Anda di halaman 1dari 78

PERSEPSI DAN PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP

PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI LAUT


DAN KAWASAN PARIWISATA BAHARI DI PULAU KELAPA DUA
TAMAN NASIONAL KEPULAUAN SERIBU

LAPORAN KERJA PRAKTIK AKHIR (KPA)


PROGRAM STUDI TEKNIK KELAUTAN

Oleh :

FATUR RAHMAN
NIT.19.7.05.095

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


BADAN RISET DAN SUMBERDAYA MANUSIA
KELAUTAN DAN PERIKANAN
POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN BONE
2022
PERSEPSI DAN PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP
PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI LAUT
DAN KAWASAN PARIWISATA BAHARI DI PULAU KELAPA DUA
TAMAN NASIONAL KEPULAUAN SERIBU

Oleh :

FATUR RAHMAN
NIT.19.7.05.095

Laporan KPA ini disusun sebagai salah satu syarat


Untuk memperoleh sebutan
Ahli Madya Perikanan (A.Md.Pi)
Pada Program Studi Teknik Kelautan
Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


BADAN RISET DAN SUMBERDAYA MANUSIA
KELAUTAN DAN PERIKANAN
POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN BONE
2022

ii
LEMBAR PENGESAHAN

PERSEPSI DAN PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP


PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI LAUT
DAN KAWASAN PARIWISATA BAHARI DI PULAU KELAPA DUA
TAMAN NASIONAL KEPULAUAN SERIBU

Laporan KPA telah disetujui:

Tanggal : 21 Juli 2022

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Agus Surachmat, M.Si Katarina Hesty Rombe, S. Kel.,M.Si


NIP. 19590814 198803 1 002 NIP.19920625 201902 2 009

Diketahui Oleh:
Direktur Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone

Dra. Ani Leilani, M.Si


NIP.19641217 199003 2 003

i
LEMBAR PENGESAHAN

PERSEPSI DAN PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP


PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI LAUT
DAN KAWASAN PARIWISATA BAHARI DI PULAU KELAPA DUA
TAMAN NASIONAL KEPULAUAN SERIBU

Dipersiapkan dan disusun oleh:

FATUR RAHMAN
NIT.19.7.05.095

Laporan KPA telah dipertahankan di depan tim penguji


Tanggal : 06 Juli 2022

Ketua Tim Penguji, Anggota Tim Penguji I,

Dwi Rosalina, S. Si,.M.Si Ir. Agus Surachmat, M.Si


NIP. 19831018 201902 2 002 NIP. 19590814 198803 1 002

Sekretaris Tim Penguji, Anggota Tim Penguji II

Khairul Jamil, S.P, M.Si Katarina Hesty Rombe, S. Kel., M.Si


NIP.19710214 200604 1 001 NIP.19920625 201902 2 009

Diketahui Oleh :
Direktur Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone

Dra. Ani Leilani, M.Si


NIP.19641217 199003 2 003

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat tuhan yang maha kuasa atas
limpahan kasih sayang dan anugrah yang diberikan sehingga laporan KPA
dengan judul “Persepsi Dan Partisipasi Masyarakat Terhadap Pengelolaan
Kawasan Konservasi Laut Dan Kawasan Pariwisata Bahari Di Pulau Kelapa Dua
Taman Nasional Kepulauan Seribu “ dapat penulis selesaikan.
Dalam meyelesaikan Laporan KPA ini penulis banyak mendapat bantuan
dan perhatian dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih penulis sampaikan
kepada :

1. Ibu Dra. Ani Leilani, M.Si selaku Direktur Politeknik Kelautan dan Perikanan
Bone atas izin pelaksanaan Kerja Praktik Akhir (KPA);
2. Bapak Ir. Agus Surachmat, M.Si selaku pembimbing I atas kesediaan waktu
memberikan telaah mendalam, koreksi dan revisi terhadap sejumlah data dan
informasi;
3. Ibu Katarina Hesty Rombe, S. kel.,M.Si selaku pembimbing II yang telah
memberikan arahan penyempurnaan serta ulasan kritis;
4. Bapak Isai Yusidarta, ST, M. Sc selaku kepala SPTN Wilayah I Pulau Kelapa,
atas izin dan nasihat dalam pelaksanaan Kerja Praktik Akhir.
5. Bapak Marsan Sutisna selaku pembimbing eksternal yang telah
memperkenankan dan memberikan arahan selama mengikuti Kerja Praktik
Akhir (KPA);
6. Semua Pegawai SPTN Wilayah I Pulau Kelapa atas bimbingannya selama
pelaksanaan Kerja Praktik Akhir (KPA).
7. Ayah, ibu, keluarga serta teman-teman yang telah membantu dalam
penyusunan laporan KPA ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Laporan Kerja Praktik Akhir
(KPA ) ini masih belum sempurna , oleh karena itu penulis sangat memerlukan
masukan yang konstruktif dari semua pihak demi perbaikan pada kegiatan Kerja
Praktik Akhir (KPA) di lapangan serta dalam penulisannya, Terima kasih.

Bone, Juli 2022

Fatur Rahman

iii
RINGKASAN

FATUR RAHMAN. Persepsi dan partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan


kawasan konservasi laut dan kawasan pariwisata bahari di Pulau kelapa Dua
Taman Nasional kepulauan Seribu.Dibimbing oleh AGUS SURACHMAT dan
KATARINA HESTY ROMBE.

Persepsi dan Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Kawasan


Konservasi Laut dan pariwisata bahari diperlukan dalam setiap kegiatan yang
akan dilaksanakan, baik dalam menentukan dan mengidentifikasi potensi
kelautan dan perikanan maupun permasalahan yang berkaitan dengan
pengelolaan kawasan konservasi laut dan pariwisata bahari. Kerja Praktik Akhir
Ini melibatkan sebanyak 100 responden dari masyarakat setempat Pulau Kelapa
Dua untuk mendapatkan data hasil persepsi dan partisipasi terhadap
pengelolaan kawasan konservasi laut dan kawasan pariwisata bahari, serta 100
responden dari wistawan Taman Nasional Kepulauan Seribu untuk mendapatkan
hasil data persepsi terhadap pengelaolaan kawasan pariwisata bahari. Analisis
data kuisioner dilakukan dengan menggunakan metode Skala Likert. Hasil yang
didapatkan yaitu tingkat persepsi masyarakat terhadap pengelolaan kawasan
konservasi laut tinggi (53%), tingkat partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan
kawasan konservasi laut sedang (48%), sedangkan untuk persepsi masyarakat
terhadap pengelolaan kawasan pariwisata bahari mendapatkan tingkat persepsi
sangat tinggi (100%) dan untuk persepsi wisatawan terhadap pengelolaan
kawasan pariwisata dengan tingkat persepsi tinggi (68%).

Kata kunci : Persepsi, Partisipasi, Kawasan Konservasi Laut, Pariwisata Bahari

iv
SUMMARY

FATUR RAHMAN.Community perceptions and participation in the management


of marine conservation areas and marine tourism areas on Pulau Kelapa
Dua,Taman Nasional Kepulauan Seribu. Supervised by AGUS SURACHMAT
and KATARINA HESTY ROMBE.

Community perception and participation in the management of Marine


Protected Areas and marine tourism is required in every activity to be carried out,
both in determining and identifying marine and fishery potentials as well as
problems related to marine conservation area management and marine tourism.
This Final Practical Work involved 100 respondents from the local community of
Kelapa Dua Island to obtain data on the results of perceptions and participation in
the management of marine conservation areas and marine tourism areas, as well
as 100 respondents from tourists from the Taman Nasional Kepulauan Seribu to
obtain data on perceptions of the management of marine tourism areas.
Questionnaire data analysis was carried out using the Likert Scale method. The
results obtained were the level of public perception of the management of marine
conservation areas was high (53%), the level of community participation in the
management of marine conservation areas was moderate (48%), while for the
community's perception of the management of tourism areas marine get a very
high level of perception (100%) and for tourists' perception of the management of
tourism areas with a high level of perception (68%).

Keywords: Perception, Participation, Marine Protected Areas, Marine Tourism

v
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... i


KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
RINGKASAN ...................................................................................................... iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... x
I PENDAHULUAN.............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Tujuan ....................................................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................... 4
2.1 Defenisi Persepsi dan Partisipasi ............................................................. 4
2.1.1 Defenisi Persepsi ................................................................................. 4
2.1.2 Defenisi Partisipasi .............................................................................. 4
2.2 Tinjauan Umum Karakteristik Wilayah Pesisir ........................................... 6
2.2.1 Pengertian Wilayah Pesisir .................................................................. 6
2.2.2 Potensi Sumberdaya Alam Pesisir ....................................................... 7
2.3 Kawasan Konservasi ................................................................................. 7
2.3.1 Defenisi Kawasan Konservasi Laut ...................................................... 7
2.3.2 pengelolaan kawasan konservasi ........................................................ 8
2.4 Pengelolaan Pariwisata Bahari ................................................................ 10
2.4.1 Konsep Pengembangan Wisata Bahari.............................................. 11
2.4.2 Pendekatan Pengembangan Wisata Bahari ...................................... 11
III. METODE PRAKTIK ...................................................................................... 12
3.1 Waktu dan Tempat ................................................................................. 12
3.2 Prosedur Kerja ...................................................................................... 12
3.2.1 Alat dan Bahan .................................................................................. 13
3.2.2 Metode Pengambilan Data ................................................................. 13
3.3 Analisa Data ............................................................................................ 14
3.3.1 Skala Pengukuran.............................................................................. 14
3.3.2 variable Responden ........................................................................... 16
IV. HASIL DAN PEMBAHAN.............................................................................. 17
4.1 Kondisi wilyah Pesisir Dan Kelautan Kepulauan Seribu........................... 17
4.1.1 Letak Geografis ................................................................................. 17

vi
4.1.2 Kondisi Ekosistem Perairan ............................................................... 17
4.2.1 Taman Nasional Kepulauan Seribu .................................................... 18
4.2.2 Kelurahan Pulau Kelapa ................................................................... 21
4.2.3 Pengelolaan Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan danKelautan
Kelurahan Pulau Kelapa .................................................................... 22
4.2.4 Pengelolaan Air, Listrik dan Limbah .................................................. 27
4.3 Persepsi Masyarakat Terhadap Kawasan Konservasi ............................. 31
4.3.1 Persepsi Masyarakat Terhadap Menilai Kondisi Terumbu Karang 31
4.3.2 Persepsi Masyarakat Terhadap Kondisi Mangrove ........................... 32
4.3.3 Persepsi Masyarakat Tentang Daerah Konservasi Laut ................... 33
4.3.4 Prespsi Masyarakat Tentang Manfaat Daerah Perlindungan Laut..... 34
4.3.5 Persepsi Masyarakat Mengenai Sanksi Daerah Perlindungan Laut .. 35
4.3.6 Persepsi Masyarakat Mengenai Keberadaan Daerah Perlindungan
Laut Perlu di Pertahankan.................................................................. 36
4.4 Partisipasi Masyarakat Terhadap Kawasan Konservasi Laut Daerah ..... 37
4.4.1 Partisipasi Masyarakat Mengenai Pemanfaatan Mangrove ............. 37
4.4.2 Partisipasi Terhadap Eksploitasi Terumbu Karang ........................... 38
4.4.3 Partisipasi Masyarakat Dalam Penanaman Mangrove ....................... 39
4.4.4 Partisipasi Masyarakat Dalam Melestarikan Mangrove ..................... 40
4.4.5 Partisipasi Masyarakat Dalam Destruktive Fishing ............................. 41
4.4.6. Partisipasi Masyarakat Dalam Musyawarah Pokwasmas .................. 42
4.5 Persepsi Masyarakat Terhadap Pengelolaan Kawasan Pariwisata......... 43
4.5.1 Dukungan Masyarakat ....................................................................... 43
4.5.2 Persepsi Penyediaan Usaha Lokal Pada Sektor Pariwisata ............... 45
4.5.3 Persepsi Perolehan Manfaat/ Pengaruh Pada Kegiatan Pariwisata ... 45
4.6 Persepsi Wistawan Terhadap Pariwisata Kepulauan Seribu Pulau Kelapa
Dua ........................................................................................................ 46
4.6.1 Persepsi Daya Tarik Lingkungan ....................................................... 47
4.6.2 Respon Pada Tindakan Negatif Terhadap Lingkungan ...................... 47
4.7 Pelanggaran Kawasan Konservasi di Pulau Kelapa dan Pulau Kelapa
Dua, Taman Nasional Kepulauan Seribu ................................................ 48
V. SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 50
5.1 simpulan .................................................................................................. 50
5.2 Saran ...................................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 51
LAMPIRAN ........................................................................................................ 53

vii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Alat Dan Bahan……………………………………………………………. ..........13
2. Skor Penilaian Sikap .................................................................................14
3. Klasifikasi tingkatan persentase ............................................................................. 15
4. Luas wilayah Kelurahan Pulau Kelapa .........................................................22
5. Jumlah Penduduk ........................................................................................22
6. Jenis Angkutan Kapal ..................................................................................23
7. Dukungan Masyarakat Terhadap Pengelolaan Kawasan Pariwisata ............44
8. Persepsi Tentang Penyediaan Usaha Lokal Pada Sektor Pariwisata ...........45
9. Persepsi Perolehan Manfaat/Pengaruh Pada Kegiatan Pariwisata ..............46
10. Persepsi Daya Tarik Lingkungan..................................................................47
11. Respon Pada Tindakan Negatif Terhadap Lingkungan ................................48
12. Pelanggaran Pada Kawasan Konservasi .....................................................49

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Peta Lokasi Praktik ......................................................................................12


2. Tambak Ikan Pulau Kelapa Dua ...................................................................25
3. Penagkaran Penyu ......................................................................................26
4. Tracking Mangrove ......................................................................................26
5. Wahana Kano ..............................................................................................26
6. Wisata Snorckling Dan Diving ......................................................................27
7. SWRO Pulau Kelapa Dua ............................................................................28
8. Sistem Aliran Listrik Pulau Kelapa Dua ........................................................29
9. Sistem Pengolahan Limbah Air ....................................................................29
10. Petugas Pembersih Pantai ...........................................................................30
11. Petugas Pembersih Pemukiman Penduduk .................................................30
12. Petugas Penguburan Sampah .....................................................................31
13. Diagram Tingkat Persepsi Masyarakat Terhadap Menilai Kondisi
Terumbu Karang ..........................................................................................32
14. Diagram Tingkat Persepsi Masyarakat Terhadap Menilai Kondisi
Mangrove .....................................................................................................33
15. Diagram Tingkat Persepsi Masyarakat Tentang Daerah Konservasi
Laut (DPL) ...................................................................................................34
Diagram Tingkat Persepsi Masyarakat Terhadap Manfaat
Daerah Perlindungan Laut (DPL) .................................................................35
16. Diagram Tingkat Persepsi Masyarakat Mengenai Sanksi
Daerah Perlindungan Laut (DPL) .................................................................36
17. Diagram Tingkat Persepsi Masyarakat Mengenai Keberadaan DPL
Perlu Dipertahankan ....................................................................................37
18. Diagram Tingkat Partisipasi Masyarakat Mengenai Pemanfaatan
Mangrove .....................................................................................................38
19. Grafik Tingkat Partisipasi Masyarakat Mengenai Eksploitasi
Terumbu Karang ..........................................................................................39
20. Grafik Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Penanaman Mangrove ..........40
21. Grafik Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Musyawarah Posmaswas ......41
22. Grafik Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Melestarikan Mangrove .........42
23. Grafik Tingkat Partisipasi Masyarakat Mengenai Destruktive Fishing...........43

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Skoring Persepsi ………………………………………………………………….. 53
2. Skoring Persepsi…………………………………………………………………... 54
3. Gugusan Pulau Keluarahan Pulau Kelapa……………………………………... 55
4. Pekerjaan dan Pendidikan Penduduk…………………………………………… 56
5. Dokumentasi Pengambilan Data Persepsi Dan Partisipasi Masyarakat…... 57
6. Dokumentasi Pengambilan Data Wisatawan…………………………………... 58
7. Kuesioner Persepsi Masyarakat ....................................................................59
8. Kuesioner Partisipasi/Peran Serta Masyarakat..............................................61
9. Kuesioner Persepsi Masyarakat Terhadap Pengelolaan Pariwisata Bahari ...62
10 .Kuesioner Persepsi Wisatawan Terhadap Pengelolaan Pariwisata Bahari... 63
11 .Contoh pengisian Kuesioner…………………………………………………….. 65

x
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pulau Kelapa adalah gugusan pulau yang menawarkan sensasi


ekowisata budaya dan konservasi. Pulau ini merupakan satu dari tiga seksi
Taman Nasional di Kepulauan Seribu yang menjadi Asean Heritage Park 2017
bersama Pulau Harapan dan Pulau Pramuka. Selain wisata konservasi, pulau
yang memiliki luas 1,9 hektar ini juga dapat dijadikan sebagai lokasi wisata
budaya karena memiliki nilai budaya yang sangat kental, khususnya Budaya
Bugis. Berdasarkan kriteria kepariwisataan berupa keindahan alam, keaslian
panorama alam, keunikan ekosistem, tidak adanya gangguan alam yang
berbahaya, dan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung, kapasitas
Kepulauan Seribu untuk pengembangan pariwisata seluas 872,06 ha dengan
kapasitas pengunjung 2.318 Orang per hari, diantaranya 795,38 ha dan 1.699
Orang per hari (73%) adalah kapasitas dalam kawasan Taman Nasional
Kepulauan Seribu ( Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu (Taman Nasional
Kepulauan Seribu, 2018).

Kawasan konservasi sangat erat kaitannya dengan pemanfaatan sumber


daya alam yang tujuan utamanya agar dapat dicapai kesejahteraan bagi
masyarakat dengan tetap mempertahankan kelestarian fungsi lingkungan.
Sumber daya alam sangat berperan dalam menunjang perekonomian nasional,
sehingga mempunyai peran sebagai penopang sistem kehidupan dan modal
pertumbuhan ekonomi. Salah satu bentuk kawasan konservasi adalah Taman
Nasional Kepulauan Seribu yang termasuk dalam ketegori kawasan yang
dilindungi. sejak tahun 2002 ditetapkan sebagai salah satu taman nasional laut,
secara yuridis terletak di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Propinsi DKI
Jakarta telah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat ditinjau dari segi sosial,
ekonomi, budaya dan manfaat fisik. Namun demikian dalam pengelolaannya
masih dijumpai beberapa permasalahan pokok yang merupakan potensi konflik,
terutama konflik kewenangan. Taman nasional Kepulauan Seribu mempunyai
sumber daya alam yang khas yaitu keindahan alam laut dengan ekosistem
karang yang unik seperti terumbu karang, ikan hias, dan ikan komsumsi,
echinodermata, crustacean, molusca, penyu, tumbuhan laut dan darat,
mangrove, padang lamun dan lain-lain.

1
Kawasan pulau-pulau kecil di Indonesia terkenal dengan kekayaan dan
keanekaragaman jenis sumber daya alamnya baik sumber alam yang dapat pulih
(Renewable) maupun yang tidak dapat pulih (Un-renewable). Sumber daya alam
pulau-pulau kecil bila dipadukan dengan sumber daya manusia yang handal
serta di dukung dengan iptek yang di tunjang dengan kebijakan pemanfaatan
dan pengelolaan yang tepat bisa menjadi modal yang besar bagi pembangunan
nasional (Anggoro, 2000). Peluang yang dimiliki adalah kekayaan sumber daya
alam dan sumber daya manusianya yang potensial untuk di tumbuh kembangkan
pendaya gunaannya. Sumber daya alam pulau-pulau kecil mempunyai arti
penting bagi kegiatan perikanan, konservasi dan preservasi lingkungan, wisata
bahari dan kegiatan jasa lingkungan lain yang terkait.
Taman Nasional Kepulauan Seribu merupakan salah satu dari 7 Taman
Nasional Laut dibawah Kementerian lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)
dan merupakan bagian dari 553 unit Kawasan Konservasi di Indonesia, serta
satu-satunya Taman Nasional yang terletak di Ibukota Negara. Taman Nasional
Kepulauan Seribu tersusun oleh Ekosistem Pulau-Pulau Sangat Kecil dan
Perairan Laut Dangkal, yang terdiri dari Gugus Kepulauan dengan 78 pulau
sangat kecil, 86 Gosong Pulau dan hamparan laut dangkal pasir karang pulau
sekitar 2.136 hektar (Reef flat 1.994 ha, Laguna 119 ha, Selat 18 ha dan Teluk 5
ha), terumbu karang tipe fringing reef, Mangrove dan Lamun bermedia tumbuh
sangat miskin hara/lumpur, dan kedalaman laut dangkal sekitar 20-40 m.
Kondisi geografis, demografis, sosial ekonomi dan budaya masyarakat di
dalam dan sekitar pulau-pulau kecil secara menyeluruh memerlukan strategi
pengelolaan kawasan yang lebih dititik beratkan pada pembangunan wilayah
yang tepat dan sinergi dalam bentuk pola pengelolaan wilayah baik jangka
pendek, menengah maupun jangka panjang sehingga pembangunan
menyeluruh dapat tercapai. Usaha peningkatan aktifitas kawasan dan kegiatan
ekonomi yang kurang memperhatikan aspek kelestarian ekosistem dapat
menimbulkan dampak yang sangat membahayakan bagi kawasan tersebut
(Mardijono, 2008).

Persepsi dan Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Kawasan


Konservasi Laut Daerah diperlukan dalam setiap kegiatan yang akan
dilaksanakan, baik dalam menentukan dan mengidentifikasi potensi perikanan
maupun permasalahan yang berkaitan dengan pengelolaan kawasan konservasi
laut yang merupakan kebutuhan masyarakat, sehingga dalam pelaksanaannya

2
masyarakat akan merasa memiliki dan bertanggung jawab dan mampu menjadi
inspirator, inisiator dan dinamisator dalam menjaga kelestarian sumber daya
secara berkelanjutan dalam kawasan konservasi laut daerah. Maka untuk
mencapai tujuan ini diperlukan dukungan kualitas sumber daya manusia,
kapasitas kelembagaan sosial ekonomi dan budaya yang optimal dalam
kehidupan masyarakat (Mardijono, 2008).
Berdasarkan pernyataan (Mardijono, 2008) tersebut diatas, maka pada
Praktik Kerja Praktik Akhir ini kami mengambil judul “Persepsi dan Partisipasi
Masyarakat Terhadap Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut dan kawasan
Pariwisata Bahari di Pulau Kelapa Dua Taman Nasional Kepulauan Seribu”.

1.2 Tujuan

1. Menghitung besar tingkat persepsi masyarakat setempat yang terlibat


langsung dan yang tidak terlibat langsung terhadap pengelolaan kawasan
konservasi laut.
2. Menghitung besar tingkat partisipasi masyarakat setempat yang terlibat
langsung dan tidak terlibat langsung terhadap pengelolaan kawasan
konservasi laut.
3. Menghitung besar tingkat persepsi masyarakat setempat terhadap
pengelolaan kawasan pariwisata Bahari.
4. Menghitung besar tingkat persepsi wisatawan terhadap Pengelolaan
kawasan pariwisata bahari.

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi Persepsi dan Partisipasi

2.1.1 Defenisi Persepsi


Menurut Saptorini (1989), persepsi adalah suatu proses mental yang
rumit dan melibatkan berbagai kegiatan untuk menggolongkan stimulus yang
masuk sehingga menghasilkan tanggapan untuk memahami stimulus tersebut.
persepsi dapat terbentuk setelah melalui berbagai kegiatan, yakni proses fisik
(Penginderaan), fisiologis (Pengiriman hasil penginderaan ke otak melalui saraf
sensoris) dan psikologis (ingatan, perhatian, pemrosesan informasi di otak).
Beberapa hal yang mempengaruhi persepsi : pertama adalah pelaku
persepsi, bila seorang individu memandang pada suatu target dan mencoba
menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh
karakteristik- karakteristik pribadi dari pelaku persepsi, antara lain sikap,
motif/kebutuhan individu, suasana hati, pengalaman masa lalu, prestasi belajar
sebelumnya dan pengharapan; yang ke dua adalah. target yang akan diamati,
karakteristiknya dapat mempengaruhi apa yang dipersepsikan; terakhir adalah
Situasi, yaitu unsur-unsur dalam lingkungan sekitar dapat mempengaruhi
persepsi (Robins, 1996).
2.1.2 Defenisi Partisipasi
Menurut Rahardjo (1996) partisipasi diartikan sebagai upaya peran serta
masyarakat dalam suatu kegiatan baik dalam bentuk pernyataan maupun
kegiatan. Lebih lanjut dijelaskan partisipasi merupakan keikutsertaan masyarakat
dalam program-program pembangunan. Pada dasarnya partisipasi dibedakan
menjadi dua, yaitu partisipasi yang bersifat swakarsa dan partisipasi yang sifat
simobilisasikan. Partisipasi swakarsa mengandung arti bahwa keikutsertakan
dan peran sertanya atas dasar kesadaran dan kemauan sendiri, sementara
partisipasi yang dimobilisasikan memiliki arti keikutsertakan dan berperanserta
atas dasar pengaruh orang lain.
Tjokroamidjoyo (1990), menyatakan varian peran serta atau partisipasi
adalah :
1. Kehadiran
Kehadiran merupakan varian partisipasi tinggkat pertama yang lebih
mudah mnjadi tolok ukurnya sebab jika seseorang hadir dalam suatu kegiatan

4
maka ia dapat dikatakan telah berperan serta. Tolak ukur varian pertama
peran serta adalah kehadiran yang bersifat kuantitatif.
2. Representasi
Representasi merupakan varian kedua dari peran serta yang secara
kualitatif lebih tinggi dan mendalam jika dibandingkan dengan varian pertama.
Ini meliputi aktivitas penentuan masalah, perumusan masalah, perumusan
metode dan pendekatannya serta pembuatan keputusan. Individu dikatakan
berperan serta dalam varian ini apabila terlibat dalam penentuan masalah.

3. Pemilikan dan pengendalian


Pemilikan dan pengendalian merupakan varian tertinggi dari peran serta
secara kualitatif. Individu yang berperan serta pada varian ini tidak hanya
hadir dan berpresentasi tetapi lebih dari itu, yakni memiliki (Sense of
belonging)
Menurut Tjokroamidjoyo (1990), ada tiga faktor yang mempengaruhi
peran serta atau partisipasi yaitu :
a. Kepemimpinan
Faktor pertama proses pengendalian usaha dalam pembangunan
ditentukan sekali oleh kepemimpinan.
b. Pendidikan
Tingkat pendidikan yang memadai akan memberikan kesadaran yang
lebih tinggi dalam berwarga negara dan memudahkan bagi
pengembangan identifikasi terhadap tujuan-tujuan pembangunan yang
bersifat nasioanal.
c. Komunikasi
Gagasan - gagasan, kebijaksanaan dan rencana - rencana akan
memperoleh dukungan bila hal tersebut diketahui dan dimengerti oleh
masyarakat.

Partisipasi yang baik adalah yang mendukung suksesnya suatu program.


Beberapa sifat dari partisipasi antara lain : positif, kreatif, kritis, korektif
konstruktif dan realistis. Partisipasi dikatakan positip, bila partisipasi tersebut
mendukung kelancaran usaha bersama dalam mencapai tujuan. Partisipasi
kreatif, berarti keterlibatan yang berdaya cipta, tidak hanya melaksanakan
instruksi atasan melainkan memikirkan sesuatu yang baru baik gagasan, metode
maupun cara baru yang lebih efektif dan efisien. Partisipasi dapat dikatakan
kritis, korektif-konstruktif bila keterlibatan dilakukan dengan mengkaji suatu jenis

5
atau bentuk kegiatan, menunjukkan kekurangan bila ada dan memberikan
alternatif yang lebih baik. Partisipasi yang realistis mempunyai arti bahwa
keikutsertaan seseorang dengan memperhitungkan realitas atau kenyataan, baik
kenyataan dalam masyarakat maupun realitas mengenai kemampuannya,
waktunya yang tersedia dan adanya kesempatan ketrampilan (Gultom, 1985).
Faktor-faktor yang mempengaruhi peran serta-masyarakat menurut
Sastropoetro (1986), adalah keadaan sosial masyarakat, kegiatan program
pembangunan dan keadaan alam sekitarnya. Keadaan sosial masyarakat
meliputi pendidikan, pendapatan, kebiasaan dan kedudukan sosial dalam sistem
sosial. Kegiatan program pembangunan merupakan kegiatan yang direncanakan
dan dikendalikan oleh pemerintah yang dapat berupa organisasi masyarakat dan
tindakan kebijaksanaan. Sedangkan alam sekitar merupakan faktor fisik atau
keadaan geografis daerah yang ada pada lingkungan tempat tinggal masyarakat
setempat. Tokoh masyarakat, pemimpin adat, tokoh agama adalah merupakan
komponen yang juga berpengaruh dalam menggerakkan masyarakat yang
berperan serta dalam suatu kegiatan (Rahardjo, 1996)
2.2 Tinjauan Umum Karakteristik Wilayah Pesisir

2.2.1 Pengertian Wilayah Pesisir


Sesuai kesepakatan umum di dunia bahwa wilayah pesisir adalah daerah
pertemuan antara darat dan laut, ke arah darat meliputi daratan baik kering
maupun terendam air yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang
surut, angin laut dan perembesan air asin. Ke arah laut mencakup bagian laut
yang masih dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi di darat seperti
sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan kegiatan manusia
seperti pertanian dan pencemaran (Brahtz, 1972; Soegiarto, 1976; Beatly, 1994
dalam Direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau Kecil 2003).
Dahuri et al. (1996) mendefinisikan wilayah pesisir sebagai suatu wilayah
perairan antara daratan dan lautan dimana ke arah darat adalah jarak secara
arbiter dan rata-rata pasang tertinggi dan batas ke arah laut adalah yurisdiksi
wilayah propinsi atau state di suatu Negara.
Kawasan pesisir merupakan wilayah peralihan antara daratan dan
perairan laut. Secara fisiologi didefinisikan sebagai wilayah antara garis pantai
hingga ke arah daratan yang masih dipengaruhi pasang surut air laut, dengan
lebar yang ditentukan oleh kelandaian pantai dan dasar laut, serta dibentuk oleh
endapan lempung hingga pasir yang bersifat lepas dan kadang materinya

6
berupa kerikil.
2.2.2 Potensi Sumberdaya Alam Pesisir
Wilayah pesisir memiliki arti strategis karena merupakan wilayah
peralihan (Interface) antara ekosistem darat dan laut, serta memiliki potensi
sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang sangat kaya (Clark, 1996).
Kekayaan ini mempunyai daya tarik tersendiri bagi berbagai pihak untuk
memanfaatkan sumberdayanya dan mendorong berbagai instansi untuk
meregulasi pemanfaatannya.

Sumberdaya pesisir adalah sumberdaya alam, sumberdaya


binaan/buatan dan jasa-jasa lingkungan yang terdapat di dalam wilayah pesisir.
Dahuri (2000), potensi sumberdaya pesisir secara umum dibagi atas empat
kelompok yakni (1) sumberdaya yang dapat pulih (Renewable resources), (2)
sumberdaya tidak dapat pulih (Un-renewable resources), (3) energi lautan dan
(4) jasa-jasa lingkungan kelautan (Environmental services).
Sumberdaya yang dapat pulih terdiri dari berbagai jenis ikan, udang,
rumput laut, padang lamun, mangrove, terumbu karang termasuk kegiatan
budidaya pantai dan budidaya laut (marine culture). Ketersedian lahan pesisir
merupakan salah satu potensi yang dapat dikembangkan untuk kegiatan
perikanan. Demikian juga dengan wilayah perairan pantainya dapat
dikembangkan untuk berbagai kegiatan budidaya terutama budidaya laut.
Sumberdaya tidak dapat pulih meliputi mineral, bahan tambang/galian,
minyak bumi dan gas. Sumberdaya energi terdiri dari OTEC (Ocean Thermal
Energy Convertion), pasang surut, gelombang dan sebagainya. Sedangkan
yang termasuk jasa-jasa lingkungan kelautan adalah pariwisata dan
perhubungan laut.
2.3 Kawasan Konservasi

2.3.1 Defenisi Kawasan Konservasi Laut


Kawasan konservasi laut atau Marine Protected Area (MPA) merupakan
sebuah kawasan yang dinyatakan sebagai wilayah perairan termasuk flora,
fauna, corak budaya dan sejarah yang berkaitan, dilindungi secara hukum
maupun cara lain yang efektif, untuk melindungi sebagian atau
seluruh lingkungan di sekitarnya (Kelleher, 1999). Kawasan Konservasi Laut bisa
disebut juga dengan Kawasan konservasi Perairan. KKP merupakan istilah yang
digunakan dalam PP No. 60 tahun 2007, didefinisikan sebagai kawasan perairan
yang dilindungi, dikelola dengan sistem zonasi, untuk mewujudkan

7
pengelolaan sumber daya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan.

Menurut Anggoro (2006), tentang tujuan kawasan konservasi antara


lain :
1. Mewujudkan pengelolaan kawasan secara berkelanjutan.
2. Mengurangi ancaman kerusakan kawasan serta seluruh penghuninya dari
bencana alam.
3. Memelihara proses dan fungsi ekologis penting dengan sistem pendukung
kehidupan. Pengembangan sosial ekonomi masyarakat
 Pengawasan dan pengendalian
 Monitoring dan evaluasi
Berdasarkan Pedoman Penetapan Kawasan Konservasi Laut Daerah
(2003), Daerah Perlindungan Laut mempunyai tujuan :
a. Menyediakan sumber daya perikanan laut bagi masyarakat adat/lokal
untuk kegiatan pemanfaatan yang didasarkan pada praktik-praktik
pemanfaatan secara tradisional yang sesuai dengan prinsip-prinsip
kelestarian.
b. Melindungi produktivitas, keragaman genetik dan species ikan melalui
perlindungan habitat dan praktik penangkapan secara lestari oleh
masyarakat.
c. Mendorong praktik-praktik pemanfaatan sumber daya alam secara arif
dan bijaksana.
2.3.2 pengelolaan kawasan konservasi
Berdasarkan Pasal 2 Undang-undang No. 5 Tahun 1990 tujuan dari
kawasan konservasi adalah untuk mendapatkan bentuk penataan ruang dan
arah pengelolaan kawasan konservasi yang optimal sehingga dapat
meningkatkan fungsi dari kawasan lindung itu sendiri serta untuk mencegah
timbulnya kerusakan lingkungan.
Menurut Supriharyono (2007), peningkatan kesadaran masyarakat
ditujukan untuk meyakinkan kepada masyarakat pantai khususnya nelayan akan
manfaat jangka panjang dari perlindungan kawasan yaitu manfaat berkelanjutan
yang dihasilkan oleh usaha perlindungan kawasan. Oleh karena itu peran serta
masyarakat harus dilibatkan pada identifikasi, perancangan dan pelaksanaan
berbagai kemungkinan manfaat yang dapat diperoleh dari usaha perlindungan
kawasan konservasi.

8
Menurut Supriharyono (2007), peningkatan kesadaran masyarakat
ditujukan untuk meyakinkan kepada masyarakat pantai khususnya nelayan akan
manfaat jangka panjang dari perlindungan kawasan yaitu manfaat berkelanjutan
yang dihasilkan oleh usaha perlindungan kawasan. Oleh karena itu peran serta
masyarakat harus dilibatkan pada identifikasi, perancangan dan pelaksanaan
berbagai kemungkinan manfaat yang dapat diperoleh dari usaha perlindungan
kawasan konservasi.
Menurut Bengen (2002) agar supaya ekosistem dan sumberdaya dapat
berperan secara optimal dan berkelanjutan maka diperlukan upaya –upaya
perlindungan dari berbagai ancaman degradasi yang dapat ditimbulkan dari
berbagai aktivitas pemanfaatan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dalam konsep perencanaan tata ruang pesisir dan pulau-pulau kecil,
menurut Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor. 34 tahun 2002
(DKP, 2002), bahwa wilayah pesisir yang sangat dinamik tapi rentan terhadap
perubahan yang terjadi, harus dibagi ke dalam beberapa zonasi pengelolaan
yakni :
1. Zona Preservasi/Zona Inti
Merupakan area yang memiliki nilai konservasi tinggi yang sangat rentan
terhadap gangguan dari luar sehingga diupayakan intervensi manusia di
dalamnya seminimal mungkin. Dalam pengelolaannya, zona ini harus mendapat
perlindungan yang maksimum.
2. Zona Konservasi
Merupakan zona perlindungan yang di dalamnya terdapat satu atau lebih
zona inti. Zona ini dapat dimanfaatkan secara sangat terbatas, yang didasarkan
atas pengaturan yang ketat.
3. Zona Penyangga
Merupakan zona transisi antara zona konservasi dengan zona
pemanfaatan. Pada zona ini dapat diberlakukan pengaturan disinsetif bagi
pemanfaatan ruang.
4. Zona Pemanfaatan (Kawasan Budidaya)
Pemanfaatan zona ini secara intensif dapat dilakukan, namun
pertimbangan daya dukung lingkungan tetap merupakan persyaratan utama.
Pada zona ini terdapat juga area-area yang merupakan zona perlindungan
setempat.

9
5. Zona Tertentu Pada Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Merupakan kawasan khusus yang diperuntukkan terutama bagi kegiatan
pertahanan dan militer. Menurut Undang-undang No. 27 Tahun 2007 pasal 28
konservasi wilayah pesisir dan pulau – pulau kecil diselenggarakan untuk :
a. Menjaga kelestarian ekosistem pesisir dan pulau – pulau kecil
b. Melindungi alur migrasi ikan dan biota laut lain
c. melindungi habitat biota laut
d. Melindungi situs budaya tradisional.
Menurut Undang-undang No.26 Tahun 2007 pasal 1 ayat 21 tentang
Penataan Ruang, pengertian Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan
dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup
sumberdaya alam dan sumberdaya buatan. Kawasan yang termasuk dalam
kawasan lindung adalah kawasan hutan lindung, kawasan bergambut, kawasan
resapan air, sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau/waduk,
kawasan sekitar mata air, kawasan suaka alam, kawasan pantai berhutan bakau,
taman nasional, taman wisata alam dan kawasan rawan bencana alam.
Menurut Pasal 1 Undang-undang No.5 Tahun 1990 Tentang Konservasi
Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, definisi yang sering dipakai adalah:

1) Konservasi Sumber Daya Alam Hayati adalah pengelolaan sumberdaya


alam hayati yang pemanfaatannya dengan tetap memelihara dan
meningkatkan kualitas keanekaragaman serta nilainya.
2) Ekosistem Sumber Daya Alam Hayati adalah sistem hubungan timbal
balik antara berbagai komponen dalam alam, baik hayati maupun
non hayatiyang saling tergantung dan saling mempengaruhi.
3) Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai
ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk
tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya,
pariwisata dan rekreasi.
2.4 Pengelolaan Pariwisata Bahari

Menurut Gumelar S. Sastrayuda (2010) , Masyarakat pesisir adalah


masyarakat yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupannya di sepanjang hari
dengan kehidupan yang dihasilkan oleh laut. Laut adalah tempat dimana mereka
mengelola kehidupannya, Wisata bahari didasarkan pada pemandangan,
keunikan alam, karakteristik ekosistem, kekhasan seni budaya, dan karakteristik

10
masyarakat sebagai kekuatan dasar yang dimiliki pesisir dan lautan secara
langsung dan tidak langsung (Nurisyah 2001). Pengelolaan wisata bahari
memerlukan kemauan masyarakat untuk berpartisipasi dalam mengelola objek
wisata serta mendukung potensi yang dimiliki oleh wisata tersebut. Kekhasan
yang dimiliki wisata bahari dapat menjadi daya tarik dan objek wisata untuk
meningkatkan tujuan pembangunan wisata bahari. Oleh karena itu, untuk
mencapai keberhasilan mengelola wisata diperlukan pengelolaan wisata bahari
dengan memanfaatkan objek wisata dan potensi wisata yang ada ( Nabila Fitria
2018 ).
2.4.1 Konsep Pengembangan Wisata Bahari
mengembangkan kreativitas dan inovasi untuk mengoptimalkan potensi kelautan
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari mereka dalam berperan serta baik
dalam konservasi lingkungan, pemanfaatan lingkungan dan pengelolaan
lingkungan. Pemanfaatan secara optimal terhadap potensi kelautan, tidak berarti
melupakan faktor yang sangat penting bagi nilai pengembangan kawasan wisata
bahari yang berkelanjutan, yaitu upaya perbaikan terhadap kawasan yang rusak
dan keanekaragaman potensinya telah berkurang. Pengembangan kawasan
wisata bahari adalah satu bentuk pengelolaan kawasan wisata yang berupaya
untuk memberikan manfaat terutama bagi upaya perlindungan dan pelestarian
serta pemanfaatan potensi dan jasa lingkungan.
2.4.2 Pendekatan Pengembangan Wisata Bahari
a. Pengembangan kawasan wisata bahari lebih diarahkan dan dipergunakan
menuju upaya pengembangan kawasan wisata ramah lingkungan.
Pengembangan kawasan wisata bahari harus menghindari pencemaran dan
perusakan lingkungan hidup dan pemborosan sumber daya alam bahari

b. Pengembangan kawasan wisata bahari perlu mengetengahkan faktor


kewaspadaan terhadap dampak lingkungan menjadi sangat penting,
terutama dari kunjungan wisatawan yang tidak terkendali guna memelihara
keberlanjutan kualitas lingkungan hidup/sumber daya alam wisata tropika
khususnya dan menjamin pembangunan (ekonomi) berkelanjutan.

c. Analisis data potensi dan pemanfaatan sumber daya untuk


mengidentifikasikan nilai-nilai yang berpengaruh terhadap kelangsungan
pemeliharaan dan pengembangan sumber stakeholder cakupan identifikasi
tersedia dan maupun untuk budi daya perairan dan wisata.

11
III. METODE PRAKTIK

3.1 Waktu dan Tempat

Berdasarkan Kalender Akademik Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone


Semester Genap Tahun Akademik 2021/2022, pelaksanaan Praktik Kerja Akhir (
KPA) ini selama 3 bulan terhitung Februari – April 2022.

Praktik ini berlokasi di Pulau Kelapa Dua, Kelurahan Pulau Kelapa,


Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu,
yakni di wilayah kawasan konservasi Taman Nasional Kepulauan Seribu.

Gambar 1. Peta lokasi praktik

3.2 Prosedur Kerja


Sebelum pengambilan data sebaiknya terlebih dahulu melakukan
koordinasi ke instansi serta pengenalan mengenai lokasi praktik. Setelah itu
menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam pengambilan data.

12
3.2.1 Alat dan Bahan
Tabel 1. Alat dan Bahan

Alat dan Bahan Kegunaan


Alat tulis Mencatat hasil pengamatan
Android/HP Dokumentasi hasil pengamatan
Leptop/komputer Mengolah data
Kuisioner Mengumpulkan data

3.2.2 Metode Pengambilan Data


Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam praktik. Data yang dikumpulkan menggunakan metode observasi yaitu
terjun langsung ke lapangan melakukan pengamatan wawancara dan kuisioner
serta dokumentasi , Data yang didapat secara langsung dari jawaban responden
yang didapat dengan Hal ini karena tujuan utama dari praktik itu sendiri adalah
untuk memporoleh data. Adapun teknik pengambilan data selama mengikuti
kegiatan (KPA) antara lain:
1. Data primer
hasil jawaban pengisian kuesioner tentang analisis faktor permintaan .
a. Teknik observasi (Pengamatan)
Teknik ini dilakukan untuk mendapatkan data mengenai potensi
sumberdaya pesisir, sarana dan prasana yang ada, dan kehidupan sosial
ekonomi masyarakat setempat.
b. Teknik Interview (Wawancara)
Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data primer, maka
menggunakan teknik wawancara semi-terstruktur (semi structured
interview) yakni wawancara yang pelaksanaannya lebih bebas dan
mengunakan pertanyaan-pertanyaan terbuka yang dilakukan secara
porpursive dengan narasumber atau reponden yang dianggap paling
banyak mengetahui permasalahan yang di hadapi masyarakat pesisir
dalam pengelolaan kawasan konservasi laut yaitu nelayan, tokoh adat,
dan instansi terkait.
c. Kuesioner
Untuk mendapatkan data primer digunakan kuisiner sebagai alat untuk
mengukur.Respondenya adalah masyarakat pulau kelapa dua dan
wisatawan yang berkunjung di objek wisata Taman Nasional Kepulauan
Seribu. Adapun rincian jumlah responden adalah sebagai berikut :

13
1) 100 orang responden masyarakat pulau kelapa dua
2) 100 orang responden wisatawan yang berkunjung.
2.Data sekunder
Aspek umum yang diamati adalah profil Balai Taman Nasional Kepulauan
Seribu, profil Kelurahan Pulau Kelapa , khususnya Pulau Kelapa Dua,
letak, lokasi, struktur organisasi, ketenagakerjaan, dan data kegiatan
serta perkembangan yang telah dilaksanakan oleh pihak Balai Taman
Nasional Kepulauan Seribu itu sendiri.

3.3 Analisa Data

Data yang dianalisa adalah persepsi, partisipasi masyarakat dan tingkat


kepuasan wisatawan yang berkunjung di Pulau Kelapa Dua, Taman Nasional
Kelapa Dua.

3.3.1 Skala Pengukuran


Data yang diperoleh dari koesioner adalah data ordinal yang mengukur
tingkatan atau gradasi dari sangat positif sampai dengan sangat negative. Skala
yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial yaitu skala likert (Sugiyono, 2006).
a. Skor penilaian sikap
Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban dapat di beri skor
misalnya dalam table berikut :
Tabel 2. Skor Penilaian sikap (Mardijino, 2008).
Kategori partisipasi/persepsi Skor
Sangat setuju/sangat tahu/sangat positif 4
Setuju/tahu/positif 3
Tidak setuju/cukup tahu/tidak pernah/negatif 2
Sangat tidak setuju/tidak tahu/tidak pernah 1

b. Interpretasi skor perhitungan


Agar mendapatkan hasil interpretasi, terlebih dahulu harus mengetahui
skor maksimal (Y) dan skor minimal (x) untuk item penilaian dengan rumus
sebagai berikut:
𝑌 = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑙𝑖𝑘𝑒𝑟𝑡 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛

𝑋 = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ 𝑙𝑖𝑘𝑒𝑟𝑡 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛

14
c. Rumus index (%)

Total skor
𝐼𝑛𝑑𝑒𝑥 = Y
x 100 %

d. Rumus interval
Sebelum menyelesaikan perhitungan skala Likert, terlebih dahulu harus
mengetahui nilai interval (rentang jarak) dan interpretasi persen agar
mengetahui penilaian dengan metode mencari interval skor persen
(I).Berikut ini adalah rumus interval :

100
I=
Jumlah skor

Hasil dari rumus tersebut merupakan intervalnya jarak dari terendah 0%


hingga tertinggi 100%.Hasil yang di dapatkan adalah dengan jarak 25
interval, untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam table berikut ini :

Tabel 3. Klasifikasi tingkatan persentase


No. Interval Tingkatan
1 0% - 24,99% Rendah
2 25% - 49,99% Sedang
3 50% - 74,99% Tinggi
4 75% - 100% Sangat tinggi

Pendekatan pengambilan sampel berdasarkan Slovin dapat di rumuskan:


:
N
𝑛=
1 + Ne²
Dimana:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
E = Batas toleransi kesalahan (error tolerance).

15
3.3.2 variable Responden
1) Persepsi Masyarakat
Variabel yang di teliti adalah pengenalan atas konservasi laut daerah,
lokasi konservasi, jenis yang dikonsrvasi dan hal-hal yang berhubungan
dengan konservasi laut, serta persepsi masyarakat terhadap wisatawan
yang berkunjung di sekitar pemukiman masyarakat.
2) Partisipasi Masyarakat
Untuk mengetahui partisipasi masyarakat, variable yang di teliti berupa
partisipasi masyrakat dalam pelaksanaan kawasan konservasi laut
daerah baik dalam kegiatan fisik maupun non fisik.
3) Persepsi Wisatawan
Variabel yang di teliti adalah Persepsi wisartawan terhadap objek wisata
yang ada di Pulau Kelapa Dua, Taman Nasional Kepulauan Seribu.

16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi wilyah Pesisir Dan Kelautan Kepulauan Seribu

4.1.1 Letak Geografis


Secara administratif kawasan TNKpS berada dalam wilayah Kabupaten
Administrasi Kepulauan Seribu, terletak di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara,
tepatnya di tiga kelurahan yaitu Pulau Panggang, Pulau Kelapa, dan Pulau
Harapan. Secara geografis Taman Nasional ini terletak pada 5°24’ - 5°45’ LS,
106°25’ - 106°40’ BT' dan mencakup luas 107.489 ha (SK Menteri Kehutanan
Nomor 6310/Kpts-II/2002), yang terdiri dari wilayah perairan laut seluas
107.489.ha (22,65% dari luas perairan Kabupaten Administrasi Kepulauan
Seribu) dan 2 pulau (Pulau Penjaliran Barat dan Pulau Penjaliran Timur) seluas
39,50 ha. Dengan demikian, pulau-pulau lain (wilayah daratan) yang berjumlah
108 sesungguhnya tidak termasuk dalam kawasan TNKpS Pulau Seribu.

4.1.2 Kondisi Ekosistem Perairan


Di Teluk Jakarta terdapat berbagai habitat penting yang membentuk
suatu ekosistem, seperti estuaria, mangrove, lamun, dan karang. Kondisi yang
terjadi bahwa perairan Teluk Jakarta telah banyak mengalami tekanan
pencemaran dan di bagian utara (Kepulauan Seribu) dibatasi oleh Taman
Nasional Laut Kepulauan Seribu. Seperti halnya kondisi terumbu karang di dunia
khususnya Indonesia mengalami tingkat degradasi yang luar biasa. Demikian
juga terumbu karang di Kepulauan Seribu yang pernah jaya pada era tahun
1980, sejumlah penelitian menunjukkan bahwa memasuki dekade tahun 2000
terumbu karang di Kepulauan Seribu yang rusak mencapai 70% dan yang
kondisi baik hanya 10%.Upaya yang dilakukan untuk penanganan degradasi
terumbu karang yang telah terjadi, Pemerintah Kepulauan Seribu maupun dari
Taman Nasional Kepulauan Seribu Bersama –sama dengan masyarakat
melakukan terobosan melalui program transplantasi karang dengan melihat
keberhasilan program terumbu buatan yang terjadi di Hawai, Karibian dan
Philipina. Transplantasi karang di kepulauan Seribu dilakukan di kawasan area
perlindungan laut (DPL) dan sekitar kawasan pulau pemukiman.

Kerusakan habitat pada umumnya terjadi di Teluk Jakarta dengan


berkurangnya hutan mangrove, luasan padang lamun, dan adanya pengerukan

17
pasir laut serta cemaran logam berat. Hasil tangkapan ikan, udang dan rajungan
menurun drastis. Hutan Mangrove diduga tidak berkembang dengan baik karena
akarnya tertutupi oleh sampah-sampah plastik yang terdampar ketika kondisi air
surut. Sampah plastik disinyalir bersumber dari sungai-sungai yang bermuara di
Teluk Jakarta dan sekitarnya, (Jasmin et al., 2019). Sampah makroplastik
tersebut diduga juga berasosiasi dengan limbah organik dan anorganik yang
dilepaskan dari pemukiman dan wilayah perindustrian di sepanjang daerah aliran
sungai (DAS). Baik limbah organik dan anorganik, pada jangka waktu yang lama
disinyalir berdampak pula terhadap komunitas biota laut yang hidup di Teluk
Jakarta.

4.2. Gambaran Umum Kawasan Konservasi Laut

4.2.1 Taman Nasional Kepulauan Seribu


Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1990 tentang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, Peraturan Pemerintah
RI Nomor 68 tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan
Pelestarian Alam, dan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 6310/Kpts-II/2002
tanggal 13 Juni 2002 tentang Penetapan Kawasan Pelestarian Alam Perairan
Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu seluas 107.489 (Seratus tujuh empat
Ratus delapan puluh sembilan) hektar di Kabupaten Administrasi Kepulauan
Seribu Propinsi DKI Jakarta mengamanatkan beberapa ketentuan sebagai
berikut:

1. TNKpS ditetapkan karena memiliki keunikan dan keindahan alam laut dan
untuk melindungi penyu sisik, penyu hijau, kima raksasa dan biota laut langka
lainnya.
2. TNKpS memiliki ekosistem pesisir yang lengkap dan mewakili perairan laut
dangkal mulai dari ekosistem karang, lamun, mangrove dan pantai.
Direktur Jenderal PHKA Departemen Kehutanan telah menetapkan
zonasi TNKpS melalui SK Nomor: SK.05/IV-KK/2004 tanggal 27 Januari 2004
tentang Zonasi Pengelolaan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu,
mengamanatkan beberapa pengaturan zonasi pengelolaan Taman Nasional Laut
Kepulauan Seribu sebagai berikut:
1) Sesuai dengan kondisi dan fungsi sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya, serta tujuan pengelolaannya, kawasan Taman Nasional Laut

18
Kepulauan Seribu dibagi atas 4 (Empat) zona, yaitu: Zona Inti, Zona
Perlindungan, Zona Pemanfaatan Wisata dan Zona Pemukiman.
2) Kegiatan pemanfaatan dan pengelolaan pulau, yang berada dalam Taman
Nasional Laut Kepulauan Seribu, harus sesuai dengan pengaturan Zonasi
Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, yaitu : Zona Inti, Zona Perlindungan
Zona pemanfaatan wisata dan zona pemukiman.
3) Zona Inti Taman Nasional (4.449 hektar) adalah bagian kawasan taman
nasional yang mutlak dilindungi dan tidak diperbolehkan adanya perubahan
apapun oleh aktivitas manusia.
a. Zona Inti I (1.389 hektar) meliputi perairan sekitar Gosong Rengat dan
Karang Rengat pada posisi geografis 5⁰27’00” - 5⁰29’00” LS dan 106⁰36’00”
BT yang merupakan perlindungan Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata)
dan ekosistem Terumbu Karang.
b. Zona Inti II (2.490 hektar) meliputi perairan sekitar Pulau Penjalinan Barat
dan Penjalinan Timur dan Perairan sekitar Pulau Peteloran Timur,
Peteloran Barat, Buton dan Gososng Penjaliran, pada posisi 5⁰26’36” -
5⁰29’00” LS dan 106⁰36’00” BT yang merupakan perlindungan Penyu Sisik
(Eretmochelys imbricata), Ekosistem Terumbu Karang dan Ekosistem
Hutan Mangrove.
c. Zona Inti III (570 hektar) meliputi perairan sekitar Pulau Kayu Angin Bira,
Belanda dan Bagian utara Pulau Bira Besar, pada posisi 5⁰36’00” - 5⁰37’00”
LS dan 106⁰33’36” - 106⁰36’42” BT yang merupakan perlindungan Penyu
Sisik (Eretmochelys imbricata) dan Terumbu Karang. Pengelolaan dalam
zona inti hanya dapat dilakukan kegiatan sebagai berikut:
 Pendidikan, penelitian dan penunjang budidaya.
 Monitoring SDA hayati dan ekosistemnya.
 Membangun sarana prasarana untuk monitoring yang tidak merubah
bentang alam.
4). Zona Perlindungan Taman Nasional (26.284,50 hektar) adalah bagian
kawasan taman nasional yang berfungsi sebagai penyangga zona inti taman
nasional. Zona Perlindungan meliputi perairan sekitar Pulau Dua Barat, Dua
Timur, Jagung, Gosong Sebaru Besar, Rengit dan Karang Mayang pada
posisi geografis 5⁰24’00” - 5⁰30’00” LS dan 106⁰25’00” - 106⁰40’00” BT dan
daratan Pulau Penjaliran Barat dan Penjaliran Timur seluas 39,5 hektar.

19
Pengelolaan dalam zona perlindungan dapat dilakukan kegiatan sebagai
berikut:
 Pendidikan, penelitian, wisata terbatas dan penunjang budidaya
 Membangun sarana prasarana untuk kepentingan penelitian, pendidikan
dan wisata terbatas yang tidak merubah bentang alam.
 Pembinaan habita, pembinaan populasi dan pemanfaatan jasa
lingkungan.
 Pemanfaatan tradisonal.
5). Zona Pemanfaatan Wisata Taman Nasional (59.634,50 hektar) adalah bagian
kawasan taman nasional yang dijadikan sebagai pusat rekreasi dan
kunjungan wisata. Zona Pemanfaatan Wisata meliputi perairan sekitar Pulau
Nyamplung, Sebaru Besar, Sebaru Kecil, Lipan, Kapas, Bunder, Karang Baka,
Hantu Timur, Hantu Barat, Gosong Laga, Yu Barat/Besar, Yu Timur,
Satu/Saktu, Kelor Timur, Kelor Barat, Jukung, Semut Kecil, Cina, Semut
Besar, Sepa Timur/Kecil, Sepa Barat/Besar, Gosong Sepa, Melinjo, Melintang
Besar, Melintang Kecil, Perak, Kayu Angin Melintang, Kayu Angin Genteng,
Panjang, Kayu Angin Puti, Tongkeng, Petondan Barat/Pelangi, Putri
Kecil/Timur, Putri Barat/Besar, Putri Gundul, Macan Kecil, Macan
Besar/Matahari, Genteng Besar, Genteng Kecil, Bira Besar, Bira Kecil,
Kuburan Cina, Bulat, Karang Pilang, Karang Ketamba, Gosong Munggu,
Kotok Besar dan Kotok Kecil, pada posisi geografis 5⁰30’00” - 5⁰38’00” LS dan
106⁰25’00” - 106⁰33’00” BT. Pengelolaan dalam Zona Pemanfaatan Wisata,
dapat dilakukan kegiatan sebagai berikut:
 Pemanfaatan kawasan dan potensi dalam bentuk kegiatan penelitian,
pendidikan dan wisata alam/bahari.
 Pengusahaan wisata alam /bahari oleh dunia usaha.
 Penangkaran jenis untuk menunjang kegiatan penelitian, pendidikan, ilmu
pengetahuan dan restocking.
 Membangun sarpras pengelolaan, penelitian, pendidikan dan wisata
alam/bahari yang tidak merubah bentang alam.
 Pembinaan habitat, pembinaan populasi dan pemanfaatan jasa
lingkungan.
 Pemanfaatan tradisional.
6). Zona Pemukiman Taman Nasional (17.121 hektar) adalah bagian kawasan
taman nasional yang dijadikan sebagai pusat pemerintahan dan perumahan

20
penduduk/masyarakat. 17.121 hektar) adalah bagian kawasan taman nasional
yang dijadikan sebagai pusat pemerintahan dan perumahan
penduduk/masyarakat. Zona Pemukiman meliputi perairan sekitar Pulau
Pemagaran, Panjang Kecil, Panjang, Rakit Tiang, Kelapa, Harapan, Kaliage
Besar, Kaliage kecil, Semut, Opak Kecil, Opak Besar, Karang Bongkok,
Karang Congkak, Karang Pandan, Semak Daun, Layar, Sempit, Karya,
Panggang dan Pramuka pada posisi geografis 5⁰38’00” - 5⁰45’00” LS dan
106⁰33’00” - 106⁰40’00” BT. Pengelolaan dalam Zona Pemukiman dapat
dilakukan kegiatan sebagai berikut :
 Pemanfaatan kawasan dan potensi dalam bentuk kegiatan penelitian,
pendidikan dan wisata alam/bahari.
 Pengusahaan wisata alam/bahari oleh dunia usaha.
 Penangkaran jenis untuk menunjang kegiatan penelitian, pendidikan, ilmu
pengetahuan dan restocking.
 Membangun sarpras pengelolaan, penelitian, pendidikan dan wisata
alam/bahari, yang tidak merubah bentang alam.
 Pembinaan habitat dan pembinaan populasi serta pemanfaatan jasa
lingkungan.
 Pemanfaatan tradisional.
 Budidaya kelautan alami tradisional.

4.2.2 Kelurahan Pulau Kelapa


Kelurahan Pulau Kelapa merupakan gugusan pulau-pulau yang terdiri
dari gugusan pulau – pulau kecil sebanyak 36 pulau di peruntukkan untuk
pemukiman yaitu Pulau Kelapa dan Pulau Kelapa Dua, Pulau di Peruntukkan
untuk peristirahatan sisanya untuk PHU, Pariwisata, SPTN Wilayah 1, Eksploitasi
Minyak, Airtriep.

21
Pulau Kelapa te.rdiri dari 4 RW dan 28 RT, semuanya merupakan
pemukiman penduduk. Pulau Kelapa Dua terdiri dari 1 RW dan 3 RT.

Tabel 4. Luas wilayah Kelurahan Kelapa

No. RW Luas (Ha) Keteragan


1 1 3,35
2 2 2,43
3 3 3,83
4 4 3,48
5 5 1,90
Jumlah 14,99
Sumber : Data profil Kelurahan Kelapa
Penduduk Pulau Kelapa bermata pencarian sebagai nelayan, pedagang,
perkantoran dan persewaan dari pengembagan pariwisata berbasis masyarakat,
sedangkan untuk Pulau Kelapa Dua mayoritas penduduknya bermata
pencaharian sebagai nelayan.

Kelurahan Pulau Kelapa terdiri dari 2 Pulau berpenghuni, yaitu Pulau


Kelapa dan Pulau Kelapa Dua, di mana mayoritas penduduk lebih banyak tinggal
di Pulau Kelapa karena luas kawasan lebih luas dibandingkan dengan Pulau
Kelapa Dua, sedangkan Pulau Kelapa Dua, Jumlah penduduk relatif sedikit
karena luas kawasannya yang tidak sebesar Pulau Kelapa, namun yang unik dari
Pulau Kelapa Dua adalah mayoritas penduduknya adalah suku bugis, sebesar
98 % persen adalah keturunan suku bugis, sisanya adalah sunda dan jawa.

Tabel 5. Jumlah penduduk Kelurahan Pulau Kelapa

Jumlah
KK
No Nama Pulau Jumlah Penduduk Jumlah
Lk Pr Lk Pr
1 Pulau Kelapa 1643 257 1900 10232 3357 6.788
Pulau Kelapa
2 115 24 139 260 236 496
Dua
Jumlah 1758 281 2.039 3.628 3.596 7.278
Sumber : Profil Keluarahan Pulau Kelapa 2021
4.2.3 Pengelolaan Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan danKelautan
Kelurahan Pulau Kelapa

4.2.3.1 Sektor Perikanan Tangkap

Umumnya nelayan Kepulauan Seribu termasuk nelayan Pulau Kelapa


kebanyakan merupakan nelayan harian/pantai, artinya nelayan tersebut pergi

22
melaut sehari dan wilayah penangkapan hanya di wilayah Kepulauan Seribu. Hal
ini dilakukan karena beberapa alasan antara lain, keterbatasan modal yang
dimiliki, Keterbatasan ini membuat hasil yang didapat relative sedikit.

1. Kapal Motor Perahu


Armada transportasi laut, baik berupa kapal motor ataupun perahu
merupakan hal yang sangat vital bagi kegiatan nelayan dan petani di
Kelurahan Pulau Kelapa. Jenis sarana produksi yang umum adalah berupa
kapal motor(Pompong) dan perahu bermesin . Bagi nelayan, penggunaan
pompong/perahu motor lebih berfokus untuk mencari ikan kekawasan yang
lebih jauh dari pantai, sementara itu juga terdapat kapal sebagai sarana
transportasi penghubung antar pulau baik itu dengan tempuh dekat maupun
jauh.
Tabel 6. Jenis angkutan kapal Pulau Kelapa Dua

Tenaga
Jenis
No Mesin Jumlah Volume Keterangan
Angkutan
PK/GT
Reguler antar kota
Kapal 8 GT - 16 150
1 9 Muara : Angke -
Motor GT Orang
Kronjo (PP)
Antar Pulau : Pulau
20
2 Motor Ojek 3 GT 4 Kelapa - Kelapa
Orang
Dua
Sumber : Profil Kelurahan Pulau Kelapa 2021
2. Jenis Alat Tangkap Nelayan

Jenis alat tangkap yang dioperasikan oleh nelayan bervariasi sesuai


dengan musim dan jenis ikan yang ditangkap. Di kelurahan ini satu keluarga
nelayan rata-rata memiliki lebih dari satu jenis alat tangkap. Adapun rata-rata alat
tangkap yang digunakan oleh masyarakat Kelurahan Pulau Kelapa adalah
sebagai berikut :

a) Jaring Payang
Jaring paying (seine net) merupakan jaring permukaan (surface net) yang
secara khusus digunakan untuk menangkap ikan pelagis yang berada di
permukaan laut ( Subani & Barus, 1989 ). Jaring paying adalah alat tangkap
yang efektif untuk menangkap ikan pelagis, khususnya ikan tongkol (
Euthynus affinis) dan cakalang (Katsuwonus pelamis).

23
b) Pancing Ulur ( Hand Line)
Pancing ulur memiliki struktur serta cara operasi yang paling sederhana.
Struktur alat terdiri atas tali pancing (Lines), pancing (Hook), serta umpan
(Bait), ukuran mata pancing serta besarnya tali disesuaikan dengan besarnya
ikan yang menjadi tujuan penangkapan , jenis tali yang biasa digunakan
adalah tali monofilament dengan diamaeter yang beraneka ragam menurut
jenis ikan.

4.2.3.2 Sektor Budidaya Sumber Daya Laut

Perairan Kepulauan Seribu dianggap cukup potensial termasuk Pulau


Kelapa untuk pengembangan budidaya perikanan dan sumberdaya laut lainnya.
Budidaya merupakan usaha yang dianggap oleh masyarakat sebagai cara
menghasilkan tambahan pendapatan dan berkelanjutan. Adapun budidaya yang
dikembangkan di Pulau Kelapa Dua antara lain :
1. Budidaya Ikan Kerapu
Ikan kerapu merupakan komoditas akuakultur yang terkenal di Asia
seperti China, Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Komoditas ini
merupakan salah satu makanan laut premium dengan permintaan tinggi
di Asia. Saat ini usaha budidaya ikan kerapu telah berkembang hampir di
seluruh kepulauan nusantara. Perairan Pulau Kelapa Dua, Kabupaten
Administratif Kepulauan Seribu adalah salah satu wilayah yang memiliki
kontribusi dalam produksi ikan kerapu nasional. Usaha pembesaran ikan
kerapu di daerah ini telah dilakukan sejak tahun 2000-an hingga
sekarang. Terdapat 2 kelompok nelayan pembudidaya ikan (POKDAKAN)
yang di bina oleh Kementerian Kelautan Dan Perikanan dan
beranggotakan sekitar 20 orang nelayan pembudidaya sejak tahun 2013.
Jenis ikan kerapu yang dibudidayakan adalah jenis kerapu macan, dan
dua jenis kerapu hybrid (hasil persilangan) yakni kerapu cantang dan
kerapu cantik dengan sistem budidaya keramba jaring apung .

24
Gambar 2. Tambak ikan Pulau Kelapa Dua

2. Budidaya Ikan Bawal


Budidaya ikan bawal merupakan salah satu ikan yang di budidayakan di
Pulau Kelapa 2, contohnya pada PT. Lucky Samudra Pratama yang
memberdayakan masyarakat sekitar dengan melibatkan dalam kegiatan
budidaya tersebut. Ikan yang dibudidayakan adalah ikan Marukoban
(Bawal Jepang) dan Ikan Bawal Putih. Ikan – ikan tersebut di pelihara
dari bibit hingga dewasa atau hingga siap untuk dipanen. Setelah
dipanen, ikan di olah untuk didistribusikan ke pasar lokal dan sebagian
besar untuk di ekspor ke Jepang.

4.2.3.3 Sektor Pariwisata Bahari

Selain memiliki fungsi sebagai kawasan konservasi, Kepulauan Seribu,


khususnya Pulau Kelapa Dua juga berfungsi sebagai kawasan pariwisata,
selama ini sector pariwisata member sumbangan yang tidak sedikit bagi
perkembangan Kepulauan Seribu. Wisata bahari adalah seluruh kegiatan yang
bersifat rekreasi yang aktifitasnya dilakukan pada media kelautan atau bahari
dan meliputi daerah pantai, pulau-pulau sekitarnya, serta kawasan lautan dalam
pengertian pada permukaannya, dalamnya ataupun pada dasarnya termasuk di
dalamnya taman laut (Dirjen Pariwisata, 1979).
Untuk di Pulau Kelapa Dua, terdapat beberapa objek wisata bahari yang
di kelolah oleh Balai Taman Naional Laut Kepulauan Seribu Wilayah I, setiap
minggunya dikunjungi oleh banyak wisatawan baik itu wisatawan domestic
maupun mancanegara, adapun beberapa objek wisata yang bisa di nikmati
antara lain :

25
a. Pelestarian Penyu / Penangkaran Penyu

Gambar 3. Penangkaran penyu

b. Tracking Mangrove

Gambar 4. Tracking mangrove

c. Naik Kano

Gambar 5. Wahana kano

26
d. Snorkling dan Diving

Gambar 6. Wisata snorkeling dan diving

Para pengunjung Kepulauan Seribu biasanya akan tinggal selama akhir


pekan atau saat hari liburan lainnya, pengunjung akhir pekan biasaya datang
pada hari sabtu pagi dan pulang hari minggu sore dengan angkutan yang biasa
disediakan oleh resort atau travel wisata tersesbut.

Dengan adanya pariwasata tersebut tentu mendatangkan keuntungan


bagi masyarakat sekitar di Kelurahan Pulau Kelapa, khususnya warga Pulau
Kelapa Dua, peran Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu juga
memberdayakan masyarakat sekitar daerah pariwisata, dengan melibatkan
masyarakat dalam pengelolaan pariwisata, pemberdayaan ini sangat bermanfaat
bagi masyarakat di karenakan masyarakat dapat memperoleh penghasilan
tambahan maupun pekerjaan, antara lain :
 Menjual makanan dan minuman di sekitar objek wisata
 Ojek motor perahu sebagai sarana transportasi masyarakat
 Homestay atau penginapan
 Penjualan souvenir
4.2.4 Pengelolaan Air, Listrik dan Limbah
Sebagai daerah kepulauan kecil tentu masalah pengelolaan air, listrik
dan limbah menjadi permasalahan besar, dikarenakan daerah yang tidak mudah
di jangkau oleh beberapa fasilitas pendukung. Berikut adalah sistem pengelolaan
air dan sampah di Pulau Kelapa Dua .

4.2.4.1 Sistem pengelolaan air Pulau Kelapa Dua

Untuk mendapatkan air tawar/bersih, masyarakat mengandalkan air yang


dikelolah oleh Dinas Daya Air (SDA) Provinsi DKI Jakarta, di karenakan sumber
air Pulau Kelapa Dua dalam tanah masih asin, tidak seperti pulau lainnya yakni
Pulau Pramuka dan Pulau Sabira yang mempuyai sumber air melalui sumur.

27
Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta membuat pelayanan air bersih
dengan membangun instalasi Pengolahan Air berteknologi Sea Water Reverse
Osmosis (SWRO), Teknologi SWRO tersebut mampu mengubah air laut menjadi
air tawar. Sehingga dipandang dapat menjamin ketersediaan air tawar untuk
warga di Kepulauan Seribu. Pengelolaan air bersih ini juga dikelolah oleh Badan
Usaha Milik DKI Jakarta, PT Perusahaan Air Minum Jakarta Raya (PAM JAYA)
Perseroda.

Gambar 7. SWRO Pulau Kelapa Dua

4.2.4.2 sistem pengelolaan listrik Pulau Kelapa Dua

Untuk masyarakat Pulau Kelapa Dua sudah dapat menikmati aliran listrik
dari PLN, PT PLN (Persero) melalui PLN Unit Induk Distribusi Jakarta Raya (UID
Disjaya) memperkuat kehandalan pasokan listrik Kepulauan Seribu. Upaya yang
dilakukan adalah menyambungkan Kabel Laut Circuit II dari Tanjung Pasir
Tangerang ke Pulau Untung Jawa.
Selain membentangkan Kabel Laut Circuit II, demi memperkuat sistem
ketenagalistrikan di kawasan wisata Kepulauan Seribu, PLN juga melakukan
revitalisasi aset-aset yang dimiliki PLN di Kepualauan Seribu, seperti revitalisasi
Gardu Hubung Tanjung Pasir, Gardu Pulau Tidung Besar, Gardu Pulau
Pramuka, Gardu Pulau Panggang dan Gardu Pulau Untung Jawa agar pasokan
listrik yang dialirkan melalui Kabel Laut Circuit II tersebut tetap andal sampai ke
pelanggan.

28
Gambar 8. Sistem aliran listrik Pulau Kelapa Dua

4.2.4.3 Sistem Pengelolaan limbah

Sistem pengelolaan limbah di Pulau Kelapa Dua terdiri dari 2 bagian yaitu
sistem pengelolaan air limbah dan limbah sampah.
1. Pengelolaan air limbah
Pengelolaan air limbah dikelolah oleh Dinas Sumber Daya Air (SDA),
melalui Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPALD), adapun pengelolaan
limbah yang dilakukan antara lain:
 Tinja
 Kotoran sisa makanan
 Bekas air limbah

Gambar 9. Sistem pengolahan limbah air

Limbah air masyarakat di salurkan ke bak penampungan


kemudian di olah melalui teknologi pengolah limbah, setelah di olah
kemudian limbah air tersebut di lakukan pengetesan terhadap bak air

29
yang berisi ikan, jika ikan tersebut mati, maka air tersebut masih
tercemar, jika ikan masih tetap hidup maka air limbah tersebut berhasil
diolah menjadi tidak tercemar, jika limbah air sudah di nyatakan tidak
tercemar maka langsung di salurkan ke laut, sedangkan yang masih
tercemar akan kembali di olah menjadi pupuk.
Pengelolaan limbah air juga didukung oleh adanya PKLG dari
Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta yang bertugas menangani serapan-
serapan air ataupu gorong-gorong.
2. Pengelolaan Sampah masyarakat
Pengelolaan sampah masyarakat di kelolah oleh Suku Dinas Lingkungan
Hidup (SDLH), mereka bertugas untuk membersihkan dan mengolah
sampah yang terbagi menjadi 3 bagian antara lain:
a). petugas khusus bagian pembersihan sampah pantai/laut

Gambar 10. Petugas pembersih pantai


b). Petugas khusus bagian pembersihan pemukiman penduduk

Gambar 11. Petugas pembersih pemukiman penduduk

c). Petugas khusus bagian pengambilan dan penguburan sampah organik


atau sampah bekas sisa makanan/sayuran.

30
Gambar 12. Petugas penguburan sampah
Sampah-sampah tersebut dikelolah dengan baik dengan memisahkan
antara sampah organik dan anorgonik. Sampah anorganik dikumpul ke
bank sampah yang telah di sedikan oleh KLKH kemudian nantinya akan
di jual, sedangkan untuk sampah organik diolah menjadi kompos tanam
yang berasal dari sisa makanan dan sampah yang tidak bisa di olah
(Residu) akan di bawa ke tempat pembuangan sampah di luar Pulau.

4.3 Persepsi Masyarakat Terhadap Kawasan Konservasi

Hasil tanggapan masyarakat yang disampaikan melalui jawaban dari


pertanyaan terstruktur dalam kusiener dengan mengambil sebanyak 100 orang
responden.

4.3.1 Persepsi Masyarakat Terhadap Menilai Kondisi Terumbu Karang


(Bagaimana anda menilai kondisi terumbu karang di sekitar
kampung pulau anda ?)

Hasil jawaban yang dihimpun seputar persepsi masyarakat tentang


kawasan konservasi laut, pada sub pertanyaan kondisi terumbu karang tersaji
dalam diagram berikut.

31
Persepsi Terhadap Menilai Kondisi Terumbu karang

20%
Sangat Baik
Baik
Rusak
Sangat Rusak
80%

Gambar 13. Diagram Tingkat Persepsi Masyarakat Terhadap Menilai Kondisi Terumbu
Karang
Keterangan :
skore 4, kondisi terumbu karang sangat baik
skore 3, kondisi terumbu karang baik
skore 2, kondisi terumbu karang rusak
skore 1, kondisi terumbu karang sangat rusak
Sebanyak 80% masyarakat Pulau Kelapa Dua secara umum menyatakan
persepsi bahwa kondisi terumbu karang di daerah konsevasi adalah baik dan
sebanyak 20 % menyatakan prespsi bahwa kondisi terumbu karang rusak.

4.3.2 Persepsi Masyarakat Terhadap Kondisi Mangrove (Bagaimana anda


menilai kondisi mangrove di sekitar pulau anda)

Hasil jawaban Kerusakan terumbu karang umumnya di sebabkan oleh


kegiatan perikanan yang bersifat destruktif, yaitu penggunaan bahan-bahan
peledak, bahan beracun sianida dan aktivitas penambangan karang untuk bahan
bangunan, penambatan jangkar perahu/kapal serta akibat sedimentasi, sebagian
juga dapat terjadi secara alami , yaitu pengaruh iklim global serta rusak akibat
penggunaan jaring pukat harimau (Trawl).
yang dihimpun seputar persepsi masyarakat tentang kawasan konservasi laut,
pada sub pertanyaan kondisi terumbu karang tersaji dalam diagram berikut.

32
Persepsi Terhadap Kondisi Mangrove

30% Sangat Baik


Baik
Rusak
Sangat Rusak
70%

Gambar 14. Diagram Tingkat Persepsi masyarakat terhadap kondisi mangrove

Keterangan :
skore 4, kondisi mangrove sangat baik
skore 3, kondisi mangrove baik
skore 2, kondisi mangrove rusak
skore 1, kondisi mangrove sangat rusak
70 % masyarakat menyatakan persepsi bahwa kondisi mangrove di Pulau
Kelapa Dua sangat baik, hal ini di buktikan dengan banyak mangrove yang
berada di kawasan tersebut yang di dukung oleh organisasi lingkungan setempat
dan pihak Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu serta dengan dukungan
masyarakat sekitar dibuktikan dengan keikutseraan masyarakat dalam
penanaman mangrove dan penjagaan ekosistem tersebut, sedangkan sebanyak
30% menjawab kondisi mangrove baik.

4.3.3 Persepsi Masyarakat Tentang Daerah Konservasi Laut (Apakah anda


mengetahui daerah konservasi laut ?)

Hasil jawaban yang dihimpun seputar persepsi masyarakat tentang


kawasan konservasi laut, pada sub pertanyaan kondisi tentang pengetahuan
dan keberadaan daerah perlindungan laut tersaji dalam diagram berikut.

33
Persepsi Tentang Daerah Konservasi Laut

20%
Sangat Tahu
Tahu
Cukup Tahu
Tidak Tahu
80%

Gambar 15. Diagram Tingkat Persepsi masyarakat tentang daerah konservasi Laut
(DPL)

Keterangan :
skore 4, persepsi masyarakat sangat tahu tentang DPL
skore 3, persepsi masyarakat tahu tentang DPL
skore 2, persepsi masyarakat cukup tahu tentang DPL
skore 1, persepsi masyarakat tidak tahu tentang DPL
Sebesar 80% responden sangat mengetahui keberdaan daerah
perlindungan laut yang berada di kawasan Pulau Kelapa Dua, Balai Taman
Nasional Kepulauan Seribu, sedangkan ada 20% responden yang menjawab
cukup tahu tentang keberadaan daerah perlindungan laut, hal ini terjadi
dikarenakan adanya sosialisasi oleh pihak terkait mengenai batasan daerah
pengambilan sumberdaya laut dan sebagainya.

4.3.4 Prespsi Masyarakat Tentang Manfaat Daerah Perlindungan Laut


(Menurut anda apakah daerah konservasi laut tersebut bermanfaat
bagi nelayan?)

Hasil jawaban yang dihimpun seputar persepsi masyarakat tentang


kawasan konservasi laut, pada sub pertanyaan tentang manfaat daerah
perlindungan laut tersaji dalam diagram berikut.

34
Persepsi Tentang Manfaat Daerah Perlindungan Laut

20%
Sangat Bermanfaat
Bermanfaat
Cukup Bermanfaat
Tidak Bermanfaat
80%

Gambar 16. Diagram Tingkat Prespsi masyarakat tentang manfaat daerah perlindungan
Laut (DPL)

Keterangan :
skore 4, sangat bermanfaat
skore 3, bermanfaat
skore 2,cukup bermanfaat
skore 1, tidak bermanfaat
80 % responden menyatakan bahwa daerah perlindungan laut yang
berada di kawasan Kepulauan Seribu sangat bermanfaat dalam melindungi
sumberdaya perikanan.

4.3.5 Persepsi Masyarakat Mengenai Sanksi Daerah Perlindungan Laut


(Apakah anda mengetahui sanksi yang diberikan kepada masyarakat
jika ada yang melanggar)

Hasil jawaban yang dihimpun seputar persepsi masyarakat tentang


kawasan konservasi laut, pada sub pertanyaan tentang sanksi di daerah
perlindungan laut tersaji dalam diagram berikut.

35
Persepsi Mengenai Sanksi Daerah Perlindungan Laut

20%
Sangat Mengetahui
Mengetahui
10%
Cukup Mengetahui
Tidak Mengetahui
70%

Gambar 17. Diagram Tingkat Persepsi masyarakat mengenai sanksi daerah


perlindungan laut.
Keterangan :
skore 4, sangat mengetahui
skore 3, mengetahui
skore 2,cukup mengetahui
skore 1, tidak mengetahui
Sebesar 70 % responden sangat mengetahui sanksi di derah
perlindungan laut, hal ini dikarenakan adanya sosialisasi dari instansi terkait baik
itu lewat penyuluhan maupun pamflet pengumuman yang di pasang di kawasan
tersebut.

4.3.6 Persepsi Masyarakat Mengenai Keberadaan Daerah Perlindungan Laut


Perlu di Pertahankan (Menurut anda apakah daerah konservasi laut
perlu dipertahankan atau dilestarikan ?)

Hasil jawaban yang dihimpun seputar persepsi masyarakat tentang


kawasan konservasi laut, pada sub pertanyaan tentang keberadaan di daerah
perlindungan laut perlu dipertahankan tersaji dalam diagram berikut.

36
Persepsi Mengeanai Keberadaan Daerah
Perlindungan Laut Perlu Di Pertahankan

Sangat Perlu
Perlu
100%
Cukup Perlu
Tidak Perlu

Gambar 18. Diagram Tingkat Persepsi Masyarakat Mengenai Keberadaan DPL Perlu di
Pertahankan

Keterangan :
skore 4, sangat perlu
skore 3, perlu
skore 2,cukup perlu
skore 1, tidak perlu
sebesar 100 % responden menjawab bahwa keberadaan daerah
perlindungan laut sangat perlu di pertahankan, artinya keberadaannya dapat
dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, khususnya bagi yang bekerja sebagai
nelayan.

4.4 Partisipasi Masyarakat Terhadap Kawasan Konservasi Laut Daerah

Kategori partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan konservasi laut dan


daratan diwilayah Kepulauan Seribu khususnya Pulau Kelapa Dua di bagi dalam
4 kategori, yaitu yang berpartisipasi sangat aktif dengan skor 4, berpartisipasi
aktif dengan skor 3, berpatisipasi sedang dengan skor 2, dan tidak berpartisipasi
dengan skor 1.

4.4.1 Partisipasi Masyarakat Mengenai Pemanfaatan Mangrove (Apa yang


anda lakukan dalam pemanfaatan mangrove?)

Hasil jawaban yang dihimpun dari pertanyaan seputar partisipasi


masyarakat dalam pengelolaan kawasan konservasi laut daerah, pada sub

37
pertanyaan tentang partisipasi masyarakat mengenai pemanfaatan mangrove
tersaji pada diagram berikut.

Partisipasi Mengenai Pemanfaatan Mangrove


80%
70%
70%
Persentase (%)

60%
50%
40%
30%
30%
20%
10%
0% 0%
0%
Menanam Tidak Mengambil Mengambil
Menebang Secara Secara Tidak
Beraturan Beraturan
Gambar 19. Grafik Tingkat Partisipasi Masyarakat Mengenai Pemanfaatan Mangrove

Keterangan :
skore 4, menanam
skore 3, tidak menebang
skore 2, mengambil secara beraturan
skore 1, mengambil secara tidak berturan
70 % responden menyatakan bahwa mereka pernah dilibatkan dalam
penanaman/menjaga mangrove di Pulau Kelapa Dua, responden secara umum
mengetahui keberadaan mangrove sebagai habitat penting biota laut,
dikarenakan adanya sosialisasi dari pihak terkait khususnya dari Balai Taman
Nasional Kepulauan Seribu dan organisasi konservasi setempat, salah satunya
adalah Sentra Penyuluhan Kehutanan Dan Pedesaan (SPKP) Bintang Laut yang
juga merupakan binaan dari Taman Nasional Kepulauan Seribu.

4.4.2 Partisipasi Terhadap Eksploitasi Terumbu Karang (Apakah anda


melakukan kegiatan eksploitasi terumbu karang?)

Hasil jawaban yang dihimpun dari pertanyaan seputar partisipasi


masyarakat dalam pengelolaan kawasan konservasi laut daerah, pada sub
pertanyaan tentang partisipasi masyarakat mengenai pemanfaatan terumbu
karang tersaji pada diagram berikut.

38
Partisipasi Terhadap Eksploitasi Terumbu
Karang
100% 90%

Persentase (%)
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20% 4% 6%
10% 0%
0%
Mengambil/Mengg

Pemasangan Bubu

Mengambil Karang

Mengambil Karang
Untuk Kegiatan
Pembangunan
anggu Karang

Menggunakan
Karang Untuk

Sebagian
Kegiatan
Tidak

Gambar 20. Grafik Tingkat Partisipasi terhadap eksploitasi terumbu karang


Keterangan :
skore 4, tidak mengambil/mengganggu karang
skore 3, menggunakan karang untuk kegiatan pemasangan bubu
skore 2, mengambil karang sebagian
skore 1, mengambil karang untuk kegiatan pembangunan
Sebanyak 90 % responden berperan dalam melestarikan terumbu karang
yang berada di kawasan Kepulauan Seribu dengan tidak mengambil karang,
namun masih ada 4 % responden yang mengambil karang dan 6 % yang
menyatakan mengambil karang untuk keperluan pembangunan.

4.4.3 Partisipasi Masyarakat Dalam Penanaman Mangrove (Apakah


keterlibatan anda dalam mengikuti kegiatan penanaman mangrove?)

Hasil jawaban yang dihimpun dari pertanyaan seputar partisipasi


masyarakat dalam pengelolaan kawasan konservasi laut daerah, pada sub
pertanyaan tentang partisipasi masyarakat mengenai Partisipasi Masyarakat
dalam penanaman mangrove tersaji pada Diagram berikut.

39
Partisipasi Dalam Penanaman Mangrove
80%
70%
70%
60%
Persentase (%)

50%
40%
30%
20%
20%
10%
10%
0%
0%
Sangat Aktif Aktif Kurang Aktif Tidak Aktif

Gambar 21. Grafik Tingkat Partisipasi masyarakat dalam penanaman mangrove

Keterangan :
skore 4, masyarakat berpartisipasi sangat aktif
skore 3, masyarakat berpatisipasi aktif
skore 2, masyarakat berpartisipasi kurang aktif
skore 1, masyarakat berpartisipasi tidak aktif
Sebesar 20 % responden berpartisipasi aktif dalam penanaman
mangrove, responden ini umumnya adalah anggota penggerak konservasi di
wilayah tersebut, sedangkan terdapat 70% responden kurang aktif dalam dalam
penanaman mangrove dan 10 % yang tidak aktif, hal ini di karenakan kawasan
untuk penanaman mangrove di kawasan tersebut kurang luas atau tidak
memungkinkan.

4.4.4 Partisipasi Masyarakat Dalam Melestarikan Mangrove (Dalam kurun


waktu satu tahun berapa kali anda melakukan penebangan bakau)

Hasil jawaban yang dihimpun dari pertanyaan seputar partisipasi


masyarakat dalam pengelolaan kawasan konservasi laut daerah, pada sub
pertanyaan tentang partisipasi masyarakat mengenai Partisipasi Masyarakat
dalam pelestarian mangrove tersaji pada diagram berikut.

40
Partisipasi Masyarakat Dalam Melestarikan
Mangrove
120%
100%
100%
Persentase (%)

80%

60%

40%

20%
0% 0% 0%
0%
Sangat Aktif Aktif Kurang Aktif Tidak Aktif

Gambar 22. Grafik Tingkat Partisipasi masyarakat dalam melestarikan mangrove

Keterangan :
skore 4, masyarakat berpartisipasi sangat aktif
skore 3, masyarakat berpatisipasi aktif
skore 2, masyarakat berpartisipasi kurang aktif
skore 1, masyarakat berpartisipasi tidak aktif
sebanyak 100 % responden berpartisipasi aktif dalam menjaga
pelestarian mangrove dengan kegiatan tidak menebang mangrove, hal ini karena
masyarakat menyadari arti penting kawasan mangrove sebagai penahan erosi,
tempat perlindungan dan perkembangbiakan ikan serta sebagai sarana wisata
bagi masyarakat .

4.4.5 Partisipasi Masyarakat Dalam Destruktive Fishing


Hasil jawaban yang dihimpun dari pertanyaan seputar partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan kawasan konservasi laut daerah, pada sub
pertanyaan tentang partisipasi masyarakat mengenai Partisipasi Masyarakat
dalam Destruktive Fishing tersaji pada tabel berikut.

41
Partisipasi Masyarakat Dalam Destruktive
Fishing
120%
100%
Persentase (%) 100%

80%

60%

40%

20%
0% 0% 0%
0%
Dengan alat Dengan Trawl Dengan Racun Dengan Bom
tangkap Ramah
Lingkungan
Gambar 23. Grafik Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Destruktive Fishing

Keterangan :
skore 4, menangkap ikan dengan alat tangkap ramah lingkungan
skore 3, menangkap ikan dengan trawl
skore 2, menangkap ikan dengan racun
skore 1, menangkap ikan dengan bom
100 % responden berpartisipasi sangat aktif dalam menjaga pelestarian
wilayah KKLD dengan bentuk kegiatan tidak sama sekali melakukan
penangkapan ikan di wilayah ini dengan trawl, racun dan bom, masyarakat
sudah meninggalkan cara penangkapan ikan seperti itu di karenakan
masyarakatsudah cukup menyadari kawasan KKLD sebagai ekosistem yang
perlu dijaga karena memberikan manfaat dalam kelestarian sumberdata ikan.

4.4.6. Partisipasi Masyarakat Dalam Musyawarah Pokwasmas


Hasil jawaban yang dihimpun dari pertanyaan seputar partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan kawasan konservasi laut daerah, pada sub
pertanyaan tentang partisipasi masyarakat mengenai partisipasi masyarakat dalam
musyawah pokwasmas tersaji pada tabel berikut.

42
Partisipasi Dalam Musyawarah Pokwasmas
45%
40%
40%
35%
Persentase (%) 35%
30%
25%
20%
14%
15% 11%
10%
5%
0%
Sangat sering Sering Tidak sering Tidak pernag
sama sekali

Gambar 24. Grafik Tingakat Partisipasi Masyarakat Dalam Musyawarah


Pokmaswas
Keterangan :
skore 4, masyarakat berpartisipasi sangat aktif
skore 3, masyarakat berpatisipasi aktif
skore 2, masyarakat berpartisipasi kurang aktif
skore 1, masyarakat berpartisipasi tidak aktif

Berdasarkan grafik diatas, tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan


musyawarah 40% responden berpartisipasi aktif, dan sebesar 35% responden tidak
berpartisipasi aktif hal ini karena pengelolaan KKLD sudah dibentuk kepengerusan
POKWASMAS, sehingga peran hanya masyarakat yang masukdalamkepengurusan yang
berperan aktif dalam musyawarah kelompok pengawasan.

4.5 Persepsi Masyarakat Terhadap Pengelolaan Kawasan Pariwisata

4.5.1 Dukungan Masyarakat


Hasil jawaban yang dihimpun dari pertanyaan seputar partisipasi
masyarakat terhadap pengelolaan kawasan pariwisata, pada sub pertanyaan
tentang dukungan masyarakat tersaji pada tabel berikut.

43
Tabel 7. PersepsiTerhadap Dukungan Masyarakat terhadap pengelolaan kawasan
pariwisata

Jumlah Responden
No. Pertanyaan Sangat kurang Tidak
setuju
setuju setuju setuju Presentase
1 Masyarakat perlu
mendukung
inisiatif
100 100%
pengelolaan
pariwisata
berkelanjutan ?
2 Masyarakat perlu
berpartisipasi
dalam
perencanaan
100 100%
terkait
pembangunan
pariwisata
berkelanjutan ?
3 Masyarakat perlu
bekerjasam dan
terlibat dengan
pihak-pihak
terkait dalam
pengembangan 100 100%
dan pengelolaan
wisata Taman
Nasional
Kepulauan
Seribu?
4 Masyarakat perlu
terlibat dalam
kegiatan-kegiatan
yang berkaitan
dengan upaya 100 100%
konservasi
lingkungan objek
wisata maupun
sekitarnya ?

44
4.5.2 Persepsi Penyediaan Usaha Lokal Pada Sektor Pariwisata
Hasil jawaban yang dihimpun dari pertanyaan seputar partisipasi
masyarakat terhadap pengelolaan kawasan pariwisata, pada sub pertanyaan
tentang penyediaan usaha lokal pada sektor pariwisata tersaji pada tabel berikut.
Tabel 8. Persepsi Penyediaan Usaha Lokal Pada Sektor Pariwisata

Jumlah Responden
No. Pertanyaan Presentase
Ada Tidak ada
1 Keberadaan objek
wisata ini telah
meningkatkan 100 100%
kesempatan kerja ?
2 Keberadaan objek
wisata Taman
Nasional
Kepulauan Seribu
meningkatkan 100 100%
peluang usaha
untuk penduduk
setempat maupun
pengusaha kecil ?
3 Ada peningkatan
keterampilan
masyarakat lokal 100 100%
terkait aktifitas
wisata ?

4.5.3 Persepsi Perolehan Manfaat/ Pengaruh Pada Kegiatan Pariwisata


Hasil jawaban yang dihimpun dari pertanyaan seputar partisipasi
masyarakat terhadap pengelolaan kawasan pariwisata, pada sub pertanyaan
tentang perolehan manfaat/pengaruh pada kegiatan pariwisata tersaji pada tabel
berikut.

45
Tabel 9. Persepsi Perolehan Manfaat/ Pengaruh Pada Kegiatan Pariwisata

Jumlah Responden
No. Pertanyaan Presentase
Ada Tidak ada
1 Kegiatan wisata
Taman Nasional
Kepulauan Seribu
telah meningkatkan 100 100%
nilai jual barang dan
jasa yang dihasilkan
masyarakat ?
2 Apakah ada
peningkatan
kehidupan
perekonomian
dalam rumah
100 100%
tangga Bapak/Ibu
dengan adanya
objek wisata Taman
Nasional Kepulauan
Seribu ?
3 Apakah keberadaan
pengunjung
memberikan 100 100%
keuntungan
ekonomi ?

Sebesar 100 % dari 100 reponden, masyarakat Pulau Kelapa Dua


umumnya merasakan manfaat dari adanya pariwisata di daerah mereka,
pariwisata umumnya menciptakan pengaruh yang besar bagi masyrakat,
khususnya kepada ekonomi, dengan adanya pariwisata akan mendatangkan
banyak orang atau disebut juga dengan pengunjung yang mengunjungi tempat
wisata tersebut, masyarakat memanfaatkan kesempatan tersebut dengan
berdagang, membuka penginapan, usaha catering dan sebagainya, masyrakat di
bina untuk bisa memanfaatkan peluang yang ada, untuk Pulau Kelapa Dua
sendiri terdapat beberapa instansi atau organisasi yang memberdayakan
masyarakat lewat pelatihan UMKM, seperti pelatihan pembuatan olahan seafood
dan sebagainya.

4.6 Persepsi Wistawan Terhadap Pariwisata Kepulauan Seribu Pulau Kelapa


Dua

Persepsi pengunjung adalah penilaian atau pandangan pengunjung


terhadap sesuatu. Suatu objek wisata harus meningkatkan kualitas objek
menjadi lebih baik guna mendapat persepsi positif. Persepsi dalam dunia

46
pariwisata merupakan pendapat atau cara pandang pengunjung maupun
wisatawan dalam memahami suatu destinasi wisata. Dalam industri pariwisata
setiap wisatawan memiliki kepribadian masing-masing sehingga melihat
fenomena yang ada mereka memiliki persepsi masing-masing.
Persepsi wisatawan merupakan salah satu hal yang penting dalam
pengembangan suatu destinasi pariwisata. Mengenai apa yang diminati, diingini,
dan diharapkan oleh pengunjung ke suatu destinasi menjadi amat penting artinya
dalam kaitan dengan pemasaran objek wisata (Warpani, 2007).

4.6.1 Persepsi Daya Tarik Lingkungan


Hasil jawaban yang dihimpun dari pertanyaan seputar prespsi wisatawan
terhadap pariwisata di Kepulauan Seribu, Pulau Kela Dua pada sub pertanyaan
tentang Daya Tarik wisata tersaji pada tabel berikut.
Tabel 10. Persepsi Daya Tarik Lingkungan

Sangat Cukup Tidak


Daya Tarik Wisata Menarik
Menarik Menarik Menarik
pemandangan alam 95% 5% 0% 0%
Mangrove 73% 20% 7% 0%
Terumbu Karang 5% 70% 25% 0%
Penyu 90% 10% 0% 0%
Laut 100% 0% 0% 0%
Jalan Setapak/
40% 45% 15% 0%
Jembatan

Daya tarik wisatawan yang paling menarik perhatian para wisatawan


adalah Laut , keindahan laut pulau kelapa yang jernih dan didukung oleh
pemandangan sekitar yang dikelilingi oleh pulau- pulau sehingga membuatnya
sangat menarik, di buktikan dengan persepsi wisatawan mencapai 100 % ,
artinya dari semua responden yang di mintai persepsinya menyatakan laut di
Kepulauan Seribu, khusunya Pulau Kelapa Dua Sangat menarik.

4.6.2 Respon Pada Tindakan Negatif Terhadap Lingkungan


Hasil jawaban yang dihimpun dari pertanyaan seputar prespsi wisatawan
terhadap pariwisata di Kepulauan Seribu, Pulau Kela Dua pada sub pertanyaan
tentang respon tindakan negatif terhadap lingkungan tersaji pada tabel berikut.

47
Tabel 11. Respon Pada Tindakan Negatif Terhadap Lingkungan

Repon Pada Tindakan Negatif


Jenis Tindakan Negatif
No. Tidak Tidak
Terhadap Lingkungan Setuju Tergangu
Setuju Terganggu
1 Coret- coret / vandalisme 100% 100%

2 Membuang sampah 100% 100%


sembarangan

3 Mengganggu satwa 100% 100%

4 Merusak mangrove dan 100% 100%


ekosistem lainnya

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa semua wisatawan memberikan


respon tidak setuju terhadap semua tindakan yang di tanyakan seperti aksi coret-
coret yang membuat wisatawan merasa terganggu di karenakan dapat
menggunggu fasilitas yang ada, selain itu membuang sampah juga dapat
mengurangi nilai estetika pada kawasan pariwisata yang juga berdampak pada
terganggunya satwa dan ekosistem yang ada, seperti terumbu karang dan
mangrove.

4.7 Pelanggaran Kawasan Konservasi di Pulau Kelapa dan Pulau Kelapa


Dua, Taman Nasional Kepulauan Seribu

Anggota Polisi Kehutanan lingkup Balai Taman Nasional Kepulauan


Seribu rutin melakukan patroli, kegiatan patroli ini bertujuan untuk memantau
indikasi adanya pelanggaran perusakan ekosistem sumber daya alam,
reklamasi, dan pengambilan biota laut dilindungi, SPTN Wilayah I dan SPTN
Wilayah II merupakan daerah yang paling rawan adanya pelanggaran perusakan
ekosistem, berikut ini adalah data jenis pelanggaran yang di temui di SPTN
Wilayah I Pulau Kelapa.

48
Tabel 12. Pelanggaran Kawasan Konservasi di Pulau Kelapa dan Pulau
Kelapa Dua

No. Pelangaran Yang Dilakukan Lokasi


1 Penambangan pasir
2 Pengambilan batu karang
3 Pengambilan telur penyu Pulau
4 Nelayan jaring kompresor Kelapa
Menangkap ikan di zona dan Pulau
5 pemanfaatan Taman Nasional Kelapa
Kepulauan Seribu Dua
Pengambilan biota laut untuk
6 keperluan komersil
Sumber : Taman Nasional Kepuluan Seribu

Pelanggaran yang paling banyak ditemukan adalah pengambilan pasir


dan batu karang, berdasarkan wawancara yang saya lakukan kepada salah satu
masyarakat yang mengambil pasir di Pulau Kelapa Dua, mengatakan bahwa,
mereka mengambil pasir dan batu karang untuk di gunakan sebagai bahan
bangunan, hal ini mereka lakukan karena harga bahan bagunan seperti pasir dan
batu sangat mahal untuk keperluan bangunan, karena jarak yang jauh untuk
membeli bahan bangunan tersebut, selain di gunakan sendiri, mereka juga
menjual ke masyarakat lain sebagai bahan bangunan.
Dampak akibat adanya pengambilan pasir laut akan menyebabkan
kerusakan ekosistem laut, abrasi pantai,kelangkaan ikan serta hancurnya
terumbu karang, selain itu pengambilan pasir laut menyebabkan terjadinya
perubahan pola arus dan perubahan stuktur geomorfologi pantai. Upaya yang
dilakukan oleh Tim Patroli adalah melakukan pendataan, identifikasi dan
rekomendasi untuk dilakukan Rapat koordinasi dengan Pemerintah Daerah
setempat, tokoh masyarakat dan warga yang melakukan kegiatan penambangan
pasir agar dicarikan solusi permasalahan tersebut.

49
V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 simpulan

Berdasarkan hasil Hasil Praktik dan pembahasan tentang Persepsi dan


Partisipasi Masyarakat Terhadap Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut dan
Pariwisata Bahari dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Hasil skoring persepsi masyarakat tentang pengelolaan kawasan konservasi
laut menunjukkan angka 2.120 atau dengan indeks 53% sehingga tingkat
persepsi masyarakat masuk dalam kategori tinggi.
2. Hasil skoring partisipasi masyarakat tentang pengelolaan kawasan
konservasi laut menunjukkan angka 1.921 atau dengan indeks 48%
sehingga tingkat persepsi masyarakat masuk dalam kategori sedang.
3. Masyarakat mempunyai tingkat persepsi tinggi (100%) terhadap pengelolaan
kawasan pariwisata bahari.
4. Wisatawan mempunyai tingkat persepsi tinggi (67%) terhadap daya tarik
lingkungan wisata bahari, sedangkan untuk respon wisatawan terhadap
tindakan negatif pada lingkungan pariwisata mempunyai tingkat persepsi
sangat tinggi (100 %).

5.2 Saran

1. Diperlukan sosialisasi secara menyeluruh dan berkelanjutan kepada


masyarakat mengenai program-program pemerintah khususnya tentang
konservasi.
2. Masyarakat diikut sertakan secara aktif dalam pengelolaan kawasan
konservasi dan pengelolaan kawasan pariwisata.
3. Mayarakat di harapkan lebih kreatif dan inovatif dalam memanfaatkan peluang
usaha pada kawasan pariwisata, khususnya di Pulau Kelapa Dua.

50
DAFTAR PUSTAKA

Anggoro, F. K. (2006). Naming and acquisition of folkbiologic knowledge:


Mapping, scope ambiguity, and consequences for induction (Doctoral
dissertation, Northwestern University).

Brahtz, 1972; Soegiarto, 1976; Beatly, 1994 dalam Direktorat Jenderal Pesisir
dan Pulau Kecil 2003.
Budiyanti, S. (2015). Analisis Pemetaan Sosial, Ekonomi Dan Kebutuhan
Masyarakat (Studi Kasus: Sistem Zonasi Taman Nasional Laut
Kepulauan Seribu (TNKpS) pada Masyarakat Kepulauan Seribu Utara,
Provinsi DKI Jakarta). DIMENSI- Journal of Sociology, 8(1).

Clark, J.R.1996. Coastal Zone Management Handbook. Lewis Publisher, Boca


Raton, FL.

Dahuri, R., Rais, J., Ginting, S. P., & Sitepu, M. J. (1996). Pengelolaan
sumberdaya pesisir dan lautan secara terpadu. Jakarta: PT.
Pramadya Paramita.

Darsana, I. W., Sendra, I. M., Adikampana, I. M., & Mahagangga, I. G. (2017).


Model Pengelolaan Wisata Bahari Berkelanjutan di Pulau Nusa Penida,
Kecamatan Nusa Penida Kabupaten Klungkung, Bali. Jurnal Analisis
Pariwisata, 17(1), 10-16.

Departemen Kelautan dan Perikanan. 2002. Pedoman Tata Ruang Pesisir dan
Laut. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 34 tahun 2002,
tanggal 4 September 2002. Jakarta.

Departemen Kelautan dan Perikanan. 2003. Pedoman Penetapan Kawasan


Konservasi Laut Daerah. Direktorat Konservasi dan Taman laut Direktorat
Jenderal Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, 2003. Jakarta

FITRIAH, N. (2018). Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Wisata


Bahari. Studi Pustaka, 6(4).

Gultom. 1985. Partisipasi Rakyat dalam Pembangunan. UKSW. Salatiga.

Hardjasoemantri. 1993. Aspek Hukum Partisipasi Masyarakat dalam


Pengelolaan Lingkungan Hidup. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.

Indar, Y. N., & Jompa, J. Pengelolaan Kawasan Konservasi Yang Efektif Dan
Adaktif. Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut.

Mardijono. (2008). Persepsi Dan Partisipasi Nelayan Terhadap Pengelolaan


Kawasan Konservasi Laut Kota Batam. Persepsi dan partisipasi
, 10-110.

McNeely, J. A. (1992). The sinking ark: pollution and the worldwide loss of
biodiversity. Biodiversity & Conservation, 1(1), 2-18.

51
Mussadun, M., Fahrudin, A., Kusumastanto, T., & Kamal, M. M. (2016). Analisis
Persepsi Nelayan Dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan
Berkelanjutan Di Taman Nasional Karimunjawa1. TATALOKA, 13(2), 70-
81.

Nurisyah, S. (2001). Rencana pengembangan fisik kawasan wisata bahari


di wilayah pesisir Indonesia. Buletin Taman Dan Lanskap Indonesia.
Perencanaan, Perancangan dan Pengelolaan, 3(2).

Robins, S. 1996. Perilaku Organisasi. PT. Prenhalindi, Jakarta.

Sari, F. I., Bathara, L., & Warningsih, T. ECONOMIC VALUATION OF


MANGROVE ECOTOURISM IN BELAWAN SICANANG. Berkala
Perikanan Terubuk, 49(2), 988-994.

Sastrayuda, G. S. (2010). Konsep Pengembangan Kawasan Wisata


Bahari. Hand Out Mata Kuliah Concept Resort And Leisure,
Strategi Pengembangan Dan Pengelolaan Resort And Leisure.

Sastropoetro. 1986. Partisipasi, Komunikasi, Persuasi dan Disiplin dalam


Pembangunan. Alumni. Bandung.

Sero, A. (2012). Odel Pengembangan Pariwisata Bahari Berbasis Masyarakat Di


Kabupaten Halmahera Utara. Jurnal Nasional Pariwisata, 4(1), 72-
84

Subani, W., & Barus, H. R. (1989). Alat penangkapan ikan dan udang laut
di Indonesia. Jurnal Penelitian Perikanan Laut, 50, 248.

Tahir, A., Bengen, D. G., & Susilo, S. B. (2002). Analisis kesesuaian lahan
dan kebijakan pemanfaatan ruang kawasan pesisir teluk
Balikpapan. Jurnal Pesisir dan Lautan, 4(3), 1-16.

(Taman Nasional Kepulauan Seribu, 2018)

Tjokroamidjojo, B. (2000). Good governance. Paradigma Baru Manajemen


Pembangunan. Jakarta: UI press.

Tjokroamindjoyo, B. 1990. Perencanaan Pembangunan. C.V. Mas Agung.


Jakarta.

Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1990. “Tentang Konservasi Sumberdaya Alam


hayati dan Ekosistemnya”.
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004, tentang Perikanan.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007, tentang Penataan Ruang.

Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007, tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir


DanPulau – Pulau Kecil.

52
LAMPIRAN

Lampiran 1 : Skoring Persepsi

Tabel Pertanyaan Persepsi Jumlah Keterangan :


Lokasi Skore
1 2 3 4 5 6 Total
Jumlah Responden
4 0 0 70 280 80 320 80 320 70 280 100 400 53 %
Pulau Kelapa 3 80 240 30 90 0 0 20 60 10 30 0 0 Skor maksimal = 400
Dua 2 20 40 0 0 20 40 0 0 0 0 0 0
1 0 0 0 0 0 0 0 0 20 20 0 0 Skor minimal = 100
Jumlah 100 280 370 360 380 330 400 2120

Interval :

0%-24,99% = Kategori Rendah

25%-49,99% = Kategori Sedang

50%-74,99% = Kategori Tinggi

75%-100% = Kategori Sangat Tinggi

53
Lampiran 2 : Skoring Partisipasi

Tabel Pertanyaan Partisipasi Jumlah Keterangan :


Lokasi Skore
1 2 3 4 5 6 Total
Jumlah Responden
4 70 280 90 360 0 0 100 400 100 400 11 44
Pulau Kelapa 3 30 90 0 0 20 60 0 0 0 0 40 120 Skor maksimal = 400
48%
Dua 2 0 0 4 8 70 140 0 0 0 0 14 28
1 0 0 6 6 10 10 0 0 0 0 35 35 Skor minimal = 100
Jumlah 100 310 374 210 400 400 227 1921

Interval :

0%-24,99% = Kategori Rendah

25%-49,99% = Kategori Sedang

50%-74,99% = Kategori Tinggi

75%-100% = Kategori Sangat Tinggi

54
Lampiran 3: Gugusan Pulau di Kelurahan Pulau Kelapa

No Nama Pulau Luas( Ha) Keterangan


1 P. Dua Barat 7,93 PHU
2 P. Lipan 6,26 PHU
3 P. Sebaru Kecil 16,60 Rehabilitas
4 P. Kapas - Peristirahatan
5 P.Bundar 1,28 Peristirahatan
6 P. Hantu Timur 19,95 Pariwisata
7 P. Hantu Barat 10,56 Pariwisata
8 P. Pabelokan 10,50 Eksplorasi Minyak
9 P. Iyu Kecil 5,11 Peristirahatan
10 P. Iyu Besar 6,38 Peristirahatan
11 P. Saktu 16,07 Peristirahatan
12 P. Kelor Timur 3,73 Peristirahatan
13 P. Kelora Barat 2,30 Peristirahatan
14 P. Cina 3, 14 Peristirahatan
Peternakan Ikan
15 P. Jukung 11,03
Kakap
16 P. Melinjo 11,11 Peristirahatan
17 P. K A Melintang 0,77 Peristirahatan
P. Melintang
18 16,48 Peristirahatan
Besar
P. Melintang
19 6,54 Peristirahatan
Kecil
20 P. Tongkeng 3,36 Peristirahatan
P. Panjang
21 9,00 Peristirahatan
Bawah
P. Kayu Angin
22 0,98 Peristirahatan
Putri
23 P. Putri Barat 8,29 Peristirahatan
24 P. Putri Gundul 6,98 Peristirahatan
25 P. Macan Kecil 0,82 Pariwisata
26 P. Matahari 6,13 Pariwisata
P. Genteng
27 24,76 Peristirahatan
Besar
28 P. Genteng Kecil 5,58 Peristirahatan
P. Kayu Angin
29 0,44 Peristirahatan
Genteng
30 P. Panjang Kecil 0,39 Peristirahatan
31 P. Panjang Besar 12,92 Airstriep
pemukiman,
Peternakan Ikan &
32 P. Kelapa Dua 1,90
SPTN Wilayah I
Pulau Kelapa

55
33 P. Kelapa 13,09 Pemukiman
34 P. Kaliage Besar 6,46 Peristirahatan
35 P. Kaliage Kecil 1,05 Peristirahatan
36 P. Semut Kecil 0,58 Peristirahatan

Jumlah 258,47
Sumber : Profil Kelurahan Pulau Kelapa

Lampiran 4 : Pendidikan dan Pekerjaan Penduduk Kelurahan Pulau Kelapa

Pendidikan, Pekerjaan, Jenis Kelamin


No. Jumlah Ket
dan Drop Out
Pria Wanita
1 a. Tidak Sekolah 338 482 820
b. Tidak Tamat SD 335 371 706
c. Tamat SD / MI 229 1420 1649
d. Tamat SLTP 320 291 611
e. Tamat SLTA 98 144 242
f. Tamat S1 22 19 41
g. S2 2 - 2
h. D1 - 1 1
i. D2 4 4 8
j. D3 4 10 14
2 a. Tani - -
b. Buruh / Karyawan 95 19 114
Swasta
c. Pegawai Negeri Sipil 9 1 10
d. ABRI (POLRI) 2 - 2
e. Pedagang 19 234 253
f. Pensiunan 3 - 3
g. Pertukangan 46 9 55
h. Nelayan 105 21 126
i. Fakir Miskin / Jompo 107 69 176
j. lain-lain - -
3 a. Drop out SD -
b. Drop Out SLTP 89 106 195
c. Drop Out SLTA 22 18 37
d. Drop Out P.tinggi 23 14 37
Sumber: Profil Kelurahan Pulau Kelapa

56
Lampiran 5 : Dokumentasi Pengambilan Data Kuesioner Masyarakat

57
Lampiran 6 : Pengambilan Data Kuesioner wisatawan

58
Lampiran 7 : Kusioner Persepsi Masyarakat (Kuantitatif) untuk mendapatkan
hasil data tingkat persepsi masyarakat terhadap pengelolaan
kawasan konservasi laut.

IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama Pulau, RT/RW :

2. Nama responden :

3. Umur :

4. Pekerjaan Utama :

5. Lama Tinggal di Kampung :

a. <5 Tahun b. 5-10 Tahun c. > 10 Tahun

6. Jumlah Tanggungan keluarga

a. < 6 orang b. 6-9 orang c. > 9 orang

59
No PERNYATAAN JAWABAN Skor

1. Bagaimana anda menilai kondisi Sangat Baik 4


terumbu karang di sekitar kampung Baik 3
anda
Rusak 2
Sangat Rusak 1
2. Bagaimana anda menilai kondisi Sangat Baik 4
bakau
(mangrove) di sekitar kampung anda Baik 3
Rusak 2
Sangat Rusak 1
3. Apakah anda mengetahui Daerah Sangat tahu 4
Konservasi Laut (DPL) Tahu 3
Cukup tahu 2
Tidak tahu 1
4 Menurut anda apakah Daerah Sangat bermanfaat 4
Konservasi Laut (DPL) Bermanfaat 3
tersebut bermanfaat bagi
Cukup 2
nelayan
bermanfaat
Tidak bermanfaat 1
5 Apakah anda mengetahui aturan Sangat 4
Daerah tahu
Konservasi Laut (DPL) tersebut 3
Tahu
2
Cukup
1
tahu
Tidak
tahu
6 Apakah anda mengetahui sanksi Sangat tahu 4
yang
diberikan kepada masyarakat Tahu 3
jika ada yang melanggar aturan 2
Cukup
tahu
Tidak tahu 1
7 Manurut anda apakah Daerah Sangat perlu 4
Konservasi Laut (DPL) Perlu 3
perlu dipertahankan atau
Cukup 2
dilestarikan
perlu
Tidak perlu 1

60
Lampiran 8 : Kuesioner Partisipasi Masyarakat (Kuantitatif),untuk mendapatkan
hasil tingkat partisipasi masyarakat setempat terhadap
pengelolaan kawasan konservasi laut.

No PERNYATAAN JAWABAN Skor

1. Apa yang Anda lakukan dalam Menanam 4


pemanfaatan mangrove Tidak Menebang 3
Mengambil Secara Beraturan 2
Mengambil Sesuka Hati 1
2. Eksploitasi terhadap terumbu karang Tidak 4
Mengambil/Mengganggu
Karang
Menggunakan Karang 3
Untuk Kegiatan 2
Pemasangan Bubu

Mengambil Karang 1
Sebagian Mengambil
Karang Untuk Kegiatan
Pembangunan
3. Apakah Anda selama ini ikut aktif Sangat sering (15 kali) 4
dalam
kegiatan musyawarah yang Sering (7-14 kali) 3
diadakan oleh POKMASWAS
Tidak sering (1- 6 kali) 2
Tidak pernah sama sekali 1
4 Seberapa sering Anda pernah Sangat sering (12 kali) 4
mengikuti
kegiatan pengawasan Sering (6-11 kali) 3
Tidak sering (1-5 kali) 2
Tidak pernah sama sekali 1
5 Bagaimana keterlibatan Anda dalam Sangat sering (5 4
mengikut kegiatan kali) Sering (3-4 3
penanaman mangrove kali) 2
Tidak sering (1-2 kali) 1
Tidak pernah sama sekali
6 Dalam kurun waktu satu tahun Tidak 4
berapa pernah 1-
kali Anda melakukan penebangan 3 kali 3
bakau
4 - 7 kali
2
> 7 kali
1
7 Dalam Destruktive Fishing Menangkap Ikan Dengan Alat 4
Tangkap Ramah Lingkungan
Menangkap Ikan Trawl 3

61
Menangkap Ikan Dengan 2
racun
Menangkap Ikan Dengan 1
Bom

Lampiran 9 : Kuesioner Persepsi Masyarakat Terhadap Pengelolaan Kasawan


Pariwisata Bahari

1. Persepsi Pada Penyediaan Usaha Ekonomi Lokal Pada Sektor Wisata

No Pertanyaan Ada Tidak Ada


1. Keberadaan Objek Wisata ini telah
meningkatkan kesempatan kerja

2. Keberadaan Objek Wisata ini


meningkatkan peluang usahauntuk
penduduk setempat maupun pengusaha
kecil

3. Keberadaan Objek Wisata ini telah


meningkatkan kepemilikanmodal usaha

4. Ada peningkatan ketrampilan masyarakat


lokal terkait aktifitas wisata

62
2. Perolehan Manfaat/Pengaruh Pada Kegiatan Pariwisata

No Pertanyaan Ada Tidak Ada


Kegiatan wisata Kepulauan Seribu telah
1. meningkatkan nilai jual barang dan jasayang
dihasilkan masyarakat ?

Apakah ada peningkatan kehidupan


perekonomian dalam rumah tangga Bapak/Ibu
2. dengan adanya objek wisata Taman Nasional
Kepulauan Seribu ?

Apakah keberadaan pengunjung memberikan


3. keuntungan ekonomi

Lampiran 10 : Koesiener Persepsi Wisatawan Terhadap Pengelolaan Pariwisata


Bahari Taman Nasional kepulaua Seribu, Pulau Kelapa Dua.

1. Persepsi Terhadap Daya Tarik Lingkungan

Sangat Cukup Kurang Tidak


Daya Tarik Wisata Menarik
Menarik Menarik Menarik Menarik

Pemandangan Alam
Mangrove

Terumbu Karang
Penyu

Laut

Jalan
Setapak/Jembatan
Jalan
Setapak/Jembatan

63
2. Persepsi Terhadap Tindakan Negatif Terhadap Lingkungan Pariwisata

Jenis Tindakan Respon Pada Tindakan Negatif


Negatif Sikap Anda Pengaruh Kepada Anda
No. Terhadap
Setuju Tidak Setuju Terganggu Tidak Terganggu
Lingkungan
Coret-coret/
1.
Vandalisme
Membuang
2. sampah
sembarangan
3. Menggangu Satwa
Merusak Mangrove
4. dan ekoisistem
lainnya

64
Lampiran 11 : Contoh pengisian kuesioner

65
66

Anda mungkin juga menyukai