kemauan masyarakat untuk berpartisipasi dalam mengelola objek
wisata serta mendukung potensi yang dimiliki oleh wisata tersebut. Kekhasan
yang dimiliki wisata bahari dapat menjadi daya tarik dan objek wisata untuk
meningkatkan tujuan pembangunan wisata bahari. Oleh karena itu, untuk
mencapai keberhasilan mengelola wisata diperlukan pengelolaan wisata bahari
dengan memanfaatkan objek wisata dan potensi wisata yang ada ( Nabila Fitria
2018 ).
2.4.1 Konsep Pengembangan Wisata Bahari
mengembangkan kreativitas dan inovasi untuk mengoptimalkan potensi kelautan
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari mereka dalam berperan serta baik
dalam konservasi lingkungan, pemanfaatan lingkungan dan pengelolaan
lingkungan. Pemanfaatan secara optimal terhadap potensi kelautan, tidak berarti
melupakan faktor yang sangat penting bagi nilai pengembangan kawasan wisata
bahari yang berkelanjutan, yaitu upaya perbaikan terhadap kawasan yang rusak
dan keanekaragaman potensinya telah berkurang. Pengembangan kawasan
wisata bahari adalah satu bentuk pengelolaan kawasan wisata yang berupaya
untuk memberikan manfaat terutama bagi upaya perlindungan dan pelestarian
serta pemanfaatan potensi dan jasa lingkungan.
2.4.2 Pendekatan Pengembangan Wisata Bahari
a. Pengembangan kawasan wisata bahari lebih diarahkan dan dipergunakan
menuju upaya pengembangan kawasan wisata ramah lingkungan.
Pengembangan kawasan wisata bahari harus menghindari pencemaran dan
perusakan lingkungan hidup dan pemborosan sumber daya alam bahari
11
III. METODE PRAKTIK
12
3.2.1 Alat dan Bahan
Tabel 1. Alat dan Bahan
13
1) 100 orang responden masyarakat pulau kelapa dua
2) 100 orang responden wisatawan yang berkunjung.
2.Data sekunder
Aspek umum yang diamati adalah profil Balai Taman Nasional Kepulauan
Seribu, profil Kelurahan Pulau Kelapa , khususnya Pulau Kelapa Dua,
letak, lokasi, struktur organisasi, ketenagakerjaan, dan data kegiatan
serta perkembangan yang telah dilaksanakan oleh pihak Balai Taman
Nasional Kepulauan Seribu itu sendiri.
14
c. Rumus index (%)
Total skor
𝐼𝑛𝑑𝑒𝑥 = Y
x 100 %
d. Rumus interval
Sebelum menyelesaikan perhitungan skala Likert, terlebih dahulu harus
mengetahui nilai interval (rentang jarak) dan interpretasi persen agar
mengetahui penilaian dengan metode mencari interval skor persen
(I).Berikut ini adalah rumus interval :
100
I=
Jumlah skor
15
3.3.2 variable Responden
1) Persepsi Masyarakat
Variabel yang di teliti adalah pengenalan atas konservasi laut daerah,
lokasi konservasi, jenis yang dikonsrvasi dan hal-hal yang berhubungan
dengan konservasi laut, serta persepsi masyarakat terhadap wisatawan
yang berkunjung di sekitar pemukiman masyarakat.
2) Partisipasi Masyarakat
Untuk mengetahui partisipasi masyarakat, variable yang di teliti berupa
partisipasi masyrakat dalam pelaksanaan kawasan konservasi laut
daerah baik dalam kegiatan fisik maupun non fisik.
3) Persepsi Wisatawan
Variabel yang di teliti adalah Persepsi wisartawan terhadap objek wisata
yang ada di Pulau Kelapa Dua, Taman Nasional Kepulauan Seribu.
16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
17
pasir laut serta cemaran logam berat. Hasil tangkapan ikan, udang dan rajungan
menurun drastis. Hutan Mangrove diduga tidak berkembang dengan baik karena
akarnya tertutupi oleh sampah-sampah plastik yang terdampar ketika kondisi air
surut. Sampah plastik disinyalir bersumber dari sungai-sungai yang bermuara di
Teluk Jakarta dan sekitarnya, (Jasmin et al., 2019). Sampah makroplastik
tersebut diduga juga berasosiasi dengan limbah organik dan anorganik yang
dilepaskan dari pemukiman dan wilayah perindustrian di sepanjang daerah aliran
sungai (DAS). Baik limbah organik dan anorganik, pada jangka waktu yang lama
disinyalir berdampak pula terhadap komunitas biota laut yang hidup di Teluk
Jakarta.
1. TNKpS ditetapkan karena memiliki keunikan dan keindahan alam laut dan
untuk melindungi penyu sisik, penyu hijau, kima raksasa dan biota laut langka
lainnya.
2. TNKpS memiliki ekosistem pesisir yang lengkap dan mewakili perairan laut
dangkal mulai dari ekosistem karang, lamun, mangrove dan pantai.
Direktur Jenderal PHKA Departemen Kehutanan telah menetapkan
zonasi TNKpS melalui SK Nomor: SK.05/IV-KK/2004 tanggal 27 Januari 2004
tentang Zonasi Pengelolaan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu,
mengamanatkan beberapa pengaturan zonasi pengelolaan Taman Nasional Laut
Kepulauan Seribu sebagai berikut:
1) Sesuai dengan kondisi dan fungsi sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya, serta tujuan pengelolaannya, kawasan Taman Nasional Laut
18
Kepulauan Seribu dibagi atas 4 (Empat) zona, yaitu: Zona Inti, Zona
Perlindungan, Zona Pemanfaatan Wisata dan Zona Pemukiman.
2) Kegiatan pemanfaatan dan pengelolaan pulau, yang berada dalam Taman
Nasional Laut Kepulauan Seribu, harus sesuai dengan pengaturan Zonasi
Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, yaitu : Zona Inti, Zona Perlindungan
Zona pemanfaatan wisata dan zona pemukiman.
3) Zona Inti Taman Nasional (4.449 hektar) adalah bagian kawasan taman
nasional yang mutlak dilindungi dan tidak diperbolehkan adanya perubahan
apapun oleh aktivitas manusia.
a. Zona Inti I (1.389 hektar) meliputi perairan sekitar Gosong Rengat dan
Karang Rengat pada posisi geografis 5⁰27’00” - 5⁰29’00” LS dan 106⁰36’00”
BT yang merupakan perlindungan Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata)
dan ekosistem Terumbu Karang.
b. Zona Inti II (2.490 hektar) meliputi perairan sekitar Pulau Penjalinan Barat
dan Penjalinan Timur dan Perairan sekitar Pulau Peteloran Timur,
Peteloran Barat, Buton dan Gososng Penjaliran, pada posisi 5⁰26’36” -
5⁰29’00” LS dan 106⁰36’00” BT yang merupakan perlindungan Penyu Sisik
(Eretmochelys imbricata), Ekosistem Terumbu Karang dan Ekosistem
Hutan Mangrove.
c. Zona Inti III (570 hektar) meliputi perairan sekitar Pulau Kayu Angin Bira,
Belanda dan Bagian utara Pulau Bira Besar, pada posisi 5⁰36’00” - 5⁰37’00”
LS dan 106⁰33’36” - 106⁰36’42” BT yang merupakan perlindungan Penyu
Sisik (Eretmochelys imbricata) dan Terumbu Karang. Pengelolaan dalam
zona inti hanya dapat dilakukan kegiatan sebagai berikut:
Pendidikan, penelitian dan penunjang budidaya.
Monitoring SDA hayati dan ekosistemnya.
Membangun sarana prasarana untuk monitoring yang tidak merubah
bentang alam.
4). Zona Perlindungan Taman Nasional (26.284,50 hektar) adalah bagian
kawasan taman nasional yang berfungsi sebagai penyangga zona inti taman
nasional. Zona Perlindungan meliputi perairan sekitar Pulau Dua Barat, Dua
Timur, Jagung, Gosong Sebaru Besar, Rengit dan Karang Mayang pada
posisi geografis 5⁰24’00” - 5⁰30’00” LS dan 106⁰25’00” - 106⁰40’00” BT dan
daratan Pulau Penjaliran Barat dan Penjaliran Timur seluas 39,5 hektar.
19
Pengelolaan dalam zona perlindungan dapat dilakukan kegiatan sebagai
berikut:
Pendidikan, penelitian, wisata terbatas dan penunjang budidaya
Membangun sarana prasarana untuk kepentingan penelitian, pendidikan
dan wisata terbatas yang tidak merubah bentang alam.
Pembinaan habita, pembinaan populasi dan pemanfaatan jasa
lingkungan.
Pemanfaatan tradisonal.
5). Zona Pemanfaatan Wisata Taman Nasional (59.634,50 hektar) adalah bagian
kawasan taman nasional yang dijadikan sebagai pusat rekreasi dan
kunjungan wisata. Zona Pemanfaatan Wisata meliputi perairan sekitar Pulau
Nyamplung, Sebaru Besar, Sebaru Kecil, Lipan, Kapas, Bunder, Karang Baka,
Hantu Timur, Hantu Barat, Gosong Laga, Yu Barat/Besar, Yu Timur,
Satu/Saktu, Kelor Timur, Kelor Barat, Jukung, Semut Kecil, Cina, Semut
Besar, Sepa Timur/Kecil, Sepa Barat/Besar, Gosong Sepa, Melinjo, Melintang
Besar, Melintang Kecil, Perak, Kayu Angin Melintang, Kayu Angin Genteng,
Panjang, Kayu Angin Puti, Tongkeng, Petondan Barat/Pelangi, Putri
Kecil/Timur, Putri Barat/Besar, Putri Gundul, Macan Kecil, Macan
Besar/Matahari, Genteng Besar, Genteng Kecil, Bira Besar, Bira Kecil,
Kuburan Cina, Bulat, Karang Pilang, Karang Ketamba, Gosong Munggu,
Kotok Besar dan Kotok Kecil, pada posisi geografis 5⁰30’00” - 5⁰38’00” LS dan
106⁰25’00” - 106⁰33’00” BT. Pengelolaan dalam Zona Pemanfaatan Wisata,
dapat dilakukan kegiatan sebagai berikut:
Pemanfaatan kawasan dan potensi dalam bentuk kegiatan penelitian,
pendidikan dan wisata alam/bahari.
Pengusahaan wisata alam /bahari oleh dunia usaha.
Penangkaran jenis untuk menunjang kegiatan penelitian, pendidikan, ilmu
pengetahuan dan restocking.
Membangun sarpras pengelolaan, penelitian, pendidikan dan wisata
alam/bahari yang tidak merubah bentang alam.
Pembinaan habitat, pembinaan populasi dan pemanfaatan jasa
lingkungan.
Pemanfaatan tradisional.
6). Zona Pemukiman Taman Nasional (17.121 hektar) adalah bagian kawasan
taman nasional yang dijadikan sebagai pusat pemerintahan dan perumahan
20
penduduk/masyarakat. 17.121 hektar) adalah bagian kawasan taman nasional
yang dijadikan sebagai pusat pemerintahan dan perumahan
penduduk/masyarakat. Zona Pemukiman meliputi perairan sekitar Pulau
Pemagaran, Panjang Kecil, Panjang, Rakit Tiang, Kelapa, Harapan, Kaliage
Besar, Kaliage kecil, Semut, Opak Kecil, Opak Besar, Karang Bongkok,
Karang Congkak, Karang Pandan, Semak Daun, Layar, Sempit, Karya,
Panggang dan Pramuka pada posisi geografis 5⁰38’00” - 5⁰45’00” LS dan
106⁰33’00” - 106⁰40’00” BT. Pengelolaan dalam Zona Pemukiman dapat
dilakukan kegiatan sebagai berikut :
Pemanfaatan kawasan dan potensi dalam bentuk kegiatan penelitian,
pendidikan dan wisata alam/bahari.
Pengusahaan wisata alam/bahari oleh dunia usaha.
Penangkaran jenis untuk menunjang kegiatan penelitian, pendidikan, ilmu
pengetahuan dan restocking.
Membangun sarpras pengelolaan, penelitian, pendidikan dan wisata
alam/bahari, yang tidak merubah bentang alam.
Pembinaan habitat dan pembinaan populasi serta pemanfaatan jasa
lingkungan.
Pemanfaatan tradisional.
Budidaya kelautan alami tradisional.
21
Pulau Kelapa te.rdiri dari 4 RW dan 28 RT, semuanya merupakan
pemukiman penduduk. Pulau Kelapa Dua terdiri dari 1 RW dan 3 RT.
Jumlah
KK
No Nama Pulau Jumlah Penduduk Jumlah
Lk Pr Lk Pr
1 Pulau Kelapa 1643 257 1900 10232 3357 6.788
Pulau Kelapa
2 115 24 139 260 236 496
Dua
Jumlah 1758 281 2.039 3.628 3.596 7.278
Sumber : Profil Keluarahan Pulau Kelapa 2021
4.2.3 Pengelolaan Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan danKelautan
Kelurahan Pulau Kelapa
22
melaut sehari dan wilayah penangkapan hanya di wilayah Kepulauan Seribu. Hal
ini dilakukan karena beberapa alasan antara lain, keterbatasan modal yang
dimiliki, Keterbatasan ini membuat hasil yang didapat relative sedikit.
Tenaga
Jenis
No Mesin Jumlah Volume Keterangan
Angkutan
PK/GT
Reguler antar kota
Kapal 8 GT - 16 150
1 9 Muara : Angke -
Motor GT Orang
Kronjo (PP)
Antar Pulau : Pulau
20
2 Motor Ojek 3 GT 4 Kelapa - Kelapa
Orang
Dua
Sumber : Profil Kelurahan Pulau Kelapa 2021
2. Jenis Alat Tangkap Nelayan
a) Jaring Payang
Jaring paying (seine net) merupakan jaring permukaan (surface net) yang
secara khusus digunakan untuk menangkap ikan pelagis yang berada di
permukaan laut ( Subani & Barus, 1989 ). Jaring paying adalah alat tangkap
yang efektif untuk menangkap ikan pelagis, khususnya ikan tongkol (
Euthynus affinis) dan cakalang (Katsuwonus pelamis).
23
b) Pancing Ulur ( Hand Line)
Pancing ulur memiliki struktur serta cara operasi yang paling sederhana.
Struktur alat terdiri atas tali pancing (Lines), pancing (Hook), serta umpan
(Bait), ukuran mata pancing serta besarnya tali disesuaikan dengan besarnya
ikan yang menjadi tujuan penangkapan , jenis tali yang biasa digunakan
adalah tali monofilament dengan diamaeter yang beraneka ragam menurut
jenis ikan.
24
Gambar 2. Tambak ikan Pulau Kelapa Dua
25
a. Pelestarian Penyu / Penangkaran Penyu
b. Tracking Mangrove
c. Naik Kano
26
d. Snorkling dan Diving
27
Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta membuat pelayanan air bersih
dengan membangun instalasi Pengolahan Air berteknologi Sea Water Reverse
Osmosis (SWRO), Teknologi SWRO tersebut mampu mengubah air laut menjadi
air tawar. Sehingga dipandang dapat menjamin ketersediaan air tawar untuk
warga di Kepulauan Seribu. Pengelolaan air bersih ini juga dikelolah oleh Badan
Usaha Milik DKI Jakarta, PT Perusahaan Air Minum Jakarta Raya (PAM JAYA)
Perseroda.
Untuk masyarakat Pulau Kelapa Dua sudah dapat menikmati aliran listrik
dari PLN, PT PLN (Persero) melalui PLN Unit Induk Distribusi Jakarta Raya (UID
Disjaya) memperkuat kehandalan pasokan listrik Kepulauan Seribu. Upaya yang
dilakukan adalah menyambungkan Kabel Laut Circuit II dari Tanjung Pasir
Tangerang ke Pulau Untung Jawa.
Selain membentangkan Kabel Laut Circuit II, demi memperkuat sistem
ketenagalistrikan di kawasan wisata Kepulauan Seribu, PLN juga melakukan
revitalisasi aset-aset yang dimiliki PLN di Kepualauan Seribu, seperti revitalisasi
Gardu Hubung Tanjung Pasir, Gardu Pulau Tidung Besar, Gardu Pulau
Pramuka, Gardu Pulau Panggang dan Gardu Pulau Untung Jawa agar pasokan
listrik yang dialirkan melalui Kabel Laut Circuit II tersebut tetap andal sampai ke
pelanggan.
28
Gambar 8. Sistem aliran listrik Pulau Kelapa Dua
Sistem pengelolaan limbah di Pulau Kelapa Dua terdiri dari 2 bagian yaitu
sistem pengelolaan air limbah dan limbah sampah.
1. Pengelolaan air limbah
Pengelolaan air limbah dikelolah oleh Dinas Sumber Daya Air (SDA),
melalui Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPALD), adapun pengelolaan
limbah yang dilakukan antara lain:
Tinja
Kotoran sisa makanan
Bekas air limbah
29
yang berisi ikan, jika ikan tersebut mati, maka air tersebut masih
tercemar, jika ikan masih tetap hidup maka air limbah tersebut berhasil
diolah menjadi tidak tercemar, jika limbah air sudah di nyatakan tidak
tercemar maka langsung di salurkan ke laut, sedangkan yang masih
tercemar akan kembali di olah menjadi pupuk.
Pengelolaan limbah air juga didukung oleh adanya PKLG dari
Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta yang bertugas menangani serapan-
serapan air ataupu gorong-gorong.
2. Pengelolaan Sampah masyarakat
Pengelolaan sampah masyarakat di kelolah oleh Suku Dinas Lingkungan
Hidup (SDLH), mereka bertugas untuk membersihkan dan mengolah
sampah yang terbagi menjadi 3 bagian antara lain:
a). petugas khusus bagian pembersihan sampah pantai/laut
30
Gambar 12. Petugas penguburan sampah
Sampah-sampah tersebut dikelolah dengan baik dengan memisahkan
antara sampah organik dan anorgonik. Sampah anorganik dikumpul ke
bank sampah yang telah di sedikan oleh KLKH kemudian nantinya akan
di jual, sedangkan untuk sampah organik diolah menjadi kompos tanam
yang berasal dari sisa makanan dan sampah yang tidak bisa di olah
(Residu) akan di bawa ke tempat pembuangan sampah di luar Pulau.
31
Persepsi Terhadap Menilai Kondisi Terumbu karang
20%
Sangat Baik
Baik
Rusak
Sangat Rusak
80%
Gambar 13. Diagram Tingkat Persepsi Masyarakat Terhadap Menilai Kondisi Terumbu
Karang
Keterangan :
skore 4, kondisi terumbu karang sangat baik
skore 3, kondisi terumbu karang baik
skore 2, kondisi terumbu karang rusak
skore 1, kondisi terumbu karang sangat rusak
Sebanyak 80% masyarakat Pulau Kelapa Dua secara umum menyatakan
persepsi bahwa kondisi terumbu karang di daerah konsevasi adalah baik dan
sebanyak 20 % menyatakan prespsi bahwa kondisi terumbu karang rusak.
32
Persepsi Terhadap Kondisi Mangrove
Keterangan :
skore 4, kondisi mangrove sangat baik
skore 3, kondisi mangrove baik
skore 2, kondisi mangrove rusak
skore 1, kondisi mangrove sangat rusak
70 % masyarakat menyatakan persepsi bahwa kondisi mangrove di Pulau
Kelapa Dua sangat baik, hal ini di buktikan dengan banyak mangrove yang
berada di kawasan tersebut yang di dukung oleh organisasi lingkungan setempat
dan pihak Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu serta dengan dukungan
masyarakat sekitar dibuktikan dengan keikutseraan masyarakat dalam
penanaman mangrove dan penjagaan ekosistem tersebut, sedangkan sebanyak
30% menjawab kondisi mangrove baik.
33
Persepsi Tentang Daerah Konservasi Laut
20%
Sangat Tahu
Tahu
Cukup Tahu
Tidak Tahu
80%
Gambar 15. Diagram Tingkat Persepsi masyarakat tentang daerah konservasi Laut
(DPL)
Keterangan :
skore 4, persepsi masyarakat sangat tahu tentang DPL
skore 3, persepsi masyarakat tahu tentang DPL
skore 2, persepsi masyarakat cukup tahu tentang DPL
skore 1, persepsi masyarakat tidak tahu tentang DPL
Sebesar 80% responden sangat mengetahui keberdaan daerah
perlindungan laut yang berada di kawasan Pulau Kelapa Dua, Balai Taman
Nasional Kepulauan Seribu, sedangkan ada 20% responden yang menjawab
cukup tahu tentang keberadaan daerah perlindungan laut, hal ini terjadi
dikarenakan adanya sosialisasi oleh pihak terkait mengenai batasan daerah
pengambilan sumberdaya laut dan sebagainya.
34
Persepsi Tentang Manfaat Daerah Perlindungan Laut
20%
Sangat Bermanfaat
Bermanfaat
Cukup Bermanfaat
Tidak Bermanfaat
80%
Gambar 16. Diagram Tingkat Prespsi masyarakat tentang manfaat daerah perlindungan
Laut (DPL)
Keterangan :
skore 4, sangat bermanfaat
skore 3, bermanfaat
skore 2,cukup bermanfaat
skore 1, tidak bermanfaat
80 % responden menyatakan bahwa daerah perlindungan laut yang
berada di kawasan Kepulauan Seribu sangat bermanfaat dalam melindungi
sumberdaya perikanan.
35
Persepsi Mengenai Sanksi Daerah Perlindungan Laut
20%
Sangat Mengetahui
Mengetahui
10%
Cukup Mengetahui
Tidak Mengetahui
70%
36
Persepsi Mengeanai Keberadaan Daerah
Perlindungan Laut Perlu Di Pertahankan
Sangat Perlu
Perlu
100%
Cukup Perlu
Tidak Perlu
Gambar 18. Diagram Tingkat Persepsi Masyarakat Mengenai Keberadaan DPL Perlu di
Pertahankan
Keterangan :
skore 4, sangat perlu
skore 3, perlu
skore 2,cukup perlu
skore 1, tidak perlu
sebesar 100 % responden menjawab bahwa keberadaan daerah
perlindungan laut sangat perlu di pertahankan, artinya keberadaannya dapat
dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, khususnya bagi yang bekerja sebagai
nelayan.
37
pertanyaan tentang partisipasi masyarakat mengenai pemanfaatan mangrove
tersaji pada diagram berikut.
60%
50%
40%
30%
30%
20%
10%
0% 0%
0%
Menanam Tidak Mengambil Mengambil
Menebang Secara Secara Tidak
Beraturan Beraturan
Gambar 19. Grafik Tingkat Partisipasi Masyarakat Mengenai Pemanfaatan Mangrove
Keterangan :
skore 4, menanam
skore 3, tidak menebang
skore 2, mengambil secara beraturan
skore 1, mengambil secara tidak berturan
70 % responden menyatakan bahwa mereka pernah dilibatkan dalam
penanaman/menjaga mangrove di Pulau Kelapa Dua, responden secara umum
mengetahui keberadaan mangrove sebagai habitat penting biota laut,
dikarenakan adanya sosialisasi dari pihak terkait khususnya dari Balai Taman
Nasional Kepulauan Seribu dan organisasi konservasi setempat, salah satunya
adalah Sentra Penyuluhan Kehutanan Dan Pedesaan (SPKP) Bintang Laut yang
juga merupakan binaan dari Taman Nasional Kepulauan Seribu.
38
Partisipasi Terhadap Eksploitasi Terumbu
Karang
100% 90%
Persentase (%)
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20% 4% 6%
10% 0%
0%
Mengambil/Mengg
Pemasangan Bubu
Mengambil Karang
Mengambil Karang
Untuk Kegiatan
Pembangunan
anggu Karang
Menggunakan
Karang Untuk
Sebagian
Kegiatan
Tidak
39
Partisipasi Dalam Penanaman Mangrove
80%
70%
70%
60%
Persentase (%)
50%
40%
30%
20%
20%
10%
10%
0%
0%
Sangat Aktif Aktif Kurang Aktif Tidak Aktif
Keterangan :
skore 4, masyarakat berpartisipasi sangat aktif
skore 3, masyarakat berpatisipasi aktif
skore 2, masyarakat berpartisipasi kurang aktif
skore 1, masyarakat berpartisipasi tidak aktif
Sebesar 20 % responden berpartisipasi aktif dalam penanaman
mangrove, responden ini umumnya adalah anggota penggerak konservasi di
wilayah tersebut, sedangkan terdapat 70% responden kurang aktif dalam dalam
penanaman mangrove dan 10 % yang tidak aktif, hal ini di karenakan kawasan
untuk penanaman mangrove di kawasan tersebut kurang luas atau tidak
memungkinkan.
40
Partisipasi Masyarakat Dalam Melestarikan
Mangrove
120%
100%
100%
Persentase (%)
80%
60%
40%
20%
0% 0% 0%
0%
Sangat Aktif Aktif Kurang Aktif Tidak Aktif
Keterangan :
skore 4, masyarakat berpartisipasi sangat aktif
skore 3, masyarakat berpatisipasi aktif
skore 2, masyarakat berpartisipasi kurang aktif
skore 1, masyarakat berpartisipasi tidak aktif
sebanyak 100 % responden berpartisipasi aktif dalam menjaga
pelestarian mangrove dengan kegiatan tidak menebang mangrove, hal ini karena
masyarakat menyadari arti penting kawasan mangrove sebagai penahan erosi,
tempat perlindungan dan perkembangbiakan ikan serta sebagai sarana wisata
bagi masyarakat .
41
Partisipasi Masyarakat Dalam Destruktive
Fishing
120%
100%
Persentase (%) 100%
80%
60%
40%
20%
0% 0% 0%
0%
Dengan alat Dengan Trawl Dengan Racun Dengan Bom
tangkap Ramah
Lingkungan
Gambar 23. Grafik Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Destruktive Fishing
Keterangan :
skore 4, menangkap ikan dengan alat tangkap ramah lingkungan
skore 3, menangkap ikan dengan trawl
skore 2, menangkap ikan dengan racun
skore 1, menangkap ikan dengan bom
100 % responden berpartisipasi sangat aktif dalam menjaga pelestarian
wilayah KKLD dengan bentuk kegiatan tidak sama sekali melakukan
penangkapan ikan di wilayah ini dengan trawl, racun dan bom, masyarakat
sudah meninggalkan cara penangkapan ikan seperti itu di karenakan
masyarakatsudah cukup menyadari kawasan KKLD sebagai ekosistem yang
perlu dijaga karena memberikan manfaat dalam kelestarian sumberdata ikan.
42
Partisipasi Dalam Musyawarah Pokwasmas
45%
40%
40%
35%
Persentase (%) 35%
30%
25%
20%
14%
15% 11%
10%
5%
0%
Sangat sering Sering Tidak sering Tidak pernag
sama sekali
43
Tabel 7. PersepsiTerhadap Dukungan Masyarakat terhadap pengelolaan kawasan
pariwisata
Jumlah Responden
No. Pertanyaan Sangat kurang Tidak
setuju
setuju setuju setuju Presentase
1 Masyarakat perlu
mendukung
inisiatif
100 100%
pengelolaan
pariwisata
berkelanjutan ?
2 Masyarakat perlu
berpartisipasi
dalam
perencanaan
100 100%
terkait
pembangunan
pariwisata
berkelanjutan ?
3 Masyarakat perlu
bekerjasam dan
terlibat dengan
pihak-pihak
terkait dalam
pengembangan 100 100%
dan pengelolaan
wisata Taman
Nasional
Kepulauan
Seribu?
4 Masyarakat perlu
terlibat dalam
kegiatan-kegiatan
yang berkaitan
dengan upaya 100 100%
konservasi
lingkungan objek
wisata maupun
sekitarnya ?
44
4.5.2 Persepsi Penyediaan Usaha Lokal Pada Sektor Pariwisata
Hasil jawaban yang dihimpun dari pertanyaan seputar partisipasi
masyarakat terhadap pengelolaan kawasan pariwisata, pada sub pertanyaan
tentang penyediaan usaha lokal pada sektor pariwisata tersaji pada tabel berikut.
Tabel 8. Persepsi Penyediaan Usaha Lokal Pada Sektor Pariwisata
Jumlah Responden
No. Pertanyaan Presentase
Ada Tidak ada
1 Keberadaan objek
wisata ini telah
meningkatkan 100 100%
kesempatan kerja ?
2 Keberadaan objek
wisata Taman
Nasional
Kepulauan Seribu
meningkatkan 100 100%
peluang usaha
untuk penduduk
setempat maupun
pengusaha kecil ?
3 Ada peningkatan
keterampilan
masyarakat lokal 100 100%
terkait aktifitas
wisata ?
45
Tabel 9. Persepsi Perolehan Manfaat/ Pengaruh Pada Kegiatan Pariwisata
Jumlah Responden
No. Pertanyaan Presentase
Ada Tidak ada
1 Kegiatan wisata
Taman Nasional
Kepulauan Seribu
telah meningkatkan 100 100%
nilai jual barang dan
jasa yang dihasilkan
masyarakat ?
2 Apakah ada
peningkatan
kehidupan
perekonomian
dalam rumah
100 100%
tangga Bapak/Ibu
dengan adanya
objek wisata Taman
Nasional Kepulauan
Seribu ?
3 Apakah keberadaan
pengunjung
memberikan 100 100%
keuntungan
ekonomi ?
46
pariwisata merupakan pendapat atau cara pandang pengunjung maupun
wisatawan dalam memahami suatu destinasi wisata. Dalam industri pariwisata
setiap wisatawan memiliki kepribadian masing-masing sehingga melihat
fenomena yang ada mereka memiliki persepsi masing-masing.
Persepsi wisatawan merupakan salah satu hal yang penting dalam
pengembangan suatu destinasi pariwisata. Mengenai apa yang diminati, diingini,
dan diharapkan oleh pengunjung ke suatu destinasi menjadi amat penting artinya
dalam kaitan dengan pemasaran objek wisata (Warpani, 2007).
47
Tabel 11. Respon Pada Tindakan Negatif Terhadap Lingkungan
48
Tabel 12. Pelanggaran Kawasan Konservasi di Pulau Kelapa dan Pulau
Kelapa Dua
49
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 simpulan
5.2 Saran
50
DAFTAR PUSTAKA
Brahtz, 1972; Soegiarto, 1976; Beatly, 1994 dalam Direktorat Jenderal Pesisir
dan Pulau Kecil 2003.
Budiyanti, S. (2015). Analisis Pemetaan Sosial, Ekonomi Dan Kebutuhan
Masyarakat (Studi Kasus: Sistem Zonasi Taman Nasional Laut
Kepulauan Seribu (TNKpS) pada Masyarakat Kepulauan Seribu Utara,
Provinsi DKI Jakarta). DIMENSI- Journal of Sociology, 8(1).
Dahuri, R., Rais, J., Ginting, S. P., & Sitepu, M. J. (1996). Pengelolaan
sumberdaya pesisir dan lautan secara terpadu. Jakarta: PT.
Pramadya Paramita.
Departemen Kelautan dan Perikanan. 2002. Pedoman Tata Ruang Pesisir dan
Laut. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 34 tahun 2002,
tanggal 4 September 2002. Jakarta.
Indar, Y. N., & Jompa, J. Pengelolaan Kawasan Konservasi Yang Efektif Dan
Adaktif. Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut.
McNeely, J. A. (1992). The sinking ark: pollution and the worldwide loss of
biodiversity. Biodiversity & Conservation, 1(1), 2-18.
51
Mussadun, M., Fahrudin, A., Kusumastanto, T., & Kamal, M. M. (2016). Analisis
Persepsi Nelayan Dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan
Berkelanjutan Di Taman Nasional Karimunjawa1. TATALOKA, 13(2), 70-
81.
Subani, W., & Barus, H. R. (1989). Alat penangkapan ikan dan udang laut
di Indonesia. Jurnal Penelitian Perikanan Laut, 50, 248.
Tahir, A., Bengen, D. G., & Susilo, S. B. (2002). Analisis kesesuaian lahan
dan kebijakan pemanfaatan ruang kawasan pesisir teluk
Balikpapan. Jurnal Pesisir dan Lautan, 4(3), 1-16.
52
LAMPIRAN
Interval :
53
Lampiran 2 : Skoring Partisipasi
Interval :
54
Lampiran 3: Gugusan Pulau di Kelurahan Pulau Kelapa
55
33 P. Kelapa 13,09 Pemukiman
34 P. Kaliage Besar 6,46 Peristirahatan
35 P. Kaliage Kecil 1,05 Peristirahatan
36 P. Semut Kecil 0,58 Peristirahatan
Jumlah 258,47
Sumber : Profil Kelurahan Pulau Kelapa
56
Lampiran 5 : Dokumentasi Pengambilan Data Kuesioner Masyarakat
57
Lampiran 6 : Pengambilan Data Kuesioner wisatawan
58
Lampiran 7 : Kusioner Persepsi Masyarakat (Kuantitatif) untuk mendapatkan
hasil data tingkat persepsi masyarakat terhadap pengelolaan
kawasan konservasi laut.
IDENTITAS RESPONDEN
2. Nama responden :
3. Umur :
4. Pekerjaan Utama :
59
No PERNYATAAN JAWABAN Skor
60
Lampiran 8 : Kuesioner Partisipasi Masyarakat (Kuantitatif),untuk mendapatkan
hasil tingkat partisipasi masyarakat setempat terhadap
pengelolaan kawasan konservasi laut.
Mengambil Karang 1
Sebagian Mengambil
Karang Untuk Kegiatan
Pembangunan
3. Apakah Anda selama ini ikut aktif Sangat sering (15 kali) 4
dalam
kegiatan musyawarah yang Sering (7-14 kali) 3
diadakan oleh POKMASWAS
Tidak sering (1- 6 kali) 2
Tidak pernah sama sekali 1
4 Seberapa sering Anda pernah Sangat sering (12 kali) 4
mengikuti
kegiatan pengawasan Sering (6-11 kali) 3
Tidak sering (1-5 kali) 2
Tidak pernah sama sekali 1
5 Bagaimana keterlibatan Anda dalam Sangat sering (5 4
mengikut kegiatan kali) Sering (3-4 3
penanaman mangrove kali) 2
Tidak sering (1-2 kali) 1
Tidak pernah sama sekali
6 Dalam kurun waktu satu tahun Tidak 4
berapa pernah 1-
kali Anda melakukan penebangan 3 kali 3
bakau
4 - 7 kali
2
> 7 kali
1
7 Dalam Destruktive Fishing Menangkap Ikan Dengan Alat 4
Tangkap Ramah Lingkungan
Menangkap Ikan Trawl 3
61
Menangkap Ikan Dengan 2
racun
Menangkap Ikan Dengan 1
Bom
62
2. Perolehan Manfaat/Pengaruh Pada Kegiatan Pariwisata
Pemandangan Alam
Mangrove
Terumbu Karang
Penyu
Laut
Jalan
Setapak/Jembatan
Jalan
Setapak/Jembatan
63
2. Persepsi Terhadap Tindakan Negatif Terhadap Lingkungan Pariwisata
64
Lampiran 11 : Contoh pengisian kuesioner
65
66