7
KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
Dalam bab ini menguraikan terkait dengan arahan pemanfaatan ruang Kabupaten Teluk Bintuni dalam
pekerjaan Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni.
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-2
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-3
LAPORAN AKHIR
4. Ketentuan lain yang dibutuhkan misalnya, pemanfaatan ruang pada zona-zona yang
dilewati oleh sistem jaringan sarana dan prasarana wilayah kabupaten mengikuti
ketentuan perundangundangan yang berlaku; dan
5. Ketentuan khusus, yaitu ketentuan yang mengatur pemanfaatan kawasan yang
memiliki fungsi khusus dan memiliki aturan tambahan seperti adanya kawasan
yang bertampalan dengan dengan kawasan peruntukan utama, yang disebut
sebagai kawasan pertampalan/tumpang susun (overlay).
Ketentuan khusus ini dibuat sebagai ketentuan tambahan dalam rangka
pengendalian pemanfaatan ruang. Kawasan pertampalan/tumpang susun (overlay)
meliputi:
1. Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan KKOP, yaitu wilayah daratan dan/atau
perairan dan ruang udara disekitar bandar udara yang dipergunakan untuk
kegiatan operasi penerbangan dalam rangka menjamin keselamatan penerbangan;
2. Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan (KP2B), yaitu: wilayah budi daya
pertanian terutama pada wilayah perdesaan yang memiliki hamparan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan dan/atau hamparan Lahan Cadangan Pertanian
Pangan Berkelanjutan serta unsur penunjangnya dengan fungsi utama untuk
mendukung kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional;
3. Kawasan rawan bencana, yaitu kawasan dengan kondisi atau karakteristik geologis,
biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan
teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi
kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi
kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu;
4. Kawasan cagar budaya, yaitu satuan ruang geografis yang memiliki dua situs cagar
budaya atau lebih yang letaknya berdekatan dan/atau memperlihatkan ciri tata
ruang yang khas. Pada ketentuan khusus cagar budaya dapat diakomodir pula
wilayah kelola masyarakat hukum adat;
5. Kawasan resapan air, yaitu daerah yang mempunyai kemampuan tinggi untuk
meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akifer) yang
berguna sebagai sumber air;
6. Kawasan sempadan, yaitu kawasan dengan jarak tertentu dari pantai, sungai,
situ/danau/embung/waduk, mata air, dan pipa/kabel bawah laut yang mempunyai
manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi;
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-4
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-5
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-6
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-7
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-8
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-9
LAPORAN AKHIR
▪ Kawasan Lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya
buatan.
▪ Kawasan Budi Daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia, dan sumber daya buatan.
▪ Kawasan Strategis Nasional yang seianjutnya disingkat KSN adalah wilayah yang
penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting
secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara,
ekonomi, sosial, buciaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah
ditetapkan sebagai warisan dunia.
▪ Kawasan Strategis Provinsi adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan
karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup provinsi terhadap
ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan serta merupakan bagian. tidak
terpisahkan dari rencana tata ruang wilayah provinsi.
▪ Pemanfaatan ruang wilayah provinsi adalah arahan pembangunan/pengembangan
wilayah untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang wilayah provinsi sesuai
dengan RTRW Provinsi melalui penyusunan dan pelaksanaan program
pembangunan/pengembangan beserta pembiayaannya dalam indikasi program
utama jangka menengah lima tahunan sampai akhir tahun perencanaan 20 (dua
puluh) tahun.
▪ Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi meliputi Penilaian pelaksanaan
KKPR dan pernyataan mandiri pelaku UMK, Penilaian perwujudan RTR, pemberian
insentif dan disinsentif, pengenaan sanksi, dan penyelengaraan sengketa penataan
ruang.
▪ Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang yang selanjutnya disingkat KKPR adalah
kesesuaian antara rencana kegiatan Pemanfaatan Ruang dengan RTR.
▪ Konfirmasi Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang yang selanjutnya disingkat
KKKPR adalah dokumen yang menyatakan kesesuaian antara rencana kegiatan
Pemanfaatan Ruang dengan RDTR.
▪ Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang yang selanjutnya disingkat
PKKPR adalah dokumen yang menyatakan kesesuaian antara rencana kegiatan
Pemanfaatan Ruang dengan RTR selain RDTR.
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-10
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-11
LAPORAN AKHIR
▪ Forum Penataan Ruang adalah wadah di tingkat pusat dan daerah yang bertugas
untuk membantu Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dengan memberikan
pertimbangan dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang.
▪ Zona Kendali adalah zona dengan konsentrasi kegiatan Pemanfaatan Ruang
dan/atau dominasi kegiatan Pemanfaatan Ruang tertentu yang tinggi dan
berpotensi melampaui daya dukung dan daya tampung.
▪ Zona Yang Didorong adalah zona dengan konsentrasi kegiatan Pemanfaatan Ruang
dan/atau dominasi kegiatan Pemanfaatan Ruang tertentu yang sangat rendah yang
perlu ditingkatkan perwujudannya sesuai dengan RTR.
▪ Insentif Nonfiskal yang selanjutnya disebut Insentif adalah perangkat Pengendalian
Pemanfaatan Ruang untuk memotivasi, mendorong, memberikan daya tarik,
dan/atau memberikan percepatan terhadap kegiatan Pemanfaatan Ruang yang
sejalan dengan RTR, yang tidak berkenaan dengan urusan pajak atau pendapatan
negara.
▪ Disinsentif Nonfiskal yang selanjutnya disebut Disinsentif adalah perangkat
Pengendalian Pemanfaatan Ruang untuk mencegah dan/atau memberikan batasan
terhadap kegiatan Pemanfaatan Ruang yang sejalan dengan RTR namun berpotensi
melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan, yang tidak berkenaan
dengan urusan pajak atau pendapatan negara.
▪ Sanksi Administratif adalah perangkat sarana hukum administrasi yang bersifat
pembebanan kewajiban/perintah dan/atau paksaan pemerintah yang dikenakan
kepada Orang atas dasar ketidaktaatan atau ketidakpatuhan terhadap peraturan
perundangundangan di bidang Penataan Ruang untuk memberikan efek jera
kepada pelanggar Pemanfaatan Ruang.
▪ Perubahan Fungsi Ruang adalah suatu kondisi yang mengakibatkan menurunnya
kualitas Ruang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam peraturan perundang-
undangan.
▪ Audit Tata Ruang adalah serangkaian kegiatan pemeriksaan dan evaluasi terhadap
data dan informasi spasial serta dokumen pendukung untuk mengevaluasi suatu
laporan atau temuan yang diduga sebagai indikasi pelanggaran Pemanfaatan
Ruang.
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-12
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-13
LAPORAN AKHIR
▪ Standar Teknis Penataan Ruang Kawasan adalah ketentuan teknis dan ketentuan
spasial yang menunjukkan perwujudan Kinerja Fungsi Kawasan yang sesuai
peruntukan, yang dirumuskan berdasarkan kajian kondisi, karakteristik, dan
dampak eksternalitas kawasan, serta standar sektor.
▪ Kinerja Fungsi Kawasan adalah kondisi yang diinginkan atau dituju dalam
pengembangan suatu kawasan.
▪ Inspektur Pembangunan adalah petugas khusus yang melaksanakan pengawasan
di lapangan terhadap Objek Pengawasan Pembangunan.
▪ Objek Pengawasan Pembangunan adalah kawasan dan bangunan gedung yang
menjadi sasaran kegiatan pengawasan.
▪ Standar Pelayanan Bidang Penataan Ruang adalah ketentuan mengenai jenis dan
mutu pelayanan dasar Perencanaan Tata Ruang, Pemanfataan Ruang, dan
Pengendalian Pemanfataan Ruang yang merupakan urusan pemerintahan wajib
yang berhak diperoleh setiap Warga Negara secara minimal.
▪ Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan
pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan
Menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
▪ Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah otonom.
▪ Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok orang termasuk Masyarakat
hukum adat, korporasi, dan/atau pemangku kepentingan nonpemerintah lain
dalam penyelenggaraan Penataan Ruang.
▪ Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
Penataan Ruang.
▪ Direktur Jenderal adalah direktur jenderal yang membidangi Pengendalian
Pemanfaatan Ruang dan Pengawasan Penataan Ruang.
▪ Dinas adalah dinas provinsi atau kabupaten/kota yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan daerah di bidang Penataan Ruang.
▪ Kepala Dinas adalah kepala dinas provinsi atau kabupaten/kota yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah di bidang Penataan Ruang.
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-14
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-15
LAPORAN AKHIR
Gambar 7.2. Kedudukan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Dalam Perencanaan Tata Ruang
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-16
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-17
LAPORAN AKHIR
Gambar 7.3. Skema Penilaian Pelaksanaan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang dan
Pernyataan Mandiri Pelaku
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-18
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-19
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-20
LAPORAN AKHIR
zona-zona utama dan pada setiap zona utama ditentukan paket penggunaan atau
jenis-jenis perpetakan. Untuk menentukan seberapa jauh perpetakan tersebut
dapat dikembangkan bagi kegiatan lain, maka perlu diinventarisasi seluruh jenis-
jenis pengunaan rinci yang dikenal. Untuk menghindari penafsiran yang keliru
maka perlu dirumuskan tujuan pengembangan setiap zona dasar, zona utama dan
paket penggunaannya.
2. Aplikasi ruang
Setelah zona dasar, zona utama dan jenis-jenis perpetakan ditetapkan, maka
selanjutnya diatur penerapannya ke dalam ruang di Kabupaten Teluk Bintuni.
Penerapannya diatur menurut suatu tabel yang menjelaskan alokasi zona-zona
tersebut pada setiap jengkal lahan perkotaan yang diberi kodifikasi untuk
memudahkan penulisannya.
3. Ketentuan teknis perpetakan
Hal-hal yang diatur untuk setiap jenis perpetakan pada setiap zona, meliputi:
a lebar dan kedalaman minimum petak;
a jarak bebas depan, samping dan belakang;
a KDB (koeffisien dasar bangunan) maksimum, KLB (Koefisien lantai
bangunan) maksimum, KDH (koeffisien dasar hijau) minimum, KTB (koefisien
tapak basement) maksimum;
a Tinggi bangunan maksimum;
a Lebar minimum jalan dan sempadan bangunan;
a dan hal-hal lain yang diperlukan.
4. Peraturan umum, hal-hal yang diatur meliputi :
a Penggunaan lebih lanjut untuk setiap jenis perpetakan.
a Pengaturan lansekap meliputi jenis tanaman, kepadatan tanaman, jarak antar
tanaman dan lain sebagainya.
a Pengaturan tata informasi (billboard) meliputi lokasi pemasangannya,
penyampaian pesan, dimensi dan konstruksi dan perawatannya.
a Pengaturan on street dan off street parking, batasan parkir minimum dan
maksimum.
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-21
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-22
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-23
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-24
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-25
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-26
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-27
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-28
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-29
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-30
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-31
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-32
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-33
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-34
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-35
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-36
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-37
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-38
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-39
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-40
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-41
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-42
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-43
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-44
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-45
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-46
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-47
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-48
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-49
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-50
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-51
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-52
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-53
LAPORAN AKHIR
Tabel 7.1.Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Prasarana Wilayah Kabupaten Teluk Bintuni
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan
Sistem Prasarana Ketentuan
No Umum
Kawasan Diperbolehkan Diperbolehkan Tidak sarana dan Ketentuan
Intensitas Ketentuan lain
dengan syarat Diperbolehkan prasarana khusus
Pemanfaatan
minimum
Ruang
1 Sistem Pusat Pelayanan
a. Kawasan Perkotaan ▪ pengembangan ▪ pengalihan fungsi ▪ melakukan ▪ dirincikan ▪ Sarana dan ▪ Ketentuan ▪ Pengembanga
fungsi dasar; kawasan terbuka perubahan pada RDTR prasarana umum n kawasan
▪ perubahan atau hijau tetapi bukan secara minimum peraturan menyesuaikan
penambahan sebagai bagian dari keseluruhan disesuaikan zonasi untuk dengan
fungsi ruang RTH di kawasan fungsi dengan Pusat Kegiatan rencana pola
sepanjang saling perkotaan dengan dasarnya; dan besaran kota Wilayah (PKW) ruang kawasan
menunjang atau syarat komposisi ▪ melakukan dan disusun dengan lindung yang
tidak RTH tidak berubah kegiatan perkembanga ketentuan; menjadi
menimbulkan sesuai RDTR pembangunan n penduduk diarahkan pada penampalan
efek negatif bagi kawasan perkotaan; di dalam radius pengembangan dan masuk
zona yang telah ▪ pemanfaatan keamanan pada kegiatan dalam
ditetapkan; kawasan lindung kawasan yang berskala ketentuan
▪ pengembangan berupa bangunan telah regional/lintas khusus
sistem jaringan untuk ditetapkan kabupaten meliputi:
prasarana dan meningkatkan nilai batas yang didukung o Kawasan
pemanfaatan tambah dengan ketinggian dengan fasilitas resapan air
ruang sekitar tetap dilakukan dan o Kawasan
jaringan upaya konservasi; infrastruktur rawan
prasarana yang ▪ melakukan alih perkotaan yang bencana
mendukung fungsi lindung pada sesuai dengan o Kawasan
sistem kawasan lindung wilayah yang cagar
perkotaan; dan tetapi boleh dilayaninya. budaya
▪ pemanfaatan ditambahkan ▪ Ketentuan
ruang budidaya kegiatan lain umum
untuk selama masih peraturan
mendukung menunjang fungsi zonasi untuk
sistem perkotaan lindung; dan Pusat Kegiatan
▪ melakukan alih Lokal (PKL)
fungsi lahan pada disusun dengan
lahan yang telah ketentuan;
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-54
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-55
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-56
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-57
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-58
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-59
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-60
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-61
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-62
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-63
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-64
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-65
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-66
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-67
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-68
Tabel 7.2. Tabel Error! No text of specified style in document..1 Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Pola Ruang Wilayah Kabupaten Teluk Bintuni
N Pola Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
o Ruang Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan Ketentuan sarana Ketentuan lain Ketentuan khusus
Kawasan Diperbolehkan Diperbolehkan dengan Tidak Umum Intensitas dan prasarana
syarat Diperbolehkan Pemanfaatan minimum
Ruang
A Kawasan Peruntukan Lindung
1. Badan Air
Kawasan ▪ Kegiatan yang ▪ kegiatan budi daya yang ▪ seluruh jenis ▪ KDB yang ▪ Jaringan/utilitas ▪ Kegiatan yang sudah ada ▪ Pengembangan
Badan Air tidak mengurangi dilengkapi dengan sarana kegiatan yang diijinkan dan tidak menjamin fungsi kawasan
fungsi lindung peresapan air; mengganggu fungsi ≤75%, kecuali lindung, secara bertahap menyesuaikan
kawasan ▪ kegiatan budi daya tidak badan air. pada fungsi dikembalikan pada dengan rencana
terbangun yang memiliki eksisting dan fungsinya, dimana pola ruang
kemampuan tinggi dalam berupa hak pelaksanaannya kawasan
menahan limpasan air milik disesuaikan dengan lindung yang
hujan; kondisi fisik, sosial dan menjadi
▪ mengembangkan wisata ekonomi setempat, dan penampalan
alam dengan syarat tidak kemampuan pemerintah dan masuk
mengubah bentang alam; disertai penggantian yang dalam
dan layak. ketentuan
▪ mengembangkan ▪ Hak atas tanah yang sudah khusus
kegiatan pendidikan dan ada tetap dihormati dan meliputi:
penelitian dengan syarat masih boleh dikuasai o Kawasan
tidak mengubah bentang sepanjang kegiatan dan resapan air
alam penggunaan tanahnya o Kawasan
masih memenuhi rawan
persyaratan dan tidak bencana
mengganggu fungsi o Kawasan
resapan. wisata
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VI-69
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-70
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-71
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-72
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-73
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-74
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-75
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-76
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-77
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-78
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-79
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-80
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-81
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-82
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-83
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-84
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-85
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-86
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-87
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-88
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-89
LAPORAN AKHIR
Ketentuan disinsentif adalah perangkat atau upaya yang diberikan untuk kegiatan
pemanfaatan ruang pada kawasan yang dibatasi pengembangannya. Ketentuan
disinsentif disusun berdasarkan:
1. rencana struktur ruang, rencana pola ruang wilayah kabupaten dan penetapan
kawasan strategis kabupaten;
2. ketentuan umum peraturan zonasi kabupaten; dan
3. peraturan perundang-undangan sektor terkait lainnya.
Ketentuan disinsentif berupa:
4. fiskal berupa pengenaan pajak yang tinggi; dan/atau
5. non fiskal berupa:
a kewajiban memberi kompensasi;
a pensyaratan khusus dalam perizinan;
a kewajiban memberi imbalan; dan/atau
a pembatasan penyediaan sarana dan prasarana.
Pemberian disinsentif dapat berbentuk:
6. Pengenaan pajak yang tinggi yang disesuaikan dengan besarnya biaya yang
dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang dibutuhkan akibat pemanfaatan ruang;
7. Pembatasan penyediaan infrastruktur;
8. Pengenaan kompensasi; dan
9. Penalti.
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-90
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-91
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-92
LAPORAN AKHIR
7. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang diberikan
oleh pejabat yang berwenang;
8. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan persyaratan izin yang diberikan oleh
pejabat yang berwenang; dan/atau
9. pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang dinyatakan oleh
peraturan perundang-undangan sebagai miliki umum.
Setiap orang yang melanggar ketentuan terhadap norma kewajiban dikenakan
sanksi administratif. Sanksi administratif dapat berupa:
1. Peringatan tertulis;
2. Denda administratif;
3. Penghentian sementara kegiatan;
4. Penghentian sementara pelayanan umum;
5. Penutupan lokasi;
6. Pencabutan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang;
7. Pembatalan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang;
8. Pembongkaran bangunan; dan/atau
9. Pemulihan fungsi ruang.
Sanksi administratif dapat dilakukan secara berjenjang dan/atau secara
berjenjang.
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-93
LAPORAN AKHIR
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Bintuni VII-94