Anda di halaman 1dari 20

BADAN PERENCANAAN, PEMBANGUNAN, PENELITIAN

DAN PENGEMBANGAN DAERAH KABUPATEN MAGETAN

PENYUSUNAN RENCANA AKSI DAERAH


AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN
KABUPATEN MAGETAN

PENDAHULUAN BAB I
PENYUSUNAN RENCANA AKSI DAERAH
AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN
KABUPATEN MAGETAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam upaya mempercepat pencapaian akses air minum dan sanitasi yang layak,
pemerintah telah menerbitkan sejumlah kebijakan yang mendukung upaya percepatan
pembangunan air minum dan sanitasi, melalui Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2010
tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan. Selain itu, telah ditetapkan pula
Standar Pelayanan Minimal bidang air minum dan sanitasi melalui Peraturan Pemerintah
No 02/2018 tentang Standar Pelayanan Minimal, yang diberlakukan mulai tanggal 1
Januari 2019.
Menyadari bahwa penyelenggaraan pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum (SPAM) yang berada di wilayah Kabupaten/Kota merupakan wewenang dan
tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota, maka Pemerintah Kabupaten/ Kota perlu
memiliki kebijakan, strategi, program, kegiatan, dan investasi agar penyelenggaraan
SPAM memenuhi target Standar Pelayanan Minimal (SPM). Demikian pula dengan
penyelenggaraan upaya kesehatan, bahwa penyehatan lingkungan merupakan tanggung
jawab Pemerintahan Daerah. Sehingga untuk memberikan kinerja pelayanan penyehatan
lingkungan yang selalu meningkat dan memenuhi target, maka Pemerintah
Kabupaten/Kota perlu memiliki kebijakan, strategi, program, kegiatan, dan investasi yang
sesuai.
Berdasarkan kebijakan tersebut, peningkatan kinerja pembangunan air minum dan
sanitasi menjadi salah satu prioritas nasional sampai dengan 2024 mendatang. Dalam
rangka memenuhi tanggungjawab pelaksanaan prioritas nasional tersebut, Kabupaten
Magetan menyusun Rencana Aksi Daerah Penyediaan Air Minum dan Penyehatan
Lingkungan (RAD-AMPL). Rencana Aksi Daerah bidang Air Minum dan Penyehatan
Lingkungan (RAD-AMPL) adalah rencana daerah dalam penyediaan pelayanan air minum
dan penyehatan lingkungan untuk periode 5 (lima) tahun. RAD-AMPL berperan sebagai
rencana pengembangan kapasitas daerah untuk perluasan program pelayanan AMPL
serta pengadopsian pendekatan AMPL berbasis masyarakat. RAD-AMPL menjadi acuan
bagi program dan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah

LAPORAN AKHIR I-1


PENYUSUNAN RENCANA AKSI DAERAH
AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN
KABUPATEN MAGETAN

(SKPD) yang bertanggung jawab untuk bidang AMPL dan menjadi acuan bagi Pemda
dalam pengembangan program AMPL dalam periode 5 (lima) tahun.
RAD-AMPL Kabupaten Magetan merupakan dokumen daerah yang berfungsi
sebagai:
1. Rencana pengembangan kapasitas pelayanan air minum dan sanitasi yang
menerapkan pendekatan berbasis masyarakat (Pamsimas) dan pendekatan
kelembagaan;
2. Instrumen kebijakan pengembangan pelayanan air minum dan sanitasi jangka
menengah daerah;
3. “Channel” internalisasi program/kegiatan dengan pendekatan Pamsimas ke dalam
program/kegiatan SKPD yang menangani bidang AMPL;
4. Instrumen untuk membantu memastikan meningkatnya APBD pada bidang AMPL
melalui integrasi RAD-AMPL ke dalam RKPD dan APBD.
RAD-AMPL akan dinilai bermanfaat jika hasil penyusunannya dapat digunakan
dalam penyelenggaraan pengembangan air minum dan sanitasi daerah. Agar dapat
bermanfaat, dan memiliki kualitas substansi yang baik, RAD-AMPL ini juga harus dapat
dikomunikasikan dengan para pengambil keputusan dalam perencanaan dan
penganggaran. Selanjutnya program/kegiatan RAD-AMPL mendapat dukungan dan
kesepakatan sebagai program prioritas untuk dimuat dalam dokumen RKPD dan APBD
dan atau RPJMD (bagi kabupaten/kota yang sedang menyusun RPJMD).
Melalui Program Pamsimas, Pemerintah Pusat bermaksud membantu pemerintah
kabupaten/kota untuk dapat meningkatkan kapasitasnya dalam peningkatan akses
masyarakat terhadap air minum dan sanitasi. Pada akhir program ini, pemerintah
Kabupaten/Kota diharapkan dapat memiliki Kebijakan dan Strategi Daerah mengenai
Pengembangan Sistem Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL), baik yang
berbasis lembaga maupun yang berbasis masyarakat dengan model Pamsimas.
Dalam rangka membantu pemerintah kabupaten/kota dalam pengarusutamaan
kebijakan air minum dan penyehatan lingkungan, termasuk yang berbasis masyarakat
maka Pamsimas mendorong pemerintah kabupaten/kota untuk mengakomodasikan
kebijakan pengembangan AMPL, terutama yang berbasis masyarakat seperti model
Pamsimas, kedalam dua cara:

LAPORAN AKHIR I-2


PENYUSUNAN RENCANA AKSI DAERAH
AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN
KABUPATEN MAGETAN

(1) Penyusunan kebijakan / program prioritas Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
(AMPL) daerah jangka menengah dalam bentuk Rencana Aksi Daerah (RAD)
Bidang AMPL sebagai dokumen pendukung RPJMD (dan menjadi substansi
RPJMD bidang air minum dan penyehatan lingkungan. Implementasinya
dilakukan melalui integrasi RAD-AMPL ke dalam RKPD (Rencana Kerja
Pemerintah Daerah), Renstra SKPD terkait, dan Rencana Induk Sistem
Penyediaan Air Minum (RISPAM) Kabupaten/kota.
(2) Peningkatan kapasitas pengelolaan sistem penyediaan air minum dan sanitasi
berbasis masyarakat melalui :
a. Peningkatan kapasitas organisasi non pemerintah, antara lain Asosiasi
Pengelola SPAMS perdesaan, BPSPAMS, dan Kader AMPL,
b. Peningkatan dukungan kebijakan anggaran daerah, antara lain penerapan
pagu indikatif APBD untuk AMPL, pengembangan Sistem Informasi
Pengelolaan Air Minum dan Sanitasi Perdesaan Berbasis Masyarakat, dan
c. Pengembangan regulasi yang mengatur penyelenggaraan AMPL-Berbasis
Masyarakat.
RAD-AMPL karena memuat sinergi kebijakan pusat dan daerah menjadi dokumen
yang harus diperhatikan daerah dalam penyusunan Renja SKPD, RKPD, Renstra SKPD
dan RPJMD. Untuk itu Bappeda Kabupaten Propinsi Jawa Timur, sesuai dengan Tugas
Pokok dan Fungsinya, menyelenggarakan Penyusunan Dokumen Rencana Aksi Daerah
Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (RAD AMPL) Kabupaten.

1.2 Maksud dan Tujuan


1.2.1 Maksud
Maksud kegiatan ini adalah menyelenggarakan Penyusunan Dokumen Rencana
Aksi Daerah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (RAD AMPL) Kabupaten Magetan.

1.2.2 Tujuan
Tujuan Penyusunan RAD - AMPL Kabupaten ini adalah tersedianya Dokumen
Rencana Aksi Daerah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (RAD AMPL) Kabupaten
Magetan yang komprehensif dan lebih update terhadap perubahan-perubahan dalam

LAPORAN AKHIR I-3


PENYUSUNAN RENCANA AKSI DAERAH
AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN
KABUPATEN MAGETAN

upaya meningkatkan pelayanan bidang air minum dan Pengelolaan air limbah domestik
selama jangka waktu menengah (5 tahun).

1.3 Kebijakan dan Strategi Nasional Bidang Air Minum dan


Penyehatan Lingkungan
Dasar hukum dalam pelaksanaan kegiatan Penyusunan Rencana Aksi Daerah Air
Minum dan Penyehatan Lingkungan (RAD-AMPL) Kabupaten Magetan ini berupa
peraturan perundangan yang meliputi:
1. Undang-undang RI Nomor 11 tahun 1974 tentang Pengairan;
2. Undang-undang RI Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah;
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sumberdaya Air;
4. Undang-Undang RI Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
5. Undang-Undang RI Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air;
7. Peraturan Pemerintah RI Nomor 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum;
8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintahan Daerah;
9. Peraturan Presiden RI Nomor 185 tahun 2014 Percepatan Penyediaan Air Minum
dan Sanitasi;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 122 Tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air
Minum;
11. Peraturan Presiden RI Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 20015-2019;
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tatacara

LAPORAN AKHIR I-4


PENYUSUNAN RENCANA AKSI DAERAH
AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN
KABUPATEN MAGETAN

Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan


Daerah;
13. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.
P.68/Menlhk/Setjen/Kum/1/8/ 2016 tentang Air Limbah Domestik;
14. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
27/PRT/M/2016 Tentang Penyelanggaraan Sistem Penyediaan Air Minum;
15. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 1 Tahun 2014
tentang SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang;
16. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur No 5 Tahun 2012 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur Tahun 2012 – 2032;
17. Peraturan Daerah Kabupaten Magetan Nomor 15 Tahun 2012 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten 2012 – 2032;
18. Peraturan Daerah Kabupaten Magetan Nomor 1 Tahun 2019 tentang RPJMD
Kabupaten 2018 – 2023.
Sesuai dengan kebijakan nasional yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 122 Tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air Minum, antara lain menyebutkan
bahwa:
a. Penyelenggaraan SPAM dilaksanakan untuk menjamin hak rakyat atas air minum,
akses terhadap pelayanan air minum, dan terpenuhinya Kebutuhan Pokok Air
Minum sehari-hari bagi masyarakat;
b. Penyelenggaraan SPAM meliputi pengembangan SPAM dan pengelolaan SPAM.
Penyelenggaraan Spam wajib memenuhi Standar Pelayanan Minimal yang
ditetapkan oleh Menteri;
c. Pengembangan SPAM meliputi pembangunan baru, peningkatan dan perluasan;
d. Pembangunan baru dapat dilakukan berdasarkan adanya kebutuhan
pengembangan pembangunan yang meliputi belum tersedianya kapasitas,
kapasitas terpasang sudah dimanfaatkan secara optimal dan/atau kapasitas yang
ada belum mencukupi kebutuhan;
e. Peningkatan dilakukan melalui modifikasi unit komponen sarana dan prasarana
terbangun untuk meningkatkan kapasitas;
f. Perluasan dilakukan pada unit distribusi berdasarkan adanya kebutuhan perluasan
cakupan pelayanan Air Minum kepada masyarakat;

LAPORAN AKHIR I-5


PENYUSUNAN RENCANA AKSI DAERAH
AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN
KABUPATEN MAGETAN

g. Pengelolaan SPAM meliputi operasi dan pemeliharaan,


Sesuai dengan kebijakan nasional yang tercantum Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor 13/PRT/M/2013 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan
Sistem Pengembangan Air Minum, untuk mencapai kondisi masyarakat yang hidup sehat
dan sejahtera baik di perkotaan maupun di perdesaan, maka dibutuhkan ketersediaan air
minum yang memadai baik kuantitas, kualitas, kontinuitas, dan keterjangkauan. Secara
umum, daerah perkotaan dan perdesaan yang dilayani oleh air minum yang berkualitas
mempunyai kriteria sebagai berikut:
a. Seluruh masyarakat mendapatkan akses pelayanan air minum yang aman, baik di
lingkungan perumahan, perdagangan, perkantoran, maupun tempat umum
lainnya;
b. Masyarakat dapat meminum air secara langsung dari SPAM dengan jaringan
perpipaan, maupun bukan jaringan perpipaan;
c. Masyarakat terlindungi dari berbagai penyakit terkait dengan air, seperti disentri,
tipus, diare, dan sebagainya;
d. Berkembangnya pusat pertumbuhan ekonomi;
e. Masyarakat dapat menikmati peningkatan kesejahteraan dari pengusahaan air
minum yang efisien, profesional, dan terjangkau, khususnya masyarakat yang
berpenghasilan rendah;
f. Masyarakat dan dunia usaha secara aktif dapat berpartisipasi dalam
penyelenggaraan pengembangan SPAM; dan
g. Pemerintah Pusat dan Daerah bersama masyarakat bersama-sama
mengamankan ketersediaan sumber air baku bagi keberlanjutan pelayanan
SPAM.
Bidang Sanitasi memiliki program dan kegiatan yang bertujuan untuk mencapai
kondisi masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bebas dari
pencemaran air limbah permukiman. Air limbah yang dimaksud adalah air limbah
permukiman (municipal wastewater) yang terdiri atas air limbah domestik (rumah tangga)
yang berasal dari air sisa mandi, cuci dapur dan tinja manusia dari lingkungan permukiman
serta air limbah industri rumah tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan
Berbahaya (B3). Air limbah permukiman ini perlu dikelola agar tidak menimbulkan dampak

LAPORAN AKHIR I-6


PENYUSUNAN RENCANA AKSI DAERAH
AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN
KABUPATEN MAGETAN

seperti mencemari air permukaan dan air tanah, disamping sangat beresiko menimbulkan
penyakit seperti diare, typus, kolera dan lain-lain.
Beberapa upaya pencapaian sasaran RPJMN 2015 – 2019 , kebijakan dan
strategi yang dapat dilakukan meliputi :
a. Peningkatan akses pelayanan sanitasi, baik melalui sistem on-site maupun off-site
di perkotaan dan perdesaan.
b. Peningkatan pembiayaan pembangunan prasarana dan sarana sanitasi .
c. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pengembangan
sistem sanitasi.
d. Penguatan kelembagaan.
e. Pengembangan perangkat peraturan perundang-undangan.
Adapun arah kebijakan yang menjadi dasar pemikiran dari penyusunan RAD-
AMPL Kabupaten Magetan terdiri atas Permen PU Nomor 1 Tahun 2014 tentang SPM
Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, RTRW Kabupaten Magetan Tahun 2012-
2032 dan RPJMD Kabupaten Magetan Tahun 2018-2023.

1.3.1 PETUNJUK TEKNIS STANDAR PELAYANAN MIMINAL BIDANG PEKERJAAN


UMUM DAN PENATAAN RUANG
Lampiran II Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 01/PRT/M/2014

A. Penyediaan Air Baku Untuk Kebutuhan Masyarakat


1. Pengertian
Penyediaan Air baku untuk kebutuhan masyarakat (kabupaten/kota) diutamakan
untuk memenuhi kebutuhan air baku dalam memenuhi kebutuhan pokok minimal
sehari-hari serta guna memenuhi kebutuhan air irigasi untuk pertanian rakyat pada
sistem irigasi yang sudah ada sesuai dengan kewenangan pengelolaannya.
2. Indikator penyediaan air baku dan penyediaan air irigasi untuk pertanian rakyat
 Persentase tersedianya air baku untuk memenuhi kebutuhan pokok minimal
sehari-hari yang dimaksud adalah kewajiban Pemerintah berdasarkan target
MDGs untuk menyediakan air bersih secara berkelanjutan yang dapat diakses
paling tidak oleh 68,87% (rata-rata) masyarakat Indonesia. Kebutuhan pokok
minimal setiap orang akan air bersih per hari adalah 60 liter atau 0,06 m 3.

LAPORAN AKHIR I-7


PENYUSUNAN RENCANA AKSI DAERAH
AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN
KABUPATEN MAGETAN

 Persentase tersedianya air irigasi untuk pertanian rakyat pada sistem irigasi
meliputi sistem irigasi primer dan sekunder pada daerah irigasi lintas
kabupaten/kota dan/atau sistem irigasi primer dan sekunder pada daerah
irigasi sampai dengan 1.000 ha dan terletak dalam satu kabupaten/kota.
3. Target capaian penyediaan air baku
 Persentase target pencapaian SPM penyediaan air baku untuk kebutuhan
pokok minimal sehari-hari ditingkat kabupaten/kota adalah 100% dari target
MDGs untuk menyediakan air bersih secara berkelanjutan yang dapat diakses
paling tidak oleh 68,87% (rata-rata) masyarakat setempat.
Cara perhitungan:

m3
∑ Ketersediaan air baku ( tahun)dari Instalasi Pengolah Air
x 100 %
m3
∑ Kebutuhan air baku tahun ( )
berdasar target MGDs

 Pencapaian target SPM guna tersedianya air baku untuk kebutuhan pokok
minimal sehari-hari diukur dengan melakukan:
- Memperkirakan jumlah penduduk yang akan dilayani dan memperkirakan
kebutuhan akan air baku untuk kebutuhan pokok minimal sehari-hari
selama 1 (satu) tahun.
- Menetapkan kebutuhan air baku yang akan dipenuhi, sesuai target MDGs
(68,87%).
- Menghitung realisasi layanan instalasi pengolah air selama satu tahun.
- Menghitung pencapaian target SPM dan menilai kinerja layanan
penyediaan air baku dengan membandingkan realisasi layanan instalasi
pengolah air dengan kebutuhan air baku yang sesuai target MDGs
 Target SPM guna tersedianya air baku untuk kebutuhan pokok minimal sehari-
hari dicapai melalui pembangunan, rehabilitasi, serta operasi dan
pemeliharaan (O&P) sarana dan prasarana penyediaan air baku. Termasuk
didalamnya adalah kegiatan-kegiatan penunjang, seperti: perencanaan;
pengawasan; dan pemberdayaan.

LAPORAN AKHIR I-8


PENYUSUNAN RENCANA AKSI DAERAH
AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN
KABUPATEN MAGETAN

 Target SPM dicapai melalui pembangunan, rehabilitasi, serta operasi dan


pemeliharaan (O&P) jaringan irigasi kewenangan Pemerintah
Kabupaten/Kota. Termasuk didalamnya adalah kegiatan-kegiatan penunjang,
seperti: perencanaan; pengawasan; dan pemberdayaan.

B. Penyediaan Air Minum (kabupaten/Kota)


1. Pengertian penyediaan air minum
Penyediaan air minum adalah kegiatan menyediakan air minum untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat agar mendapatkan kehidupan yang sehat, bersih, dan
produktif.
2. Kriteria air minum aman
Kriteria air minum yang aman melalui SPAM adalah bahwa sebuah
kabupaten/kota telah memiliki SPAM dengan jaringan perpipaan dan bukan
jaringan perpipaan terlindungi (sesuai dengan standar teknis berlaku) dengan
penyelenggara baik BUMN, BUMD, Badan Usaha Swasta, Koperasi, maupun
kelompok masyarakat, dengan kebutuhan pokok minimal 60 liter/orang/hari dan
diharapkan dapat meningkatkan cakupan pelayanannya.
3. Indikator penyediaan air minum adalah persentase penduduk yang mendapatkan
akses air minum yang aman sebesar 60 liter/orang/hari.
4. Target capaian penyediaan air minum
 Target pencapaian SPM air minum yang aman melalui SPAM dengan jaringan
perpipaan dan bukan jaringan perpipaan terlindungi dengan kebutuhan pokok
minimal 60 liter/orang/hari pada tahun 2019 adalah 81,77% atau dapat
dirumuskan sebagai berikut:
SPM Cakupan Pelayanan =

akhirtahun pencapaian SPM

∑ Masyarakat Terlayani

akhirtahun pencapaian SPM

∑ Proyeksi Total Masyarakat


 Target SPM penyediaan air minum tercapai melalui:

LAPORAN AKHIR I-9


PENYUSUNAN RENCANA AKSI DAERAH
AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN
KABUPATEN MAGETAN

- Penyusunan strategi pengembangan SPAM dengan jaringan perpipaan


dan bukan jaringan perpipaan terlindungi
- Sosialisasi terkait pencapaian target SPM
- Pembagian tanggungjawab dalam rangka mencapai target SPM
C. Penyediaan Sanitasi (Pengelolaan Air Limbah Permukiman)
1. Defisini air limbah permukiman
Air limbah permukiman yang selanjutnya disebut air limbah adalah semua air
buangan yang berasal dari kamar mandi, dapur, cuci dan kakus serta air limbah
industri rumah tangga yang tidak mengandung bahan beracun dan berbahaya
(B3) dari permukiman.
2. Definisi fasilitas sistem pengelolaan air limbah permukiman
Adalah satu kesatuan sistem fisik (teknis) dan non fisik (non teknis) berupa unit
pengolahan setempat (tangki septik/MCK komunal) dan/atau berupa sistem
pengolahan terpusat (pengaliran air limbah dari sambungan rumah melalui
jaringan perpipaan yang kemudian diolah pada instalasi pengolahan air limbah
baik skala kawasan maupun skala kota/regional).
3. Kriteria ketersediaan sistem jaringan dan pengolahan air limbah adalah bahwa
pada kepadatan penduduk > 300 jiwa/ha diharapkan memiliki sebuah sistem
jaringan dan pengolahan air limbah terpusat dengan kualitas efluen instalasi
pengolahan air limbah tidak melampaui baku mutu air limbah domestik yang telah
ditetapkan.
4. Indikator kualitas layanan sistem air limbah antara lain:
 Persentase penduduk yang terlayani sistem air limbah setempat yang
memadai
 Persentase penduduk yang terlayani sistem air limbah terpusat.
5. Target capaian pengelolaan air limbah pemukiman adalah jumlah penduduk yang
terlayani sistem pengelolaan air limbah pada tahun 2019 sebesar 60% atau dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Jumlah penduduk yang terlayani tangki septik / MCK
SPM = x 100 %
Jumlah total penduduk seluruh kabupaten /kota
6. Upaya Pencapaian

LAPORAN AKHIR I - 10
PENYUSUNAN RENCANA AKSI DAERAH
AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN
KABUPATEN MAGETAN

 Sosialisasi penggunaan tangki septik yang benar kepada masyarakat, sesuai


dengan standar teknis yang berlaku
 Sosialisasi pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja yang benar
kepada seluruh stakeholder, sesuai dengan standar teknis yang berlaku
 Sosialisasi penyambungan Sambungan Rumah ke sistem jaringan air limbah

1.3.2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGETAN NOMOR 1 TAHUN 2019


TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
(RPJMD) KABUPATEN MAGETAN TAHUN 2018-2023
A. Rencana Sektor Air Minum
Rencana sektor air minum yang tertuang pada RPJMD Kabupaten Magetan
Tahun 2018-2023 adalah sebagai berikut:
1.) Rencana sistem jaringan sumber daya air yaitu sistem jaringan air baku untuk
air minum
2.) Meningkatkan jumlah penduduk yang berakses air minum layak perkotaan
dan perdesaan
3.) Penyediaan sambungan air minum berkelanjutan
4.) Program penyediaan air minum dan sanitasi
B. Rencana Sektor Sanitasi
Rencana sektor sanitasi yang tertuang pada RPJMD Kabupaten Magetan Tahun
2018-2023 adalah sebagai berikut:
1.) Pengembangan prasarana sanitasi dilakukan dengan optimalisasi fasilitas
sanitasi dan pembangunan sanitasi massal.
2.) Pengembangan sistem jaringan air limbah berupa pembangunan Instalasi
Pengelolaan Air Limbah (IPAL) industri kulit di Kecamatan Ngariboyo.
3.) Pengembangan dan revitalisasi Instalasi Pengelolaan Limbah Tinja di
Kecamatan Panekan.

1.3.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGETAN NOMOR 15 TAHUN 2012


TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN
MAGETAN TAHUN 2012-2032

LAPORAN AKHIR I - 11
PENYUSUNAN RENCANA AKSI DAERAH
AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN
KABUPATEN MAGETAN

A. Rencana Sektor Air Minum


Rencana sektor air minum yang tertuang pada RTRW Kabupaten Magetan Tahun
2012-2032 adalah sebagai berikut:
1. Rencana sistem jaringan air baku untuk air minum berupa peningkatan
pelayanan, pengelolaan air minum, dan peningkatan sistem jaringan air bersih
hingga ke wilayah perdesaan
2. Perwujudan jaringan sumber daya air melalui:
a. Pelestarian sumber mata air dan konservasi daerah resapan air;
b. Pengawasan dan penertiban sumber air yang berasal dari sumber air
tanah dangkal dan sumber air tanah dalam;
c. Pengembangan distribusi utama jaringan air baku untuk air minum; dan
d. Penambahan kapasitas dan revitalisasi jaringan air baku untuk air minum
di seluruh kecamatan.
B. Rencana Sektor Sanitasi
Rencana sektor sanitasi yang tertuang pada RTRW Kabupaten Magetan Tahun
2012-2032 adalah sebagai berikut:
1. Rencana pengembangan prasarana sanitasi melalui pemanfaatan secara
optimal fasilitas sanitasi yang ada dan pembangunan prasarana sanitasi
massal
2. Rencana pengembangan sistem jaringan pengelolaan air limbah melalui:
a. Pembangunan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) industri kulit
berada di Kecamatan Ngariboyo;
b. Pengembangan dan revitalisasi Instalasi Pengelolaan Limbah Tinja
berada di Kecamatan Panekan;
c. Penanganan limbah B3 dengan membuat instalasi tambahan sebelum
dikelola lebih lanjut; dan
d. Pengelolaan penanganan air limbah dari kegiatan meliputi:
1.) Industri;
2.) Rumah sakit;
3.) Hotel;
4.) Restoran; dan
5.) Rumah tangga

LAPORAN AKHIR I - 12
PENYUSUNAN RENCANA AKSI DAERAH
AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN
KABUPATEN MAGETAN

3. Perwujudan sistem sanitasi melalui penyediaan prasarana sanitasi massal


dan penyuluhan cara hidup sehat dengan pemanfaatan prasarana sanitasi
yang sudah ada
4. Perwujudan sistem prasarana air limbah meliputi:
1.) Peningkatan instalasi pengolahan limbah pada kawasan industri;
2.) Pengembangan instalasi pengolahan limbah tinja;
3.) Pengembangan sistem pengolahan limbah tinja berbasis masyarakat dan
rumah tangga perkotaan; dan
4.) Pengembangan sistem pengolahan limbah kotoran hewan dan limbah
rumah tangga perdesaan.

1.4 Ruang Lingkup


Merujuk pada Petunjuk Teknis Penyusunan, Pelaksanaan, dan Pemantauan RAD
AMPL Program Pamsimas, ruang lingkup materi Penyusunan Rencana Aksi Daerah Air
Minum dan Penyehatan Lingkungan (RAD-AMPL) Kabupaten Magetan meliputi air minum
dan sanitasi yang fokus pada perhitungan kebutuhan air minum, kebutuhan jamban
individu dan komunal serta akses terhadap jamban sehat/layak. Dokumen RAD AMPL ini
adalah dokumen yang menunjang program Pamsimas (Penyediaan air minum dan sanitasi
berbasis masyarakat). Secara lebih rinci, ruang lingkup materi dari dokumen RAD AMPL
ini adalah sebagai berikut.

1.4.1 Pengertian Air Minum dan Sanitasi Layak


Sumber air minum yang layak meliputi air minum perpipaan dan air minum non-
perpipaan terlindung yang berasal dari sumber air berkualitas dan berjarak sama dengan
atau lebih dari 10 meter dari tempat pembuangan kotoran dan/atau terlindung dari
kontaminasi lainnya. Sumber air minum layak meliputi air ledeng, keran umum, sumur bor
atau pompa, sumur terlindung dan mata air terlindung, serta air hujan;
Sumber air minum tak layak didefinisikan sebagai sumber air di mana jarak antara
sumber air dan tempat pembuangan kotoran kurang dari 10 meter dan/atau tidak
terlindung dari kontaminasi lainnya. Sumber tersebut antara lain mencakup sumur galian
yang tak terlindung, mata air tak terlindung, air yang diangkut dengan tangki/drum kecil,
dan air permukaan dari sungai, danau, kolam, dan saluran irigasi/drainase;

LAPORAN AKHIR I - 13
PENYUSUNAN RENCANA AKSI DAERAH
AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN
KABUPATEN MAGETAN

Fasilitas sanitasi yang layak didefinisikan sebagai sarana yang aman, higienis,
dan nyaman, yang dapat menjauhkan pengguna dan lingkungan di sekitarnya dari kontak
dengan kotoran manusia.
Fasilitas sanitasi yang layak mencakup kloset dengan leher angsa, toilet guyur
(flushtoilet) yang terhubung dengan sistem pipa saluran pembuangan atau tangki septik,
termasuk jamban cemplung (pitlatrine) terlindung dengan segel slab dan ventilasi; serta
toilet kompos; fasilitas sanitasi yang tidak layak antara lain meliputi toilet yang mengalir ke
selokan, saluran terbuka, sungai, atau lapangan terbuka, jamban cemplung tanpa segel
slab, wadah ember, dan toilet gantung.
Tabel 1. 1 Definisi Sarana Air Minum dan Sanitasi yang Layak/Improved
Sarana Improved/Layak Unimproved/Tidak layak
Air Minum - House connection (Sambungan rumah - Unprotected well (sumur tak terlindungi)
(SR)) - Unprotected spring (mata air tak
- Standpost/pipe (hidran) terlindungi)
- Borehole (sumur bor) - Vendor-provided water (Air dari
- Protected spring or well (sumur penjual/pedagang)
terlindungi) - Botlled water* (Air kemasan)
- Collected rain water (air hujan) - Water provided by tanker truck (air dari
- Water disinfected at the point of use tanker truk)

Sanitasi - Sewer connection (sewer) - Service or bucket latrines


- Septic tank - Public latrines (Toilet umum)
- Pour flush (kloset duduk) - Latrines with an open pit (Toilet dengan
- Simple pit latrine (cubluk) lubang terbuka)
- Ventilated Improved Pit-latrine (cubluk
dengan ventilasi udara)

*) Tidak dianggap layak karena keterbatasan jumlah air yang dipasok, bukan kualitasnya
Sumber: Global Water Supply and Sanitation 2000 Report
Definisi istilah dalam pengelolaan air minum adalah sebagai berikut:
1. Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yang melalui syarat dan dapat langsung diminum (Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air
Minum)
2. Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syarat-syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak
(Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat-
syarat pengawasan kualitas air)

LAPORAN AKHIR I - 14
PENYUSUNAN RENCANA AKSI DAERAH
AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN
KABUPATEN MAGETAN

3. Air PDAM adalah air yang diproduksi melalui proses penjernihan dan penyehatan
sebelum dialirkan kepada konsumen melalui suatu instalasi berupa saluran air.
Sumber air ini diusahakan oleh PAM (Perusahaan Air Minum), PDAM
(Perusahaan Daerah Air Minum) atau BPAM (Badan Pengelola Air Minum), baik
dikelola oleh pemerintah maupun swasta.
4. Perpipaan yang tersalurkan sampai halaman rumah adalah air melalui sistem
perpipaan yang dikelola oleh non-PDAM yang langsung masuk ke halaman/rumah
konsumen. Pengelolanya adalah masyarakat, misalnya dari BPSAB (Badan
Pengelola Sarana Air Bersih). Konsumen tinggal mengambil air di rumahnya, bisa
di luar ataupun di dalam rumah asal masih di dalam batas rumah konsumen.
Sumber airnya dapat berasal dari mata air, sungai, danau atau air hujan yang
melalui sistem perpipaan dan tidak harus melalui proses pengolahan. Sistem
perpipaan dapat menggunakan pipa besi/galvanis, selang plastik/karet, pipa
PVC/paralon maupun bambu.
5. Keran/hidran umum adalah air yang yang penyalurannya disatukan di suatu lokasi
(biasanya disebut hidran) yang dapat digunakan secara umum dan konsumen
harus mengambil air di hidran tersebut. Sumber air keran umum atau hidran
umum berasal dari non-PDAM (mata air, sungai, danau air hujan yang melalui
sistem perpipaan).
6. Sumur pompa adalah sumur yang cara pengambilannya (menaikkan) airnya
dengan menggunakan pompa, baik pompa tangan atau pompa tenaga listrik
termasuk sumur artesis yang menggunakan pompa.
7. Sumur terlindungi adalah air yang berasal dari dalam tanah yang digali dimana
lingkar sumur/perigi tersebut dilindungi oleh tembok paling sedikit 0.8 meter di atas
tanah dan 3 meter ke bawah tanah, serta ada lantai semen sejauh 1 meter
melingkari lingkar sumur atau perigi.
8. Mata air terlindungi adalah sumber air permukaan tanah dimana air timbul dengan
sendirinya. Digolongkan berasal dari sumber mata air terlindungi hanya jika
sumber air bersih yang digunakan berasal hanya dari mata air tanpa sistem
perpipaan/pompa dan tanpa melalui proses penyaringan/pengolahan dimana
penduduk harus pergi ke mata air tersebut untuk mendapatkan air bersih.

LAPORAN AKHIR I - 15
PENYUSUNAN RENCANA AKSI DAERAH
AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN
KABUPATEN MAGETAN

9. Air tadah hujan adalah air yang didapat dengan menampung air hujan. Jika air
tersebut ditampung, disaring dan didistribusikan ke rumah-rumah maka sumber air
tersebut digolongkan ke dalam poin b.
10. Air dalam kemasan yaitu semua merk dan standar, asal berupa air yang dijual
setelah mengalami proses pengolahan dan pengemasan baik gelas, botol maupun
galon.
11. Sumur tak terlindungi adalah air yang berasal dari dalam tanah yang digali dan
sumur tersebut sama sekali tidak dilindungi oleh tembok, atau sumur yang tidak
memenuhi ketentuan sumur terlindung.
12. Mata air tak terlindungi, penjelasan sama seperti poin f hanya saja mata air
tersebut masih alami dan belum ada upaya khusus untuk melindunginya.
13. Air yang didapatkan dengan membeli ke pedagang air yaitu air yang dibeli oleh
konsumen dari penjaja (penjualan dari pintu ke pintu) maupun air yang dipesan
kemudian diantar dengan tanki seperti yang biasa dilakukan penduduk di daerah
kapur/daerah kering/daerah payau. Asal air ini bisa dari mana saja (rumah penjual,
hidran umum, maupun hidran swasta).
14. Air permukaan (sungai, danau, situ) yaitu bila air diperoleh dengan cara
mengambil langsung ke sungai, danau, atau situ tanpa sistem perpipaan/pompa
dan tanpa melalui proses penyaringan/pengolahan
Definisi istilah dalam pengelolaan air limbah domestik adalah sebagai berikut:
1. Air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari usaha dan/atau kegiatan
pemukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan, apartemen, dan asrama.
2. Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik yang selanjutnya disingkat SPALD
adalah serangkaian kegiatan pengelolaan air limbah domestik dalam satu
kesatuan dengan prasarana dan sarana pengelolaan air limbah domestik.
3. Penyelenggaraan SPALD adalah serangkaian kegiatan dalam melaksanakan
pengembangan dan pengelolaan prasarana dan sarana untuk pelayanan air
limbah domestik.
4. SPALD Setempat yang selanjutnya disebut SPALD-S adalah sistem pengelolaan
yang dilakukan dengan mengolah air limbah domestik di lokasi sumber, yang
selanjutnya lumpur hasil olahan diangkut dengan sarana pengangkut ke Sub-
sistem Pengolahan Lumpur Tinja.

LAPORAN AKHIR I - 16
PENYUSUNAN RENCANA AKSI DAERAH
AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN
KABUPATEN MAGETAN

5. SPALD Terpusat yang selanjutnya disebut SPALD-T adalah sistem pengelolaan


yang dilakukan dengan mengalirkan air limbah domestik dari sumber secara
kolektif ke Sub-sistem Pengolahan Terpusat untuk diolah sebelum dibuang ke
badan air permukaaan.
6. Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja yang selanjutnya disingkat IPLT adalah
instalasi pengolahan air limbah yang dirancang hanya menerima dan mengolah
lumpur tinja yang berasal dari Sub-sistem Pengolahan Setempat.
7. Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik yang selanjutnya disingkat IPALD
adalah bangunan air yang berfungsi untuk mengolah air limbah domestik.

1.4.2 Rencana Aksi Daerah Bidang AMPL


Rencana Aksi Daerah bidang Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (RAD
AMPL) adalah rencana daerah dalam penyediaan pelayanan air minum dan penyehatan
lingkungan untuk periode 5 (lima) tahun. RAD AMPL berperan sebagai rencana
pengembangan kapasitas daerah untuk perluasan program pelayanan AMPL serta
pengadopsian pendekatan AMPL berbasis masyarakat (Pamsimas). RAD AMPL akan
menjadi acuan bagi program dan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) yang bertanggung-jawab untuk bidang AMPL dan menjadi
acuan bagi Pemerintah Kabupaten dalam pengembangan program AMPL dalam periode 5
(lima) tahun.
Mengingat salah satu fungsi RAD AMPL ini adalah sebagai “ channel” internalisasi
program/kegiatan dengan pendekatan Pamsimas ke dalam program/kegiatan OPD yang
menangani bidang AMPL, maka program kunci RAD AMPL adalah program-program yang
berhubungan dengan:
1. Program peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan air minum (untuk perkotaan
dan perdesaan):
a. Pembangunan SPAM baru,
b. Perluasan layanan SPAM,
c. Peningkatan kinerja SPAM;
2. Program peningkatan akses penggunaan sanitasi yang layak ;
3. Program pemicuan perubahan perilaku (PHBS) menuju Stop Buang Air Besar
Sembarangan;
4. Program pengelolaan lingkungan untuk konservasi sumber air baku;

LAPORAN AKHIR I - 17
PENYUSUNAN RENCANA AKSI DAERAH
AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN
KABUPATEN MAGETAN

5. Program penguatan kelembagaan pengelolaan pelayanan air minum dan sanitasi


di tingkat masyarakat dan kabupaten.

1.5 Sistematika Pembahasan


Sistematika pembahasan Laporan Akhir dari kegiatan Penyusunan Rencana Aksi
Daerah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan merujuk pada Petunjuk Teknis
Penyusunan, Pelaksanaan, dan Pemantauan RAD AMPL Program Pamsimas dapat
diuraikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, maksud dan tujuan, kebijakan dan strategi
nasional bidang air minum dan penyehatan lingkungan, serta ruang
lingkup kegiatan.
BAB II KONDISI UMUM PENCAPAIAN, PERMASALAHAN, DAN TANTANGAN
Berisi tentang kondisi saat ini air minum dan sanitasi, serta permasalahan
dan tantangan air minum dan sanitasi.
BAB III ISU STRATEGIS, ARAH KEBIJAKAN, DAN STRATEGI
Berisi tentang uraian isu-isu strategis, arah kebijakan Tahun 2020-2024,
dan strategi pencapaian RAD AMPL Kabupaten Magetan Tahun 2020-
2024.
BAB IV PROGRAM DAN KEGIATAN
Berisi tentang program dan kegiatan yang direncanakan dalam kurun
waktu lima tahun kedepan di bidang air minum dan sanitasi.
BAB V KEBUTUHAN DAN INVESTASI
Berisi tentang perkiraan kebutuuhan investasi terkait perkiraan kebutuhan
investasi pelayanan RAD AMPL Kabupaten Magetan serta rencana
pembiayaan bidang air minum dan sanitasi Kabupaten Magetan Tahun
2020-2024.
BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI
Berisi mekanisme pemantauan dan evaluasi oleh stakeholder bidang
AMPL serta formulir pemantauan dan evaluasi RAD AMPL sebagai acuan
proses pemantauan dan evaluasi.

LAPORAN AKHIR I - 18
PENYUSUNAN RENCANA AKSI DAERAH
AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN
KABUPATEN MAGETAN

BAB VI PENUTUP
Berisi kesimpulan dan rekomendasi dalam pengembangan program dan
kegiatan bidang AMPL Kabupaten Magetan Tahun 2020-2024.

LAPORAN AKHIR I - 19

Anda mungkin juga menyukai