BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan secara singkat tentang latar belakang pelaksaan pekerjaan, ruang lingkup,
kondisi fisik dasar, kependudukan, dasar hokum dan sistematika pembahasan pelaksaan pekerjaan
penyusunan KLHS RTRW Kabupaten Teluk Bintuni.
I-1
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DOKUMEN KLHS
RTRW KABUPATEN TELUK BINTUNI
1.1.1. Maksud
Maksud dari Penyusunan Dokumen KLHS RTRW Kabupaten Teluk Bintuni
sebagaimana telah digambarkan dalam latar belakang diatas adalah sebagai pedoman dasar
bagi kebijakan, perencanaan, dan/atau program perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup dalam menunjang legalisasi produk RTRW.
1.1.2. Tujuan
Adapun tujuan Penyusunan Dokumen KLHS RTRW Kabupaten Teluk Bintuni adalah:
1. Tersedianya data tentang kajian perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan
hidup, kajian kinerja layanan/jasa ekosistem, kajian efisiensi pemanfaatan sumber daya
alam, kajian tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi, kajian terhadap perubahan
iklim, kajian tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati.
2. Agar dapat memberikan evaluasi terhadap kebijakan, Rencana Pola Ruang, Rencana
Jaringan Prasarana, ketentuan pemanfaatan ruang dan peraturan pengendalian
pemanfaatan ruang dalam Produk RTRW sesuai dengan rekomendasi yang disajikan
dalam dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS).
1.1.3. Sasaran
Sasaran yang diharapkan dalam Penyusunan Dokumen KLHS RTRW Kabupaten Teluk
Bintuni adalah Tersusunnya dokumen KLHS RTRW Kabupaten TELUK BINTUNI sebagai
upaya percepatan legalisasi Peraturan Daerah tentang RTRW Kabupaten TELUK BINTUNI
I-2
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DOKUMEN KLHS
RTRW KABUPATEN TELUK BINTUNI
Kabupaten Teluk Bintuni terletak di bagian tengah Provinsi Papua Barat dengan ibukota
kabupaten berada di Distrik Bintuni. Secara geografis,
Kabupaten Teluk Bintuni terletak di antara 1º57’00” - 3º 11’26” Lintang Selatan dan
132º44’59”-134º14’49”Bujur Timur. Batas wilayah Kabupaten Teluk Bintuni adalah sebagai
berikut:
Sebelah utara : Kabupaten Manokwari dan Kabupaten Sorong Selatan;
Sebelah selatan : Kabupaten Kaimana dan Kabupaten Fak-Fak;
Sebelah timur : Kabupaten Teluk Wondama, Kabupaten Manokwari, dan
Kabupaten Nabire (Provinsi Papua); dan
Sebelah barat : Kabupaten Sorong Selatan.
Pada awalnya, jumlah distrik yang ada di Kabupaten Teluk Bintuni adalah sebanyak 10
distrik berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 3 Tahun 2007 tentang Pembentukan
Distrik. Sejalan dengan adanya perkembangan waktu dan untuk memaksimalkan pelayanan
kepada masyarakat, jumlah distrik di Kabupaten Teluk Bintuni pada tahun 2007 dimekarkan
menjadi 24 distrik yaitu: Distrik Farfuwar, Babo, Sumuri, Aroba, Kaitaro, Kuri, Idoor/Wamesa,
Bintuni, Manimeri, Tuhiba, Dataran Beimes, Tembuni, Aranday, Tomu, Komundan, Weriagar,
Moskona Selatan, Meyado, Moskona Barat, Merdey, Biscoop, Masyeta, Moskona Utara, dan
Moskona Timur. Kabupaten Teluk Bintuni memiliki luas wilayah 18.637 km2 atau sebesar
19,2 persen dari luas Provinsi Papua Barat. Distrik yang memiliki wilayah terluas di Kabupaten
Teluk Bintuni adalah Distrik Sumuri, yaitu seluas 1.922 km² (10,31 persen).
Distrik yang memiliki wilayah terluas kedua adalah Distrik Kuri yaitu seluas 1.611
km²(8,64 persen), diikuti Distrik Tembuni seluas 1.326 km² (7,11 persen), sedangkan distrik
dengan luas wilayah terkecil adalah Distrik Tuhiba, yaitu seluas 263,60 km² (1,41 persen).
Tabel 1.1. Luas Wilayah Kabupaten Teluk Bintuni Menurut Distrik
Luas
No. Distrik % Ibukota Distrik
(Km2)
1 Farfurwar 1.171,00 6,28% Fruata
2 Babo 687,43 3,69% Irarutu III
3 Sumuri 1.922,00 10,31% Tofoi
4 Aroba 859,29 4,61% Aroba
5 Kaitaro 859,29 4,61% Sara
6 Kuri 1.611,00 8,64% Sarbe
7 Wamesa 816,00 4,38% Idoor
8 Bintuni 421,75 2,26% Bintuni Barat
9 Manimeri 316,32 1,70% Bumi Saniari
10 Tuhiba 263,60 1,41% Tuhiba
11 Dataranbeimes 316,32 1,70% Horna
12 Tembuni 1.326,00 7,11% Tembuni
13 Aranday 572,01 3,07% Aranday
I-3
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DOKUMEN KLHS
RTRW KABUPATEN TELUK BINTUNI
Luas
No. Distrik % Ibukota Distrik
(Km2)
14 Tomu 572,00 3,07% Sebyar Rejosari
15 Komundan 572,00 3,07% Kalitami I
16 Weriagar 715,00 3,84% Weriagar
Moskona
17 Selatan 929,62 4,99% Jagiro
18 Meyado 743,69 3,99% Meyado
19 Moskona Barat 743,69 3,99% Meyerga
20 Merdey 789,44 4,24% Merdey
21 Biscoop 789,44 4,24% Jahabra
22 Masyeta 451,11 2,42% Masyeta
23 Moskona Utara 679,43 3,65% Moyeba
24 Moskona Timur 509,57 2,73% Igomu
Total 18.637,00 100,00%
Sumber: Kabupaten Teluk Bintuni Dalam Angka, 2019
I-4
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DOKUMEN KLHS
RTRW KABUPATEN TELUK BINTUNI
RTRW
RPJM
Dokumen-dokumen lain yang terkait.
c. Pengumpulan dan penelaahan data instansional di lingkungan SKPD untuk menggali
informasi yang berkaitan dengan isu pokok lingkungan hidup dan pembangunan
daerah.
d. Melakukan diskusi terarah terbatas untuk membahas implikasi Kebijakan Rencana
Program dan menggali alternatif konsep keberlanjutan permbangunan.
e. Melakukan kegiatan Pelaporan dan Tinjauan (reporting and review).
f. Finalisasi Laporan dan Penyerahan Laporan.
1.3. KELUARAN
1. Hasil yang diharapkan dari penerapan KLHS adalah tersusunnya laporan pelaksanaan
KLHS yang memuat rekomendasi mitigasi dampak negatif kebijakan dan/atau rencana
pembangunan terhadap lingkungan hidup disertai dengan serta kajian daya dukung
dan daya tampung SDA yang dilengkapi dengan data hasil identifikasi dan
inventarisasi sumber pencemar air, tanah dan udara. Laporan KLHS bersifat interaktif
yang dapat dan bahkan perlu dimutakhirkan oleh SKPD terkait.
2. Laporan KLHS ini diharapkan bermanfaat bagi penyusunan Rencana Tata Ruang
Daerah ataupun Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Menengah Daerah
berikutnya agar sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan.
3. Dokumen-dokumen perencanaan dan lingkungan seperti halnya tata ruang, rencana
pembangunan dan status lingkungan hidup merupakan referensi utama yang dapat
dijadikan baseline bagi analisis KLHS ini.
4. Output yang diharapkan dari kegiatan Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis
(KLHS) adalah tersusunnya dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis yang
didukung dengan data keruangan mengenai identifikasi kemampuan dan daya dukung
lingkungan hidup.
5. Sedangkan outcome yang diharapkan dari kegiatan penyusunan Kajian Lingkungan
Hidup Strategis adalah :
a. Tersedianya bahan/pedoman untuk penyusunan kebijakan, strategi dan program
pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan di wilayah studi;
b. Diperolehnya informasi yang dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan
evaluasi dan validasi terhadap kebijakan tata ruang dan pengelolaan lingkungan
hidup.
I-5
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DOKUMEN KLHS
RTRW KABUPATEN TELUK BINTUNI
I-6
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DOKUMEN KLHS
RTRW KABUPATEN TELUK BINTUNI
No. Peraturan Alasan Digunakan Sebagai Acuan
Wilayah Nasional Nasional
14 Peraturan Pemerintah RI No. 42 Tahun Sebagai dasar dalam pengelolaan dan
2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya pemanfaatan air
Air
15 Peraturan Pemerintah RI No. 41 Tahun Sebagai dasar dalam pengelolaan
2009 tentang Pengendalian Pencemaran parameter udara
Udara
16 Peraturan Pemerintah RI No. 43 Tahun Sebagai dasar dalam penetapan lokasi
2010 tentang Penetapan Kawasan Khusus proyek
17 Peraturan Pemerintah No 46 Tahun Sebagai dasar dalam Penyelenggaraan
2016 tentang Tata Cara Penyelenggaraan KLHS
Kajian Lingkungan Hidup Strategis.
Peraturan Menteri RI
17 Peraturan Menteri Kesehatan RI No. Sebagai dasar dalam menetapkan
416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat- kelayakan kualitas air yang dapat
Syarat dan Pengawasan Kualitas Air digunakan oleh masyarakat
18 Peraturan Menteri Kesehatan RI No. Sebagai dasar dalam menetapkan
1405/MenKes/SK/XI/2002 tentang Baku kelayakan kualitas udara ambient
Mutu Kualitas Udara Ambien di Dalam
Ruang
19 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI Sebagai pedoman dalam penyusunan
No. 09 Tahun 2011 Tentang Pedoman Dokumen KLHS
Umum Kajian Lingkungan Hidup
Strategis
20 Peraturan Menteri Kesehatan No Sebagai dasar dalam penilaian dan
492/Per/MENKES/IV/2010 Tentang penentuan kualitas air bagi masyarakat
Syarat-Syarat Kualitas Air Minum
21 Peraturan Menteri Kesehatan No Sebagai dasar dalam proses
736/Per/MENKES/VI/2010 Tentang pengawasan kelayakan kualitas air
Syarat-Syarat Pengawasan Kualitas Air untuk keperluan masyarakat
Minum
Keputusan Menteri
22 Keputusan Menteri Kesehatan No. Sebagai dasar menentukan tingkat
718/MENKES/PER/IV-/1987 tentang kebisingan yang dapat diterima oleh
Kebisingan Yang Berhubungan Dengan masyarakat
Kesehatan
23 Surat Keputusan Menteri Negara Sebagai acuan kualitas efluen hasil
Kependudukan dan Lingkungan Hidup pengolahan limbah domestik
No. Kep-02/MenKLH/1988 tentang Baku
Mutu Air Limbah.
24 Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Sebagai dasar penentuan baku mutu
No. 48/MENLH/11/1996 tentang Baku kualitas kebisingan yang terjadi akibat
Mutu Tingkat Kebisingan adanya pembangunan
25 Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Sebagai dasar tolok ukur dari getaran
No. 49/MENLH/11/1996 tentang Baku yang dapat dioperasikan dan aman
Tingkat Getaran bagi masyarakat sekitar
26 Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Sebagai dasar dalam menentukan dan
No. 50/MENLH/11/1996 tentang Baku menetapkan sutau kegiatan
I-7
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DOKUMEN KLHS
RTRW KABUPATEN TELUK BINTUNI
No. Peraturan Alasan Digunakan Sebagai Acuan
Mutu Tingkat Kebauan bermasalah atau tidak terhadap
munculnya bau.
27 Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Sebagai dasar dalam perhitungan
No. 45/MENLH/10/1997 tentang Indeks untuk menentukan kriteria ISPU
Standar Pencemar Udara
28 Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI Sebagai dasar untuk menilai kelayakan
No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan kemudahan pencapaian rencana
Teknis Aksesbilitas pada Bangunan kegiatan
Umum dan Lingkungan
29 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Untuk memberi batasan hasil
Hidup No. 112 Tahun 2003 tentang pengolahan limbah domestik yang
Baku Mutu Limbah Cair Domestik aman dibuang ke badan air
I-8
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DOKUMEN KLHS
RTRW KABUPATEN TELUK BINTUNI
b. Peraturan Pemerintah No 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang.
Pasal 25, 27, 33 dan 35 menyatakan bahwa prosedur penetapan RTRW nasional, provinsi,
kabupaten/kota dilakukan melalui KLHS.
c. Peraturan Pemerintah No 46 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Kajian
Lingkungan Hidup Strategis.
I-9