Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN

PRAKTIK PENGENALAN KEHIDUPAN MASYARAKAT PERIKANAN


DI DESA TELUK BOGAM, KECAMATAN KUMAI, KABUPATEN
KOTAWARINGIN BARAT, KALIMANTAN TENGAH

DISUSUN OLEH:

NAMA ANGGOTA KELOMPOK / PRODI / NRP :


1. MUHAMMAD ABDAN / TAK / 57214113781
2. VERI GUNAWAN / TPH / 57213113719
3. TIARA ROSALINDA PRAMESTI / TAK / 57214213807
4. MAESYARAH / TPS / 57215213847

KEMENTRIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


BADAN RISET SUMBER DAYA MANUSIA KELAUTAN DAN
PERIKANAN
POLITEKNIK AHLI USAHA PERIKANAN (AUP) JAKARTA
2022

1
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIK
PENGENALAN KEHIDUPAN MASYARAKAT PERIKANAN
DI DESA TELUK BOGAM, KECAMATAN KUMAI, KABUPATEN
KOTAWARINGIN BARAT, KALIMANTAN TENGAH
Oleh:
1. MUHAMMAD ABDAN / TAK / 57214113781
2. VERI GUNAWAN / TPH / 57213113719
3. TIARA ROSALINDA PRAMESTI / TAK / 57214213807
4. MAESYARAH / TPS / 57215213847

Laporan ini telah disetujui sebagai syarat untuk mendapatkan nilai praktik pada
mata kuliah PPKMP semester 2 Politeknik AUP Jakarta.
Telah diperiksa dan disetujui:
Di : Jakarta
Pada tanggal : Februari 2022

Ketua Panitia PPKMP 2022 Dosen Pembimbing

Basino, A.Pi., M.T Margono, S.St.Pi., M.Tr.Pi


NIP. NIP.

Mengetahui
Direktur Politeknik AUP

Dr. Muh.Hery Riyadi A. S.Pi, M.Si


NIP.

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas ke hadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat rahmat dan limpahan karunia-Nya, laporan praktik Pengenalan
Kehidupan Masyarakat Perikanan di Desa Teluk Bogam, Kecamatan Kumai
Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah dapat selesai tepat pada
waktunya. Atas pencapaian tersebut penulis banyak mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang membantu dan berperan penting dalam pelaksanaan
praktik dan pembuatan laporan ini, di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Bapak Dr. Muh.Hery Riyadi A.,S.Pi.,M.Si, selaku Direktur Politeknik Ahli Usaha
Perikanan (AUP) Jakarta.
2. Bapak Rahmat Mualim, S.St.Pi., M.Si, selaku Kaprodi Teknologi Penangkapan
Ikan.
3. Bapak Basino, A.Pi., M.T, selaku Kaprodi Permesinan Perikanan sekaligus
sebagai Ketua Panitia PPKMP 2022 berserta jajarannya.
4. Bapak I Ketut Sumandiarsa, S.St.Pi., M.Sc, selaku Kaprodi Teknologi Pengolahan
Hasil Perikanan sekaligus sebagai pembimbing intern.
5. Bapak Suharyadi, S.St.Pi., M.Si, selaku Kaprodi Teknologi Akuakultur.
6. Ibu Dr. Meuthia Aula Jabbar, A.Pi., M.Si, selaku Kaprodi Teknologi Pengelolaan
Sumber Daya Perairan.
7. Ibu Ina Restuwati, S.IP., M.Si, selaku Kaprodi Penyuluh Perikanan.
8. Ibu Ririn Rosita, selaku Koordinator Wilayah Kalimantan.
9. Seluruh anggota keluarga dan rekan-rekan Angkatan 57 yang telah banyak
membantu baik secara moril ataupun materil.
Namun kesalahan dan kekurangan dalam penulisan laporan ini sangatlah
mutlak ditemukan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu saran dan masukan dari
segala pihak yang bersifat membangun sangatlah dibutuhkan. Semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi penulis dan untuk para pembaca.

Teluk Bogam, Februari 2022

3
DAFTAR ISI

4
DAFTAR TABEL

5
DAFTAR GAMBAR

6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu kunci pokok pembangunan perikanan nasional adalah sumber
daya manusia sebagai penentu keberhasilan program. Untuk itu perlu adanya
upaya untuk mengembangkan dan meningkatkan sumber daya manusia tersebut
agar dunia perikanan di Indonesia bisa maju dan berkembang.
Dalam rangka mendukung hal tersebut, Politeknik Ahli Usaha Perikanan
(AUP) sebagai salah satu lembaga pendidikan tinggi professional dalam bidang
perikanan, dalam menyiapkan sumberdaya manusia perikanan selalu berupaya
untuk selalu merealisasikan hal tersebut melalui rancangan pembelajaran yang
tertuang dalam kurikulum dengan komposisi 30% teori dan 70% praktek.
Salah satu kegiatan praktek tersebut adalah praktek lapangan bagi taruna
tingkat pertama yang dilaksanakan pada awal semester II yang selanjutnya disebut
dengan praktek pengenalan kehidupan masyarakat pesisir (PPKMP). PPKMP
dimaksudkan agar para taruna remaja yang berasal dari latar belakang yang
berbeda, baik latar belakang pendidikan (sekolah menengah umum atau
kejuruan),tingkat sosial budaya, asal daerah yang berbeda, dan sebagainya dapat
mengetahui dan mengenal serta memiliki kesamaan cara pandang terhadap
kehidupan masyarakat pesisir ( nelayan, pengolah, dan petani tambak).
Penyelengaraan PPKMP ini dilaksanakan untuk memberikan pengetahuan
kepada taruna tentang kehidupan nelayan, desa nelayan, lembaga pedesaan di
lingkungan kehidupan nelayan serta menumbuhkan kesadaran, yang pada
giliranya menumbuhkan jiwa dan semangat pengabdian taruna dalam berperan
serta membantu mewujudkan pengembangan masyarakat nelayan pada umumnya
dengan usaha perikanan yang tangguh.
B. Tujuan
Tujuan dilaksakannya PPKMP adalah sebagai berikut:
a. Agar taruna dapat mengetahui dan memahami berbagai aspek kehidupan nelayan,
lembaga desa, serta memahami mekanisme kerja lembaga perekonomian yang
terkait dengan sektor perikanan.

7
b. Agar taruna memiliki cara pandang yang sama terhadap masyarakat pesisir
dengan segala aspek kehidupannya. Setelah selesai praktek taruna mengetahui dan
menghayati secara langsung kehidupan sehari-hari nelayan, petani ikan, pengelola
dan pedagang ikan serta mekanisme kerja lembaga-lembaga yang terkait dengan
aktifitas usaha perikanannya nelayan, menumbuhkan sengat dan jiwa pengabdian
diri terhadap dunia perikanan.

8
BAB II
PROFIL KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

A. Keadaan Umum dan Letak Geografis


Kabupaten  Kotawaringin  Barat  berada  pada  posisi  1˚26’  ‐  3˚33’ 
Lintang  Selatan,  dan  111˚20’‐112˚6’  Bujur  Timur.  Namun  berdasarkan  peta
rekomendasi  RTRWK  tahun  2009  berada  pada  posisi  adalah  1˚26’  ‐  3˚33’ 
Lintang  Selatan,  111˚13’‐112˚6’  Bujur  Timur.
Secara  administratif,  luas  Kabupaten  Kotawaringin  Barat  adalah 
10.759 km2.  Adapun  batas‐batas  wilayah 
secara administratrif, yaitu sebagai berikut: 
 Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Lamandau
 Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa
 Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sukamara dan Lamandau
 Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Seruyan
Gambaran secara lebih jelas mengenai letak Kabupaten Kotawaringin Barat
dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 1. Peta Kabupaten Kotawaringin Barat

9
Tabel 1. Luas Wilayah dan Persentase Luas
Terhadap Kabupaten Kotawaringin Barat
Luas Wilayah Persentase Luas
No. Kecamatan
(Km2) Terhadap Kab. Barsel
1 Arut Selatan 2.400 22,31
2 Kumai 2.921 28,13
Kotawaringin
3 1.218 11,32
Lama
4 Arut Utara 2.685 24,96
5 Pangkalan Lada 229 3,08
Pangkalan
6 1.306 10,21
Banteng
Jumlah Total 10.759 100,00
Sumber: BKPRD Kabupaten Kotawaringin Barat
B. Demografi

Jumlah penduduk kotawaringin Barat sebanyak 241 ribu jiwa pada tahun
2010. Angka ini erus meningkat pada tahun 2012. Mencapai 245 ribu jiwa.
Tingkat pertumbuhan jiwa mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Selama
periode 2010 – 2012 tingkat pertumbuhan penduduk tercatat naik dengan
besaran kenaikan tahun 2012 terhadap tahun 2010 sebesar 1,56 persen.
Selama kurun waktu 3 tahun (2010‐2012), kepadatan penduduk di
Kotawaringin Barat tidak mengalami perubahan yang berarti. Dengan luas
wilayah sebesar 10.759 km² ditinggali penduduk sebanyak 23 orang.
Secara umum jumlah penduduk laki‐laki lebih banyak dibandingkan
dengan jumlah penduduk perempuan. Hal ini ditunjukkan oleh Sex Ratio yang
nilaianya lebih besar dari 100. Pada tahun 2012, untuk setiap 100 penduduk
perempuan terdapat 112 penduduk laki‐laki.
Menurut kelompok umur penduduk berusia produktif tercatat lebih dari
67%. Hal ini menunjukkan sebagian besar penduduk Kabupaten Kotawaringin
Barat merupakan penduduk usia produktif, komposisi penduduk Kotawaringin
Barat didominasi oleh penduduk muda dewasa.

10
Tabel 2. Kependudukan Kabupaten Kotawaringin Barat

sumber : Statistik Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2020

C. Sosial Ekonomi
1. Kemiskinan
Garis kemiskinan atau batas kemiskinan menurut BPS adalah representasi
dari jumlah rupiah minimum yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pokok
minimum makanan yang setara dengan 2.100 kkal/kapita/hari dan kebutuhan
pokok bukan makanan. Garis kemiskinan Kabupaten Kotawaringin Barat tahun
2014 sebesar Rp 279.080,- (dua ratus tujuh puluh sembilan ribu delapan puluh
rupiah). Angka Kemiskinan Kabupaten Kotawaringin Barat ditunjukkan pada
Tabel 2.20
berikut:
Tabel 3. Angka Kemiskinan Kabupaten Kotawaringin Barat
Tahun
Indikator Kemiskinan
2014 2015 2016
Jumlah penduduk miskin (ribu jiwa) 14.209 14.102 14.221
Garis kemiskinan (Rp) 279.080 293.436 319.064
Angka Kemiskinan (%) 5,27 5,07 4,96

11
Sumber: BPS Kab. Kotawaringin Barat Tahun 2017.

2. Ketenaga Kerjaan
Tabel 4. Angkatan Kerja penduduk Kabupaten Kotawaringin Barat.
Tahun
Parameter
2014 2015 2016
Bekerja 133.222 141.011 150.689
Pengangguran 3.642 4.738 4.916
Jumlah Angkatan kerja 136.864 145.749 155.605
Bukan Angkatan Kerja 58.509 56.796 54.112
Sumber: Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab. Ktw. Barat Tahun 2017

Peningkatan kegiatan ekonomi di berbagai sektor akan memberikan


dampak positif baik langsung maupun tidak langsung terhadap ketersediaan
lapangan pekerjaan. Peningkatan kesempatan kerja yang diikuti dengan
peningkatan produktivitas diharapkan mampu menambah penghasilan/pendapatan
masyarakat yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

3. Pendidikan
Kesejahteraan sosial di bidang pendidikan diukur melalui beberapa
indikator, di antaranya meliputi angka melek huruf, angka partisipasi kasar, angka
partisipasi murni, dan rata-rata lama sekolah. Angka melek huruf adalah
persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis serta
mengerti sebuah kalimat sederhana dalam hidupnya sehari-hari.

berdasarkan data yang tercatat di Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah


Raga Kabupaten Kotawaringin Barat menunjukkan bahwa penduduk Kabupaten
Kotawaringin Barat usia 15 tahun keatas belum seluruhnya mampu membaca dan
menulis. Angka Partisipasi Murni (APM) merupakan indikator daya serap
penduduk usia sekolah di setiap jenjang pendidikan.

Kemudian untuk Angka Partisipasi Murni (APM) dapat dilihat pada tabel 5 di
bawah ini:
Tabel 5. Angka partisipasi murni menurut jenjang pendidikan tahun 2012-
2016.
No Jenis pendidikan Jumlah

12
1. SD/MI 98,8 %
2. SMP/MTs 86,65%
3. SMA/SMK/MA 75,1 %
Sumber: Dinas Pendidikan, dan Kebudayaan Kab. Ktw.Barat Tahun 2017

D. Fasilitas Umum dan Kesehatan


Tabel 6. Fasilitas Umum dan Kesehatan di Kabupaten Kotawaringin Barat.
Tahun
Fasilitas 2015
Rumah sakit 2
Puskesmas 18
Puskesmas Pembantu 76
Puskesmas keliling -
Balai kesehatan 28
Klinik bersalin 67
Sumber: BPS Kab.Mempawah 2015 (diolah).

13
BAB III
PROFIL INDUK SEMANG

Istilah “induk semang”, yang dikenal mayoritas nelayan di Kawasan Desa


Teluk Bogam adalah orang yang membantu mengatasi kerentanan kehidupan
nelayan dan keluarganya, ternyata di Kawasan Kampung Bahari lebih dikenal
dengan sebutan “Penampung”.
Nama : Khusni
Alamat : Jln. Said Husin Hamzah RT.06 Desa Teluk Bogam
Usia : 57
Pendidikan Akhir : SD
Jumlah Karyawan : 3 orang
Jumlah Anak : 5 orang
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa induk semang di Kota Sibolga,
pada awalnya merupakan nelayan yang turun langsung ke laut menangkap ikan,
namun perkembangan selanjutnya mereka memilih untuk bermitra dengan nelayan
lain dalam menjalankan kehidupan usahanya. Kemitraan yang dimaksud adalah
dengan memberikan bantuan kepada nelayan lain, dengan kesepakatan hasil
tangkapan nelayan tersebut harus dijual kepada mereka. Dalam hal ini, induk
semang lebih merupakan “penampung dan penjual” ikan yang didapatkan dari
nelayan mitranya.

14
BAB IV
PELAKSANAAN
A. Waktu dan Tempat
Praktik Pengenalan Kehidupan Masyarakat Perikanan (PPKMP) 2022 Taruna
Politekik AUP angkatan LVII dimulai dari tanggal 7 - 16 Februari 2022. Lokasi
praktik di Desa Teluk Bogam, Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat,
Provinsi Kalimantan Tengah
B. Rencana Kegiatan
Tabel 7. Rencana kegiatan.
Bulan / Minggu
No Uraian Kegiatan Januari Februari
1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pembekalan administrasi PPKMP x x  
2. Berangkat ke lokasi   x  
3. Tiba di lokasi   x  
4. Orientasi lapangan       x  
5. Melapor ke instansi terrkait   x x  
6. Melaksanakan kegiatan praktik       x x x
7. Pengumpulan data     x x x
8. Konsultasi ke pembimbing ekstern       x x x
9. Konsultasi ke dosen pembimbing       x x x  
10. Penyusunan laporan          x x  
11. Kembali ke rumah x
12. Seminar x
13. Uji pertanggung jawaban x
14. Pengumpulan laporan x
C. Alat dan Bahan
Tabel 8. Alat dan bahan PPKMP
1. Alat
No Nama Kegunaan
1 Handphone Mencari dan mengumpulkan data
.
Menulis informasi yang didapat dari
2. Alat Tulis responden
Alat transportasi menuju lokasi praktik dan
3. Motor responden

15
2. Bahan
No Nama Kegunaan
Panduan untuk mengisi jurnal harian dan
1. Kuisoner mencari data dari responden
2. Responden Sumber data yang dicari
3. Bensin Bahan bakar motor

D. Prosedur Pelaksanaan PPKMP


Prosedur peraktik dilakukan dengan cara mewawancarai secara langsung para
responden. Materi yang ditanyakan kepada responden berdasarkan kuisioner dari
masing-masing prodi. Pencarian data dilakukan secara berkelompok dengan
pembagian menjadi dua tim, namun terkadang tetap full tim jika tempat pencarian
data berupa instansi perkantoran. Target dadta yang dicari didapat dari data
lapangan meliputi pelaku usaha perikan dan data dari instansi perikanan untuk
mengetahui proses administrasi perkantoran. Prosedur pelaksanaan praktik dapat
dilihat pada gambar bagan di bawah ini:
i
PERSIAPAN

PELAKSANAAN PPKMP
Mencari data dari Mencari data dari
instansi lapangan

 Pelaku usaha pengangkapan


 Kantor Dinas Perikanan Kabupaten
Kotawaringin Barat ikan.
 Pelaku usaha budidaya KJA dan
 Kantor Desa Teluk Bogam.
tambak.
 Ketua RT 06.
 Pelaku dan kelompok usaha
pengolahan ikan.
 Pelaku usaha pengepul ikan.

JURNAL HARIAN

LAPORAN KELOMPOK

Gambar 4. Bagan prosedur pelaksanaan PPKMP.

16
E. Pengambilan Data
1. Data primer
Koleksi data primer dapat dilakukan dengan pengamatan secara langsung
fotografi, wawancara, kuisioner dan pengukuran. Pemanfaatan Global Pasitioning
Syistem (GPS) menjadi suatu keharusan untuk mengumpulkan data primer dalam
hubungannya dengan pemetaan luasan lahan sehingga data yang dikumpulkan
dapat diberikan informasi posisi geografis (lintang–bujur).
2. Data sekunder
Data sekunder adalah pelengkap data primer yang telah dikumpulkan dan dapat
digunakan sebagai data kontrol, dapat berupa hasil penelitian kajian, dan analisis
yang telah dilakukan. Data sekunder yang digabungkan dengan data primer
dimanfaatkan sebagai data atribut untuk menganalisis data citra satelit dan peta,
sehingga analisis yang dihasilkan akan lebih baik dan akurat.

17
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Teknologi Penangkapan Ikan


Teknologi Penangkapan Ikan adalah suatu kegiatan penangkapan ikan
yang menggunakan alat tangkap yang tidak memberikan dampak negatif terhadap
lingkungan. Adapun contoh alat yang dapat merusak lingkungan yaitu dengan
menggunakan trawl yang dapat merusak terumbu karang dan menggunakan bom
untuk menangkap ikan yang dapat merusak ekosistem laut.
Desa Teluk Bogam merupakan Desa dengan potensi perikanan yang cukup
besar. Di Desa Teluk Bogam mayoritas penduduknya adalah nelayan dengan
mesin tangkap berupa perahu. Alat penangkap yang digunakan oleh nelayan Desa
Teluk Bogam berupa pukat cincin, jaring insang, bubu dan pancing.
Hasil tangkapan dari perairan Desa Teluk Bogam sangat berlimpah seperti
ikan manyung, ikan kembung, ikan teri, rajungan, dll. Hasil tangkapan ada juga
yang bermusiman, dimana armada yang mendarat membawa hasil ikan yang sama
dengan jumlah yang banyak. Dari hasil wawancara dari nelayan yang dilakukan
saat praktek ada tiga target utama penangkapan perikanan yaitu rajungan
(Portunidae), ikan manyung (Arridae), dan ikan kakap (Lutjanidae).
 Kapal dan Alat Penangkapan Ikan
Berikut beberapa data kapal dan spesifikasi kapal yang kami temui di Desa
Teluk Bogam :
1. Responden pertama
Nama : Misran
Umur : 50 tahun.
Gender : Laki-laki.
Alamat : Jl. Said Husin Hamzah RT.06 Desa Teluk Bogam
Pekerjaan : Nelayan
Tabel 9. Data kapal dan mesin induk Pak Misran
1. Spesifikasi kapal
Nama kapal : Lamun Laut 1
Tanda pendaftaran : -

18
Tanda selar : -
Pemilik : Pak Misran
Nakhoda : Pak Misran
Panjang x lebar : 10 x 1,3 Meter
Dalam kapal : 0,7 Meter
Gross Tonage : 3 GT
Port of register : Teluk Bogam
Tahun pembuatan : 2015
2. Spesifikasi mesin
Model : Diesel
Merk : DongFeng
Jumlah silinder : 1
Stroke : 4
Starting system : Slenger
Dimensi : 91 x 45 x 57,5 cm
Jenis bahan bakar : Solar
System pendingin : Air Laut
Berat : 193 Kg
Daya mesin : 23 PK
RPM : 2.200

2. Responden kedua
Nama : Kaspul
Umur : 40 tahun.
Gender : Laki-laki.
Alamat : Jl. Said Husin Hamzah RT.05 Desa Teluk Bogam.
Pekerjaan : Nelayan
Tabel 10. Data kapal dan mesin induk Pak Kaspul.
1. Spesifikasi kapal
Nama kapal : Mitra Nelayan
Tanda pendaftaran : -
Tanda selar : -

19
Pemilik : Pak Kaspul
Nakhoda : Kurnia Sandi
Panjang x lebar : 17,5 x 2,9 Meter
Dalam kapal : 1,25 Meter
Gross Tonage : 5 GT
Port of register : Teluk Bogam
Tahun pembuatan : 2013
2. Spesifikasi mesin
Model : Diesel
Merk : DongFeng
Jumlah silinder : 1
Stroke : 4
Starting system : Slenger
Dimensi : 91 x 45 x 57,5 cm
Jenis bahan bakar : Solar
System pendingin : Air Laut
Berat : 193 Kg
Daya mesin : 23 PK
RPM : 2.200

3. Responden ketiga
Nama : Muhammad Syamsi
Umur : 33 tahun.
Gender : Laki-laki.
Alamat : Jl. Said Husin Hamzah RT.03 Desa Teluk Bogam.
Pekerjaan : Nelayan.
Tabel 11. Data kapal dan mesin induk Pak Muhammad Syamsi.
1. Spesifikasi kapal
Nama kapal : MR. Borneo 003
Tanda pendaftaran : -
Tanda selar : -
Pemilik : Muhammad Syamsi

20
Nakhoda : Muhammad Syamsi
Panjang x lebar : 19,35 x 2,9 Meter
Dalam kapal : 1,1 Meter
Gross Tonage : 5 GT
Port of register : Teluk Bogam
Tahun pembuatan : 2021

Data hasil tangkapan per responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 12. Data hasil tangkapan.
Tangkapan (Kg/hari)
Harga
Jenis tangkapan Misran Kaspul Syamsi
(Rp/Kg)
Tenggiri 40.000 1-2 - 5-6
Bawal Putih 35.000 - - 5
Manyung 12.500 - 10 -
Kakap 40.000 - 12 -
Kembung 25.000 1-3 - 15
Telang 9.000 - - -
Senangin 40.000 8 10 10
Selangat 10.000 6 - -

B. Permesinan Perikanan
Permesinan perikanan dapat diartikan sebagai alat/mesin yang digunakan
untuk mendukung usaha penangkapan ikan/udang maupun usaha budidaya
ikan/udang di kolam/tambak serta usaha pengolahan hasil perikanan.
a. Mesin perikanan tangkap
Perikanan tangkap merupakan kegiatan memperoleh ikan yang ditangkap
diperairan. Penangkapan ikan dilakukan dengan alat atau dengan cara apapun,
salah satunya kegiatan yang menggunakan kapal untuk mengangkut hasil dari
tangkapan nelayan. Unutk pengerak kapal, nelayan di kabupaten nunukan rata-rata
menggunakan mesin dongfeng 23 PK dengan bahan bakar berupa solar.
b. Mesin pengolahan hasil perkanan

21
Untuk mengetahui mesin pengolahan hasil perikanan, taruna/i mendatangi
usaha Bapak M. Jaidi yang berada di Desa Keraya, Kec. Kumai, Kab.
Kotawaringin Barat yang membuka usaha pengolahan daging rajungan. Dengan
jumlah karyawan 9 orang. Adapun mesin yang digunakan adalah mesin
penghancur es batu. Bahan baku yang digunakan adalah dagin rajungan segar
yang di beli langsung dari nelayan.

C. Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan


Pengolahan Ikan adalah rangkaian kegiatan dan/atau perlakuan dari bahan
baku ikan sampai menjadi produk akhir untuk konsumsi manusia. Potensi
potensial yang sangat luar biasa dari sektor perikanan haruslah diwujudkan
menjadi energi kinetis sehingga benar-benar dapat dirasakan manfaatnya dalam
upaya mempercepat tercapai tujuan pembangunan nasional.
Upaya perwujudan tersebut dapat dilakukan melalui kegiatan industri
pengolahan hasil perikanan. Industri pengolahan hasil perikanan merupakan
kegiatan yang mentransformasikan bahan-bahan hasil perikanan sebagai input
menjadi produk yang memiliki nilai tambah atau nilai ekonomi lebih tinggi
sebagai outputnya. Proses transformasi tersebut dapat dilakukan baik secara fisik,
kimia, biologis, maupun kombinasi diantara ketiganya.
Ketika PPKMP di Desa Teluk Bogam kami baberapa menemui
narasumber yang bermata pencarian sebagai seorang pengolah hasil perikanan.
Olahan ikan yang sangat sering kami jumpai adalah olahan ikan asin. Disini ada
dua jenis olahan produk yaitu produk basah dan kering.
Kami mengunjungi pengolah kerupuk basah dan ikan asin dengan sistem
pengolahan masih menggunakan cara tradisional artinya masih dilakukan sendiri
dan tidak menggunakan mesin yang modern.
Pengolahan ikan asin adalah olahan ikan laut yang mampu menebus pasar
luar Desa Teluk Bogam. Pengolahan ikan asin dilakukan dengan cara menggarami
ikan yang disusun dalam bak dan di diami selama satu malam, dan dilanjut ke
tahap penjemuran.
Sedangkan pengolahan kerupuk basah adalah olahan yang berbahan dasar
ikan bandeng, ikan barakuda atau ikan tenggiri.

22
1. Bahan Baku, Produksi, dan Pemasaran
a. Bahan Baku
Masyarakat pengolahan mendapat bahan baku untuk kegiatan pengolahan
dari penampung atau kepada nelayan secara langsung. Mutu bahan baku di Desa
Teluk Bogam terlihat baik, seperti ikan tenggiri, ikan barakuda, ikan telang, ikan
belanak, ikan gulama dan ikan bandeng yang terlihat segar. Setelah mendapat
bahan mentah langsung di simpan pada cold storage agar mutu ikan dapat terjaga
sebelum proses produksi.
b. Proses Produksi dan Produk Pengolahan
a) Ikan Asin
Untuk proses pengolahan ikan asin, setelah mendapatkan bahan baku yang
kita lakukan adalah sebagai berikut :
1. mencuci ikan dan melakukan penyiangan.
2. etelah ikan bersih dan isi perutnya telah dikeluarkan ikan kembali dibersihkan
dan dicuci bersih.
3. Kemudian di susun dan diberi garam tahap ini disebut penggaraman.
Penggaram dilakukan kurang lebih satu malam, dan ketika pagi hari ikan
segera dijemur diatas tirai bambu dengan panas matahari hingga ikan kering.
4. Setelah kering ikan-ikan tersebut dapat dikemas dan dipasarkan.
b) Kerupuk Basah
Untuk proses pengolahan kerupuk basah, setelah mendapatkan bahan baku
adalah melakukan pengolahan langsung terhadap produk. Proses pembuatan
kerupuk basah yaitu :
1. Pertama, bersihkan ikan dari kotoran dan isi perutnya.
2. Kedua ikan dibelah dua untuk mempermudah proses pemisahan antara kulit
dan daging ikan. Pemisahan dilakukan dengan cara mengerik daging ikan
menggunakan sendok.
3. Ketiga, masukkan daging tersebut ke dalam wadah pencampuran.
4. Proses selanjutnya yaitu siapkan bahan pendukung yaitu tepung tapioca (1 kg
per 1 kg ikan), bawang putih halus (50 gr/kg), garam dapur (25 gr/kg), dan
vetsin (20 gr/kg).

23
5. Kemudian masukkan semua bahan pendukung ke dalam wadah berisi daging
ikan tadi dan lakukan pencampuran semua bahan lalu diaduk hingga menjadi
adonan.
6. Selanjutnya, bentuk adonan menjadi bentuk silinder.
7. Setelah itu lakukan perebusan terhadap adonan selama 30 menit dengan suhu
kurang lebih 60oC.
8. Setelah matang, lakukan penirisan selama 10-15 menit.
9. Lakukan pengemasan dengan menutup semua bagian produk menggunakan
plastik.

c. Pemasaran Produk
Pemasaran produk pengolahan di daerah Desa Teluk Bogam ini
menggunakan sistem pedagang datang ke tempat pengolahan dan melalui sistem
telepon. Jenis produk yang di pasarkan yakni ikan asin dan kerupuk basah.

d. Kondisi Sanitasi dan Higiene


Dalam penanganan hasil perikanan ada sebuah prinsip yang harus
diterapkan, prinsip itu yaitu 3C+Q (cold chain, Clean, carefull, dan quick). Prinsip
sanitasi dan higiene sangat berkaitan dengan prinsip penangan 3C+Q. Prinsip
3C+Q wajib diterapkan dari tahap penangkapan ikan hingga tahapan pengolahan.
Sebab prinsip tersebut sangat mempengaruhi mutu dan kesegaran ikan yang akan
di olah.
Bagaimana prinsip 3C+Q ditempat pengolahan ikan rebus dan ikan asin?
Kondisi sanitasi dan Higiene di tempat pengolahan yang dikunjungi taruna
sebagai berikut:
a) Cold Chain (rantai dingin). Prinsip cold chain sudah diterapkan dalam tempat
pengolahan ini. Namun belum sepenuhnya, sebab es yang diberikan belum cukup
untuk mengenai seluruh ikan yang ada.
b) Clean (kebersihan). Prinsip clean masih kurang, diterapkan karena terlihat masih
banyak sekali ikan yang diletakkan secara asal dan langsung mengenai permukaan
lantai yang manalantai tersebut dalam keadaan kotor sebab sering dilalui oleh
pekerja. Para pekerja ditempat ini juga tidak memakai alat sesuai standarnya

24
seperti sarung tangan, dan sepatu. Dan alat yang diginakan juga belum sesuai,
masih juga menggunakan bakul yang mana sulit untuk dibersihkan.
c) Carefull (kehati-hatian). Prinsip penanganan ini masih perlu diperhatikan. Terlihat
pada gambar masih kurangnya penerapan prinsip kehati-hatian dalam menangani
ikan-ikan tersebut. Ikan diletakkan secara asal, dimasukkan dalam wadah dengan
jumlah yang banyak yang otomatis tubuh ikan saling bertekanan dan bisa saja
rusak.
d) Quick (Kecepatan). Prinsip quick sudah diterapkan dalam pengolahan. Ikan yang
sampai ke tempat pengolahan langsung ditangani, disiangi, dan diberi es.

D. Teknologi Akuakultur
1. Responden Pembudidaya 1
Nama : Bahrudin
Alamat : Jl. Dr. H. Ujang Iskandar, Desa Raja Seberang, Kec.Arut Selatan
a. Data Usaha
Budidaya yang dimiliki Bapak Bahrudin ini yaitu jenis keramba. Usaha
keramba yang dimiliki Bapak Bahrudin ini membudidaya ikan nila, bawal, dan
ikan baung. Usaha ini dibangun pada tahun 2010, dengan status kepemilikan yaitu
milik sendiri dan menggunakan dana pribadi. Dana awal Bapak Bahrudin
membuat usaha ini adalah 15.000.000 (lima belas juta). Luas lahan yang dimiliki
Bapak bahrudin yaitu 8 x 20 M.
b. Keadaan Usaha
Status lahan yang dimiliki adalah milik sendiri dengan luas lahan 8 x 20 M
yang sudah dioperasikan selama 12 tahun. Berlokasi di Jl. Dr. H. Ujang Iskandar,
Desa Raja Seberang, Kec.Arut Selatan. Luas wadah budidaya yaitu 3x2x1,5, jenis
wadah yang digunakan yaitu keramba jaring apung yang berjumlah 8 petak
keramba dengan tinggi air 1 meter.
c. Teknis Budidaya
Jenis komoditi yang dibudidayakan yaitu ikan nila, ikan bawal dan ikan
baung dengan padat tebar 2.000 ekor/petak. Lama pemeliharaan ikan yaitu 6
bulan, dalam 1 tahun ada 2 siklus. Jumlah panen persiklus 200 kilogram. Benih
yang dibudidayakan berasal dari Banjarmasin.

25
Bagaimana cara persiapan wadah/lahan? Persiapan waadah dimulai
dengan pemasangan waring yang sudah dijemur sebelumnya. Kemudian dipasang
pada petakan keramba yang akan digunakan. Jenis pakan yang digunakan yaitu
pakan timbul, jumlah pakan yang diberikan yaitu tergantung kondisi air, jika
kondisi air kurang baik maka pemberian pakan dikurangi. Frekuensi pemberian
pakan 2 kali sehari, yaitu pagi dan sore (06.00,15.00).
Jenis penyakit yang menyerang komoditas yaitu pencemaran air sungai. Upaya
yang dilakukan untuk menanggulanginya yaitu dengan mengurangi banyaknya
pemberian pakan.
d. Panen
Ikan dipanen dengan lama pemeliharaan selama 5-6 bulan. Metode panen
yang dilakukan yaitu dengan menggunakan serok. Rata-rata hasil panen sekitar
200 Kg/siklus.
e. Pemasaran
Hasil panen langsung dijual kepasar terdekat. Harga jual ikan nila yaitu
33.000/kg, ikan bawal 23.000/kg, dan ikan baung dijual dengan harga 45.000/kg.

2. Responden Pembudidaya 2
Nama : Junaidi
Alamat : Jl. Ahmad Yani, Desa Palingkau,Baru, Kec.Arut Selatan
a. Data Usaha
Budidaya yang dimiliki Bapak Junaidi ini yaitu jenis tambak tradisional.
Usaha tambak yang dimiliki Bapak Junaidi ini membudidaya ikan nila dan ikan
patin. Usaha ini dibangun pada tahun 2020, dengan status kepemilikan yaitu milik
sendiri dan menggunakan dana pribadi. Dana awal Bapak Junaidi dari awal
pembuatan tambak sampai dengan pengisian bibit sekitar 100.000.000 (seratus
juta). Total tambak yang dimiliki Bapak Junaidi yaitu ada 4 tambak, dengan
ukuran 15x20 M 1 tambaknya.
b. Keadaan Usaha
Status tambak yang dimiliki adalah milik sendiri dengan luas satu tambak
15x20 M yang sudah dioperasikan selama 1 tahun. Berlokasi di Jl. Ahmad Yani,

26
Desa Palingkau,Baru, Kec.Arut Selatan. Bapak Junaidi memiliki 4 petak tambak
dengan kedalaman 1,5 M.
c. Teknis Budidaya
Jenis komoditi yang dibudidayakan yaitu ikan nila dan ikan patin dengan
padat tebar ikan nila 4.000 ekor/petak dan ikan patin 7.000 ekor/petak. Lama
pemiliharaan ikan yaitu 4 bulan, dalam 1 tahun dapat 3 kali panen. Jumlah panen
dalam 1 tambak yaitu 1 ton untuk ikan nila dan 2 ton untuk ikan patin. Benih yang
dibudidayakan berasal dari jawa untuk ikan patin, sedangkan untuk benih ikan
nila Bapak Junaidi membenih sendiri.
Jenis pakan yang digunakan yaitu jenis pelet bintang 888, pemberian
pakan yaitu 3 kali sehari, yaitu pada pagi,siang dan sore hari. Jumlah pakan yang
diberikan tidak menentu, namun masih dalam kontrol Bapak Junaidi.
Hama yang biasa dihadapi Bapak Junaidi yaitu biawak, cara menanggulanginya
yaitu dengan pemasangan jaring di sekeliling tambak.
d. Panen
Ikan dipanen dengan lama pemeliharaan selama 4 bulan. Metode panen
yang dilakukan yaitu dengan menggunakan jaring trowl. Rata-rata hasil panen
sekitar 1 ton untuk nila/petak, dan untuk patin sekitar 2 ton/petak.
e. Pemasaran
Hasil panenlangsung dijual ke pedagang pasar. Harga jual ikan nila yaitu
40.000/kg, dan untuk ikan patin 25.000/kg.

E. Teknologi Pengelolaan Sumber Daya Perairan


1. Pengertian Ekowisata
Ekowisata adalah suatu konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan
yang bertujuan untuk mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan (alam dan

27
budaya) dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan yang
konservatif, sehingga memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat setempat
(Ditjen Pariwisata, 1995).
Konsep ekowisata merupakan salah satu bentuk pariwisata yang
bertanggung jawab menjaga kawasan yang masih bersifat alam (cagar alam
memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya bagi
masyarakat setempat. Berdasarkan pengertian tersebut maka wujud ekowisata
pada dasarnya adalah wujud Kampanye konservasi untuk populasi dunia.
Ekowisata merupakan kegiatan pariwisata yang bertanggung jawab atas
kesejahteraan dan perlindungan lingkungan hidup masyarakat setempat.
Ekowisata dapat memberikan banyak manfaat, seperti sumber dana untuk
kawasan lindung, perlindungan kawasan lindung, sumber mata pencaharian
alternatif bagi masyarakat lokal, promosi perlindungan dan, khususnya, pilihan
untuk mendorong pekerjaan perlindungan.
2. Hutan Mangrove
Indonesia menjadi negara dengan hutan mangrove paling luas di dunia.
Menurut data badan Pusat Stastistik, luas ekosistem mangrove di Indonesia
mencapai 3,63 juta hektar (ha) atau 20,37% dari total dunia (2021).
Definisi hutan bakau (mangrove) menurut Steenis (1978) adalah vegetasi
hutan yang tumbuh di antara garis pasang surut. Menurut Soerianegara (1990)
hutan mangrove mempunyai pengertian sebagai hutan yang tumbuh di daerah
pantai, biasanya terdapat di daerah teluk dan di muara sungai yang dicirikan oleh:
1) tidak terpengaruh iklim; 2) dipengaruhi pasang surut; 3) tanah tergenang air
laut; 4) tanah rendah pantai; 5) hutan tidak mempunyai struktur tajuk; 6) jenis-
jenis pohonnya biasanya terdiri dari api-api (Avicenia sp.), pedada (Sonneratia
sp.), bakau (Rhizophora sp.), lacang (Bruguiera sp.), nyirih (Xylocarpus sp.),
nipah (Nypa sp.).
Ekosistem mangrove, baik secara sendiri maupun secara bersama dengan
ekosistem mangrove berperan penting dalam stabilitas suatu ekosistem pesisir,
baik secara fisik maupun secara biologis, di samping itu, ekosistem mangrove
merupakan sumber plasma nutfah yang cukup tinggi (misal, mangrove di

28
Indonesia terdiri atas 157 jenis tumbuhan tingkat tinggi dan rendah, 118 jenis
fauna laut dan berbagai jenis fauna darat (Kusmana, 2002).
Di samping itu, ekosistem mangrove juga merupakan penghasil detritus
dan merupakan daerah asuhan (nursery ground), daerah untuk mencari makan
(feeding ground), serta daerah pemijahan (spawning ground) bagi berbagai jenis
ikan, udang, dan biota laut lainnya. Juga sebagai pemasok larva ikan, udang, dan
sebagai tempat pariwisata.
Menurut Hardjosento (1981) dalam Saenger (1983), hasil dari hutan
mangrove dapat berupa kayu, bahan bangunan, chip, kayu bakar, arang kulit kayu
yang menghasilkan tanin (zat penyamak) dan lain-lain. Selanjutnya Saenger,
(1983) juga merinci hasil-hasil produk dari ekosistem hutan mangrove berupa :
 Bahan bakar; kayu bakar, arang dan alkohol.
 Bahan bangunan; balok perancah, bangunan, jembatan, balok rel kereta api,
pembuatan kapal, tonggak dan atap rumah. Tikar bahkan pagar pun menggunakan
jenis yang berasal dari hutan mangrove.
 Makanan; obat-obatan dan minuman, gula alkohol, asam cuka, obat- obatan.
 Perikanan; tiang-tiang untuk perangkap ikan, pelampung jaring, pengeringan ikan,
bahan penyamak jaring dan lantai.
 Pertanian, makanan ternak, pupuk dsb.
 Produksi kertas; berbagai macam kertas

a. .Pemahaman Wisata Pesisir Berbasis ekowisata


Dari hasil data responden diperoleh tingkat pemahaman rata-rata
masyarakat terkait wisata pesisir berbasis ekowisata sudah paham dan sangat
setuju apabila masyarakat dilibatkan dalam proses pengembangan ekowisata. Di
mana sebelumnya masyarakat juga selalu terlibat dalam pengembangan dan
pembangunan ekowisata pesisir, tidak han#ya itu respon dari masyarakat itu
sendiri sangat positif serta sangat berharap dan mendukung akan adanya program
pengembangan daerah wisata berbasis ekowisata dalam waktu dekat akan ada
penanaman mangrove.

b. Pemahaman Kesehatan Lingkungan

29
Tingkat pemahaman masyarakat terhadap kesehatan lingkungan yaitu
sangat memahami tentang kesehatan lingkungan itu sendiri, terkait kondisi
kesehatan masyarakat juga sudah baik dan sudah terjamin oleh kartu jaminan
kesehatan, namun masyarakat masih membutuhkan fasilitas layanan kesehatan
yang lebih baik lagi . sejauh ini yang sudah saya lihat masyarakat selalu menjaga
kebersihan lingkungan sekitar, masyarakat membuang sampah pada tempatnya
lalu dibakar dan juga mengadakan kegiatan bersih- bersih kawasan ekowisata
mangrove yang diadakan secara rutin pada hari jumat guna melestarikan dan
menjaga kebersihan lingkungan.

c. Kearifan lokal (tradisi)


Kearifan lokal (tradisi) dari masyarakat masih dipertahankan dan menjaga
tradisi tersebut agar tetap berjalan yaitu salah satu sanoman,takdir ilahi seperti
ketika adanya pernikahan.Dimana sanoman,takdir ilahi adalah upacara untuk
pernikahan oleh masyarakat setempat didesa Teluk Bogam Kecamatan Kumai.

30
3. Fungsi dan Manfaat Hutan Mangrove
Saenger (1983); Salim (1986); dan Naamin (1990) menyatakan bahwa fungsi
ekosistem mangrove mencakup fungsi fisik, fungsi biolofis dan fungsi ekonomi.
Fungsi Fisik:
 Menjaga garis pantai agar tetap stabil
 Melindungi pantai dari erosi laut (abrasi) dan intrusi air laut
 Melindungi pantai dari erosi laut (abrasi) dan intrusi air laut Fungsi Biologis:
 Tempat pembenihan ikan, udang, tempat pemijahan beberapa biota air
 Tempat bersarangnya burung; habitat alami bagi berbagai jenis biota Fungsi
Ekonomi:
 Sebagai sumber bahan bakar (arang, kayu bakar)
Hutan mangrove sumber daya alam daerah tropis yang mempunyai manfaat ganda
baik dari aspek sosial ekonomi maupun ekologi. Besarnya peranan ekosistem
hutan mangrove bagi kehidupan dapat diketahui dari banyaknya jenis hewan baik
yang hidup di perairan, di atas lahan maupun di tajuk- tajuk pohon mangrove atau
manusia yang bergantung pada hutan mangrove tersebut (Naamin, 1991).
Manfaat ekonomis diantaranya terdiri atas hasil berupa kayu (kayu bakar, arang,
kayu konstruksi) dan hasil bukan kayu (hasil hutan ikutan dan pariwisata).
Manfaat ekologis, yang terdiri atas berbagai fungsi lindungan baik bagi
lingkungan ekosistem daratan dan lautan maupun habitat berbagai jenis fauna,
diantaranya :
 Sebagai proteksi dari abrasi/erosi, gelombang atau angin kencang
 Pengendali intrusi air laut
 Habitat berbagai jenis fauna
 Sebagai tempat mencari makan, memijah dan berkembang biak berbagai jenis
ikan dan udang
 Pembangun lahan melalui proses sedimentasi
 Pengontrol penyakit malaria
 Memelihara kualitas air (meredukasi polutan, pencemar air)
 Penyerap CO2 dan penghasil O2 yang relatif tinggi di banding tipe hutan lain.

31
DAFTAR PUSTAKA

32

Anda mungkin juga menyukai