Anda di halaman 1dari 94

BAB

7
KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG

Dalam bab ini menguraikan terkait dengan arahan pemanfaatan ruang Kabupaten Teluk Bintuni dalam
pekerjaan Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni.

Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten adalah ketentuan-


ketentuan yang dibuat atau disusun dalam upaya mengendalikan pemanfaatan ruang
wilayah kabupaten agar sesuai dengan RTRW kabupaten yang berbentuk ketentuan
umum peraturan zonasi, ketentuan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang, ketentuan
insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi untuk wilayah kabupaten. Ketentuan
pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten disusun dengan kriteria:
1. Berdasarkan rencana struktur ruang dan rencana pola ruang wilayah kabupaten;
2. Mempertimbangkan penetapan kawasan strategis kabupaten;
3. Mempertimbangkan permasalahan, tantangan, dan potensi yang dimiliki wilayah
kabupaten;
4. Terukur, realistis, dan dapat diterapkan;
5. Mempertimbangkan aspirasi masyarakat dalam penetapannya;
6. Melindungi kepentingan umum; dan
7. Mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan hasil analisa dan rekomendasi dari PK RTRW Kabupaten Teluk
Bintuni yang sudah dilakukan sebelumnya, arahan terkait ketentuan pengendalian
pemanfaatan ruang di Kabupaten Teluk Bintuni berupa perubahan terkait dengan hal-hal
yang diperbolehkan, diperbolehkan dengan syarat, diizinkan dan dilarang pada tiap
substansi RTRW sesuai dengan kebijakan dan dinamika perkembangan.
LAPORAN AKHIR

7.1. KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG


RTRW KABUPATEN TELUK BINTUNI
Peraturan zonasi memuat 2 hal yaitu: aturan dasar; dan/atau dan teknik
pengaturan zonasi.
Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Kabupaten Ketentuan
pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten meliputi:
1. Ketentuan umum zonasi;
2. Penilaian pelaksanaan pemanfaatan ruang;
3. Ketentuan insentif dan disinsentif; dan
4. Arahan sanksi.
Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten disusun dengan
kriteria:
berdasarkan rencana struktur ruang dan rencana pola ruang wilayah
kabupaten;
1. Mempertimbangkan kawasan strategis kabupaten;
2. Mempertimbangkan permasalahan, tantangan, dan potensi yang dimiliki
wilayah kabupaten;
3. Terukur, realistis, dan dapat diterapkan;
4. Mempertimbangkan aspirasi masyarakat dalam penetapannya;
5. Melindungi kepentingan umum; dan
6. Mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan. Ketentuan
pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten memuat:
Ketentuan umum zonasi kabupaten
1. Ketentuan umum zonasi sistem kabupaten adalah ketentuan umum yang
mengatur pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendalian pemanfaatan
ruang yang disusun untuk setiap klasifikasi peruntukan/fungsi ruang dan
kawasan sekitar jaringan prasarana sesuai dengan RTRW Kabupaten.
2. Ketentuan umum zonasi kabupaten adalah penjabaran secara umum
ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang
dan ketentuan pengendaliannya yang mencakup seluruh wilayah
administratif;
3. Ketentuan umum zonasi kabupaten berfungsi:
a) Sebagai dasar pertimbangan dalam pengawasan penataan ruang;

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-2
LAPORAN AKHIR

b) Menyeragamkan ketentuan umum zonasi di seluruh wilayah kabupaten


untuk peruntukan ruang yang sama;
c) Sebagai landasan bagi penyusunan peraturan zonasi pada tingkatan
operasional pengendalian pemanfaatan ruang di setiap kawasan/zona
kabupaten; dan
d) Sebagai dasar pemberian izin pemanfaatan ruang;
4. Ketentuan umum zonasi disusun berdasarkan:
a) Sistem perkotaan kabupaten dan sistem jaringan prasarana wilayah
kabupaten;
b) Kawasan lindung dan kawasan budi daya wilayah kabupaten yang
ditampalkan (overlay) dengan:
 Kawasan keselamatan operasi penerbangan kkop;
 Kawasan pertanian pangan berkelanjutan (kp2b);
 Kawasan rawan bencana;
 Kawasan cagar budaya;
 Kawasan resapan air;
 Kawasan sempadan;
 Kawasan pertahanan dan keamanan;
 Kawasan karst;
 Kawasan migrasi satwa;
 Kawasan pertambangan mineral dan batubara; dan/atau
 Ruang dalam bumi.
c) Arahan umum desain kawasan perkotaan; dan
d) Peraturan perundang-undangan sektor terkait lainnya.
Ketentuan umum zonasi yang ditetapkan dalam RTRW Kabupaten berisikan:
1. Kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan, diperbolehkan dengan syarat,
dan kegiatan yang tidak diperbolehkan pada setiap kawasan peruntukan yang
mencakup ruang darat, laut, udara, dan dalam bumi;
2. Intensitas pemanfaatan ruang (amplop ruang) pada setiap kawasan antara lain
meliputi koefisien dasar hijau, koefisien dasar bangunan, koefisien lantai bangunan,
garis sempadan bangunan, tata bangunan, dan kepadatan bangunan;
3. Sarana dan prasarana minimum sebagai dasar fisik lingkungan guna mendukung
pengembangan kawasan agar dapat berfungsi secara optimal.

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-3
LAPORAN AKHIR

4. Ketentuan lain yang dibutuhkan misalnya, pemanfaatan ruang pada zona-zona yang
dilewati oleh sistem jaringan sarana dan prasarana wilayah kabupaten mengikuti
ketentuan perundangundangan yang berlaku; dan
5. Ketentuan khusus, yaitu ketentuan yang mengatur pemanfaatan kawasan yang
memiliki fungsi khusus dan memiliki aturan tambahan seperti adanya kawasan
yang bertampalan dengan dengan kawasan peruntukan utama, yang disebut
sebagai kawasan pertampalan/tumpang susun (overlay).
Ketentuan khusus ini dibuat sebagai ketentuan tambahan dalam rangka
pengendalian pemanfaatan ruang. Kawasan pertampalan/tumpang susun (overlay)
meliputi:
1. Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan KKOP, yaitu wilayah daratan dan/atau
perairan dan ruang udara disekitar bandar udara yang dipergunakan untuk
kegiatan operasi penerbangan dalam rangka menjamin keselamatan penerbangan;
2. Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan (KP2B), yaitu: wilayah budi daya
pertanian terutama pada wilayah perdesaan yang memiliki hamparan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan dan/atau hamparan Lahan Cadangan Pertanian
Pangan Berkelanjutan serta unsur penunjangnya dengan fungsi utama untuk
mendukung kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional;
3. Kawasan rawan bencana, yaitu kawasan dengan kondisi atau karakteristik geologis,
biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan
teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi
kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi
kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu;
4. Kawasan cagar budaya, yaitu satuan ruang geografis yang memiliki dua situs cagar
budaya atau lebih yang letaknya berdekatan dan/atau memperlihatkan ciri tata
ruang yang khas. Pada ketentuan khusus cagar budaya dapat diakomodir pula
wilayah kelola masyarakat hukum adat;
5. Kawasan resapan air, yaitu daerah yang mempunyai kemampuan tinggi untuk
meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akifer) yang
berguna sebagai sumber air;
6. Kawasan sempadan, yaitu kawasan dengan jarak tertentu dari pantai, sungai,
situ/danau/embung/waduk, mata air, dan pipa/kabel bawah laut yang mempunyai
manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi;

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-4
LAPORAN AKHIR

7. Kawasan pertahanan dan keamanan, yaitu kawasan yang ditetapkan untuk


mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara kesatuan republik
Indonesia dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan gangguan keutuhan
bangsa dan negara;
8. Kawasan karst, yaitu bentang alam yang terbentuk karena pelarutan air pada
batuan gamping dan/atau dolomit;
9. Kawasan migrasi satwa, yaitu suatu area yang dimanfaatkan untuk migrasi atau
berpindahnya jenis dan spesies satwa tertentu secara berkelanjutan;
10. Kawasan pertambangan mineral dan batubara, yaitu kawasan yang memiliki
potensi berupa komoditas pertambangan mineral dan batubara, dapat berupa
wilayah pertambangan (WP), Wilayah Usaha Pertambangan (WUP), dll sesuai
dengan peraturan perundang-undangan di bidang pertambangan; dan/atau
11. Ruang dalam bumi, yaitu ruang yang berada di bawah permukaan tanah yang
digunakan untuk berbagai kegiatan manusia.
Penilaian pelaksanaan pemanfaatan ruang terdiri atas:
1) Penilaian Pelaksanaan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Penilaian
pelaksanaan KKPR dilaksanakan untuk memastikan:
a) Kepatuhan pelaksanaan KKPR Periode penilaian pelaksanaan KKPR,
yaitu:
(1) Selama pembangunan, dilakukan untuk memastikan kepatuhan
pelaksanaan dalam memenuhi ketentuan KKPR. Dilakukan paling
lambat 2 tahun sejak diterbitkannya KKPR. apabila ditemukan
inkonsistensi/tidak dilaksanakan, maka akan dilakukan
penyesuaian.
(2) Pasca pembangunan, dilakukan untuk memastikan kepatuhan
hasil pembangunan dengan ketentuan dalam KKPR. Apabila
ditemukan inkonsistensi, dilakukan pengenaan sanksi. Penilaian
pelaksanaan KKPR dilakukan oleh pemerintah pusat dan dapat
didelegasikan kepada pemerintah daerah. Hasil penilaian
pelaksanaan KKPR dituangkan dalam bentuk tekstual dan spasial.
b) Pemenuhan prosedur perolehan KKPR, Pemenuhan prosedur perolehan
KKPR dilakukan untuk memastikan kepatuhan pelaku

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-5
LAPORAN AKHIR

pembangunan/pemohon terhadap tahapan dan persyaratan perolehan


KKPR, dengan ketentuan:
(1) Apabila KKPR diterbitkan tidak melalui prosedur yang benar,
maka KKPR batal demi hukum.
(2) Apabila KKPR tidak sesuai akibat perubahan RTR, maka KKPR
dibatalkan dan dapat dimintakan ganti kerugian yang layak sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Penilaian pelaksanaan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang termasuk juga
penilaian pernyataan mandiri pelaku UMK. Penilaian pernyataan mandiri pelaku UMK
dilaksanakan untuk memastikan kebenaran pernyataan mandiri yang dibuat oleh pelaku
UMK, apabila ditemukan ketidaksesuaian maka akan dilakukan pembinaan.
2) Penilaian Perwujudan Rencana Tata Ruang Penilaian perwujudan rencana
struktur dan rencana pola ruang dilakukan dengan:
a) Penilaian tingkat perwujudan rencana struktur ruang Penilaian tingkat
perwujudan rencana struktur ruang dilakukan terhadap:
(1) Kesesuaian Program
(2) Kesesuaian Lokasi
(3) Kesesuaian Waktu Pelaksanaan Kegiatan Pemanfaatan Ruang
Dengan Penyandingan Pelaksanaan Pembangunan Pusat-Pusat
Permukiman Dan Sistem Jariangan Prasarana Terhadap Rencana
Struktur Ruang.
b) Penilaian Tingkat Perwujudan Rencana Pola Ruang Penilaian Tingkat
Perwujudan Rencana Pola Ruang Dilakukan Terhadap:
(1) Kesesuaian program
(2) Kesesuaian lokasi
(3) Kesesuaian waktu pelaksanaan kegiatan pemanfaatan ruang
dengan penyandingan pelaksanaan program pengelolaan
Lingkungan, pembangunan berdasarkan perizinan berusaha, dan
Hak atas tanah terhadap rencana pola ruang.
Hasil penilaian Perwujudan Rencana Tata Ruang berupa:
a) Muatan terwujud
b) Belum terwujud
c) Pelaksanaan program pembangunan tidak sesuai.

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-6
LAPORAN AKHIR

Penilaian Perwujudan rencana Tata Ruang dilakuakan secara periodik


dan terus menerus yaitu 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun dan
dilaksanakan 1 (satu) tahun sebelum peninjauan Kembali RTR.
Tata cara penilaian perwujutan RTR dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

7.1.1. PENGERTIAN INSTRUMEN PENGENDALIAN PEMANFAATAN


RUANG
Instrumen adalah sarana penelitian (berupa seperangkat tes dan sebagainya) untuk
mengumpulkan data sebagai bahan pengolahan. Pengendalian Pemanfaatan Ruang
adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang. Pengendalian Pemanfaatan Ruang
dilaksanakan untuk mendorong terwujudnya Tata Ruang sesuai dengan RTR.
Pengendalian Pemanfaatan Ruang dilaksanakan untuk mendorong setiap Orang agar:

a) Menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan,


b) Memanfaatkan ruang sesuai dengan rencana tata ruang dan
c) Mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan kesesuaian kegiatan
pemanfaatan ruang.
Instrumen pengendalian
pemanfaatan ruang mengalami
perkembangan seiring dengan
munculnya peraturan perundang-
undangan terbaru yaitu Undang-
undang Nomor 11 tahun 2020 tentang
Cipta Kerja, dimana pengendalian
pemanfaatan ruang dilakukan melalui
Ketentuan Kesesuaian Kegiatan
Pemanfaatan Ruang (KKPR),
Pemberian Insentif dan Disinsentif dan
Pengenaan Sanksi.
Dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 21 Tahun 2021 tentang
penyelenggaraan Penataan Ruang

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-7
LAPORAN AKHIR

Pasal 148, Pengendalian Pemanfaatan Ruang dilakukan melalui Penilaian pelaksanaan


kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang (KKPR) dan pernyataan mandiri pelaku UMK,
Penilaian perwujudan RTR, Pemberian insentif dan disinsentif, Pengenaan sanksi, dan
Penyelesaian sengketa penataan ruang.

7.1.2. DASAR-DASAR PERENCANAAN


Pengertian Tata Ruang meliputi:
▪ Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan
makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.
▪ Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
▪ Rencana Tata Ruang yang selanjutnya disingkat RTR adalah hasil perencanaan tata
ruang.
▪ Rencana Detail Tata Ruang yang selanjutnya disingkat RDTR adalah rencana secara
terperinci tentang Tata Ruang wilayah kabupaten/kota yang dilengkapi dengan
peraturan zonasi kabupaten/kota.
▪ Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
▪ Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi pengaturan,
pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang.
▪ Pengaturan penataan ruang adalah upaya pembentukan landasan hukum bagi
Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam penataan ruang.

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-8
LAPORAN AKHIR

▪ Pembinaan penataan ruang adalah upaya untuk meningkatkan kinerja penataan


ruang yang diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
▪ Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya pencapaian tujuan penataan ruang
melalui pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang.
▪ Perencanaan Tata Ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang
dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang.
▪ Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola
ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan
program beserta pembiayaannya.
▪ Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata
ruang.
▪ Pengawasan penataan ruang adalah upaya agar penyelenggaraan penataan ruang
dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
▪ Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur
terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif
dan/atau aspek fungsional.
▪ Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budidaya.
▪ Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi yang selanjutnya disebut RTRW Provinsi
adalah rencana tata ruang yang bersifat umum dari wilayah provinsi, yang mengacu
pada Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Rencana Tata Ruang Pulau/Kepulauan
dan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional.
▪ Rencana struktur wilayah provinsi adalah rencana sistem susunan pusat-pusat
permukiman (sistem perkotaan wilayah provinsi yang berkaitan dengan kawasan
perdesaan dalam wilayah pelayanannya) dan sistem jaringan prasarana wilayah
provinsi yang dikembangkan untuk melayani kegiatan skala provinsi dan
mengintegrasikan wilayah provinsi.
▪ Rencana pola ruang wilayah provinsi adalah rencana distribusi peruntukan ruang
wilayah provinsi yang meliputi peruntukan ruang wilayah darat dan laut untuk
fungsi lindung dan fungsi budi daya provinsi, yang dituju sampai dengan akhir masa
berlakunya RTRW provinsi yang memberikan gambaran pemanfaatan ruang
wilayah kabupaten hingga 20 (dua puluh).

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-9
LAPORAN AKHIR

▪ Kawasan Lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya
buatan.
▪ Kawasan Budi Daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia, dan sumber daya buatan.
▪ Kawasan Strategis Nasional yang seianjutnya disingkat KSN adalah wilayah yang
penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting
secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara,
ekonomi, sosial, buciaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah
ditetapkan sebagai warisan dunia.
▪ Kawasan Strategis Provinsi adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan
karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup provinsi terhadap
ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan serta merupakan bagian. tidak
terpisahkan dari rencana tata ruang wilayah provinsi.
▪ Pemanfaatan ruang wilayah provinsi adalah arahan pembangunan/pengembangan
wilayah untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang wilayah provinsi sesuai
dengan RTRW Provinsi melalui penyusunan dan pelaksanaan program
pembangunan/pengembangan beserta pembiayaannya dalam indikasi program
utama jangka menengah lima tahunan sampai akhir tahun perencanaan 20 (dua
puluh) tahun.
▪ Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi meliputi Penilaian pelaksanaan
KKPR dan pernyataan mandiri pelaku UMK, Penilaian perwujudan RTR, pemberian
insentif dan disinsentif, pengenaan sanksi, dan penyelengaraan sengketa penataan
ruang.
▪ Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang yang selanjutnya disingkat KKPR adalah
kesesuaian antara rencana kegiatan Pemanfaatan Ruang dengan RTR.
▪ Konfirmasi Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang yang selanjutnya disingkat
KKKPR adalah dokumen yang menyatakan kesesuaian antara rencana kegiatan
Pemanfaatan Ruang dengan RDTR.
▪ Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang yang selanjutnya disingkat
PKKPR adalah dokumen yang menyatakan kesesuaian antara rencana kegiatan
Pemanfaatan Ruang dengan RTR selain RDTR.

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-10
LAPORAN AKHIR

▪ Rekomendasi Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang yang selanjutnya disingkat


RKKPR adalah dokumen yang menyatakan kesesuaian rencana kegiatan
Pemanfaatan Ruang yang didasarkan pada kebijakan nasional yang bersifat
strategis dan belum diatur dalam RTR dengan mempertimbangkan asas dan tujuan
Penyelenggaraan Penataan Ruang.
▪ Tinggi Bangunan Maksimum adalah tinggi maksimum bangunan gedung yang
diizinkan pada lokasi tertentu dan diukur dari jarak maksimum puncak atap
bangunan terhadap permukaan tanah yang dinyatakan dalam satuan meter.
▪ Lembaga pengelola dan penyelenggara Online Single Submission yang selanjutnya
disebut Lembaga OSS adalah lembaga pemerintah nonkementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang penanaman modal.
▪ Perizinan Berusaha adalah legalitas yang diberikan kepada Pelaku Usaha untuk
memulai dan menjalankan usaha dan/atau kegiatannya.
▪ Koefisien Dasar Bangunan yang selanjutnya disingkat KDB adalah koefisien
perbandingan antara luas lantai dasar bangunan gedung dengan luas
persil/kavling.
▪ Koefisien Lantai Bangunan yang selanjutnya disingkat KLB adalah koefisien
perbandingan antara luas seluruh lantai bangunan gedung dan luas persil/kavling.
▪ Garis Sempadan Bangunan yang selanjutnya disingkat GSB adalah jarak minimum
antara garis pagar terhadap dinding bangunan terdepan.
▪ Koefisien Dasar Hijau yang selanjutnya disebut sebagai KDH adalah angka
prosentase perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka di luar bangunan
gedung yang diperuntukkan bagi pertamanan/penghijauan dengan luas
persil/kavling.
▪ Usaha Mikro dan Kecil yang selanjutnya disingkat UMK adalah usaha mikro dan
usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah.
▪ Pelaku Usaha Mikro dan Kecil yang selanjutnya disebut Pelaku UMK adalah pelaku
usaha mikro dan usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
▪ Pernyataan Mandiri Pelaku UMK adalah pernyataan yang dibuat oleh Pelaku UMK
secara mandiri yang menyatakan bahwa kegiatan usahanya telah sesuai dengan
RTR.

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-11
LAPORAN AKHIR

▪ Forum Penataan Ruang adalah wadah di tingkat pusat dan daerah yang bertugas
untuk membantu Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dengan memberikan
pertimbangan dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang.
▪ Zona Kendali adalah zona dengan konsentrasi kegiatan Pemanfaatan Ruang
dan/atau dominasi kegiatan Pemanfaatan Ruang tertentu yang tinggi dan
berpotensi melampaui daya dukung dan daya tampung.
▪ Zona Yang Didorong adalah zona dengan konsentrasi kegiatan Pemanfaatan Ruang
dan/atau dominasi kegiatan Pemanfaatan Ruang tertentu yang sangat rendah yang
perlu ditingkatkan perwujudannya sesuai dengan RTR.
▪ Insentif Nonfiskal yang selanjutnya disebut Insentif adalah perangkat Pengendalian
Pemanfaatan Ruang untuk memotivasi, mendorong, memberikan daya tarik,
dan/atau memberikan percepatan terhadap kegiatan Pemanfaatan Ruang yang
sejalan dengan RTR, yang tidak berkenaan dengan urusan pajak atau pendapatan
negara.
▪ Disinsentif Nonfiskal yang selanjutnya disebut Disinsentif adalah perangkat
Pengendalian Pemanfaatan Ruang untuk mencegah dan/atau memberikan batasan
terhadap kegiatan Pemanfaatan Ruang yang sejalan dengan RTR namun berpotensi
melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan, yang tidak berkenaan
dengan urusan pajak atau pendapatan negara.
▪ Sanksi Administratif adalah perangkat sarana hukum administrasi yang bersifat
pembebanan kewajiban/perintah dan/atau paksaan pemerintah yang dikenakan
kepada Orang atas dasar ketidaktaatan atau ketidakpatuhan terhadap peraturan
perundangundangan di bidang Penataan Ruang untuk memberikan efek jera
kepada pelanggar Pemanfaatan Ruang.
▪ Perubahan Fungsi Ruang adalah suatu kondisi yang mengakibatkan menurunnya
kualitas Ruang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam peraturan perundang-
undangan.
▪ Audit Tata Ruang adalah serangkaian kegiatan pemeriksaan dan evaluasi terhadap
data dan informasi spasial serta dokumen pendukung untuk mengevaluasi suatu
laporan atau temuan yang diduga sebagai indikasi pelanggaran Pemanfaatan
Ruang.

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-12
LAPORAN AKHIR

▪ Orang adalah orang perseorangan dan/atau korporasi. 44. Sengketa Penataan


Ruang adalah perselisihan antarpemangku kepentingan dalam Pelaksanaan
Penataan Ruang.
▪ Para Pihak adalah dua atau lebih pemangku kepentingan yang bersengketa dan
membawa sengketa mereka ke pihak yang berwenang untuk memperoleh
penyelesaian.
▪ Laporan adalah pemberitahuan yang disampaikan oleh Orang kepada
Menteri/gubernur/bupati/wali kota tentang telah atau sedang atau diduga akan
terjadinya perselisihan di bidang Penataan Ruang.
▪ Pengaduan adalah penyampaian informasi secara lisan maupun tulisan yang
disampaikan oleh Orang kepada Menteri/gubernur/bupati/wali kota mengenai
dugaan terjadinya perselisihan di bidang Penataan Ruang.
▪ Verifikasi adalah kegiatan pemeriksaan terhadap laporan hasil pemeriksaan
lapangan terkait Laporan, Pengaduan, atau Permohonan Sengketa Penataan Ruang.
▪ Klarifikasi adalah kegiatan penjelasan terhadap laporan Verifikasi dalam Sengketa
Penataan Ruang.
▪ Negosiasi adalah upaya penyelesaian Sengketa Penataan Ruang antar Para Pihak.
▪ Mediasi adalah upaya penyelesaian Sengketa Penataan Ruang yang melibatkan
pihak ketiga sebagai Mediator yang mengoordinasikan Para Pihak.
▪ Mediator adalah pihak lain yang memiliki Sertifikat Mediator sebagai pihak netral
yang membantu Para Pihak dalam proses perundingan untuk mencari berbagai
kemungkinan penyelesaian sengketa tanpa menggunakan cara memutus atau
memaksakan sebuah penyelesaian.
▪ Sertifikat Mediator adalah dokumen yang diterbitkan oleh Mahkamah Agung atau
lembaga yang telah memperoleh akreditasi dari Mahkamah Agung yang
menyatakan bahwa seseorang telah mengikuti dan lulus pelatihan sertifikasi
Mediasi.
▪ Konsiliasi adalah upaya penyelesaian Sengketa Penataan Ruang yang melibatkan
pihak ketiga untuk menawarkan solusi untuk disepakati oleh Para Pihak.
▪ Konsiliator adalah seorang atau lebih yang memenuhi syarat-syarat sebagai
konsiliator yang ditetapkan oleh Menteri/gubernur/bupati/wali kota, yang
bertugas melakukan konsiliasi dan wajib memberikan anjuran tertulis kepada Para
Pihak untuk menyelesaikan Sengketa Penataan Ruang.

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-13
LAPORAN AKHIR

▪ Standar Teknis Penataan Ruang Kawasan adalah ketentuan teknis dan ketentuan
spasial yang menunjukkan perwujudan Kinerja Fungsi Kawasan yang sesuai
peruntukan, yang dirumuskan berdasarkan kajian kondisi, karakteristik, dan
dampak eksternalitas kawasan, serta standar sektor.
▪ Kinerja Fungsi Kawasan adalah kondisi yang diinginkan atau dituju dalam
pengembangan suatu kawasan.
▪ Inspektur Pembangunan adalah petugas khusus yang melaksanakan pengawasan
di lapangan terhadap Objek Pengawasan Pembangunan.
▪ Objek Pengawasan Pembangunan adalah kawasan dan bangunan gedung yang
menjadi sasaran kegiatan pengawasan.
▪ Standar Pelayanan Bidang Penataan Ruang adalah ketentuan mengenai jenis dan
mutu pelayanan dasar Perencanaan Tata Ruang, Pemanfataan Ruang, dan
Pengendalian Pemanfataan Ruang yang merupakan urusan pemerintahan wajib
yang berhak diperoleh setiap Warga Negara secara minimal.
▪ Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan
pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan
Menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
▪ Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah otonom.
▪ Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok orang termasuk Masyarakat
hukum adat, korporasi, dan/atau pemangku kepentingan nonpemerintah lain
dalam penyelenggaraan Penataan Ruang.
▪ Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
Penataan Ruang.
▪ Direktur Jenderal adalah direktur jenderal yang membidangi Pengendalian
Pemanfaatan Ruang dan Pengawasan Penataan Ruang.
▪ Dinas adalah dinas provinsi atau kabupaten/kota yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan daerah di bidang Penataan Ruang.
▪ Kepala Dinas adalah kepala dinas provinsi atau kabupaten/kota yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah di bidang Penataan Ruang.

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-14
LAPORAN AKHIR

7.1.3. KEDUDUKAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN DALAM


KERANGKA TATA RUANG
Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi pengaturan,
pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang. Pelaksanaan penataan ruang
adalah upaya pencapaian tujuan penataan ruang melalui pelaksanaan perencanaan tata
ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata
ruang. Rencana tata ruang wilayah provinsi memuat: a. tujuan, kebijakan, dan strategi
penataan rLlang wilayah provinsi; b. rencana struktur ruang wilayah provinsi yang
meliputi sistem perkotaan dalam wilayahnya yang berkaitan dengan kawasan perdesaan
dalam wilayah pelayanannya dan sistem jaringan prasarana wilayah provinsi; c. rencana
pola ruang wilayah provinsi yang meliputi kawasan lindung dan kawasan budi daya yang
memiliki nilai strategis provinsi; d. arahan pemanfaatan ruang wilayah provinsi yang
berisi indikasi program utama jangka menengah lima tahunan; dan e. arahan
pengendalian pemanfaatan rutang wilayah provinsi yang berisi indikasi arahan zonasi
sistem provinsi, arahan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang, arahan insentif dan
disinsentif, serta arahan sanksi.

Gambar 7.1. Kedudukan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Dalam


Penyelenggaraan Penataan Ruang

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-15
LAPORAN AKHIR

Gambar 7.2. Kedudukan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Dalam Perencanaan Tata Ruang

7.1.4. LINGKUP MATERI INSTRUMEN PENGENDALIAN


PEMANFAATAN RUANG
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 tentang penyelenggaraan
Penataan Ruang Pasal 148, Pengendalian Pemanfaatan Ruang dilakukan melalui
Penilaian pelaksanaan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang (KKPR) dan pernyataan
mandiri pelaku UMK, Penilaian perwujudan RTR, Pemberian insentif dan disinsentif,
Pengenaan sanksi, dan Penyelesaian sengketa penataan ruang.

A. Penilaian Pelaksanaan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang


Dan Pernyataan Mandiri Pelaku UMK
Penilaian pelaksanaan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang dilaksanakan
untuk memastikan:
a) kepatuhan pelaksanaan ketentuan Kesesuaian Kegiatan Pernanfaatan Ruang;
dan
b) pemenuhan prosedur perolehan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang.
Penilaian pernyataan mandiri yang dibuat oleh pelaku UMK dilaksanakan untuk
rnemastikan kebenaran pernyataan mandiri yang dibuat oleh pelaku UMK. Dalam hal

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-16
LAPORAN AKHIR

hasil penila.ian pernyataan mandiri ditemukan ketidaksesuaian pernyataan mandiri


yang dibuat oleh pelaktr UMK, dilakukan pernbinaan oleh kementerian / lemb aga dan I
atau perangkat daerah.
Penilaian kepatuhan pelaksanaan ketentuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan
Ruang dilakukan pada periode:
a) Selama Pembangunan;
▪ Peniiaian pada periode selama pembangunan dilakukan untuk
memastikan kepatuhan pelaksanaan dalam memenuhi ketentuan
Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang.
▪ Penilaian pada periode selama pembangunan dilakukan paling lambat 2
(dua) tahun sejak diterbitkannya Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan
Ruang. Dalam hal hasil penilaian ditemukan ketidakpatuhan terhadap
ketentuan yarlg tertuang dalam dokumen Kesesuaian Kegiatan
Pemanfaatan Ruang, pelakrr kegiatan Pemanfaatan Ruang diharuskan
melakukan penyesuaian.
b) Pasca Pembangunan.
▪ Penilaian pada periode pasca pembangunan dilakukan untuk memastikan
kepatuhan hasil pembangunan dengan ketentuan dokumen Kesesuaian
Kegiatan Pemanfaatan Ruang.
▪ Dalam hal hasil penilaian ditemukan ketidaksesuaian terhadap ketentuan
yang tcrtuang dalam dokumen Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang
dilakukan pengenaan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-17
LAPORAN AKHIR

Gambar 7.3. Skema Penilaian Pelaksanaan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang dan
Pernyataan Mandiri Pelaku

B. Penilaian Perwujudan Rencana Tata Ruang


Penilaian perwujudan RTR dilakukan dengan penilaian perwujudan rencana
Struktur Ruang dan rencana Pola Ruang. Penilaian perwujudan rencana Struktur Ruang
dan rencana Pola Ruang dilakukan dengan:
a) penilaian tingkat perwujudan rencana Struktur Ruang; dan
b) penilaian tingkat perwujudan rencana Pola Ruang.
Penilaian perwujudan rencana Struktur Ruang dan rencana Pola Ruang
sebagaimana dilakukan terhadap:
a) kesesuaian program;
b) kesesuaian lokasi;
c) kesesuaian waktu pelaksanaan kegiatan Pemanfaatan Ruang.
Penilaian tiirgkat perwujudan rencana Struktur Ruang dilakukan dengan
penyandingan pelaksanaan program pembangunan pusat-pusat permukiman dan sistem
jaringan prasarana terhadap rencana Struktur Ruang.
Penilaian tingkat perwujudan rencana Pola Ruang dilakukan dengan
penyandingan pelaksanaan program pengelolaan lingkungan, pembangunan
berdasarkan Perizinan Berusaha, dan hak atas tanah terhadap rencana Pola Ruang. Hasil
penilaian tingkat penvujudan rencana Struktur Ruang berisikan:
a) muatan rencana Strukttrr Ruang yang terwujud;
b) muatan rencana Strrrktur Ruang yang belum terwujud; dan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-18
LAPORAN AKHIR

c) pelaksanaan program pembangunan yang tidak sesuai dengan muatan rencana


Struktur Ruang.
Hasil penilaian tingkat perwujudan rencana Pola Ruang berisikan:
a) muatan rencana Pola Ruang yang terwujud;
b) muatan rencana pola ruarng yang belum terwujud; dan
c) pelaksanaan program pembangunan yang tidak sesuai dengan muatan
rencana Pola Ruang.
Tingkat perwuludan rencana Struktur Ruang dan tingkat perwujudan rencana
Pola Ruang ditaungkan dalam bentuk tekstual dan spasial.

Gambar 7.4. Skema Penilaian Perwujudan RTR

7.2. KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KABUPATEN


Ketentuan umum peraturan zonasi sistem kabupaten adalah ketentuan umum yang
mengatur pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang yang
disusun untuk setiap klasifikasi peruntukan/fungsi ruang dan kawasan sekitar jaringan
prasarana sesuai dengan RTRW Kabupaten. Ketentuan umum peraturan zonasi
kabupaten adalah penjabaran secara umum ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang
persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya yang mencakup seluruh
wilayah administratif. Ketentuan umum peraturan zonasi kabupaten berfungsi:
1. sebagai dasar pertimbangan dalam pengawasan penataan ruang;
2. menyeragamkan ketentuan umum peraturan zonasi di seluruh wilayah kabupaten
untuk peruntukan ruang yang sama;

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-19
LAPORAN AKHIR

3. sebagai landasan bagi penyusunan peraturan zonasi pada tingkatan operasional


pengendalian pemanfaatan ruang di setiap kawasan/zona kabupaten; dan
4. sebagai dasar pemberian izin pemanfaatan ruang;
Ketentuan umum peraturan zonasi disusun berdasarkan:
5. sistem perkotaan kabupaten dan sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten;
6. kawasan lindung dan kawasan budi daya wilayah kabupaten yang ditampalkan
(overlay) dengan kawasan rawan bencana termasuk penetapan jalur dan ruang
evakuasi bencana, kawasan pertanian pangan berkelanjutan (KP2B), dan/atau
kawasan keamanan operasional penerbangan (KKOP).
7. arahan umum desain kawasan perkotaan; dan
8. peraturan perundang-undangan sektor terkait lainnya.
Ketentuan umum peraturan zonasi yang ditetapkan dalam RTRW Kabupaten
berisikan:
1. kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan, diperbolehkan dengan syarat,
dan kegiatan yang tidak diperbolehkan pada setiap kawasan peruntukan yang
mencakup ruang darat, laut, udara, dan dalam bumi;
2. intensitas pemanfaatan ruang (amplop ruang) pada setiap kawasan, antara lain
meliputi koefisien dasar hijau, koefisien dasar bangunan, koefisien lantai bangunan,
garis sempadan bangunan, tata bangunan, dan kepadatan bangunan;
3. sarana dan prasarana minimum sebagai dasar fisik lingkungan guna mendukung
pengembangan kawasan agar dapat berfungsi secara optimal.
4. ketentuan lain yang dibutuhkan misalnya, pemanfaatan ruang pada zona-zona yang
dilewati oleh sistem jaringan sarana dan prasarana wilayah kabupaten mengikuti
ketentuan perundang-undangan yang berlaku; dan
5. Ketentuan khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan kota untuk
mengendalikan pemanfaatan ruang, seperti pada kawasan rawan bencana,
kawasan sekitar bandar udara, dan kawasan pertahanan dan keamanan.
Ketentuan umum peraturan zonasi kabupaten digunakan sebagai dasar dalam
penyusunan peraturan zonasi RDTR. Peraturan-peraturan zonasi tersebut harus
didetailkan lebih lanjut didalam rencana rinci dengan materi yang terkandung dalam
ketentuan zoning mencakup:
1. Penetapan zonasi
Penetapan zona-zona dasar, selanjutnya pada setiap zona dasar ditentukan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-20
LAPORAN AKHIR

zona-zona utama dan pada setiap zona utama ditentukan paket penggunaan atau
jenis-jenis perpetakan. Untuk menentukan seberapa jauh perpetakan tersebut
dapat dikembangkan bagi kegiatan lain, maka perlu diinventarisasi seluruh jenis-
jenis pengunaan rinci yang dikenal. Untuk menghindari penafsiran yang keliru
maka perlu dirumuskan tujuan pengembangan setiap zona dasar, zona utama dan
paket penggunaannya.
2. Aplikasi ruang
Setelah zona dasar, zona utama dan jenis-jenis perpetakan ditetapkan, maka
selanjutnya diatur penerapannya ke dalam ruang di Kabupaten Teluk Bintuni.
Penerapannya diatur menurut suatu tabel yang menjelaskan alokasi zona-zona
tersebut pada setiap jengkal lahan perkotaan yang diberi kodifikasi untuk
memudahkan penulisannya.
3. Ketentuan teknis perpetakan
Hal-hal yang diatur untuk setiap jenis perpetakan pada setiap zona, meliputi:
a lebar dan kedalaman minimum petak;
a jarak bebas depan, samping dan belakang;
a KDB (koeffisien dasar bangunan) maksimum, KLB (Koefisien lantai
bangunan) maksimum, KDH (koeffisien dasar hijau) minimum, KTB (koefisien
tapak basement) maksimum;
a Tinggi bangunan maksimum;
a Lebar minimum jalan dan sempadan bangunan;
a dan hal-hal lain yang diperlukan.
4. Peraturan umum, hal-hal yang diatur meliputi :
a Penggunaan lebih lanjut untuk setiap jenis perpetakan.
a Pengaturan lansekap meliputi jenis tanaman, kepadatan tanaman, jarak antar
tanaman dan lain sebagainya.
a Pengaturan tata informasi (billboard) meliputi lokasi pemasangannya,
penyampaian pesan, dimensi dan konstruksi dan perawatannya.
a Pengaturan on street dan off street parking, batasan parkir minimum dan
maksimum.

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-21
LAPORAN AKHIR

7.3. KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI STR UKTUR


RUANG
Adapun ketentuan umum terkait peraturan zonasi untuk struktur ruang adalah
sebagai berikut:
7.4.1. KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI SEBAGAI
KELENGKAPAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN
PERKOTAAN (SISTEM PERKOTAAN)
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi sebagai kelengkapan Rencana Detail Tata
Ruang Kawasan Perkotaan pada wilayah perkotaan di Kabupaten Teluk Bintuni meliputi:
1. Hal-hal yang diperbolehkan meliputi:
a pengembangan fungsi dasar;
a perubahan atau penambahan fungsi ruang sepanjang saling menunjang atau
tidak menimbulkan efek negatif bagi zona yang telah ditetapkan;
a pengembangan sistem jaringan prasarana dan pemanfaatan ruang sekitar
jaringan prasarana yang mendukung sistem perkotaan; dan
a pemanfaatan ruang budidaya untuk mendukung sistem perkotaan.
2. Hal-hal yang diperbolehkan dengan syarat meliputi:
a pengalihan fungsi kawasan terbuka hijau tetapi bukan sebagai bagian dari
RTH di kawasan perkotaan dengan syarat komposisi RTH tidak berubah
sesuai RDTR kawasan perkotaan;
a pemanfaatan kawasan lindung berupa bangunan untuk meningkatkan nilai
tambah dengan tetap dilakukan upaya konservasi;
a melakukan alih fungsi lindung pada kawasan lindung tetapi boleh
ditambahkan kegiatan lain selama masih menunjang fungsi lindung; dan
a melakukan alih fungsi lahan pada lahan yang telah ditetapkan sebagai bagian
dari lahan pertanian pangan berkelanjutan kecuali untuk kepentingan umum
sesuai peraturan perundang-undangan.
3. Hal-hal yang dilarang meliputi:
a melakukan perubahan secara keseluruhan fungsi dasarnya; dan
a melakukan kegiatan pembangunan di dalam radius keamanan pada kawasan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-22
LAPORAN AKHIR

yang telah ditetapkan batas ketinggian.


Peraturan ini pada dasarnya disusun untuk setiap zona seperti tertuang dalam
Rencana Detail Tata Ruang di Kabupaten Teluk Bintuni. Dengan demikian peraturan
zonasi ini hanya akan berlaku pada setiap zona peruntukan sesuai RDTR Kawasan
Perkotaan masing-masing ibu kota distrik. Terkait dengan sistem pusat pelayanan
perkotaan, maka ketentuan umumnya adalah sebagai berikut:
4. PKW
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
disusun dengan ketentuan; diarahkan pada pengembangan kegiatan berskala
regional/lintas kabupaten yang didukung dengan fasilitas dan infrastruktur
perkotaan yang sesuai dengan wilayah yang dilayaninya.
5. PKL
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk Pusat Kegiatan Lokal (PKL)
disusun dengan ketentuan; diarahkan pada pengembangan kegiatan berskala
kabupaten atau beberapa distrik yang didukung dengan fasilitas dan infrastruktur
perkotaan yang sesuai dengan wilayah yang dilayaninya.
6. PPK
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)
disusun dengan ketentuan; diarahkan pada pengembangan kegiatan berskala
distrik yang didukung dengan fasilitas dan infrastruktur yang sesuai dengan
wilayah yang dilayaninya, dengan penetapan deliniasi sebagai pusat kegiatan
Distrik.
7. PPL
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk Pusat Pelayanan Lingkungan
(PPL) disusun dengan ketentuan; diarahkan pada pengembangan kegiatan berskala
beberapa desa yang didukung dengan fasilitas dan infrastruktur yang sesuai dengan
wilayah yang dilayaninya, dengan penetapan deliniasi sebagai pusat kawasan
perdesaan.

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-23
LAPORAN AKHIR

7.4.2. KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI SEBAGAI


KELENGKAPAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN
PERDESAAN (SISTEM PERDESAAN)
Peraturan ini pada dasarnya disusun untuk setiap zona seperti tertuang dalam
Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perdesaan di Kabupaten Teluk Bintuni. Dengan
demikian peraturan zonasi ini hanya akan berlaku pada setiap zona peruntukan sesuai
RDTR Kawasan Perdesaan masing-masing distrik, dengan arahan sebagai berikut:
1. Hal-hal yang diperbolehkan meliputi:
a melakukan perubahan fungsi ruang kawasan terbangun di perdesaan dengan
syarat saling menunjang dan/atau tidak menimbulkan efek negatif bagi zona
yang telah ditetapkan; dan
a melakukan penambahan fungsi yang saling bersesuaian dengan syarat
ditetapkan besaran dan/atau luasan ruang setiap zona dan fungsi utama zona
tersebut.
2. Hal-hal yang diperbolehkan dengan syarat meliputi:
a melakukan alih fungsi lindung pada kawasan lindung tetapi boleh
ditambahkan kegiatan lain selama masih menunjang fungsi lindung;
a melakukan alih fungsi lahan pada lahan yang telah ditetapkan sebagai bagian
dari lahan pertanian pangan berkelanjutan kecuali untuk kepentingan umum
sesuai peraturan perundang-undangan
3. Hal-hal yang dilarang meliputi:
a melakukan perubahan secara keseluruhan fungsi dasar;
a melakukan kegiatan pembangunan dengan intensitas tinggi yang tidak serasi
dengan kawasan sekitarnya;
a melakukan kegiatan pembangunan di dalam radius keamanan pada kawasan
yang telah ditetapkan batas ketinggian.

7.4.3. KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI SISTEM PRASARANA


WILAYAH
Ketentuan umum peraturan zonasi sistem prasarana wilayah pada tiap
jaringan/utilitas disesuaikan dengan peraturan yang berlaku adalah sebagai berikut:
A. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Jaringan Transportasi

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-24
LAPORAN AKHIR

1. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Jaringan Jalan


Ketentuan umum peraturan zonasi jaringan jalan meliputi:
a ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan di sekitar jaringan jalan tol,
disusun dengan memperhatikan :
• kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan meliputi:
 untuk pemanfaatan lahan non terbangun;
 pengembangan sarana prasarana pendukung jalan tol; dan
 pengembangan RTH.
• kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan dengan syarat meliputi:
 pemberdayaan di bidang jalan tol sesuai dengan peraturan
perundang-undangan;
 pemasangan iklan dan media informasi pada daerah milik jalan
dengan syarat memperoleh izin dari penyelenggara jalan; dan
 peletakan jaringan utilitas secara paralel dengan tidak saling
mengganggu fungsi antar prasarana;
• kegiatan pemanfaatan ruang yang tidak diperbolehkan berupa kegiatan
yang dapat mengganggu keamanan dan kenyamanan pengguna jalan tol.
a ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan di sekitar jalan kolektor disusun
dengan memperhatikan :
• kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan meliputi:
 pengembangan prasarana pelengkap dan utilitas jalan;
 pengembangan RTH dan pulau jalan; dan
 pemanfaatan lahan untuk kegiatan skala provinsi dan kabupaten,
untuk prasarana pergerakan yang menghubungkan antar pusat-
pusat kegiatan dan kegiatan pemasangan infrastruktur jaringan
dengan memperhatikan ketentuan sempadan jalan
• kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan dengan syarat meliputi:
 pembatasan pengembangan pemanfaatan lahan di sepanjang
koridor jalan kolektor untuk kegiatan skala distrik dan atau lebih
rendah;
 pembatasan terhadap bangunan dengan penetapan garis
sempadan bangunan yang terletak ditepi jalan kolektor;

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-25
LAPORAN AKHIR

 diperbolehkan dengan syarat pembangunan jembatan dan gorong-


gorong minimum sama dengan ruang manfaat jalan.
• kegiatan pemanfaatan ruang yang tidak diperbolehkan neliputi:
 pemanfaatan ruang yang melanggar sempadan jalan;
 menggunakan dan memanfaatkan ruang milik jalan yang
mengakibatkan terganggunya fungsi jalan tanpa izin
penyelenggara jalan; dan
 pendirian bangunan liar pada sempadan jalan.
a ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan di sekitar jalan lokal disusun
dengan memperhatikan:
• kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan meliputi:
 pengembangan prasarana pelengkap dan utilitas jalan;
 pengembangan RTH dan pulau jalan;
 pemanfaatan lahan di sepanjang koridor jalan lokal untuk kegiatan
skala kabupaten dan distrik; dan
 pemanfaatan bagi pergerakan lokal dengan tidak mengurangi
fungsi pergerakan antar pusat-pusat kegiatan dalam wilayah
tersebut.
• kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan dengan syarat meliputi:
 pemanfaatan ruang dengan intensitas sedang dan tinggi dengan
syarat tidak berdampak langsung terhadap hambatan samping lalu
lintas sepanjang jalan lokal dan menyediakan jalur lambat; dan
 pembatasan terhadap bangunan dengan penetapan garis
sempadan bangunan yang terletak ditepi jalan lokal.
• kegiatan pemanfaatan ruang yang tidak diperbolehkan meliputi:
 pemanfaatan ruang yang melanggar sempadan jalan;
 menggunakan dan memanfaatkan ruang milik jalan yang
mengakibatkan terganggunya fungsi jalan tanpa izin
penyelenggara jalan; dan
 pendirian bangunan liar pada sempadan jalan.
a ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan di sekitar jalan lingkungan disusun
dengan memperhatikan:
• kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan meliputi:

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-26
LAPORAN AKHIR

 pengembangan prasarana pelengkap dan utilitas jalan;


 pengembangan RTH dan pulau jalan;
 pemanfaatan lahan di sepanjang koridor jalan lingkungan untuk
kegiatan skala distrik dan lingkungan; dan
 pemanfaatan ruang intensitas rendah.
• kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan dengan syarat meliputi:
 pemanfaatan ruang dengan intensitas sedang dan tinggi dengan
syarat tidak berdampak langsung terhadap hambatan samping lalu
lintas sepanjang jalan; dan
 pembatasan terhadap bangunan dengan penetapan garis
sempadan bangunan yang terletak ditepi jalan lingkungan.
• kegiatan pemanfaatan ruang yang tidak diperbolehkan meliputi:
 pemanfaatan ruang yang melanggar sempadan jalan;
 menggunakan dan memanfaatkan ruang milik jalan yang
mengakibatkan terganggunya fungsi jalan tanpa izin
penyelenggara jalan; dan
 pendirian bangunan liar pada sempadan jalan.
a ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan di sekitar jalan strategis disusun
dengan memperhatikan fungsi jalan yang dengan penambahan ketentuan
sebagai berikut:
• kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan berupa kegiatan
perdagangan, jasa, industri yang bersesuaian dengan potensi fisik dasar
dan area sekitarnya;
• kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan dengan syarat berupa
kegiatan budi daya yang mendukung potensi kawasan dan di luar
sempadan bangunan yang ditetapkan; dan
• kegiatan pemanfaatan ruang yang tidak diperbolehkan berupa kegiatan
yang mengubah fungsi lindung.
a terminal disusun dengan memperhatikan:
• kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan meliputi:
 prasarana terminal, bagi pergerakan orang, barang dan kendaraan
 jalur sirkulasi terminal penumpang dan jalur sirkulasi kendaraan
pribadi; dan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-27
LAPORAN AKHIR

 pengembangan ruang terbuka hijau di sekitar terminal;


• kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan dengan syarat berupa
pembangunan terminal yang terpadu dengan kegiatan permukiman,
perdagangan barang dan jasa, pertanian, perikanan dan pariwisata
dengan syarat tidak mengganggu fungsi utama;
• kegiatan pemanfaatan ruang yang tidak diperbolehkan meliputi:
 kegiatan yang mengganggu keamanan dan keselamatan lalu lintas
dan angkutan jalan serta fungsi terminal; dan
 kegiatan pemanfaatan ruang yang mengganggu fungsi terminal
sebagai fasilitas umum.
8. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Jaringan Kereta Api
Ketentuan umum peraturan zonasi jaringan kereta api meliputi:
a kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan meliputi:
• pengembangan prasarana pelengkap jaringan kereta api; dan
• pemanfaatan ruang non terbangun.
a kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan dengan syarat meliputi:
• pembatasan pemanfaatan ruang yang peka terhadap dampak lingkungan
akibat lalu lintas kereta api di sepanjang jalur kereta api;
• pembatasan jumlah perlintasan sebidang antara jaringan jalur kereta api
dan jalan;
• diperbolehkan bersyarat pengembangan ruang terbuka hijau di tepi rel
kereta api dengan syarat mendapat izin dari pengelola; dan
• diperbolehkan bersyarat pengembangan jaringan prasarana dan utilitas
di tepi rel kereta api dengan syarat mendapat izin dan tidak mengganggu
lalu lintas kereta api.
a kegiatan pemanfaatan ruang yang tidak diperbolehkan meliputi:
• pemanfaatan ruang yang dapat mengganggu kepentingan operasi dan
keselamatan transportasi perkeretaapian; dan
• membuat perlintasan sebidang tanpa izin penyelenggara perkeretapian.
9. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Jaringan Sungai, Danau, dan Penyeberangan
Ketentuan umum peraturan zonasi jaringan sungai, danau dan
penyeberangan meliputi:
a kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan meliputi:

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-28
LAPORAN AKHIR

• kegiatan penyeberangan dan pemanfaatan ruang non terbangun;


• sarana-prasarana yang mendukung fungsi penyeberangan; dan
• memasang alat penanda sebagai informasi pergerakan kapal.
a kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan dengan syarat berupa
kegiatan pendukung lain yang tidak mendukung fungsi penyeberangan
dengan syarat tidak mengganggu lalu lintas penyeberangan; dan
a kegiatan pemanfaatan ruang yang tidak diperbolehkan berupa pemanfaatan
ruang yang mengganggu kegiatan penyeberangan.
B. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Sistem Jaringan Energi
Ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan energi meliputi:
a kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan meliputi:
• pemanfaatan ruang non terbangun;
• pengembangan jaringan listrik kabel terpadu dengan jaringan utilitas dan
prasarana lainnya; dan
• pengembangan fasilitas pendukung ketenagalistrikan.
a kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan dengan syarat meliputi:
• pemanfaatan ruang yang tidak mengganggu atau terganggu oleh jaringan
energi;
• pengembangan jaringan transmisi dan distribusi listrik dan fasilitas
pendukungnya di kawasan lindung dan budi daya dengan syarat tidak
mengganggu fungsi utama; dan
• mendirikan bangunan di bawah jaringan transmisi dan distribusi listrik
dengan syarat tidak mengganggu fungsi jaringan dan memiliki izin.
a kegiatan pemanfaatan ruang yang tidak diperbolehkan berupa pendirian
bangunan sepanjang ruang bebas di jalur transmisi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
C. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Jaringan Telekomunikasi
Ketentuan umum peraturan zonasi jaringan telekomunikasi meliputi:
a penetapan sempadan menara telekomunikasi dengan ketentuan:
• untuk tinggi menara di atas 60 meter, ditetapkan jarak bebas bangunan
menara terhadap bangunan terdekat di sekitarnya adalah 2 (dua) kali
lebar kaki menara atau pondasi; dan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-29
LAPORAN AKHIR

• untuk tinggi menara di bawah 60 meter, ditetapkan jarak bebas bangunan


menara terhadap bangunan terdekat di sekitarnya adalah selebar kaki
menara atau pondasi.
a kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan meliputi:
• mengembangkan menara telekomunikasi bersama di kawasan perkotaan
sesuai peraturan yang berlaku;
• mengembangkan jaringan kabel yang melintasi tanah milik atau dikuasai
pemerintah;
• menempatkan sempadan menara telekomunikasi;
• pengembangan jaringan baru atau pengganti lama pada pusat sistem
pelayanan dan ruas-ruas jalan utama diarahkan dengan sistem jaringan
bawah tanah atau jaringan tanpa kabel; dan
• penempatan menara telekomunikasi atau tower wajib memperhatikan
keamanan, keselamatan umum, dan estetika lingkungan serta diarahkan
memanfaatkan tower secara terpadu pada lokasi yang telah ditentukan.
a kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan dengan syarat meliputi:
• pemanfaatan ruang udara yang digunakan untuk penempatan menara
pemancar telekomunikasi sesuai dengan peraturan perundang-
undangan;
• menempatkan menara pemancar telekomunikasi dengan syarat
memperhitungkan aspek keamanan dan keselamatan aktifitas kawasan
disekitarnya; dan
• pengembangan prasarana telekomunikasi beserta fasilitas pendukungnya
di kawasan lindung dan budi daya sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
a kegiatan pemanfaatan ruang yang tidak diperbolehkan meliputi:
• pendirian bangunan di sekitar menara telekomunikasi atau tower dalam
radius bahaya keamanan dan keselamatan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
• memanfaatkan sistem jaringan telekomunikasi untuk kepentingan selain
yang sudah ditetapkan dalam perizinan.

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-30
LAPORAN AKHIR

D. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Jaringan Sumber Daya Air


Ketentuan umum peraturan zonasi jaringan sumber daya air meliputi:
a kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan meliputi:
• pengembangan sarana prasarana pendukung jaringan sumber daya air:
• mendirikan bangunan untuk mendukung pengelolaan sumber daya air.
a kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan dengan syarat meliputi:
• pemanfaatan ruang di sekitar wilayah sungai, waduk, pengendali banjir
dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan dan fungsi lindung kawasan
serta mendapatkan izin dari penyelenggara;
• melakukan pendirian bangunan dengan syarat untuk menunjang fungsi
rekreasi, pengelolaan badan air, dan/atau pemanfaatan air;
• kegiatan pertanian dengan syarat tidak merusak tatanan lingkungan dan
bentang alam;
• kegiatan perikanan dengan syarat tidak merusak tatanan lingkungan dan
bentang alam yang akan mengganggu kualitas maupun kuantitas air;
• pengambilan material yang berada di badan air dengan
mempertimbangkan kelestarian sumber daya air dan sesuai peraturan
perundang-undangan; dan
• pengembangan jaringan prasarana dan utillitas dengan syarat mendapat
izin dari penyelenggara.
a kegiatan pemanfaatan ruang yang tidak diperbolehkan meliputi:
• mendirikan bangunan yang mengganggu fungsi lindung kawasan;
• mendirikan bangunan diatas badan sungai atau saluran irigasi kecuali
untuk peningkatan pengelolaan sungai dan irigasi; dan
• kegiatan yang menurunkan dan/atau merusak kualitas air permukaan
dan cekungan air tanah.
E. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Jaringan Prasarana Lainnya
1. Ketentuan umum peraturan zonasi jaringan SPAM
Ketentuan umum peraturan zonasi jaringan SPAM terdiri atas:
a kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan meliputi:

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-31
LAPORAN AKHIR

• pembangunan dan pemeliharaan jaringan; dan


• pengembangan RTH.
a kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan dengan syarat meliputi:
• kegiatan yang mendukung jaringan pada kawasan lindung dengan syarat
tidak mengganggu fungsi lindung; dan
• memasang jaringan primer, sekunder, dan sambungan rumah yang
memanfaatkan bahu jalan dengan syarat sudah memiliki izin galian.
a kegiatan pemanfaatan ruang yang tidak diperbolehkan meliputi:
• mendirikan bangunan di atas jaringan pipa induk;
• mendirikan instalansi pengolahan air minum langsung pada sumber air
baku; dan
• kegiatan yang dapat merusak berfungsinya sistem penyediaan air minum.
2. Ketentuan umum peraturan zonasi jaringan pengolahan air limbah
Ketentuan umum peraturan zonasi jaringan pengolahan air limbah terdiri
atas:
a kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan meliputi:
• pemanfaatan ruang yang menunjang sistem jaringan air limbah; dan
• membangun fasilitas untuk pengolahan dan pemanfaatan energi limbah.
a kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan dengan syarat berupa
pemanfaatan ruang dan atau kegiatan sekitar kawasan permukiman untuk
pengelolaan air limbah dengan syarat mendapatkan izin, memperhatikan tata
letak jaringan dan melakukan kajian lingkungan.
a kegiatan pemanfaatan ruang yang tidak diperbolehkan meliputi:
• mendirikan bangunan di atas jaringan; dan
• pemanfaatan ruang yang mengganggu dan merusak jaringan atau sarana
air limbah.
3. Ketentuan umum peraturan zonasi jaringan pengolahan limbah B3
Ketentuan umum peraturan zonasi jaringan pengolahan air limbah terdiri
atas:
a kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan berupa pengembangan
sarana dan prasarana pendukung;
a kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan dengan syarat berupa
pemanfaatan ruang dan atau kegiatan sekitar kawasan budidaya dengan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-32
LAPORAN AKHIR

syarat mendapatkan izin, memperhatikan tata letak jaringan dan melakukan


kajian lingkungan; dan
a kegiatan pemanfaatan ruang yang tidak diperbolehkan berupa kegiatan yang
mengganggu fungsi.
4. Ketentuan umum peraturan zonasi jaringan persampahan
Ketentuan umum peraturan zonasi jaringan persampahan terdiri atas:
a kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan meliputi:
• pembangunan fasilitas pendukung kegiatan pengelolaan sampah; dan
• pembolehan untuk melakukan penghijauan.
a kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan dengan syarat meliputi
inovasi teknologi pengelolaan sampah termasuk di dalamnya kegiatan daur
ulang sampah, penggunaan teknologi energi dan pemanfaatan wisata, edukasi
sepanjang tidak merusak lingkungan dan bentang alam maupun perairan
setempat dan penyediaan prasarana penunjang pengelolaan sampah; dan
a kegiatan pemanfaatan ruang yang tidak diperbolehkan meliputi:
• pendirian bangunan menghalangi atau berpotensi menghambat jaringan
persampahan;
• pemanfaatan ruang yang mengganggu dan merusak jaringan
persampahan.
5. Ketentuan umum peraturan zonasi jaringan evakuasi bencana
Ketentuan umum peraturan zonasi jaringan evakuasi bencana terdiri atas:
a kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan berupa pemanfaatan ruang
yang mendukung jaringan dan ruang evakuasi bencana;
a kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan dengan syarat berupa
pemanfaatan ruang budidaya yang tidak mengganggu proses evakuasi
bencana dan mengganggu fungsi ruang evakuasi bencana evakuasi; dan
a kegiatan pemanfaatan ruang yang tidak diperbolehkan berupa pemanfaatan
yang dapat mengganggu proses evakuasi bencana dan mengganggu fungsi
ruang evakuasi bencana.
6. Ketentuan umum peraturan zonasi jaringan drainase
a Ketentuan umum peraturan zonasi jaringan drainase terdiri atas:
a kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan berupa pengembangan
sarana dan prasarana pendukung drainase;

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-33
LAPORAN AKHIR

a kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan dengan syarat berupa


pengembangan jalan inspeksi dengan syarat dilengkapi dengan bangunan
yang mendukung sistem drainase; dan
a kegiatan pemanfaatan ruang yang tidak diperbolehkan meliputi:
• mendirikan bangunan umum di atas sistem drainase; dan
• melakukan kegiatan yang dapat merusak berfungsinya sistem drainase.

7.4. KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI POLA RUANG


7.4.1. KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KAWASAN LINDUNG
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan lindung disusun dengan
memperhatikan:
1. Pemanfaatan ruang untuk kegiatan pendidikan dan penelitian tanpa mengubah
bentang alam;
2. Ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang yang membahayakan keselamatan
umum;
3. Pembatasan pemanfaatan ruang di sekitar kawasan yang telah ditetapkan sebagai
kawasan rawan bencana alam; dan
4. Pembatasan pemanfaatan ruang yang menurunkan kualitas fungsi lingkungan.
Peraturan ini pada dasarnya disusun untuk setiap zona kawasan lindung di
Kabupaten Teluk Bintuni. Dengan demikian peraturan zonasi ini hanya akan berlaku
pada masing-masing jenis kawasan lindung, dengan arahan sebagai berikut:
A. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Badan Air
1. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi kawasan resapan air
a kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan berupa kegiatan yang tidak
mengganggu fungsi lindung kawasan;
a kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan dengan syarat meliputi:
• kegiatan budi daya yang dilengkapi dengan sarana peresapan air;
• kegiatan budi daya tidak terbangun yang memiliki kemampuan tinggi
dalam menahan limpasan air hujan;
• mengembangkan kegiatan budi daya pertanian;

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-34
LAPORAN AKHIR

• mengembangkan wisata alam dengan syarat tidak mengubah bentang


alam; dan
• mengembangkan kegiatan pendidikan dan penelitian dengan syarat tidak
mengubah bentang alam.
a kegiatan pemanfaatan ruang yang tidak diperbolehkan untuk seluruh jenis
kegiatan yang mengganggu fungsi resapan air.
B. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Yang Memberikan
Perlindungan Bawahannya
1. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Hutan Lindung
a kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan meliputi:
• pemeliharaan untuk kepentingan peningkatan kualitas vegetasi;
• pemanfaatan ruang dengan tidak mengganggu fungsi lindung; dan
• kegiatan lain yang bersifat komplementer terhadap fungsi hutan lindung
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
a kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan dengan syarat meliputi:
• pemanfaatan ruang untuk pemanfaatan jasa lingkungan, hasil hutan non
kayu, dan wisata alam, kawasan peruntukan wisata edukasi, penelitian
dan pengambilan sumber mata air untuk kepentingan umum dengan
syarat tanpa merubah bentang alam dan melalui pinjam pakai kawasan
hutan dan/atau kerja sama penggunaan kawasan hutan atau mekanisme
lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
kehutanan;
• pemanfaatan ruang kawasan untuk kegiatan latihan militer tanpa
mengurangi fungsi kawasan hutan dan tutupan vegetasi; dan
• pemanfaatan hutan lindung dan penggunaan kawasan hutan lindung
untuk keperluan diluar sektor kehutanan yang diperoleh melalui pinjam
pakai kawasan hutan dan/atau kerja sama penggunaan kawasan hutan
atau mekanisme lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang kehutanan.
a kegiatan pemanfaatan ruang yang tidak diperbolehkan meliputi:
• pemanfaatan ruang yang berpotensi mengurangi luas kawasan hutan dan
tutupan vegetasi; dan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-35
LAPORAN AKHIR

• kegiatan yang berpotensi merusak kesuburan dan keawetan tanah,


merusak fungsi hidrologi, mengganggu kelestarian flora dan fauna, serta
kelestarian lingkungan hidup pada umumnya.
C. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Perlindungan Setempat
1. Ketentuan umum peraturan zonasi sempadan pantai
Ketentuan umum peraturan zonasi sempadan pantai terdiri atas:
a kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan meliputi:
• pengembangan terumbu karang buatan untuk meningkatkan fungsi
ekologis pesisir;
• pengembangan mangrove sebagai pelindung pantai;
• kegiatan yang mampu melindungi atau memperkuat perlindungan
kawasan sempadan pantai dari abrasi, intrusi air laut dan infiltrasi air laut
ke dalam tanah; dan
• pemanfaatan permukiman yang sudah ada saat peraturan daerah ini
ditetapkan dan memiliki bukti kepemilikan tanah yang sah menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan.
a kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan dengan syarat meliputi:
• pengembangan prasarana dan sarana transportasi, tempat pelelangan
ikan, bangunan pengendali air, pariwisata, fasilitas energi, sarana bantu
navigasi pelayaran, tower penjaga keselamatan pengunjung pantai
dan/atau kegiatan lain yang membutuhkan lokasi di tepi pantai dengan
syarat sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan;
• kegiatan perikanan dan budidaya laut yang tidak merusak lingkungan dan
dilengkapi dengan kajian lingkngan;
• pengembangan kawasan pantai berhutan bakau dengan syarat harus
disertai dengan pengendalian pemanfaatan ruang; dan
• pengembangan obyek wisata dan penelitian di sepanjang pantai dengan
syarat tidak mengubah bentang alam.
a kegiatan pemanfaatan ruang yang tidak diperbolehkan untuk seluruh jenis
kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai, merusak kualitas air,
kondisi fisik, dan dasar pantai.
2. Ketentuan umum peraturan zonasi sempadan sungai
Ketentuan umum peraturan zonasi sempadan sungai terdiri atas

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-36
LAPORAN AKHIR

a kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan berupa kawasan non


terbangun seperti RTH, pertanian, hutan dan lain-lain.
a kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan dengan syarat meliputi:
• pendirian bangunan untuk menunjang fungsi pengelolaan sungai dan
taman rekreasi dengan syarat menjamin kelestarian sungai;
• kegiatan yang mampu melindungi atau memperkuat tebing sungai atau
saluran dari kelongsoran, kegiatan yang tidak memperlambat jalannya
arus air, kecuali memang sengaja bermaksud untuk memperlambat laju
arus air seperti pembuatan cek dam atau krib, atau dam, atau pembelok
arus air sungai;
• kegiatan pemasangan papan reklame, rambu-rambu pengamanan, sarana
bantu navigasi pelayaran, papan penyuluhan, dan papan peringatan
dengan syarat tidak mengganggu kondisi serta fungsi sempadan sungai;
• kegiatan pemasangan jaringan kabel listrik, kabel telepon, dan pipa air
minum dengan syarat tidak mengganggu kondisi serta fungsi sempadan
sungai; dan
• aktivitas wisata alam dengan syarat tidak mengganggu fungsi sungai.
a kegiatan pemanfaatan ruang yang tidak diperbolehkan berupa pemanfaatan
yang tidak berkaitan dengan fungsi sungai dan yang berpotensi mengurangi
luas, nilai ekologi, estetika kawasan dan kualitas sungai.
3. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar danau/waduk
ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar telaga atau waduk
meliputi:
a kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan berupa kawasan non
terbangun seperti RTH, pertanian, hutan dan lain-lain;
a kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan dengan syarat meliputi:
• penghijauan dengan jenis tanaman tahunan yang produksinya tidak
dilakukan dengan cara penebangan pohon;
• pendirian bangunan untuk pengelolaan badan air dan/atau pemanfaatan
air dengan syarat mendukung fungsi kawasan;
• pemanfaatan ruang untuk perikanan atau kegiatan lain yang tidak
merusak nilai ekologi dan estetika kawasan;

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-37
LAPORAN AKHIR

• pemanfaatan ruang dengan syarat hanya untuk kepentingan rekreasi


dan/atau pariwisata; dan
• kegiatan yang berkaitan dengan wisata seperti hotel, rumah makan,
tempat rekreasi dengan tetap mengupayakan pembangunan fisik yang
mampu mencegah terjadinya sedimentasi.
a kegiatan pemanfaatan ruang yang tidak diperbolehkan meliputi:
• kegiatan penggalian atau kegiatan lain yang sifatnya mengubah bentuk
kawasan sekitar waduk; dan
• kegiatan yang dapat mengganggu fungsi kawasan sekitar waduk.
D. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Ekosistem Mangrove
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan ekosistem mangrove terdiri atas:
a kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan berupa pengembangan dan
reboisasi kawasan ekosistem mangrove;
a kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan dengan syarat berupa
pemanfaatan ruang terbangun dengan syarat untuk penelitian, edukasi,
pariwisata dan fasilitas penunjangnya; dan
a kegiatan pemanfaatan ruang yang tidak diperbolehkan berupa kegiatan-
kegiatan dan pendirian bangunan yang mengganggu kawasan ekosistem
mangrove
E. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Rawan Bencana
1. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan rawan bencana gerakan tanah
termasuk tanah longsor
ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan rawan bencana gerakan
tanah termasuk tanah longsor terdiri atas:
a kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan berupa kegiatan non
terbangun seperti RTH, pertanian, hutan dan lain-lain;
a kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan dengan syarat meliputi:
• mendirikan bangunan dengan syarat untuk kepentingan pemantauan
ancaman bencana dan kepentingan umum;
• memasang pengumuman lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman
penduduk; dan
• melakukan pemanfaatan ruang dengan syarat sudah memiliki izin.
a kegiatan pemanfaatan ruang yang tidak diperbolehkan meliputi:

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-38
LAPORAN AKHIR

• kegiatan penggalian atau kegiatan lain berpotensi menyebabkan longsor;


dan
• kegiatan yang mengganggu fungsi lindung kawasan rawan bencana
longsor.
2. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan rawan bencana gempa bumi
ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan rawan bencana gempa
bumi terdiri atas:
a kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan berupa kegiatan non
terbangun seperti RTH, pertanian, hutan dan lain-lain;
a kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan dengan syarat meliputi:
• mendirikan bangunan dengan syarat untuk kepentingan pemantauan
ancaman bencana dan kepentingan umum;
• memasang pengumuman lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman
penduduk; dan
• melakukan pemanfaatan ruang dengan syarat sudah memiliki izin dan
memperhatikan konstruksi rawan bencana
a kegiatan pemanfaatan ruang yang tidak diperbolehkan berupa pemanfaatan
ruang yang tidak mengindahkan konstruksi tahan gempa
3. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan rawan bencana lainnya
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan rawan bencana lainnya terdiri
atas:
a kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan berupa kegiatan non
terbangun seperti RTH, pertanian, hutan dan lain-lain;
a kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan dengan syarat meliputi:
• pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan karakteristik, jenis, dan
ancaman bencana;
• mendirikan bangunan dengan syarat untuk kepentingan pemantauan
ancaman bencana dan kepentingan umum;
• memasang pengumuman lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman
penduduk; dan
• melakukan pemanfaatan ruang dengan syarat sudah memiliki izin dan
memperhatikan konstruksi rawan bencana

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-39
LAPORAN AKHIR

a kegiatan pemanfaatan ruang yang tidak diperbolehkan berupa pemanfaatan


ruang yang tidak mengindahkan konstruksi tahan bencana

7.4.2. KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KAWASAN BUDI DAYA


Peraturan ini pada dasarnya disusun untuk setiap zona Kawasan Budidaya di
Kabupaten Teluk Bintuni. Dengan demikian peraturan zonasi ini hanya akan berlaku
pada masing-masing jenis kawasan budidaya, dengan arahan sebagai berikut:
A. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Hutan Produksi
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan hutan produksi terdiri atas:
a kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan meliputi:
• aktivitas konservasi flora dan fauna;
• aktivitas reboisasi dan rehabilitasi hutan;
• pelestarian hasil hutan untuk menjaga kestabilan neraca sumber
daya kehutanan; dan
• pemanfaatan hasil hutan dengan memperhatikan prinsip-prinsip
kelestarian lingkungan.
a kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan dengan syarat meliputi:
• pengembangan prasarana dan sarana transportasi, tempat
pelelangan ikan, bangunan pengendali air, pariwisata, fasilitas
energi, sarana bantu navigasi pelayaran, tower penjaga keselamatan
pengunjung pantai dan/atau kegiatan lain yang membutuhkan lokasi
di tepi pantai yang masuk kawasan hutan dengan syarat sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangan;
• pembangunan infrastruktur yang dibutuhkan untuk kepentingan
umum dengan syarat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan;
• pembangunan infrastruktur yang dibutuhkan untuk menunjang
kegiatan pemanfaatan hasil hutan dan fungsi sosial; dan
• pengembangan obyek wisata, penelitian dan edukasi, serta kegiatan
budidaya lain dengan syarat berbasis pada pemanfaatan hutan,
melalui mekanisme tukar menukar kawasan hutan, pinjam pakai
kawasan hutan dan/atau kerja sama penggunaan kawasan hutan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-40
LAPORAN AKHIR

atau mekanisme lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-


undangan di bidang kehutanan.
a kegiatan pemanfaatan ruang yang tidak diperbolehkan berupa
pengembangan kegiatan yang mengurangi luas hutan dan atau berdampak
negatif terhadap keseimbangan ekologis.
B. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Perkebunan
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan Perkebunan rakyat terdiri atas:
a kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan meliputi:
• aktivitas reboisasi dan rehabilitasi hutan;
• pelestarian hasil hutan untuk menjaga kestabilan neraca sumber
daya kehutanan; dan
• pengembangan RTH
a kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan dengan syarat meliputi:
• pengembangan budi daya tanaman pangan, hortikultura, tanaman
hutan dan peternakan;
• pertambangan dengan syarat sesuai dengan daya dukung dan daya
tampung lingkungan sesuai dengan kajian dan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
• pengembangan usaha industri pertanian, perkebunan, tanaman
hutan, dan peternakan;
• pembangunan fasilitas pendukung pertanian tanaman pangan,
hortikultura, tanaman hutan dan peternakan; dan
• pemanfaatan ruang untuk rumah tunggal.
a kegiatan pemanfaatan ruang yang tidak diperbolehkan berupa pemanfaatan
ruang yang mengganggu dan atau merusak produktifitas perkebunan rakyat.
C. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Pertanian
4. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Pertanian Tanaman Pangan
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pertanian tanaman pangan
terdiri atas:
a kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan meliputi:
• pemanfaatan ruang untuk pengembangan kawasan pertanian
tanaman pangan; dan
• pengembangan dan pengelolaan sistem jaringan irigasi.

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-41
LAPORAN AKHIR

a kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan dengan syarat meliputi:


• pembangunan fasilitas pendukung kegiatan pertanian tanaman
pangan;
• pertambangan dengan syarat di luar kawasan LP2B, sesuai dengan
daya dukung dan daya tampung lingkungan sesuai dengan kajian dan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
• pemanfaatan ruang untuk permukiman petani dengan syarat sesuai
dengan rencana rinci tata ruang;
• pengembangan kegiatan industri terpadu dengan syarat tidak
merubah zonasi utama dan berada diluar LP2B;
• usaha peternakan dan perikanan skala kecil dan menengah dengan
tetap memperhatikan luasan LP2B;
• bangunan, prasarana umum atau jaringan prasarana penunjang
pertanian yang harus ada ditempat itu;
• pengembangan kegiatan peternakan dengan syarat tidak
mengganggu fungsi utama;
• alih fungsi lahan dengan syarat memiliki nilai ekonomi lebih tinggi
dan memiliki kemampuan penyerapan tenaga kerja yang lebih luas
dan berada di luar LP2B; dan
• alih fungsi LP2B untuk kepentingan umum sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

a kegiatan pemanfaatan ruang yang tidak diperbolehkan meliputi:


• melakukan aktivitas budi daya yang mengurangi luas LP2B;
• mendirikan bangunan di atas saluran irigasi; dan
• kegiatan budi daya yang mengancam keberadaan dan fungsi LP2B,
mengurangi atau merusak kualitas tanah dan tidak terkait dengan
kepentingan umum.
5. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Hortikultura
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan hortikultura terdiri atas:
a kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan berupa pemanfaatan ruang
untuk pengembangan kawasan hortikultura, peruntukan pertanian lainnya,
RTH dan hutan;

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-42
LAPORAN AKHIR

a kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan dengan syarat meliputi:


• pengembangan agropolitan;
• pertambangan dengan syarat sesuai dengan daya dukung dan daya
tampung lingkungan sesuai dengan kajian dan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
• pemanfaatan ruang untuk permukiman petani dengan syarat sesuai
dengan rencana rinci tata ruang;
• pengembangan kegiatan peternakan dengan syarat tidak
mengganggu fungsi utama
• pengembangan kegiatan industri terpadu dengan syarat mendukung
pengembangan pertanian;
• bangunan, prasarana umum atau jaringan prasarana penunjang
pertanian yang harus ada ditempat itu; dan
• alih fungsi lahan dengan syarat memiliki nilai ekonomi lebih tinggi
dan memiliki kemampuan penyerapan tenaga kerja yang lebih luas.
a kegiatan pemanfaatan ruang yang tidak diperbolehkan berupa
pengembangan kawasan terbangun yang tidak mendukung pengembangan
pertanian dan atau mengganggu produktifitas pertanian di kawasan tersebut.
D. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Peruntukan Industri
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan industri terdiri atas:
a kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan meliputi:
• kegiatan kawasan industri, peruntukan industri dan sentra industri
kecil dan menengah sesuai dengan zonasi masing-masing
• pemanfaatan ruang budidaya dan lindung yang sudah ada
sebelumnya.
a kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan dengan syarat dan atau
terbatas meliputi:
• mengembangkan aktivitas pendukung kegiatan industri dengan
memperhatikan ketersediaan air;
• menyediakan ruang untuk zona penyangga berupa sabuk hijau dan
RTH; dan
• pemanfaatan ruang untuk sentra industri kecil, diizinkan
pemanfaatannya dalam kawasan permukiman dengan pembatasan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-43
LAPORAN AKHIR

pada luasan lahan, dan dampak yang ditimbulkan (berdasarkan


batasan kapasitas produksi, tenaga kerja, transportasi yang
dihasilkan, dan limbah yang dihasilkan berdasarkan analisa daya
dukung dan daya tampung lokasi).
• pemanfaatan ruang untuk peruntukan pergudangan, jasa, stasiun
pengisian bahan bakar dan sejenis diijinkan pemanfaatannya dalam
kawasan industri dengan pembatasan pada luasan lahan, dan
dampak yang ditimbulkan sesuai peraturan yang berlaku.
• diperbolehkan degan syarat bangunan kegiatan industri sesuai
persyaratan sempadan jalan dan intensitas bangunan yang
ditentukan;
• diperbolehkan dengan syarat penyediaan perumahan karyawan,
fasilitas pendukung lainnya dengan intensitas bangunan yang
dipersyaratkan;
• diperbolehkan dengan syarat pembangunan kegiatan industri
dengan menyediakan ruang terbuka hijau minimal 20 % (dua puluh
persen) dari luas kapling industri dan penyediaan sarana
pengolahan limbah yang dipersyaratkan; dan
• pembatasan pembangunan rumah tinggal di dalam lokasi kawasan
peruntukan industri untuk mengurangi dampak negatif pengaruh
dari keberadaan industri terhadap permukiman yang ada.
• kegiatan kawasan industri, peruntukan industri, pergudangan sesuai
dengan zonasi masing-masing;
• pembangunan fasilitas pembangkit energi;
• pembangunan prasarana dan sarana pendukung industri; dan
• pemanfaatan ruang budidaya dan lindung yang sudah ada
sebelumnya.
a kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan dengan syarat meliputi:
• pemanfaatan ruang untuk sentra industri kecil, diizinkan
pemanfaatannya dalam kawasan permukiman dengan pembatasan
pada luasan lahan, dan dampak yang ditimbulkan;
• pemanfaatan ruang untuk peruntukan pergudangan, jasa, stasiun
pengisian bahan bakar dan sejenis diijinkan pemanfaatannya dengan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-44
LAPORAN AKHIR

pembatasan pada luasan lahan, dan dampak yang ditimbulkan sesuai


peraturan yang berlaku;
• perumahan karyawan, fasilitas pendukung lainnya dengan intensitas
bangunan yang dipersyaratkan;
• kegiatan selain industri sepanjang tidak menurunkan kualitas
lingkungan dan mengganggu fungsi utama kawasan; dan
• pertambangan dengan syarat sesuai dengan daya dukung dan daya
tampung lingkungan sesuai dengan kajian dan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
a kegiatan pemanfaatan ruang yang tidak diperbolehkan meliputi:
• pelarangan peruntukan lain selain kawasan industri maupun
fasilitas pendukungnya dalam kawasan yang ditetapkan sebagai
kawasan industri, kecuali kawasan peruntukan industri, industri
rumah tangga dan kawasan industri untuk usaha mikro, kecil dan
menengah;
• industri yang berada di pinggir DAS tidak boleh membuang air
limbah secara langsung dan harus diolah pada IPAL.
• dilarang memanfaatkan air tanah untuk keperluan kegiatan industri
dan kegiatan pendukung industri yang berada di kawasan resapan
air; dan
• dilarang mencemari air, udara dan tanah melebihi ambang batas
yang dipersyaratkan.
E. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Permukiman
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan permukiman terdiri atas:
a kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan berupa kawasan
peruntukan permukiman, ruang untuk peruntukan industri rumah tangga
dengan kepadatan rendah dan batasan khusus sesuai ketentuan yang berlaku
dan penetapan fasilitas pendukung kegiatan permukiman dan aktivitas
masyarakat yang dibutuhkan secara proporsional sesuai peraturan yang
berlaku, antara lain berupa fasilitas perdagangan, pendidikan, kesehatan,
peribadatan, rekreasi, olah raga dan fasilitas umum lainnya sesuai kebutuhan
masyarakat setempat.
a kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan dengan syarat meliputi:

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-45
LAPORAN AKHIR

• pada kawasan permukiman yang terdapat fungsi cagar budaya


kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan berupa kegiatan
wisata budaya, pemanfaatan ruang untuk penelitian, pendidikan,
perkantoran, RTH dan atraksi budaya dengan syarat menjaga
pelestarian kawasan dan tidak merusak bangunan cagar budaya;
• bangunan atau jaringan prasarana penunjang permukiman yang
harus ada ditempat itu;
• pertambangan dengan syarat sesuai dengan daya dukung dan daya
tampung lingkungan sesuai dengan kajian dan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
• pengembangan kegiatan peternakan dengan syarat tidak
mengganggu fungsi utama;
• pemanfaatan ruang untuk peruntukan pergudangan, jasa, stasiun
pengisian bahan bakar dan sejenis, industri kecil menengah,
diijinkan pemanfaatannya dalam kawasan permukiman dengan
pembatasan pada luasan lahan, dan dampak yang ditimbulkan serta
persyaratan sesuai peraturan yang berlaku; dan
• pemanfaatan ruang untuk pergudangan dan fasilitas umum yang
skala besar harus menyediakan jalur pendekat dan ditentukan
persyaratan tata bangunan dan lingkungan;
a kegiatan pemanfaatan ruang yang tidak diperbolehkan berupa kegiatan yang
mengganggu kawasan permukiman.

7.4.3. INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG


Intensitas pemanfaatan ruang adalah ketentuan mengenai besaran pembangunan
yang diperbolehkan pada suatu zona yang meliputi:
1. KDB Maksimum;
2. KLB Maksimum;
3. Ketinggian Bangunan Maksimum; dan
4. KDH Minimal.
Pada dokumen RTRW ini, intensitas pemanfaatan ruang dibuat secara makro dan
dapat didetailkan pada rencana rinci. Arahan umum terkait intensitas pemanfaatan
ruang pada setiap kawasan dapat dilihat pata tabel 7.1 dan tabel 7.2

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-46
LAPORAN AKHIR

7.4.4. SARANA DAN PRASARANA MINIMUM


Sarana dan prasarana minimum sebagai dasar fisik lingkungan guna mendukung
pengembangan kawasan agar dapat berfungsi secara optimal. Sarana dan prasarana
minimum ditetapkan sesuai dengan ketentuan yang diterbitkan oleh instansi yang
memiliki kewenangan. Pada dokumen RTRW ini, sarana dan prasarana minimum dibuat
secara makro dan dapat didetailkan pada rencana rinci. Arahan umum terkait sarana
prasarana minimum pada setiap kawasan dapat dilihat pata tabel 7.1 dan tabel 7.2\

7.4.5. KETENTUAN LAIN


Ketentuan lain yang dibutuhkan misalnya, pemanfaatan ruang pada zona-zona
yang dilewati oleh sistem jaringan sarana dan prasarana wilayah kabupaten mengikuti
ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Ketentuan lain dapat dilihat pata tabel 7.1
dan tabel 7.2.

7.4.6. KETENTUAN KHUSUS


Ketentuan khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan kota untuk
mengendalikan pemanfaatan ruang, seperti pada kawasan rawan bencana, kawasan
kawasan pertanian pangan berkelanjutan dan lain-lain. Penetapan kawasan khusus
didasarkan pada Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2020 tentang Pedoman Penyusunan Basis
Data Peta Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten dan Kota Serta Peta
Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota. Ketentuan khusus berdasarkan peraturan
tersebut meliputi:

Ketentuan khusus di Kabupaten Teluk Bintuni berdasarkan kriteria diatas


meliputi:

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-47
LAPORAN AKHIR

5. Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan


a Merupakan ketentuan pengaturan pada kawasan pertanian tanaman pangan
dengan maksud untuk mendukung ketahanan pangan.
a Ketentuan khusus terkait kriteria, insentif dan penetapan KP2B dan LP2B
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
a Kawasan pertanian tanaman pangan di Kabupaten Teluk Bintuni seluas
95.919,72 Hektar.
a Alih fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan hanya dapat dilakukan
oleh Pemerintah atau pemerintah daerah dalam rangka pengadaan tanah
untuk kepentingan umum; atau terjadi bencana.
Pengadaan tanah untuk kepentingan umum meliputi jalan umum, waduk,
bendungan, irigasi, saluran air minum atau air bersih, drainase dan sanitasi,
bangunan pengairan, pelabuhan, bandar udara, stasiun dan jalan kereta api,
terminal, fasilitas keselamatan umum, cagar alam dan/atau pembangkit dan
jaringan listrik. Penjabaran pengadaan tanah untuk kepentingan umum adalah
sebagai berikut:
• Pengadaan tanah untuk jalan umum meliputi pembangunan jalan
negara, jalan provinsi, jalan kabupaten/kota, dan jalan desa serta
lingkungan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-
undangan. Selain hal tersebut di atas, pembangunan jalan usaha tani
di Kawasan Peruntukan Pertanian pangan berkelanjutan yang
berfungsi untuk menunjang peningkatan produksi yang
mengakibatkan alih fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan
tidak melanggar ketentuan yang berlaku.
• Pengadaan tanah untuk pembangunan waduk, bendungan,
bangunan pengairan dan irigasi pada kawasan pertanian pangan
berkelanjutan meliputi: pembangunan jaringan irigasi sampai
dengan ke tingkat tersier, embung, situ, dam parit, rorak, yang
berfungsi untuk penyediaan dan konservasi air dalam rangka
menunjang keberlangsungan perlindungan lahan pertanian pangan
berkelanjutan.
• Pengadaan tanah untuk pembangunan saluran air minum atau air
bersih, drainase dan sanitasi pada kawasan pertanian pangan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-48
LAPORAN AKHIR

berkelanjutan meliputi: pembangunan jaringan air minum atau air


bersih baik di permukaan maupun di bawah tanah, bangunan
drainase dan sanitasi dalam rangka memenuhi kebutuhan
masyarakat di perdesaan dan perkotaan.
• Pengadaan tanah untuk pelabuhan, bandar udara, stasiun dan jalan
kereta api serta terminal sebagai bagian dari struktur ruang yang
menggunakan kawasan pertanian pangan berkelanjutan meliputi:
pembangunan, perluasan dan/atau rehabilitasinya dan fasilitas
pendukung seperti pelataran parkir, gudang, landasan pacu,
perkantoran, rel kereta api ganda dan lain-lain yang berfungsi untuk
menunjang prasarana perhubungan di atas.
• Pengadaan tanah untuk fasilitas keselamatan umum pada Kawasan
Peruntukan Pertanian Pangan Berkelanjutan meliputi:
pembangunan, perluasan dan/atau rehabilitasi fasilitas keselamatan
umum berupa bangunan transit untuk evakuasi masyarakat yang
memerlukan bantuan kesehatan akibat gangguan bencana buatan
manusia.
• Pengadaan tanah untuk cagar alam pada kawasan peruntukan
pertanian pangan berkelanjutan meliputi: penyediaan dan
pengalokasian kawasan yang diketahui merupakan sifat cagar alam
baik berupa flora dan fauna maupun bentang alam yang menjadi atau
dialokasikan untuk warisan dunia dan diklasifikasi sebagai cagar
alam.
• Pengadaan tanah untuk pembangkit dan jaringan listrik pada
kawasan peruntukan pertanian pangan berkelanjutan meliputi:
pembangunan, perluasan dan/atau rehabiltasi pembangkit dan
jaringan listrik baik berupa tenaga surya, angin, air maupun tenaga
mesin dan lain-lain yang bersifat menunjang infrastruktur
perlistrikan yang melintasi maupun yang berada pada wilayah
perdesaan dan perkotaan yang dibutuhkan oleh masyarakat
setempat.

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-49
LAPORAN AKHIR

• Dalam hal terjadi bencana, maka penetapan wilayah bencana


dilakukan oleh lembaga/institusi yang menyelenggarakan urusan di
bidang pengendalian bencana.
Selain untuk kepentingan umum dan bencana sebagaimana dimaksud di
atas, Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dapat dilakukan untuk
pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
6. Kawasan Rawan Bencana
Kawasan rawan bencana dan arahan untuk masing-masing bencana adalah
sebagai berikut:
a Rawan bencana gerakan tanah (longsor)
Arahan-arahan pengelolaan dan pemanfaatannya yaitu :
• dilakukan kegiatan reboisasi dan penghijauan;
• diperbolehkan dengan syarat kegiatan pada kawasan rawan bencana
apabila memiliki kajian teknis terkait dengan mitigasi dan
penanganan erosi/longsor; dan
• Tidak diperbolehkan melakukan kegiatan di kawasan rawan
erosi/longsor yang berbahaya bagi keselamatan manusia dan
lingkungan.
a Rawan bencana gempa bumi
Upaya mitigasi dan pengurangan bencana terhadap bencana gempa bumi antara
lain:
• Sosialisasi terkait bangunan yang harus dibangun dengan konstruksi
tahan getaran/gempa.
• Pembangunan fasilitas umum dengan standar kualitas yang tinggi.
• Pendidikan kepada masyarakat tentang gempabumi.
• Rencana kontingensi/kedaruratan untuk melatih masyarakat dalam
menghadapi gempa bumi.
a Rawan bencana banjir
Arahan untuk rawan bencana banjir meliputi:
• Mempertahankan ruang terbuka hijau di sempadan sungai yang
berfungsi sebagai resapan air, sehingga run off dari air hujan
berkurang karena terjadinya peresapan.

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-50
LAPORAN AKHIR

• Kawasan rawan banjir permanen tidak diijinkan untuk permukiman.


• Untuk kawasan yang sudah terbangun, hendaknya diadakan
penyuluhan akan bahaya yang mungkin terjadi di waktu yang akan
datang dan secara bertahap dan terencana permukiman
dipindahkan;
• Dilarang melakukan kegiatan yang berdampak dapat mempengaruhi
kelancaran drainase; dan
• Mengutamakan pembangunan fisik berupa pengembangan saluran
drainase.
a Rawan bencana kekeringan
Arahan untuk rawan bencana kekeringan meliputi:
• Pengurangan penggunaan air dari kebutuhan rumah tangga
• Penyediaan tampungan air permukaan juga digunakan untuk
memenuhi kebutuhan air di sektor pertanian dengan
mengintegrasikan jaringan irigrasi dengan tampungan air
permukaan.
• Peningkatan daerah hijau juga dapat meningkatkan cadangan air.
• Masyarakat melakukan peningkatan daerah hijau dengan cara
menanam pohon disepanjang jalan dan menanam tanaman hias di
pekarangan rumah.
a Rawan bencana Tsunami
Arahan untuk rawan bencana Tsunami meliputi:
• pembangunan tembok penahan tsunami pada garis pantai
perumahan dan kawasan permukiman yang berisiko terkena
dampak;
• penanaman mangrove serta tanaman lainnya sepanjang garis pantai
di dekat perumahan dan kawasan permukiman;
• Tidak melebihi intensitas bangunan yang ditentukan;
a Rawan bencana Gelombang Ekstrim dan Abrasi
Arahan untuk rawan bencana gelombang ekstrim dan abrasi meliputi:
• pembangunan tembok penahan pada garis pantai perumahan dan
kawasan permukiman yang berisiko terkena dampak;

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-51
LAPORAN AKHIR

• penanaman mangrove serta tanaman lainnya sepanjang garis pantai


di dekat perumahan dan kawasan permukiman;
• Tidak melebihi intensitas bangunan yang ditentukan;
a Rawan bencana Cuaca Ekstrim
Arahan untuk rawan bencana cuaca ekstrim meliputi:
• Perlunya penerapan aturan standar bangunan yang
memperhitungkan beban angin khususnya di daerah yang rawan
angin badai.
• Penempatan lokasi pembangunan fasilitas yang penting pada daerah
yang terlindung dari serangan angin badai.
• Penghijauan di bagian atas arah angin untuk meredam gaya angin
• Pembangunan bangunan umum yang cukup luas yang dapat
digunakan sebagai tempat penampungan sementara.
a Rawan bencana Banjir Bandang
Arahan untuk rawan bencana banjir bandang meliputi:
• Membuat peredam banjiir pada alur deras untuk menangkap dan
menyimpan sementara sebagian volume banjir (detention storage)
agar debit yang dilepas ke hilir maksimum sama dengan debit
dominan alur hilir.
• Membuat embung-embung pada lokasi yang memungkinkan
misalnya dengan memanfaatkan galur-galur erosi (gullies) sebagai
penambah besar volume
• Mengurangi kecepatan aliran banjir bandang. Kecepatan aliran
dikurangi khususnya pada alur transportasi membuat aliran
berjenjang dengan memasang satu atau beberapa (satu seri) ground
sills.
Untuk lebih jelasnya mengenai peraturan zonasi di Kabupaten Teluk Bintuni bisa
dilihat pada tabel berikut:

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-52
LAPORAN AKHIR

Peta 7.1. Rencana Pola Ruang

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-53
LAPORAN AKHIR

Tabel 7.1.Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Prasarana Wilayah Kabupaten Teluk Bintuni
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan
Sistem Prasarana Ketentuan
No Umum
Kawasan Diperbolehkan Diperbolehkan Tidak sarana dan Ketentuan
Intensitas Ketentuan lain
dengan syarat Diperbolehkan prasarana khusus
Pemanfaatan
minimum
Ruang
1 Sistem Pusat Pelayanan
a. Kawasan Perkotaan ▪ pengembangan ▪ pengalihan fungsi ▪ melakukan ▪ dirincikan ▪ Sarana dan ▪ Ketentuan ▪ Pengembanga
fungsi dasar; kawasan terbuka perubahan pada RDTR prasarana umum n kawasan
▪ perubahan atau hijau tetapi bukan secara minimum peraturan menyesuaikan
penambahan sebagai bagian dari keseluruhan disesuaikan zonasi untuk dengan
fungsi ruang RTH di kawasan fungsi dengan Pusat Kegiatan rencana pola
sepanjang saling perkotaan dengan dasarnya; dan besaran kota Wilayah (PKW) ruang kawasan
menunjang atau syarat komposisi ▪ melakukan dan disusun dengan lindung yang
tidak RTH tidak berubah kegiatan perkembanga ketentuan; menjadi
menimbulkan sesuai RDTR pembangunan n penduduk diarahkan pada penampalan
efek negatif bagi kawasan perkotaan; di dalam radius pengembangan dan masuk
zona yang telah ▪ pemanfaatan keamanan pada kegiatan dalam
ditetapkan; kawasan lindung kawasan yang berskala ketentuan
▪ pengembangan berupa bangunan telah regional/lintas khusus
sistem jaringan untuk ditetapkan kabupaten meliputi:
prasarana dan meningkatkan nilai batas yang didukung o Kawasan
pemanfaatan tambah dengan ketinggian dengan fasilitas resapan air
ruang sekitar tetap dilakukan dan o Kawasan
jaringan upaya konservasi; infrastruktur rawan
prasarana yang ▪ melakukan alih perkotaan yang bencana
mendukung fungsi lindung pada sesuai dengan o Kawasan
sistem kawasan lindung wilayah yang cagar
perkotaan; dan tetapi boleh dilayaninya. budaya
▪ pemanfaatan ditambahkan ▪ Ketentuan
ruang budidaya kegiatan lain umum
untuk selama masih peraturan
mendukung menunjang fungsi zonasi untuk
sistem perkotaan lindung; dan Pusat Kegiatan
▪ melakukan alih Lokal (PKL)
fungsi lahan pada disusun dengan
lahan yang telah ketentuan;

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-54
LAPORAN AKHIR

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi


Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan
Sistem Prasarana Ketentuan
No Umum
Kawasan Diperbolehkan Diperbolehkan Tidak sarana dan Ketentuan
Intensitas Ketentuan lain
dengan syarat Diperbolehkan prasarana khusus
Pemanfaatan
minimum
Ruang
ditetapkan sebagai diarahkan pada
bagian dari lahan pengembangan
pertanian pangan kegiatan
berkelanjutan berskala
kecuali untuk kabupaten atau
kepentingan umum beberapa
sesuai peraturan distrik yang
perundang- didukung
undangan dengan fasilitas
dan
infrastruktur
perkotaan yang
sesuai dengan
wilayah yang
dilayaninya.
▪ Ketentuan
umum
peraturan
zonasi untuk
Pusat
Pelayanan
Kawasan (PPK)
disusun dengan
ketentuan;
diarahkan pada
pengembangan
kegiatan
berskala distrik
yang didukung
dengan fasilitas
dan
infrastruktur
yang sesuai
dengan wilayah
yang

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-55
LAPORAN AKHIR

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi


Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan
Sistem Prasarana Ketentuan
No Umum
Kawasan Diperbolehkan Diperbolehkan Tidak sarana dan Ketentuan
Intensitas Ketentuan lain
dengan syarat Diperbolehkan prasarana khusus
Pemanfaatan
minimum
Ruang
dilayaninya,
dengan
penetapan
deliniasi
sebagai pusat
kegiatan
Distrik.
▪ Pengembangan
kawasan
perkotaan
harus
memperhatika
n dan
memberikan
alokasi ruang
untuk
pemenuhan
RTH Perkotaan
b. Kawasan Pedesaan ▪ melakukan ▪ melakukan alih ▪ melakukan ▪ ▪ Sarana dan ▪ Ketentuan ▪ Pengembanga
perubahan fungsi fungsi lindung pada perubahan prasarana umum n kawasan
ruang kawasan kawasan lindung secara minimum peraturan menyesuaikan
terbangun di tetapi boleh keseluruhan disesuaikan zonasi untuk dengan
perdesaan ditambahkan fungsi dasar; dengan Pusat rencana pola
dengan syarat kegiatan lain ▪ melakukan besaran Pelayanan ruang kawasan
saling menunjang selama masih kegiatan kawasan dan Lingkungan lindung yang
dan/atau tidak menunjang fungsi pembangunan perkembanga (PPL) disusun menjadi
menimbulkan lindung; dengan n penduduk dengan penampalan
efek negatif bagi ▪ melakukan alih intensitas ketentuan; dan masuk
zona yang telah fungsi lahan pada tinggi yang diarahkan pada dalam
ditetapkan; dan lahan yang telah tidak serasi pengembangan ketentuan
▪ melakukan ditetapkan sebagai dengan kegiatan khusus
penambahan bagian dari lahan kawasan berskala meliputi:
fungsi yang pertanian pangan sekitarnya; beberapa desa o Kawasan
saling berkelanjutan yang didukung resapan air

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-56
LAPORAN AKHIR

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi


Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan
Sistem Prasarana Ketentuan
No Umum
Kawasan Diperbolehkan Diperbolehkan Tidak sarana dan Ketentuan
Intensitas Ketentuan lain
dengan syarat Diperbolehkan prasarana khusus
Pemanfaatan
minimum
Ruang
bersesuaian kecuali untuk ▪ melakukan dengan fasilitas o Kawasan
dengan syarat kepentingan umum kegiatan dan rawan
ditetapkan sesuai peraturan pembangunan infrastruktur bencana
besaran dan/atau perundang- di dalam radius yang sesuai o Kawasan
luasan ruang undangan keamanan pada dengan wilayah cagar
setiap zona dan kawasan yang yang budaya
fungsi utama telah dilayaninya,
zona tersebut ditetapkan dengan
batas penetapan
ketinggian deliniasi
sebagai pusat
kawasan
perdesaan.
2 Jaringan Transportasi
a. Jaringan jalan kolektor ▪ pengembangan ▪ pembatasan ▪ pemanfaatan ▪ KDB, KLB dan ▪ jalur pejalan ▪ Ketentuan ▪ Pengembanga
prasarana pengembangan ruang yang KDH pada kaki, terkait n kawasan
pelengkap dan pemanfaatan lahan melanggar fasilitas jalan penerangan perizinan dan menyesuaikan
utilitas jalan; di sepanjang sempadan dan pelengkap jalan umum pengembangan dengan
▪ pengembangan koridor jalan jalan; jalan (PJU), RTH, disesuaikan rencana pola
RTH dan pulau kolektor untuk ▪ menggunakan menyesuaikan rambu-rambu dengan ruang kawasan
jalan; dan kegiatan skala dan dengan jenis lalu lintas dan kewenangan lindung yang
▪ pemanfaatan distrik dan atau memanfaatkan peruntukkan reklame dan peraturan menjadi
lahan untuk lebih rendah; ruang milik yang akan sesusai yang berlaku penampalan
kegiatan skala ▪ pembatasan jalan yang dilakukan ketentuan ▪ Perlu adanya dan masuk
provinsi dan terhadap bangunan mengakibatkan sebagaimana yang berlaku pengendalian dalam
kabupaten, untuk dengan penetapan terganggunya ketetapan terutama IMB ketentuan
prasarana garis sempadan fungsi jalan sebelumnya yang khusus
pergerakan yang bangunan yang tanpa izin dikeluarkan meliputi:
menghubungkan terletak ditepi jalan penyelenggara oleh o Kawasan
antar pusat-pusat kolektor; jalan; dan Pemerintah resapan air
kegiatan dan ▪ diperbolehkan ▪ pendirian Daerah o Kawasan
kegiatan dengan syarat bangunan liar rawan
pemasangan pembangunan pada sempadan bencana
infrastruktur jembatan dan jalan.

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-57
LAPORAN AKHIR

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi


Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan
Sistem Prasarana Ketentuan
No Umum
Kawasan Diperbolehkan Diperbolehkan Tidak sarana dan Ketentuan
Intensitas Ketentuan lain
dengan syarat Diperbolehkan prasarana khusus
Pemanfaatan
minimum
Ruang
jaringan dengan gorong-gorong o Kawasan
memperhatikan minimum sama cagar
ketentuan dengan ruang budaya
sempadan jalan manfaat jalan
b. Jaringan jalan lokal ▪ pengembangan ▪ pemanfaatan ruang ▪ pemanfaatan ▪ KDB, KLB dan ▪ jalur pejalan ▪ Ketentuan ▪ Pengembanga
prasarana dengan intensitas ruang yang KDH pada kaki, terkait n kawasan
pelengkap dan sedang dan tinggi melanggar fasilitas jalan penerangan perizinan dan menyesuaikan
utilitas jalan; dengan syarat tidak sempadan dan pelengkap jalan umum pengembangan dengan
▪ pengembangan berdampak jalan; jalan (PJU), RTH, disesuaikan rencana pola
RTH dan pulau langsung terhadap ▪ menggunakan menyesuaikan rambu-rambu dengan ruang kawasan
jalan; hambatan samping dan dengan jenis lalu lintas dan kewenangan lindung yang
▪ pemanfaatan lalu lintas memanfaatkan peruntukkan reklame dan peraturan menjadi
lahan di sepanjang jalan ruang milik yang akan sesusai yang berlaku penampalan
sepanjang lokal dan jalan yang dilakukan ketentuan ▪ Perlu adanya dan masuk
koridor jalan menyediakan jalur mengakibatkan sebagaimana yang berlaku pengendalian dalam
lokal untuk lambat; dan terganggunya ketetapan terutama IMB ketentuan
kegiatan skala ▪ pembatasan fungsi jalan sebelumnya yang khusus
kabupaten dan terhadap bangunan tanpa izin dikeluarkan meliputi:
distrik; dan dengan penetapan penyelenggara oleh o Kawasan
▪ pemanfaatan garis sempadan jalan; dan Pemerintah resapan air
bagi pergerakan bangunan yang ▪ pendirian Daerah o Kawasan
lokal dengan terletak ditepi jalan bangunan liar rawan
tidak mengurangi lokal pada sempadan bencana
fungsi jalan o Kawasan
pergerakan antar cagar
pusat-pusat budaya
kegiatan dalam
wilayah tersebut
c. Jaringan Jalan ▪ pengembangan ▪ pemanfaatan ruang ▪ pemanfaatan ▪ KDB, KLB dan ▪ penerangan ▪ Ketentuan ▪ Pengembanga
Lingkungan prasarana dengan intensitas ruang yang KDH pada jalan umum terkait n kawasan
pelengkap dan sedang dan tinggi melanggar fasilitas jalan (PJU), rambu- perizinan dan menyesuaikan
utilitas jalan; dengan syarat tidak sempadan dan pelengkap rambu lalu pengembangan dengan
berdampak jalan; jalan lintas dan disesuaikan rencana pola
langsung terhadap menyesuaikan reklame dengan ruang kawasan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-58
LAPORAN AKHIR

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi


Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan
Sistem Prasarana Ketentuan
No Umum
Kawasan Diperbolehkan Diperbolehkan Tidak sarana dan Ketentuan
Intensitas Ketentuan lain
dengan syarat Diperbolehkan prasarana khusus
Pemanfaatan
minimum
Ruang
▪ pengembangan hambatan samping ▪ menggunakan dengan jenis sesusai kewenangan lindung yang
RTH dan pulau lalu lintas dan peruntukkan ketentuan dan peraturan menjadi
jalan; sepanjang jalan; memanfaatkan yang akan yang berlaku yang berlaku penampalan
▪ pemanfaatan dan ruang milik dilakukan ▪ Perlu adanya dan masuk
lahan di ▪ pembatasan jalan yang sebagaimana pengendalian dalam
sepanjang terhadap bangunan mengakibatkan ketetapan terutama IMB ketentuan
koridor jalan dengan penetapan terganggunya sebelumnya yang khusus
lingkungan untuk garis sempadan fungsi jalan dikeluarkan meliputi:
kegiatan skala bangunan yang tanpa izin oleh o Kawasan
distrik dan terletak ditepi jalan penyelenggara Pemerintah resapan air
lingkungan; dan lingkungan jalan; dan Daerah o Kawasan
▪ pemanfaatan ▪ pendirian rawan
ruang intensitas bangunan liar bencana
rendah pada sempadan o Kawasan
jalan cagar
budaya
d. Jaringan jalan strategis ▪ kegiatan ▪ kegiatan budi daya ▪ kegiatan yang ▪ KDB, KLB dan ▪ penerangan ▪ Ketentuan ▪ Pengembanga
perdagangan, yang mendukung mengubah KDH pada jalan umum terkait n kawasan
jasa, industri potensi kawasan fungsi lindung fasilitas jalan (PJU), RTH, perizinan dan menyesuaikan
yang bersesuaian dan di luar dan pelengkap rambu-rambu pengembangan dengan
dengan potensi sempadan jalan lalu lintas dan disesuaikan rencana pola
fisik dasar dan bangunan yang menyesuaikan reklame dengan ruang kawasan
area sekitarnya ditetapkan dengan jenis sesusai kewenangan lindung yang
peruntukkan ketentuan dan peraturan menjadi
yang akan yang berlaku yang berlaku penampalan
dilakukan ▪ Perlu adanya dan masuk
sebagaimana pengendalian dalam
ketetapan terutama IMB ketentuan
sebelumnya yang khusus
dikeluarkan meliputi:
oleh o Kawasan
Pemerintah resapan air
Daerah

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-59
LAPORAN AKHIR

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi


Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan
Sistem Prasarana Ketentuan
No Umum
Kawasan Diperbolehkan Diperbolehkan Tidak sarana dan Ketentuan
Intensitas Ketentuan lain
dengan syarat Diperbolehkan prasarana khusus
Pemanfaatan
minimum
Ruang
o Kawasan
rawan
bencana
o Kawasan
cagar
budaya
e. Terminal ▪ prasarana ▪ pembangunan ▪ kegiatan yang ▪- ▪ Fasilitas ▪- ▪ Pengembanga
terminal, bagi terminal yang mengganggu penunjang n kawasan
pergerakan terpadu dengan keamanan dan terminal menyesuaikan
orang, barang kegiatan keselamatan sesuai dengan dengan
dan kendaraan permukiman, lalu lintas dan ketentuan rencana pola
▪ jalur sirkulasi perdagangan angkutan jalan peraturan ruang kawasan
terminal barang dan jasa, serta fungsi perundang- lindung yang
penumpang dan pertanian, terminal; dan undangan menjadi
jalur sirkulasi perikanan dan ▪ kegiatan penampalan
kendaraan pariwisata dengan pemanfaatan dan masuk
pribadi; dan syarat tidak ruang yang dalam
▪ pengembangan mengganggu fungsi mengganggu ketentuan
ruang terbuka utama fungsi terminal khusus
hijau di sekitar sebagai fasilitas meliputi:
terminal umum o Kawasan
resapan air
o Kawasan
rawan
bencana
o Kawasan
cagar
budaya
f. Jaringan sungai, danau ▪ kegiatan ▪ kegiatan ▪ pemanfaatan ▪- ▪ Fasilitas ▪- ▪ Pengembanga
dan penyeberangan penyeberangan pendukung lain ruang yang penunjang n kawasan
dan pemanfaatan yang tidak mengganggu sesuai dengan menyesuaikan
ruang non mendukung fungsi kegiatan ketentuan dengan
terbangun; penyeberangan penyeberangan peraturan rencana pola
dengan syarat tidak . ruang kawasan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-60
LAPORAN AKHIR

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi


Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan
Sistem Prasarana Ketentuan
No Umum
Kawasan Diperbolehkan Diperbolehkan Tidak sarana dan Ketentuan
Intensitas Ketentuan lain
dengan syarat Diperbolehkan prasarana khusus
Pemanfaatan
minimum
Ruang
▪ sarana-prasarana mengganggu lalu perundang- lindung yang
yang mendukung lintas undangan menjadi
fungsi penyeberangan penampalan
penyeberangan; dan masuk
dan dalam
▪ memasang alat ketentuan
penanda sebagai khusus
informasi meliputi:
pergerakan kapal o Kawasan
resapan air
o Kawasan
rawan
bencana
o Kawasan
cagar
budaya
2 Jaringan Energi ▪ pemanfaatan ▪ pemanfaatan ruang ▪ pendirian ▪ Permukiman, ▪- ▪ Perlu adanya ▪ Pengembanga
ruang non yang tidak bangunan perdagangan pengendalian n kawasan
terbangun; mengganggu atau sepanjang jasa dan yang ketat dan menyesuaikan
▪ pengembangan terganggu oleh ruang bebas di fasilitas umum pemberian dengan
jaringan listrik jaringan energi; jalur transmisi dapat sangsi bagi rencana pola
kabel terpadu ▪ pengembangan sesuai dengan dikembangka yang melanggar ruang kawasan
dengan jaringan jaringan transmisi ketentuan n di sekitar ketentuan yang lindung yang
utilitas dan dan distribusi peraturan prasarana telah menjadi
prasarana listrik dan fasilitas perundang- energi dengan ditetapkan penampalan
lainnya; pendukungnya di undangan radius ▪ Ketentuan dan masuk
▪ pengembangan kawasan lindung tertentu terkait dalam
fasilitas dan budi daya ▪ KDB, KLB dan perizinan dan ketentuan
pendukung dengan syarat tidak KDH pengembangan khusus
ketenagalistrikan mengganggu fungsi menyesuaikan disesuaikan meliputi:
. utama; dan dengan jenis dengan o Kawasan
▪ mendirikan peruntukkan kewenangan resapan air
bangunan di bawah yang akan dan peraturan
jaringan transmisi dilakukan yang berlaku

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-61
LAPORAN AKHIR

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi


Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan
Sistem Prasarana Ketentuan
No Umum
Kawasan Diperbolehkan Diperbolehkan Tidak sarana dan Ketentuan
Intensitas Ketentuan lain
dengan syarat Diperbolehkan prasarana khusus
Pemanfaatan
minimum
Ruang
dan distribusi sebagaimana o Kawasan
listrik dengan ketetapan rawan
syarat tidak sebelumnya bencana
mengganggu fungsi o Kawasan
jaringan dan cagar
memiliki izin budaya
3 Jaringan ▪ mengembangkan ▪ pemanfaatan ruang ▪ pendirian ▪ Permukiman, ▪ sarana ▪ Ketentuan ▪ Pengembanga
menara udara yang bangunan di perdagangan prasarana terkait n kawasan
Telekomunikas
telekomunikasi digunakan untuk sekitar menara jasa dan minimum perizinan dan menyesuaikan
i
bersama di penempatan telekomunikasi fasilitas umum berupa jalan pengembangan dengan
kawasan menara pemancar atau tower dapat inspeksi untuk disesuaikan rencana pola
perkotaan sesuai telekomunikasi dalam radius dikembangka mengontrol dengan ruang kawasan
peraturan yang sesuai dengan bahaya n di sekitar kondisi tower. kewenangan lindung yang
berlaku; peraturan keamanan dan prasarana dan peraturan menjadi
▪ mengembangkan perundang- keselamatan energi dengan yang berlaku penampalan
jaringan kabel undangan; sesuai radius dan masuk
yang melintasi ▪ menempatkan ketentuan tertentu dalam
tanah milik atau menara pemancar peraturan ▪ KDB, KLB dan ketentuan
dikuasai telekomunikasi perundang- KDH khusus
pemerintah; dengan syarat undangan; dan menyesuaikan meliputi:
▪ menempatkan memperhitungkan ▪ memanfaatkan dengan jenis o Kawasan
sempadan aspek keamanan sistem jaringan peruntukkan resapan air
menara dan keselamatan telekomunikasi yang akan o Kawasan
telekomunikasi; aktifitas kawasan untuk dilakukan rawan
▪ pengembangan disekitarnya; dan kepentingan sebagaimana bencana
jaringan baru ▪ pengembangan selain yang ketetapan o Kawasan
atau pengganti prasarana sudah sebelumnya cagar
lama pada pusat telekomunikasi ditetapkan budaya
sistem pelayanan beserta fasilitas dalam
dan ruas-ruas pendukungnya di perizinan
jalan utama kawasan lindung
diarahkan dan budi daya
dengan sistem sesuai dengan
jaringan bawah peraturan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-62
LAPORAN AKHIR

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi


Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan
Sistem Prasarana Ketentuan
No Umum
Kawasan Diperbolehkan Diperbolehkan Tidak sarana dan Ketentuan
Intensitas Ketentuan lain
dengan syarat Diperbolehkan prasarana khusus
Pemanfaatan
minimum
Ruang
tanah atau perundang-
jaringan tanpa undangan.
kabel; dan ▪
▪ penempatan
menara
telekomunikasi
atau tower wajib
memperhatikan
keamanan,
keselamatan
umum, dan
estetika
lingkungan serta
diarahkan
memanfaatkan
tower secara
terpadu pada
lokasi yang telah
ditentukan
4 Jaringan ▪ pengembangan ▪ pemanfaatan ruang ▪ mendirikan ▪ KDB, KLB dan ▪ sarana ▪ Ketentuan ▪ Pengembanga
sumber daya air sarana prasarana di sekitar wilayah bangunan yang KDH prasarana terkait n kawasan
pendukung sungai, waduk, mengganggu menyesuaikan prasarana perizinan dan menyesuaikan
jaringan sumber pengendali banjir fungsi lindung dengan jenis minimum pengembangan dengan
daya air: dengan tetap kawasan; peruntukkan berupa jalan disesuaikan rencana pola
▪ mendirikan menjaga kelestarian ▪ mendirikan yang akan inspeksi dengan ruang kawasan
bangunan untuk lingkungan dan bangunan dilakukan kewenangan lindung yang
mendukung fungsi lindung diatas badan sebagaimana dan peraturan menjadi
pengelolaan kawasan serta sungai atau ketetapan yang berlaku penampalan
sumber daya air mendapatkan izin saluran irigasi sebelumnya dan masuk
dari penyelenggara; kecuali untuk dalam
▪ melakukan peningkatan ketentuan
pendirian bangunan pengelolaan khusus
dengan syarat sungai dan meliputi:
untuk menunjang irigasi; dan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-63
LAPORAN AKHIR

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi


Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan
Sistem Prasarana Ketentuan
No Umum
Kawasan Diperbolehkan Diperbolehkan Tidak sarana dan Ketentuan
Intensitas Ketentuan lain
dengan syarat Diperbolehkan prasarana khusus
Pemanfaatan
minimum
Ruang
fungsi rekreasi, ▪ kegiatan yang o Kawasan
pengelolaan badan menurunkan resapan air
air, dan/atau dan/atau o Kawasan
pemanfaatan air; merusak rawan
▪ kegiatan pertanian kualitas air bencana
dengan syarat tidak permukaan dan o Kawasan
merusak tatanan cekungan air cagar
lingkungan dan tanah budaya
bentang alam;
▪ kegiatan perikanan
dengan syarat tidak
merusak tatanan
lingkungan dan
bentang alam yang
akan mengganggu
kualitas maupun
kuantitas air;
▪ pengambilan
material yang
berada di badan air
dengan
mempertimbangka
n kelestarian
sumber daya air
dan sesuai
peraturan
perundang-
undangan; dan
▪ pengembangan
jaringan prasarana
dan utillitas dengan
syarat mendapat
izin dari
penyelenggara

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-64
LAPORAN AKHIR

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi


Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan
Sistem Prasarana Ketentuan
No Umum
Kawasan Diperbolehkan Diperbolehkan Tidak sarana dan Ketentuan
Intensitas Ketentuan lain
dengan syarat Diperbolehkan prasarana khusus
Pemanfaatan
minimum
Ruang
5 Prasarana lainnya
a. Jaringan SPAM ▪ pembangunan ▪ kegiatan yang ▪ mendirikan ▪- ▪ Sarana ▪ Ketentuan ▪ Pengembanga
dan mendukung bangunan di prasarana terkait n kawasan
pemeliharaan jaringan pada atas jaringan minimum perizinan dan menyesuaikan
jaringan; kawasan lindung pipa induk; sesuai dengan pengembangan dengan
▪ pengembangan dengan syarat tidak ▪ mendirikan ketentuan disesuaikan rencana pola
RTH mengganggu fungsi instalansi yang berlaku dengan ruang kawasan
lindung; dan pengolahan air kewenangan lindung yang
▪ memasang jaringan minum dan peraturan menjadi
primer, sekunder, langsung pada yang berlaku penampalan
dan sambungan sumber air dan masuk
rumah yang baku; dan dalam
memanfaatkan ▪ kegiatan yang ketentuan
bahu jalan dengan dapat merusak khusus
syarat sudah berfungsinya meliputi:
memiliki izin galian sistem o Kawasan
penyediaan air resapan air
minum o Kawasan
rawan
bencana
o Kawasan
cagar
budaya
b. Jaringan air limbah ▪ pemanfaatan ▪ pemanfaatan ruang ▪ mendirikan ▪- ▪ Sarana ▪ Ketentuan ▪ Pengembanga
ruang yang dan atau kegiatan bangunan di prasarana terkait n kawasan
menunjang sekitar kawasan atas jaringan; minimum perizinan dan menyesuaikan
sistem jaringan permukiman untuk dan sesuai dengan pengembangan dengan
air limbah; dan pengelolaan air ▪ pemanfaatan ketentuan disesuaikan rencana pola
▪ membangun limbah dengan ruang yang yang berlaku dengan ruang kawasan
fasilitas untuk syarat mengganggu kewenangan lindung yang
pengolahan dan mendapatkan izin, dan merusak dan peraturan menjadi
pemanfaatan memperhatikan jaringan atau yang berlaku penampalan
energi limbah tata letak jaringan sarana air dan masuk
limbah dalam

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-65
LAPORAN AKHIR

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi


Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan
Sistem Prasarana Ketentuan
No Umum
Kawasan Diperbolehkan Diperbolehkan Tidak sarana dan Ketentuan
Intensitas Ketentuan lain
dengan syarat Diperbolehkan prasarana khusus
Pemanfaatan
minimum
Ruang
dan melakukan ketentuan
kajian lingkungan khusus
meliputi:
o Kawasan
resapan air
o Kawasan
rawan
bencana
o Kawasan
cagar
budaya
c. Pengelolaan limbah B3 ▪ pengembangan ▪ pemanfaatan ruang ▪ kegiatan yang ▪- ▪ Sarana ▪ Ketentuan ▪ Pengembanga
sarana dan dan atau kegiatan mengganggu prasarana terkait n kawasan
prasarana sekitar kawasan fungsi minimum perizinan dan menyesuaikan
pendukung budidaya dengan sesuai dengan pengembangan dengan
syarat ketentuan disesuaikan rencana pola
mendapatkan izin, yang berlaku dengan ruang kawasan
memperhatikan kewenangan lindung yang
tata letak jaringan dan peraturan menjadi
dan melakukan yang berlaku penampalan
kajian lingkungan dan masuk
dalam
ketentuan
khusus
meliputi:
o Kawasan
resapan air
o Kawasan
rawan
bencana
o Kawasan
cagar
budaya

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-66
LAPORAN AKHIR

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi


Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan
Sistem Prasarana Ketentuan
No Umum
Kawasan Diperbolehkan Diperbolehkan Tidak sarana dan Ketentuan
Intensitas Ketentuan lain
dengan syarat Diperbolehkan prasarana khusus
Pemanfaatan
minimum
Ruang
d. Jaringan persampahan ▪ pembangunan ▪ inovasi teknologi ▪ pendirian ▪- ▪ Sarana ▪ Ketentuan ▪ Pengembanga
fasilitas pengelolaan bangunan prasarana terkait n kawasan
pendukung sampah termasuk menghalangi minimum perizinan dan menyesuaikan
kegiatan di dalamnya atau berpotensi sesuai dengan pengembangan dengan
pengelolaan kegiatan daur ulang menghambat ketentuan disesuaikan rencana pola
sampah; dan sampah, jaringan yang berlaku dengan ruang kawasan
▪ pembolehan penggunaan persampahan; kewenangan lindung yang
untuk melakukan teknologi energi ▪ pemanfaatan dan peraturan menjadi
penghijauan. dan pemanfaatan ruang yang yang berlaku penampalan
wisata, edukasi mengganggu dan masuk
sepanjang tidak dan merusak dalam
merusak jaringan ketentuan
lingkungan dan persampahan khusus
bentang alam meliputi:
maupun perairan o Kawasan
setempat dan resapan air
penyediaan o Kawasan
prasarana rawan
penunjang bencana
pengelolaan o Kawasan
sampah; dan cagar
budaya
e. Jaringan drainase ▪ pengembangan ▪ pengembangan ▪ mendirikan ▪- ▪ Sarana ▪ Ketentuan ▪ Pengembanga
sarana dan jalan inspeksi bangunan prasarana terkait n kawasan
prasarana dengan syarat umum di atas minimum perizinan dan menyesuaikan
pendukung dilengkapi dengan sistem sesuai dengan pengembangan dengan
drainase. bangunan yang drainase; dan ketentuan disesuaikan rencana pola
mendukung sistem ▪ melakukan yang berlaku dengan ruang kawasan
drainase kegiatan yang kewenangan lindung yang
dapat merusak dan peraturan menjadi
berfungsinya yang berlaku penampalan
sistem drainase dan masuk
dalam
ketentuan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-67
LAPORAN AKHIR

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi


Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan
Sistem Prasarana Ketentuan
No Umum
Kawasan Diperbolehkan Diperbolehkan Tidak sarana dan Ketentuan
Intensitas Ketentuan lain
dengan syarat Diperbolehkan prasarana khusus
Pemanfaatan
minimum
Ruang
khusus
meliputi:
o Kawasan
resapan air
o Kawasan
rawan
bencana
o Kawasan
cagar
budaya
f. Jaringan evakuasi ▪ pemanfaatan ▪ pemanfaatan ruang ▪ pemanfaatan ▪- ▪ Sarana ▪ Ketentuan ▪ Pengembanga
bencana ruang yang budidaya yang tidak yang dapat prasarana terkait n kawasan
mendukung mengganggu proses mengganggu minimum perizinan dan menyesuaikan
jaringan dan evakuasi bencana proses sesuai dengan pengembangan dengan
ruang evakuasi dan mengganggu evakuasi ketentuan disesuaikan rencana pola
bencana. fungsi ruang bencana dan yang berlaku dengan ruang kawasan
evakuasi bencana mengganggu kewenangan lindung yang
evakuasi fungsi ruang dan peraturan menjadi
evakuasi yang berlaku penampalan
bencana dan masuk
dalam
ketentuan
khusus
meliputi:
o Kawasan
resapan air
o Kawasan
rawan
bencana
o Kawasan
cagar
budaya
Sumber: hasil rencana, 2021

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-68
Tabel 7.2. Tabel Error! No text of specified style in document..1 Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Pola Ruang Wilayah Kabupaten Teluk Bintuni
N Pola Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
o Ruang Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan Ketentuan sarana Ketentuan lain Ketentuan khusus
Kawasan Diperbolehkan Diperbolehkan dengan Tidak Umum Intensitas dan prasarana
syarat Diperbolehkan Pemanfaatan minimum
Ruang
A Kawasan Peruntukan Lindung
1. Badan Air
Kawasan ▪ Kegiatan yang ▪ kegiatan budi daya yang ▪ seluruh jenis ▪ KDB yang ▪ Jaringan/utilitas ▪ Kegiatan yang sudah ada ▪ Pengembangan
Badan Air tidak mengurangi dilengkapi dengan sarana kegiatan yang diijinkan dan tidak menjamin fungsi kawasan
fungsi lindung peresapan air; mengganggu fungsi ≤75%, kecuali lindung, secara bertahap menyesuaikan
kawasan ▪ kegiatan budi daya tidak badan air. pada fungsi dikembalikan pada dengan rencana
terbangun yang memiliki eksisting dan fungsinya, dimana pola ruang
kemampuan tinggi dalam berupa hak pelaksanaannya kawasan
menahan limpasan air milik disesuaikan dengan lindung yang
hujan; kondisi fisik, sosial dan menjadi
▪ mengembangkan wisata ekonomi setempat, dan penampalan
alam dengan syarat tidak kemampuan pemerintah dan masuk
mengubah bentang alam; disertai penggantian yang dalam
dan layak. ketentuan
▪ mengembangkan ▪ Hak atas tanah yang sudah khusus
kegiatan pendidikan dan ada tetap dihormati dan meliputi:
penelitian dengan syarat masih boleh dikuasai o Kawasan
tidak mengubah bentang sepanjang kegiatan dan resapan air
alam penggunaan tanahnya o Kawasan
masih memenuhi rawan
persyaratan dan tidak bencana
mengganggu fungsi o Kawasan
resapan. wisata

2. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya


a. Kawasan ▪ pemeliharaan ▪ pemanfaatan ruang ▪ pemanfaatan ruang ▪ KDB yang ▪ Pembangunan ▪ Kegiatan yang sudah ada ▪ Pengembangan
hutan untuk kepentingan untuk pemanfaatan jasa yang berpotensi diijinkan≤10%, sarana dan dan tidak menjamin fungsi kawasan
lindung peningkatan lingkungan, hasil hutan mengurangi luas KLB 10≤% dan prasarana pada lindung, secara bertahap menyesuaikan
kualitas vegetasi; non kayu, dan wisata kawasan hutan dan KDH ≥90% kawasan ini dikembalikan pada dengan rencana
alam, kawasan atau sesuai dibatasi. fungsinya, dimana pola ruang

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VI-69
LAPORAN AKHIR

N Pola Ketentuan Umum Peraturan Zonasi


o Ruang Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan Ketentuan sarana Ketentuan lain Ketentuan khusus
Kawasan Diperbolehkan Diperbolehkan dengan Tidak Umum Intensitas dan prasarana
syarat Diperbolehkan Pemanfaatan minimum
Ruang
▪ pemanfaatan peruntukan wisata tutupan vegetasi; peraturan Bangunan yang pelaksanaannya kawasan
ruang dengan edukasi, penelitian dan dan perundangan sudah ada dan disesuaikan dengan lindung yang
tidak mengganggu pengambilan sumber ▪ kegiatan yang yang berlaku. tidak kondisi fisik, sosial dan menjadi
fungsi lindung; mata air untuk berpotensi merusak mengganggu ekonomi setempat, dan penampalan
dan kepentingan umum kesuburan dan fungsi lindung kemampuan pemerintah dan masuk
▪ kegiatan lain yang dengan syarat tanpa keawetan tanah, masih disertai penggantian yang dalam
bersifat merubah bentang alam merusak fungsi diperkenankan layak. ketentuan
komplementer dan melalui pinjam pakai hidrologi, selama dapat ▪ Tanah rusak atau tanah khusus meliputi
terhadap fungsi kawasan hutan dan/atau mengganggu memenuhi gundul yang ada di hutan Kawasan
hutan lindung kerja sama penggunaan kelestarian flora ketentuan tata lindung segera dilakukan resapan air
sesuai dengan kawasan hutan atau dan fauna, serta bangunan dan reboisasi, dan yang berada o Kawasan
ketentuan mekanisme lain sesuai kelestarian tetap melakukan di luar hutan lindung rawan
peraturan dengan ketentuan lingkungan hidup tindakan dilakukan penghijauan. bencana
perundang- peraturan perundang- pada umumnya konservasi. ▪ Hak atas tanah yang sudah o Kawasan
undangan yang undangan di bidang Bangunan baru ada di hutan lindung tetap cagar
berlaku kehutanan; tidak diijinkan. dihormati dan masih boleh budaya
▪ pemanfaatan ruang ▪ Jalan setapak dikuasai sepanjang ▪ Kawasan yang
kawasan untuk kegiatan dan gazebo kegiatan dan penggunaan bertampalan
latihan militer tanpa ▪ Rambu dan tanahnya memenuhi dengan
mengurangi fungsi informasi fungsi lindung dan kawasan
kawasan hutan dan kawasan melakukan tindakan resapan air,
tutupan vegetasi; dan konservasi secara intensif. kawasan rawan
▪ pemanfaatan hutan ▪ Di dalam kawasan hutan bencana dan
lindung dan penggunaan dilarang melakukan kawasan
kawasan hutan lindung pemungutan hasil hutan lindung geologi
untuk keperluan diluar dengan menggunakan alat- tidak dapat
sektor kehutanan yang alat yang tidak sesuai dialihfungsikan.
diperoleh melalui pinjam dengan kondisi tanah dan
pakai kawasan hutan lapangan atau melakukan
dan/atau kerja sama perbuatan lain yang dapat
penggunaan kawasan menimbulkan kerusakan
hutan atau mekanisme tanah dan tegakan.

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-70
LAPORAN AKHIR

N Pola Ketentuan Umum Peraturan Zonasi


o Ruang Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan Ketentuan sarana Ketentuan lain Ketentuan khusus
Kawasan Diperbolehkan Diperbolehkan dengan Tidak Umum Intensitas dan prasarana
syarat Diperbolehkan Pemanfaatan minimum
Ruang
lain sesuai dengan ▪ penggunaan kawasan
ketentuan peraturan hutan untuk kepentingan
perundang-undangan di pembangunan di luar
bidang kehutanan kegiatan kehutanan hanya
dapat dilakukan untuk
kegiatan yang mempunyai
tujuan strategis sesuai
dengan peraturan
perundangan yang berlaku
3 Kawasan Perlindungan Setempat
a. Sempadan ▪ pengembangan ▪ pengembangan ▪ kegiatan ▪ KDB ▪ Jalan Setapak ▪ Sempadan pantai ▪ Pengembangan
pantai terumbu karang prasarana dan sarana pemanfaatan ruang maksimum dan Gazebo minimal100 meter dari kawasan
buatan untuk transportasi, tempat yang tidak sebesar 20 % ▪ Rambu/informa pasang tertinggi atau memperhatikan
meningkatkan pelelangan ikan, diperbolehkan (lima) persen, si kawasan sesuai ketentuan dengan rencana
fungsi ekologis bangunan pengendali air, untuk seluruh jenis KLB ▪ Ruang terbuka peraturan perundang- pola ruang
pesisir; pariwisata, fasilitas kegiatan yang maksimum 0,6 undangan kawasan
▪ pengembangan energi, sarana bantu mengganggu (nol koma ▪ Pemilikan atau lindung yang
mangrove sebagai navigasi pelayaran, tower kelestarian fungsi enam), KDH penguasaan tanah yang menjadi
pelindung pantai; penjaga keselamatan pantai, merusak minimal 80 % tidak sesuai, dibina untuk penampalan
▪ kegiatan yang pengunjung pantai kualitas air, kondisi (delapan menyesuaikan dan ketentuan
mampu dan/atau kegiatan lain fisik, dan dasar puluh) persen kegiatannya agar serasi khusus
melindungi atau yang membutuhkan pantai. dari luas atau sejalan secara meliputi:
memperkuat lokasi di tepi pantai kawasan. bertahap, o Kawasan
perlindungan dengan syarat sesuai ▪ Bangunan ▪ Untuk masyarakat pantai resapan air
kawasan dengan ketentuan harus yang telah hidup di o Kawasan
sempadan pantai peraturan perundangan; mendukung/ti sepanjang pesisir pantai rawan
dari abrasi, intrusi ▪ kegiatan perikanan dan dak dan di atas laut, dilakukan bencana
air laut dan budidaya laut yang tidak mengganggu konsolidasi dan penataan o Kawasan
infiltrasi air laut merusak lingkungan dan zona lingkungan serta kegiatan cagar
ke dalam tanah; dilengkapi dengan kajian yang menambah budaya
dan lingkngan; pelestarian pantai dan ▪ Pada kawasan
laut. rawan bencana

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-71
LAPORAN AKHIR

N Pola Ketentuan Umum Peraturan Zonasi


o Ruang Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan Ketentuan sarana Ketentuan lain Ketentuan khusus
Kawasan Diperbolehkan Diperbolehkan dengan Tidak Umum Intensitas dan prasarana
syarat Diperbolehkan Pemanfaatan minimum
Ruang
▪ pemanfaatan ▪ pengembangan kawasan tsunami dan
permukiman yang pantai berhutan bakau gelombang
sudah ada saat dengan syarat harus pasang,
peraturan daerah disertai dengan pengelolaan
ini ditetapkan dan pengendalian kawasan
memiliki bukti pemanfaatan ruang; dan mengikuti
kepemilikan tanah ▪ pengembangan obyek peraturan dan
yang sah menurut wisata dan penelitian di pedoman yang
ketentuan sepanjang pantai dengan berlaku
peraturan syarat tidak mengubah
perundang- bentang alam.
undangan
b. Sempadan ▪ kawasan non ▪ pendirian bangunan ▪ pemanfaatan yang ▪ KDB ▪ Jalan Setapak ▪ Jika aliran sungai ▪ Pengembangan
sungai terbangun seperti untuk menunjang fungsi tidak berkaitan maksimum dan Gazebo berpindah tempat, kawasan
RTH, pertanian, pengelolaan sungai dan dengan fungsi sebesar 20 % ▪ Rambu/informa termasuk kegiatan memperhatikan
hutan dan lain- taman rekreasi dengan sungai dan yang (lima) persen, si kawasan pelurusan sungai atau dengan rencana
lain. syarat menjamin berpotensi KLB kegiatan teknis pengairan pola ruang
kelestarian sungai; mengurangi luas, maksimum 0,6 lainnya, maka aliran kawasan
▪ kegiatan yang mampu nilai ekologi, (nol koma sungai lama menjadi tanah lindung yang
melindungi atau estetika kawasan enam), KDH negara bebas yang dapat menjadi
memperkuat tebing dan kualitas sungai. minimal 80 % dimohon hak tanahnya. penampalan
sungai atau saluran dari (delapan Prioritas pemberian hak dan ketentuan
kelongsoran, kegiatan puluh) persen tanah diberikan kepada khusus
yang tidak dari luas bekas pemilik tanah yang meliputi:
memperlambat jalannya kawasan. tanahnya terkena aliran o Kawasan
arus air, kecuali memang ▪ Bangunan sungai yang baru, resapan air
sengaja bermaksud harus sekaligus sebagai o Kawasan
untuk memperlambat mendukung/ti kompensasi tanahnya rawan
laju arus air seperti dak yang hilang. bencana
pembuatan cek dam atau mengganggu ▪ Tanah timbul di sungai o Kawasan
krib, atau dam, atau zona berstatus tanah negara cagar
bebas. budaya

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-72
LAPORAN AKHIR

N Pola Ketentuan Umum Peraturan Zonasi


o Ruang Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan Ketentuan sarana Ketentuan lain Ketentuan khusus
Kawasan Diperbolehkan Diperbolehkan dengan Tidak Umum Intensitas dan prasarana
syarat Diperbolehkan Pemanfaatan minimum
Ruang
pembelok arus air ▪ Pemilikan atau ▪ Pengelolaan
sungai; penguasaan tanah yang kawasan
▪ kegiatan pemasangan tidak sesuai, dibina untuk disesuaikan
papan reklame, rambu- menyesuaikan dengan
rambu pengamanan, kegiatannya agar serasi kewenangan
sarana bantu navigasi atau sejalan secara
pelayaran, papan bertahap.
penyuluhan, dan papan ▪ Pada kawasan sempadan
peringatan dengan syarat sungai yang belum
tidak mengganggu terbangun diijinkan
kondisi serta fungsi kegiatan pertanian dengan
sempadan sungai; jenis tanaman yang sesuai
▪ kegiatan pemasangan seperti tanaman keras,
jaringan kabel listrik, perdu, pelindung sungai,
kabel telepon, dan pipa pemasangan papan
air minum dengan syarat reklame/pengumuman,
tidak mengganggu pemasangan fondasi dan
kondisi serta fungsi rentangan kabel listrik,
sempadan sungai; dan fondasi jembatan/jalan yg
▪ aktivitas wisata alam bersifat sosial
dengan syarat tidak kemasyarakatan,
mengganggu fungsi bangunan bendung/
sungai bendungan dan bangunan
lalu lintas air, gardu listrik,
bangunan telekomunikasi
dan pengontrol/pengukur
debit air.
c. Kawasan ▪ kawasan non ▪ penghijauan dengan jenis ▪ kegiatan penggalian ▪ KDB ▪ Rambu kawasan ▪ Tanah pada kawasan ▪ Pengembangan
sekitar terbangun seperti tanaman tahunan yang atau kegiatan lain maksimum ▪ Jalan Setapak sekitar waduk dikuasai kawasan
danau/ RTH, pertanian, produksinya tidak yang sifatnya sebesar 20 % dan Gazebo oleh negara dan apabila memperhatikan
waduk hutan dan lain- dilakukan dengan cara mengubah bentuk (lima) persen, dimiliki oleh masyarakat dengan rencana
lain. penebangan pohon; KLB dibebaskan dengan pola ruang

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-73
LAPORAN AKHIR

N Pola Ketentuan Umum Peraturan Zonasi


o Ruang Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan Ketentuan sarana Ketentuan lain Ketentuan khusus
Kawasan Diperbolehkan Diperbolehkan dengan Tidak Umum Intensitas dan prasarana
syarat Diperbolehkan Pemanfaatan minimum
Ruang
▪ pendirian bangunan kawasan sekitar maksimum 0,6 penggantian yang layak kawasan
untuk pengelolaan badan waduk; dan (nol koma dan dapat diberikan Hak lindung yang
air dan/atau ▪ kegiatan yang dapat enam), KDH Pakai. menjadi
pemanfaatan air dengan mengganggu fungsi minimal 80 % ▪ Pemilikan atau penampalan
syarat mendukung fungsi kawasan sekitar (delapan penguasaan tanah yang dan kawasan
kawasan; waduk puluh) persen tidak sesuai, dibina untuk khusus
▪ pemanfaatan ruang dari luas menyesuaikan meliputi:
untuk perikanan atau kawasan. kegiatannya agar serasi o Kawasan
kegiatan lain yang tidak ▪ Bangunan atau sejalan secara resapan air
merusak nilai ekologi dan harus bertahap, o Kawasan
estetika kawasan; mendukung/ti ▪ Pada kawasan sempadan rawan
▪ pemanfaatan ruang dak yang belum terbangun bencana
dengan syarat hanya mengganggu diijinkan kegiatan o Kawasan
untuk kepentingan zona pertanian dengan jenis cagar
rekreasi dan/atau tanaman yang sesuai budaya
pariwisata; dan seperti tanaman keras, ▪ Pengelolaan
▪ kegiatan yang berkaitan perdu, pelindung sungai, waduk/
dengan wisata seperti pemasangan papan bendungan
hotel, rumah makan, reklame/ pengumuman, disesuaikan
tempat rekreasi dengan pemasangan fondasi dan berdasarkan
tetap mengupayakan rentangan kabel listrik, kewenangan
pembangunan fisik yang fondasi jembatan/jalan yg
mampu mencegah bersifat sosial
terjadinya sedimentasi kemasyarakatan,
bangunan bendung/
bendungan dan bangunan
lalu lintas air, gardu listrik,
bangunan telekomunikasi
dan pengontrol/pengukur
debit air.
5 Kawasan ekosistem mangrove

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-74
LAPORAN AKHIR

N Pola Ketentuan Umum Peraturan Zonasi


o Ruang Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan Ketentuan sarana Ketentuan lain Ketentuan khusus
Kawasan Diperbolehkan Diperbolehkan dengan Tidak Umum Intensitas dan prasarana
syarat Diperbolehkan Pemanfaatan minimum
Ruang
▪ pengembangan ▪ pemanfaatan ruang ▪ kegiatan-kegiatan ▪ KDB ▪ Pembatas ▪ Pembangunan sarana dan ▪ Pengembangan
dan reboisasi terbangun dengan syarat dan pendirian maksimum kawasan prasarana pada kawasan kawasan
kawasan untuk penelitian, edukasi, bangunan yang sebesar 20 % ▪ Rambu kawasan ini dibatasi. Bangunan memperhatikan
ekosistem pariwisata dan fasilitas mengganggu (lima) persen, ▪ Jalan setapak yang sudah ada dan tidak dengan rencana
mangrove. penunjangnya kawasan ekosistem KLB dan gazebo mengganggu fungsi pola ruang
mangrove maksimum 0,6 lindung masih kawasan
(nol koma diperkenankan selama lindung yang
enam), KDH dapat memenuhi menjadi
minimal 80 % ketentuan tata bangunan penampalan
(delapan dan tetap melakukan dan ketentuan
puluh) persen tindakan konservasi. khusus
dari luas ▪ Kegiatan yang sudah ada meliputi:
kawasan. dan tidak menjamin fungsi o Kawasan
▪ Bangunan lindung, secara bertahap resapan air
harus dikembalikan pada o Kawasan
mendukung/ti fungsinya. rawan
dak bencana
mengganggu o Kawasan
zona cagar
budaya
B Kawasan Peruntukan Budidaya
1 Kawasan ▪ aktivitas reboisasi ▪ pembangunan ▪ pengembangan ▪ KDB ▪ Pembangunan ▪ Hutan produksi di luar ▪ Pengembangan
hutan dan rehabilitasi infrastruktur yang kegiatan yang maksimum infrastruktur kawasan hutan yang kawasan
produksi hutan; dibutuhkan untuk mengurangi luas sebesar 20 % yang diijinkan dikelola oleh masyarakat memperhatikan
▪ pelestarian hasil menunjang kegiatan hutan dan atau (lima) persen, adalah yang (hutan rakyat) dapat dengan rencana
hutan untuk pemanfaatan hasil hutan berdampak negatif KLB dibutuhkan diberikan Hak Pakai atau pola ruang
menjaga dan fungsi sosial; terhadap maksimum 0,6 untuk Hak Milik sesuai dengan kawasan
kestabilan neraca ▪ pembangunan keseimbangan (nol koma menunjang syarat subyek sebagai lindung yang
sumber daya infrastruktur yang ekologis enam), KDH kegiatan pemegang hak. menjadi
kehutanan; dan dibutuhkan untuk minimal 80 % pemanfaatan ▪ Apabila kriteria kawasan penampalan
▪ pemanfaatan hasil kepentingan umum (delapan hasil hutan. berubah fungsinya dan ketentuan
hutan dengan dengan syarat sesuai puluh) persen menjadi hutan lindung,

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-75
LAPORAN AKHIR

N Pola Ketentuan Umum Peraturan Zonasi


o Ruang Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan Ketentuan sarana Ketentuan lain Ketentuan khusus
Kawasan Diperbolehkan Diperbolehkan dengan Tidak Umum Intensitas dan prasarana
syarat Diperbolehkan Pemanfaatan minimum
Ruang
memperhatikan dengan ketentuan dari luas pemanfaatannya khusus
prinsip-prinsip peraturan perundangan kawasan. disesuaikan dengan lebih meliputi:
kelestarian ▪ pembangunan ▪ Bangunan mengutamakan upaya o Kawasan
lingkungan infrastruktur yang harus konservasi (mis: kawasan resapan air
▪ aktivitas dibutuhkan untuk mendukung/ti hutan produksi dengan o Kawasan
konservasi flora menunjang kegiatan dak tebang pilih). rawan
dan fauna pemanfaatan hasil hutan mengganggu ▪ Diadakan penertiban bencana
dan fungsi sosial zona penguasaan dan pemilikan o Kawasan
▪ pengembangan obyek tanah serta pembinaan cagar
wisata, penelitian dan dan pemanfaatannya yang budaya
edukasi, serta kegiatan seimbang antara
budidaya lain dengan kepentingan KPH dengan
syarat berbasis pada masyarakat setempat.
pemanfaatan hutan, ▪ Pengelolaan Hutan
melalui mekanismes Produksi Lestari
tukar menukar kawasan dimaksudkan untuk
hutan, pinjam pakai menjamin bahwa kayu
kawasan hutan dan/atau yang beredar adalah legal
kerja sama penggunaan melalui pengelolaan hutan.
kawasan hutan atau Pengelolaan Hutan
mekanisme lain sesuai Produksi Lestari
dengan ketentuan merupakan implementasi
peraturan perundang- dari Peraturan Menteri
undangan di bidang Lingkungan Hidup dan
kehutanan Kehutanan Republik
Indonesia No: P.30 tahun
2016 tentang Penilaian
Kinerja Pengelolaan Hutan
Produksi Lestari dan
Verifikasi Legalitas Kayu
pada Pemegang Izin, Hak

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-76
LAPORAN AKHIR

N Pola Ketentuan Umum Peraturan Zonasi


o Ruang Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan Ketentuan sarana Ketentuan lain Ketentuan khusus
Kawasan Diperbolehkan Diperbolehkan dengan Tidak Umum Intensitas dan prasarana
syarat Diperbolehkan Pemanfaatan minimum
Ruang
Pengelolaan, atau pada
Hutan Hak.
2 Kawasan ▪ aktivitas reboisasi ▪ pengembangan budi daya ▪ pemanfaatan ruang ▪- ▪ Pembangunan ▪- ▪ Pengembangan
perkebun dan rehabilitasi tanaman pangan, yang mengganggu infrastruktur kawasan
an hutan; hortikultura, tanaman dan atau merusak yang diijinkan memperhatikan
▪ pelestarian hasil hutan dan peternakan; produktifitas adalah yang dengan rencana
hutan untuk ▪ pertambangan dengan perkebunan rakyat dibutuhkan pola ruang
menjaga syarat sesuai dengan untuk kawasan
kestabilan neraca daya dukung dan daya menunjang lindung yang
sumber daya tampung lingkungan kegiatan menjadi
kehutanan; sesuai dengan kajian dan pemanfaatan penampalan
▪ pengembangan ketentuan peraturan hasil hutan. dan ketentuan
RTH perundang-undangan khusus
▪ pengembangan usaha meliputi:
industri pertanian, o Kawasan
perkebunan, tanaman resapan air
hutan, dan peternakan; o Kawasan
▪ pembangunan fasilitas rawan
pendukung pertanian bencana
tanaman pangan, o Kawasan
hortikultura, tanaman cagar
hutan dan peternakan; budaya
dan
▪ pemanfaatan ruang
untuk rumah tunggal
3 Kawasan pertanian
a. Pertanian ▪ pemanfaatan ▪ pembangunan fasilitas ▪ melakukan aktivitas ▪ Alih fungsi ▪ Pemanfaatan ▪ Perubahan penggunaan ▪ Pengembangan
tanaman ruang untuk pendukung kegiatan budi daya yang pertanian untuk lahan dari pertanian ke kawasan
pangan pengembangan pertanian tanaman mengurangi luas tanaman pembangunan non pertanian wajib memperhatikan
kawasan pangan; LP2B; pangan (di luar infrastruktur memperhatikan rencana dengan rencana
pertanian ▪ pertambangan dengan KP2B) di penunjang produksi pangan secara pola ruang
syarat di luar kawasan kawasan kegiatan nasional maupun regional kawasan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-77
LAPORAN AKHIR

N Pola Ketentuan Umum Peraturan Zonasi


o Ruang Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan Ketentuan sarana Ketentuan lain Ketentuan khusus
Kawasan Diperbolehkan Diperbolehkan dengan Tidak Umum Intensitas dan prasarana
syarat Diperbolehkan Pemanfaatan minimum
Ruang
tanaman pangan; LP2B, sesuai dengan daya ▪ mendirikan perkotaan pertanian serta ada Izin lokasi dan lindung yang
dan dukung dan daya bangunan di atas diijinkan (irigasi, jalan izin perubahan menjadi
▪ pengembangan tampung lingkungan saluran irigasi; dan maksimum tani dll) Penggunaan Tanah. penampalan
dan pengelolaan sesuai dengan kajian dan ▪ kegiatan budi daya 50% ▪ ▪ Pelaksanaan konservasi dan ketentuan
sistem jaringan ketentuan peraturan yang mengancam ▪ Untuk tanah atas dasar status khusus
irigasi perundang-undangan keberadaan dan permukiman: irigasi, produktivitas, sifat meliputi:
▪ pemanfaatan ruang fungsi LP2B, KDB yang penggunaan tanah o Kawasan
untuk permukiman mengurangi atau diijinkan 60- (perkotaan dan resapan air
petani dengan syarat merusak kualitas 70%, KLB 60- perdesaan) dan letak, o Kawasan
sesuai dengan rencana tanah dan tidak 210 dan KDH serta luas tanah dilakukan rawan
rinci tata ruang; terkait dengan 30-40% secara bertahap. bencana
▪ pengembangan kegiatan kepentingan umum ▪ Untuk ▪ Pengembangan pertanian o Kawasan
industri terpadu dengan perdagangan sesuai dengan Permentan cagar
syarat tidak merubah dan jasa: KDB nomor 41 tahun 2009 budaya
zonasi utama dan berada yang diijinkan Tentang Kriteria Teknis o KP2B
diluar LP2B; 70-80%, KLB Kawasan Peruntukan ▪ Keterntuan
▪ usaha peternakan dan 70-240 dan Pertanian terkait dengan
perikanan skala kecil dan KDH 20-30% ▪ Alih fungsi LP2B sesuai KP2B pada
menengah dengan tetap ▪ Untuk fasilitas dengan peraturan yang kawasan ini
memperhatikan luasan umum: KDB berlaku (Peraturan sesuai dengan
LP2B; yang diijinkan Pemerintah No 1 Th 2011 peraturan yang
▪ bangunan, prasarana 50-60%, KLB tentang Penetapan dan berlaku
umum atau jaringan 50-180 dan alih Fungsi Lahan
prasarana penunjang KDH 40-50% Pertanian Pangan
pertanian yang harus ada ▪ Alih fungsi Berkelanjutan
ditempat itu; kawasan
▪ alih fungsi lahan dengan pertanian
syarat memiliki nilai tanaman
ekonomi lebih tinggi dan pangan (di luar
memiliki kemampuan KP2B) di
penyerapan tenaga kerja kawasan
perdesaan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-78
LAPORAN AKHIR

N Pola Ketentuan Umum Peraturan Zonasi


o Ruang Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan Ketentuan sarana Ketentuan lain Ketentuan khusus
Kawasan Diperbolehkan Diperbolehkan dengan Tidak Umum Intensitas dan prasarana
syarat Diperbolehkan Pemanfaatan minimum
Ruang
yang lebih luas dan diijinkan
berada di luar LP2B; dan maksimum
▪ alih fungsi LP2B untuk 20% terutama
kepentingan umum di ruas jalan
sesuai dengan ketentuan utama dengan
peraturan perundang- syarat – syarat
undangan yang telah
ditetapkan oleh
peraturan dan
atau
pemerintah
daerah
▪ Untuk
permukiman:
KDB yang
diijinkan 50-
60%, KLB 50-
180 dan KDH
40-50%
▪ Untuk
perdagangan
dan jasa: KDB
yang diijinkan
60-70%, KLB
60-210% dan
KDH 30-40%
▪ Untuk fasilitas
umum : KDB
yang diijinkan
50-60%, KLB
50-180% dan
KDH 40-50%

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-79
LAPORAN AKHIR

N Pola Ketentuan Umum Peraturan Zonasi


o Ruang Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan Ketentuan sarana Ketentuan lain Ketentuan khusus
Kawasan Diperbolehkan Diperbolehkan dengan Tidak Umum Intensitas dan prasarana
syarat Diperbolehkan Pemanfaatan minimum
Ruang
b. Kawasan ▪ pemanfaatan ▪ pengembangan ▪ pengembangan ▪ KDB yang ▪ Pemanfaatan ▪ Budidaya lain yang
hortikultu ruang untuk agropolitan; kawasan terbangun diijinkan 50- untuk diperkenankan
ra pengembangan ▪ pertambangan dengan yang tidak 60%, KLB 50- pembangunan disesuaikan dengan
kawasan syarat sesuai dengan mendukung 180 dan KDH infrastruktur peraturan yang berlaku
hortikultura, daya dukung dan daya pengembangan 40-50% penunjang
peruntukan tampung lingkungan pertanian dan atau kegiatan
pertanian lainnya, sesuai dengan kajian dan mengganggu pertanian
RTH dan hutan ketentuan peraturan produktifitas (irigasi, jalan
perundang-undangan pertanian di tani dll)
▪ pemanfaatan ruang kawasan tersebut
untuk permukiman
petani dengan syarat
sesuai dengan rencana
rinci tata ruang;
▪ pengembangan kegiatan
peternakan dengan
syarat tidak mengganggu
fungsi utama
▪ pengembangan kegiatan
industri terpadu dengan
syarat mendukung
pengembangan
pertanian;
▪ bangunan, prasarana
umum atau jaringan
prasarana penunjang
pertanian yang harus ada
ditempat itu; dan
▪ alih fungsi lahan dengan
syarat memiliki nilai
ekonomi lebih tinggi dan
memiliki kemampuan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-80
LAPORAN AKHIR

N Pola Ketentuan Umum Peraturan Zonasi


o Ruang Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan Ketentuan sarana Ketentuan lain Ketentuan khusus
Kawasan Diperbolehkan Diperbolehkan dengan Tidak Umum Intensitas dan prasarana
syarat Diperbolehkan Pemanfaatan minimum
Ruang
penyerapan tenaga kerja
yang lebih luas
4 Kawasan ▪ kegiatan kawasan ▪ mengembangkan ▪ pelarangan ▪ KDB yang ▪ sarana ▪ Penguasaan/ pemilikan ▪ Pengembangan
peruntuka industri, aktivitas pendukung peruntukan lain diijinkan 60%, prasarana tanah yang telah ada & kawasan
n industri peruntukan kegiatan industri dengan selain kawasan KLB 240% dan minimum yaitu tidak sejalan dengan memperhatikan
industri dan memperhatikan industri maupun KDH 10% jalur pendekat kegiatan industri tetap dengan rencana
sentra industri ketersediaan air; fasilitas (frontage), dapat dipertahankan pola ruang
kecil dan ▪ menyediakan ruang pendukungnya ruang terbuka dengan syarat tidak kawasan
menengah sesuai untuk zona penyangga dalam kawasan hijau, ruang diintensifkan atau lindung yang
dengan zonasi berupa sabuk hijau dan yang ditetapkan terbuka non diekstensifkan ke kawasan menjadi
masing-masing RTH; dan sebagai kawasan hijau, utilitas, industri. Selama kawasan penampalan
▪ pemanfaatan ▪ pemanfaatan ruang industri, kecuali prasarana belum digunakan untuk dan ketentuan
ruang budidaya untuk sentra industri kawasan lingkungan dan kegiatan industri, pemiliki khusus
dan lindung yang kecil, diizinkan peruntukan fasilitas tanah masih dapat meliputi:
sudah ada pemanfaatannya dalam industri, industri penunjang meneruskan usaha yang o Kawasan
sebelumnya. kawasan permukiman rumah tangga dan kawasan telah diselenggarakan. resapan air
▪ kegiatan kawasan dengan pembatasan pada kawasan industri peruntukan ▪ Pemerintah wajib o Kawasan
industri, luasan lahan, dan untuk usaha mikro, industri. menyediakan prasarana di rawan
peruntukan dampak yang kecil dan menengah; ▪ Penyediaan luar dan menuju kawasan bencana
industri, ditimbulkan ▪ industri yang IPAL industri serta o Kawasan
pergudangan (berdasarkan batasan berada di pinggir mempromosikan kawasan cagar
sesuai dengan kapasitas produksi, DAS tidak boleh kepada investor baik budaya
zonasi masing- tenaga kerja, transportasi membuang air dalam maupun luar negeri.
masing; yang dihasilkan, dan limbah secara ▪ Perusahaan kawasan
▪ pembangunan limbah yang dihasilkan langsung dan harus wajib memiliki
fasilitas berdasarkan analisa daya diolah pada IPAL. persetujuan prinsip, izin
pembangkit dukung dan daya ▪ dilarang lokasi dan HGB Industri.
energi; tampung lokasi). memanfaatkan air Jika HGB induk belum
▪ pembangunan ▪ pemanfaatan ruang tanah untuk diterbitkan, perusahaan
prasarana dan untuk peruntukan keperluan kegiatan industri dapat mengajukan
sarana pendukung pergudangan, jasa, industri dan permohonan HGB untuk
industri; dan stasiun pengisian bahan kegiatan pendukung kaplingnya. Permohonan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-81
LAPORAN AKHIR

N Pola Ketentuan Umum Peraturan Zonasi


o Ruang Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan Ketentuan sarana Ketentuan lain Ketentuan khusus
Kawasan Diperbolehkan Diperbolehkan dengan Tidak Umum Intensitas dan prasarana
syarat Diperbolehkan Pemanfaatan minimum
Ruang
▪ pemanfaatan bakar dan sejenis industri yang hak tanah dan
ruang budidaya diijinkan berada di kawasan perpanjangan izin lokasi
dan lindung yang pemanfaatannya dalam resapan air; dan dan HGB Induk. Jika HGB
sudah ada kawasan industri dengan ▪ dilarang mencemari induk belum diterbitkan,
sebelumnya pembatasan pada luasan air, udara dan tanah perusahaan industri dapat
lahan, dan dampak yang melebihi ambang mengajukan permohonan
ditimbulkan sesuai batas yang HGB untuk kaplingnya.
peraturan yang berlaku. dipersyaratkan ▪ Kegiatan industri wajib
▪ diperbolehkan degan dikenakan AMDAL.
syarat bangunan Limbah yang keluar harus
kegiatan industri sesuai berada dibawah ambang
persyaratan sempadan yang diperkenankan
jalan dan intensitas sebelum air limbah
bangunan yang disalurkan ke drainase
ditentukan; umum.
▪ diperbolehkan dengan ▪ Pengelolaan kawasan
syarat penyediaan industri sesuai dengan
perumahan karyawan, Peraturan Peraturan
fasilitas pendukung Pemerintah Nomor 142
lainnya dengan intensitas Tahun 2015 tentang
bangunan yang Kawasan Industri dan
dipersyaratkan; Peraturan Menteri
▪ diperbolehkan dengan Perindustrian Nomor 40
syarat pembangunan Tahun 2016 tentang
kegiatan industri dengan Pedoman Teknis
menyediakan ruang Pembangunan Kawasan
terbuka hijau minimal 20 Industri
% (dua puluh persen)
dari luas kapling industri
dan penyediaan sarana
pengolahan limbah yang
dipersyaratkan; dan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-82
LAPORAN AKHIR

N Pola Ketentuan Umum Peraturan Zonasi


o Ruang Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan Ketentuan sarana Ketentuan lain Ketentuan khusus
Kawasan Diperbolehkan Diperbolehkan dengan Tidak Umum Intensitas dan prasarana
syarat Diperbolehkan Pemanfaatan minimum
Ruang
▪ pembatasan
pembangunan rumah
tinggal di dalam lokasi
kawasan peruntukan
industri untuk
mengurangi dampak
negatif pengaruh dari
keberadaan industri
terhadap permukiman
yang ada.
▪ pemanfaatan ruang
untuk sentra industri
kecil, diizinkan
pemanfaatannya dalam
kawasan permukiman
dengan pembatasan pada
luasan lahan, dan
dampak yang
ditimbulkan;
▪ pemanfaatan ruang
untuk peruntukan
pergudangan, jasa,
stasiun pengisian bahan
bakar dan sejenis
diijinkan
pemanfaatannya dengan
pembatasan pada luasan
lahan, dan dampak yang
ditimbulkan sesuai
peraturan yang berlaku;
▪ perumahan karyawan,
fasilitas pendukung

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-83
LAPORAN AKHIR

N Pola Ketentuan Umum Peraturan Zonasi


o Ruang Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan Ketentuan sarana Ketentuan lain Ketentuan khusus
Kawasan Diperbolehkan Diperbolehkan dengan Tidak Umum Intensitas dan prasarana
syarat Diperbolehkan Pemanfaatan minimum
Ruang
lainnya dengan intensitas
bangunan yang
dipersyaratkan;
▪ kegiatan selain industri
sepanjang tidak
menurunkan kualitas
lingkungan dan
mengganggu fungsi
utama kawasan; dan
▪ pertambangan dengan
syarat sesuai dengan
daya dukung dan daya
tampung lingkungan
sesuai dengan kajian dan
ketentuan peraturan
perundang-undangan
5 Kawasan ▪ kawasan ▪ pada kawasan ▪ kegiatan yang ▪ Untuk ▪ Jaringan air ▪ Perlu adanya pengawasan ▪ Pengembangan
permukim peruntukan permukiman yang mengganggu permukiman bersih, dari pemerintah serta kawasan
an permukiman, terdapat fungsi cagar kawasan perkotaan KDB persampahan, kerja sama antara pihak memperhatikan
ruang untuk budaya kegiatan permukiman. yang diijinkan drainase dan pemerintah-developer dengan rencana
peruntukan pemanfaatan ruang yang 60-90%, KLB utilitas untuk pengembangan pola ruang
industri rumah diperbolehkan berupa 60-270% dan permukiman permukiman yang layak kawasan
tangga dengan kegiatan wisata budaya, KDH minimal lainnya huni. lindung yang
kepadatan rendah pemanfaatan ruang 10 % ▪ Perumahan baru ▪ Perlu adanya pengawasan menjadi
dan batasan untuk penelitian, ▪ Kawasan harus ketat dari pemerintah penampalan
khusus sesuai pendidikan, perkantoran, perdagangan menyediaan mengenai pemanfaatan dan ketentuan
ketentuan yang RTH dan atraksi budaya dan jasa di sumur resapan kawasan khusus seperti khusus
berlaku dan dengan syarat menjaga lingkungan dan rencana kawasan pelestarian meliputi:
penetapan fasilitas pelestarian kawasan dan permukiman untuk bangunan o Kawasan
pendukung tidak merusak bangunan perkotaan KDB penyediaan TPU kuno/bersejarah. resapan air
kegiatan cagar budaya yang diijinkan ▪ Pengawasan ketat
permukiman dan 60-80%, KLB terhadap pengembangan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-84
LAPORAN AKHIR

N Pola Ketentuan Umum Peraturan Zonasi


o Ruang Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan Ketentuan sarana Ketentuan lain Ketentuan khusus
Kawasan Diperbolehkan Diperbolehkan dengan Tidak Umum Intensitas dan prasarana
syarat Diperbolehkan Pemanfaatan minimum
Ruang
aktivitas ▪ bangunan atau jaringan 60-240% dan permukiman di kawasan o Kawasan
masyarakat yang prasarana penunjang KDH 10% pesisir rawan
dibutuhkan secara permukiman yang harus ▪ Kawasan bencana
proporsional ada ditempat itu; fasilitas umum o Kawasan
sesuai peraturan ▪ pertambangan dengan di lingkungan cagar
yang berlaku, syarat sesuai dengan permukiman budaya
antara lain berupa daya dukung dan daya perkotaan KDB
fasilitas tampung lingkungan yang diijinkan
perdagangan, sesuai dengan kajian dan 50-60%, KLB
pendidikan, ketentuan peraturan 50-180% dan
kesehatan, perundang-undangan KDH 20%
peribadatan, ▪ pengembangan kegiatan
rekreasi, olah raga peternakan dengan
dan fasilitas umum syarat tidak mengganggu
lainnya sesuai fungsi utama
kebutuhan ▪ pemanfaatan ruang
masyarakat untuk peruntukan
setempat pergudangan, jasa,
stasiun pengisian bahan
bakar dan sejenis,
industri kecil menengah
diijinkan
pemanfaatannya dalam
kawasan permukiman
dengan pembatasan pada
luasan lahan, dan
dampak yang
ditimbulkan serta
persyaratan sesuai
peraturan yang berlaku;
dan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-85
LAPORAN AKHIR

N Pola Ketentuan Umum Peraturan Zonasi


o Ruang Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan Ketentuan sarana Ketentuan lain Ketentuan khusus
Kawasan Diperbolehkan Diperbolehkan dengan Tidak Umum Intensitas dan prasarana
syarat Diperbolehkan Pemanfaatan minimum
Ruang
▪ pemanfaatan ruang
untuk pergudangan dan
fasilitas umum yang skala
besar harus
menyediakan jalur
pendekat dan ditentukan
persyaratan tata
bangunan dan
lingkungan

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-86
LAPORAN AKHIR

7.5. KETENTUAN KESESUAIAN PEMANFAATAN RUANG


Ketentuan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang berupa pelaksanaan
kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang dilakukan terhadap kegiatan berusaha dan
kegiatan non-berusaha. Pelaksanaan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang dilakukan
melalui:
1. Konfirmasi kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang; atau
2. Persetujuan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang.
Dalam hal rencana kegiatan pemanfaatan ruang bersifat strategis nasional dan
belum dimuat dalam rencana tata ruang, kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang
diberikan dalam bentuk rekomendasi kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang.
Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur perolehan persetujuan kesesuaian kegiatan
pemanfaatan ruang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

7.6. KETENTUAN INSENTIF DAN DI SINSENTIF


Ketentuan insentif dan disinsentif adalah ketentuan yang diterapkan oleh
pemerintah daerah kabupaten untuk mendorong pelaksanaan pemanfaatan ruang agar
sesuai dengan rencana tata ruang dan untuk mencegah pemanfaatan ruang yang tidak
sesuai rencana tata ruang. Ketentuan insentif dan disinsentif berfungsi untuk:
1. meningkatkan upaya pengendalian pemanfaatan ruang dalam rangka mewujudkan
tata ruang sesuai dengan rencana tata ruang;
2. memfasilitasi kegiatan pemanfaatan ruang agar sejalan dengan rencana tata ruang;
dan
3. meningkatkan kemitraan semua masyarakat dalam rangka pemanfaatan ruang yang
sejalan dengan rencana tata ruang;
Pemberian insentif dan disinsentif diselenggarakan untuk:
a) meningkatkan upaya Pengendalian Pemanfaatan Ruarrg dalam rangka
mewujudkan Tata Ruang sesuai dengan RTR;
b) memfasilitasi kegiatan Pemanfaatan Ruang agar sejalan dengan RTR; dan
c) meningkatkan kemitraan semua pemangku kepentingan dalam rangka
Pemanfaatan Ruang yang sejalan dengan RTR.
Insentif dan disinsentif dapat diberikan kepada pelaku kegiatan Pemanfaatan
Ruang untuk mendukung perwujudan RTR. Pemberian insentif dan disinsentif
dilaksanakan untuk:

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-87
LAPORAN AKHIR

a) menindaklanjuti pengendalian implikasi kewilayahan pada zona kendali atau zona


yang didorong; atau
b) menindaklanjuti implikasi kebijakan atau rencana strategis nasional.

7.7. KETENTUAN INSENTIF


A. Pemberian Insentif
Bentuk dan Tata Cara Pemberian Insentif meliputi
a) Insentif merupakan perangkat untuk mernotivasi, mendorong, memberikan daya
tarik dan/atau memberikan percepatan terhadap kegiatan Pemanfaatan Ruang
yang memiliki nilai tambah pada zona yang perlu didorong pengembarigannya.
Insentif sebagaimana dapat berupa:
1) insentif liskal; dan/atau
Insentif fiskal dapat berupa pemberian keringanan pajak, retribusi,
dan/atau penerimaan negara bukan pajak. Pemberian insentif fiskal
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2) insentif nonfiskal.
Insentif nonfiskal dapat berupa:
o pemberian kompensasi;
o subsidi;
o imbalan;
o sewa ruang;
o urun saham;
o fasilitasi Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang;
o penyediaan prasarana dan sarana;
o penghargaan; dan/atau
o publikasi atau promosi.
b) Insentif dapat diberikan oleh:
1) Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah;
2) Pemerintah Daerah kepada Pemertntah Daerah lainnya; dan
3) Pemet'intah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah kepada Masyarakat.
Ketentuan insentif adalah perangkat atau upaya untuk imbalan terhadap
pelaksanaan kegiatan agar sejalan dengan rencana tata ruang. Ketentuan insentif disusun
berdasarkan:
4. rencana struktur ruang dan rencana pola ruang wilayah kabupaten dan penetapan
kawasan strategis kabupaten;

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-88
LAPORAN AKHIR

5. ketentuan umum peraturan zonasi kabupaten; dan


6. peraturan perundang-undangan sektor terkait lainnya.
Ketentuan insentif berupa:
7. fiskal berupa pemberian keringanan pajak dan/atau pengurangan retribusi; dan/atau
8. non fiskal berupa pemberian kompensasi, subsidi silang, kemudahan perizinan,
imbalan, sewa ruang, urun saham, penyediaan sarana dan prasarana, penghargaan,
dan/atau publikasi atau promosi.
Pemberian insentif dapat berbentuk:
9. Keringanan pajak, pemberian kompensasi, subsidi silang, imbalan, sewa ruang, dan
urun saham;
10. Pembangunan serta pengadaan infrastruktur;
11. Kemudahan prosedur perizinan; dan/atau
12. Pemberian penghargaan kepada masyarakat, swasta dan/atau Pemerintah Daerah.

7.8. KETENTUAN DISINSENTIF


A. Pemberian Disinsentif
Disinsentif merupakan perangkat untuk mencegah dan/atau memberikan batasan
terhadap kegiatan Pemanfaatan Ruang yang sejalan dengan RTR dalam hal berpotensi
melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan. Disinsentif dapat berupa:
a) Disinsentif fiskal; dan/atau
Disinsentif fiskal dapat berupa pengenaan pajak dan/atau retribusi yang
tinggi. Pemberian disinsentif fiskal dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
b) Disinsentif nonfiskal.
Disinsentif nonfiskal dapat berupa:
1) kewajiban memberi kompensasi atau imbalan;
2) pembatasan penyediaan prasarana dan sarana; dan/atau
3) pemberian status tertentu.
Disinsentif dapat diberikan oleh:
a) Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah;
b) Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Daerah lainnya; dan
c) Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah kepada Masyarakat.

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-89
LAPORAN AKHIR

Gambar 7.5. Skema Insentif dan Disinsentif

Ketentuan disinsentif adalah perangkat atau upaya yang diberikan untuk kegiatan
pemanfaatan ruang pada kawasan yang dibatasi pengembangannya. Ketentuan
disinsentif disusun berdasarkan:
1. rencana struktur ruang, rencana pola ruang wilayah kabupaten dan penetapan
kawasan strategis kabupaten;
2. ketentuan umum peraturan zonasi kabupaten; dan
3. peraturan perundang-undangan sektor terkait lainnya.
Ketentuan disinsentif berupa:
4. fiskal berupa pengenaan pajak yang tinggi; dan/atau
5. non fiskal berupa:
a kewajiban memberi kompensasi;
a pensyaratan khusus dalam perizinan;
a kewajiban memberi imbalan; dan/atau
a pembatasan penyediaan sarana dan prasarana.
Pemberian disinsentif dapat berbentuk:
6. Pengenaan pajak yang tinggi yang disesuaikan dengan besarnya biaya yang
dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang dibutuhkan akibat pemanfaatan ruang;
7. Pembatasan penyediaan infrastruktur;
8. Pengenaan kompensasi; dan
9. Penalti.

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-90
LAPORAN AKHIR

7.9. ARAHAN SANKSI


Arahan sanksi adalah arahan untuk memberikan sanksi bagi siapa saja yang
melakukan pelanggaran ketentuan kewajiban pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana
tata ruang yang berlaku. Arahan sanksi merupakan perangkat atau upaya pengenaan
sanksi administratif yang diberikan kepada pelanggar pemanfaatan ruang.
Sedangkan pengenaan sanksi dilakukan melalui sanksi administratif. Sanksi
administratif dikenakan kepada setiap Orang yang tidak menaati RTR yang telah
ditetapkan yang mengakibatkan perubahan fungsi ruang. Pemeriksaan perubahan fungsi
ruang dilakukan melalui audit Tata Ruang. Dalam hal terdapat perubahan fungsi Laut,
pemeriksaan fungsi ruang Laut dilaksanakan oleh menteri yang rnenyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang kelautan. Audit Tata Ruang dilakukan oleh Pemerintah
Pusat, Pemerintah Daerah provinsi, dan Pemerintah Daerah kabupaten/kota sesuai
dengan kewenangannya.
Hasil audit Tata Ruang ditetapkan dengan:
a) keputusan Menteri untuk hasil audit Tata Ruang yang dilakukan oleh Pemerintah
Pusat;
b) keputusan gubernur untuk hasil audit Tata Ruang yang dilakukan oleh Pemerintah
Daerah Provinsi; atau
c) Keputusan bupati/wali kota untuk hasil audit Tata Ruang yang dilakukan oleh
Pemerintah Daerah kabupaten/ kota.
Dalam pelaksanaan audit Tata Ruang, tim audit Tata Ruang dapat dibantu oleh
penyidik pegawai negeri sipil penataan ruang dan ahli lainnya sesuai kebutuhan.
Ketentuan lebih lanjut mengenai audit Tata Ruang diatur dengan Peraturan Menteri dan
per:aturan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kelautan
sesuai dengan kewenangannya.
Kriteria dan Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif berupa:
a) Peringatan tertulis;
b) Denda administratil;
c) Penghentian sementara kegiatan;
d) Penghentian sementara pelayanan umum;
e) Penutupan lokasi;
f) Pencabutan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang;
g) Pembatalan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang;
h) Pembongkaran bangunan; dan/atau

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-91
LAPORAN AKHIR

i) Pemulihan fungsi ruang.


Pengenaan sanksi administratif disertai dengan tanda pemberitahuan
pelanggaran Pemanfaatan Ruang. Sanksi administratif dapat disertai dengan upaya paksa
oleh Pemerintah Pusat dan / atau Pemerintah Daerah.

Gambar 7.6. Pengenaan Sanksi Administratif

Arahan sanksi administratif berfungsi:


1. untuk mewujudkan tertib tata ruang dan tegaknya peraturan perundang-undangan
bidang penataan ruang; dan
2. sebagai acuan dalam pengenaan sanksi administratif terhadap:
a pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan RTRW Kabupaten;
a pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang
diberikan oleh pejabat yang berwenang;
a pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan persyaratan izin yang diberikan
oleh pejabat yang berwenang; dan/atau
a pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang
dinyatakan oleh peraturan perundang-undangan sebagai miliki umum.
Arahan sanksi administratif ditetapkan berdasarkan:
3. besar atau kecilnya dampak yang ditimbulkan akibat pelanggaran penataan ruang;
4. nilai manfaat pemberian sanksi yang diberikan terhadap pelanggaran penataan
ruang; dan/atau
5. kerugian publik yang ditimbulkan akibat pelanggaran penataan ruang.
Arahan sanksi dilakukan terhadap:
6. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan RTRW Kabupaten;

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-92
LAPORAN AKHIR

7. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang diberikan
oleh pejabat yang berwenang;
8. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan persyaratan izin yang diberikan oleh
pejabat yang berwenang; dan/atau
9. pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang dinyatakan oleh
peraturan perundang-undangan sebagai miliki umum.
Setiap orang yang melanggar ketentuan terhadap norma kewajiban dikenakan
sanksi administratif. Sanksi administratif dapat berupa:
1. Peringatan tertulis;
2. Denda administratif;
3. Penghentian sementara kegiatan;
4. Penghentian sementara pelayanan umum;
5. Penutupan lokasi;
6. Pencabutan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang;
7. Pembatalan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang;
8. Pembongkaran bangunan; dan/atau
9. Pemulihan fungsi ruang.
Sanksi administratif dapat dilakukan secara berjenjang dan/atau secara
berjenjang.

7.10. PENYELESAIAN SENGKETA PENATAAN RUANG


Sengketa Penataau Ruang merupakan perselisihan antarpemangku kepentingan
dalam Pelaksanaan Penataan Ruang. Antarpemangku kepentingan yaitu antarorang
perseorangan, antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, antar Pemerintah
Daerah, antara Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah dan Masyarakat.
Penyelesaian sengketa Penataan Ruang pada tahap pertama diupayakan berdasarkan
prinsip musyawarah untuk mufakat. Dalam hal penyelesaian sengketa tidak diperoleh
kesepakatan, para pihak dapat menempuh upaya penyelesaian sengketa melalui
pengadilan atau di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Penyeiesaran sengketa Penataan Ruang di luar pengadilan dilakukan melalui
negosiasi, mediasi, dan atau konsiliasi.
• Negosiasi merupakan upaya penyelesaian sengketa antarkedua belah pihak yang
bersengketa.

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-93
LAPORAN AKHIR

• Mediasi merupakan upaya penyelesaian sengketa yang melibatkan pihak ketiga


sebagai mediator yang mengoordinasikan pihak yang bersengketa.
• Konsiliasi merupakan upaya penyelesaian sengketa yarrg melibatkan pihak ketiga
untuk menawarkan solusi untuk disepakati oreh pihak yang bersengketa.
Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelesaian sengketa Penataan Ruang diatur
dengan Peraturan Menteri.

Gambar 7.7. Skema Penyelesaian Sengketa

Gambar 7.8. Lanjutan Skema Penyelesaian Sengketa

Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-94

Anda mungkin juga menyukai