Anda di halaman 1dari 51

BAB 5

RENCANA POLA
RUANG
5.1. Konsep Pengembangan
5.2. Rencana Pola Ruang Kawasan Inti
5.3. Rencana Pola Ruang Kawasan Penyangga
Dalam merencanakan kawasan strategis kabupaten, berdasarkan Pedoman
Penyusunan Rencana Kawasan Strategis dalam pembagian ruangnya terbagi menjadi
kawasan inti dan kawasan penyangga. Kawasan inti dapat ditetapkan dengan kriteria
kawasan tersebut merupakan objek utama perencanaan atau pembangunan dan/atau
berada di wilayah daratan dan/atau wilayah perairan. Sedangkan, kawasan penyangga
ditetapkan dengan kriteria sebagai berikut :
a. Kawasan tersebut merupkan kawasan yang memiliki pengaruh, pelindung, dan
berdampak langsung terhadap kawasan inti
b. Memiliki radius tertentu dari batas terluar kawasan inti
c. Berada di wilayah daratan dan/atau wilayah perairan

5.1 KONSEP PENGEMBANGAN


Konsep pengembangan untuk Kawasan Agropolitan Sembalun melingkupi kegiatan
pada saat persiapan lahan, proses kegiatan, pasca kegiatan, hingga penunjang-
penunjangnya. Dalam mendukung pengembangan Kawasan Agropolitan Sembalun, terbagi
menjadi beberapa rencana, seperti pada gambar berikut :

Pengembangan Kawasan
Agropolitan Sembalun

Rencana Rencana Rencana


Pengembangan Sub Sistem Sub Sistem
Lahan Pra Produksi Produksi

Rencana Rencana
Sub Sistem Sub Sistem
Pasca Produksi Penunjang

Gambar 5.1. Rencana Pengembangan Kawasan Agropolitan Sembalun

Sumber: Hasil Rencana, 2018


1. Rencana Pengembangan Lahan
Rencana pengembangan lahan terdiri dari :
a. Pola pemanfaatan lahan
b. Peningkatan kualitas lahan
c. Pengembangan kawasan :
Keterpaduan sistem pengembangan kawasan agropolitan dapat diterapkan
melalui konsep lokalitas pertanian dengan melakukan rekayasa wilayah yang
tidak terlalu luas, dengan cara:
 Membentuk satu pusat koleksi distribusi dengan beberapa tempat jual beli
untuk hasil bumi dan dibentuk lokasi-lokasi untuk mengecerkan sarana
produksi dan alat-alat pertanian;
 Membangun dan atau memperbaiki prasarana jalan yang menghubungkan
sentra produksi dengan tempat koleksi dan distribusi;
 Membentuk lokasi pengujian lokal untuk memperoleh cara-cara bertani yang
paling menguntungkan;
 Menyediakan dan memberdayakan penyuluh pertanian;
 Menyediakan lembaga permodalan, baik berupa bank maupun lembaga
keuangan lainnya.
2. Rencana Sub Sistem Pra Produksi
Rencana pengembangan agribis pada sub sistem pra produksi di Kawasan
Agropolitan Sembalun meliputi perencanaan pembenihan, pemupukan, serta
perencanaan mesin atau alat-alat produksi pertanian. Untuk mempermudah
akesebilitas petani dalam rangka mendapatkan benih tanaman, perlu dibangun balai
penelitian dan pembenihan tanaman. Keberadaan balai ini akan memegang peranan
penting dalam rangka penyediaan benih serta penelitian tanaman sehingga
diharapkan dengan adanya balai ini petani tidak mengalami kesulitan dalam
mendapatkan benih serta mampu dihasilkan benih tanaman baru yang mempunyai
kualitas yang lebih baik. Pada wilayah desa yang lokasinya jauh dari ibukota
kecamatan, pengadaan benih dapat diperoleh dari Koperasi Unit Desa (KUD), yang
ada di wilayah desa tersebut. Perencanaan pembenihan dapat dilakukan dengan
mengoptimalkan fungsi kios-kios pertanian yang ada di ibukota kecamatan terutama
pada aspek distribusi barang ke petani.
Hasil pertanian organik mempunyai nilai jual yang tinggi serta diminati oleh
banyak konsumen. Sehingga untuk menunjang komoditas pertanian yang bersifat
organik, perlu didukung penggunaan pupuk organik oleh petani. Pemanfaatan pupuk
organik lebih menguntungkan daripada penggunaan pupuk anorganik meskipun pada
saat ini lebih banyak petani yang menggunakan pupuk anorganik daripada pupuk
organik. Untuk menjaga ketersediaan pupuk perlu dibuat gudang pupuk.
Mesin dan alat pertanian modern diperlukan dalam menunjang efisiensi dan
efektifitas pengolahan tanah. Perencanaan mesin dan alat pertanian perlu dilakukan
kerjasama dengan perguruan tinggi atau instansi lain.

Tabel 5.1. Rencana Pengembangan Sub Sistem Pra Produksi di Kawasan Agropolitan
Sembalun
NO ASPEK RENCANA
.
1. Benih - Balai penelitian dan pembenihan
- Informasi benih terbaru dengan kualitas dan
harga yang terjangkau dari PPL kepada petani.
- Penyediaan benih tanaman pada Koperasi Unit
Desa (KUD).
- Pengoptimalan fungsi kios pertanian dalam
penyediaan benih tanaman.
2. Pupuk - Pemanfaatan dan pengusahaan pupuk organik
untuk meningkatkan nilai tambah produksi
pertanian.
- Pembuatan gudang pupuk.
3. Mesin dan Alat - Pengusahaan alat-alat pertanian modern yang
Pertanian mempermudah dalam proses pengolahan tanah
dan tanaman
Sumber: Hasil Rencana, 2018

3. Rencana Sub Sistem Produksi


Pengembangan sub sistem produksi merupakan kegiatan yang menggunakan
barang modal dan sumberdaya alam untuk menghasilkan produk pertanian.
Pengembangan sub sistem ini meliputi aspek teknologi pengolahan tanah, sistem
irigasi, serta pemasaran hasil produksi pertanian.
Bentuk rencana pada aspek pengolaan tanah adalah dengan pengenalan
teknologi pengolahan tanah yang efektif dan efisien, serta memperhatikan daya
dukung lingkungan disekitarnya, sehingga akan mempermudah dalam proses bertani
(on farm) itu sendiri. Pengenalan teknologi kepada petani melalui pemberian
informasi dari petugas penyuluh lapang yang ada di wilayah tersebut.
Perencanaan pada aspek irigasi berupa pengoptimalan fungsi dan kinerja
Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA) yang ada pada tiap wilayah desa. Hal ini
bertujuan untuk menjaga dan mengatur ketersediaan air irigasi pada lahan pertanian.
Perencanaan pada aspek pemasaran hasil produksi pertanian berupa
pembangunan sarana pemasaran serta strategi pemasaran yang tepat.
Pembangunan sarana pemasaran komoditas pertanian diperlukan dalam rangka
melokalisir petani, penjual, dan konsumen. Sarana pemasaran yang dimaksud
adalan Pasar Agribis, dimana pasar ini tidak hanya berorientasi pada keuntungan
(profit oriented) tetapi juga mendorong pengembangan pertanian. Disamping
perencanaan sarana pemsaran, juga harus didukung oleh strategi pemasaran yang
tepat, misalnya penentuan rotasi tanaman untuk menghindari turunnya harga
komoditas pertanian.

Tabel 5.2. Rencana Pengembangan Sub Sistem Produksi di Kawasan Agropolitan


Sembalun
NO ASPEK RENCANA
.
1. Teknologi pengolahan - Pengenalan teknologi pengolahan tanah yang
tanah efektif, efisien, dan memperhatikan daya dukung
lingkungan disekitarnya.
2. Irigasi - Mengoptimalkan fungsi dan kinerja HIPPA dalam
rangka mengelola sumberdaya air sebagai irigasi
lahan pertanian.
3. Pemasaran - Pembangunan sarana pemasaran komoditas
pertanian yang berorientasi pada pengembangan
komoditas pertanian (Pasar Agribis).
- Strategi pemasaran berdasarkan rotasi tanaman
untuk menghindari turunnya harga komoditas.
Sumber: Hasil Rencana, 2018

4. Rencana Sub Sistem Pasca Produksi


Pengembangan agribis pada sub sistem pasca produksi merupakan kegiatan
pengolahan hasil pertanian. Rencana yang dikembangkan adalah pengembangan
industri kecil, pengadaan teknologi, serta strategi pemasaran hasil produksi.
Pengembangan industri kecil yang mengolah hasil produksi pertanian khususnya
hortikultura yang berupa sayuran dan buah-buahan dimulai dari beberapa wilayah
desa yang akan dijadikan inti (core), yang diharapkan akan berkembang pada
wilayah lain disekitarnya (cluster). Dari beberapa cluster akan membentuk inti baru
yang dapat mengembangkan wilayah disekitarnya dan seterusnya, sehingga akan
terbentuk kawasan industri kecil.
Untuk mendukung berkembangnya industri kecil perlu diupayakan pengadaan
teknologi pengolahan hasil pertanian yang tepat guna dan mempunyai efisiensi yang
besar, sehingga diharapkan akan meningkatkan kualiotas dan kuantitas hasil industri
kecil.
Dalam pengembangan industri kecil perlu didukung dengan pemasaran dan
permodalan. Strategi pemasaran dapat dibentuk melalui jaringan pemasaran baru
atau mengikuti pola jaringan pemasaran yang telah ada. Permodalan perlu
diupayakan dalam rangka pengembangan industri kecil.

Tabel 5.3. Rencana Pengembangan Sub Sistem Pasca Produksi di Kawasan Agropolitan
Sembalun
NO ASPEK RENCANA
.
1. Pengembangan Industri - Pengembangan industri kecil pengolah hasil
Kecil Pengolah Hasil produksi pertanian, khususnya hortikultura
Pertanian (sayuran, buah-buahan).
- Pengadaan teknologi pengolahan hasil pertanian.
- Pengadaan permodalan yang lunak dan ringan
dalam rangka mengembangkan industri kecil.
- Strategi pemasaran hasil industri kecil yang tepat
melalui pembentukan jaringan pemasaran.
- Peningkatan sumberdaya masyarakat dalam
mengolah hasil pertanian.
Sumber: Hasil Rencana, 2018

5. Rencana Sub Sistem Penunjang


Pengembangan sub sistem usaha penunjang adalah bagian akhir yang
merupakan sub sistem jasa bagi sub sistem agribisnis hulu, sub sistem usahatani
dan sub sistem agribisnis hilir yang meliputi : penelitian dan pengembangan,
perkreditan dan asuransi, transportasi dan dukungan kebijaksanaan pemerintah
(mikro ekonomi, tata ruang, makro ekonomi). Arahan perencanaan pengembangan
sub sistem penunjang seperti berikut :

Tabel 5.4. Rencana Pengembangan Sub Sistem Penunjang di Kawasan Agropolitan Sembalun
NO ASPEK RENCANA
.
1. Informasi - Perencanaan pusat informasi agribisnis dan pariwisata
(tourism information)
2. Kredit - Penyiapan lembaga keuangan yang membantu
permodalan bagi masyarakat petani dan bagi
pengembangan industri kecil (KUD, KSP, dll)
- Permodalan bagi petani dan masyarakat dengan sistem
ringan dan lunak.
3. Kebijakan pemerintah - Rencana makro pengembangan agribis
kota - Dukungan Pemerintah dalam mencari investor baik yang
berskala nasional maupun investor asing khususnya
untuk pengembangan potensi pertanian dan agribisnis,
sehingga bisa meningkatkan perekonomian dan
pendapatan daerah
4. Pendidikan, pelatihan - Pelatihan staf perintis, pembimbing, dan pengawas
pelaksanaan industri kecil pengolah hasil pertanian.
- Pelatihan pada masyarakat terkait dengan
pengembangan industry kecil di kawasan agropolitan.
Sumber: Hasil Rencana, 2018
5.2 RENCANA POLA RUANG PADA KAWASAN INTI
Kawasan inti dalam rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten agropolitan
Sembalun berada di Desa Sembalun Lawang, Desa Sembalun Bumbung, Desa Sembalun
Timba Gading, dan Desa Sembalun. Desa-desa tersebut akan dijadikan pusat kegiatan
agropolitan Sembalun yang terdiri dari kegiatan produksi/panen dan pengolahan hasil panen
serta kegiatan-kegiatan lain yang direncanakan berada di kawasan inti. Komoditas unggulan
di Kawasan Agropolitan Sembalun terdiri dari komoditas bawang putih, padi, kopi, vanili, dan
mente.
Berikut merupakan peta rencana pola ruang, kawasan inti dan penyangga
Agropolitan Sembalun.

A. ZONA LINDUNG
Zona lindung yang terdapat di kawasan inti yaitu hutan lindung, sempadan sungai,
sempadan waduk, RTH (taman), suaka alam, dan cagar budaya. Luasan peruntukan zona
lindung pada kawasan inti BWP KSK Agropolitan Sembalun dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.5. Zona Lindung di Kawasan Inti Agropolitan Sembalun


KODE SUB_ZONA LUAS (HA) LOKASI
HL Hutan Lindung 10,20 Desa Sembalun Lawang
HL Hutan Lindung 149,15 Desa Sembalun
HL Hutan Lindung 4,81 Desa Sembalun Timba Gading
HL Hutan Lindung 51,51 Desa Sembalun Lawang
HL Hutan Lindung 1318,92 Desa Sembalun Bumbung
HL Hutan Lindung 176,58 Desa Sembalun Lawang
HL Hutan Lindung 0,01 Desa Sembalun Bumbung
PS-2 Sempadan Sungai 0,42 Desa Sembalun Bumbung
PS-2 Sempadan Sungai 0,22 Desa Sembalun Bumbung
PS-2 Sempadan Sungai 0,25 Desa Sembalun Bumbung
PS-2 Sempadan Sungai 0,34 Desa Sembalun Lawang
PS-2 Sempadan Sungai 4,37 Desa Sembalun
PS-2 Sempadan Sungai 0,01 Desa Sembalun
PS-2 Sempadan Sungai 0,47 Desa Sembalun Timba Gading
PS-2 Sempadan Sungai 0,45 Desa Sembalun Timba Gading
PS-2 Sempadan Sungai 1,09 Desa Sembalun Timba Gading
PS-2 Sempadan Sungai 0,94 Desa Sembalun Lawang
PS-2 Sempadan Sungai 0,50 Desa Sembalun Lawang
PS-2 Sempadan Sungai 0,63 Desa Sembalun Lawang
PS-2 Sempadan Sungai 0,11 Desa Sembalun Lawang
PS-2 Sempadan Sungai 1,30 Desa Sembalun Bumbung
PS-2 Sempadan Sungai 0,49 Desa Sembalun Bumbung
PS-2 Sempadan Sungai 0,76 Desa Sembalun Timba Gading
KODE SUB_ZONA LUAS (HA) LOKASI
PS-2 Sempadan Sungai 0,33 Desa Sembalun Lawang
PS-2 Sempadan Sungai 1,07 Desa Sembalun
PS-2 Sempadan Sungai 3,44 Desa Sembalun
PS-2 Sempadan Sungai 2,09 Desa Sembalun Timba Gading
PS-3 Sempadan Waduk 3,55 Desa Sembalun Lawang
PS-3 Sempadan Waduk 0,00 Desa Sembalun Lawang
RTH-1 Taman 1,31 Desa Sembalun Bumbung
RTH-1 Taman 1,03 Desa Sembalun
RTH-1 Taman 3,27 Desa Sembalun Bumbung
SC-1 Suaka Alam 770,49 Desa Sembalun Bumbung
SC-1 Suaka Alam 2686,67 Desa Sembalun Timba Gading
SC-1 Suaka Alam 3388,47 Desa Sembalun Lawang
SC-1 Suaka Alam 933,79 Desa Sembalun
SC-1 Suaka Alam 1,12 Desa Sembalun Timba Gading
SC-1 Suaka Alam 0,01 Desa Sembalun Bumbung
SC-2 Cagar Budaya 0,57 Desa Sembalun Lawang
SC-2 Cagar Budaya 0,61 Desa Sembalun Bumbung
TOTAL LUAS 12323,40
Sumber: Hasil Rencana, 2018

5.2.1 HUTAN LINDUNG (HL)


Zona hutan lindung berdasarkan Peraturan Menteri PU No.20/PRT/M/2011
menyebutkan zona hutan lindung adalah peruntukan ruang yang merupakan bagian dari
kawasan lindung yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga
kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi
air laut, dan memelihara kesuburan tanah. Luas total zona hutan lindung (HL) di Kawasan
Inti Agropolitan Sembalun sebesar 1718,17 Ha.

Tabel 5.6. Hutan Lindung di Kawasan Inti Agropolitan Sembalun


SBWP Blok Luas (Ha) Lokasi
A A-1 1318,92 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 0,01 Desa Sembalun Bumbung
B B-5 10,20 Desa Sembalun Lawang
B B-3 51,51 Desa Sembalun Lawang
B B-3 176,58 Desa Sembalun Lawang
C C-3 4,81 Desa Sembalun Timba Gading
D D-2 149,15 Desa Sembalun
 TOTAL LUAS 1718,17 
Sumber: Hasil Rencana, 2018

Rencana pengelolaan kawasan hutan dilakukan antara lain dengan:


1. Menyusun dan menetapkan aturan dan kebijakan yang ketat yang mengatur terkait
batasan kegiatan, pemanfaatan dan fungsi kawasan lindung, yang bertujuan
mencegah dan menangkal peralihan fungsi lahan hutan;
2. Memantau dan mengendalikan kegiatan di dalam dan di sekitar kawasan hutan agar
tidak terjadi alih fungsi lahan;
3. Menetapkan sebagai daerah resapan air untuk perlindungan setempat;
4. Memberdayakan masyarakat dalam kegiatan perlindungan hutan meliputi
pembentukkan kelompok masyarakat sadar hutan, sosialisasi rencana pemanfataan
hutan (renstra) yang dilaksanakan pihak perhutani, sosialisasi aturan dan sanksi
penebangan liar; dan
5. Mengolah hutan dengan melibatkan msyarakat berupa sistem tumpang sari.

5.2.2 PERLINDUNGAN SETEMPAT (SEMPADAN SUNGAI)


Zona perlindungan setempat merupakan peruntukan ruang yang merupakan bagian
dari zona lindung yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan terhadap sempadan
pantai, sempadan sungai, dan sempadan mata air. Penetapan garis sempadan sungai
bertujuan :
1. Agar fungsi sungai termasuk danau dan waduk tidak terganggu oleh aktifitas yang
berkembang disekitarnya;
2. Agar kegiatan pemanfaatan dan upaya peningkatan nilai manfaat sumber daya yang
ada di sungai dapat memberikan hasil secara optimal sekaligus menjaga fungsi
sungai;dan
3. Agar daya rusak air terhadap sungai dan lingkungannya dapat dibatasi.
Mengacu kepada Peraturan Menteri PU No. 63/PRT/1993, maka rencana perlindungan
setempat sempadan sungai di BWP KSK Agropolitan Sembalun meliputi:
1. Penetapan garis sempadan sungai yang terdiri atas :
 Sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan ditetapkan sekurang-kurangnya 3
(tiga) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul;
 Sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan terdiri dari :
 Pada sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 2 meter, garis
sempadan sungai sekurang-kurangnya 10 meter dihintung dari tepi sungai
pada waktu ditetapkan.
 Pada sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 2 meter sampai dengan
20 meter, garis sempadan sungai ditetapkan sekurang-kurangnya 15 meter
dihintung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.
 Pada sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 20 meter, garis
sempadan sungai ditetapkan sekurang-kurangnya 30 meter.
 Sungai yang terpengaruh pasang surut air laut, garis sempadan ditetapkan
sekurang-kurangnya 100 meter dari tepi sungai dan berfungsi sebagai jalur
hijau.
2. Pemanfaatan lahan di daerah sempadan dapat dilakukan oleh masyarakat untuk
kegiatan-kegiatan tertentu yang terdiri atas :
 Untuk budidaya pertanian dengan jenis tanaman yang diijinkan.
 Untuk kegiatan penggalian dan penimbunan.
 Untuk pemasangan papan reklame, papan penyuluhan dan peringatan, serta
rambu-rambu pekerjaan.
 Untuk pemasangan rentangan kabel listrik, kabel telepon dan pipa air minum.
 Untuk pemancangan tiang atau pondasi prasarana jalan/jembatan.
 Untuk penyelenggaraan kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial dan masyarakat
yang tidak menimbulkan dampak merugikan bagi kelestarian dan keamanan fungsi
serta fisik sungai.
 Untuk pembangunan prasarana lalu lintas air dan bangunan pengambilan dan
pembuangan air.
3. Pada daerah sempadan, masyarakat dilarang melakukan aktifitas :
 Membuang sampah, limbah padat dan atau cair.
 Mendirikan bangunan permanen untuk hunian dan tempat usaha.
4. Pemanfaatan sempadan sungai dapat dilakukan kegiatan budidaya, namun tetap
memperhatikan aspek kelestarian lingkungan;
5. Pada masing-masing sempadan sungai diarahkan untuk menyediakan lahan yang
dimanfaatkan sebagai taman minimal 10% dari lebar sempadan.
6. Instansi yang berwenang dalam pengelolaan kawasan sempadan sungai tersebut
dikoordinasikan oleh Kepala Daerah/Bupati, Bappeda, Bina Marga dan Pengairan
dan Dinas PU.
Sesuai dengan kondisi wilayah perencanaan BWP KSK Agropolitan Sembalun yang
berada di lereng Gunung Rinjani, menyebabkan wilayah tersebut banyak dialiri oleh sungai,
baik yang bersifat Sungai Tetap dan Sungai Musiman. Berdasarkan arah aliran sungainya,
aliran air sungai tersebut ada yang bergerak dari lereng Gunung Rinjani menuju ke arah
utara dan selatan wilayah perencanaan.
Sungai-sungai ini menjadi sumber pengairan areal persawahan yang dialirkan
menuju saluran irigasi yang terdapat di hampir wilayah desa-desa yang ada di Kecamatan
Sembalun. Aliran sungai dan irigasi tersebut sangat bermanfaat.
Aturan yang diberlakukan untuk kondisi ini adalah sungai pada kawasan permukiman
harus ditanggul dan ditetapkan garis sempadannya 3 – 5 meter tergantung dari besar
kecilnya sungai, sedangkan sungai yang diluar kawasan permukiman ditetapkan garis
sempadan sungai berkisar antara 10 - 30 meter tergantung dari kedalaman sungai, seperti
yang tampak pada gambar berikut ini:

Gambar 5.2. Garis Sempadan Sungai Pada Kawasan Terbangun

Keterangan:
A : Kawasan yang Diperkenankan Untuk Bangunan.
B : Kawasan Konservasi Sungai Pada Kawasan Terbangun, diantaranya :
- Konservasi Sungai diarahkan sekitar 3-5 meter (harus ditanggul)
- Diupayakan ada jalan yang berfungsi sebagai pembatas antara kawasan konservasi dengan
kawasan terbangun.
- Diberikan jalan inspeksi, dan diusahakan orientasi rumah menghadap ke sungai.
- Jika tidak ada jalan inspeksi, maka perlu diberi tanda khusus pada batas sempadan sungai.
- Jenis tanaman yang dikembangkan pada kawasan sempadan, sungai yaitu tanaman keras
dengan jenis pengakaran yang kuat dan mampu mengingkat tanah sehingga dapat
mengurangi erosi sungai.
Gambar 5.3. Garis Sempadan Sungai Pada Luar Kawasan Terbangun

Keterangan:
A : Kawasan yang diperkenankan untuk budidaya pertanian
B : Merupakan kawasan bantaran sungai yang harus dikonservasi untuk menghindari erosi,
longsor dll dan tidak diperkenankan untuk bangunan, dengan sempadan sungai sekitar
10 – 30 meter tergantung kedalaman sungai.

Tabel 5.7. Sub Zona Sempadan Sungai di Kawasan Inti Agropolitan Sembalun
SBWP BLOK LUAS (HA) LOKASI
A A-2 0,42 Desa Sembalun Bumbung
A A-3 0,22 Desa Sembalun Bumbung
A A-1 0,25 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 1,30 Desa Sembalun Bumbung
A A-3 0,49 Desa Sembalun Bumbung
B B-5 0,34 Desa Sembalun Lawang
B B-1 0,94 Desa Sembalun Lawang
B B-2 0,50 Desa Sembalun Lawang
B B-3 0,63 Desa Sembalun Lawang
B B-4 0,11 Desa Sembalun Lawang
B B-5 0,33 Desa Sembalun Lawang
C C-1 0,47 Desa Sembalun Timba Gading
C C-2 0,45 Desa Sembalun Timba Gading
C C-3 1,09 Desa Sembalun Timba Gading
C C-4 0,76 Desa Sembalun Timba Gading
C C-2 2,09 Desa Sembalun Timba Gading
D D-1 4,37 Desa Sembalun
D D-2 0,01 Desa Sembalun
D D-3 1,07 Desa Sembalun
D D-1 3,44 Desa Sembalun
 TOTAL LUAS 2318,96
Sumber: Hasil Rencana, 2018
5.2.3 PERLINDUNGAN SETEMPAT (SEMPADAN WADUK)
Daerah sempadan waduk adalah kawasan tertentu di sekeliling waduk yang dibatasi
oleh garis sempadan waduk. Garis sempadan waduk adalah garis maya batas luar
perlindungan waduk.

Tabel 5.8. Sub Zona Sempadan Waduk di Kawasan Inti Agropolitan Sembalun
SBWP BLOK LUAS (HA) LOKASI
B B-5 3,55 Desa Sembalun Lawang
B B-5 0,00004 Desa Sembalun Lawang
TOTAL LUAS 3,55004
Sumber : Hasil Rencana, 2018

Pemanfaatan ruang pada daerah sempadan waduk hanya dapat dilakukan untuk
kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a. Kegiatan penelitian
b. Kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan
c. Upaya mempertahankan fungsi daerah sempadan waduk

5.2.4 RUANG TERBUKA HIJAU (RTH)


Pengertian Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota menurut UU No. 26 Tahun 2007 adalah
area memanjang atau jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat
terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja
ditanam. Pembagian RTH kawasan perkotaan terdiri dari RTH publik, RTH privat dan
Pengembangan RTH taman kota, hutan kota sebagai resapan air. RTH publik merupakan
RTH yang dimiliki oleh kota/kawasan perkotaan yang digunakan untuk kepentingan
masyarakat secara umum. Yang termasuk RTH publik adalah taman kota, taman
pemakaman umum, dan jalur hijau sepanjang jalan, sungai, dan pantai. Sedangkan yang
termasuk RTH privat adalah kebun atau halaman rumah/gedung milik masyarakat/swasta
yang ditanami tumbuhan.
Peruntukan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di wilayah perencanaan diarahkan sesuai
dengan skala pelayanannya serta untuk mendukung aktifitas sektor pariwisata. RTH yang
dikembangkan adalah RTH taman seluas 5,61 Ha. Penyediaan RTH sebagai zona lindung
dan fasilitas umum yang dapat diakses oleh masyarakat luas direncanaan melalui beberapa
hal sebagai berikut :
 Mengoptimalkan pemanfaatan lahan yang ada di wilayah perencanaan untuk fungsi
RTH yakni lapangan yang saat ini terlihat panas dan gersang karena tata hijau yang
sangat minim dengan vegetasi yang tidak tertata dan kurang variatif;
 Pengembangan kawasan konservasi bantaran sungai sebagai RTH dengan fungsi
rekreatif sekaligus sebagai jalur inspeksi;
 Pengembangan RTH jalur hijau diarahkan di sepanjang jalan utama (jalan kolektor)
di pusat perkotaan dan sekitar sarana perhotelan; dan
 Selain di atas, perlu juga diatur standart luasan Koefisien Dasar Hijau (KDH) lahan
privat yang dimiliki masyarakat, agar tidak saja dapat menjamin ketersedian
permukaan bidang resap air permukaan, tetapi juga dapat berperan untuk menjadi
lahan tanam fungsi penghijauan yang bernilai ekologis.
Rencana peruntukan Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada BWP KSK Agropolitan Sembalun
dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.9. Zona Kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) KSK Agropolitan Sembalun
SBWP BLOK LUAS (HA) LOKASI
A A-2 1,31 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 3,27 Desa Sembalun Bumbung
D D-1 1,03 Desa Sembalun
 TOTAL LUAS  5,61
Sumber : Hasil Rencana, 2018

5.2.5 SUAKA ALAM (SC-1)


Kawasan Suaka Alam yang berada di wilayah perencanaan adalah berupa Kawasan
Taman Nasional. Kawasan Taman Nasional merupakan kawasan pelestarian yang memiliki
ekosistem asli dikelola untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan, pariwisata, rekreasi,
dan Pendidikan. Taman Nasional juga dapat diartikan sebagai taman dimana kawasan
tersebut merupakan wilayah dengan fungsi lindung disamping sebagai pengembangan
obyek pariwisata. Adapun penetapan kriteria Taman Nasional di Kabupaten Sembalun
berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 antara lain:
a. Berhutan atau bervegetasi tetap yang memiliki tumbuhan dan satwa yang beragam;
b. Memiliki luas yang cukup untuk menjamin kelangsungan proses ekologi secara alami;
c. Memiliki sumber daya alam yang khas dan unik baik berupa jenis tumbuhan maupun
jenis satwa dan ekosistemnya serta gejala alam yang masih utuh;
d. Memiliki paling sedikit satu ekosistem yang terdapat di dalamnya yang secara materi
atau fisik tidak boleh diubah baik oleh eksploitasi maupun pendudukan manusia; dan
e. Memiliki keadaan alam yang asli untuk dikembangkan sebagai pariwisata alam.
Adapun luasan dan lokasi persebaran Taman Nasional di wilayah perencanaan dapat
dilihat pada Tabel sebagai berikut:

Tabel 5.10. Zona Suaka Alam KSK Agropolitan Sembalun


SBWP BLOK LUAS (HA) LOKASI
A A-1 770,49 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 0,01 Desa Sembalun Bumbung
B B-5 3388,47 Desa Sembalun Lawang
C C-4 2686,67 Desa Sembalun Timba Gading
C C-2 1,12 Desa Sembalun Timba Gading
D D-3 933,79 Desa Sembalun
 TOTAL LUAS 7780,55
Sumber: Hasil Rencana, 2018

Gambar 5.4. Taman Nasional Rinjani sebagai Zona Suaka Alam di Wilayah KSK
Agropolitan Sembalun
Sumber: Survei Sekunder, 2018

5.2.6 CAGAR BUDAYA (SC-2)


Kawasan cagar budaya adalah peruntukan ruang yang merupakan bagian dari
kawasan lindung yang memiliki ciri khas tertentu yang mempunyai fungsi pokok sebagai
kawasan perlindungan nilai budaya dan sejarah bangsa. Berdasarkan RTRW Kabupaten
Lombok Timur, Kecamatan Sembalun merupakan bagian dari KSK untuk kepentingan sosial
budaya, dimana pada BWP KSK Agropolitan Sembalun terdapat kawasan cagar budaya
yakni rumah adat tradisional dengan luas 1,18 Ha.
Berdasarkan kondisi tersebut, maka cagar budaya berupa rumah adat tradisional
“bale belek” tersebut tetap dipertahankan sehingga menjadi salah satu objek wisata yang
ada pada Kawasan BWP KSK Agropolitan Sembalun selain objek wisata lainnya, seperti
wisata alam dan wisata agro yang telah berkembang.

Tabel 5.11. Cagar Budaya di Kawasan Inti Agropolitan Sembalun


SBWP BLOK LUAS (HA) LOKASI
A A-2 0,61 Desa Sembalun Bumbung
B B-3 0,57 Desa Sembalun Lawang
TOTAL LUAS 1,18  
Sumber : Hasil Rencana, 2018

B. ZONA BUDIDAYA
Peruntukan kawasan budidaya pada Kawasan Inti BWP KSK Agropolitan Sembalun
terbagi ke dalam beberapa peruntukan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.12. Rencana Luasan Zona Budidaya Kawasan Inti Agropolitan Sembalun
KODE SUB ZONA LUAS (HA) LOKASI
R-3 Perumahan Kepadatan Sedang 45,45 Desa Sembalun Bumbung
R-3 Perumahan Kepadatan Sedang 49,81 Desa Sembalun Lawang
R-3 Perumahan Kepadatan Sedang 23,06 Desa Sembalun Timba Gading
R-3 Perumahan Kepadatan Sedang 21,77 Desa Sembalun
K-2 Perdagangan dan Jasa 1,59 Desa Sembalun Bumbung
K-2 Perdagangan dan Jasa 3,65 Desa Sembalun Lawang
K-2 Perdagangan dan Jasa 2,71 Desa Sembalun Timba Gading
K-2 Perdagangan dan Jasa 63,44 Desa Sembalun
SPU-1 Sarana Pendidikan 1,26 Desa Sembalun Bumbung
SPU-1 Sarana Pendidikan 0,34 Desa Sembalun Lawang
SPU-1 Sarana Pendidikan 1,04 Desa Sembalun Timba Gading
SPU-1 Sarana Pendidikan 1,93 Desa Sembalun
SPU-3 Sarana Kesehatan 0,23 Desa Sembalun Bumbung
SPU-6 Sarana Peribadatan 0,43 Desa Sembalun Bumbung
SPU-6 Sarana Peribadatan 0,52 Desa Sembalun Lawang
SPU-6 Sarana Peribadatan 0,12 Desa Sembalun Timba Gading
SPU-6 Sarana Peribadatan 0,11 Desa Sembalun
KT-1 Perkantoran Pemerintah 0,20 Desa Sembalun Bumbung
KT-1 Perkantoran Pemerintah 0,06 Desa Sembalun Lawang
KT-1 Perkantoran Pemerintah 0,73 Desa Sembalun
KH-1 Pertahanan dan Keamanan 2,1 Desa Sembalun
KH-2 TPA 3,27 Desa Sembalun
PL-1 Pertanian 288,88 Desa Sembalun Bumbung
PL-1 Pertanian 276,44 Desa Sembalun Lawang
PL-1 Pertanian 51,73 Desa Sembalun Timba Gading
PL-1 Pertanian 124,81 Desa Sembalun
PL-3 Pariwisata 0,14 Desa Sembalun Bumbung
PL-4 Perkebunan 523,9 Desa Sembalun Bumbung
PL-4 Perkebunan 469,48 Desa Sembalun Lawang
KODE SUB ZONA LUAS (HA) LOKASI
PL-4 Perkebunan 279,14 Desa Sembalun Timba Gading
PL-4 Perkebunan 313,85 Desa Sembalun
Sumber : Hasil Rencana, 2018

5.2.7 ZONA PERUMAHAN (R)


Zona Perumahan adalah zona yang terdiri dari kelompok rumah yang berfungsi
sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan
prasarana dan sarana lingkungan. Zona perumahan ditetapkan berdasarkan kriteria
ketinggian; kelerengan < 15%; memiliki sumber air baku untuk air bersih; memiliki badan air
permukaan untuk drainase dan pembuangan limbah cair; memiliki akses terhadap
transportasi darat; dan memiliki akses terhadap sarana ekonomi dan sosial.
Perumahan merupakan kebutuhan pokok masyarakat yang harus dapat terpenuhi.
Pertumbuhan dan perkembangan jumlah penduduk akan diiringi dengan terus meningkatnya
kebutuhan akan pengadaan perumahan. Pengembangan permukiman dalam meprediksikan
kebutuhanya mempergunakan beberapa preparat ukur dengan bebarapa asumsi
pendekatan sebagai berikut:
 Standar kebutuhan perumahan didasarkan pada asumsi setiap keluarga
memerlukan sebuah rumah.
 Dalam satu keluarga berdasarkan perhitungan terdiri dari 4 anggota keluarga.
Untuk menentukan jumlah unit rumah dan berapa luasan yang diperlukan maka
dipergunakan ketentuan dari SKB Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum dan
Menteri Perumahan Rakyat No.648–384/1992, No.739/KPTS/1992 dan No/009/KPTS/1992
dan No/009/KPTS/1992 tentang pengaturan kapling/blok permukiman ialah:
 Rumah kapling kecil seluas 50 M2 – 200 M2
 Rumah kapling sedang seluas 200 M2 – 300 M2
 Rumah kapling besar seluas 300 M2 – 500 M2
Zona perumahan adalah peruntukan ruang terdiri atas kelompok rumah tinggal yang
mewadahi kehidupan dan penghidupan masyarakat yang dilengkapi dengan fasilitasnya.
Tujuan penetapan zona ini adalah untuk :
a. Menyediakan lahan untuk pengembangan hunian dengan kepadatan yang bervariasi;
b. Mengakomodasi bermacam tipe hunian dalam rangka mendorong penyediaan hunian
bagi semua lapisan masyarakat; dan
c. Merefleksikan pola-pola pengembangan yang diingankan masyarakat pada
lingkungan-lingkungan hunian yang ada dan unit kebutuhannya dapat termasuk
penyediaan ruang hunian seperti rumah singgah, rumah sosial, rumah sederhana
sehat, lingkungan kampung dan perumahan tradisional.
Zona permukiman yang dikembangkan pada BWP KSK Agropolitan Sembalun
adalah perumahan dengan kepadatan sedang. Kebutuhan fasilitas perumahan di BWP KSK
Agropolitan Sembalun dihitung dengan pendekatan kebutuhan perumahan makro di
Kecamatan Sembalun. Kebutuhan fasilitas perumahan dihitung dengan menggunakan
perbandingan 1 : 2 : 3. Kebutuhan perumahan pada BWP KSK Agropolitan Sembalun dapat
dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.13. Kebutuhan Perumahan Kawasan Inti


SBWP BLOK LUAS (HA) LOKASI
A A-2 0,26 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 0,12 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 0,26 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 0,23 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 0,15 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 0,15 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 0,25 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 0,23 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 0,51 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 4,97 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 0,43 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 7,22 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 4,17 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 7,48 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 0,56 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 0,89 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 4,42 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 1,44 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 0,01 Desa Sembalun Bumbung
A A-3 0,001 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 1,57 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 0,47 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 0,31 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 3,49 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 5,88 Desa Sembalun Bumbung
B B-5 0,28 Desa Sembalun Lawang
B B-2 0,94 Desa Sembalun Lawang
B B-5 0,07 Desa Sembalun Lawang
B B-2 0,66 Desa Sembalun Lawang
B B-5 0,14 Desa Sembalun Lawang
B B-2 6,88 Desa Sembalun Lawang
B B-2 15,41 Desa Sembalun Lawang
B B-2 0,57 Desa Sembalun Lawang
B B-2 5,10 Desa Sembalun Lawang
B B-2 8,76 Desa Sembalun Lawang
SBWP BLOK LUAS (HA) LOKASI
B B-2 3,41 Desa Sembalun Lawang
B B-2 1,25 Desa Sembalun Lawang
B B-3 0,17 Desa Sembalun Lawang
B B-3 0,41 Desa Sembalun Lawang
B B-2 5,75 Desa Sembalun Lawang
C C-1 0,13 Desa Sembalun Timba Gading
C C-1 0,07 Desa Sembalun Timba Gading
C C-1 6,18 Desa Sembalun Timba Gading
C C-2 0,08 Desa Sembalun Timba Gading
C C-1 0,23 Desa Sembalun Timba Gading
C C-1 5,94 Desa Sembalun Timba Gading
C C-1 9,60 Desa Sembalun Timba Gading
C C-1 0,27 Desa Sembalun Timba Gading
C C-3 0,00 Desa Sembalun Timba Gading
C C-1 0,46 Desa Sembalun Timba Gading
C C-3 0,09 Desa Sembalun Timba Gading
C C-3 0,004 Desa Sembalun Timba Gading
D D-1 0,10 Desa Sembalun
D D-1 0,28 Desa Sembalun
D D-1 0,29 Desa Sembalun
D D-1 0,38 Desa Sembalun
D D-1 5,98 Desa Sembalun
D D-1 0,06 Desa Sembalun
D D-1 0,09 Desa Sembalun
D D-1 0,05 Desa Sembalun
D D-1 0,68 Desa Sembalun
D D-1 0,26 Desa Sembalun
D D-1 0,75 Desa Sembalun
D D-1 0,06 Desa Sembalun
D D-1 1,90 Desa Sembalun
D D-1 0,10 Desa Sembalun
D D-1 0,32 Desa Sembalun
D D-1 0,05 Desa Sembalun
D D-1 3,50 Desa Sembalun
D D-1 6,49 Desa Sembalun
D D-1 0,34 Desa Sembalun
D D-1 0,08 Desa Sembalun
TOTAL LUAS 169,72
Sumber: Hasil Rencana, 2018

Total luas lahan yang dibutuhkan untuk pengembangan fasilitas perumahan adalah
seluas 169,72 Ha. Untuk peruntukan pemanfaatan ruang bagi zona perumahan yang bersifat
eksisting, pendekatan penanganan kawasan dilakukan melalui penataan dan pengendalian
berupa :
 Penataan perumahan dengan kategori kepadatan tinggi dengan
program revitalisasi yang khusus menangani penataan sempadan bangunan (jarak
antar bangunan maupun jarak bangunan dengan jalan lingkungan sebagai upaya
peningkatan akses jalan lingkungan).
 Penataan jalan lingkungan dimaksudkan untuk peningkatan kualitas
dan keasrian lingkungan permukiman, melalui rehabilitasi perkerasan jalan
lingkungan (rehab paving blok), peningkatan perkerasan jalan lingkungan (dari jalan
tanah ditingkatkan menjadi perkerasan paving atau rabat), penyediaan penerang
jalan, gapura, RTH koridor jalan & jaringan drainase.
 Diperlukan kesepakatan bersama tentang reorientasi bangunan
rumah dan lebar jalan gang sebagai bentuk kepentingan bersama.
 Pemberlakuan pola insentif dan disentif dalam pengaturan jarak
bangunan dengan jalan gang sebagai acuan. Salah satu bentuk insentif bagi rumah
tidak layak huni yang terlalu menjorok ke jalan akan diprioritaskan untuk dilakukan
renovasi sebagai bentuk kepentingan bersama. Sedangkan pola disentif adalah
pemberlakuan sanksi sosial bagi masyarakat yang tidak mau menerima kesepakatan
bersama masyarakat.
Sedangkan bagi pengembangan kawasan zonasi untuk perumahan baru, diarahkan
pada pembangunan perumahan yang tumbuh secara alami berupa :
 Perkembangan perumahan direncanakan pada lahan-lahan kosong yang
membentuk kantong-kantong dan penyatuan permukiman antar blok-blok yang ada,
sehingga permukiman tidak hanya berkembang secara linier.
 Pengembangan perumahan dibatasi dan tidak sampai masuk pada zona kawasan
lindung dan kawasan pertanian hortikultura sebagai salah satu objek yang
berkembang untuk kegiatan pariwisata.
 Peningkatan jaringan jalan, terutama jalan yang menghubungkan antar
permukiman, agar aktivitas masyarakat baik aktivitas sehari-hari maupun aktivitas
hubungan sosial masyarakat (interaksi) menjadi lebih lancar dan terus tetap terjaga.
 Langkah selanjutnya adalah penanaman tanaman hijau di pinggir jalan gang
maupun tanah kosong yang berlebih dipinggir jalan selain untuk memperindah
lingkungan juga menghindari pelanggaran terhadap aturan jarak bangunan di
permukiman.
 Adanya pengendalian dan kontrol sosial agar kawasan tidak semakin padat melalui
penerapan awiq-awiq (aturan bersama).
 Pengembangan dan pembangunan rumah harus memperhatikan bangunan yang
ada di sekitarnya, minimal terdapat ruang antar bangunan.
 Pengembangan dan pembangunan fisik rumah dapat dilakukan minimal secara
sederhana dengan melihat kelayakan standar kesehatan, seperti sirkulasi udara dan
penyinaran.

5.2.8 ZONA PERDAGANGAN & JASA (K)


Zona perdagangan dan jasa adalah peruntukan ruang yang merupakan bagian dari
kawasan budidaya yang difungsikan untuk pengembangan kegiatan usaha yang bersifat
komersil, tempat bekerja, tempat berusaha, serta tempat hiburan rekreasi dan fasilitas
umum/sosial pendukungnya.
Tujuan penetapan zona perdagangan dan jasa adalah untuk :
a. Menyediakan lahan untuk menampung tenaga kerja dalam wadah berupa
perkantoran, jasa, rekreasi dan pelayanan masyarakat;
b. Menyediakan ruang yang cukup bagi penempatan kelengkapan dasar fisik berupa
sarana-sarana penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan
pengembangan kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya sehingga dapat berfungsi
sebagaimana mestinya; dan
c. Menyediakan ruang yang cukup bagi sarana-sarana umum, terutama untuk
melayani kegiatan-kegiatan produksi dan distribusi, yang diharapkan dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah.
Rencana zona perdagangan dan jasa pada BWP KSK Agropolitan Sembalun meliputi:

Tabel 5.14. Sub Zona Perdagangan dan Jasa di Kawasan Inti Agropolitan Sembalun
SBWP BLOK LUAS (HA) LOKASI
A A-2 1,59 Desa Sembalun Bumbung
B B-2 0,74 Desa Sembalun Lawang
B B-2 1,25 Desa Sembalun Lawang
B B-2 0,27 Desa Sembalun Lawang
B B-2 1,00 Desa Sembalun Lawang
B B-2 0,39 Desa Sembalun Lawang
B B-2 0,00 Desa Sembalun Lawang
C C-1 0,01 Desa Sembalun Timba Gading
C C-1 0,07 Desa Sembalun Timba Gading
C C-1 0,34 Desa Sembalun Timba Gading
C C-1 0,03 Desa Sembalun Timba Gading
C C-1 0,05 Desa Sembalun Timba Gading
C C-1 0,23 Desa Sembalun Timba Gading
C C-1 0,23 Desa Sembalun Timba Gading
C C-1 0,83 Desa Sembalun Timba Gading
C C-1 0,46 Desa Sembalun Timba Gading
C C-1 0,46 Desa Sembalun Timba Gading
C C-1 0,0001 Desa Sembalun Timba Gading
SBWP BLOK LUAS (HA) LOKASI
C C-1 0,02 Desa Sembalun Timba Gading
D D-1 2,26 Desa Sembalun
D D-1 1,49 Desa Sembalun
D D-1 4,82 Desa Sembalun
D D-1 8,55 Desa Sembalun
D D-1 1,19 Desa Sembalun
D D-1 0,26 Desa Sembalun
D D-1 9,38 Desa Sembalun
D D-1 1,08 Desa Sembalun
D D-1 1,22 Desa Sembalun
D D-1 1,15 Desa Sembalun
D D-1 1,00 Desa Sembalun
D D-1 9,66 Desa Sembalun
D D-1 4,23 Desa Sembalun
D D-1 17,14 Desa Sembalun
 TOTAL LUAS 688,22
Sumber: Hasil Rencana, 2018

5.2.9 ZONA PERKANTORAN (KT)


Zona perkantoran adalah peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan
budidaya dan difungsikan untuk pengembangan kegiatan pelayanan pemerintahan dan
tempat bekerja/berusaha, tempat berusaha, dilengkapi dengan fasilitas umum/sosial
pendukungnya.
Tujuan penetapan zona perkantoran adalah untuk :
a. Menyediakan lahan untuk menampung tenaga kerja dalam wadah berupa
perkantoran, pemerintah dan/atau swasta;
b. Menyediakan ruang yang cukup bagi penempatan kelengkapan dasar fisik berupa
sarana-sarana penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan
pengembangan kegiatan perkantoran yang produktif sehingga dapat berfungsi
sebagaimana mestinya; dan
c. Menyediakan ruang yang cukup bagi sarana-sarana umum, terutama untuk melayani
kegiatan-kegiatan perkantoran, yang diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan
ekonomi daerah.
Rencana subzona perkantoran di kawasan BWP KSK Agropolitan Sembalun berupa
subzona perkantoran pemerintah (KT-1) seluas 5,15 Ha, dimana difungsikan untuk
pengembangan kegiatan pemerintahan dan pelayanan masyarakat. Rencana subzona
perkantoran pemerintah, berupa kegiatan kantor kecamatan, kantor desa dan beberapa
kantor pelayanan umum untuk masyarakat berada di Sub BWP B dan Sub BWP C. Untuk
lebih jelasnya sebaran subzona perkantoran pemerintah di kawasan perencanaan dapat di
lihat pada tabel berikut :

Tabel 5.15. Zona Perkantoran di Kawasan Inti Agropolitan Sembalun


SBWP BLOK LUAS (HA) LOKASI
A A-2 0,20 Desa Sembalun Bumbung
B B-2 0,06 Desa Sembalun Lawang
D D-1 0,61 Desa Sembalun
D D-1 0,12 Desa Sembalun
 TOTAL LUAS 1,00
Sumber : Hasil Rencana, 2018

5.2.10 ZONA SARANA PELAYANAN UMUM (SPU)


Zona sarana pelayanan umum adalah peruntukan ruang yang dikembangkan untuk
menampung fungsi kegiatan yang berupa pendidikan, kesehatan, peribadatan, sosial
budaya, olahraga dan rekreasi, dengan fasilitasnya yang dikembangkan dalam bentuk
tunggal atau renggang, deret atau rapat dengan skala pelayanan yang ditetapkan dalam
RTRW.
Tujuan penetapan zona sarana pelayanan umum adalah untuk :
a. Menyediakan ruang untuk pengembangan kegiatan kegiatan pendidikan, kesehatan,
peribadatan, sosial budaya, olahraga dan rekreasi, dengan fasilitasnya dalam upaya
memenuhi kebutuhan masyarakat sesuai dengan jumlah penduduk yang dilayani dan
skala pelayanan fasilitas yang akan dikembangkan;
b. Menentukan pusat-pusat pelayanan lingkungan sesuai dengan skala pelayanan
sebagaimana tertuang di dalam RTRWK; dan
c. Mengatur hierarki pusat pusat pelayanan sesuai dengan RTRWK.
Rencana zona sarana pelayanan umum di BWP KSK Agropolitan Sembalun meliputi
subzona pendidikan, subzona kesehatan dan subzona peribadatan.
1. Subzona Pendidikan (SPU-1)
Sub zona sarana pendidikan merupakan kawasan budidaya yang
mempunyai fungsi utama sebagai pusat pendidikan, dalam arti sebagai ruang untuk
pengalokasian sarana dan prasarana lingkungan pendidikan serta tempat
kegiatan-kegiatan lain yang layak dan mendukung perikehidupan dan penghidupan
ekonomi, sosial dan budaya masyarakat pada zona tersebut. Sarana (fasilitas)
pendidikan yang diarahkan untuk dikembangkan di kawasan pendidikan berupa
sarana pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi.
Fasilitas atau kegiatan lain yang mendukung perikehidupan dan
penghidupan ekonomi, sosial dan budaya masyarakat yang layak dan dapat
dikembangkan di kawasan pendidikan antara lain pendidikan tingkat dasar dan
menengah pertama, fasilitas perdagangan skala lokal, kesehatan skala lokal,
peribadatan skala lokal, rekreasi/olah raga skala lokal, koperasi, museum,
gedung kesenian, dan kegiatankegiatan lain yang layak peruntukannya.
Untuk memperkirakan kebutuhan fasilitas pendidikan perhitungannya dilakukan
berdasarkan radius pelayanan dan berdasarkan perhitungan proyeksi.
- Radius Jangkauan pelayanan SD/MI sekitar ± 1000 m
- Radius Jangkauan pelayanan SMP/MTs sekitar ± 1000 m
- Radius Jangkauan pelayanan SMA/SMK/MA sekitar ± 3000 m
Kebutuhan fasilitas pendidikan berdasarkan perhitungan proyeksi mengacu pada
ketentuan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No.
534/KPTS/M/2001 tentang Pedoman Standar Pelayanan Minimal Pedoman
Penentuan Standar Pelayanan Minimal Bidang Penataan Ruang, Perumahan Dan
Permukiman Dan Pekerjaan Umum.
Perhitingan proyeksi fasilitas pendidikan di wilayah perencanaan di hitung
berdasarkan proyeksi jumlah penduduk usia sekolah di wilyah perencanaan dan daya
tampung tiap unit sekolah, dimana standar daya tampung yang digunakan
disesuaikan dengan daya tampung rata-rata sekolah di wilayah perencanaan.
Peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budidaya yang
dikembangkan untuk sarana pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi, pendidikan
formal dan informal, serta dikembangkan secara horizontal dan vertikal. Tujuan
penetapan zona pendidikan ini untuk penyediaan sarana pendidikan adalah untuk
melayani setiap unit administrasi pemerintah baik yang informal (RT,RW) maupun
yang formal (Kelurahan, kecamatan) dan bukan hanya didasarkan semata-mata pada
jumlah penduduk yang dilayani.
Tujuan penyediaan sarana pendidikan adalah untuk melayani setiap unit
administrasi pemerintahan baik yang informal (RT, RW) maupun yang formal
(Kelurahan, Kecamatan) dan bukan didasarkan semata-mata pada jumlah penduduk
yang akan dilayani oleh sarana tersebut.
Rencana subzona pendidikan yang terdapat di BWK KSK Agropolitan Sembalun
ditetapkan seluas 7,96 Ha, yang tersebar di Sub BWP A, Sub BWP B, Sub BWP C,
dan Sub BWP D. Untuk lebih jelasnya mengenai sebaran subzona pendidikan dapat
dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.16. Subzona Pendidikan pada BWP KSK Agropolitan Sembalun


SBWP BLOK LUAS (HA) LOKASI
A A-2 0,53 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 0,20 Desa Sembalun Bumbung
SBWP BLOK LUAS (HA) LOKASI
A A-2 0,29 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 0,24 Desa Sembalun Bumbung
B B-2 0,34 Desa Sembalun Lawang
C C-1 0,58 Desa Sembalun Timba Gading
C C-1 0,47 Desa Sembalun Timba Gading
D D-1 1,71 Desa Sembalun
D D-1 0,23 Desa Sembalun
TOTAL LUAS 7,96
Sumber: Hasil Rencana, 2018

2. Subzona Kesehatan (SPU-3)


Sub zona sarana kesehatan merupakan kawasan budidaya yang mempunyai
fungsi utama sebagai pusat pelayanan kesehatan skala sebagian kola sampai
dengan skala regional, dalam anti sebagai ruang untuk pengalokasian sarana dan
prasarana kesehatan skala sebagian kota sampai dengan skala regional, serta
tempat kegiatan-kegiatan lain yang layak dan mendukung perikehidupan dan
penghidupan ekonomi, sosial dan budaya masyarakat pada zona tersebut.
Untuk memperkirakan kebutuhan fasilitas kesehatan perhitungannya dilakukan
berdasarkan radius pelayanan dan berdasarkan perhitungan proyeksi.
 Berdasarkan dari Radius Pelayanan
- Radius Jangkauan pelayanan Rumah Sakit sekitar ± 2000 m
- Radius Jangkauan pelayanan Puskesmas sekitar ± 1000 m
- Radius Jangkauan pelayanan Puskesmas Pembantu sekitar ± 1000 m
- Radius Jangkauan pelayanan Dokter sekitar ± 1000 m
- Radius Jangkauan pelayanan Apotik sekitar ± 1000 m
- Radius Jangkauan pelayanan Balai Pengobatan sekitar ± 400 m
- Radius Jangkauan pelayanan Posyandu sekitar ± 200 m
- Radius Jangkauan pelayanan BKIA / Rumah Bersalin sekitar ± 100 m
Kebutuhan fasilitas kesehatan berdasarkan perhitungan proyeksi mengacu pada
ketentuan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No.
534/KPTS/M/2001 tentang Pedoman Standar Pelayanan Minimal Pedoman
Penentuan Standar Pelayanan Minimal Bidang Penataan Ruang, Perumahan Dan
Permukiman Dan Pekerjaan Umum.
Jenis fasilitas kesehatan yang dibutuhkan untuk mendukung pelayanan
kesehatan di wilayah perencanaan meliputi Puskesmas, Puskesmas Pembantu,
Rumah Bersalin dan Apotek.
- Puskesmas
Puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
memberikan pelayanan kepada penduduk dalam penyembuhan penyakit, selain
melaksanakan program pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit di
wilayah kerjanya.
Analisa kebutuhan puskesmas diasumsikan 1 unit puskesmas disediakan apabila
suatu lingkungan pemukiman telah mencapai jumlah penduduk sebesar 120.000
jiwa dengan luas tanah tiap unitnya 1.000 m2.
- Puskesmas Pembantu
Puskesmas Pembantu atau disebut juga balai pengobatan warga berfungsi
memberikan pelayanan kepada penduduk dalam bidang kesehatan dengan titik
berat terletak pada penyembuhan tanpa perawatan, berobat dan pada waktu-
waktu tertentu juga untuk vaksinasi. Dalam menganalisa kebutuhan fasilitas
kesehatan Polindes tersebut menggunakan standar daya tampung 1 unit Pustu
mampu melayani 30.000 jiwa dengan luas tanah 500 m2 tiap unitnya.
- Rumah Bersalin
Sarana kesehatan berupa rumah sakit bersalin menggunakan perhitungan
dengan jumlah penduduk yang dilayani minimal 30.000 jiwa, dengan kebutuhan
tanah 500 m2.
- Apotek
Apotek dibutuhkan minimum oleh 10.000 penduduk dialokasikan menyebar di
daerah perumahan. Tiap unit apotek membutuhkan tanah seluas 300 m2 atau
0,03 Ha.
Peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budidaya yang
dikembangkan untuk pengembangan sarana kesehatan dengan hierarki dan skala
pelayanan yang disesuaikan dengan jumlah penduduk yang akan dilayani yang
dikembangkan secara horizontal dan vertikal.
Tujuan penetapan zona ini, untuk menyediakan ruang bagi :
a. Pengembangan kelompok kegiatan kesehatan dan fasilitasnya yang hierarki dan
skala pelayanannya disesuaikan dengan jumlah penduduk yang terlayani dalam
satu wilayah administrasi.
b. Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, memiliki peran yang
sangat strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat
sekaligus untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk.
Fasilitas-fasilitas kesehatan yang terdapat di BWP KSK Agropolitan Sembalun,
sudah cukup memadai, dimana telah terdapat pelayanan Puskesmas dan Pustu.
Rencana subzona kesehatan ditetapkan masih mengikuti pola yang ada pada kondisi
eksisting, karena pada perhitungan proyeksi yang telah dilakukan, kebutuhan akan
pelayanan fasilitas kesehatan di kawasan perencanaan, masih mampu melayani
bidang kesehatan kepada masyarakat untuk 20 tahun kedepan. Penatapan zonasi
untuk sub zonas kesehatan pada BWP KSK Agropolitan Sembalun seluas 0,23 Ha,
yang berada di Sub BWP A blok A-2. Untuk lebih jelasnya mengenai sebaran
subzona kesehatan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.17. Subzona Kesehatan pada BWP KSK Agropolitan Sembalun


SBWP BLOK LUAS (HA) LOKASI
A A-2 0,23 Desa Sembalun Bumbung
Sumber: Hasil Rencana, 2018

3. Subzona Peribadatan (SPU-6)


Sub zona peribadatan merupakan kawasan budidaya yang mempunyai
fungsi utama sebagai tempat kegiatan peribadatan yang penting atau jangkauan
pelayanannya luas, dalam arti sebagai ruang untuk pengalokasian sarana dan
prasarana peribadatan penting yang perlu dilestarikan, atau yang perlu dibangun,
serta tempat kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas peribadatan dan
keagamaan yang sesuai dan layak di zona tersebut.
Sarana (fasilitas) peribadatan yang diarahkan untuk dikembangkan di zona
sarana peribadatan antara lain meliputi masjid, gereja, dan fasilitas peribadatan
pemeluk agama lain di wilayah perencanaan yang penting dan jangkauan
pelayanannya luas.
Penyediaan langgar/musholla ditetapkan dengan merujuk pada Standar
Pekerjaan Umum tahun 1987 dan proporsi antara jumlah tempat ibadah dan jumlah
pemeluk agama Islam dan non Islam. Berdasarkan Standar Pekerjaan Umum Tahun
1987, perkiraan kebutuhan tempat ibadah adalah:
 Penyediaan 1 langgar/musholla dibutuhkan oleh kelompok penduduk 500 jiwa
dan sekurang-kurangnya disediakan pada tiap unit masyarakat, dengan luas
lahan 0,03 Ha atau 300 m2 .
 Berdasarkan standar Pekerjaan Umum tahun 1987, Masjid diarahkan untuk
disediakan pada setiap 1.000 jiwa dengan luas lahan sekitar 0,175 Ha atau 1.750
m2
Peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budidaya yang
dikembangkan untuk menampung sarana ibadah dengan hierarki dan skala
pelayanan yang disesuaikan dengan jumlah penduduk.
Tujuan penetapan zona ini yaitu menyediakan ruang untuk :
a. Kegiatan agama yang perlu yang disediakan di lingkungan perumahan yang
direncanakan selain sesuai peraturan yang ditetapkan, juga sesuai dengan
keputusan masyarakat yang bersangkutan.
b. Pengembangan kelompok kegiatan peribadatan dan fasilitasnya yang hierarki
dan skala pelayanannya disesuaikan dengan jumlah penduduk yang terlayani
dalam satu wilayah administrasi.
Mayoritas penduduk di BWP KSK Agropolitan Sembalun memeluk agama Islam.
Hal ini dapat terlihat dari banyaknya bangunan masjid, maupun mushalla yang
berada di hampir setiap kawasan permukiman dan jalan-jalan utama. Keberadaan
fasilitas-fasilitas peribadatan ini perkembangnnya cenderung menyebar mengikuti
keberadaan permukiman.
Rencana subzona peribadatan, ditetapkan seluas kurang lebih 1,01 hektar,
berupa masjid dan mushalla yang tersebar di seluruh Sub BWP B dan Sub BWP C
dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 5.18. Subzona Peribadatan pada BWP KSK Agropolitan Sembalun


SBWP BLOK LUAS (HA) LOKASI
A A-2 0,21 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 0,11 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 0,11 Desa Sembalun Bumbung
B B-2 0,09 Desa Sembalun Lawang
B B-2 0,18 Desa Sembalun Lawang
B B-2 0,13 Desa Sembalun Lawang
C C-1 0,002 Desa Sembalun Timba Gading
B B-2 0,12 Desa Sembalun Lawang
C C-1 0,12 Desa Sembalun Timba Gading
D D-1 0,11 Desa Sembalun
TOTAL LUAS 5,37
Sumber: Hasil Rencana, 2018

5.2.11 ZONA PERUNTUKAN KHUSUS (KH)


Zona peruntukan khusus di Kawasan Inti Agropolitan Sembalun terbagi menjadi 2
sub zona, yaitu sub zona pertahanan dan keamanan (KH-1) dan sub zona TPA (KH-2).
Subzona pertahanan dan kemanan adalah peruntukan tanah yang merupakan bagian dari
kawasan budi daya yang dikembangkan untuk menjamin kegiatan dan pengembangan
bidang pertahanan dan keamanan seperti kantor, instalasi hankam, termasuk tempat latihan
baik pada tingkat nasional, Kodam, Korem, Koramil, dst. Subzona TPA merupakan
peruntukan tanah di daratan dengan batas-batas tertentu yang yang digunakan sebagai
tempat untuk menimbun sampah dan merupakan bentuk terakhir perlakuan sampah. Tujuan
penetapannya adalah untuk menyediakan ruang:
 menimbun dan mengolah segala sampah yang ditimbulkan dari konsumen di suatu
wilayah
 mengumpulkan timbunan sampah sebagai pool yang terakhir sebelum sampah-
sampah tersebut diolah lebih lanjut agar lingkungan tidak tercemar.
Perencanaan TPA di Desa Sembalun merupakan fasilitas untuk pengolahan residu di
Kawasan Agropolitan Sembalun.

Tabel 5.19. Zona Peruntukan Khusus di Kawasan Inti Agropolitan Sembalun


KODE SUB ZONA SBWP BLOK LUAS (HA) LOKASI
KH-1 D D-1 1,30 Desa Sembalun
KH-1 D D-1 0,90 Desa Sembalun
KH-2 D D-3 3,27 Desa Sembalun
TOTAL LUAS 5,47
Sumber: Hasil Rencana, 2018

Gambar 5.5. Contoh TPA di Daerah Lain

5.2.12 ZONA PERUNTUKAN LAINNYA (PL)


Zona peruntukan lainnya adalah peruntukan ruang yang dikembangkan untuk
menampung fungsi kegiatan di daerah tertentu berupa pertanian, pertambangan, pariwisata,
dan peruntukan-peruntukan lainnya. Zona peruntukan lainnya merupakan salah satu zona
budidaya, akan tetapi dijadikan fokus pembahasan dalam Rencana Kawasan Agropolitan
Sembalun ini.
Tujuan penetapan zona peruntukan lainnya adalah untuk :
a. Menyediakan ruang untuk pengembangan kegiatan-kegiatan di daerah tertentu
seperti pertanian, pertambangan, pariwisata dengan fasilitasnya dalam upaya
memenuhi lapangan pekerjaan masyarakat di daerah tersebut.
b. Mengembangkan sektor-sektor basis tertentu agar dapat meningkatkan produktifitas
daerah.
Rencana pengembangan zona peruntukan lainnya pada BWP KSK Agropolitan
Sembalun berupa subzona sektor pertanian, sub zona pariwisata dan sub zona perkebunan.
5.2.12.1 Subzona Pertanian (PL-1)
Subzona pertanian merupakan peruntukan ruang yang dikembangkan untuk
menampung kegiatan yang berhubungan dengan pengusahaan mengusahakan
tanaman tertentu, pemberian makanan, pengkandangan dan pemeliharaan hewan
untuk pribadi atau tujuan komersil.
Subzona pertanian pada BWP KSK Agropolitan Sembalun merupakan
peruntukan ruang yang dikembangkan untuk menampung kegiatan yang berhubungan
dengan pengusahaan tanaman tertentu, seperti tanaman pangan dan palawija,
tanaman hortikultura (sayur-sayuran) dan pemeliharaan hewan untuk pribadi atau
untuk tujuan komersil.
Tujuan dari penetapan subzona ini, meliputi :
a. Menghasilkan bahan pangan, palawija, sayur-sayuran dan hasil peternakan.
b. Sebagai daerah resapan air hujan untuk kawasan sekitarnya.
c. Membantu penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat setempat.
Subzona sektor pertanian di BWP KSK Agropolitan Sembalun ditetapkan pada
beberapa kawasan yang kecenderungan alih fungsi lahannya relatif kecil, guna
mempertahankan keberadaan kawasan sektor pertanian dan hortikultura secara
berkelanjutan. Adapun subzona untuk pertanian yang tetap dipertahankan berada di
seluruh Sub-BWP memiliki total luas 1802,26 Ha. Untuk lebih jelasnya mengenai
sebaran subzona pertanian dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.20. Subzona Pertanian pada BWP KSK Agropolitan Sembalun


SBWP BLOK LUAS (HA) LOKASI
A A-2 0,33 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 0,19 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 3,38 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 0,67 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 0,46 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 0,43 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 0,47 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 0,34 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 0,89 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 1,14 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 0,10 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 0,40 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 5,81 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 0,36 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 4,19 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 0,08 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 0,47 Desa Sembalun Bumbung
SBWP BLOK LUAS (HA) LOKASI
A A-2 0,0004 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 4,42 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 0,41 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 7,35 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 0,001 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 0,0001 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 0,002 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 6,74 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 3,59 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 0,06 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 31,33 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 0,19 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 0,19 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 6,39 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 1,10 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 0,00001 Desa Sembalun Bumbung
A A-3 0,01 Desa Sembalun Bumbung
A A-3 0,02 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 87,60 Desa Sembalun Bumbung
A A-3 0,0002 Desa Sembalun Bumbung
A A-3 0,0009 Desa Sembalun Bumbung
A A-3 0,0001 Desa Sembalun Bumbung
A A-3 0,00002 Desa Sembalun Bumbung
A A-3 0,0005 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 1,52 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 1,27 Desa Sembalun Bumbung
A A-3 0,00 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 7,04 Desa Sembalun Bumbung
A A-3 0,38 Desa Sembalun Bumbung
B B-1 0,0002 Desa Sembalun Lawang
B B-1 51,82 Desa Sembalun Lawang
B B-2 0,001 Desa Sembalun Lawang
A A-2 0,19 Desa Sembalun Bumbung
A A-3 52,90 Desa Sembalun Bumbung
B B-1 40,07 Desa Sembalun Lawang
A A-3 34,42 Desa Sembalun Bumbung
B B-1 28,32 Desa Sembalun Lawang
B B-3 1,21 Desa Sembalun Lawang
A A-2 0,03 Desa Sembalun Bumbung
A A-3 21,42 Desa Sembalun Bumbung
B B-3 0,27 Desa Sembalun Lawang
B B-3 1,47 Desa Sembalun Lawang
B B-3 0,72 Desa Sembalun Lawang
B B-3 0,91 Desa Sembalun Lawang
SBWP BLOK LUAS (HA) LOKASI
B B-3 0,58 Desa Sembalun Lawang
B B-3 1,02 Desa Sembalun Lawang
D D-1 0,04 Desa Sembalun
D D-1 2,33 Desa Sembalun
D D-1 1,24 Desa Sembalun
D D-1 5,81 Desa Sembalun
C C-1 10,02 Desa Sembalun Timba Gading
C C-3 7,52 Desa Sembalun Timba Gading
D D-1 8,76 Desa Sembalun
C C-3 0,003 Desa Sembalun Timba Gading
D D-2 0,50 Desa Sembalun
D D-1 1,90 Desa Sembalun
C C-1 0,05 Desa Sembalun Timba Gading
C C-3 34,14 Desa Sembalun Timba Gading
B B-3 37,11 Desa Sembalun Lawang
B B-4 112,93 Desa Sembalun Lawang
D D-1 47,22 Desa Sembalun
D D-1 0,98 Desa Sembalun
D D-1 23,85 Desa Sembalun
D D-1 31,98 Desa Sembalun
D D-2 0,18 Desa Sembalun
A A-2 0,60 Desa Sembalun Bumbung
TOTAL LUAS 1802,26
Sumber: Hasil Rencana, 2018

5.2.12.2 Subzona Perkebunan (PL-4)


Subzona perkebunan merupakan peruntukan ruang yang dikembangkan untuk
menampung kegiatan yang berhubungan dengan pengusahaan dan mengusahakan
tanaman tertentu. Sesuai dengan kondisi eksisting, subzona perkebunan pada BWP
KSK Agropolitan Sembalun merupakan peruntukan ruang yang dikembangkan untuk
menampung kegiatan yang berhubungan dengan pengusahaan tanaman yang sifatnya
tertentu, seperti tanaman tahunan berupa tanaman kopi, kapuk, kakao dan jambu
mete.
Tujuan dari penetapan subzona ini, meliputi :
a. Menghasilkan bahan baku untuk kegiatan aneka industri yang saat ini hanya
berkembang di luar kawasan perencanan.
b. Sebagai bagian dari daerah resapan air hujan untuk kawasan sekitarnya.
c. Membantu penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat setempat.
Subzona sektor perkembangan di BWP KSK Agropolitan Sembalun ditetapkan
pada beberapa kawasan yang kecenderungan alih fungsi lahannya relatif kecil dan
kurang produktif. Adapun subzona untuk perkebunan yang tetap dipertahankan berada
di seluruh Sub-BWP memiliki total luas 3275,15 Ha. Untuk lebih jelasnya mengenai
sebaran subzona perkebunan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.21. Subzona Perkebunan pada BWP KSK Agropolitan Sembalun


SBWP BLOK LUAS (HA) LOKASI
A A-2 0,10 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 1,36 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 0,18 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 0,28 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 0,27 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 0,24 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 0,76 Desa Sembalun Bumbung
A A-1 0,00002 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 81,73 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 0,07 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 0,19 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 0,22 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 4,82 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 195,40 Desa Sembalun Bumbung
A A-1 0,0001 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 0,0001 Desa Sembalun Bumbung
A A-1 0,00005 Desa Sembalun Bumbung
A A-1 0,001 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 0,50 Desa Sembalun Bumbung
A A-1 0,0002 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 0,0007 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 0,0015 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 0,0001 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 0,0019 Desa Sembalun Bumbung
A A-1 0,0008 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 0,0004 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 0,00002 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 0,0005 Desa Sembalun Bumbung
A A-1 0,0004 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 0,0006 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 0,0008 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 0,0032 Desa Sembalun Bumbung
A A-1 0,0004 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 0,15 Desa Sembalun Bumbung
A A-1 0,01 Desa Sembalun Bumbung
A A-2 234,75 Desa Sembalun Bumbung
SBWP BLOK LUAS (HA) LOKASI
A A-3 2,86 Desa Sembalun Bumbung
B B-2 0,0004 Desa Sembalun Lawang
B B-1 0,05 Desa Sembalun Lawang
B B-1 0,12 Desa Sembalun Lawang
B B-2 0,22 Desa Sembalun Lawang
B B-2 0,07 Desa Sembalun Lawang
B B-3 0,00003 Desa Sembalun Lawang
B B-2 0,0003 Desa Sembalun Lawang
B B-5 25,37 Desa Sembalun Lawang
B B-2 0,14 Desa Sembalun Lawang
B B-2 0,000003 Desa Sembalun Lawang
B B-2 0,11 Desa Sembalun Lawang
B B-3 0,004 Desa Sembalun Lawang
B B-5 91,62 Desa Sembalun Lawang
B B-5 78,92 Desa Sembalun Lawang
B B-2 1,34 Desa Sembalun Lawang
B B-4 0,002 Desa Sembalun Lawang
B B-4 0,001 Desa Sembalun Lawang
B B-4 0,01 Desa Sembalun Lawang
B B-2 0,37 Desa Sembalun Lawang
B B-4 0,20 Desa Sembalun Lawang
B B-4 0,01 Desa Sembalun Lawang
B B-5 0,64 Desa Sembalun Lawang
B B-3 0,00 Desa Sembalun Lawang
B B-3 0,01 Desa Sembalun Lawang
B B-5 0,0001 Desa Sembalun Lawang
B B-5 0,0001 Desa Sembalun Lawang
B B-5 0,0006 Desa Sembalun Lawang
B B-5 0,0002 Desa Sembalun Lawang
B B-5 0,0001 Desa Sembalun Lawang
B B-1 1,73 Desa Sembalun Lawang
B B-3 256,53 Desa Sembalun Lawang
B B-4 12,03 Desa Sembalun Lawang
B B-5 0,00002 Desa Sembalun Lawang
B B-5 0,00002 Desa Sembalun Lawang
B B-5 0,00004 Desa Sembalun Lawang
C C-2 12,16 Desa Sembalun Timba Gading
C C-2 19,01 Desa Sembalun Timba Gading
C C-2 0,001 Desa Sembalun Timba Gading
C C-4 43,23 Desa Sembalun Timba Gading
C C-2 0,18 Desa Sembalun Timba Gading
C C-2 62,57 Desa Sembalun Timba Gading
C C-2 60,25 Desa Sembalun Timba Gading
C C-2 67,50 Desa Sembalun Timba Gading
SBWP BLOK LUAS (HA) LOKASI
C C-1 2,87 Desa Sembalun Timba Gading
C C-1 0,17 Desa Sembalun Timba Gading
C C-1 0,02 Desa Sembalun Timba Gading
C C-3 0,03 Desa Sembalun Timba Gading
C C-3 0,00005 Desa Sembalun Timba Gading
C C-3 0,001 Desa Sembalun Timba Gading
C C-3 0,00004 Desa Sembalun Timba Gading
C C-2 0,02 Desa Sembalun Timba Gading
C C-3 0,0004 Desa Sembalun Timba Gading
C C-3 0,0001 Desa Sembalun Timba Gading
C C-3 0,001 Desa Sembalun Timba Gading
C C-3 0,02 Desa Sembalun Timba Gading
C C-3 0,002 Desa Sembalun Timba Gading
C C-3 0,0003 Desa Sembalun Timba Gading
C C-3 0,004 Desa Sembalun Timba Gading
C C-3 0,001 Desa Sembalun Timba Gading
C C-3 0,001 Desa Sembalun Timba Gading
C C-3 0,01 Desa Sembalun Timba Gading
C C-1 0,01 Desa Sembalun Timba Gading
C C-3 0,09 Desa Sembalun Timba Gading
C C-3 0,001 Desa Sembalun Timba Gading
C C-3 0,005 Desa Sembalun Timba Gading
C C-3 0,03 Desa Sembalun Timba Gading
C C-3 0,002 Desa Sembalun Timba Gading
C C-3 0,02 Desa Sembalun Timba Gading
C C-2 0,01 Desa Sembalun Timba Gading
C C-4 0,001 Desa Sembalun Timba Gading
C C-2 0,0003 Desa Sembalun Timba Gading
C C-3 0,001 Desa Sembalun Timba Gading
C C-1 0,38 Desa Sembalun Timba Gading
C C-3 10,52 Desa Sembalun Timba Gading
C C-4 0,01 Desa Sembalun Timba Gading
D D-1 0,0001 Desa Sembalun
D D-3 0,06 Desa Sembalun
D D-1 3,53 Desa Sembalun
D D-1 0,11 Desa Sembalun
D D-1 0,03 Desa Sembalun
D D-1 24,41 Desa Sembalun
D D-1 0,0001 Desa Sembalun
D D-1 0,002 Desa Sembalun
D D-1 0,0005 Desa Sembalun
D D-1 0,01 Desa Sembalun
D D-1 44,53 Desa Sembalun
D D-1 0,0001 Desa Sembalun
SBWP BLOK LUAS (HA) LOKASI
D D-1 0,84 Desa Sembalun
D D-1 0,44 Desa Sembalun
D D-1 0,01 Desa Sembalun
D D-1 0,07 Desa Sembalun
D D-1 0,001 Desa Sembalun
D D-1 0,001 Desa Sembalun
D D-1 0,04 Desa Sembalun
D D-1 0,01 Desa Sembalun
D D-1 0,06 Desa Sembalun
D D-1 0,01 Desa Sembalun
D D-1 0,01 Desa Sembalun
D D-1 0,19 Desa Sembalun
D D-1 1,29 Desa Sembalun
D D-1 0,27 Desa Sembalun
D D-1 7,05 Desa Sembalun
D D-1 35,32 Desa Sembalun
D D-1 0,60 Desa Sembalun
D D-2 0,01 Desa Sembalun
D D-1 6,44 Desa Sembalun
D D-2 66,00 Desa Sembalun
D D-3 122,52 Desa Sembalun
 TOTAL LUAS 3275,15
Sumber: Hasil Rencana, 2018
Untuk mendukung pengembangan kawasan agropolitan berdasarkan konsep
pengembangan pada sub bab 5.1, khususnya pada sub zona pertanian dan
perkebunan perlunya untuk merencanakan sarana-sarana pendukung pertanian,
diantaranya sebagai berikut:
1. Tempat jual beli sarana produksi dan alat-alat pertanian
2. Balai penelitian dan pembenihan tanaman
3. KUD
4. Lembaga permodalan
5. Gudang pembuatan pupuk
6. Tempat istirahat petani
7. Pasar Agribis (Pasar yang menjual komoditas pertanian)
Gambar 5.6. Ilustrasi Alat-Alat Pertanian
Sumber: Survei Sekunder, 2018

Gambar 5.7. Contoh Area Pembibitan Tanaman dan KUD


Sumber: Survei Sekunder, 2018

5.2.12.3 Subzona Pariwisata (PL-3)


Subzona pariwisata merupakan peruntukan ruang yang dikembangkan sebagai
bagian dari kawasan budidaya yang dikembangkan untuk mengembangkan kegiatan
pariwisata baik pariwisata alam, buatan maupun budaya.
Tujuan dari penetapan subzona ini, meliputi :
a. Penyediaan ruang untuk pengembangan akomodasi pariwisata dengan
kepadatan yang bervariasi di seluruh kawasan.
b. Mengakomodasi bermacam tipe akomodasi pariwisata seperti hotel, villa, resort,
homestay dan lainnya yang mendorong penyediaan akomodasi bagi wisatawan.
Subzona sektor pariwisata di BWP KSK Agropolitan Sembalun ditetapkan pada
beberapa kawasan yang memiliki kecenderungan memiliki letak yang cukup strategis
dengan didukung view panorama alam. Adapun subzona untuk pariwisata yang ada di
Kawasan Inti Kawasan Agropolitan Sembalun memiliki luas sebesar 0,139 Ha. Untuk
lebih jelasnya mengenai sebaran subzona pertanian dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.22. Subzona Pariwisata pada BWP KSK Agropolitan Sembalun
SBWP BLOK LUAS (HA) LOKASI
A A-1 0,139 Desa Sembalun Bumbung
Sumber: Hasil Rencana, 2018

Peruntukan pariwisata yang direncanakan akan dikembangkan di Kawasan


Agropolitan Sembalun bertemakan Desa Wisata. Desa wisata adalah suatu bentuk
integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu
struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang
berlaku (Nuryanti, Wiendu. 1993. Concept, Perspective and Challenges, makalah
bagian dari Laporan Konferensi Internasional mengenai Pariwisata Budaya.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 2-3).
Di kawasan perencanaan, pengembangan desa wisata daya tariknya akan
difokuskan pada kawasan agropolitan dan hasil-hasil produksinya. Pengembangan
desa wisata di Kawasan Agropolitan Sembalun juga akan dilengkapi dengan fasilitas
homestay, sentra oleh-oleh dari hasil pertanian, restoran, parkir terpusat, dan sarana-
sarana lainnya.

Gambar 5.8. Contoh Pengembangan Desa Wisata Berbasis Pertanian


Sumber: Survei Sekunder, 2018
Gambar 5.9. Contoh Homestay dengan Panorama Alam Sebagai Pendukung Desa Wisata

5.3 RENCANA POLA RUANG PADA KAWASAN


PENYANGGA
Kawasan penyangga dalam rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten
agropolitan Sembalun berada di Desa Sajang dan Desa Bilok Petung. Desa-desa tersebut
akan dijadikan kawasan penunjang agropolitan Sembalun yang terdiri dari kegiatan
pariwisata dan sarana-sarana penunjang lainnya. Selain itu, di kawasan penyangga terdapat
peruntukan-peruntukan lain seperti tergambar dalam peta berikut.

A. ZONA LINDUNG
Kawasan zona lindung yang terdapat di kawasan penyangga yaitu hutan lindung dan
sempadan pantai. Luasan peruntukan zona lindung pada kawasan penyangga BWP KSK
Agropolitan Sembalun dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.23. Peruntukan Zona Lindung di Kawasan Penyangga Agropolitan Sembalun
KODE Sub Zona Luas (Ha) Lokasi
SC-1 Suaka Alam 2392,66 Desa Sajang
SC-1 Suaka Alam 11,08 Desa Sajang
PS-1 Sempadan Pantai 15,10 Desa Bilok Petung
HL Hutan Lindung 73,64 Desa Bilok Petung
HL Hutan Lindung 899,49 Desa Sajang
HL Hutan Lindung 10,54 Desa Sajang
PS-2 Sempadan Sungai 0,0004 Desa Sajang
PS-2 Sempadan Sungai 0,12 Desa Sajang
PS-2 Sempadan Sungai 0,19 Desa Sajang
PS-2 Sempadan Sungai 0,68 Desa Sajang
PS-2 Sempadan Sungai 2,07 Desa Bilok Petung
PS-2 Sempadan Sungai 0,75 Desa Bilok Petung
PS-2 Sempadan Sungai 1,23 Desa Bilok Petung
PS-3 Sempadan Waduk 6,02 Desa Sajang
Sumber: Hasil Rencana, 2018

5.3.1 HUTAN LINDUNG (HL)


Zona hutan lindung berdasarkan Peraturan Menteri PU No.20/PRT/M/2011
menyebutkan zona hutan lindung adalah peruntukan ruang yang merupakan bagian dari
kawasan lindung yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga
kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi
air laut, dan memelihara kesuburan tanah. Luas total zona hutan lindung (HL) di Kawasan
Penyangga Agropolitan Sembalun sebesar 983,67 Ha.
Tabel 5.24. Hutan Lindung di Kawasan Penyangga Agropolitan Sembalun
SBWP BLOK LUAS (HA) LOKASI
F F-1 73,64 Desa Bilok Petung
E E-1 899,49 Desa Sajang
E E-2 10,54 Desa Sajang
TOTAL LUAS 983,67
Sumber: Hasil Rencana, 2018

Rencana pengelolaan kawasan hutan dilakukan antara lain dengan:


a. Menyusun dan menetapkan aturan dan kebijakan yang ketat yang mengatur terkait
batasan kegiatan, pemanfaatan dan fungsi kawasan lindung, yang bertujuan
mencegah dan menangkal peralihan fungsi lahan hutan;
b. Memantau dan mengendalikan kegiatan di dalam dan di sekitar kawasan hutan agar
tidak terjadi alih fungsi lahan;
c. Menetapkan sebagai daerah resapan air untuk perlindungan setempat;
d. Memberdayakan masyarakat dalam kegiatan perlindungan hutan meliputi
pembentukkan kelompok masyarakat sadar hutan, sosialisasi rencana pemanfataan
hutan (renstra) yang dilaksanakan pihak perhutani, sosialisasi aturan dan sanksi
penebangan liar; dan
e. Mengolah hutan dengan melibatkan msyarakat berupa sistem tumpang sari.

5.3.2 PERLINDUNGAN SETEMPAT (SEMPADAN PANTAI)


Sub zona perlindungan sempadan pantai (PS-2) adalah kawasan tertentu sepanjang
pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai.
Kriteria penetapan sempadan pantai adalah daratan sepanjang tepian pantai minimal 100
meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Rencana kawasan sempadan pantai pada
Kawasan BWP KSK Agropolitan Sembalun mengacu pada :
1. Peraturan Pemerintah No. 29 tahun 1986 mengenai Kriteria Penetapan Kawasan
Lindung adalah sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan
kondisi fisik pantai minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.
2. Peraturan Daerah No.11 Tahun 2006 tentang RTRW Propinsi NTB untuk kawasan
perkotaan adalah (1) dengan gelombang dari atau sama dengan 2 meter sejauh 30-
75 meter dari pasang tertinggi secara proporsional sesuai bentuk, letak dan kondisi
fisik pantai, dengan gelombang,(2) dengan tinggi gelombang lebih dari 2 meter lebar
sempadan antara 50-100 meter dari garis pasang tertinggi ke arah darat.
3. Peraturan Daerah No. 2 tahun 2012 tentang RTRW Kabupaten Lombok Timur yang
mengatur peraturan zonasi untuk kawasan sempadan pantai disusun dengan
ketentuan :
a. Pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau;
b. Pengembangan struktur alami dan struktur buatan untuk mencegah abrasi
pantai;
c. Pendirian bangunan yang dibatasi hanya untuk menunjang kegiatan rekreasi
pantai dan kegiatan penunjang usaha perikanan yang bukan merupakan
bangunan permanen;
d. Ketentuan pelarangan pendirian bangunan selain yang dimaksud pada huruf
c di atas;
e. Ketentuan pelarangan semua jenis kegiatan yang dapat menurunkan luas,
nilai ekologis dan estetika kawasan; dan
f. ketentuan sempadan pantai bervariasi dengan ketentuan 30 – 250 meter,
dengan ketentuan :
 Kawasan perkotaan dan daerah pariwisata dengan tinggi gelombang > 2
meter, tidak rentan terhadap abrasi, sempadan minimal 30 meter;
 Kawasan perkotaan dan daerah pariwisata dengan tinggi gelombang > 2
meter, rentan terhadap abrasi, sempadan minimal 75 meter;
 Kawasan perkotaan dan daerah pariwisata dengan tinggi gelombang > 2
meter, tidak rentan terhadap abrasi, sempadan minimal 75 meter;
 Kawasan perkotaan dan daerah pariwisata dengan tinggi gelombang > 2
meter, rentan terhadap abrasi, sempadan minimal 100 meter;
 Kawasan perdesaan atau di luar perkotaan dengan tinggi gelombang > 2
meter, tidak rentan terhadap abrasi, sempadan minimal 100 meter;
 Kawasan perdesaan atau di luar perkotaan dengan tinggi gelombang > 2
meter, rentan terhadap abrasi, sempadan minimal 125 meter;
 Kawasan perdesaan atau di luar perkotaan dengan tinggi gelombang > 2
meter, rentan terhadap abrasi, sempadan minimal 125 meter;
 Kawasan perdesaan atau di luar perkotaan dengan tinggi gelombang > 2
meter, rentan terhadap abrasi, sempadan minimal 150 meter; dan
 Kawasan yang rawan tsunami diperlukan mitigasi bencana sehingga
dapat ditentukan sempadan pantai bagi daerah tersebut.
Sesuai dengan kondisi wilayah perencanaan, dimana BWP KSK Agropolitan
Sembalun sebelah utara berbatasan langsung dengan Laut Bali, maka terdapat zona
perlindungan sempadan pantai yang berada di Sub BWP A.

Tabel 5.25. Perlindungan Setempat di Kawasan Penyangga Agropolitan Sembalun


SBWP BLOK LUAS (HA) LOKASI
F F-3 15,10 Desa Bilok Petung
5.3.3 PERLINDUNGAN SETEMPAT (SEMPADAN SUNGAI)
Zona perlindungan setempat merupakan peruntukan ruang yang merupakan bagian
dari zona lindung yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan terhadap sempadan
pantai, sempadan sungai, dan sempadan mata air. Penetapan garis sempadan sungai
bertujuan:
1. Agar fungsi sungai termasuk danau dan waduk tidak terganggu oleh aktifitas yang
berkembang disekitarnya;
2. Agar kegiatan pemanfaatan dan upaya peningkatan nilai manfaat sumber daya yang
ada di sungai dapat memberikan hasil secara optimal sekaligus menjaga fungsi
sungai;dan
3. Agar daya rusak air terhadap sungai dan lingkungannya dapat dibatasi.
Mengacu kepada Peraturan Menteri PU No. 63/PRT/1993, maka rencana
perlindungan setempat sempadan sungai di BWP KSK Agropolitan Sembalun meliputi:
1. Penetapan garis sempadan sungai yang terdiri atas :
 Sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan ditetapkan sekurang-kurangnya 3
(tiga) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul;
 Sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan terdiri dari :
 Pada sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 2 meter, garis
sempadan sungai sekurang-kurangnya 10 meter dihintung dari tepi sungai
pada waktu ditetapkan.
 Pada sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 2 meter sampai dengan
20 meter, garis sempadan sungai ditetapkan sekurang-kurangnya 15 meter
dihintung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.
 Pada sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 20 meter, garis
sempadan sungai ditetapkan sekurang-kurangnya 30 meter.
 Sungai yang terpengaruh pasang surut air laut, garis sempadan ditetapkan
sekurang-kurangnya 100 meter dari tepi sungai dan berfungsi sebagai jalur
hijau.
2. Pemanfaatan lahan di daerah sempadan dapat dilakukan oleh masyarakat untuk
kegiatan-kegiatan tertentu yang terdiri atas :
 Untuk budidaya pertanian dengan jenis tanaman yang diijinkan.
 Untuk kegiatan penggalian dan penimbunan.
 Untuk pemasangan papan reklame, papan penyuluhan dan peringatan, serta
rambu-rambu pekerjaan.
 Untuk pemasangan rentangan kabel listrik, kabel telepon dan pipa air minum.
 Untuk pemancangan tiang atau pondasi prasarana jalan/jembatan.
 Untuk penyelenggaraan kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial dan masyarakat
yang tidak menimbulkan dampak merugikan bagi kelestarian dan keamanan fungsi
serta fisik sungai.
 Untuk pembangunan prasarana lalu lintas air dan bangunan pengambilan dan
pembuangan air.
3. Pada daerah sempadan, masyarakat dilarang melakukan aktifitas :
 Membuang sampah, limbah padat dan atau cair.
 Mendirikan bangunan permanen untuk hunian dan tempat usaha.
4. Pemanfaatan sempadan sungai dapat dilakukan kegiatan budidaya, namun tetap
memperhatikan aspek kelestarian lingkungan;
5. Pada masing-masing sempadan sungai diarahkan untuk menyediakan lahan yang
dimanfaatkan sebagai taman minimal 10% dari lebar sempadan.
6. Instansi yang berwenang dalam pengelolaan kawasan sempadan sungai tersebut
dikoordinasikan oleh Kepala Daerah/Bupati, Bappeda, Bina Marga dan Pengairan
dan Dinas PU.
Sesuai dengan kondisi wilayah perencanaan BWP KSK Agropolitan Sembalun yang
berada di lereng Gunung Rinjani, menyebabkan wilayah tersebut banyak dialiri oleh sungai,
baik yang bersifat Sungai Tetap dan Sungai Musiman. Berdasarkan arah aliran sungainya,
aliran air sungai tersebut ada yang bergerak dari lereng Gunung Rinjani menuju ke arah
utara dan selatan wilayah perencanaan.
Sungai-sungai ini menjadi sumber pengairan areal persawahan yang dialirkan
menuju saluran irigasi yang terdapat di hampir wilayah desa-desa yang ada di Kecamatan
Sembalun. Aliran sungai dan irigasi tersebut sangat bermanfaat.
Aturan yang diberlakukan untuk kondisi ini adalah sungai pada kawasan permukiman
harus ditanggul dan ditetapkan garis sempadannya 3 – 5 meter tergantung dari besar
kecilnya sungai, sedangkan sungai yang diluar kawasan permukiman ditetapkan garis
sempadan sungai berkisar antara 10 - 30 meter tergantung dari kedalaman sungai, seperti
yang tampak pada gambar berikut ini:
Gambar 5.10. Garis Sempadan Sungai Pada Kawasan Terbangun

Keterangan:
A : Kawasan yang Diperkenankan Untuk Bangunan.
B : Kawasan Konservasi Sungai Pada Kawasan Terbangun, diantaranya :
- Konservasi Sungai diarahkan sekitar 3-5 meter (harus ditanggul)
- Diupayakan ada jalan yang berfungsi sebagai pembatas antara kawasan konservasi dengan
kawasan terbangun.
- Diberikan jalan inspeksi, dan diusahakan orientasi rumah menghadap ke sungai.
- Jika tidak ada jalan inspeksi, maka perlu diberi tanda khusus pada batas sempadan sungai.
- Jenis tanaman yang dikembangkan pada kawasan sempadan, sungai yaitu tanaman keras
dengan jenis pengakaran yang kuat dan mampu mengingkat tanah sehingga dapat
mengurangi erosi sungai.

Gambar 5.11. Garis Sempadan Sungai Pada Luar Kawasan Terbangun


Keterangan:
A : Kawasan yang diperkenankan untuk budidaya pertanian
B : Merupakan kawasan bantaran sungai yang harus dikonservasi untuk menghindari erosi,
longsor dll dan tidak diperkenankan untuk bangunan, dengan sempadan sungai sekitar
10 – 30 meter tergantung kedalaman sungai.

Tabel 5.26. Sub Zona Sempadan Sungai di Kawasan Penyangga Agropolitan Sembalun
SBWP BLOK LUAS (HA) LOKASI
E E-2 0,0004 Desa Sajang
E E-3 0,12 Desa Sajang
E E-2 0,19 Desa Sajang
E E-3 0,68 Desa Sajang
F F-2 2,07 Desa Bilok Petung
F F-1 0,75 Desa Bilok Petung
F F-3 1,23 Desa Bilok Petung
TOTAL LUAS 5,04
Sumber: Hasil Rencana, 2018

5.3.4 PERLINDUNGAN SETEMPAT (SEMPADAN WADUK)


Daerah sempadan waduk adalah kawasan tertentu di sekeliling waduk yang dibatasi
oleh garis sempadan waduk. Garis sempadan waduk adalah garis maya batas luar
perlindungan waduk.

Tabel 5.27. Sub Zona Sempadan Waduk di Kawasan Penyangga Agropolitan Sembalun
SBWP BLOK LUAS (HA) LOKASI
E E-3 6,02 Desa Sajang
Sumber: Hasil Rencana, 2018

Pemanfaatan ruang pada daerah sempadan waduk hanya dapat dilakukan untuk
kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
a. Kegiatan penelitian
b. Kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan
c. Upaya mempertahankan fungsi daerah sempadan waduk

B. ZONA BUDIDAYA
Peruntukan kawasan budidaya pada Kawasan Penyangga BWP KSK Agropolitan
Sembalun terbagi ke dalam beberapa peruntukan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel berikut.

Tabel 5.28. Peruntukan Zona Budidaya di Kawasan Penyangga Agropolitan Sembalun


KODE SUB ZONA TOTAL LUAS (HA) LOKASI
R-3 Perumahan Kepadatan Sedang 47,56 Desa Sajang
KODE SUB ZONA TOTAL LUAS (HA) LOKASI
R-3 Perumahan Kepadatan Sedang 45,74 Desa Bilok Petung
KH-4 PLTA 0,71 Desa Bilok Petung
PL-1 Pertanian 64,6 Desa Sajang
PL-4 Perkebunan 1131,2 Desa Sajang
PL-4 Perkebunan 1582,3 Desa Bilok Petung
Sumber: Hasil Rencana, 2018

5.3.5 ZONA PERUMAHAN (R)


Zona perumahan adalah peruntukan ruang terdiri atas kelompok rumah tinggal yang
mewadahi kehidupan dan penghidupan masyarakat yang dilengkapi dengan fasilitasnya.
Tujuan penetapan zona ini adalah untuk:
a. Menyediakan lahan untuk pengembangan hunian dengan kepadatan yang bervariasi;
b. Mengakomodasi bermacam tipe hunian dalam rangka mendorong penyediaan hunian
bagi semua lapisan masyarakat; dan
c. Merefleksikan pola-pola pengembangan yang diingankan masyarakat pada
lingkungan-lingkungan hunian yang ada dan unit kebutuhannya dapat termasuk
penyediaan ruang hunian seperti rumah singgah, rumah sosial, rumah sederhana
sehat, lingkungan kampung dan perumahan tradisional.
Zona permukiman yang dikembangkan pada BWP KSK Agropolitan Sembalun
adalah perumahan dengan kepadatan sedang. Kebutuhan fasilitas perumahan di BWP KSK
Agropolitan Sembalun dihitung dengan pendekatan kebutuhan perumahan makro di
Kecamatan Sembalun. Kebutuhan fasilitas perumahan dihitung dengan menggunakan
perbandingan 1 : 2 : 3. Kebutuhan perumahan pada BWP KSK Agropolitan Sembalun dapat
dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.29. Luas Rencana Perumahan di Kawasan Penyanggan Agropolitan Sembalun


SBWP BLOK LUAS (HA) LOKASI
E E-3 7,34 Desa Sajang
E E-2 0,77 Desa Sajang
E E-3 0,07 Desa Sajang
E E-3 0,66 Desa Sajang
E E-2 0,00 Desa Sajang
E E-2 0,39 Desa Sajang
E E-2 0,15 Desa Sajang
E E-2 0,21 Desa Sajang
E E-3 0,10 Desa Sajang
E E-3 8,24 Desa Sajang
E E-2 6,97 Desa Sajang
E E-2 0,15 Desa Sajang
E E-3 0,85 Desa Sajang
SBWP BLOK LUAS (HA) LOKASI
E E-3 0,11 Desa Sajang
E E-3 0,39 Desa Sajang
E E-3 0,38 Desa Sajang
E E-3 1,84 Desa Sajang
E E-3 0,25 Desa Sajang
E E-3 1,20 Desa Sajang
E E-3 0,35 Desa Sajang
E E-3 0,61 Desa Sajang
E E-3 0,00 Desa Sajang
E E-2 3,80 Desa Sajang
E E-3 0,81 Desa Sajang
E E-3 0,20 Desa Sajang
E E-3 6,53 Desa Sajang
E E-2 2,80 Desa Sajang
E E-3 0,11 Desa Sajang
E E-3 0,31 Desa Sajang
E E-2 0,31 Desa Sajang
E E-3 0,10 Desa Sajang
E E-3 0,28 Desa Sajang
E E-2 0,18 Desa Sajang
E E-1 0,69 Desa Sajang
E E-2 0,39 Desa Sajang
F F-1 0,09 Desa Bilok Petung
F F-1 0,64 Desa Bilok Petung
F F-1 0,18 Desa Bilok Petung
F F-1 0,38 Desa Bilok Petung
F F-2 1,22 Desa Bilok Petung
F F-1 2,74 Desa Bilok Petung
F F-2 0,16 Desa Bilok Petung
F F-1 0,34 Desa Bilok Petung
F F-2 0,23 Desa Bilok Petung
F F-2 0,21 Desa Bilok Petung
F F-1 2,52 Desa Bilok Petung
F F-1 0,08 Desa Bilok Petung
F F-1 0,61 Desa Bilok Petung
F F-1 0,58 Desa Bilok Petung
F F-1 0,53 Desa Bilok Petung
F F-1 0,24 Desa Bilok Petung
F F-1 0,25 Desa Bilok Petung
F F-1 0,45 Desa Bilok Petung
F F-1 0,29 Desa Bilok Petung
F F-2 0,25 Desa Bilok Petung
F F-1 2,73 Desa Bilok Petung
F F-2 0,27 Desa Bilok Petung
SBWP BLOK LUAS (HA) LOKASI
F F-2 1,33 Desa Bilok Petung
F F-2 0,42 Desa Bilok Petung
F F-1 0,67 Desa Bilok Petung
F F-2 0,12 Desa Bilok Petung
F F-2 0,25 Desa Bilok Petung
F F-2 0,23 Desa Bilok Petung
F F-2 0,90 Desa Bilok Petung
F F-1 0,13 Desa Bilok Petung
F F-2 2,67 Desa Bilok Petung
F F-1 2,22 Desa Bilok Petung
F F-2 0,50 Desa Bilok Petung
F F-2 0,49 Desa Bilok Petung
F F-2 0,32 Desa Bilok Petung
F F-2 0,37 Desa Bilok Petung
F F-2 1,08 Desa Bilok Petung
F F-2 0,14 Desa Bilok Petung
F F-2 0,67 Desa Bilok Petung
F F-2 2,55 Desa Bilok Petung
F F-2 2,16 Desa Bilok Petung
F F-2 0,24 Desa Bilok Petung
F F-2 4,19 Desa Bilok Petung
F F-3 8,01 Desa Bilok Petung
F F-3 0,38 Desa Bilok Petung
TOTAL LUAS 93,30  
Sumber: Hasil Rencana, 2018

5.3.6 ZONA PERUNTUKAN KHUSUS (KH)


Zona peruntukan khusus yang ada di Kawasan Penyangga Agropolitan Sembalun
adalah peruntukan khusus untuk PLTA (KH-4). PLTA ini berfungsi sebagai sumber
pengairan di Kawasan Agropolitan Sembalun. Berikut lokasi dan luas PLTA yang
direncanakan di Kawasan Penyangga Agropolitan Sembalun.

Tabel 5.30. Sub Zona PLTA di Kawasan Penyangga Agropolitan Sembalun


SBWP BLOK LUAS (HA) LOKASI
F F-1 0,71 Desa Bilok Petung
Sumber: Hasil Rencana, 2018

5.3.7 ZONA PERUNTUKAN LAINNYA (PL)


Zona peruntukan lainnya di kawasan penyangga Agropolitan Sembalun terdiri dari
sub zona pertanian (PL-1) dan sub zona perkebunan (PL-4). Pertanian dan perkebunan di
kawasan penyangga ini masih merupakan satu kesatuan dengan pertanian dan perkebunan
di kawasan inti. Kegiatan-kegiatan tersebut saling mendukung dan terintegrasi satu sama
lain. Akan tetapi, di kawasan inti untuk sub zona pertanian dan perkebunannya lebih
diprioritaskan pengembangannya. Berikut merupakan peruntukan sub zona pertanian dan
perkebunan di kawasan penyangga agropolitan Sembalun.

Tabel 5.31. Zona Peruntukan Lainnya di Kawasan Penyangga Agropolitan Sembalun


SUB ZONA SBWP BLOK LUAS (HA) LOKASI
Pertanian E E-2 0,86 Desa Sajang
Pertanian E E-2 5,09 Desa Sajang
Pertanian E E-2 4,11 Desa Sajang
Pertanian E E-2 0,54 Desa Sajang
Pertanian E E-2 5,80 Desa Sajang
Pertanian E E-2 1,09 Desa Sajang
Pertanian E E-2 0,55 Desa Sajang
Pertanian E E-2 1,88 Desa Sajang
Pertanian E E-2 0,83 Desa Sajang
Pertanian E E-2 7,96 Desa Sajang
Pertanian E E-3 33,25 Desa Sajang
Pertanian E E-2 2,63 Desa Sajang
Perkebunan E E-2 0,34 Desa Sajang
Perkebunan E E-3 0,17 Desa Sajang
Perkebunan E E-3 0,00 Desa Sajang
Perkebunan E E-2 0,05 Desa Sajang
Perkebunan E E-2 1,46 Desa Sajang
Perkebunan E E-2 0,00 Desa Sajang
Perkebunan E E-3 1,43 Desa Sajang
Perkebunan E E-2 0,23 Desa Sajang
Perkebunan E E-3 0,56 Desa Sajang
Perkebunan E E-2 0,14 Desa Sajang
Perkebunan E E-2 5,86 Desa Sajang
Perkebunan E E-1 0,69 Desa Sajang
Perkebunan E E-2 1,72 Desa Sajang
Perkebunan E E-1 0,01 Desa Sajang
Perkebunan E E-2 0,20 Desa Sajang
Perkebunan E E-2 2,21 Desa Sajang
Perkebunan E E-2 0,42 Desa Sajang
Perkebunan E E-2 0,07 Desa Sajang
Perkebunan E E-2 0,26 Desa Sajang
Perkebunan E E-2 0,13 Desa Sajang
Perkebunan E E-3 0,16 Desa Sajang
Perkebunan F F-1 0,03 Desa Bilok Petung
Perkebunan F F-1 0,00 Desa Bilok Petung
Perkebunan F F-3 0,01 Desa Bilok Petung
Perkebunan F F-3 0,00 Desa Bilok Petung
Perkebunan F F-3 0,03 Desa Bilok Petung
Perkebunan E E-2 0,00 Desa Sajang
SUB ZONA SBWP BLOK LUAS (HA) LOKASI
Perkebunan E E-2 0,00 Desa Sajang
Perkebunan E E-1 0,00 Desa Sajang
Perkebunan E E-2 0,00 Desa Sajang
Perkebunan E E-1 0,00 Desa Sajang
Perkebunan E E-2 0,00 Desa Sajang
Perkebunan E E-1 0,00 Desa Sajang
Perkebunan E E-2 0,00 Desa Sajang
Perkebunan E E-1 29,68 Desa Sajang
Perkebunan E E-2 14,93 Desa Sajang
Perkebunan E E-3 750,91 Desa Sajang
Perkebunan F F-2 941,01 Desa Bilok Petung
Perkebunan F F-1 397,31 Desa Bilok Petung
Perkebunan F F-3 240,18 Desa Bilok Petung
Perkebunan E E-1 12,08 Desa Sajang
Perkebunan E E-2 307,48 Desa Sajang
Perkebunan F F-2 0,00 Desa Bilok Petung
Sumber: Hasil Rencana, 2018

Di kawasan penyangga Agropolitan Sembalun, direncanakan juga akan dibangun lembaga


pendidikan yang memfasilitasi anak-anak asli Sembalun untuk memperoleh wawasan dan
pengetahuan lebih mengenai agropolitan di wilayahnya sendiri. Lembaga pendidikan yang akan
dikembangkan bersifat kejuruan, seperti SMK Pertanian dan sejenisnya.

Gambar 5.12. Contoh Adanya SMK Pertanian di Sebuah Kawasan Agropolitan

Anda mungkin juga menyukai