Anda di halaman 1dari 34

LEGALISASI RANPERDA RTR DAN ZONNING REGULATION KAWASAN STRATEGIS WBD

JATILUWIH

BAB I PENDA
HULUA
N
1.1 Latar Belakang
UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengamanatkan bahwa dalam
rangka penataan ruang perlu disusun Rencana Umum Tata Ruang untuk seluruh
wilayah kabupaten/kota beserta rencana rincinya.
Kabupaten Tabanan telah memiliki Perda RTRW yaitu Perda No. 11 Tahun 2012
tentang RTRW Kabupaten Tabanan Tahun 2012-2032 yang memberikan arahan
pemanfaatan ruang secara makro. Selanjutnya operasionalisasi Perda RTRW Kabupaten
yang masih merupakan rencana umum, perlu ditindaklanjuti dengan penyusunan
Rencana Rinci Tata Ruang baik berupa Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan,
Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis serta Peraturan Zonasinya.
Dokumen Materi Teknis dan Raperda RTR Kawasan Strategis WBD Jatiluwih
telah disusun secara bertahap pada tahun 2015 dan tahun 2017 dilakukan Legalisasi
dokumen RTR Kawasan Strategis WBD Jatiluwih. Percepatan Legalisasi Raperda RTR
dan peraturan zonasi Kawasan Strategis WBD Jatiluwih tersebut merupakan kebutuhan
mendesak mengingat peraturan zonasinya akan dipakai dasar dalam pemberian
perizinan dan pemanfaatan/pengendalian ruang.
Legalisasi Ranperda RTR Kawasan Strategis WBD Jatiluwih merupakan proses
kegiatan dalam rangka penetapan Raperda RTR Kawasan Strategis WBD Jatiluwih
menjadi Perda RTR Kawasan Strategis WBD Jatiluwih. Proses Legalisasi Perda RTR
harus mengikuti ketentuan berdasarkan Peraturan Mendagri No. 28 Tahun 2008
tentang Tata Cara Evaluasi Raperda tentang Rencana Tata Ruang di Daerah, yaitu
adanya persyaratan yang harus dipenuhi melalui proses Persetujuan DPRD, Konsultasi
Publik, Rekomendasi Gubernur serta Persetujuan Substansi Menteri dari Kementrian
yang membidangi urusan penataan ruang serta Peraturan Menteri ATR/Kepala BPN
Nomor 8 Tahun 2017 tentang Pedoman Pemberian Persetujuan Substansi Dalam
Rangka Penetapan Peraturn Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Provinsi dan Rencana
tTata Ruang Kabupaten/Kota.

LAPORAN AKHIR I-1


LEGALISASI RANPERDA RTR DAN ZONNING REGULATION KAWASAN STRATEGIS WBD
JATILUWIH

Persetujuan Substansi Menteri sendiri memiliki persyaratan harus sesuai


Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 37
Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis
Provinsi dan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Kabupaten.
Sesuai tahapan persyaratan penetapan/Legalisasi Perda RTR KSK dan
membantu percepatan proses penetapan RTR KSK dan peraturan zonasi Kawasan
Strategis WBD Jatiluwih maka pada tahun anggaran 2020, Dinas Pekerjaan Umum,
Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan Permukiman Kabupaten Tabanan akan
melaksanakan proses Legalisasi Perda RTR KSk dan Peraturan Zonasi RTR Kawasan
Strategis WBD Jatiluwih melalui pendampingan pihak ketiga terhadap kegiatan
tersebut.
1.2 Maksud Dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Adapun maksud dari kegiatan Legalisasi Ranperda RTR Dan Zonning Regulation
Kawasan Strategis WBD Jatiluwih ialah:
a. Mempercepat Legislasi Ranperda menjadi Perda
b. Menyempurnakan, memantapkan dan memutakhirkan peta, data
mengakomodir permasalahan-permasalahan baru
c. Melakukan pendampingan dalam proses legislasi sesuai persyaratan
permohonan persetujuan substansi
1.2.2 Tujuan
Kegiatan Legalisasi Ranperda RTR Dan Zonning Regulation Kawasan Strategis
WBD Jatiluwih bertujuan untuk terlegalisasinya Ranperda RTR Kawasan
Strategis WBD Jatiluwih yang akan dimanfaatkan sebagai pedoman arah
pemanfaatan ruang dan pengendalian di Kabupaten Tabanan.
1.3 Ruang Lingkup
1.3.1 Lingkup Substansi
Prosedur penyusunan RTR Kawasan Strategis WBD Jatiluwih meliputi proses
penyusunan, pelibatan masyarakat dan pembahasan rancangan RTR.
a. Persiapan Penyusunan
Persiapan Penyusunan terdiri atas :
1) Persiapan awal: pemahaman terhadap TOR
2) Gambaran umum wilayah perencanaan
3) Hasil kajian awal berupa delineasi kawasan, kebijakan terkait dengan
wilayah perencanaan, isu strategis, potensi dan permasalahan, serta
gagasan awal pengembangan kawasan
4) Metodologi pendekatan pelaksanaan pekerjaan
5) Perangkat survei yang akan digunakan
6) Rencana kerja pelaksanaan penyusunan RTR KSP atau RTR KSK.
7) Penyiapan peta dasar berbasis citra satelit

LAPORAN AKHIR I-2


LEGALISASI RANPERDA RTR DAN ZONNING REGULATION KAWASAN STRATEGIS WBD
JATILUWIH

- Kawasan inti KSK digambarkan dengan skala ketelitian peta 1:10.000


hingga 1:5.000.
- Kawasan penyangga KSK digambarkan dengan skala ketelitian peta
minimal 1:25.000.
b. Pengumpulan Data dan Informasi
Pengumpulan data untuk mendapatkan data dan informasi kawasan dan
terkait kawasan secara lengkap mencakup:
1) Data terkait dengan nilai strategis dan isu strategis KSP atau KSK;
2) Data kebijakan penataan ruang dan kebijakan sektor lainnya;
3) Data kondisi fisik lingkungan;
4) Data penggunaan lahan;
5) Data peruntukan ruang;
6) Data prasarana dan sarana;
7) Data kependudukan;
8) Data perekonomian, sosial, dan budaya;
9) Data kelembagaan;
10) Data dan informasi pertanahan;
11) Peta dasar; dan
12) Data lainnya sesuai dengan karakteristik KSP atau KSK.
c. Pengolahan Data dan Analisis
Pengolahan data Analisis Penyusunan RTR Kawasan Strategis WBD Jatiluwih
terdiri atas:
1) Review terhadap RTR terkait dengan KSP atau KSK;
2) Penyusunan dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis;
3) Analisis penguatan nilai strategis dan isu strategis KSP atau KSK;
4) Analisis delineasi kawasan;
5) Analisis konsep pengembangan kawasan;
6) Analisis regional (kawasan yang terpengaruh);
7) Analisis kebutuhan ruang;
8) Analisis pembiayaan pembangunan; dan
9) Analisis lainnya sesuai dengan bentuk KSP atau KSK.
d. Perumusan Konsepsi Rencana RTR RTR Kawasan Strategis WBD Jatiluwih
1) Tahap perumusan konsepsi rencana paling sedikit harus mengacu:
 Rencana tata ruang wilayah nasional;
 Rencana tata ruang wilayah provinsi; dan/atau
 Rencana tata ruang wilayah kabupaten.
2) Tahap perumusan konsepsi rencana paling sedikit harus memperhatikan:
 Rencana pembangunan jangka panjang nasional;
 Rencana pembangunan jangka panjang daerah;
 Rencana pembangunan jangka menengah nasional;

LAPORAN AKHIR I-3


LEGALISASI RANPERDA RTR DAN ZONNING REGULATION KAWASAN STRATEGIS WBD
JATILUWIH

 Rencana pembangunan jangka menengah daerah; dan


 Rencana induk sektor terkait.
3) Tahap perumusan konsepsi rencana paling sedikit harus merumuskan:
 Alternatif konsep pengembangan
 RTR KSK
4) Alternatif konsep pengembangan berisi:
 Rumusan tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang; dan
 Konsep pengembangan ksp atau ksk.
5) RTR KSK berisi:
 Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang;
 Rencana struktur ruang;
 Rencana pola ruang;
 Ketentuan pemanfaatan ruang bagi ksk; dan
 Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang bagi ksk.
6) Rumusan konsepsi rencana dimuat dalam dokumen materi teknis yang
terdiri atas:
 Buku data dan analisis;
 Buku rencana;
 Album peta.
e. Tahap penyusunan naskah rancangan peraturan daerah diatur sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

1.3.2 Lingkup Wilayah


A. Deliniasi Kawasan Secara Administrasi
Lingkup wilayah kegiatan Legalisasi Ranperda RTR Dan Zonning Regulation
Kawasan Strategis WBD Jatiluwih meliputi kawasan WBD Jatiluwih. Kawasan
WBD Jatiluwih mencakup 10 desa memiliki luas wilayah sebesar 8.639,71 Ha
dengan luas subak 2.472 Ha Adapun batas administrasi dari Kawasan
Strategis WBD Jatiluwih adalah sebagai berikut:
Utara : Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng
Selatan : Kecamatan Kerambitan
Barat : Kecamatan Pupuan, Kecamatan Selemadeg, dan
Kecamatan Selemadeg Timur
Timur : Desa Senganan, Desa Babahan, Desa Penebel, Desa Pitra
dan Desa Jegu
Tabel 1. 1 Luas Kawasan WBD Jatiluwih
N
Nama Desa Luas (Ha)
o
1 Desa Jatiluwih 2.339,17 2.233
2 Desa Wongaya Gede 1.699,54 3.023

LAPORAN AKHIR I-4


LEGALISASI RANPERDA RTR DAN ZONNING REGULATION KAWASAN STRATEGIS WBD
JATILUWIH

N
Nama Desa Luas (Ha)
o
3 Desa Sangketan 1.226,52 450
4 Desa Mengesta 964,33 751
5 Desa Tengkudak 526,17 506
6 Desa Rejasa 357,85 371
7 Desa Pesagi 694,15 541
8 Desa Penatahan 487,36 359
9 Desa Tegallinggah 287,81 244
10 15% dari luas wilayah Desa 56,83 -
Pitra
Jumlah 8.639,73 8.478
**Sumber: Hasil **Sumber: Kantor Desa
Perhitungan Pada Peta
Terkoreksi BIG

LAPORAN AKHIR I-5


Gambar 1. 1 Peta Administrasi Kawasan Strategis WBD Jatiluwih

LAPORAN AKHIR I-6


B. Kondisi Fisik Dasar
1) Topografi
Wilayah Jatiluwih merupakan wilayah dataran tinggi dengan didominasi
lahan pegunungan/ perbukitan dengan ketinggian tanah 200 – 1500
meter dari permukaan laut. Kawasan Jatiluwih terletak di punggung
Gunung Batukaru dengan perbedaan tinggi yang cukup besar antara 4 –
50%. Pengelompokan kemiringan lereng mengacu pada klasifikasi
lereng menurut Hudgson (1974) dalam Tatat Sutarman Abdullah,
“Survai Tanah dan Evaluasi Lahan”, 1993. Ditinjau dari ketinggian lahan,
Kawasan Jatiluwih terdiri dari kelompok lahan sebagai berikut:
1. Lahan dengan ketinggian 200-500 meter dari permukaan laut
merupakan permukaan yang datar sampai berombak dengan
kemiringan lereng lebih dari 2% hingga kurang dari 5%.
2. Lahan dengan ketinggian 500 – 800 meter dari permukaan laut
merupakan permukaan yang berombak hingga bergelombang
dengan kemiringan lereng lebih dari 5% hingga kurang dari 15%.

Lahan yang berada di ketinggian 500-800 meter di Kawasan Jatiluwih

3. Lahan dengan ketinggian lebih dari 800 – 2100 meter dari


permukaan laut merupakan area bergelombang hingga berbukit
dengan kemiringan lereng lebih dari 15% hingga lebih dari 50%.

Lahan yang berada di Ketinggian 800- 2100 meter di Kawasan Jatiluwih

LAPORAN AKHIR I-7


Gambar 1. 2 Peta Topografi Kawasan Strategis WBD Jatiluwih

LAPORAN AKHIR I-8


2) Morfologi
Klasifikasi morfologi pada Kawasan Strategis WBD Jatiluwih meliputi:
a. Morfologi Dataran Landai
Kawasan perencanaan yang memiliki morfologi dataran landai 0-8%
seluas 69.008,29 Ha
b. Moroflogi Perbukitan Sedang
Kawasan perencanaan yang memiliki morfologi perbukitan sedang 8-
15% seluas 2.097,30 Ha
c. Morfologi Perbukitan Landai
Kawasan perencanaan yang memiliki morfologi perbukitan landai 15-
25% seluas 868,44 Ha
d. Morfologi Perbukitan Sedang
Kawasan perencanaan yang memiliki morfologi perbukitan sedang
25-45% seluas 197,66 Ha
e. Morfologi Perbukitan Terjal
Kawasan perencanaan yang memiliki morfologi perbukitan terjal
>45% seluas 8,97%

LAPORAN AKHIR I-9


Gambar 1. 3 Peta Morfologi Kawasan Strategis WBD Jatiluwih

LAPORAN AKHIR I-10


3) Kelerengan
Pembagian atau klasifikasi kemiringan lereng di wilayah perencanaan
dapat dibagi atas beberapa kelas sebagai berikut:
a. Kemiringan Lereng 0 – 8% (Datar)
Kawasan perencanaan yang memiliki kemiringan lereng 0-8% seluas
6.538,131 Ha
b. Kemiringan Lereng 8 – 15% (Landai)
Kawasan perencanaan yang memiliki kemiringan lereng 8 – 15%
seluas 1.336,29 Ha
c. Kemiringan Lereng 5 – 15% (Agak Curam)
Kawasan perencanaan yang memiliki kemiringan lereng 15-25%
seluas 531,32 Ha
d. Kemiringan Lereng 25 – 45% (Curam)
Kawasan perencanaan yang memiliki kemiringan lereng 25 – 45%
seluas 168,27 Ha
e. Kemiringan Lereng >45% (Sangat Curam)
Kawasan perencanaan yang memiliki kemiringan lereng >45% seluas
8,97 Ha.

LAPORAN AKHIR I-11


Gambar 1. 4 Peta Kelerengan Kawasan Strategis WBD Jatiluwih

LAPORAN AKHIR I-12


4) Geologi
Wilayah permukaan Kawasan Jatiluwih tersusun oleh formasi geologi
yang beragam. Batuan yang lebih muda adalah tufa dan endapan lahar
Buyan-Bratan dan Batur yang terbentuk pada era kuarter. Sementara
pada daerah pegunungan terdapat batuan gunung api dari kerucut-
kerucut sebresen Gunung Pohen, Gunung Sangiyang dan Gunung
Lesong. Jenis-jenis batuan menurut luasnya di wilayah Kabupaten
Tabanan adalah sebagai berikut:
1. Tufa endapan lahar Buyan, Beratan dan Batur, luasnya 6.993,92 ha
(57,19 %).
2. Batuan Gunung Pohen dan Gunung Sangiyang, luasnya 4.147,38 ha
(33,92 %).
3. Endapan Alluvial pada Danau Beratan, luasnya 1.087,31 ha (8,89 %).

LAPORAN AKHIR I-13


Gambar 1. 5 Peta Geologi Kawasan Strategis WBD Jatiluwih

LAPORAN AKHIR I-14


5) Jenis Tanah
Berdasarkan formasi geologi di atas, maka Kawasan Strategis WBD
Jatiluwih merupakan wilayah yang subur untuk pertanian karena
sebagian besar berupa endapan dari serentetan gunung api yang terletak
di sisi bagian utara memanjang dari ujung barat sampai ujung timur
wilayahnya. Jenis tanah secara umum yang terdapat di Kabupaten
Tabanan berdasarkan uraian tanah tinjau (Bappeda Provinsi Bali, 2004)
terdiri dari tanah andosol dan latosol.
Tanah jenis andosol berasal dari bahan induk abu dan tufa vulkan
denagn fisiografi lungur vulkan kerucut dan lungur dan bentuk wilayah
berbukit sampai bergunung, terdapat di Kecamatan Pupuan, Penebel,
Baturiti. Sedangkan jenis tanah latosol yang merupakan sebagian besar
dari jenis tanah di Kabupaten Tabanan dan tersebar di seluruh
kecamatan berupa tanah berasal dari bahan induk abu dan tufa vulkan
intermedier dengan fisiografi lungur vulkan kerucut dan lungar vulkan
dan bentuk wilayah melandai, berbukit sampai bergunung.

LAPORAN AKHIR I-15


Gambar 1. 6 Peta Jenis Tanah Kawasan Strategis WBD Jatiluwih

LAPORAN AKHIR I-16


6) Klimatologi
Kondisi klimatologi Kawasan Strategis WBD Jatiluwih mengikuti kondisi
Kabupaten Tabanan dimana secara umum mempunyai iklim tropis dan
curah hujan tahunan rata-rata berkisar 2.155 – 3.292 mm. Musim hujan
pada kawasan ini ditandai oleh turunnnya hujan bermusim pada bulan
November-Mei dan adanya musim kemarau pada bulan April-
September. Adapun suhu rata-rata Kawasan Strategis WBD Jatiluwih
mencapai 27oC, dimana suhu terendah mencapai 24 oC dan suhu tertinggi
mencapai 30oC. Sementara itu untuk kelembaban udara Kawasan
Strategis WBD Jatiluwih berkisar antara 74–77%. Dari kondisi iklim dan
curah hujan yang ada maka telaah analisis yang apat diambil yaitu
dengan kondisi iklim basah yang cukup dan dengan adanya daerah yang
memiliki tipe iklim A, yaitu wilayah pegunungan Batukaru dan kawasan
Bedugul maka rata-rata penduduk dapat memberikan manfaat yang
besar terhadap pertanian dan perkebunan yang merupakan kegiatan
dominan pada Kawasan Strategis WBD Jatiluwih.

LAPORAN AKHIR I-17


Gambar 1. 7 Peta Curah Hujan Kawasan Strategis WBD Jatiluwih

LAPORAN AKHIR I-18


7) Hidrologi
Kawasan Jatiluwih dialiri beberapa tukad/sungai dan pangkung meliputi
Tukad Yeh Ho yang melalui tepi batas desa, Tukad Baat, Tukad Baas,
Tukad Pusut, Tukad Ayung, Pangkung Kesambi dan Pangkung Gebang.
Sementara Kawasan Strategis WBD Jatiluwih memiliki banyak mata air
dan saat ini telah dimanfaatkan penduduk Kawasan Strategis WBD
Jatiluwih sebelah utara. Sedangkan mata air yang digunakan untuk
prosesi upacara agama (beji) pada Kawasan Strategis WBD Jatiluwih
berjumlah 7 beji. Berikut rinciannya.

Tabel 1. 2 Kondisi Mata Air Kawasan Perencanaan


Kapasita Jumla
Lokasi
No. s h Keterangan
Mata Air
(lt/dt) (unit)
1 Melangki 2 1 Berada di kawasan hutan
2 Munduk Carik 2 1 Berada di kawasan hutan
3 Munduk Tengah 10 1 Di Jatiluwih Kangin
4 Gunungsaridesa 1 1 Dekat Pura Puseh
5 Gunungsari Umakayu 2 1 Awalnya dimanfaatkan
penduduk Gunungsari
Umakayu, tetapi saat ini
sudah dialihkan ke Desa
Soka
6 Beji - 7 Tidak diukur karena hanya
untuk upacara
Total 17 12 Total yang dimanfaatkan
hanya 11 unit
Sumber: RDTR Kawasan Jatiluwih, 2003
Dari kapasitas 5 liter/detik hanya dapat memenuhi kebutuhan
penduduk sehari-hari dan untuk kebutuhan perkebunan. Sedangkan
kebutuhan air untuk persawahan dipenuhi dari irigasi Bendung
Gunungsari dan Bendung Jatiluwih. Alternatif lain di samping dari
potensi hidrologi di Kawasan Jatiluwih adalah adanya sumber mata air
yang sudah dimiliki PDAM yaitu mata air Gembrong yang berada di luar
Jatiluwih dekat Pura Batulumbung, Desa Soka dengan debit 181 liter/
detik.

C. Kependudukan
Adapun jumlah dan kepadatan penduduk pada 10 desa yang termasuk dalam
Kawasan Strategis WBD Jatiluwih dijabarkan sebagai berikut:
Tabel 1. 3 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kawasan Strategis WBD Jatiluwih
Pada Tahun 2020
N Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk
Nama Desa
o (Jiwa) (Jiwa/Ha)
1 Desa Jatiluwih 2.907 1
2 Desa Wongaya Gede 3.090 2
3 Desa Sangketan 1.963 2

LAPORAN AKHIR I-19


N Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk
Nama Desa
o (Jiwa) (Jiwa/Ha)
4 Desa Mengesta 3.090 3
5 Desa Tengkudak 2.577 5
6 Desa Rejasa 1.505 4
7 Desa Pesagi 1.755 3
8 Desa Penatahan 2.639 5
9 Desa Tegallinggah 1.436 5
10 15% dari luas wilayah Desa
2.057 36
Pitra
Jumlah 23.021 66
Sumber: Hasil Analisa, 2020

LAPORAN AKHIR I-20


Gambar 1. 8 Peta Kepadatan Penduduk Kawasan Strategis WBD Jatiluwih

LAPORAN AKHIR I-21


D. Penggunaan Lahan

Secara administratif, Kawasan Strategis WBD Jatiluwih dengan cakupan 9


(sembilan) desa memiliki luas 8.478 Ha dengan luas subak 2.472 Ha, luas
perkebunan 3.545 Ha, luas permukiman 317 Ha dan luas semak/tegalan 475
Ha. Adapun lus penggunaan lahan di Kawasan Strategis WBD Jatiluwih
sebagai berikut:
Tabel 1. 4 Penggunaan Lahan di Kawasan Perencanaan
No. Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha)
1 Fasilitas Pendidikan 0,30
2 Fasilitas Peribadatan 1,04
3 Fasilitas Sosial 0,04
4 Jalan 0,26
5 Perdagangan dan Jasa 3,05
6 Pergudangan 0,10
7 Perkantoran 0,01
8 Permukiman 225,88
9 Peternakan 3,67
10 Sawah 1.505,47
11 Sawah Tadah Hujan 0,52
12 Sungai 0,26
13 Tanah Kosong 1,15
14 Tegalan/Ladang 0,66
15 Waduk 8,99
Total 1.922,14

Sumber: Hasil Olahan, 2020

LAPORAN AKHIR I-22


Gambar 1. 9 Peta Penggunaan Lahan Kawasan Strategis WBD Jatiluwih

LAPORAN AKHIR I-23


Pada tiap-tiap subak terdapat pembagian zona, yaitu zona inti dan zona
penyangga. Berikut luas zona inti dan penyangga pada tiap-tiap subak yang
terdapat di Kawasan Strategis WBD Jatiluwih.
Tabel 1. 5 Luas Zona Inti dan Zona Penyangga pada Tiap-tiap Subak

No. Subak Catur Angga Zona Inti Zona Penyangga

1 Subak Bedugul 102,853


2 Subak Jatiluwih 305,789
3 Subak Kedampal 139,344
4 Subak Klocing 104,264
5 Subak Penatahan 192,813
6 Subak Pesagi 132,020
7 Subak Piak 156,519
4.510,917
8 Subak Piling 173,183
9 Subak Puakan 169,513
10 Subak Rejasa 262,312
11 Subak Sangketan 175,180
12 Subak Tegallinggah 64,888
13 Subak Tengkudak 161,843
14 Subak Wangaya Betan 38,973
Total 2.179,494 6.690,411
Sumber: Dokumen Cultural Lanscape of Bali Province, 2011

E. Rawan Bencana
1. Rawan banjir bandang
a. Rawan banjir bandang skala rendah
Kawasan Strategis WBD Jatiluwih yang rawan banjir bandang skala rendah
tersebar di sembilan desa meliputi Desa Jatiluwih, Desa Mengesta, Desa
Penatahan, Desa Pesagi, Desa Rejasa, Desa Sangketan, Desa Tegalinggah,
Desa Tengkudak, Desa Wongaya Gede seluas 116,300 Ha
b. Rawan banjir bandang skala sedang
Kawasan Strategis WBD Jatiluwih yang rawan banjir bandang skala sedang
tersebar di sembilan desa meliputi Desa Jatiluwih, Desa Mengesta, Desa
Penatahan, Desa Pesagi, Desa Rejasa, Desa Sangketan, Desa Tegalinggah,
Desa Tengkudak, Desa Wongaya Gede seluas 918,088 Ha
c. Rawan banjir bandang skala tinggi
Kawasan Strategis WBD Jatiluwih yang rawan banjir bandang skala sedang
tersebar di sembilan desa meliputi Desa Jatiluwih, Desa Mengesta, Desa
Penatahan, Desa Pesagi, Desa Rejasa, Desa Sangketan, Desa Tegalinggah,
Desa Tengkudak, Desa Wongaya Gede seluas 1.799,99 Ha

2. Rawan cuaca ekstrem

LAPORAN AKHIR I-24


a. Rawan cuaca ekstrem skala sedang
Kawasan Strategis WBD Jatiluwih yang rawan cuaca ekstrem skala sedang
tersebar di delapan desa meliputi Desa Jatiluwih, Desa Mengesta, Desa
Penatahan, Desa Pesagi, Desa Rejasa, Desa Sangketan, Desa Tegalinggah,
Desa Wongaya Gede seluas 263,15 Ha
b. Rawan cuaca ekstrem skala tinggi
Kawasan Strategis WBD Jatiluwih yang rawan cuaca ekstrem skala sedang
tersebar di sembilan desa meliputi Desa Jatiluwih, Desa Mengesta, Desa
Penatahan, Desa Pesagi, Desa Rejasa, Desa Sangketan, Desa Tegalinggah,
Desa Tengkudak, Desa Wongaya Gede seluas 7.134,15 Ha
3. Rawan Gempa Bumi
a. Rawan gempa bumi skala rendah
Kawasan Strategis WBD Jatiluwih yang rawan gempa bumi skala rendah
tersebar di sembilan desa meliputi Desa Jatiluwih, Desa Mengesta, Desa
Penatahan, Desa Pesagi, Desa Rejasa, Desa Sangketan, Desa Tegalinggah,
Desa Tengkudak, Desa Wongaya Gede seluas 8469,03 Ha
b. Rawan gempa bumi skala sedang
Kawasan Strategis WBD Jatiluwih yang rawan gempa bumi skala sedang
tersebar di delapan desa meliputi Desa Jatiluwih, Desa Mengesta, Desa
Penatahan, Desa Pesagi, Desa Rejasa, Desa Sangketan, Desa Tegalinggah,
Desa Tengkudak seluas 113,957 Ha
4. Rawan Kebakaran Hutan dan Lahan
Kawasan Strategis WBD Jatiluwih yang rawan kebakaran hutan dan lahan
skala sedang tersebar di sembilan desa meliputi Desa Jatiluwih, Desa
Mengesta, Desa Penatahan, Desa Pesagi, Desa Rejasa, Desa Sangketan, Desa
Tegalinggah, Desa Tengkudak, Desa Wongaya Gede seluas 5825,89 Ha
5. Rawan Kekeringan
Kawasan Strategis WBD Jatiluwih yang rawan kekeringan skala sedang
tersebar di sembilan desa meliputi Desa Jatiluwih, Desa Mengesta, Desa
Penatahan, Desa Pesagi, Desa Rejasa, Desa Sangketan, Desa Tegalinggah, Desa
Tengkudak, Desa Wongaya Gede seluas 8.766,31 Ha
6. Rawan Tanah Longsor
Kawasan Strategis WBD Jatiluwih yang rawan tanah longsor skala tinggi
tersebar di sembilan desa meliputi Desa Jatiluwih, Desa Mengesta, Desa
Penatahan, Desa Pesagi, Desa Rejasa, Desa Sangketan, Desa Tegalinggah, Desa
Tengkudak, Desa Wongaya Gede seluas 4.411,98 Ha

LAPORAN AKHIR I-25


Gambar 1. 10 Peta Rawan Bencana Banjir Bandang Kawasan Strategis WBD Jatiluwih

LAPORAN AKHIR I-26


Gambar 1. 11 Peta Rawan Bencana Cuaca Ekstrem Kawasan Strategis WBD Jatiluwih

LAPORAN AKHIR I-27


Gambar 1. 12 Peta Rawan Bencana Gempa Bumi Kawasan Strategis WBD Jatiluwih

LAPORAN AKHIR I-28


Gambar 1. 13 Peta Rawan Kebakaran Hutan Dan Lahan Kawasan Strategis WBD Jatiluwih

LAPORAN AKHIR I-29


LAPORAN AKHIR I-30
Gambar 1. 14 Peta Rawan Kekeringan Kawasan Strategis WBD Jatiluwih

LAPORAN AKHIR I-31


LAPORAN AKHIR I-32
Gambar 1. 15 Peta Rawan Tanah Longsor Kawasan Strategis WBD Jatiluwih

LAPORAN AKHIR I-33


1.4 Dasar Hukum Dan Perundangan
a. UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
b. Peraturan Menteri PU No. 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan
RDTR dan Peraturan Zonasi
c. Permen agraria dan tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional RI No. 37
Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan
d. Permen ATR/BPN No. 8 Tahun 2017 tentang Pedoman Pemberian
Persetujuan Substansi Dalam Rangka Penetapan Peraturan Daerah Tentang
Rencana Tata Ruang Provinsi dan Rencana Tata Ruang Kabupaten/Kota
e. Permen Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional RI Nomor
16 Tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan
Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
f. Peraturan Daerah No. 16 Tahun 2009 tentang RTRW Provinsi Bali
g. Peraturan Daerah No. 11 Tahun 2012 tentang RTRW Kabupaten Tabanan

LAPORAN AKHIR I-34

Anda mungkin juga menyukai