Anda di halaman 1dari 5

PENDAHULUAN

BAB
8
Dalam bab ini menguraikan terkait dengan hak, kewajiban dan peran serta masyarakat dalam
pekerjaan Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni.
PENDAHULUAN

Undang-Undang No. 26 tahun 2007PENDAHULUAN


menyebutkan bahwa setiap orang,kelompok
dan badan hukum berhak (dan wajib) berperan serta dalam penyusunan rencana tata
ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Adapun tujuan peran
PENDAHULUAN
serta masyarakat yang ingin dicapai, pada prinsipnya harus pula dikondisikan suatu
situasi di mana timbul keinginan masyarakat untuk berperan serta. Hal ini akan sangat
menentukan keberhasilan dan kegagalan pencapaian tujuan peranserta masyarakat itu
sediri. Pengkondisian tersebut harus mengarah kepada timbulnya peran serta bebas dan
mengeliminir sebanyak mungkin peranserta ‘terpaksa'. Peran serta ‘bebas’ terjadi bila
seorang individu melibatkan dirinya secara sukarela di dalam suatu kegiatan partisipatif
tertentu.
Pada kasus kelompok miskin dan lemah, partisipasi dapat berkontribusi ke proses
peningkatan, pendidikan, dan pelatihan sebagai penyatuan (integrasi) ke dalam
komunitas yang lebih luas yang di dalamnya rasa ketidakberdayaan (powerlessness) dapat
ditanggulangi dan swadaya (self-help) dan pembangunan kepemimpinan dapat
dipromosikan.
Dari segi politik, partisipasi lebih mempromosikan participatory dibanding
demokrasi perwakilan (representative democracy) sebagai hak demokrasi dan setiap
orang dan dengan demikian publik secara umum, untuk berpartisipasi dalam proses
pengambilan keputusan. Partisipasi publik juga akan membantu dewan (DPRD) dan para
pembuat keputusan lainnya untuk mendapatkan gambaran lebih jelas mengenai

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VIII-1
LAPORAN AKHIR

permintaan permintaan dan aspirasi konstituen mereka atau semua pihak yang akan
terpengaruh, dan sensitivitas pembuatan keputusan dapat dimaksimalkan jika ditangani
secara tepat.
Dan segi planning partisipasi menyediakan sebuah forum untuk saling tukar
gagasan dan prioritas, penilaian akan public interest dalam dinamikanya serta
diterimanya proposal-proposal perencanaan. Keuntungan lain dari public participation
adalah kemungkinan tercapainya hubungan yang lebih dekat antara warga dengan
otoritas kabupaten/kota dan menggantikan perilaku they/we menjadi perilaku us. Banyak
faktor yang menjadi hambatan atau kendala dalam mendorong peran serta masyarakat
dalam perencanaan.
Peran-serta masyarakat dalam sistem perencanaan dihadapkan pada berbagai
persoalan, baik pada level negara bagian maupun lokal. Hambatan atau kendala dalam
mendorong peran serta masyarakat dalam penataan ruang yaitu :
1. Partisipasi dalam proses perencanaan lokal umumnya dimulai sangat terlambat,
yaitu setelah rencana (the real planning directions) telah selesai disusun, sehingga
masyarakat akhirnya hanya mempertanyakan hal-hal bersifat detail.
2. Partisipasi komunitas yang sungguh-sungguh sangat sedikit apalagi mengenai isu-
isu besar seperti pertumbuhan dan pembangunan kabupaten/kota.
3. Ketika partisipasi tersebut benar-benar diinginkan, terlalu sedikit masyarakat yang
terorganisasi atau yang terstruktur secara mapan yang efektif mengajukan masukan
dan komunitas.
4. Secara umum, komunitas belum memiliki sumberdaya yang baik dalam hal waktu,
keahlian atau ruang untuk membuat aspirasi yang efektif. Diperlukan
pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat di dalam proses
pembangunan sebagai suatu sistem yang dipadukan dengan visi kabupaten/kota
yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

8.1. HAK MASYARAKAT

Dalam lingkup pemanfaatan ruang, masyarakat dapat berada pada posisi yang
berbeda-beda, antara lain sebagai pelaku utama pemanfaatan ruang, sebagai pihak yang
terkena dampak kegiatan pemanfaatan ruang, sebagai pihak yang mempengaruhi
kebijakan pemanfaatan ruang, sebagai pihak yang mengawasi dan mengkontrol kebijakan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VIII-2
LAPORAN AKHIR

pemanfaatan ruang. Oleh sebab itu, masyarakat merupakan pelaku pembangunan yang
memiliki peran terbesar dalam pemanfaatan ruang.
Masyarakat dapat bertindak secara individu atau kelompok. Pada kondisi yang
lebih berkembang, masyarakat membentuk suatu forum yang menghimpun anggota
masyarakat yang memiliki kepentingan yang sama, dimana mereka dapat mengambil
keputusan, membahas permasalahan dan berusaha mempengaruhi kebijakan
pemerintah. Dalam penataan ruang, setiap orang berhak untuk (Pasal 17 UU Cipta Kerja)
:
1. Mengetahui rencana tata ruang;
2. Menikmati pertambahan nilai ruang sebagai akibat penataan ruang;
3. Memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang timbul akibat pelaksanaan
kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang;
4. Mengajukan tuntutan kepada pejabat berwenang terhadap pembangunan yang
tidak sesuai dengan rencana tata ruang di wilayahnya;
5. Mengajukan tuntutan pembatalan persetujuan kegiatan penataan ruang dan/atau
penghentian pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang kepada
pejabat berwenang; dan
6. Mengajukan gugatan ganti kerugian kepada pemerintah dan/atau kepada pelaksana
kegiatan pembangunan yang tidak sesuai apabila kegiatan pembangunan yang tidak
sesuai dengan rencana tata ruang menimbulkan kerugian.

8.2. KEWAJIBAN MASYARAKAT

Dalam pemanfaatan ruang, setiap orang wajib:


1. Mentaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
2. Memanfaatkan ruang sesuai dengan rencana tata ruang;
3. Mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan kesesuaian kegiatan
pemanfaatan ruang; dan
4. Memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan perundang-
undangan dinyatakan sebagai milik umum.
Dalam penataan ruang masyarakat wajib memelihara kualitas ruang. Pelaksanaan
kewajiban masyarakat dilaksanakan dengan mematuhi dan menerapkan kriteria
penataan ruang, kaidah penataan ruang, baku mutu penataan ruang, dan aturan-aturan
penataan ruang yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undang.

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VIII-3
LAPORAN AKHIR

8.3 PERAN SERTA MASYARAKAT


Sesuai dengan UU Penataan Ruang No 26 Tahun 2007 Pasal 65 sebagaimana
dirubah pada UU Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, dalam penyelenggaraan
penataan ruang dilakukan oleh pemerintah harus dengan melibatkan peran masyarakat.
Peran masyarakat dalam penataan ruang dilakukan antara lain :
1. Partisipasi dalam penyusunan rencana tata ruang, berupa:
a Masukan mengenai:
• Persiapan penyusunan rencana tata ruang;
• penentuan arah pengembangan wilayah atau kawasan;
• pengidentifikasian potensi dan masalah pembangunan wilayah atau
kawasan;
• perumusan konsepsi rencana tata ruang; dan/atau
• penetapan rencana tata ruang.
a Kerja sama dengan Pemerintah Daerah dan/atau sesama unsur masyarakat
dalam perencanaan tata ruang.
2. Partisipasi dalam pemanfaatan ruang, berupa
a Pemberian masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang;
a Kerja sama dengan pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau sesama unsur
masyarakat dalam pemanfaatan ruang;
a Kegiatan memanfaatkan ruang yang sesuai dengan kearifan lokal dan rencana
tata ruang yang telah ditetapkan;
a Peningkatan efisiensi, efektivitas, dan keserasian dalam pemanfaatan ruang
darat, ruang laut, ruang udara, danruang di dalam bumi dengan
memperhatikan kearifan lokal serta sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
a Kegiatan menjaga kepentingan pertahanan dan keamanan serta memelihara
dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber daya alam.
3. Partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang, berupa:
a Pemberian masukan terkait arahan dan/atau peraturan zonasi, ketentuan
kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang, pemberian insentif dan disinsentif,
serta pengenaan sanksi;
a Keikutsertaan dalam memantau dan mengawasi pelaksanaan rencana tata
ruang yang telah ditetapkan;

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VIII-4
LAPORAN AKHIR

a Pelaporan kepada instansi dan/atau pejabat yang berwenang dalam hal


menemukan dugaan penyimpangan atau pelanggaran kegiatan pemanfaatan
ruang yang melanggar rencana tata ruang yang telah ditetapkan; dan
a Pengajuan keberatan terhadap keputusan pejabat yang berwenang terhadap
pembangunan yang dianggap tidak sesuai dengan rencana tata ruang.

8.4 KELEMBAGAAN
1. Koordinasi Pemanfaatan Ruang
Penataan ruang dalam RTRW ditunjang oleh sistem kelembagaan koordinasi
pemanfaatan ruang berupa Tim Koordinasi Penataan Ruang Daerah (TKPRD). Tugas
dan fungsinya adalah:
a Koordinasi pemanfaatan ruang dilakukan secara terpadu dan komprehensif
untuk mencapai kesinambungan regional melalui kerjasama antara
Pemerintah Daerah dan pihak-pihak lain yang terkait dengan pemanfaatan
ruang dan pelaksanaan kegiatan pembangunan.
a Koordinasi terhadap pemanfaatan ruang di kawasan perbatasan dilakukan
dengan kerjasama Pemerintah Kabupaten dengan pemerintah Kabupaten
perbatasan melalui fasilitasi Pemerintah Provinsi.
a Dalam rangka mengkoordinasikan penyelenggaraan penataan ruang dan
kerjasama antar sektor/antar daerah bidang penataan ruang dibentuk Tim
Koordinasi Penataan Ruang Daerah.
a Tugas, susunan, organisasi dan tata kerja Tim Koordinasi Penataan Ruang
Daerah diatur dengan Keputusan Bupati.
2. Pembinaan Pemanfaatan Ruang
Pembinaan terhadap pemanfaatan ruang dilakukan melalui koordinasi
penyelenggaraan penataan ruang. Pembinaan ini dilakukan oleh Bupati atau pejabat
yang ditunjuk.

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VIII-5

Anda mungkin juga menyukai