BAB 7
KETENTUAN
PENGENDALIA
N
7.1. Arahan Peraturan Zonasi
7.2. Arahap Perizinan
7.3. Arahan Insentif dan Disinsentif
7.4. Arahan Pemberian Sanksi
7.5. Peran Serta Masyarakat
7.6. Ketentuan Penyidikan
7.7. Ketentuan Pidana
7.8. Kelembagaan
VII-1
7.1. ARAHAN PERATURAN ZONASI
Peraturan zonasi merupakan ketentuan yang mengatur pemanfaatan ruang dan
unsur-unsur pengendalian yang disusun untuk setiap zona peruntukan sesuai dengan
rencana rinci tata ruang. Peraturan zonasi berisi ketentuan yang diijinkan, terbatas,
bersyarat, dan tidak diijinkan dilaksanakan pada zona pemanfaatan ruang yang dapat terdiri
atas ketentuan tentang amplop ruang (koefisien dasar ruang hijau, koefisien dasar
bangunan, koefisien lantai bangunan, dan garis sempadan bangunan), penyediaan sarana
dan prasarana, serta ketentuan lain yang dibutuhkan untuk mewujudkan ruang yang aman,
nyaman, produktif, dan berkelanjutan. Peraturan zonasi berfungsi sebagai:
a. Perangkat operasional pengendalian pemanfaatan ruang;
b. Acuan dalam pemberian izin pemanfaatan ruang, termasuk di dalamnya air right
development dan pemanfaatan ruang di bawah tanah;
c. Acuan dalam pemberian insentif dan disinsentif;
d. Acuan dalam pengenaan sanksi; dan
e. Rujukan teknis dalam pengembangan atau pemanfaatan lahan dan penetapan lokasi
investasi.
Peraturan zonasi bermanfaat untuk :
a. Menjamin dan menjaga kualitas ruang KSP minimal yang ditetapkan;
b. Menjaga kualitas dan karakteristik zona dengan meminimalkan penggunaan lahan
yang tidak sesuai dengan karakteristik zona; dan
c. Meminimalkan gangguan atau dampak negatif terhadap zona.
Peraturan zonasi memuat materi wajib yang meliputi ketentuan kegiatan dan
penggunaan lahan, ketentuan intensitas pemanfaatan ruang, ketentuan tata bangunan,
ketentuan prasarana dan sarana minimal, ketentuan pelaksanaan, dan materi pilihan yang
terdiri atas ketentuan tambahan, ketentuan khusus, standar teknis, dan ketentuan
pengaturan zonasi.
7.1.1.4. Arahan Peraturan Zonasi untuk Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air
dan Irigasi
Arahan peraturan zonasi untuk sistem prasarana sumber daya air dan jaringan irigasi
meiputi:
7.3.2. DISINSENTIF
Disinsentif diberikan untuk kegiatan pemanfaatan ruang pada kawasan yang dibatasi
pengembangannya, dengan tetap menghormati hak orang sesuai ketentuan perundangan
yang berlaku. Disinsentif dapat berupa disinsentif fiskal dan/atau disinsentif non fiskal.
a. Disinsentif fiskal berupa pengenaan pajak yang tinggi.
b. Disinsentif non fiskal berupa : kewajiban memberi kompensasi; persyaratan khusus
dalam perizinan; kewajiban memberi imbalan; dan/atau pembatasan penyediaan
sarana dan prasarana.
Disinsentif dapat diberikan oleh Pemerintah kepada Pemerintah Daerah, Pemerintah
Daerah kepada Pemerintah Daerah lain, dan Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah
kepada masyarakat.
a. Disinsentif dari Pemerintah kepada Pemerintah Daerah dapat berupa :
(1) Persyaratan khusus dalam perizinan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang
diberikan oleh Pemerintah.
(2) Pembatasan penyediaan prasarana dan sarana di daerah.
(3) Pemberian status tertentu dari Pemerintah.
b. Disinsentif dari Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Daerah lain, dapat berupa :
(1) Pengajian pemberian kompensasi dari Pemerintah Daerah pemberi manfaat
kepada daerah penerima manfaat.
(2) Pembatasan penyediaan sarana dan prasarana.
(3) Persyaratan khusus dalam perizinan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang
diberikan oleh Pemerintah Daerah pemberi manfaat kepada investor yang berasal
dari daerah penerima manfaat.
c. Disinsentif dari Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah kepada masyarakat, dapat
berupa :
(1) Kewajiban memberikan kompensasi.
(2) Persyaratan khusus dalam perizinan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang
diberikan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
(3) Kewajiban memberikan imbalan.
(4) Pembatasan penyediaan sarana dan prasarana.
(5) Persyaratan khusus dalam perizinan.
Mekanisme pemberian disinsentif diatur sebagai berikut :
a. Mekanisme pemberian disinsentif yang berasal dari Pemerintah Daerah Provinsi diatur
dengan peraturan gubernur.
b. Mekanisme pemberian disinsentif yang berasal dari Pemerintah Daerah Kota diatur
dengan peraturan walikota.
c. Mekanisme pemberian disinsentif dari Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Daerah
lainnya, diatur berdasarkan kesepakatan bersama antar daerah yang bersangkutan.
Pemberian disinsentif ditujukan untuk mencegah terjadinya pembangunan ke lokasi
yang tidak ingin dikembangkan.
Disinsentif diberikan kepada :
a. Semua pihak yang melakukan pembangunan yang tidak sesuai dengan ketentuan
rencana tata ruang; antara lain penyimpangan KDB, KLB, GSB.
Disinsentif diberikan dalam bentuk pengetatan perizinan; pengenaan denda atas
pelanggaran (catatan : denda tidak menghapuskan kesalahan yang telah dilakukan.
b. Pemilik kaveling yang melakukan alih fungsi pemanfaatan ruang tanpa melalui proses
perizinan yang sah. Misalnya kaveling perumahan yang dalihfungsikan menjadi komersial
yang mengakibatkan kemacetan lalu lintas karena ketersediaan tempat parkir di dalam
kaveling tidak mencukupi sehingga pengunjung terpaksa memarkir kendaraannya di tepi
jalan.
Disinsentif diberikan dalam bentuk pemberlakukan retribusi parkir yang tinggi bagi parkir
di luar kaveling, untuk memaksa pemilik kaveling menyediakan tempat parkir sendiri di
dalam tapaknya.
c. Pengembang yang melakukan pembangunan tidak sesuai dengan site plan yang telah
disahkan. Misalnya dengan membangun lokasi yang semula direncanakan untuk RTH
menjadi perumahan atau komersial, sehingga luas RTH menjadi lebih kecil.
Disinsentif diberikan dalam bentuk pengetatan perizinan pembangunan; pembatasan
penyediaan infrastruktur (air bersih, jalan, jaringan listrik, jaringan telepon, saluran
drainase) pada lokasi yang dialihfungsikan.
d. Semua pihak yang membangun tanpa izin yang sah, di lokasi yang tidak diperuntukkan
bagi bangunan-bangunan. Misalnya membangun di daerah sempadan sungai, daerah
sempadan pantai, sempadan danau.
Disinsentif diberikan dalam bentuk pembatasan sampai pelarangan pemasangan
infrastruktur (air bersih, jalan, jaringan listrik, jaringan telepon, saluran drainase) pada
lokasi bersangkutan.
e. Pemilik kavling yang pemanfaatan ruangnya tidak sesuai lagi dengan rencana tata ruang
setelah disahkannya Rencana Strategis Kawasan Bandar Udara Blimbingsari dan
Peraturan Zonasinya.
Untuk mengendalikan pengembangan yang dilakukan oleh pemilik kaveling (pemilik
kaveling masih diizinkan melakukan pengembangan sampai batas kaveling yang
dikuasainya, tetapi dilarang melakukan pembebasan lahan untuk memperluas kegiatan
usahanya), perlu diberlakukan disinsentif berupa pengetatan perizinan pembangunan di
dalam lokasi kaveling yang dikuasainya.
7.8. KELEMBAGAAN
Penataan ruang di tingkat kabupaten/kota adalah menjadi tanggung jawab
bupati/walikota, dimana dalam menjalankan tugasnya bupati/walikota membentuk BKPRD
Kabupaten/Kota. Ketentuan mengenai BKPRD Kabupaten/Kota merujuk pada Peraturan
Menteri Dalam Negeri No. 50 Tahun 2009 tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang
Daerah. Dengan demikian dalam sistem penataan ruang di daerah, BKPRD merupakan
lembaga yang mengkoordinasikan penataan ruang.