Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya pencapaian tujuan penataan ruang melalui
pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan
Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang
sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta
pembiayaannya. Oleh karena itu, perizinan merupakan segala bentuk persetujuan yang
dikeluarkan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang memiliki kewenangan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sehingga, rekomendasi kesesuaian tata
ruang adalah saran/ anjuran pelaksanaan pemanfaatan ruang yang diberikan oleh
pemerintah kepada pihak yang akan menggunakan struktur ruang dan/ atau pola ruang
berdasarkan pertimbangan persyaratan teknis dan persyaratan administratif.
Sesuai pasal 4 Permen ATR Nomor 22 Tahun 2019 tentang Percepatan Perizinan
Pemanfaatan Ruang,, usulan pemanfaatan ruang oleh bupati/walikota atau rekomendasi
kesesuaian tata ruang harus memperhatikan kesesuaian persyaratan teknis dan persyaratan
administratif. Persyaratan teknis adalah hal-hal yang menjadi syarat teknis untuk menjadi
pertimbangan dalam pemberian rekomendasi kesesuaian tata ruang yang meliputi:
• Pertimbangan terhadap kebijakan spasial
• Fisik wilayah
• Sosial kependudukan
• Ekonomi wilayah
• Persebaran ketersediaan dan kebutuhan sarana dan prasarana
• Penguasaan tanah
• Lingkungan hidup
• Pengurangan risiko bencana
Sesuai dengan Pasal 11 Permen ATR Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/ Kota, untuk
mewujudkan percepatan pelayanan perizinan pemanfaatan ruang, diperlukan percepatan
prodsedur penyusunan dan prosedur penetapan RDTR dan PZ kabupaten/kota yang
dilaksanakan dilokasi yang telah ditetapkan oleh Menteri Koordinator yang membidangi
urusan bidang perekonomian.
Izin prinsip dan izin lokasi diberikan berdasarkan rencana tata ruang wilayah
kabupaten/kota. Izin penggunaan pemanfaatan tanah diberikan berdasarkan izin lokasi. Izin
mendirikan bangunan diberikan berdasarkan rencana detail tata ruang dan peraturan zonasi.
Atau dengan kata lain rencana detail tata ruang dan peraturan zonasi sebagai dasar
pemberian izin dan instrumen pengendalian pemanfaatan ruang.
B. Sistem Perdesaan
1. Kawasan perdesaan yang mendukung PPL;
2. Pengembangan kawasan agropolitan yang mendorong tumbuhnya kota pertanian
melalui berjalannya sistem dan usaha agribisnis untuk melayani, mendorong, menarik,
dan memicu perkembangan kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) di wilayah
sekitarnya, berada di Desa Kerta dengan fungsi utama sebagai pusat pengembangan
agrowisata dan Pusat Kawasan Agropolitan Payangan; dan
2) Terminal
a) Terminal Gianyar di Kecamatan Gianyar
(1) trayek Angkutan Kota Dalam Provinsi (AKDP)
• Gianyar - Klungkung - Padang Bai - Amlapura - Batubulan PP;
• Gianyar - Klungkung - Padang Bai - Batubulan PP; dan
• Gianyar - Bangli - Batubulan PP.
(2) trayek angkutan perdesaan (angdes)
• Gianyar - Tampaksiring - Temen PP;
• Gianyar - Ubud - Payangan PP;
• Gianyar - Ubud - Tegallalang - Pujung PP;
• Gianyar - Lebih PP;
• Gianyar - Suwat PP;
• Gianyar - Petak PP;
• Gianyar - Wanayu - Petemon - Sanding PP;
• Gianyar - Bona - Belega - Blahbatuh; dan
• Gianyar - Sidan.
(3) trayek angkutan umum Sarbagita
• Sanur - Padang Galak - Ketewel - Gianyar PP;
• Batubulan - Sukawati - Gianyar PP; dan
• Tabanan - Mengwi - Mambal - Ubud - Gianyar PP.
b) Terminal Batubulan di Kecamatan Sukawati
(1) trayek AKDP dan trayek angkutan perbatasan
Perlu diketahui bahwa Kabupaten Gianyar memiliki kekayaan alam baik alam maupun buatan
yang menjadi daya tarik wisataw untuk berkunjung. Sehingga banyak investor yang ingin
membangun akomodasi wisata di tempat-tempat strategis di Kabupaten Gianyar. Perda
RTRW Kabupaten Gianyar No. 16 Tahun 2012 merupakan dokumen yang digunakan dalam
instrumen pemanfaatan ruang bukan sebagai dokumen perizinan tetapi sebatas memberikan
informasi peruntukan lahan yang ingin digunakan seperti yang telah diamanahkan oleh Pasal
14 UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja tentang muatan ketentuan perizinan yang
diubah menjadi kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang yang adalah kesesuaian antara
rencana kegiatan pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang. Maka dari itu, dalam
muatan RTRW Kabupaten dijelaskan juga arahan pengendalian pemanfaatan ruang berisi
ketentuan umum zonasi, ketentuan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang, ketentuan
insentif dan disinsentif serta arahan sanksi.
Dalam kaitannya dengan potensi alam di Kabupaten Gianyar, sesuai Pasal 104 ayat (3) Perda
RTRW Kabupaten Gianyar No. 16 Tahun 2012, maka Ketentuan Umum Peraturan Zonasi untuk
DTW meliputi:
a. Kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan:
• Pengembangan pariwisata kerakyatan berbasis kearifan lokal dan masyarakat setempat
• Pengembangan wisata alam
• Wisata agro
• Desa wisata
• Wisata petualangan
• Wisata budaya
• Wisata kesenian berbasis ekowisata
• Perlindungan situs warisan budaya setempat
• Perlindungan terhadap lahan sawah beririgasi
b. Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi pengembangan fasilitas penunjang
pariwisata seperti jasa pelayanan makan dan minum dan akomodasi wisata dengan
intensitas yang disesuaikan dengan karakter DTW;
c. Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan selain yang diperbolehkan dan
diperbolehkan bersyarat yang dapat mengganggu fungsi utama DTW;
d. Penerapan intensitas pemanfaatan ruang pada DTW meliputi penerapan ketentuan kDB
paling tinggi 40% (empat puluh) persen, ketinggian bangunan paling tinggi 2 (dua) lantai,
dan KDH paling rendah 10% (sepuluh) persen;
e. Penyediaan prasarana dan sarana paling rendah meliputi:
• Fasilitas dan infrastruktur bertaraf internasional pendukung kegiatan pariwisata;
• Akomodasi wisata bertaraf internasional di DTW;
1.4 Peraturan Daerah Kabupaten Gianyar Nomor 7 Tahun 2015 tentang Rencan
Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Tahun 2015-2019
Rencana Induk pembangunan Kepariwisataan Daerah yang selanjutnya disebut RIPPARDA
Kabupaten Gianyar adalah rumusan pokok-pokok kebijakan pemabngunan kepariwisataan
ayng meliputi perencanaan pembangunan industri pariwisata, destinasi pariwisata,
pemasaran dan kelembagaan kepariwisataan.
Penyusunan RIPPARD Kabupaten Gianyar dimaksudkan untuk memberikan acuan dan dasar
hukum bagi pembangunan kepariwisataan daerah dalam jangka panjang kurun waktu 2015-
2029 mendatang yang meliputi pembangunan: Destinasi Pariwisata Daerah Kabupaten
Gianyar; Pemasaran Pariwisata Daerah Kabupaten Gianyar; Industri Pariwisata Daerah
Kabupaten Gianyar; dan kelembagaan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Gianyar. Disamping
itu, untuk menjaminketerpaduan dan kesinambungan pembangunan kepariwisataan di
Kabupaten Gianyar yang berkelanjutan.
Kaitannya dengan delineasi lokasi studi kelayakan yang berada di Desa Taro Kecamatan
Tegallalang, sesuai arah kebijakan pembangunan DTW, meliputi:
• Kebijakan pengembangan Zona Pengembangan Wisata Alam (flora dan fauna) yang berada
di Desa Kerta, Padang Tegal (Monkey Forest), Desa Petulu Ubud (kokokan), dan Desa Taro
(lembu putih)
• DTW Buatan yaitu Wisata gajah di Desa Taro
• DTW Wisata Budaya yaitu Lingkungan Pura Gunung Raung dan Desa Wisata Taro
1.6 Peraturan Bupati Gianyar Nomor 30 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas
Peraturan Bupatu Nomor 42 Tahun 2016 tentang Penataan dan Pengendalian
Usaha Akomodasi Pariwisata
Usaha akomodasi pariwisata adalah usaha untuk menyediakan jasa pelayanan penginapan
yang dapat dilengkapi dengan pelayanan makan dan minum serta jasa lainnya. Usaha
akomodasi pariwisata harus memenuhi persyaratan administrasi berupa perizinan yang
dikeluarkan oleh Bupati atau Pejabatn yang ditunjuk dengan melampirkan:
• Rekomendasi dari Tim Teknis Terpadu
• Kajian lingkungan (AMDAL dab/atau UKL/UPL)
• Persetujuan prinsip membangun/izin pemanfaatan ruang
• Sertifikat Laik Fungsi (SLF) bangunan
• Izin mendirikan bangunan (IMB)
• Surat Izin tempat Usaha (SITU)
• Rekomendasi laik sehat
• Tanda Daftar Usaha Pariwisata (TDUPD)
1.7 Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 8 Tahun 2015 tentang Arahan Peraturan
Zonasi Sistem Provinsi
Peraturan zonasi adalah ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang
dan ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk setiap blok/zona peruntukan yang
penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang. Arahan Peraturan Zonasi Sistem Provinsi,
yang selanjutnya disebut Arahan Peraturan Zonasi adalah arahan ketentuan yang harus, boleh
dan tidak boleh dilaksanakan pada zona pemanfaatan ruang sesuai indikasi arahan zonasi
sistem Provinsi yang ditetapkan dalam rencana tata ruang wilayah Provinsi
Sesuai Pasal 100 Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 8 Tahun 2015 tentang Arahan
Peraturan Zonasi Sistem Provinsi, arahan peraturan zonasi DTW meliputi:
1. Kegiatan yang diperbolehkan, meliputi:
• Bangunan dan lansekap penunjang tema DTW bersangkutan;
• Kawasan permukiman setempat yang telah ada;
• Kawasan peruntukan lainnya baik budidaya dan lindung yang telah berkembang secara
harmonis di kawasan setempat;dan
• Pengembangan pariwisata kerakyatan berbasis kearifan lokal dan masyarakat
setempat.
2. Kegiatan yang tidak diperbolehkan dengan syarat, meliputi:
• Pengembangan fasilitas penunjang pariwisata, agrowisata, ekowisata dan desa wisata;
• Pengembangan usaha penyediaan akomodasi wisata kerakyatan atau usaha
penyediaan akomodasi wisata berkualitas lainnya dengan pelibatan masyarakat
setempat;
• Pengembangan usaha penyediaan akomodasi wisata kerakyatan secara campuran
dalam kawasan permukiman perdesaan;
• Fasilitas penunjang pariwisata;
• Industri kecil rumah tangga;dan
• Fasilitas penunjang permukiman lainnya.
3. Kegiatan yang tidak diperbolehkan, meliputi kegiatan pertambangan dan industri yang
menimbulkan polusi, dan kegiatan lainnya yang tidak sesuai dengan peruntukan kawasan