JATILUWIH
KETENT
BAB II UAN
UMUM
2.1 Istilah dan Definisi
RTR dan Zonning Regulation Kawasan Strategis WBD Jatiluwih merupakan
penjabaran dari RTRW Kabupaten Tabanan, sehingga beberapa istilah dan definisi akan
sama pengertiannya pada berbagai hirarki perencanaan, namun terdapat beberapa istilah
dan definisi yang merupakan penjabaran yang lebih spesifik. Untuk menyamakan persepsi
terhadap substansi maka diuraikan beberapa pengertian dasar yang akan sering
digunakan.
1. Daerah adalah Kabupaten Tabanan
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Tabanan
3. Bupati adalah Bupati Tabanan
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tabanan
5. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia
dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan
hidupnya
6. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang
7. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat perumahan dan sistem jaringan
prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial
ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional
8. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang
meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk
fungsi budidaya
9. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
10. Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan pengaturan, pembinaan,
pelaksanaan dan pengawasan
11. Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya pencapaian tujuan penataan ruang
melalui pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang.
II-1
LAPORAN AKHIR
LEGALISASI RANPERDA RTR DAN ZONNING REGULATION KAWASAN STRATEGIS WBD
JATILUWIH
II-2
LAPORAN AKHIR
LEGALISASI RANPERDA RTR DAN ZONNING REGULATION KAWASAN STRATEGIS WBD
JATILUWIH
23. Kawasan adalah Kawasan Strategis WBD Kawasan Catur Angga Batukau dan
Kawasan Jatiluwih meliputi wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau
budi daya.
24. Tri Hita Karana adalah adalah tiga unsur keseimbangan dan keharmonisan
hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan
manusia dengan lingkungannya yang dapat mendatangkan kesejahteraan,
kedamaian, dan kebahagiaan bagi kehidupan manusia.
25. Sad Kertih adalah enam sumber kesejahteraan yang harus dilestarikan untuk
mencapai kebahagiaan lahir dan batin yang terdiri dari atma kertih, wana
kertih, danu kertih, segara kertih, jana kertih, dan jagat kertih.
26. Zona adalah kawasan atau area yang memiliki fungsi dan karakteristik spesifik.
27. Kawasan Inti adalah kawasan di mana kegiatan utama KSK berada, baik yang
batasnya telah maupun belum ditetapkan dengan peraturan perundang-
undangan.
28. Kawasan Penyangga adalah kawasan sekitar kawasan inti KSK, yang
mempengaruhi fungsi kawasan inti atau dipengaruhi oleh kawasan inti baik
secara langsung maupun tidak langsung.
29. Kawasan Lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam
dan sumber daya buatan.
30. Kawasan Budi Daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia, dan sumber daya buatan.
31. Kawasan Perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama
pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi
kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan,
pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
32. Rawan Bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis,
klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada
suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan
mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk
menanggapi dampak buruk bahaya tertentu.
33. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok orang termasuk masyarakat
hukum adat, korporasi dan/atau pemangku kepentingan non pemerintah lain
dalam penyelenggaraan penataan ruang.
34. Zona Suci adalah zona yang disucikan oleh umat Hindu seperti zona gunung,
perbukitan, danau, mata air/beji, campuhan, laut, dan pantai.
35. Zona Tempat Suci adalah zona di sekitar pura yang perlu dijaga kesuciannya
dalam radius tertentu sesuai status pura sebagaimana ditetapkan dalam
Bhisama Kesucian Pura Parisadha Hindu Dharma Indonesia Pusat (PHDIP)
Tahun 1994.
36. Zona Hutan Lindung adalah zona hutan yang memiliki sifat khas yang mampu
memberikan perlindungan kepada zona sekitarnya maupun bawahannya
sebagai pengatur tata air, pencegahan banjir, erosi, dan pemeliharaan
kesuburan tanah.
II-3
LAPORAN AKHIR
LEGALISASI RANPERDA RTR DAN ZONNING REGULATION KAWASAN STRATEGIS WBD
JATILUWIH
37. Zona Resapan Air adalah zona yang mempunyai kemampuan tinggi untuk
meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akifer)
yang berguna sebagai sumber air.
38. Sempadan Sungai adalah zona sepanjang kiri-kanan sungai, termasuk sungai
buatan/kanal/saluran irigasi primer yang ditetapkan sebagai zona
perlindungan sungai.
39. Zona sekitar waduk adalah zona sekeliling danau atau waduk yang mempunyai
manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi danau atau waduk.
40. Zona Sekitar Mata Air adalah zona sekeliling mata air yang mempunyai manfaat
penting untuk kelestarian fungsi mata air.
41. Zona Taman Wisata Alam adalah zona pelestarian alam darat maupun perairan
yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam.
42. Zona Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan adalah tempat serta ruang di sekitar
bangunan bernilai budaya tinggi dan sebagai tempat serta ruang di sekitar situs
purbakala dan zona yang memiliki bentukan geologi alami yang khas.
43. Zona peruntukan perumahan adalah bagian dari lingkungan hidup di luar zona
lindung, baik yang berupa zona perkotaan maupun zona perdesaan yang
berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan
tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
44. Zona peruntukan pertanian adalah zona yang diperuntukkan bagi kegiatan
pertanian dalam arti luas yang terdiri atas zona budidaya tanaman pangan,
zona budidaya hortikultura, zona budidaya perkebunan dan budidaya
peternakan.
45. Tinggi bangunan adalah jarak tegak lurus yang diukur dari rata-rata permukaan
tanah yang mana bangunan tersebut didirikan sampai pada garis pertemuan
antara tembok luar atau tinggi struktur bangunan dengan atap.
46. Koefisien Dasar Bangunan yang selanjutnya disebut KDB adalah perbandingan
antara luas dasar bangunan dengan luas persil yang dinyatakan dalam
prosentase.
47. Koefisien Lantai Bangunan yang selanjutnya disebut KLB adalah jumlah lantai
bangunan yang dihitung berdasarkan perbandingan antara luas lantai
bangunan dengan luas persil yang dinyatakan dalam prosentase atau kelipatan
KDB.
48. Sempadan bangunan adalah ruang bebas dimana tidak boleh didirikan
bangunan yang diukur tegak lurus dari tembok bangunan dan tiang struktur
bangunan terdekat atau garis batas tepi, garis as obyek yang bersangkutan;
49. Sempadan jalan adalah lebar badan jalan yang di ukur dari kiri-kanan batas luar
jalan atau got di sepanjang jalan tersebut.
50. Daerah manfaat jalan (Damaja) adalah jalur yang meliputi badan jalan, saluran
tepi jalan dan bidang pengamannya.
51. Daerah milik jalan (Damija) meliputi daerah manfaat jalan dan sejalur tanah
tertentu di luar daerah manfaat jalan.
52. Persil adalah sebidang tanah yang dihaki orang atau badan hukum berdasarkan
perundang-undangan yang berlaku, dalam hal ini tidak temasuk daerah milik
jalan.
53. Telajakan adalah ruang terbuka atau ruang bebas yang disediakan antara
pagar/tembok pekarangan persil bangunan dengan tepi got/ saluran, yang oleh
II-4
LAPORAN AKHIR
LEGALISASI RANPERDA RTR DAN ZONNING REGULATION KAWASAN STRATEGIS WBD
JATILUWIH
II-5
LAPORAN AKHIR
LEGALISASI RANPERDA RTR DAN ZONNING REGULATION KAWASAN STRATEGIS WBD
JATILUWIH
b.
acuan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
dan dokumen perencanaan lainnya
c. acuan sukerta tata palemahan desa pakraman, yang selanjutnya menjadi bagian
dari awig-awig desa pakraman di seluruh Kawasan Strategis WBD Jatiluwih.
Kedudukan RTR Kawasan Strategis Kabupaten dalam Sistem Rencana Pembangunan
Dan Sistem Perencanaan Tata Ruang Secara Nasional Dan Wilayah dapat dilihat pada
Gambar 2.1.
Selanjutnya RTR Kawasan Strategis WBD Jatiluwih dalam pengembangannya harus
harmoni dengan RTRW Kabupaten Tabanan, RDTR Kawasan atau Kawasan Startegis
Kabupaten (KSK) Terkait, serta harus memperhatikan Sinkronisasi dengan Rencana Sektor
terlebih yang menjadi tema keunggulan KSK.
Gambar 2. 1 Kedudukan RTR Kawasan Strategis Kabupaten dalam Sistem Penataan Ruang
dan Sistem Perencanaan Pembangunan
II-6
LAPORAN AKHIR
LEGALISASI RANPERDA RTR DAN ZONNING REGULATION KAWASAN STRATEGIS WBD
JATILUWIH
2.3.2 Manfaat
Adapun manfaat RTR Kawasan Strategis WBD Jatiluwih sebagai berikut:
a. Penentu lokasi berbagai kegiatan yang harmonis yang mempunyai kesamaan
fungsi, peran dan karakteristik kawasan;
b. Menjaga kualitas ruang pada Kawasan/Sub Kawasan dengan meminimumkan
penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan karakteristiknya;
c. Alat operasional pengendalian dan pengawasan pelaksanaan pembangunan fisik
kawasan baik yang dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, swasta
maupun masyarakat;
d. Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang untuk setiap bagian wilayah sesuai
dengan fungsinya di dalam struktur ruang kabupaten secara keseluruhan; dan
dasar pertimbangan bagi penyusunan RTBL dan masterplan infrastruktur dan
blok kawasan tertentu.
2.4 Masa Berlaku RTR Kawasan Strategis WBD Jatiluwih
Adapun msa berlaku RTR Kawasan Strategis WBD Jatiluwih ialah selama 20 (dua
puluh) tahun.
2.5 Tinjauan Kebijakan Penataan Ruang
2.5.1 Arahan Kebijakan Penataan Ruang Skala Nasional
A. Undang- Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Diberlakukannya Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
memberi implikasi prinsip kepada keharusan untuk melakukan penyesuaian
terhadap Rencana Tata Ruang dan Zonning Regulation Kawasan Strategs WBD
Jatiluwih. Hal tersebut terungkap pada amanat pasal 78 ayat (4) butir c, bahwa
semua peraturan daerah kabupaten/kota tentang rencana tata ruang wilayah
kabupaten/kota agar disusun atau disesuaikan paling lambat dalam waktu 3 (tiga)
tahun terhitung sejak Undang-Undang tersebut ini diberlakukan. Arahan Undang
Undang Penataan Ruang terhadap perencanaan tata ruang wilayah kabupaten,
secara khusus diuraikan pada Pasal 25 dan Pasal 26 yaitu :
1. Penyusunan rencana tata ruang wilayah kabupaten mengacu pada:
a. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi;
b. Pedoman dan petunjuk pelaksanaan bidang penataan ruang; dan
c. Rencana pembangunan jangka panjang daerah.
2. Penyusunan rencana tata ruang wilayah kabupaten harus memperhatikan:
a. Perkembangan permasalahan kabupaten dan hasil pengkajian implikasi
penataan ruang kabupaten;
b. Upaya pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi kabupaten;
c. Keselarasan aspirasi pembangunan kabupaten;
d. Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;
e. Rencana pembangunan jangka panjang daerah;
f. Rencana tata ruang wilayah kabupaten yang berbatasan; dan
II-7
LAPORAN AKHIR
LEGALISASI RANPERDA RTR DAN ZONNING REGULATION KAWASAN STRATEGIS WBD
JATILUWIH
II-8
LAPORAN AKHIR
LEGALISASI RANPERDA RTR DAN ZONNING REGULATION KAWASAN STRATEGIS WBD
JATILUWIH
II-9
LAPORAN AKHIR
LEGALISASI RANPERDA RTR DAN ZONNING REGULATION KAWASAN STRATEGIS WBD
JATILUWIH
II-10
LAPORAN AKHIR
LEGALISASI RANPERDA RTR DAN ZONNING REGULATION KAWASAN STRATEGIS WBD
JATILUWIH
II-11
LAPORAN AKHIR
LEGALISASI RANPERDA RTR DAN ZONNING REGULATION KAWASAN STRATEGIS WBD
JATILUWIH
II-12
LAPORAN AKHIR
LEGALISASI RANPERDA RTR DAN ZONNING REGULATION KAWASAN STRATEGIS WBD
JATILUWIH
II-13
LAPORAN AKHIR
LEGALISASI RANPERDA RTR DAN ZONNING REGULATION KAWASAN STRATEGIS WBD
JATILUWIH
II-14
LAPORAN AKHIR
LEGALISASI RANPERDA RTR DAN ZONNING REGULATION KAWASAN STRATEGIS WBD
JATILUWIH
II-15
LAPORAN AKHIR
LEGALISASI RANPERDA RTR DAN ZONNING REGULATION KAWASAN STRATEGIS WBD
JATILUWIH
3) Pakutatan - Soka
4) Gilimanuk – Buleleng
5) Buleleng – Singaraja – Mengwi
6) Canggu – Mengwi – Blahbatuh
b. Sistem jaringan sumber daya air yang berpengaruh terhadap pengembangan
Provinsi Bali terutama Kawasan Sarbagita adalah Wilayah Sungai Bali -
Penida yang merupakan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional dengan
arahan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan
pengendalian daya rusak air (Lampiran VI PP No.13 Tahun 2017 tentang
RTRWN).
5. Rencana Pola Ruang Wilayah Nasional
Rencana pola ruang wilayah nasional terdiri atas kawasan lindung nasional dan
kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis nasional. Pada RTRWN
komponen-komponen kawasan lindung dan kawasan budidaya, telah dirinci dan
menjadi pedoman arahan dalam mengembangkan komponen kawasan lindung
atau kawasan budidaya pada tingkatan RTRWP. Sesuai pasal Pasal 51 dan Pasal
63, diuraikan komponen-komponen kawasan lindung dan Kawasan Budidaya
yang memiliki nilai strategis nasional yang diuraikan pada Tabel 2.1.
Dalam Lampiran VIII PP No. 13 Tahun 2017 tentang RTRWN, ditrtapkan
kawasan lindung nasional yang terdapat di Provinsi Bali meliputi:
a. Cagar Alam Batukahu;
b. Taman Nasional Bali Barat;
c. Taman Nasional Bali Barat;
d. Taman Wisata Alam Sangeh;
e. Taman Wisata Alam Danau Buyan dan Danau Tamblingan;
f. Taman Wisata Alam Panelokan; dan
g. Taman Wisata Alam Gunung Batur Bukit Payang.
Selanjutnya disebutkankan pula dalam Pasal 72 dan Lampiran IX, bahwa
Kawasan budidaya yang memiliki sektor unggulan bernilai strategis nasional
ditetapkan sebagai Kawasan Andalan yang terdiri dari Kawasan Andalan Darat
dan Kawasan Andalan Laut baik yang telah bekembang maupun yang prospektif
untuk Berkembang. Di Provinsi Bali telah ditetapkan tiga Kawasan Andalan:
a. Kawasan Singaraja dan sekitarnya (Bali Utara) dengan pengembangan pada
sektor unggulan pariwisata, pertanian, perikanan dan panas bumi;
b. Kawasan Denpasar-Ubud-Kintamani (Bali Selatan) dengan pengembangan
sektor unggulan pariwisata, pertanian, industri, perikanan dan panas bumi;
dan
c. Kawasan Andalan Laut Bali dan sekitarnya dengan pengembangan sektor
unggulan perikanan, pertambangan, dan pariwisata.
II-16
LAPORAN AKHIR
LEGALISASI RANPERDA RTR DAN ZONNING REGULATION KAWASAN STRATEGIS WBD
JATILUWIH
Tabel 2. 1 Hierarki Fungsi dari Komponen Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Sesuai
PP. 13/2017 tentang RTRWN
NO HIRARKI 1 HIRARKI 2 HIRARKI 3 HIRARKI 4
I KAWASAN 1. Kawasan yang memberikan 1. kawasan hutan lindung;
LINDUNG perlindungan terhadap 2. kawasan bergambut; dan
NASIONAL bawahannya 3. kawasan resapan air.
2. Kawasan perlindungan 1. sempadan pantai
setempat 2. sempadan sungai
3. kawasan sekitar danau atau waduk
4. ruang terbuka hijau kota.
3. Kawasan suaka alam, 1. kawasan suaka alam
pelestarian alam, dan 2. kaw. suaka alam laut dan perairan lainnya
cagar budaya 3. suaka margasatwa dan s.margasatwa laut
4. cagar alam dan cagar alam laut
5. kawasan pantai berhutan bakau
6. taman nasional dan t.n. laut;
7. taman hutan raya;
8. taman wisata alam dan t.w.a laut;
9. kaw.cagar budaya dan ilmu pengetahuan
4. Kawasan rawan bencana 1. kawasan rawan tanah longsor
alam 2. kawasan rawan gelombang pasang; dan
3. kawasan rawan banjir.
5. Kawasan lindung geologi 1. kawasan cagar alam geologi
2. kawasan rawan bencana alam geologi 1. kaw. rwn letusan gn berapi;
2. kawasan rawan gempa bumi
3. kaw. rwn gerakan tanah
4. kaw. yg di zona patahan aktif
5. kawasan rawan tsunami
6. kawasan rawan abrasi
7. kaw. rwn bhy gas beracun
3. kaw. yg mbrikan perlindngan thd air tanah
6. Kawasan lindung lainnya. 1. cagar biosfer
2. Ramsar
3. taman buru
4. kawasan perlindungan plasma nutfah;
5. kawasan pengungsian satwa
6. terumbu karang
7. kaw. koridor bagi jenis satwa atau
biota laut yang dilindungi
II KAWASAN 1. Kawasan peruntukan hutan 1. kaw. peruntukan hutan produksi terbatas
BUDIDAYA 2. kawasan peruntukan hutan produksi tetap
3. kaw. prntukan htn prod yg dpt dikonversi.
2. Kaw. peruntukan hutan rakyat
3. Kaw. peruntukan pertanian
4. Kaw. peruntukan perikanan
5. Kaw. peruntukan pertambangan
6. Kawasan peruntukan industri
7. Kaw. peruntukan pariwisata
8. Kaw. peruntukan permukiman 1. Kawasan permukiman perkotaan
2. Kawasan permukiman perdesaan
9. Kawasan peruntukan lainnya.
Sumber :Disarikan dari Pasal 50 s/d Pasal 71, PP. 13/2017 tentang RTRWN
II-17
LAPORAN AKHIR
LEGALISASI RANPERDA RTR DAN ZONNING REGULATION KAWASAN STRATEGIS WBD
JATILUWIH
II-18
LAPORAN AKHIR
Gambar 2. 2 Peta Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional
II-19
LAPORAN AKHIR
Gambar 2. 3 Peta Rencana Pola Ruang Wilayah Nasional
II-20
LAPORAN AKHIR
Gambar 2. 4 Peta Struktur Ruang Provinsi Bali Berdasarkan RTRWN dan RTR Jawa-Bali
II-21
LAPORAN AKHIR
C. Arahan Peraturan Daerah No. 16 Tahun 2009 Tentang RTRW Provinsi Bali
1. Rencana Struktur Ruang
Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi , meliputi:
a. Sistem Perkotaan
Rencana sistem perkotaan di Wilayah Provinsi Bali, terdiri atas :
1) Sistem perkotaan berdasarkan fungsi terdiri dari :
a) Pusat Kegiatan Nasional (PKN) adalah Kawasan Perkotaan Denpasar
– Badung – Gianyar – Tabanan (Sarbagita) yang terdiri dari Kawasan
Perkotaan Denpasar sebagai Kota Inti (sebagai Ibukota Provinsi Bali)
beserta kota-kota di sekitarnya yaitu kawasan perkotaan Badung,
Gianyar dan Tabanan (sebagai Ibukota Kabupaten), dan kawasan
perkotaan kecil diantaranya yang membentuk sistem metropolitan.
b) Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) adalah Kawasan Perkotaan Negara,
Kawasan Perkotaan Semarapura, Dan Kawasan Perkotaan Singaraja.
c) Pusat Kegiatan Lokal (PKL) adalah Kawasan Perkotaan Gilimanuk,
Kawasan Perkotaan Bangli Dan Kawasan Perkotaan Kintamani,
Kawasan Perkotaan Sampalan, Kawasan Perkotaan Amlapura Dan
Kawasan Perkotaan Seririt.
d) Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) adalah sebagai berikut :
PPK Lalanglinggah yang terdiri atas kawasan Perkotaan Desa
Lalanglinggah dan Desa Selabih;
PPK Bajera yang terdiri atas kawasan Perkotaan Desa Bajera;
PPK Megati yang terdiri atas pusat kawasan Desa Megati;
PPK Sembunggede yang terdiri atas kawasan Perkotaan Desa
Sembunggede dan Desa Meliling;
PPK Marga yang terdiri atas kawasan Perkotaan Desa Marga, Desa
Marga Dajan Puri dan Marga Dauh Puri;
PPK Baturiti yang terdiri atas kawasan Perkotaan Desa Baturiti;
PPK Penebel yang terdiri atas kawasan Perkotaan Desa Penebel;
PPK Pupuan yang terdiri atas kawasan Perkotaan Desa Pupuan
dan Bantiran;
PPK Candikuning yang terdiri atas kawasan Perkotaan Desa
Candikuning; dan
PPK Kerambitan yang terdiri atas kawasan Perkotaan Desa
Kerambitan.
2) Sistem perwilayahan pelayanan perkotaan untuk melayani sekitarnta
(kawasan perdesaan) terdiri atas :
a) Sistem Wilayah Pelayanan Bali Barat meliputi sistem perkotaan di
wilayah Kabupaten Jembrana mencakup Kawasan Perkotaan Negara
berfungsi sebagai PKW, didukung Kawasan Perkotaan Gilimanuk
II-22
LAPORAN AKHIR
berfungsi sebagai PKL serta kawasan perkotaan berfungsi sebagai
PPK pada wilayah Kabupaten Jembrana.
b) Sistem Wilayah Pelayanan Bali Timur meliputi sistem perkotaan di
wilayah Bangli, Kabupaten Klungkung dan Kabupaten Karangasem
mencakup Pusat Pelayanan Kawasan Perkotaan Semarapura
berfungsi sebagai PKW didukung Kawasan Perkotaan Bangli,
Kawasan Perkotaan Amlapura, Kawasan Perkotaan Kintamani dan
Kawasan Perkotaan Sampalan sebagai PKL serta didukung Kawasan
Perkotaan berfungsi PPK pada wilayah Kabupaten Klungkung,
Kabupaten Bangli dan Kabupaten Karangasem.
c) Sistem Wilayah Pelayanan Bali Selatan meliputi sistem perkotaan di
wilayah Kabupaten Tabanan, Kabupaten Badung, Kota Denpasar dan
Kabupaten Gianyar mencakup :
Pusat Pelayanan Kawasan Perkotaan Sarbagita berfungsi sebagai
PKN yang merupakan kawasan metropolitan meliputi Kota
Denpasar dan Kawasna Perkotaan Kuta sebagai Kawasan
Perkotaaan inti didukung Kawasan Perkotaan sekitar kotainti
meliputi Kawasan Perkotaan Mangupura, Kawasan Perkotaan
Jimbaran, Kawasan Perkotaan Gianyar, Kawasan Perkotaan Ubud,
Kawasan Perkotaan Sukawati dan Kawasan Perkotaan Tabanan
serta Kawasan Perkotaan di antara Kota indi dan Kawasan
Perkotaan sekitar kota inti meliputi Kawasan Perkotaan Dalung-
Kerobokan dan Kawasan Perkotaan Blahkiuh; dan
Kawasan Perkotaan di luar Kawasan Perkotaan Sarbagita
berfungsi sebagai PPK pada wilayah Kabupaten Badung,
Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Tabanan.
d) Sistem Wilayah Pelayanan Bali Utara meliputi sistem perkotaan di
wilayah Kabupaten Buleleng, mencakup Pusat Pelayanan Kawasan
Perkotaan Singaraja berfungsi sebagai PKW didukung Kawasan
Perkotaan Seririt berfungsi sebagai PKL serta didukung Kawasan
Perkotaan berfungsi PPK pada wilayah Kabupaten Buleleng.
e) Skala Pelayanan Sistem Perkotaan juga dikembangkan untuk
melayani kawasan perdesaan dalam wilayah pelayanannya,
mecakup :
Pengembangan Pusat Pelayanan Lokal (PPL) sebagai pusat
permukiman dan kegiatan sosial ekonomi yang melayani kegiatan
skala antar desa yang selanjutnya ditetapkan da;am Peraturan
Daerah Kabupaten tentang RTRWK;dan
Pengembangan kawasan agropolitan yang mendorong tumbuhnya
kota pertanian melalui berjalannya sistem dan usaha agribisnis
untuk melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan
pembangunan pembangunan pertanian (agribisnis) di wilayah
II-23
LAPORAN AKHIR
sekitarnya, meliputi : Kawasan Agropolitan Catur di Kabupaten
Bangli, Kawasan Agropolitan Candikuning di Kabupaten Tabanan,
Kawasan Agropolitan Payangan di Kabupaten Gianyar, Kawasan
Agropolitan Melaya di Kabupaten Jembrana, Kawasan Agropolitan
Petang di Kabupaten Badung, Kawasan Agropolitan Nusa Penida
di Kabupaten Klungkung dan Kawasan Agropolitan du lainnya
setelah melalui kajian.
b. Sistem Jaringan Prasarana Wilayah
1) Sistem Jaringan Transportasi
2) Sistem Jaringan Energi
a) Jaringan infrastruktur minyak dan gas bumi mencakup Sistem
jaringan pipa minyak lepas pantai dan rencana pengembangan
interkoneksi jaringan energi pipa gas antar Pulau Jawa-Bali.
b) Jaringan infrastruktur ketenagalistrikan mencakup : SUTET, SUTT,
dan kabel bawah laut
3) Sistem Jaringan Telekomunikasi
a) Jaringan Tetap meliputi jaringan kabel berupa sistem jaringan kabel
serat optik diseluruh wilayah Kab/Kota
b) Jaringan Bergerak mencakup jaringan bergerak terestrial, jaringan
bergerak seluler dan ajringan bergerak satelit.
c) Jaringan informatika berupa pengembangan jaringan layanan
internet pada fasilitas umum dan menjangkau seluruh wilayah desa
adat di wilayah Provinsi.
d) Jaringan penyiaran televisi dan lainnya berupa pengembangan
jarinagn layanan telekomunikasi untuk mendukung pemerataan
jangkauan siaran televisi da kebutuhan telekomunikasi lainnya di
wilayah Provinsi.
4) Sistem Jaringan Sumber Daya Air
a) Sumber Air mencakup : Daerah Aliran Sungai dan Cekungan Air
Tanah.
b) Prasarana Sumber Daya Air mencakup prasarana jaringan air baku
dan jaringan air baku.
c) Pengendalian Daya Rusak Air melalui pemantapan sistem drainase
dan pengendalian banjir, sistem penanganan erosi dan longsor dan
sistem pengamanan abrasi pantai.
Dengan sumber air dan prasarana sumber daya air maka ada beberapa
hal dalam pengendalian daya rusak air meliputi :
a) Perlindungan kawasan resapan, tangkapan air dan alur sungai apda
seluruh Wilayah Sungai Bali-Penida;
b) Perlindungan, pemeliharaan dan pelestarian ekosistem danau
meliputi Danau Batur di Kabupaten Bangli, Danau Beratan di
II-24
LAPORAN AKHIR
Kabupaten Tabanan, Danau Buyan dan Danau Tamblingan di
Kabupaten Buleleng;
c) Pengendalian pemanfaatan air tanah;
d) Konservasi sumber daya air dilaksanakan secara vegetatif dan/atau
sipil teknis melalui pendekatan sosial, ekonomi dan budaya;
e) Pemeliharaan dan peningkatan pelayanan
Bendungan/Waduk/Embung Yang Telah Ada Meliputi : Bendungan
Gerokgak, Bendungan Palasari, Bendungan Benel, Bendungan Telaga
Tunjung, Waduk Muara Nusa Dua Tahap I, Bendungan Titab, Embung
Seraya, Embung Puragae, Embung Datah, Embung Baturinggit,
Embung Burana, Embung Besakihm Embung Muntig, Embung Telung
Buana, Embung Datah II, Embung Bukit, Embung Badeg, Embung
Dukuh, Embung Untalan, Embung Seraya Timur, Embung Batu Dewa
II, Embung Cemara dan Embung Adegan Kangin.
f) Pengembangan sistem penyedian air minum (SPAM), melalui :
peningkatan dan pemerataan pelayanan SPAM perpipaan dan non
perpipaan di kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan,
Pengembangan SPAM terpadu lintas wilayah di Kawasan
Metropolitan Sarbagita dan Pengembangan SPAM pada kawasan yang
relatif mengalami kesulitan air baku.
g) Prasarana pengendalian daya rusak air.
5) Sistem Jaringan Prasarana Lainnya
a) Sistem Jaringan Persampahan
TPA Regional Sarbagita di Kota Denpasar;
TPA Regional Bangklet di Kabupaten Bangli;
TPA Jembrana di Kabupaten Jembrana;
TPA Mandung di Kabupaten Tabanan;
TPA Temesi di Kabupaten Gianyar;
TPA Sente dan TPA Lembongan di Kabupaten Klungkung;
TPA Linggsana di Kabupaten Karangasem;
TPA Bengkala di Kabupaten Buleleng; dan
Rencana pengembangan TPA di Kabupaten Badung.
b) Sitem Pengelolaan Air Limbah
Peingkatan dan perluasan pelayanan sistem prasarana
pembuangan air limbah perpipaan terpusat yang dilayani IPAL
yang telah ada, meliputi :
- IPAL Suwung di Kota Denpasar melayani sebagian wilayah
Kota Denpasar dan sebagian wilayah Kecamatan Kuta,
Kabupaten Badung; dan
- IPAL Benoa melayani sebagian wilayah Kecamatan Kuta
Selatan, Kabupaten Badung.
II-25
LAPORAN AKHIR
Pengembangan baru sistem prasarana pembuangan air limbah
perpipaan terpusat pada :
- Kawasan Perkotaan Sarbagita yang belum terlayani IPAL
Suwung dan IPAL Benoa;
- Kawasan perkotaan berfungsi seagai PKW; dan
- Pusat-pusat kawasan pariwisata dan pusat kegiatan lainnya
yang telah berkembang.
Pengembangan sistem pengelolaan limbah setempat dan komunal
tersebar pada Kabupaten/Kota.
Penyelenggaraan sistem pengelolaan air limbah, dilakukan
melalaui :
- Sistem pembuangan air limbah setempat;
- Sistem perpipaan terpusat pada kawasan perkotaan yang
padat kegiatan dan kawasan-kawasan pariwisata; dan
- Sistem pembuangan terpusat skala kecil pada kawasan
permukiman padat dan perkotaan yang tidak terlayani sistem
jaringan air limbah terpusat.
c) Sistem Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
1) Pengembangan tempat pengelolaan limbah bahan berbahaya dan
beracur terpadu, lintas/Kabupaten di Kawasan Pengambengan
Kabupaten Jembrana dan Kawasan Celukan Bawang Kabupaten
Buleleng setelah melalui kajian;
2) Penyelenggara koordinasi, pembinaan, pengawasan kinerja dalam
pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun tiap
Kabupaten/Kota.
d) Sistem jaringan mitigasi dan evakuasi bencana berupa
pengembangan infrastruktur mitigasi dan pengurangan dampak
bencana, pengembangan dan pemantapan jalur-jalur dan titik
evakuasi sesuai tipe bencana.
2. Rencana Pola Ruang
Rencana pola ruang wilayah provinsi, terdiri dari pola ruang kawasan lindung
dan kawasan budidaya. Rencana pola ruang menggambarkan kebijakan letak,
ukuran, fungsi dari kegiatan-kegiatan budidaya dan lindung dalam wilayah
provinsi. Rencana pola ruang wilayah provinsi meliputi ruang daratan serta
ruang laut dalam batas 12 mil laut dari daratan terjauh di provinsi.
Kawasan Lindung arahan RTRW Provinsi Bali di Kabupaten Tabanan terdiri dari
:
a. Kawasan Peruntukkan Lindung, mencakup :
1) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
bawahannya meliputi :
a) Kawasan hutan lindung
II-26
LAPORAN AKHIR
b) Kawasan resapan air
2) Kawasan perlindungan setempat meliputi :
a) Kawasan suci berupa kawasan suci gunung, kawasan suci danau,
kawasan suci campuhan, kawasan suci pantai, kawasan suci laut,
kawasan suci mata air dan kawasan suci catus patha.
b) Kawasan tempat suci berupa Kawasan Radius Kesucian Pura Sad
Kahyangan, Kawasan Radius Kesucian Pura Dang Kahyangan dan
Kawasan Radius Kesucian Pura Kahyangan Jagat, Pura Kahyangan
Tiga dan Pura Lainnya.
c) Kawasan sempadan pantai
d) Kawasan sempadan sungai
e) Kawasan sekitar danau
f) Kawasan sekitar waduk
g) Kawasan sempadan jurang
h) Kawasan RTH Perkotaan berupa RTH publik dan RTH Privat.
3) Kawasan konservasi meliputi :
a) Kawasan suaka alam (KSA), meliputi cagar alam (CA);
b) Taman wisata alam (TWA);
c) Kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil.
4) Kawasan rawan bencana berupa :
a) Kawasan rawan bencana gerakan tanah yaitu kawasan rawan
bencana tanah longsor;
b) Kawasan rawan bencana gempa bumi.
5) Kawasan lindung geologi meliputi kawasan yang memberuan
perlindungan terhadap air tanah, yang berupa :
a) Kawasan imbuhan air tanah sebarannya meliputi kawasan lereng
pegunungan yang terdapat di Kecamatan Baturiti, Kecamatan
Penebel, Kecamatan Selemadeg Timur, Kecamatan Selemadeg dan
Kecamatan Pupuan di wilayah kabupaten.
b) Kawasan sekitar mata air sebarannya terdiri atas 118 mata air di
seluruh wilayah Kabupaten meliputi :
Kecamatan Selemadeg Barat 3 (tiga) mata air;
Kecamatan Selemadeg 3 (tiga) mata air;
Kecamatan Selemadeg Timur 4 (empat) mata air;
Kecamatan Kerambitan 8 (delapan) mata air;
Kecamatan Tabanan 6 (enam) mata air;
Kecamatan Kediri 4 (empat) mata air;
Kecamatan Marga 18 (delapan belas) mata air;
Kecamatan Baturiti 19 (Sembilan belas) mata air;
Kecamatan Penebel 26 (dua puluh enam) mata air; dan
Kecamatan Pupuan 24 (dua puluh empat) mata air.
II-27
LAPORAN AKHIR
6) Kawasan lindung lainnya meliputi :
a) Kawasan perlindungan plasma nutfah
kawasan yang memiliki ciri khas satwa unggulan meliputi satwa
khas kera dan hutan pala di Kawasan Alas Kedaton, Desa Kukuh,
Kecamatan Marga; dan
Kawasan dengan flora khas di hutan lindung Gunung Batukau di
Kecamatan Penebel berupa pohon Cemara Pandak.
b) Kawasan yang memiliki keunikan lansekap alami yang khas meliputi
kawasan-kawasan terasering sawah di seluruh wilayah Kabupaten
Tabanan
c) Kawasan cagar budaya meliputi :
Kawasan cagar budaya nasional meliputi :
- Kawasan Pura Luhur Batukau di Desa Wangaya Gede
Kecamatan Penebel; dan
- Kawasan Pura Luhur Tanah Lot di Desa Beraban Kecamatan
Kediri.
Kawasan cagar budaya lokal meliputi :
- Kawasan Pura Desa dan Pura Puseh di Desa Perean di
Kecamatan Baturiti;
- Kawasan Pura Geriya Batur Sari di Desa Perean di Kecamatan
Baturiti;
- Kawasan Pura Dayang Desa Perean di Kecamatan Baturiti;
- Kawasan Pura Dalem Alas Kedaton di Desa Kukuh di
Kecamatan Marga;
- Kawasan Pura Yeh Gangga di Desa Sudimara di Kecamatan
Tabanan; dan
- Kawasan Pura Pekendungan di Desa Beraban, Kecamatan
Kediri.
b. Kawasan Peruntukkan Budi Daya
1) Kawasan Hutan Rakyat;
2) Kawasan Pertanian;
3) Kawasan Perikanan;
4) Kawasan Pariwisata;
5) Kawasan Industri;
6) Kawasan Permukiman;
7) Kawasan Peruntukkan Fasilitas Penunjang Permukiman; dan
8) Kawasan Pertahanan Dan Keamanan Negara.
Rencana Pola Ruang Wilayah Provinsi, terdiri dari kawasan peruntukkan
lindung dan kawasan peruntukkan budi daya yang selanjutnya dirinci
berdasarkan hierarki pola ruang seperti tabel di bawah ini.
II-28
LAPORAN AKHIR
Tabel 2. 2 Luas Kawasan Peruntukkan Lindung dan Peruntukkan Budi Daya Provisi Bali
Luas Peruntukkan
No. Jenis Peruntukkan
Luas (ha) (%)
I Kawasan Peruntukkan Lindung
3 Kawasan Konservasi
a Taman Nasional 14.115,56 2,52
b Taman Hutan Raya** 1.084,32 0,19
c Taman Wisata Alam 4.474,84 0,80
d Cagar Alam 1.749,87 0,31
4 Kawasan Lindung Geologi - -
5 Kawasan Rawan Bencana 7.317,29 1,31
6 Kawasan Cagar Budaya - -
7 Kawasan Ekisistem Mangrove 345,55 0,06
SUB TOTAL I 129.187,57 23,09
II Kawasan Peruntukkan Budi Daya
1 Kawasan Hutan Produksi*** 8.856,35 1,58
2 Kawasan Hutan Rakyar -
3 Kawasan Pertanian -
a Kawasan Pertanian Tanaman Pangan 57.024,82 10,19
b Kawasan Holtikultura 10.643,83 1,90
c Kawasan Perkebunan 226.054,40 40,40
4 Kawasan Perikanan 159,22 0,03
Kawasan Peruntukkan Pertambangan
5 5.291,04 0,95
dan Energi
6 Kawasan Peruntukkan Industri 1.919,72 0,34
7 Kawasan Peruntukkan Pariwisata 39.380,64 7,03
8 Kawasan Permukiman 80.614.92 7,03
9 Kawasan Peruntukkan Lainnya 340,41 0,06
10 Belum Teridentifikasi - -
SUB TOTAL II 430.285,34 76,91
TOTAL 559.472,91 100
Keterangan :
(*) terdapat selisih luas Kawasan Hutan Lindung pada batang tubuh dengan Peta SHP
seluas 19,03 ha dari total luas 96.687,85 ha berada diwilayah perairan laut karena
terdapat perbedaan luas berdasarkan delineasi penetapan kawasan hutan dengan garis
pantai yang dikeluarkan oleh BIG
(**) terdapat selisih luas Taman Hutan Raya pada batang tubuh dengan peta SHP seluas
74,44 ha dari total luas 1.158,76 ha, akrena sebagian berada diwilayah perairan laut akibat
delineasi batas garis sempadan pantai yang dikeluarkan oleh BIG
II-29
LAPORAN AKHIR
(***) terdapat selisih luas Kawasan Hutan Produksi pada batang tubuh dengan peta SHP
seluas 230,94 ha dari total luas 9.087,29 ha, karena berada diluar garis pantai/perairan
Sumber : Lampiran X.B Perda Provinsi No. Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Perda No.
16 Tahun 2009 tentang RTRWP Bali 2009-2029
Beberapa hal prinsip Rencana Pola Ruang adalah:
a. Arahan Pola Pemanfaatan Ruang
Memperhatikan batasan-batasan yang ditetapkan dalam RTRWP Bali 2009 –
2029.
b. Arahan Pengelolaan Kawasan Lindung
1) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya:
Hutan lindung di Kabupaten Tabanan mencakup Hutan Lindung Gunung
Batukau (6.994,73 Ha), Hutan Lindung Yeh Ayah (584,70 Ha), Hutan Lindung
Yeh Leh Yeh Lebah (1.339,36 Ha) yang berada di sebagian wilayah Kec.
Pupuan, Kec. Selemadeg, Kec.Selemadeg Timur dan Kec.Penebel.
2) Kawasan perlindungan setempat :
Sempadan Pantai (perhatian khusus pada garis pantai Kec. Kediri, Kec.
Kerambitan, Kawasan Soka).
Kawasan Perlindungan Setempat Lainnya (Kawasan Suci – Pura, tempat
suci, dsb., Kawasan Sempadan Jurang yang terdapat di sekitar Kec. Pupuan,
Kec. Selemadeg, Kec. Selemadeg Timur dan Kec. Penebel).
3) Kawasan suaka alam dan cagar budaya
Lokasi kawasan suaka alam di Kab.Tabanan mencakup kawasan Cagar Alam
Gunung Batukau seluas 723, 30 ha (tujuh ratus dua puluh tigas koma tiga nol
hektar) dari luas keseluruhan wilayah seluas 1.749,97 ha (seribu tujuh ratus
empat puluh sembilan koma sembilan tujuh hektar) berada di Kabupaten
Tabanan dan Kabupaten Buleleng yang meliputi :
CA seluas 126,40 ha (seratus dua puluh enam koma empat nol hektar) di
Kecamatan Penebel; dan
CA seluas 596,90 ha (lima ratus sembilan puluh enam koma sembilan nol
hektar) di Kecamatan Baturiti.
4) Taman wisata alam
Taman Wisata Alam merupakan bagian dari TWA Buyan Tamblingan yang
tersebar di Desa Candikuning Kecamatan Baturiti seluas 375,68 ha (tiga
ratus tujuh puluh lima koma enam delapan hektar) dari luas keseluruhan
wilayah seluas 1.797,14 ha (seribu tujuh ratus sembilan puluh tujuh koma
empat belas hektar) pada wilayah Kabupaten Tabanan dan Kabupaten
Buleleng
c. Arahan Pengelolaan Kawasan Budi Daya
1) Kawasan Pertanian
a) Pemanfaatan ruang untuk perluasan permukiman tradisional masyarakat
setempat secara terbatas dan dengan kepadatan rendah;
II-30
LAPORAN AKHIR
b) Pencegahan dan pelarangan alih fungsi lahan budidaya pertanian
menjadi lahan non pertanian, nkecuali untuk pembangunan sistem
jaringan prasarana penunjang kawasan pertanian, jaringan
c) Jalan, jaringan energi listrik, jaringan telekomunikasi dan jaringan air
minum;
d) pengembangan rencana induk pengembangan pertanian organik provinsi
untuk mewujudkan Bali sebagai Pulau Organik;
e) Penetapan lahan pertanian pangan berkelanjutan;
f) Pada kawasan pertanian dapat dikembangkan kegiatan industri yang
mengolah hasil bahan baku pertanian secara terbatas dan bersyarat
sesuai kapasitas bahan baku setempat.
2) Kawasan Perikanan
a) Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan budidaya tanaman pangan;
b) Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan budidaya hortikultura;
c) Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan budidaya perkebunan indikasi
arahan peraturan zonasi kawasan budidaya peternakan; dan
d) Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan perikanan.
3) Kawasan Pariwisata
a) Pemantapan Kawasan Pariwisata
Kegiatan yang tidak diperbolehkan:
Kegiatan yang berpotensi mengganggu atau menurunkan kualitas
KSPD;
Kegiatan yang menimbulkan polusi dan kegiatan lainnya yang tidak
sesuai dengan peruntukkan kawasan;
b) Pengembanga DTW-DTW;
c) Pengembangan kegiatan pariwisata dan fasilitas pendukung pariwisata
yang berwawasan lingkungan.
4) Kawasan Peruntukkan Industri
a) Pengembangan industri kerajinan rakyat dan pembangunan sentranya;
b) Pemanfaatan kawasan peruntukan industri untuk mengakomodir
kegiatan industri berbasis budaya branding Bali; dan
c) Pembatasan pembangunan perumahan di dalam kawasan industri.
5) Kawasan Permukiman
Diprioritaskan pada permukiman orde rendah dengan peningkatan
pelayanan fasilitas dan perdagangan
6) Kawasan Pertanahan Dan Keamanan Negara
a) Peningkatan kawasan pertahanan dan keamanan.
b) Pengembangan air-strip dan helipad di tempat-tempat yang diperlukan, dengan
melalui kajian dan penilaian yang komprehensif.
d. Penetapan Kawasan Strategis
Penetapan kawasan strategis provinsi dilakukan berdasarkan kepentingan:
pertahanan dan keamanan, pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya Bali,
II-31
LAPORAN AKHIR
pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi dan fungsi dan daya
dukung lingkungan hidup. Sebaran kawasan strategis provinsi dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 2. 3 Penetapan Kawasan Strategis Provinsi Bali
Kawasan Strategis Provinsi
No. Nama dan Sebaran Kawasan Strategis Provinsi
(KSP)
1 Kawasan Strategis KSP dalam bentuk Kawasan Pusat Pemerintah
Berdasarkan Kepentingan Provinsi
Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Niti Mandala dan Sekitarnya di Kota
Denpasar
KSP dalam bentuk Kawasan Strategis Pariwisata
Daerah (KSPD), mencakup :
KSPD Candikusuma di Kabupaten Jembrana
KSPD Perancak di Kabupaten Jembrana
KSP Soka di Kabupaten Tabanan
KSPD Tanah Lot di Kabupaten Tabanan
KSPD Canggu di Kabupaten Badung
KSPD Kuta di Kabupaten Badung
KSPD Nusa Dua di Kabupaten Badung
KSPD Sanur di Kota Denpasar
KSPD Lebih di Kabupaten Gianyar
KSPD Ubud di Kabupaten Gianyar
KSPD Tegal Besar-Goa Lawah di Kabupaten
Klungkung
KSPD Nusa Penida di Kabupaten Klungkung
KSPD Candidasa di Kabupaten Karangasem
KSPD Ujung di Kabupaten Karangasem
KSPD Tulamben di Kabupaten Karangasem
KSPD Air Sanih di Kabupaten Buleleng
KSPD Kalibukbuk di Kabupaten Buleleng
KSPD Batuampar di Kabupaten Buleleng
KSP dalam bentuk Kawasan Strategis Pariwisata
Daerah Khusus (KSPDK), mencakup:
KSPDK Gilimanuk di Kabupaten Jembrana
KSPDK Palasari di Kabupaten Jembrana
KSPDK Bedugul-Pancasari di Kabupaten
Tabanan dan Kabupaten Buleleng
KSPDK Kintamani di Kabupaten Bangli
KSPD dalam bentuk Kawasan Pengembangan
Terpadu Daerah (KPTD), mencakup :
Kawasan Pengambengan dan sekitarnya di
Kabupaten Jembrana
Kawasan Pekutatan dan sekitarnta di Kabupaten
Jembrana
Kawasan Mengwitani dan sekitarnya di
Kabupaten Badung
Kawasan Pusat Kebudayaan Bali dan sekitarnya
di Kabupaten Klungkung
Kawasan Kubutambahan dan sekitarnya di
Kabupaten Buleleng
Kawasan Celukan Bawang dan sekitarnya di
Kabupaten Buleleng
II-32
LAPORAN AKHIR
Kawasan Strategis Provinsi
No. Nama dan Sebaran Kawasan Strategis Provinsi
(KSP)
2 Kawasan Strategis KSP dalam bentuk Kawasan Tempat Suci Pura
Berdasarkan Kepentingan Sad Kahyangan, mencakup :
Sosial Budaya Kawasan Tempat Suci Pura Batukaru di
Kabupaten Tabanan
Kawasan Tempat Suci Pura Luhur Uluwatu di
Kabupaten Badung
Kawasan Tempat Suci Pura Pucak Mangu di
Kabupaten Badung
Kawasan Tempat Suci Pura Pusering Jagat di
Kabupaten Gianyar
Kawasan Tempat Suci Pura Kentel Gumi di
Kabupaten Klungkung
Kawasan Tempat Suci Pura Goa Lawah di
Kabupaten Klungkung
Kawasan Tempat Suci Pura Agung Besakih di
Kabupaten Karangasem
Kawasan Tempat Suci Pura Pura Andakasa di
Kabupaten Karangasem
Kawasan Tempat Suci Pura Lempuyang Luhur di
Kabupaten Karangasem
KSP Dalam Betuk Kawasan Warisan Budaya,
mencakup :
Kawasan Warisan Budaya Jatiluwih
Kawasan Warisan Budaya Taman Ayun
Kawasan Warisan Budaya DAS Tukad Pakerisan
3 Kawasan Strategis Kawasan Taman Hutan Raya Ngurah Rai dan
Berdasarkan Kepentingan sekitarnya di Kota Denpasar dan Kabupaten
Fungsi dan Daya Dukung Badung
Lingkungan Hidup Kawasan Danau Batur dan sekitarnya di
Kabupaten Bangli
Kawasan Danau Beratan-Buyan-Danau
Tamblingan dan sekitarnya Kabupaten Tabanan
dan Kabupaten Buleleng
Sumber : Lampiran XVIII Perda Prov Bali No… Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Perda No.16 Tahun
2009 tentang RTRW Prov Bali Tahun 2009-2029
II-33
LAPORAN AKHIR
II-34
LAPORAN AKHIR
Gambar 2. 5 Peta Rencana Pola Ruang Provinsi Bali
II-29
LAPORAN AKHIR
Gambar 2. 6 Peta KSP Dari Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi KSP Dalam Bentuk Pusat Pemerintahan Provinsi
II-32
LAPORAN AKHIR
Gambar 2. 7 Peta KSP Dari Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi KSP Dalam Bentuk KSPD dan KSPDK
II-33
LAPORAN AKHIR
Gambar 2. 8 Peta KSP Dari Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi KSP Dalam Bentuk KPTD
II-34
LAPORAN AKHIR
Gambar 2. 9 Peta KSP Dari Sudut Kepentingan Sosial Budaya Bali KSP Dalam Bentuk Kawasan Tempat Suci Pura Sad Kahyangan
II-35
LAPORAN AKHIR
Gambar 2. 10 Peta KSP Dari Sudut Kepentingan Sosial Budaya Bali KSP Dalam Bentuk Kawasan Warisan Budaya
II-36
LAPORAN AKHIR
Gambar 2. 11 Peta KSP Dari Sudut Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup KSP Dalam Bentuk Kawasan Fungsi dan Daya Dukung
Lingkungan Hidup
II-37
LAPORAN AKHIR
D. Arahan Peraturan Daerah No. 11 Tahun 2012 tentang RTRW Kabupaten
Tabanan
1. Rencana Struktur Ruang
Rencana struktur ruang wilayah kabupaten Tabanan merupakan kerangka tata
ruang wilayah kabupaten Tabanan yang tersusun berdasarkan arahan RTRWN
dan RTRWP Bali, serta atas konstelasi pusat-pusat kegiatan yang berhierarki
satu sama lain yang dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah,
sehingga rencana struktur ruang wilayah berfungsi:
a. Sebagai arahan pembentuk sistem pusat kegiatan wilayah kabupaten yang
memberikan layanan bagi kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan di
sekitarnya yang berada dalam wilayah kabupaten; dan
b. Sistem perletakan jaringan prasarana wilayah yang menunjang
keterkaitannya serta memberikan layanan bagi fungsi kegiatan yang ada
dalam wilayah kabupaten, terutama pada pusat-pusat kegiatan/perkotaan
dan perdesaan yang ada.
Rencana struktur ruang wilayah kabupaten terdiri atas:
a. Sistem perkotaan; dan
b. Sistem jaringan prasarana.
Sistem jaringan prasarana meliputi:
a. Sistem jaringan transportasi;
b. Sistem jaringan energi;
c. Sistem jaringan telekomunikasi;
d. Sistem jaringan sumber daya air; dan
e. Sistem jaringan prasarana lainnya.
Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Tabanan seperti disajikan pada
Gambar 2.12.
II-38
LAPORAN AKHIR
Gambar 2. 12 Rencana Struktur Ruang Kabupaten Tabanan
II-39
LAPORAN AKHIR
a. Rencana Sistem Perkotaan
Sistem perkotaan di Kabupaten Tabanan merupakan sistem perkotaan
sesuai dengan sistem nasional dan sistem provinsi berdasarkan fungsi kota,
yang terdapat di Kabupaten Tabanan, meliputi:
1) Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang berada di wilayah kabupaten;
2) Pusat Pelayanan Kawasan (PPK); dan
3) Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL).
Pengertian tiap fungsi Kawasan Perkotaan adalah:
1) Pusat Kegiatan Nasional (PKN) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi
untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa
provinsi.
2) Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) adalah kawasan perkotaan yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa.
3) Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) adalah pusat permukiman yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa.
Penetapan sistem perkotaan tersebut di atas, sesuai dengan arahan RTRWN
dan kondisi di Provinsi Bali yang telah dituangkan dalam Perda No. 16
Tahun 2009 tentang RTRWP Bali adalah:
1) PKN terdiri atas Kawasan Perkotaan Denpasar–Badung– Gianyar–
Tabanan (Sarbagita) atau Kawasan Metropolitan Sarbagita;
2) Lima wilayah kecamatan di Kabupaten Badung bersama-sama sepuluh
kecamatan lainnya di Kota Denpasar, Kabupaten Gianyar dan Kabupaten
Tabanan termasuk dalam Kawasan Metropolitan Sarbagita, sehingga
berdasarkan fungsi kota, kota-kota yang termasuk di dalamnya
merupakan bagian dari PKN atau Kawasan Metropolitan Sarbagita.
Kawasan perkotaan di Kabupaten Badung yang termasuk didalamnya
adalah: Kawasan Perkotaan Mengwi (Mangupura), Kawasan perkotaan
Blahkiuh, Kawasan perkotaan Dalung-Kerobokan, dan Kawasan
Perkotaan Jimbaran
3) PKW terdiri dari Kawasan Perkotaan Singaraja, Kawasan Perkotaan
Semarapura dan Kawasa Perkotaan Negara;
4) PKL terdiri dari Kawasan Perkotaan Badung, Kawasan Perkotaan
Amlapura, dan Kawasan Perkotaan Seririt;
5) Kawasan perkotaan yang berfungsi PPK adalah Kawasan Perkotaan yang
ditetapkan dalam RTRW Kabupaten.
Kriteria fungsi-fungsi kawasan perkotaan tersebut adalah:
1) Kawasan perkotaan, ditetapkan dengan kriteria:
a). Memiliki kegiatan utama budidaya bukan pertanian atau lebih dari
75% (tujuh puluh lima persen) mata pencaharian penduduknya di
sektor sekunder dan tersier;
b). Memiliki jumlah penduduk sekurang-kurangnya 10.000 (sepuluh
ribu) jiwa;
c). Memiliki kepadatan penduduk sekurang-kurangnya 50 (lima puluh)
jiwa per hektar;
d). Memiliki fungsi sebagai pusat koleksi dan distribusi pelayanan barang
dan jasa dalam bentuk sarana dan prasarana pergantian moda
transportasi;
e). Tersedia sistem prasarana perkotaan dan aksesbilitas ke pusat-pusat
kegiatan maupun sarana publik; dan
f). Tidak berada pada kawasan rawan bencana (longsor, banjir, erosi,
abrasi dan rawan gempa), kawasan pertanian, kawasan lindung
(sempadan sungai, sempadan pantai, sempadan jurang, sempadan
mata air, saluran pengairan dan daerah aman penerbangan).
2) PKN, ditetapkan dengan kriteria:
a). Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan
internasional;
b). Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat
kegiatan industrdan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa
provinsi; dan
c). Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.
3) PPK, ditetapkan dengan kriteria:
a). Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat
kegiatan industri, perdagangan dan jasa yang melayani skala
kecamatan atau sebagian wilayah kecamatan;
b). Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
transportasi yang melayani skala kecamatan;
c). Kawasan perkotaan yang berfungsi sebagai ibukota kecamatan,
dan/atau;
d). Kawasan perkotaan yang berfungsi pelayanan khusus seperti
kawasan pelabuhan dan pusat kegiatan pariwisata.
Berdasarkan krireria di atas, maka sistem perkotaan di Kabupaten Tabanan,
penetapannya didasarkan atas pertimbangan berikut:
1) Arahan RTRWN dan RTRWP Bali yang menetapkan bahwa Kawasan
Perkotaan Denpasar-Badung-Gianyar-Tabanan sebagai PKN yang juga
merupakan Kawasan Strategis Nasional (KSN) selanjutnya disebut
Kawasan Metropolitan Sarbagita karena fungsi pelayananan dan
kesistemannya yang harus dikelola secara sistem metropolitan, sehingga
seluruh kawasan perkotaan yang telah ditetapkan dalam deliniasi
kawasan metropolitan Sarbagita pada dasarnya adalah bagian dari PKN.
2) Karakter Kawasan Metropolitan Sarbagita berbeda dengan kawasan
metropolitan lainnya di Indonesia, dan hal ini telah dipertegas pada
penjelasan Pasal 17 ayat (2) RTRWP Bali bahwa:
II-41
LAPORAN AKHIR
a). Pengembangan struktur dan pola ruang Kawasan Metropolitan
Sarbagita diarahkan pada pengembangan KSN yang memiliki karakter
Kota Pariwisata Internasional yang tetap mempertahankan ruang
terbuka pertanian sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari jatidiri
kota yang bernuansa budaya Bali yang berlandaskan Tri Hita Karana
b). Pengembangan kawasan metropolitan Sarbagita tidak diarahkan
intensif di seluruh kawasan, namun tetap tersedia ruang-ruang
terbuka pertanian sebagai buffer antara kota Inti dengan Kota Satelit
dan kawasan-kawasan perdesaan yang masih berada dalam lingkup
deliniasi kawasannya
c). Berdasarkan hal tersebut, maka kawasan-kawasan perkotaan yang
menjadi bagian Kawasan Metropolitan Sarbagita pada dasarnya
adalah kota-kota yang mandiri namun saling berkaitan, sehingga
dibutuhkan keterpaduan pelayanan infrastruktur perkotaan dan
kerjasama pembangunan perkotaan lintas wilayah
d). Secara prinsip, kecenderungan penyatuan fisik kawasan perkotaan di
Kawasan Metropolitan Sarbagita antara Kota Inti dengan Kota-kota
Satelit tetap dihambat dan dibatasi agar tetap terjaga tatanan jatidiri
kota yang bernuansa budaya Bali, yang mengarah pada penerapan
konsep green city dan konsep kota yang kompak (compact city)
e). Dengan demikian, secara mandiri pada dasarnya kawasan-kawasan
perkotaan di Kabupaten Tabanan selain merupakan bagian dari
Kawasan Metropolitan Sarbagita, juga dapat berperan sebagai Pusat
Kegiatan dalam wilayahnya sendiri maupun pelayanan wilayah lebih
luas baik sebagai PKL maupun PPK.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka sistem perkotaan Kabupaten
Tabanan meliputi:
1) Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang berada di wilayah kabupaten
Bagian dari PKN di wilayah kabupaten terdiri atas:
(a) Kawasan Perkotaan Tabanan merupakan bagian dari Kawasan
Perkotaan Sarbagita, yang dikembangkan sebagai pusat kegiatan dari
sistem KSN Perkotaan Sarbagita meliputi:
(1) Kawasan Perkotaan Inti terdiri atas Kota Denpasar dan
Kawasan Perkotaan Kuta di Kabupaten Badung;
(2) Kawasan Perkotaan di sekitarnya terdiri atas Kawasan
Perkotaan Mangupura dan Kawasan Perkotaan Jimbaran di
Kabupaten Badung, Kawasan Perkotaan Gianyar, Kawasan
Perkotaan Ubud dan Kawasan Perkotaan Sukawati di Kabupaten
Gianyar dan Kawasan Perkotaan Tabanan di Kabupaten Tabanan;
dan
(3) Kawasan penyeimbang antar Kawasan Perkotaan Inti dan
Kawasan Perkotaan di sekitarnya.
II-42
LAPORAN AKHIR
(b) Kawasan Perkotaan Tabanan sebagai kawasan perkotaan di
sekitarnya meliputi sebagian wilayah Kecamatan Tabanan dan
sebagian wilayah Kecamatan Kediri terdiri atas:
(1)Wilayah Desa/kelurahan Dauh Peken, Delod Peken, Dajan Peken,
dan Denbantas di Kecamatan Tabanan; dan
(2)Wilayah Desa/kelurahan Kediri, Abiantuwung dan Banjar Anyar
di Kecamatan Kediri.
(c) Kawasan penyangga antar Kawasan Perkotaan Inti dan kawasan
perkotaan di sekitarnya di wilayah Kecamatan Tabanan dan
Kecamatan Kediri yang berada di luar Kawasan Perkotaan Tabanan
didukung pusat-pusat lingkungan sebagai pusat kawasan
permukiman yang melayani kawasan permukiman perdesaan di
sekitarnya terdiri atas:
(1)Pusat Lingkungan Tunjuk melayani Desa Tunjuk dan Buahan;
(2)Pusat Lingkungan Wanasari melayani Desa Wanasari, Subamia
dan Sesandan;
(3)Pusat Lingkungan Bongan melayani Desa Bongan dan Desa Gubug;
(4)Pusat Lingkungan Sudimara melayani Desa Sudimara;
(5)Pusat Lingkungan Beraban melayani Desa Beraban, Belalang,
Pangkung Tibah, dan Pandak Gede;
(6)Pusat Lingkungan Pejaten melayani Desa Pejaten, Desa Nyitdah,
dan Bengkel;
(7)Pusat Lingkungan Pandak Gede melayani Desa Pandak Gede dan
Pandak Bandung; dan
(8)Pusat Lingkungan Kaba-Kaba melayani Desa Kaba-Kaba, Buwit,
Nyambu dan Cepaka.
2) Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)
Bagian dari PPK di wilayah kabupaten terdiri atas:
(1) PPK Lalanglinggah yang terdiri atas kawasan Perkotaan Desa
Lalanglinggah dan Desa Selabih;
(2) PPK Bajera yang terdiri atas kawasan Perkotaan Desa Bajera;
(3) PPK Megati yang terdiri atas pusat kawasan Perkotaan Desa Megati;
(4) PPK Sembunggede yang terdiri atas kawasan Perkotaan Desa
Sembunggede dan Desa Meliling;
(5) PPK Marga yang terdiri atas kawasan Perkotaan Desa Marga, Desa
Marga Dajan Puri dan Marga Dauh Puri;
(6) PPK Baturiti yang terdiri atas kawasan Perkotaan Desa Baturiti;
(7) PPK Penebel yang terdiri atas kawasan Perkotaan Desa Penebel;
(8) PPK Pupuan yang terdiri atas kawasan Perkotaan Desa Pupuan dan
Bantiran;
(9) PPK Candikuning yang terdiri atas kawasan Perkotaan Desa
Candikuning; dan
II-43
LAPORAN AKHIR
(10) PPK Kerambitan yang terdiri atas kawasan Perkotaan Desa
Kerambitan.
3) Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL).
Bagian dari PPL di wilayah kabupaten meliputi:
(1)Sebaran PPL di Kecamatan Marga terdiri atas:
a. PPL Cau Belayu melayani Desa Cau Belayu;
b. PPL Tua melayani Desa Tua dan Desa Baru;
c. PPL Petiga melayani Desa Petiga, Desa Geluntung dan Desa
Payangan;
d. PPL Kukuh melayani Desa Kukuh, Tegal Jadi dan Desa Beringkit;
e. PPL Peken melayani Desa Peken, Batannyuh dan Desa Kuwum;
dan
f. PPL Selanbawak melayani Desa Selanbawak
(2)Sebaran PPL di Kecamatan Baturiti terdiri atas:
a. PPL Batunya melayani Desa Batunya dan Desa Antapan;
b. PPL Luwus melayani Desa Luwus dan Desa Mekarsari;
c. PPL Perean melayani Desa Perean, Perean Tengah dan Desa
Perean Kangin; dan
d. PPL Angseri melayani Desa Angseri, Bangli dan Desa Apuan.
(3)Sebaran PPL di Kecamatan Penebel terdiri atas:
a. PPL Rejasa melayani Desa Rejasa, Pesagi, dan Desa Tegallinggah;
b. PPL Sangketan melayani Desa Sangketen;
c. PPL Jegu melayani Desa Jegu, Buruan, dan Desa Pitra;
d. PPL Rianggede melayani Desa Rianggede;
e. PPL Penatahan melayani Desa Penatahan, Tengkudak, dan Desa
Wongaya Gede;
f. PPL Biaung melayani Desa Biaung dan Desa Tajen;
g. PPL Senganan melayani Desa Senganan dan Desa Babahan; dan
h. PPL Jatiluwih melayani Desa Jatiluwih dan Desa Mengesta.
(4)Sebaran PPL di Kecamatan Kerambitan terdiri atas:
a. PPL Timpag melayani Desa Timpag dan Desa Kesiut;
b. PPL Samsam melayani Desa Samsam, Batuaji dan Desa
Pangkungkarung;
c. PPL Kukuh melayani Desa Kukuh, Desa Baturiti dan Desa Tista;
d. PPL Tibubiu melayani Desa Tibubiu dan Desa Belumbang; dan
e. PPL Kelating melayani Desa Kelaiting dan Desa Penarukan.
(5)Sebaran PPL di Kecamatan Selemadeg Timur terdiri atas:
a. PPL Gunungsalak melayani Desa Gunungsalak dan Desa Dalang;
b. PPL Gadungan melayani Desa Gadungan, Desa Gadung Sari dan
Desa Bantas;
c. PPL Tegalmengkeb melayani Desa Tegalmengkeb, Beraban, dan
Desa Tanguntiti; dan
II-44
LAPORAN AKHIR
d. PPL Mambang melayani Desa Mambang.
(6)Sebaran PPL di Kecamatan Selemadeg terdiri atas:
a. PPL Selemadeg melayani Desa Selemadeg, Pupuan Sawah, Bajera
Utara, Manikyang dan Desa Serampingan;
b. PPL Wanagiri melayani Desa Wanagiri dan Desa Wanagiri Kauh;
c. PPL Antap melayani Desa Antap; dan
d. PPL Berembeng melayani Desa Berembeng
(7)Sebaran PPL di Kecamatan Selemadeg Barat terdiri atas:
a. PPL Antosari melayani Desa Antosari, Tiyinggading, Angkah dan
Desa Mundeh Kangin;
b. PPL Mundeh melayani Desa Mundeh, Mundeh Kauh dan Lumbung
Kauh; dan
c. PPL Lumbung melayani Desa Lumbung dan Desa Bengkel Sari.
(8)Sebaran PPL di Kecamatan Pupuan terdiri atas:
a. PPL Pujungan melayani Desa Pujungan dan Desa Batungsel;
b. PPL Munduk Temu melayani Desa Munduk Temu dan Desa
Belatungan;
c. PPL Belimbing melayani Desa Belimbing, Desa Karya Sari dan
Desa Sanda;
d. PPL Padangan melayani Desa Padangan, Kebon Padangan dan
Desa Jelijih Punggang; dan
e. PPL Pajahan melayanai Desa Pajahan dan Desa Sai.
2. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah
Sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten meliputi sistem prasarana
transportasi, energi, telekomunikasi, dan sumber daya air untuk mengintegrasikan
dan memberikan layanan bagi fungsi kegiatan yang ada di wilayah kabupaten.
a. Rencana Sistem Jaringan Transportasi
Sistem jaringan transportasi meliputi Sistem Jaringan Transportasi Darat.
Sistem jaringan transportasi darat meliputi:
1) Sistem jaringan jalan
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan
bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan
tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air,
kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. Jalan terdiri dari jalan
umum dan jalan khusus. Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi
lalu lintas umum yang dikelompokkan dalam sistem jaringan jalan, fungsi
jalan, status jalan, dan kelas jalan.
Sistem jaringan jalan merupakan satu kesatuan jaringan jalan yang terdiri
dari sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder yang
terjalin dalam hubungan hierarki. Pada pembahasan analisis telah diuraikan
struktur hirarki jalan berdasarkan sistem, status, fungsi dan kelas jalan.
II-45
LAPORAN AKHIR
Perencanaan sistem jaringan jalan di Kabupaten Tabanan merupakan
gabungan dari sistem jaringan jalan nasional, provinsi dan jalan kabupaten
yang diarahkan untuk meningkatkan kelancaran (aksesibilitas) pergerakan
barang dan jasa antar pusat-pusat kegiatan wilayah, kawaswan perkotaan
dan kawasan perdesaan, seperi disajikan pada Gambar 2.13.
Sistem jaringan jalan di Kabupaten Tabanan, terdiri atas:
a) Jaringan jalan nasional yang ada dalam wilayah Kabupaten,
meliputi:
(1) Jalan arteri primer (JAP)
Jalan arteri primer ditetapkan dengan kriteria:
Kewenangan pengelolaan adalah Pemerintah
Menghubungkan antar-PKN, antara PKN dan PKW, dan/atau
PKN/PKW dengan bandar udara pusat penyebaran skala
pelayanan primer/sekunder/tersier dan pelabuhan
internasional/nasional;
Kecepatan rencana paling rendah 60 (enam puluh) kilometer per
jam.
Lebar badan jalan paling sedikit 11 (sebelas) meter;
Ruang pengawasan jalan paling sedikit 15 (lima belas) meter dari
tepi badan jalan;
Jumlah jalan masuk ke jalan arteri primer dibatasi secara efisien
dengan jarak antar jalan masuk paling sedikit 500 (lima ratus)
meter;
Kapasitas jalan lebih besar dari volume lalu lintas harian rata-
rata;
Lalu lintas jarak jauh pada jalan arteri primer tidak boleh
terganggu oleh lalu lintas ulang alik dan lalu lintas lokal dari
kegiatan lokal;
Pengaturan simpang sebidang harus memenuhi ketentuan yang
disyaratkan;
Jalan arteri primer yang memasuki kawasan perkotaan dan/atau
kawasan pengembangan perkotaan tidak boleh terputus; dan
Dilengkapi rambu, marka, lampu pengatur lalu lintas, lampu
penerangan jalan, median dan lain - lain.
Jalan arteri primer merupakan bagian dari ruas jalan arteri primer
Provinsi Bali terdiri atas:
ruas Jalan Pekutatan – Antosari;
ruas jalan Antosari – batas Kota Tabanan;
ruas Jalan Simpang Kediri – Pesiapan (Tabanan);
ruas Jalan Mengwitani (batas Kabupaten Tabanan) - Tabanan; dan
ruas jalan Ahmad yani (Tabanan).
II-46
LAPORAN AKHIR
(2) Jalan Kolektor Primer 1 (JKP-1)
Jalan kolektor primer 1 ditetapkan dengan kriteria:
Kewenangan pengelolaan adalah Pemerintah;
Menghubungkan antara PKN dan PKW, dan antara PKW dan
PKW;
Kecepatan rencana paling rendah 40 km/jam (empat puluh
kilometer per jam);
Lebar badan jalan paling sedikit 9 m (sembilan meter);
Ruang pengawasan jalan paling sedikit 10 m (sepuluh meter) dari
tepi badan jalan;
Jumlah jalan masuk ke jalan kolektor primer 1 dibatasi secara
efisien, jarak antar jalan masuk paling sedikit 400 m (empat ratus
meter);
Kapasitas jalan lebih besar dari volume lalu lintas harian rata-rata;
Lalu lintas jarak jauh pada jalan kolektor primer adalah lalu lintas
regional, untuk itu lalu lintas tersebut tidak boleh terganggu oleh
lalu lintas ulang alik dan lalu lintas lokal dari kegiatan lokal;
Pengaturan simpang sebidang harus memenuhi ketentuan yang
disyaratkan;
Jalan kolektor primer yang memasuki kawasan perkotaan
dan/atau kawasan pengembangan perkotaan tidak boleh
terputus; dan
Dilengkapi rambu, marka, lampu pengatur lalu lintas, lampu
penerangan jalan, median dan lain - lain.
Jalan kolektor primer 1 (JKP-1) meliputi bagian dari ruas jalan batas
Kota Singaraja – Mengwitani.
b) Jaringan jalan provinsi yang ada dalam wilayah Kabupaten,
meliputi:
(1) Jalan kolektor primer 2 (JKP-2)
Jalan kolektror primer 2 ditetapkan dengan kriteria:
Kewenangan pengelolaan adalah Pemerintah Provinsi;
Menghubungkan antara PKW dan PKL, dan antara PKL dan PKL;
Kecepatan rencana paling rendah 40 km/jam (empat puluh
kilometer per jam);
Lebar badan jalan paling sedikit 9 m (sembilan meter);
Ruang pengawasan jalan paling sedikit 10 m (sepuluh meter) dari
tepi badan jalan;
Jumlah jalan masuk ke jalan kolektor primer 1 dibatasi secara
efisien, jarak antar jalan masuk paling sedikit 400 m (empat ratus
meter);
Kapasitas jalan lebih besar dari volume lalu lintas harian rata-rata;
II-47
LAPORAN AKHIR
Lalu lintas jarak jauh pada jalan kolektor primer adalah lalu lintas
regional, untuk itu lalu lintas tersebut tidak boleh terganggu oleh
lalu lintas ulang alik dan lalu lintas lokal dari kegiatan lokal;
Pengaturan simpang sebidang harus memenuhi ketentuan yang
disyaratkan;
Jalan kolektor primer yang memasuki kawasan perkotaan
dan/atau kawasan pengembangan perkotaan tidak boleh
terputus; dan
Dilengkapi rambu, marka, lampu pengatur lalu lintas, lampu
penerangan jalan, median dan lain - lain.
Jaringan jalan kolektor primer 2 yaitu jalan yang menghubungkan
antar PKW, antar PKW dengan PKL, antar PKL dengan PKL, terdiri
atas ruas jalan:
Jalan kolektor primer 2 (JKP-2), merupakan bagian dari ruas jalan
kolektor primer 2 (JKP-2) Provinsi Bali terdiri atas:
(1) ruas Jalan Gajah Mada - Pulau Menjangan - Pulau Batam;
(2) ruas Jalan Pulau Seribu;
(3) ruas Jalan Gajah Mada;
(4) ruas Jalan Pahlawan – Gunung Semeru;
(5) ruas Jalan Gatot Subroto;
(6) ruas Jalan Ngurah Rai;
(7) ruas Jalan Pupuan – Pekutatan;
(8) ruas Jalan Antosari – Pupuan;
(9) ruas Jalan Pupuan – Seririt;
(10) ruas Jalan Batas Kediri – Tanah Lot;
(11) ruas Jalan Husni Thamrin;
(12) ruas Jalan Imam Bonjol;
(13) ruas Jalan Teuku Umar – Batas Kediri; dan
(14) ruas Jalan Wagimin Kediri
(2) Jalan kolektor primer 3 (JKP-3)
Jalan kolektor primer 3 ditetapkan dengan kriteria:
kewenangan pengelolaan adalah Pemerintah Provinsi;
menghubungkan antara PKL dan PPK, dan antar PPK lintas
wilayah kabupaten/kota;
kecepatan rencana paling rendah 40 (empat puluh) kilometer per
jam;
lebar badan jalan paling sedikit 9 (sembilan) meter;
ruang pengawasan jalan paling sedikit 10 (sepuluh) meter dari
tepi badan jalan;
II-48
LAPORAN AKHIR
jumlah jalan masuk ke jalan kolektor primer 1 dibatasi secara
efisien, jarak antar jalan masuk paling sedikit 400 (empat ratus)
meter;
kapasitas jalan lebih besar dari volume lalu lintas harian rata-rata;
lalu lintas jarak jauh pada jalan kolektor primer adalah lalu lintas
wilayah, untuk itu lalu lintas tersebut tidak boleh terganggu oleh
lalu lintas ulang alik dan lalu lintas lokal dari kegiatan lokal;
pengaturan simpang sebidang harus memenuhi ketentuan yang
disyaratkan;
jalan kolektor primer yang memasuki kawasan perkotaan
dan/atau kawasan pengembangan perkotaan tidak boleh
terputus; dan
dilengkapi rambu, marka, lampu pengatur lalu lintas, lampu
penerangan jalan, median dan lain - lain.
Jalan kolektor primer 3 (JKP-3), merupakan bagian dari ruas jalan
kolektor primer (JKP-3) Provinsi Bali terdiri atas:
(1) ruas Jalan Suraberata – Belatungan – Kemoning;
(2) ruas Jalan Batas Kediri – Belayu – Mengwi;
(3) ruas Jalan Kapten Tendean;
(4) ruas Jalan Raya Alas Kedaton – Batas Kediri;
(5) ruas Jalan Sp. Buruan – Batukaru;
(6) ruas Jalan Gunung Batur;
(7) ruas Jalan Gunung Agung;
(8) ruas Jalan Batukaru – Sp. Buruan;
(9) ruas Jalan Sp. Buruan – Senganan – Pacung;
(10) ruas Jalan Sp. Kerobokan – Munggu – Tanah Lot;
(11) ruas Jalan Belayu – TMP Margarana;
(12) ruas Jalan Sp. Petang – Batunya
c) Jaringan jalan kabupaten, meliputi:
(1) Jalan kolektor primer 4 (JKP-4)
Jalan Kolektror Primer 4 ditetapkan dengan kriteria:
menghubungkan antar PPK, antar PPK dengan PPL dalam wilayah
Kabupaten;
kecepatan rencana paling rendah 30 km/jam (tiga puluh
kilometer per jam);
lebar badan jalan paling sedikit 7,5 m (tujuh koma lima meter);
ruang pengawasan jalan paling sedikit 7 m (tujuh meter) dari tepi
badan jalan; dan
jalan kolektor primer yang memasuki kawasan perdesaan tidak
boleh terputus.
II-49
LAPORAN AKHIR
Jalan kolektor primer 4 (JKP-4) merupakan jalan kolektor primer
yang tidak termasuk jalan nasional dan jalan provinsi.
(2) Jalan lokal primer
Jaringan jalan lokal primer ditetapkan dengan kriteria:
menghubungkan antar PPK dengan pusat desa, antar PPL, antar
PPL dengan pusat desa, antar pusat-pusat desa dalam wilayah
kabupaten;
kecepatan rencana paling rendah 20 km/jam (dua puluh)
kilometer per jam;
lebar badan jalan paling sedikit 7,5 m (tujuh koma lima meter);
dan
ruang pengawasan jalan paling sedikit 7 m (tujuh meter) dari tepi
badan jalan.
Jalan lokal primer merupakan jalan-jalan di luar jalan nasional, jalan
provinsi dan jalan kolektor primer 4 (JKP-4) menghubungkan ibukota
kabupaten dengan ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan
pusat desa, antar ibukota kecamatan, ibukota kecamatan dengan
pusat desa, dan antar desa. Berikut ialah daftar jalan lokal primer di
Kabupaten Tabanan:
Tabel 2. 4 Jalan Lokal Primer di Kabupaten Tabanan
Panjang
Fungsi dan Sistem
Nama Jalan Ruas Jalan Status Jalan
Jaringan Jalan
(km)
Jalan Belibis 0,144 Jalan Kabupaten Lokal Primer
Jalan BTN 0,724 Jalan Kabupaten Lokal Primer
Pandak
Jalan BTN 2,092 Jalan Kabupaten Lokal Primer
Tanah Bang
Jalan Cangkup 2,270 Jalan Kabupaten Lokal Primer
- Tegal Seka
Jalan 1,079 Jalan Kabupaten Lokal Primer
Komplek Batu
Sangiang
Jalan Kukuh - 1,159 Jalan Kabupaten Lokal Primer
Pekandelan
Jalan Lingkar 6,191 Jalan Kabupaten Lokal Primer
Pejaten
Jalan Lingkar 2,047 Jalan Kabupaten Lokal Primer
Puri
Kerambitan
Jalan 0,669 Jalan Kabupaten Lokal Primer
Margapati
Jalan 2,526 Jalan Kabupaten Lokal Primer
Margarana -
Tunjuk
Jalan Mutiara 0,356 Jalan Kabupaten Lokal Primer
Jalan Nakula 0,154 Jalan Kabupaten Lokal Primer
Jalan 9,691 Jalan Kabupaten Lokal Primer
Perumnas
II-50
LAPORAN AKHIR
Panjang
Fungsi dan Sistem
Nama Jalan Ruas Jalan Status Jalan
Jaringan Jalan
(km)
Bukit
Sanggulan
Indah
Jalan Rejasa - 4,409 Jalan Kabupaten Lokal Primer
Pesagi
Jalan Tanah 0,151 Jalan Kabupaten Lokal Primer
Lot - Ujung
Pura
Jalan 0,945 Jalan Kabupaten Lokal Primer
Terompang
Jl. Anyelir 1,380 Jalan Kabupaten Lokal Primer
Jl. Arjuna 0,139 Jalan Kabupaten Lokal Primer
Jl. Flamboyan 0,149 Jalan Kabupaten Lokal Primer
Jl. Kartini 2,803 Jalan Kabupaten Lokal Primer
(BTN Taman
Sekar)
Jl. Kutilang 0,111 Jalan Kabupaten Lokal Primer
Jl. LC. Kota 8,256 Jalan Kabupaten Lokal Primer
Pala
Jl. Perkutut 1,206 Jalan Kabupaten Lokal Primer
Jl. Punglor 0,785 Jalan Kabupaten Lokal Primer
(BTN Surya
Graha)
Jl. Sandat 0,489 Jalan Kabupaten Lokal Primer
Jl. Wibisana 0,072 Jalan Kabupaten Lokal Primer
Kaba-Kaba - 0,637 Jalan Kabupaten Lokal Primer
Batas Badung
Sp.Bs 1,403 Jalan Kabupaten Lokal Primer
Gadungan -
Gunung Salak
Sumber: Dinas PU Kabupaten Tabanan Tahun 2018
II-51
LAPORAN AKHIR
a. jalan Baturiti – Pelaga;
b. jalan Baturiti – Candikuning – Pancasari; dan
c. jalan Simpang Tamblingan – Simpang Pujungan.
B. Jalan Kolektor Primer 3 (JKP-3)
a. ruas Jalan Patung Jagung – Titigalar;
b. ruas Jalan Br. Tegeh – Baturiti; dan
c. ruas Jalan Tinungan –Angseri.
C. Jalan Strategis Provinsi
a. jalan Marga – Apuan
e) Rencana pengembangan jaringan jalan antar desa, kawasan
perkotaan dan kawasan perdesaan di seluruh wilayah Kabupaten
meliputi:
a. Jalan Tiying Gading - Pupuan Sawah - Munduk Malang - Rejasa;
b. Jalan Mekori (Belimbing) - Wongaya Gede;
c. Jalan pesisir pantai ruas Batutampih (Desa Pangkung Tibah) – Yeh
Gangga (Desa Sudimara) - Kelating - Pasut (Desa Beraban) – Soka
(Desa Antap);
d. Jalan Pandak Gede - Buwit - Kaba-kaba - Cepaka; dan
e. Jalan Mundeh Kangin - Angkah; dan
f. Jalan Belimbing - Jelijih - Mundeh Kangin.
f) Terminal penumpang
1) Terminal Tipe C
Terminal Tipe C ditetapkan dengan kriteria:
Berada pada pusat kegiatan local (PKL);
Terdapat pergerakan orang menurut asal tujuan antarkota dalam
provinsi; dan
Dapat berada pada lokasi yang memungkinkan perpindahan moda
transportasi sesuai degnan kebutuhan.
Terminal Tipe C terdiri atas:
1. Terminal Pesiapan di Kecamatan Tabanan;
2. Terminal Kediri di Kecamatan Kediri; dan
3. Terminal Tuakilang di Kecamatan Tabanan.
2) Terminal Intermoda Angkutan Perdesaan
Angkutan Pedesaan adalah Angkutan dari satu tempat ke tempat lain
dalam satu daerah kabupaten yang tidak bersinggungan dengan
Trayek Angkutan perkotaan.
Terminal intermodal angkutan perdesaan ditetapkan dengan kriteria
yaitu berfungsi untuk menaikkan atau menurunkan penumpang
untuk angkutan perdesaan;
Terminal intermodal angkutan perdesaan terdiri atas:
1. Terminal Pupuan di Kecamatan Pupuan;
2. Terminal Baturiti di Kecamatan Baturiti;
II-52
LAPORAN AKHIR
3. Terminal Bajera di Kecamatan Selemadeg;
4. Terminal Penebel di Kecamatan Penebel; dan
5. Terminal Marga di Kecamatan Marga.
3) Rencana terminal khusus dalam bentuk sentral parkir di kawasan
pariwisata meliputi rencana terminal Tanah Lot di Kecamatan Kediri
4) Terminal penumpang dapat dikembangkan menjadi kawasan
berbasis TOD
g) Terminal barang
Terminal barang dikembangkan pada kawasan yang memiliki
aksesibilitas langsung ke jalan nasional dan/atau dapat bersatu dengan
terminal barang di kabupaten yang berbatasan setelah melalui kajian.
2) Sistem lalu lintas dan angkutan
jalan
Sistem lalu lintas dan angkutan jalan ditetapkan dalam rangka mewujudkan
pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan yang aman, selamat, tertib, lancar,
dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk mendorong perekonomian
wilayah dan kesejahteraan masyarakat, yang meliputi:
a) Lajur atau jalur atau jalan khusus angkutan massal meliputi:
1. Jaringan trayek angkutan penumpang meliputi:
(a) Trayek AKDP meliputi:
(1) trayek antar Terminal Tipe A di Bali yang melintasi wilayah;
(2) trayek angkutan umum Trans Sarbagita;
(3) trayek antar Terminal Tipe C dengan Terminal Tipe A
Mengwi (Kabupaten Badung);
(4) trayek antar Terminal Tipe C di wilayah Kabupaten Tabanan;
dan
(5) trayek antar Terminal Tipe C di wilayah Kabupaten Tabanan
dengan terminal Tipe B dan Terminal Tipe C wilayah
Kabupaten yang berbatasan.
(b) Trayek angkutan perkotaan meliputi:
(1) Kediri-Tabanan-Tuakilang-PP;
(2) Kediri-Tabanan-Pesiapan-PP;
(3) Pesiapan-Tabanan-Bongan-PP;
(4) Tabanan-Kediri-Mengwi-PP;
(5) Kediri-Pejaten-Tanah Lot-PP;
(6) Kediri-Pandak-Tanah Lot-PP;
(7) Tabanan-Pesiapan-Yeh Gangga-PP;
(8) Tabanan-Kukuh-Marga-PP;
(9) Tabanan-Buahan-Marga-PP;
(10) Pesiapan-Tabanan-Tuakilang-PP;
(11) Kaba kaba-Kediri-Tabanan-PP; dan
II-53
LAPORAN AKHIR
(12) Terminal Pesiapan - Terminal Mengwi (di wilayah
Kabupaten Badung dalam kerangka Kawasan Perkotaan
Sarbagita).
(c) Trayek angkutan perdesaan meliputi:
(1) Pesiapan-Kerambitan-PP;
(2) Tuakilang-Senganan-PP;
(3) Tuakilang-Penatahan-PP;
(4) Tuakilang-Penebel-PP;
(5) Tuakilang-Rejasa-PP;
(6) Tuakilang-Jatiluwih-PP;
(7) Pesiapan-Wangaya Gede-PP;
(8) Pesiapan-Timpag-PP;
(9) Marga-Senganan-Baturiti-PP;
(10) Bajera-Wanagiri-Saribuana-PP;
(11) Bajera-Belimbing-PP;
(12) Bajera-Angkah-Lumbung-Wanayu-PP;
(13) Bajera-Tegalmengkeb-PP; dan
(14) Bajera-Bebali-PP.
(d) Trayek angkutan sekolah meliputi:
(1) Penyalin-Pesiapan-Jambe-Tabanan;
(2) Penyalin-Perum Vista-Gerokgak-Tabanan;
(3) Sandan-Wanasari-Tabanan;
(4) Riang-Subamia-Tabanan;
(5) Tunjuk-Buahan-Denbantas-Tabanan;
(6) Nyitdah-Kediri-Tabanan;
(7) Pandak-Kediri-Tabanan;
(8) Beda-Wanasara-Bongan-Gerokgak-Tabanan;
(9) Bongan Kauh-Dukuh-Tegal-Tabanan;
(10) Yeh Gangga-Gubug-Pulau Nias-Tabanan;
(11) Dadakan-Taman Sekar-Kediri-Sanggulan-Tabanan;
(12) Blayu-Kukuh-Tanah Bang-TMP-Tabanan;
(13) Penebel-Tabanan;
(14) Beraban-Kediri-Abiantuwung-Kediri;
(15) Wanasari-Penebel;
(16) Jangkahan-Batuaji-SMPN 2 Kerambitan;
(17) Kutuh-SMPN 2 Kerambitan;
(18) Batuaji Kawan-SMPN 2 Kerambitan;
(19) Kesiut-Timpag-SMPN2 Kerambitan;
(20) Surajadi-SMPN2 Pupuan;
(21) Bangsing-SMPN 2 Pupuan;
(22) Pekilen-Selanbawak-SMPN 4 Marga;
(23) Padang Alin-Seribupati-SMPN 4 Marga;
II-54
LAPORAN AKHIR
(24) Basang Be-Ceking-Piyun-SMPN 2 Baturiti;
(25) Mandul-Blungan-SMPN 2 Baturiti;
(26) Temacun-Poyan-SMPN 2 Baturiti;
(27) Kukub-Selat-SMPN 2 Baturiti;
(28) Bunyuh – SMPN 2 Baturiti (Jalur Selatan);
(29) Bunyuh – SMPN 2 Baturiti (Jalur Timur);
(30) Punjuan - Palian – SMPN 2 Baturiti;
(31) Mekarsari – SMPN 2 Baturiti;
(32) Juwuk Legi – SMPN 1 Baturiti;
(33) Batunya – SMPN 1 Baturiti;
(34) Pekarangan – SMPN 1 Baturiti;
(35) Kembang Merta – SMPN 1 Baturiti;
(36) Batusesa – SMPN 1 Baturiti;
(37) Munduk Andong - Pacung – SMPN 1 Baturiti;
(38) Bangah - Pacung – SMPN 1 Baturiti;
(39) Peneng – SMPN 1 Baturiti;
(40) Poyan - Luwus – SMPN 1 Baturiti;
(41) Taman Tanda – SMPN 1 Baturiti;
(42) Candi Kuning – SMPN 1 Baturiti;
(43) Temacun - Tundak – SMPN 1 Baturiti;
(44) Sandan – SMPN 4 Baturiti;
(45) Bukit Catu – SMPN 4 Baturiti; dan
(46) Taman Tanda – SMPN 4 Baturiti
(e) Jaringan lintas angkutan barang diarahkan hanya melewati jalur
jalan bebas hambatan, jalan arteri primer dan jalan kolektor
primer (JKP-1) menuju ke Pelabuhan Penyeberangan Gilimanuk
di Kabupaten Jembrana dan Pelabuhan Padangbai di Kabupaten
Karangasem, Pelabuhan Benoa di Kota Denpasar dan Pelabuhan
Celukan Bawang di Kabupaten Buleleng, Bandar Udara Ngurah
Rai dan zona-zona peruntukan kegiatan industri.
b) Sentra parkir khusus berupa sentra parkir angkutan wisata, meliputi:
(a) sentral parkir Tanah Lot di Kecamatan Kediri;
(b) sentral parkir Bedugul di Kecamatan Baturiti;
(c) sentral parkir Pura Ulundanu Bedugul di Kecamatan Baturiti;
(d) sentral parkir Danau Beratan di Kecamatan Baturiti;
(e) sentral parkir Kebun Raya Bedugul di Kecamatan Baturiti;
(f) sentral parkir Sokaan di Kecamatan Selemadeg Barat; dan
(g) sentral parkir Alas Kedaton di Kecamatan Marga.
c) Fasilitas pendukung Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
3) Sistem jaringan kereta api
Sistem jaringan kereta api terdiri atas:
Jaringan jalur kereta api
II-55
LAPORAN AKHIR
Jaringan jalur kereta api meliputi:
a. jaringan kereta api di dalam Kawasan Perkotaan Sarbagita
terintegrasi dengan simpul transportasi lainnya; dan
b. jaringan kereta api melingkar mengelilingi Pulau Bali; dan
c. rencana jaringan jalur kereta api ditetapkan setelah melalui kajian
sesuai ketentuan
Stasiun kereta api
Stasiun kereta api mencakup stasiun penumpang, stasiun barang, dan
stasiun operasi yang ditetapkan setelah melalui kajian sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
II-56
LAPORAN AKHIR
Gambar 2. 13 Peta Rencana Sistem Jaringan Transportasi
d. Rencana Sistem Jaringan Energi/Kelistrikan
Rencana pengembangan sistem jaringan energi diarahkan untuk:
1) penyediaan energi dan tenaga listrik untuk memenuhi kebutuhan dasar
masyarakat dan kegiatan perekonomian;
2) pelayanan secara merata ke seluruh wilayah dengan melakukan perluasan
jaringan distribusi dan penambahan kapasitas pembangkit tenaga listrik;
dan
3) pengembangan pembangkit tenaga listrik alternatif dari sumber energi
terbarukan, untuk menghemat penggunaan energi yang tidak terbarukan
dan mengurangi pencemaran lingkungan.
Dengan demikian rencana pengembangan sistem jaringan energi mencakup:
1) Jaringan infrastruktur minyak dan gas bumi
Jaringan pipa minyak dan gas bumi ditetapkan dengan kriteria:
a) pengembangan jaringan pipa minyak dan gas bumi di wilayah kabupaten
harus melalui kajian yang memenuhi kelayakan teknis, ekonomi dan
lingkungan;
b) terintegrasi dengan sumber penyimpanan minyak dan gas bumi terdekat
yang didistribusikan melalui sistem perpipaan tertutup; dan
c) berfungsi sebagai pendukung sistem pasokan energi wilayah.
Sistem jaringan pipa minyak dan gas bumi meliputi:
a) sistem jaringan LNG (liquid natural gas) dari depo gas terdekat yang
melayani wilayah kabupaten di Kecamatan Kediri; dan
b) rencana pengembangan interkoneksi jaringan energi pipa gas antar
Pulau Jawa-Bali meliputi wilayah Kecamatan Selemadeg Barat,
Kecamatan Selemadeg, Kecamatan Selemadeg Timur, Kecamatan
Kerambitan, Kecamatan Tabanan, dan Kecamatan Kediri.
2) Jaringan infrastruktur ketenagalistrikan.
Jaringan infrastruktur ketenagalistrikan ditetapkan dengan kriteria:
a) mendukung ketersediaan pasokan tenaga listrik untuk kepentingan
umum di seluruh wilayah kabupaten;
b) mendorong percepatan pembangunan pembangkit tenaga listrik
alternatif dengan energi terbarukan serta teknologi yang efesien energi;
c) berada pada kawasan dan/atau di luar kawasan yang memiliki potensi
sumber daya energi;
d) berada pada lokasi yang aman terhadap kegiatan masyarakat dengan
memperhatikan jarak bebas dan jarak aman; dan
e) pembangkit tenaga listrik yang menggunakan energi terbarukan,
batubara, dan gas yang dilakukan melalui kerja sama dengan
pengembang listrik swasta, dilaksanakan sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Jaringan infrastruktur ketenagalistrikan meliputi:
a) infrastruktur pembangkitan tenaga listrik dan sarana pendukungnya;
dan
b) infrastruktur penyaluran tenaga listrik dan sarana pendukungnya
Infrastruktur pembangkitan tenaga listrik dan sarana pendukungnya
meliputi:
a) pembangkit tenaga listrik yang telah ada yang berada di luar wilayah
Kabupaten Tabanan; dan
b) rencana pengembangan pembangkit tenaga listrik baru dari sumber
energi baru terbarukan (EBT) terdiri atas PLT Panas Bumi, PLT Mikro
Hidro, PLT Biomasa, PLT Bayu, PLT Surya, PLT Sampah, PLT Energi
Gelombang Laut dan PLT alternatif lainnya yang diarahkan untuk
menghemat penggunaan energi yang tidak terbarukan dan mengurangi
pencemaran lingkungan
Infrastruktur penyaluran tenaga listrik dan sarana pendukungnya
menggunakan sistem interkoneksi Jawa-Bali meliputi:
a) transmisi tenaga listrik Saluran Kabel Laut (SKLT) Jawa-Bali yang telah
ada;
b) transmisi tenaga listrik antarsistem meliputi:
c) rencana pengembangan transmisi tenaga listrik melalui Saluran Udara
Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 500 kV Gilimanuk-Antosari
(Ekstension); dan
d) jalur lintasan jaringan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT);
e) pengembangan jaringan transmisi 150 Kv mencakup:
Kapal II/Tanah Lot-Inc (Antosari-Kapal);
Antosari-Kapal;
Baturiti-Payangan;
Kapal-Baturiti;
Pemaron–Baturiri; dan
Antosari (Ekstension) – Inc. (Celukan Bawang PLTU-Kapal).
Gardu Induk (GI) yang telah ada yaitu GI Antosari di Kecamatan
Selemadeg Barat yang terintegrasi dengan gardu induk lainnya di luar
wilayah Kabupaten;
f) rencana pengembangan GI mencakup:
pengembangan GITET 500/150 kV di Antosari/ Gilimanuk;
pengembangan Gardu Induk 500/20 kV di Baturiti, kapal II/Tanah
Lot, dan Antosari (Ekstention); dan
pengembangan Gardu Induk 150 kV di Antosari.
penghubung antar GI menggunakan Saluran Udara Tegangan Tinggi
(SUTT) 150 kV maupun Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) 150
kV baik yang telah ada maupun pengembangan baru untuk
menghubungkan antar GI pengembangan baru
Rencana pengembangan sistem jaringan energi listrik di Kabupaten
Tabanan disajikan pada Gambar 2.14.
II-59
LAPORAN AKHIR
Gambar 2. 14 Peta Rencana Sistem Jaringan Energi
MATERI TEKNIS
DINAS PEKERJAAN UMUM, PENATAAN RUANG,
7-60
PERUMAHAN DAN KAWASAN PEMUKIMAN
e. Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi
MATERI TEKNIS
penduduk dan keperluan transmisi jaringan telekomunikasi utama
(backbone) diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
II-62
LAPORAN AKHIR
Gambar 2. 15 Peta Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi
f. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Sumber Daya Air
1) Sumber Air
Sumber air meliputi:
a) Perlindungan kawasan resapan, tangkapan air dan alur sungai pada
seluruh Wilayah Sungai Bali - Penida yang merupakan wilayah
wilayah sungai merupakan bagian dari pengelolaan WS Bali-Penida
sebagai WS Strategis Nasional yang terdiri atas 40 (empat puluh satu)
Daerah Aliran Sungai (DAS) meliputi:
- DI Yeh Leh seluas 22,35 ha (dua puluh dua koma tiga lima
hektar); dan
II-65
LAPORAN AKHIR
bendungan/waduk/embung lainnya setelah melalui kajian.
II-66
LAPORAN AKHIR
- Pengendalian terhadap luapan air pada sungai utama,
meliputi:
II-67
LAPORAN AKHIR
Tukad Tantangan (continue);
II-68
LAPORAN AKHIR
Gambar 2. 16 Peta Rencana Jaringan Sumber Daya Air
MATERI TEKNIS
69
g. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Pengelolaan Lingkungan
Pengurangan sampah ditetapkan dengan kriteria:
1) pemilahan sampah antara sampah organik dan non organik dimulai dari
sumber timbulan sampah dengan menyediakan sekurang-kurangnya 2
(dua) pewadahan per rumah;
70
MATERI TEKNIS
c) pengumpulan sampah harus dilakukan secepat mungkin dan
menjangkau seluruh kawasan perkotaan termasuk kawasan
permukiman, niaga, fasilitas umum dan tempat-tempat wisata sesuai
waktu yang telah ditentukan; dan
71
c) sampah anorganik yang tidak bisa didaur ulang seperti kaca,
keramik, porcelain dan sejenisnya dapat ditimbun di TPA;
e) mencegah perembesan air lindi ke dalam air tanah, mata air dan
badan air;
72
g) mencegah perembesan air lindi ke dalam air tanah, mata air dan
badan air;
d) memiliki zona penyangga dari titik terluar TPA baik untuk TPA yang
telah ada maupun pengembangan TPA baru;
d) hasil pengolahan air limbah yang berbentuk padatan dan sudah tidak
dapat dimanfaatkan kembali wajib diolah sesuai dengan peraturan
73
perundang-undangan yang berlaku sehingga tidak membahayakan
manusia dan lingkungan;
Sistem penyediaan air ninun (SPAM) meliputi pemanfaatan air permukaan, mata
air (MA) dan air tanah sebagai sumber air baku untuk air minum terdiri atas:
74
(e) SPAM Kawasan Perkotaan Marga di Kecamatan Marga;
(c) bak penampungan air hujan yang tersebar di seluruh kecamatan wilayah
kabupaten;
(d) terminal air berupa Instalasi Pengolahan Air minum (IPA) meliputi:
75
(g) SPAM Kawasan perdesaan Kecamatan Pupuan;
5) sumber-sumber mata air (MA) dan air tanah di Kabupaten Tabanan untuk
penyediaan air baku untuk air minum baik SPAM kawasan perkotaan maupun
SPAM kawasan perdesaan meliputi:
a. sistem pengolahan air limbah setempat (on site) dilakukan secara individual
dengan penyediaan bak pengolahan air limbah atau tangki septik, tersebar di
seluruh wilayah;
b. sistem pengolahan air limbah terpusat (off site) dengan sistem perpipaan
meliputi:
76
c. Pengembangan jaringan air limbah komunal di kawasan-kawasan padat
permukiman.
Sistem Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) diarahkan pada:
77
2) jalur-jalur jalan evakuasi bencana meliputi:
(a) jalur-jalur jalan menuju lapangan olah raga terbuka di tiap kawasan
perkotaan dan di tiap kawasan perdesaan;
(c) jalur-jalur jalan menuju gedung olah raga atau gedung serbaguna di tiap
kawasan perkotaan dan di tiap kawasan perdesaan; dan
(d) jalur-jalur jalan menuju ke rumah sakit terdekat atau rumah sakit rujukan.
1) sistem jaringan drainase didasarkan atas kesatuan sistem dan sub sistem tata
air meliputi jaringan primer berupa sungai/tukad utama, jaringan sekunder
berupa parit atau saluran-saluran yang ada di tepi jalan dan jaringan tersier
berupa saluran-saluran kecil yang masuk pada kawasan perumahan;
2) sistem jaringan drainase terpadu antara sistem makro dengan sistem mikro
mengikuti sistem jaringan yang ada dan daerah tangkapan air hujan
(catchment area);
78
Tabel 2. 5 Jalur Evakuasi Bencana di Kabupaten Tabanan
No Kecamatan Lokasi Jalur Evakuasi Tempat Evakuasi
1 Kediri Pantai Nyanyi Desa Buwit-Kaba-kaba-Nyambu- Abian tuwung - Kediri Lapangan Kediri
Pantai Tanah Lot Braban-Pandak Gede-Pandak Bandung-kediri Univ. Tabanan
Pantai Kedunggu Belalang/Pangkungtibah-Bengkel-Pejaten-Kediri Rumah Sakit Umum Nyitdah
2 Tabanan Pantai Yeh Gangga Sudimara-Gubug-Tabanan Lap. Kancil Desa Gubug
Lap. Debes
Lap. Alit Saputra
Lap. Wagimin
Ruang terbuka Kota Tabanan
BRSUD Tabanan
3 Kerambitan Pantai Kelating Penarukan-Kerambitan-Sembung Gede Balai serbaguna Sembung Gede
Pantai Pasut Tibubiyu-Blumbang-Tista-Kerambitan Lap. Olah Raga Sembung Gede
Puskesmas, BRSUD Tabanan
4 Selemadeg Pantai Kelecung Beraban-Tangguntiti-Bantas Lapangan Olah raga depan kantor
Timur Desa Tegal Mengkeb
5 Selemadeg Pantai Antap (Bulungdaya) Antap-Antasari-Bajra Lapangan Olah Raga Desa Bajera
Pantai Soka Antap-Antasari-Tiying Gading Kantor Camat Selemadeg
Areal Parkir SMA 1 Bajera
Puskesmas
6 Selemadeg Pantai Batulumbang Br. Bengkel - angkah - Lumbung SDN Lumbung
Barat
Pantai Suwangaluh Bonian Ds. Lalanglinggah - Tireman- Lumbung Pengereregan SDN Lumbung Pengereregan
Pantai lalanglinggah Ds. Lalanglinggah - Mundeh Kauh SDN Mundeh Kauh
Pantai Selabih Ds. Lalanglinggah -Yeh Bakung - Bukit Rangda
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2018
MATERI TEKNIS
79
Gambar 2. 17 Peta Rencana Jaringan Prasarana Lainnya Lintas Kabupaten/Kota
MATERI TEKNIS
80
Gambar 2. 18 Peta Rencana Struktur Ruang
MATERI TEKNIS
DINAS PEKERJAAN UMUM, PENATAAN RUANG,
7-81
PERUMAHAN DAN KAWASAN PEMUKIMAN
2. Rencana Pola Ruang
a. sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan
kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kabupaten;
Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Tabanan merujuk pada rencana pola
ruang yang ditetapkan dalam RTRWN, RTRWP Bali, serta diserasikan dengan
RTRW Kabupaten/Kota yang berbatasan yang terdiri dari:
b. Kawasan Pertanian;
c. Kawasan Perikanan;
e. Kawasan Industri;
82
f. Kawasan Pariwisata;
g. Kawasan Permukiman;dan
1) Kawasan Lindung
Pemantapan kawasan lindung menjadi titik tolak bagi pengembangan Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Tabanan yang berlandaskan kepada prinsip pembangunan
berkelanjutan. Setelah kawasan lindung ditetapkan sebagai limitasi bagi
pengembangan wilayah, selanjutnya dapat ditentukan arahan pengembangan
kawasan budidaya.
Tabel 2. 6 Rencana Pola Ruang Wilayah
Luas Peruntukkan
No. Jenis Peruntukkan
Luas (ha) (%)
83
Luas Peruntukkan
No. Jenis Peruntukkan
Luas (ha) (%)
3 Kawasan Perikanan 0 0
84
Semua kawasan lindung dipetakan sesuai keberadaannya di wilayah kabupaten.
Khusus untuk kawasan perlindungan setempat, dan kawasan cagar budaya, karena
luasannya relatif kecil (sempit), tidak dipetakan dalam peta pola ruang wilayah
kabupaten, namun tetap diatur dalam pengaturan pola ruang pada RTRWK.
b. Hutan Lindung Yeh Leh Yeh Lebah seluas 1.339,36 ha (seribu tiga ratus
tiga puluh sembilan koma tiga enam hektar) tersebar di Kecamatan
Selemadeg Barat dan Kecamatan Pupuan; dan
c. Hutan Lindung Yeh Ayah seluas 584,70 ha (lima ratus delapan puluh
empat koma tujuh nol hektar) tersebar di Kecamatan Selemadeg Barat
dan Kecamatan Pupuan.
85
b. pencegahan kegiatan-kegiatan budidaya dalam kawasan hutan lindung;
a. Curah hujan yang tinggi, struktur tanah meresapkan air dan bentuk
geomorfologi yang mampu meresapkan air hujan secara besar-besaran;
b. Kemiringan 25% (dua puluh lima persen) sampai dengan 40% (empat
puluh persen) yang mempunyai struktur geologi sesuai untuk resapan
air; dan
86
1. Kawasan Suci
Kawasan suci ditetapkan dengan kriteria:
87
4) kawasan Pantai Beraban, dan Pantai Kelecung di Kecamatan
Selemadeg Timur;
5) kawasan Pantai Bebali, Pantai Bulungdaya Pantai Bonian dan Pantai
Soka di Kecamatan Selemadeg; dan
88
dalam peraturan zonasi dengan tiga strata zonasi yaitu zona inti, zona
penyangga dan zona pemanfaatan; dan
d. kawasan tempat suci di sekitar Pura Kahyangan Tiga dan pura lainnya,
dengan radius sekurang-kurangnya apenimpug atau apenyengker, yang
akan disesuaikan dengan kondisi dan situasi setempat.
1) Yaitu zona Inti atau zona karang kekeran dari tiap kawasan tempat
suci yang dapat berupa karang kekeran yang telah ditetapkan maupun
ditetapkan baru untuk menjaga kelestarian dan kasucian lingkungan
pura.
89
dukungannya dengan keberadaan kawasan suci, yang dapat berupa
hutan, ruang terbuka hijau maupun lahan pertanian.
a. Secara umum total radius zona inti, zona penyangga dan zona
pemanfaatan mendekati radius kawasan tempat suci sesuai arahan
Bhisama.
Pantai merupakan pertemuan antara daratan dan laut. Areal ini sangat
terkait dengan kegiatan ritual keagamaan dan lokasi tempat-tempat suci.
Kegiatan ritual keagamaan yang dilakukan di pantai antara lain: melasti,
nganyut abu jenazah, ngulapin, nganyut abu puspa lingga, ngelukat,
pebersihan diri pada hari banyu pinaruh, dan upacara-upacara
90
penyucian/pemarisuda yang bersifat insidentil yang umumnya berkaitan
dengan bencana.
Sempadan pantai ditetapkan dengan kriteria:
a. daratan sepanjang tepian laut dengan jarak paling sedikit 100 (seratus)
meter dari titik pasang air laut tertinggi ke arah darat untuk pantai di
luar kawasan efektif pariwisata; dan
b. daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pantainya
curam atau terjal dengan jarak proporsional terhadap bentuk dan
kondisi fisik pantai
91
c. kawasan pantai yang memiliki batas berupa jalan atau pedestrian di
sepanjang pantai, pengelolaannya dapat didasarkan atas jarak sempadan
pantai atau jarak sempadan bangunan dengan jarak minimal sama
dengan jarak sempadan pantai yang ditetapkan sebelumnya dan
disesuaikan dengan keserasian tata bangunan dan lingkungan setempat;
d. pengembangan program pengamanan dan penataan pantai pada seluruh
kawasan pantai rawan abrasi;
e. kawasan pantai yang rawan tsunami wajib menyediakan tempat-tempat
dan jalur-jalur evakuasi;
f. perlindungan dan penanaman terumbu karang pada pantai pada
ekosistem yang sesuai; dan
g. integrasi sinergi antara pada kawasan dengan penggunaan campuran
antara kegiatan ritual, penambatan perahu nelayan tradisional serta
kawasan rekreasi pantai.
Kawasan sempadan sungai meliputi jarak tertentu dari pinggir sungai pada
seluruh sungai dan anak sungai yang tersebar di kawasan perkotaan dan
kawasan perdesaan seluas 348,14 ha (tiga ratus empat puluh delapan koma
satu empat hektar) atau 0,41% (nol koma empat satu persen) dari luas
wilayah kabupaten.
92
f. mengembangkan kegiatan lainnya sepanjang tidak berdampak negatif
terhadap fungsi lindungnya, antara lain:
93
tidak kurang dari 11 m (sebelas meter) dihitung dari tepi jurang ke arah
bidang datar;
94
Perkotaan Kabupaten Tabanan seluas 13.567,53 ha (tiga belas ribu lima
ratus enam puluh tujuh koma lima tiga hektar) terdiri atas :
3) taman-taman rekreasi;
4) hutan kota;
1) pekarangan rumah;
Strategi pemenuhan RTH Kota (RTH Publik) 20 % (dua puluh persen) dari
luas kawasan perkotaan atau menambah kekurangan RTH Publik seluas
2.683,57 ha (dua ribu enam ratus delapan puluh tiga koma lima tujuh
hektar), dilaksanakan melalui:
95
f. mengembangkan kerjasama pemanfaatan lahan milik desa atau milik
desa adat sebagai RTH Publik;
g. mengembangkan kerjasama pembelian secara bertahap taman-taman
banjar, atau taman desa oleh desa atau desa adat; dan
C. Kawasan Konservasi
96
a. kawasan yang memiliki keanekaragaman biota, ekosistem, serta gejala
dan keunikan alam yang khas baik di darat maupun di perairan;
dan/atau
a. Cagar Alam (CA) seluas 126,40 ha (seratus dua puluh enam koma empat
nol hektar) di Kecamatan Penebel; dan
b. Cagar Alam (CA) seluas 596,90 ha (lima ratus sembilan puluh enam
koma sembilan nol hektar) di Kecamatan Baturiti.
Cagar cagar alam ditetapkan dengan kriteria:
d. merupakan kawasan dengan ciri khas baik asli maupun buatan, baik
pada kawasan yang ekosistemnya masih utuh maupun kawasan yang
sudah berubah;
a. Kawasan cagar alam dibagi dalam blok pengelolaan yaitu blok inti dan
blok rimba. Dalam blok inti dan blok rimba tidak dapat dilakukan
kegiatan yang merubah bentang alam;
b. Dalam blok inti hanya dapat dilakukan kegiatan monitoring sumber daya
alam hayati dan ekosistemnya untuk kepentingan penelitian, pendidikan
dan ilmu pengetahuan beserta pembangunan sarana dan prasarana yang
mendukung kegiatan monitoring;
97
d. Dalam kawasan cagar alam dapat dibangun sarana dan prasarana
pengelolaan, penelitian secara terbatas seperti: kantor pengelola,
laboratorium penelitian, menara pengawas, jalan patroli, jalan setapak,
perlengkapan wisata pendidikan, media interpretasi.
98
f. pembatasan kegiatan wisata alam karena sekaligus merupakan kawasan
suci dan kawasan cagar budaya.
3. Kebun Raya
c. mengelola parkir dan sirkulasi arus lelu lintas kunjungan wisata yang
terintegrasi dengan kawasan rekreasi di sekitarnya.
99
b. kawasan konservasi kawasan suci di sekitar Pantai Yeh Gangga di Desa
Sudimara Kecamatan Tabanan dan Tanah Lot di Desa Beraban di
Kecamatan Kediri;
4) memiliki muka air tanah tidak tertekan yang letaknya lebih tinggi dari
pada muka air tanah yang tertekan.
100
3) penelitian dan pemetaan air tanah detail pada masing-masing
cekungan air tanah sebagai dasar pengawasan dan pengendalian
pemanfaatan air tanah.
2) kawasan dengan jarak paling sedikit 200 (dua ratus) meter dari mata
air di luar kawasan permukiman dan sekurang-kurangnya 50 (dua
puluh lima) meter di dalam kawasan permukiman.
101
4) penataan perlindungan mata air untuk mengantisipasi pencemaran
dan kerusakan mata air.
102
Kawasan rawan bencana tanah longsor seluas 7.857,23 (tujuh ribu
delapan ratus lima puluh tujuh koma dua tiga hektar) sebarannya
meliputi:
2) Kecamatan Kediri seluas 27,47 ha (dua puluh tujuh koma empat tujuh
hektar);
103
3) kawasan yang mempunyai catatan kegempaan dengan kekuatan
(magnitudo) lebih besar dari 6 (enam) Skala Richter; dan
3) Kecamatan Kerambitan seluas 35,03 ha (tiga puluh lima koma nol tiga
hektar);
104
b. kawasan cagar budaya lokal meliputi:
105
Tabel 2. 7 Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan Perkotaan Kabupaten Tabanan
RTH & Lokasi Luas (Ha)
106
Berdasarkan komposisi komponen kawasan budidaya yang telah diuraikan, Rencana
peruntukkan kawasan budi daya seluas 73.640,63 ha (tujuh puluh tiga ribu enam ratus
empat puluh koma enam tiga hektar) atau kurang lebih 86,67% (delapan puluh enam
koma enam tujuh persen) dari luas wilayah kabupaten.
A. Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat
Kawasan peruntukan hutan rakyat ditetapkan dengan kriteria:
a. kawasan yang dapat diusahakan sebagai hutan oleh orang pada tanah yang
dibebani hak milik;
b. Kriteria teknis kawasan peruntukan hutan rakyat ditetapkan oleh menteri yang
tugas dan tanggung jawabnya di bidang kehutanan
Kawasan peruntukan hutan rakyat merupakan hutan produksi yang memiliki hak yang
diarahkan pada kawasan-kawasan yang memiliki potensi kesesuaian lahan untuk
pengembangan hutan rakyat secara optimal dengan tetap memperhatikan asas
kelestarian sumberdaya lahan.
Pengembangan kawasan peruntukan hutan rakyat diarahkan untuk memberi
dukungan pada upaya peletarian alam, menjaga keseimbangan ekosistem kawasan
hutan minimal 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah, serta penyediaan bahan baku
bangunan, industri kerajinan dan industri kreatif lainnya.
Sebaran kawasan hutan rakyat diarahkan seluas 7.635,48 ha (tujuh ribu enam ratus
tiga puluh lima koma empat delapan hektar) atau 8,98% (delapan koma sembilan
delapan persen) dari luas wilayah kabupaten, yang sebarannya terdiri atas:
a. kawasan penyangga hutan lindung di pinggiran hutan lindung Batukau seluas
2.269,19 ha (dua ribu dua ratus enam puluh sembilan koma satu sembilan hektar)
tersebar di Kecamatan Selemadeg, Kecamatan Pupuan, Kecamatan Penebel dan
Kecamatan Baturiti;
b. lahan di sekitar sempadan sungai dengan skala kecil tersebar di seluruh wilayah
kabupaten;
c. lahan di sekitar sempadan jurang tersebar terutama di Kecamatan Pupuan,
Kecamatan Penebel dan Kecamatan Baturiti; dan
d. kawasan hutan rakyat lainnya tersebar terutama pada kawasan dengan kemiringan
di atas 40% (empat puluh persen) pada radius kawasan tempat suci, kawasan
sekitar pertanian dengan luasan kecil terletak di Kecamatan Pupuan, Kecamatan
Penebel dan Kecamatan Baturiti.
Rencana pengembangan kawasan hutan rakyat di wilayah Kabupaten Tabanan untuk
konservasi berupa kebun raya yang berada di luar kawasan hutan diarahkan di
Kawasan Pura Dalem Balingkang.
Arahan pengelolaan kawasan peruntukan hutan rakyat, mencakup:
a. mengembangkan kawasan peruntukkan hutan rakyat pada lahan dengan
kemiringan di atas 40% (empat puluh persen), yang berupa hak milik masyarakat
yang beralih fungsi menjadi kegiatan budidaya lainnya;
b. mendukung pencapaian tutupan vegetasi hutan minimal 30% (tiga puluh persen)
dari luas wilayah kabupaten;
107
c. integrasi hasil produksi tanaman kayu dengan kegiatan industri kecil dan industri
kreatif;
d. pengembangan fungsi penyangga pada kawasan peruntukkan hutan rakyat yang
berbatasan dengan hutan lindung; dan
e. reboisasi dan rehabilitasi lahan pada kawasan lahan kritis.
B. Kawasan Pertanian
Kawasan peruntukan pertanian ditetapkan dengan kriteria:
a. memiliki kesesuaian lahan untuk dikembangkan sebagai kawasan pertanian;
b. ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan abadi;
c. mendukung ketahanan pangan nasional; dan/atau
d. dapat dikembangkan sesuai dengan tingkat ketersediaan air.
Kawasan pertanian seluas 48.021,56 ha (empat puluh delapan ribu dua puluh satu
koma lima enam hektar) atau 56,52% (lima puluh enam koma lima dua persen) dari
luas wilayah kabupaten.
Pengelolaan kawasan pertanian secara umum dilaksanakan melalui :
a. pengembangan masterplan pengembangan pertanian;
b. pemetaan potensi lahan pertanian;
c. penguatan manajemen subak;
d. pengembangan penelitian pengembangan komoditas unggulan dan sistem pola
tanam yang mampu mengadaptasi kondisi perubahan iklim;
e. pemantapan pelayanan jaringan irigasi;
f. pencegahan dan pembatasan alih fungsi lahan sawah beririgasi;
g. pengembangan secara bertahap sistem pertanian organik di seluruh wilayah
kabupaten/kota;
h. penetapan pencapaian target luas lahan pertanian berkelanjutan sekurang-
kurangnya 90% (sembilan puluh persen) dari luas lahan yang ada sejak
ditetapkannya Peraturan Daerah ini;
i. pengembangan kawasan-kawasan sentra produksi pertanian melalui sistem
agribisnis terpadu yang terintegrasi dengan pengembangan Kawasan Agropolitan;
dan
j. pengembangan kebijakan pengintegrasian sektor pertanian dengan pariwisata.
Kawasan pertanian di wilayah Kabupaten Tabanan mencakup :
1. Kawasan Tanaman Pangan
a. Kawasan tanaman pangan diarahkan dalam rangka menjaga ketahanan pangan
wilayah, mempertahankan jati diri budaya Bali dan memantapkan status
Tabanan sebagai lumbung pangannya Bali.
b. Kawasan tanaman pangan berupa kawasan lahan basah beririgasi diarahkan
seluas 16.883,19 ha (enam belas ribu delapan ratus delapan puluh tiga koma satu
sembilan hektar) atau 19,87% (sembilan belas koma delapan tujuh persen) dari
luas wilayah kabupaten yang melayani kurang lebih 222 (dua ratus dua puluh
dua) subak terdiri atas:
1) Kecamatan Selemadeg Barat seluas 774,69 ha (tujuh ratus tujuh puluh empat
koma enam sembilan hektar) melayani 15 (lima belas) subak;
108
2) Kecamatan Selemadeg seluas 1.295,74 ha (seribu dua ratus sembilan puluh
lima koma tujuh empat hektar) melayani 17 (tujuh belas) subak;
3) Kecamatan Selemadeg Timur seluas 1.880,70 ha (seribu delapan ratus
delapan puluh koma tujuh nol hektar) melayani 23 (dua puluh tiga) subak;
4) Kecamatan Kerambitan seluas 1.841,12 ha (seribu delapan ratus empat
puluh satu koma satu dua hektar) melayani 19 (sembilan belas) subak;
5) Kecamatan Tabanan seluas 1.370,22 ha (seribu tiga ratus tujuh puluh koma
dua dua hektar) melayani 23 (dua puluh tiga) subak;
6) Kecamatan Kediri seluas 1.882,31 ha (seribu delapan ratus delapan puluh
dua koma tiga satu hektar) melayani 23 (dua puluh tiga) subak;
7) Kecamatan Marga seluas 1.720,54 ha (seribu tujuh ratus dua puluh koma
lima empat hektar) melayani 27 (dua puluh tujuh) subak;
8) Kecamatan Baturiti seluas 1.646,98 ha (seribu enam ratus empat puluh enam
koma sembilan delapan hektar) melayani 18 (delapan belas) subak;
9) Kecamatan Penebel seluas 3.573,61 ha (tiga ribu lima ratus tujuh puluh tiga
koma enam satu hektar) melayani 31 (tiga puluh satu) subak; dan
10) Kecamatan Pupuan seluas 897,28 ha (delapan ratus sembilan puluh tujuh
koma dua delapan hektar) melayani 20 (dua puluh) subak.
c. Kawasan tanaman pangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ditetapkan
menjadi Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan (KP2B) seluas 93,53%
(sembilan puluh tiga koma lima tiga persen) dari luas kawasan tanaman pangan
atau seluas 15.791,17 ha (lima belas ribu tujuh ratus sembilan puluh satu koma
satu tujuh hektar) yang tersebar diseluruh kecamatan.
Arahan pengelolaan kawasan peruntukan pertanian, mencakup:
a. penyusunan rancang bangun peruntukan pertanian berdasarkan hasil
identifikasi terhadap potensi dan kondisi wilayah serta sosial budaya masyarakat
setempat;
b. penguatan kelembagaan dan manajemen subak;
c. pengembangan penelitian pengembangan komoditas unggulan, diversifikasi
produk dan sistem pola tanam yang mampu mengadaptasi kondisi perubahan
iklim;
d. optimalisasi fungsi dan pelayanan jaringan irigasi dalam upaya meningkatkan
produksi dan produktivitas lahan;
e. mengendalikan alih fungsi lahan pertanian beririgasi ke non pertanian agar
ketersediaan lahan pertanian berkelanjutan;
f. pengembangan secara bertahap sistem pertanian organik di seluruh wilayah
kabupaten;
g. penetapan pencapaian target luas lahan pertanian pangan berkelanjutan
sekurang-kurangnya 90% (sembilan puluh persen) dari luas lahan yang ada
sejak ditetapkannya Peraturan Daerah ini;
h. pengembangan sentra-sentra produksi pertanian berdasarkan kesesuaian lahan
dan persyaratan agroklimat melalui sistem agribisnis dan agroindustri terpadu;
109
i. pengembangan kebijakan untuk mendorong integrasi pertanian dengan
pariwisata melalui pengembangan agrowisata, desa wisata dan ekowisata;
j. pengembangan kawasan pertanian sekaligus berfungsi sebagai kawasan RTH dan
resapan air;
k. revitalisasi pertanian melalui intensifikasi dan ekstensifikasi lahan; dan
l. pengembangan teknologi tepat guna serta sarana dan prasarana produksi dalam
rangka peningkatan nilai tambah hasil peroduksi/pasca panen.
2. Kawasan Hortikultura
Kawasan budidaya hortikultura ditetapkan dengan kriteria:
a. pengembangan luas areal pada lahan-lahan yang memiliki potensi/kesesuaian
lahan sebagai lahan peruntukan budidaya hortikultura secara optimal;
b. pemanfaatan lahan basah yang belum beririgasi pada bulan-bulan kering; dan
c. pemilihan jenis komoditi yang memiliki nilai ekonomis tinggi dengan masa
tanam singkat.
Kawasan hortikultura merupakan kawasan lahan kering potensial untuk
pemanfaatan dan pengembangan tanaman hortikultura secara monokultur maupun
tumpang sari berupa komoditas yang berkaitan dengan buah, sayuran, bahan obat
nabati dan florikultura, termasuk didalamnya jamur, lumut dan tanaman air yang
berfungsi sebagai sayuran, bahan obat nabati, dan/atau bahan estetika yang
diarahkan seluas kurang lebih 1.675,88 ha (seribu enam ratus tujuh puluh lima
koma delapan delapan hektar) atau kurang lebih 2% (dua persen) dari luas wilayah
kabupaten terdiri atas:
a. komoditas tanaman bunga dan tanaman hias lainnya tersebar di Kawasan Desa
Candikuning, Kecamatan Baturiti dan Desa Tua, Kecamatan Marga;
b. komoditas tanaman sayur mayur di Desa Candikuning dan Desa Baturiti,
Kecamatan Baturiti;
c. komoditas tanaman buah-buahan tersebar dalam skala kecil bercampur dengan
tanaman perkebunan rakyat, terutama di Kecamatan Selemadeg Barat,
Kecamatan Pupuan, Kecamatan Penebel, Kecamatan Marga dan Kecamatan
Baturiti.
d. pemanfaatan lahan basah yang belum beririgasi pada bulan-bulan kering;
e. pemilihan jenis komoditi yang memiliki nilai ekonomis tinggi dengan masa
tanaman singkat;
f. pemantapan Kawasan Agropolitan Baturiti berbasis pertanian hortikultura
sebagai penggerak perekonomian kawasan perdesaan;
g. pengembangan kemitraan dengan sektor industri dan pariwisata; dan
h. pengembangan luasan kawasan budi daya hortikultura organik secara bertahap
pada tiap subak dan desa sesuai potensinya.
Arahan pengelolaan kawasan budidaya hortikultura, mencakup:
a. pengembangan tanaman hortikultura pada lahan-lahan yang memiliki
potensi/kesesuaian lahan termasuk pertanian perkotaan (urban farming)
b. pemanfaatan lahan basah yang belum beririgasi pada bulan-bulan kering;
110
c. pemilihan jenis komoditi yang memiliki nilai ekonomis tinggi dengan masa
tanaman singkat;
d. pembatasan perluasan lahan budidaya hortikultura sayur mayur dari kawasan
budidaya perkebunan dan peruntukan hutan rakyat;
e. pengendalian kegiatan budidaya hortikultura sayur mayur pada kawasan yang
memiliki kemiringan di atas 40% (empat puluh persen);
f. pemantapan Kawasan Agropolitan Baturiti berbasis pertanian hortikultura
sebagai penggerak perekonomian kawasan perdesaan;
g. pengembangan kemitraan dengan sektor industri dan pariwisata; dan
h. pengembangan luasan kawasan budidaya hortikultura organik secara bertahap
pada tiap subak dan desa sesuai potensinya.
3. Kawasan Perkebunan
Kawasan budidaya perkebunan ditetapkan dengan kriteria:
a. pengembangan luas areal pada lahan-lahan yang memiliki potensi/kesesuaian
lahan untuk tanaman perkebunan secara optimal dengan tetap memperhatikan
kelestarian sumberdaya lahan; dan
b. pengembangan tanaman perkebunan diprioritaskan pada tanaman yang
memiliki produktivitas tinggi dan daya saing tinggi serta mampu mendukung
kelestarian lingkungan.
Kawasan perkebunan diperuntukan bagi bagi budi daya tanaman perkebunan yang
menghasilkan bahan kebutuhan sehari-hari, bahan baku industri kecil dan
menengah dalam negeri maupun untuk memenuhi kebutuhan ekspor seluas
29.462,49 ha (dua puluh sembilan ribu empat ratus enam puluh dua koma empat
sembilan hektar) atau 34,67% (tiga puluh empat koma enam tujuh persen) dari luas
wilayah kabupaten terdiri atas:
a. perkebunan di seluruh wilayah terutama di Kecamatan Pupuan, Kecamatan
Selemadeg Barat, Kecamatan Selemadeg, Kecamatan Selemadeg Timur,
Kecamatan Baturiti, Kecamatan Penebel dan Kecamatan Marga yang dikelola
masyarakat tergabung dalam 145 (seratus empat puluh lima) subak abian; dan
b. perkebunan rakyat dengan komoditas unggulan berdaya saing global pada
kawasan-kawasan yang memiliki potensi/kesesuaian lahan terdiri atas:
1) komoditas kopi arabika di kawasan Kecamatan Baturiti;
2) komoditas kopi robusta di kawasan Kecamatan Pupuan, Kecamatan
Selemadeg Barat, Kecamatan Selemadeg, Kecamatan Selemadeg Timur dan
Kecamatan Penebel;
3) komoditas kakao di kawasan Kecamatan Pupuan, Kecamatan Selemadeg Barat,
Kecamatan Selemadeg, Kecamatan Selemadeg Timur dan Kecamatan Penebel;
dan
4) komoditas cengkeh di kawasan Kecamatan Pupuan, Kecamatan Selemadeg
Barat, Kecamatan Selemadeg, Kecamatan Selemadeg Timur, Kecamatan
Penebel, Kecamatan Marga dan Kecamatan Penebel.
111
a. pengembangan perkebunan rakyat dengan komoditas unggulan berdaya saing
global pada kawasan-kawasan yang memiliki potensi/kesesuaian lahan terdiri
atas:
1) komoditas kopi arabika di kawasan Kecamatan Baturiti;
2) Komoditas kopi robusta di kawasan Kecamatan Pupuan, Selemadeg Barat,
Selemadeg, Selemadeg Timur dan Penebel;
3) Komoditas kakao di kawasan Kecamatan Pupuan, Selemadeg Barat,
Selemadeg, Selemadeg Timur dan Penebel;
4) Komoditas cengkeh di kawasan Kecamatan Pupuan, Selemadeg Barat,
Selemadeg, Selemadeg Timur dan Penebel, Marga dan Penebel.
b. Peningkatan pelayanan sarana dan prasarana pendukung sistem agribisnis dan
agroindustri.
c. Penguatan sistem kelembagaan kelompok tani atau gabungan kelompok tani
yang terintegrasi dengan subak abian;
d. pengembangan kemitraan dengan sektor industri dan pariwisata; dan
e. pengembangan perkebunan yang terintegrasi dengan kegiatan pertanian lainnya
dengan konsep Simantri;
f. pengembangan luasan kawasan perkebunan organik secara bertahap berbasis
Subak Abian dan kawasan sesuai potensi.
g. wilayah yang menghasilkan produk perkebunan yang bersifat spesifik lokasi
dilindungi kelestariannya dengan sertifikat indikasi geografis;
h. wilayah yang sudah ditetapkan untuk dilindungi kelestariannya dengan indikasi
geografis dilarang dialihfungsikan;
i. pengembangan agrowisata dan pemantapan kawasan agropolitan berbasis
tanaman perkebunan sebagai penggerak perekonomian kawasan perdesaan.
4. Kawasan Peternakan
Kawasan budidaya peternakan ditetapkan dengan kriteria:
a. pemanfaatan area pertanian untuk menghasilkan produk usaha peternakan yang
bernilai ekonomi tinggi;
b. pengembangan pada area pertanian lahan kering atau kritis yang
produktivitasnya rendah;
c. keterpaduan kegiatan peternakan dengan kawasan pertanian tanaman
tahunan/perkebunan;
d. kemampuan mendayagunakan bahan pakan rerumputan, semak dan pepohonan
serta hasil pertanian dan limbah pertanian secara optimal untuk pakan ternak;
e. kemampuan mengoptimalkan sumber daya lahan dan lingkungan secara optimal;
dan
f. kemampuan mempertahankan pelestarian plasma nutfah dan konservasi lahan
secara berkelanjutan.
Kawasan peternakan di wilayah Kabupaten Tabanan mencakup :
a. Kawasan peruntukan peternakan diperuntukkan bagi kegiatan peternakan
hewan besar, hewan kecil dan unggas, tidak dikembangkan dalam bentuk padang
112
penggembalaan ternak sehingga batasan lokasinya tidak dapat dipetakan secara
tegas yang diarahkan secara terpadu dan terintegrasi bercampur dengan
kawasan peruntukan pertanian;
b. Sebaran kawasan peternakan meliputi:
1) kawasan ternak besar terdiri atas:
a) ternak sapi tersebar di seluruh wilayah terutama di Kecamatan Kerambitan
dan Kecamatan Baturiti, Kecamatan Selemadeg Barat, Kecamatan
Selemadeg, Kecamatan Selemadeg Timur, Kecamatan Tabanan, Kecamatan
Kediri dan Kecamatan Marga; dan
b) ternak kambing terutama di Kecamatan Pupuan dan Kecamatan Selemadeg
Barat.
2) kawasan ternak kecil terdiri atas:
a) ternak unggas ayam ras petelur terutama di Kecamatan Penebel; dan
b) ternak ayam buras/ayam kampung terutama di Kecamatan Kerambitan.
Arahan pengelolaan kawasan peruntukan kegiatan peternakan, mencakup:
a. Pengembangan ternak besar seperti ternak sapi, kambing dan lainnya
dikembangkan secara berkelompok maupun individu tergabung dalam
permukiman perdesaan dan peruntukan pertanian dalam arti luas;
b. Pengembangan ternak kecil dalam bentuk usaha peternakan separti peternakan
ayam, diarahkan untuk tidak berdampingan langsung dengan kawasan
permukiman
c. Arahan pengembangan ternak sapi dominan terdapat di Kecamatan Penebel,
Baturiti, Marga, Selemadeg dan Selemadeg Timur
d. Arahan pengembangan ternak unggas ayam ras dominan terdapat di Kecamatan
Penebel
e. Pengelolan limbah ternak untuk diintegrasikan dengan system pertanian
f. pemanfaatan lahan pertanian yang dapat mensuplai bahan makanan ternak
secara terpadu dan terintegrasi; dan
g. pemanfaatan lahan pekarangan permukiman perdesaan, untuk kegiatan
peternakan skala rumah tangga.
C. Kawasan Perikanan
1. Kawasan Perikanan Tangkap
Kawasan perikanan tangkap di wilayah Kabupaten Tabanan terdiri atas :
a. perikanan tangkap di perairan umum meliputi kegiatan perikanan tangkap di
perairan Danau Beratan di Kecamatan Baturiti, Waduk Telaga Tunjung di
Kecamatan Kerambitan;
b. perikanan tangkap di perairan laut dengan jalur penangkapan ikan di wilayah
pengelolaan penangkapan;
c. sebaran kegiatan perikanan tangkap di perairan laut sebagaimana dimaksud
pada huruf b meliputi:
1) perikanan laut skala kecil meliputi kawasan yang memiliki kelompok nelayan
tradisional di Desa Lalanglinggah, Kecamatan Selemadeg Barat; Desa Antap
113
Kecamatan Selemadeg; Desa Sudimara, Kecamatan Tabanan; dan desa-desa
lainnya yang memiliki kelompok nelayan; dan
2) perikanan laut skala menengah meliputi kawasan pangkalan pendaratan ikan
(PPI)/ tempat pelelangan ikan (TPI) di Yeh Gangga, Desa Sudimara,
Kecamatan Tabanan, Desa Antap Kecamatan Selemadeg dan desa-desa lainnya
yang memiliki potensi pengembangan perikanan laut.
d. prasarana pendukung kegiatan perikanan laut sebagaimana dimaksud pada
huruf b meliputi:
1) Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)/Tempat Penimbangan Ikan di Pantai Soka,
Kecamatan Selemadeg Barat dan pengembangan baru di Pantai Yeh Gangga,
Desa Sudimara, Kecamatan Tabanan; dan
2) pangkalan perahu/jukung nelayan tradisional, tersebar di pantai-pantai di
seluruh desa nelayan.
2. Kawasan Perikanan Budi Daya
Kawasan perikanan budi daya di wilayah Kabupaten merupakan budi daya
perikanan air tawar yang terdiri atas :
a. perikanan budi daya di Danau Beratan berupa Keramba Jaring Apung (KJA);
b. perikanan budi daya sawah bersama ikan (minapadi), kolam air tenang dan
saluran irigasi, meliputi:
1) Kecamatan Baturiti;
2) Kecamatan Penebel;
3) Kecamatan Marga;
4) Kecamatan Tabanan;
5) Kecamatan Kediri;
6) Kecamatan Kerambitan;
7) Kecamatan Selemadeg Barat;
8) Kecamatan Selemadeg;
9) Kecamatan Selemadeg Timur; dan
10) Kecamatan Pupuan.
c. kawasan perikanan budi daya perairan umum;
d. UPTD Produksi Perikanan Budidaya (PPB) dan unit pembibitan rakyat (UPR)
meliputi:
1) PPB Meliling di Desa Meliling, Kecamatan Kerambitan;
2) PPB Pesiapan di Desa Dauh Peken, Kecamatan Tabanan;
3) PPB Penebel di Desa Pitra, Kecamatan Penebel;
4) PPB Bolangan di Desa Babahan, Kecamatan Penebel; dan
5) PPB yang tersebar di seluruh kecamatan.
3. Kawasan Pengolahan Ikan
a. Pengembangan kawasan minapolitan Penebel – Tabanan sebagai zona sentra
(Minapolis) yang didukung zona pendukung (hinterland) meliputi Kecamatan
Marga, Baturiti, Kediri, Kerambitan, Selemadeg Timur, Selemadeg, Selemadeg
Barat dan Pupuan, berbasis perikanan budidaya yang tersebar di Kecamatan
114
Penebel yang didukung sarana pasar ikan di Kawasan Tuakilang Kecamatan
Tabanan.
b. Kawasan pengolahan ikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi
kegiatan industri perikanan dan kelautan terdiri atas:
1) yang mengolah hasil-hasil budi daya perikanan darat di Delod Peken Kota
Tabanan; dan
2) sentra-sentra industri kecil dan kerajinan rumah tangga yang mengolah
hasil-hasil perikanan di Desa Lalanglinggah, Kecamatan Selemadeg Barat;
Desa Antap, Kecamatan Selemadeg; Desa Sudimara, Kecamatan Tabanan dan
desa-desa lainnya yang tersebar di Kawasan Perkotaan Tabanan, desa-desa
pesisir dan desa-desa kawasan budi daya perikanan.
c. Kawasan perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diarahkan pada
kawasan pesisir Tabanan di luar kawasan pusat-pusat kegiatan pariwisata, dan
perikanan laut baik pembudidayaan maupun penangkapannya di wilayah laut
kabupaten.
D. Kawasan Pertambangan dan Energi
Kawasan peruntukan kegiatan pertambangan ditetapkan dengan kriteria:
a. memiliki potensi pertambangan, diutamakan terutama pada cadangan akibat
letusan gunung berapi yang terdiri dari pasir dan batu;
b. berada dalam zonasi pertambangan yang telah ditetapkan;
c. kegiatan eksploitasi dibatasi sampai dengan upaya untuk mengembalikan rona awal
lahan di tempat galian C tersebut;
d. tidak menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan; dan
e. eksplorasi bahan tambang di luar dapat dikembangkan secara terbatas sesuai
dengan potensi yang ada, dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.
Kawasan peruntukan pertambangan di wilayah Kabupaten Tabanan, meliputi:
a. kawasan pertambangan mineral, meliputi kawasan pertambangan batuan yang
tersebar di seluruh wilayah kabupaten dengan pemanfaatan secara terbatas dan
memperhatikan kelestarian lingkungan;
b. kawasan panas bumi yaitu pendayagunaan potensi panas bumi di Kawasan
Candikuning, Kecamatan Baturiti untuk alternatif energi yang selanjutnya diatur
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
c. lokasi kegiatan pertambangan pengambilan air bawah tanah tersebar di seluruh
wilayah kabupaten dengan pemanfaatan secara terbatas sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pengelolaan peruntukan kawasan pertambangan adalah:
a. pengendalan kegiatan pertambangan rakyat berupa pengambilan batu padas, tanah
liat dan pasir, pada kawasan yang potensial dengan memperhatikan kelestarian
lingkungan; dan
b. pelarangan kegiatan pengambilan batu padas, pasir dan batu pada kawasan-
kawasan tebing sungai.
E. Kawasan Peruntukkan Industri
115
Kawasan peruntukan industri, merupakan kawasan peruntukan industri untuk usaha
mikro, kecil dan menengah yang potensi dan sebarannya meliputi:
1. industri kecil dan menengah khusus keramik di Desa Pejaten;
2. industri terkait pengolahan bahan makanan potensi sumber daya perkebunan yang
ada seperti kopi, kakao, buah-buahan lainnya berupa agroindustri di Kawasan
Agropolitan;
3. pengembangan industri-industri kecil kreatif di dalam kawasan permukiman baik
industri kerajinan, makan olahan dan unggulan lainnya;
4. industri terkait hasil perikanan tangkap atau perikanan budidaya;
5. industri terkait bahan setengah jadi, untuk produksi barang kerajinan dari bahan
hasil kehutanan (kayu);
6. industri kecil kerajinan dan cinderamata untuk menunjang kegiatan pariwisata; dan
7. industri kreatif lainnya.
Arahan pengelolaan kawasan peruntukan kegiatan industri mencakup:
a. mendorong pengembangan zona industri Cepaka, Kaba-Kaba, Pejaten dan Kawasan
agropolitan yang dilengkapi dengan sarana dan infrastruktur pendukung yang
memadai;
b. integrasi zona industri dengan pemanfaatan ruang lainnya;
c. pembuangan limbah kegiatan industri baik ke udara, darat maupun perairan harus
memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan oleh instansi yang berwenang;
d. pengembangan industri yang tidak terkait dengan potensi sumber alam setempat
harus tetap memberi manfaat dan kesejahteraan bagi masyarakat setempat; dan
e. integrasi kegiatan industri kecil kreatif bercampur dengan kawasan budidaya
lainnya secara terpadu dan tidak saling mengganggu.
F. Kawasan Pariwisata
Kawasan pariwisata diintegrasikan dengan kawasan peruntukan lainnya secara
terpadu dalam bentuk KSPD dan KSPDK yang menjadi bagian dari KSP. Kawasan
peruntukan pariwisata ditetapkan dengan kriteria:
a. memiliki keindahan panorama alam dan/atau bangunan peninggalan budaya yang
mempunyai nilai sejarah;
b. memiliki karakteristik masyarakat dengan kebudayaan bernilai tinggi dan diminati
oleh wisatawan;
c. memiliki potensi sarana dan prasarana pendukung kawasan; dan
d. memiliki cadangan lahan yang mencukupi untuk kawasan efektif pariwisata.
Kawasan Pariwisata di wilayah Kabupaten Tabanan, mencakup :
1. Kawasan Pariwisata
a. Kawasan Pariwisata dalam bentuk KSPD, mencakup :
1) KSPD Soka seluas 1.397,60 ha (seribu tiga ratus sembilan puluh tujuh koma
enam nol hektar) terdiri atas:
a) Desa Lalanglinggah dan Desa Antosari Kecamatan Selemadeg Barat;
b) Desa Antap dan Desa Brembeng di Kecamatan Selemadeg;
c) Desa Beraban dan Desa Tegalmengkeb di Kecamatan Selemadeg Timur; dan
116
d) Desa Kelating dan Desa Tibubiu di Kecamatan Kerambitan.
Arahan pengelolaan KSPD Soka, secara umum, mencakup:
a) dalam kawasan pariwisata terdapat potensi daya tarik wisata, aksesibilitas
yang memadai, ketersediaan fasilitas umum dan fasilitas pariwisata serta
aktivitas sosial budaya masyarakat yang saling mendukung dalam
perwujudan kepariwisataan;
b) pengaturan kawasan pariwisata dilaksanakan dengan menetapkan luasan
dan lokasi pengembangan kawasan peruntukan efektif pariwisata sebagai
lokasi peruntukan akomodasi wisata beserta fasilitas pendukung lainnya;
c) penetapan kawasan peruntukkan efektif pariwisata lebih lanjut diatur
dalam rencana rinci tata ruang kawasan strategis pariwisata ditetapkan
dengan Peraturan Daerah.
d) akomodasi wisata berupa hotel berbintang, kondominium hotel (kondotel),
hote butik, pondok wisata dan akomodasi wisata lainnya; dan
e) fasilitas penunjang wisata berupa restoran dan sejenisnya, biro perjalanan,
penyewaan kendaraan, fasilitas kesehatan dan perbankan, penggung
kesenian dan hiburan lainnya, perdagangan sourvenir dan produk-produk
kerajinan seni, serta jasa kepariwisataan lainnya.
2) KSPD Tanah Lot seluas 685,95 ha (enam ratus delapan puluh lima koma
sembilan lima hektar) terdiri atas:
a) Desa Beraban, Desa Belalang, Pangkung Tibah, Pandak Gede, dan Desa
Bengkel di Kecamatan Kediri; dan
b) Desa Sudimara di Kecamatan Tabanan.
117
2) pemanfaatan ruang untuk fasilitas akomodasi dan fasilitas penunjang
kepariwisataan dibatasi dan diatur lebih lanjut dalam rencana rinci tata ruang
kawasan strategis pariwisata ditetapkan dengan Peraturan Daerah; dan
3) pengembangan KSPDK berbasis pariwisata kerakyatan dan kearifan lokal.
2. Daya Tarik Wisata (DTW)
DTW merupakan pusat-pusat kegiatan yang memiliki potensi sebagai daya tarik
wisata terdiri atas:
a. DTW alam yang terdiri atas:
1) wisata pantai yang meliputi Pantai Nyanyi, Pantai Tanah Lot, Pantai Kedungu
semuanya berlokasi di Kecamatan Kediri; Pantai Yeh Gangga di Kecamatan
Tabanan; Pantai Kelating, Pantai Pasut terletak di Kecamatan Kerambitan;
Pantai Beraban, Pantai Kelecung di Kecamatan Selemadeg Timur; Pantai
Bebali, Pantai Bulungdaya, Pantai Soka, dan Pantai Bonian di Kecamatan
Selemadeg; Pantai Batulumbang, Pantai Suwangaluh, Pantai Lalanglinggah,
dan Pantai Selabih terletak di Kecamatan Selemadeg Barat;
2) wisata alam yang meliputi Danau Beratan, Lembah Pacung, Yeh Panes dan
Hutan Bambu Angseri di Kecamatan Baturiti; Alas Kedaton di Kecamatan
Marga; Kawasan Jatiluwih, Yeh Panas Penatahan, Yeh Panas Belulang di
Kecamatan Penebel; Kawasan Hutan Mekori, Air Terjun Pupuan di Kecamatan
Pupuan; dan Waduk Telaga Tunjung di Kecamatan Kerambitan;
3) wisata petualangan yang meliputi trekking Jatiluwih, trekking Gunung
Batukau, ATV ride, wisata bersepeda di Kecamatan Penebel, trekking di
Kecamata Baturiti dan sebagainya;
4) wisata bahari yang meliputi selancar air (surfing) di Pantai Soka di Kecamatan
Selemadeg, Pantai lalanglinggah di Kecamatan Selemadeg Barat, Pantai Pasut
dan Pantai Kelating di Kecamatan Kerambitan; dan
5) agrowisata yang meliputi Agrowisata Strawberry dan sayur di Candikuning
Kecamatan Baturiti, perkebunan kopi di Pupuan Kecamatan Pupuan,
agroindustri kakao di Desa Gadungan Kecamatan Selemadeg Timur,
Agrowisata tanaman hias di Marga Kecamatan Marga, Agrowisata beras
organik dan agrowisata beras merah di Desa Jatiluwih Kecamatan Penebel.
b. DTW buatan terdiri atas:
1) wisata pendidikan dan penelitian yang meliputi Kebun Raya Bedugul di
Kecamatan Baturiti, Museum Mandala Mathika Subak di Kecamatan Kediri ,
Taman Makam Pahlawan Margarana di Kecamatan Marga, dan Taman Kupu-
kupu Wanasari di Kecamatan Tabanan;
2) wisata belanja yang meliputi Kawasan Tanah Lot, Kawasan Pasar Kediri di
Kecamatan Kediri, Pasar Tradisional Tabanan di Kecamatan Tabanan,
Kawasan Pasar Candkuning, Pasar Agro Baturiti, Kawasan Joger di Kecamatan
Baturiti; dan
3) wisata olahraga yang meliputi Lapangan Golf Nirwana Bali Resort di
Kecamatan Kediri.
c. DTW budaya terdiri atas:
118
1) wisata budaya yang meliputi Kawasan Pura Ulundanu Beratan di Kecamatan
Baturiti, Kawasan Luar Pura Batukau, Pura Pucaksari di Kecamatan Penebel,
Kawasan Pura Tanah Lot, Kawasan Pura Pekendungan di Kecamatan Kediri,
Sarinbuana di Kecamatan Selemadeg, Puri Anyar, Puri Gede Kerambitan di
Kecamatan Kerambitan;
2) wisata sejarah yang meliputi Taman Makam Pahlawan Margarana Kecamatan
Marga, Taman Makam Pahlawan Pancakatirta diKecamatan Tabanan dan
Kawasan Monumen Pahlawan Munduk Malang di Kecamatan Selemadeg
Timur;
3) wisata kesenian yang meliputi Sanggar Tari Wratnala di Kecamatan Kediri,
Puri Gede Kerambitan di Kecamatan Kerambitan, dan Gedung Kesenian I Ketut
Maria di Kecamatan Tabanan; dan
4) desa wisata meliputi:
Desa Wisata Pinge Kecamatan Marga;
Desa Wisata Belimbing Kecamatan Pupuan;
Desa Wisata Jatiluwih Kecamatan Penebel;
Desa Wisata Nyambu Kecamatan Kediri;
Desa Wisata Kukuh Kecamatan Marga;
Desa Wisata Beraban Kecamatan Kediri;
Desa Wisata Sesandan/Sekartaji Tabanan;
Desa Wisata Angseri Kecamatan Baturiti;
Desa Wisata Wanasari Kecamatan Tabanan;
Desa Wisata Yeh Gangga Kecamatan Tabanan;
Desa Wisata Abiantuwung Kecamatan Kediri;
Desa Wisata Candikuning Kecamatan Baturiti;
Desa Wisata Mengesta Kecamatan Penebel;
Desa Wisata Biaung Kecamatan Penebel;
Desa Wisata Tibubiu Kecamatan Kerambitan;
Desa Wisata Kelating Kecamatan Kerambitan;
Desa Wisata Kerambitan Kecamatan Kerambitan;
Desa Wisata Gadungan Kecamatan Selemadeg Timur
Desa Wisata Dalang Kecamatan Selemadeg timur;
Desa Wisata Antap/Soka Kecamatan Selemadeg;
Desa Wisata Wanagiri Kecamatan Selemadeg;
Desa Wisata Lalanglinggah/ Surabrata Kecamatan Selemadeg
Desa Wisata Pujungan Kecamatan Pupuan;
Desa Wisata Galiukir/ Kebon Padangan Kecamatan Pupuan;
Desa Wisata Mekarsari Kecamatan Baturiti;
Desa Wisata Mayungan/Antapan Kecamatan Baturiti;
Desa Wisata Penatahan Kecamatan Penebel;
Desa Wisata Munduktemu Kecamatan Pupuan;
Desa Wisata Berembeng Kecamatan Selemadeg;
119
Desa Wisata Cau Tua Kecamatan Marga;
Desa Wisata Tegalinggah Kecamatan Penebel;
Desa Wisata Rejasa Kecamatan Penebel;
Desa Wisata Pesagi Kecamatan Penebel;
Desa Wisata Sangketan Kecamatan Penebel;
Desa Wisata Wangaya Gede Kecamatan Penebel;
Desa Wisata Tengkudak Kecamatan Penebel;
Desa Wisata Senganan Kecamatan Penebel;
Desa Wisata Babahan Kecamatan Penebel;
Desa Wisata Sudimara Kecamatan Tabanan;
Desa Wisata Kaba-kaba Kecamatan Kediri;
Desa Wisata Peken Belayu Kecamatan Marga;
Desa Wisata Gunung Salak Kecamatan Selemadeg Timur;
Desa Wisata Tista Kecamatan Kerambitan;
Desa Wisata Sanda Kecamatan Pupuan;
Desa Wisata Tajen Kecamatan Penebel.
Desa Wisata Bongan Kecamatan Tabanan;
Desa Wisata Lumbung Kauh Kecamatan Selemadeg Barat; dan
Desa Wisata Antosari Kecamatan Selemadeg Barat.
Arahan pengelolaan KDTW mencakup:
1) pengembangan KDTW didasarkan atas pengembangan pariwisata kerakyatan
berbasis kearifan lokal dan masyarakat setempat, yang ditunjang
pengembangan fasilitas penunjang pariwisata seperti jasa pelayanan makan
dan minum, akomodasi wisata kerakyatan, agrowisata, ekowisata, desa wisata,
wisata spiritual, wisata bahari dan lainnya;
2) pengembangan intensif fasilitas akomodasi dan fasilitas penunjang pariwisata
pada KDTW yang berupa kawasan fungsional atau keseluruhan satu desa,
dapat dikembangkan secara tersebar dan terbatas, diluar kawasan lindung
dan kawasan lahan pertanian berkelanjutan sesuai ketentuan peraturan
zonasi KDTW;
3) pengembangan prasarana dan sarana transportasi untuk mempermudah
akses keseluruhan DTW; dan
4) penataan ruang kawasan KDTW didasarkan atas Peraturan Daerah tentang
RDTR Kawasan yang lebih luas, selanjutnya dilengkapi dengan Peraturan
Zonasi.
G. Kawasan Permukiman
Kawasan peruntukan permukiman ditetapkan dengan kriteria:
a. berada di luar kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan rawan bencana;
b. memiliki akses menuju pusat kegiatan masyarakat di luar kawasan; dan/atau
c. memiliki kelengkapan prasarana, sarana, dan utilitas pendukung.
Kawasan permukiman merupakan kawasan yang diperuntukan bagi kegiatan
permukiman atau didominasi oleh lingkungan hunian yang diarahkan seluas 15.493,26
120
ha (lima belas ribu empat ratus sembilan puluh tiga koma dua enam hektar) atau
18,23% (delapan belas koma dua tiga persen) dari keseluruhan luas wilayah meliputi:
1. Kawasan Permukiman Perkotaan
Kawasan permukiman perkotaan di wilayah Kabupaten Tabanan seluas 3.861,91 ha
(tiga ribu delapan ratus enam puluh satu koma sembilan satu hektar), meliputi:
a. kawasan permukiman di Kawasan Perkotaan Tabanan; dan
b. kawasan permukiman di kawasan perkotaan yang berfungsi PPK meliputi
kawasan perkotaan Lalanglinggah, Bajera, Megati, Sembunggede, Marga, Baturiti,
Penebel, Pupuan, Candikuning dan Kerambitan.
Arahan pengelolaan kawasan permukiman perkotaan, mencakup:
a. intensifikasi dan ekstensifikasi permukiman pada Kawasan Perkotaan Tabanan
termasuk Kediri;
b. perluasan permukiman baru di Kawasan Perkotaan Pupuan, Bajera dan Baturiti;
c. membatasi perluasan pengembangan permukiman di Kawasan Perkotaan
Penebel, Lalanglinggah, Marga, Megati, Sembunggede, Candikuning dan
Kerambitan;
d. mengembangkan kelengkapan fasilitas penunjang permukiman mencakup:
fasilitas perdagangan dan jasa, fasilitas pemerintahan, fasilitas pendidikan,
fasilitas kesehatan, fasilitas peribadatan, fasilitas rekreasi dan olah raga, ruang
terbuka hijau dan fungsi pemanfaatan ruang lainnya sesuai karakter tiap
kawasan permukiman perkotaan;
e. peningkatan kualitas lingkungan perumahan dan permukiman, mencakup:
1) revitalisasi (peremajaan) kawasan perumahan kumuh (slums) dan kawasan-
kawasan tertentu dengan lingkungan yang tidak teratur untuk meningkatkan
kualitas lingkungan dan wajah kota;
2) penertiban lingkungan perumahan liar (squatter); dan
3) penataan dan peningkatan kualitas lingkungan perumahan pada kawasan
yang tidak terjangkau jaringan jalan kendaraan roda empat; dan
4) peningkatan tata bangunan dan lingkungan yang berjatidiri budaya Bali.
f. kawasan permukiman lebih lanjut diatur dengan Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR) Kawasan yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
2. Kawasan Permukiman Perdesaan
Kawasan permukiman perdesaan di wilayah Kabupaten seluas 11.631,35 ha
(sebelas ribu enam ratus tiga puluh satu koma tiga lima hektar), meliputi seluruh
pemusatan permukiman pada desa-desa yang berfungsi PPL dan kawasan
perdesaan lainnya.
Arahan pengelolaan kawasan permukiman perdesaan, mencakup:
a. intensifikasi pada pemusatan permukiman perdesaan yang telah ada;
b. ekstensifikasi untuk pengembangan baru permukiman perdesaan secara terbatas
di sekitar pemusatan permukiman yang telah ada;
c. membatasi alih fungsi lahan pertanian sebagai kawasan permukiman;
d. mengembangkan kelengkapan fasilitas penunjang permukiman sebagai
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang
121
mendukung perikehidupan dan penghidupan skala kawasan perdesaan, terdiri
atas fasilitas perdagangan dan jasa, fasilitas pemerintahan desa, fasilitas
pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas peribadatan, fasilitas rekreasi dan olah
raga, ruang terbuka hijau dan fungsi pemanfaatan ruang lainnya sesuai karakter
tiap kawasan permukiman; dan
e. kawasan permukiman lebih lanjut diatur dalam Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR) Kawasan yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
H. Kawasan Pertahanan dan Keamanan
1. Kawasan pertahanan dan keamanan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28
ayat (3) huruf i, berupa fasilitas, sarana dan prasarana pertahanan keamanan
disesuaikan dan diserasikan dengan program-program pembangunan bidang
lainnya
2. Fasilitas sarana dan prasarana pertanahan dan kemananan negara meliputi:
a. Komplek Rindam IX Udayana terdapat di Desa Banjar Anyar Kecamatan Kediri;
b. Komando Daerah Militer (KODIM) 1619 dan Kepolisian Resort (Polres) yang
berlokasi di Kecamatan Tabanan; dan
c. Komando Rayon Militer (KORAMIL) dan Kepolisian Sektor yang tersebar di
setiap ibukota Kecamatan di Kabupaten Tabanan.
122
Gambar 2. 19 Peta Pola Ruang Kabupaten Tabanan
123
2.6 Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dalam penyusunan Rencana Tata Ruang (RTR) Kawasan
Strategis WBD Jatiluwih ini terdiri atas bagian-bagian berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini memuat latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup wilayah
perencanaan, dan dasar hukum penyusunan RTR Kawasan Strategis WBD Jatiluwih.
BAB II KETENTUAN UMUM
Bab ini memuat istilah dan definisi, kedudukan RTR Kawasan Strategis WBD
Jatiluwih dalam penataan ruang, fungsi dan manfaat RTR Kawasan Strategis WBD
Jatiluwih, masa berlaku RTR Kawasan Strategis WBD Jatiluwih dan sistematika
pembahasan.
BAB III TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI
Bab ini memuat kedudukan tujuan penataan ruang kawasan, tujuan penataan ruang
kawasan, kebijakan penataan ruang kawasan, dan strategi penataan ruang Kawasan
Strategis WBD Jatiluwih.
BAB IV KONSEP PENGEMBANGAN
Bab ini memuat tentang konsep dan sasaran pengembangan Kawasan Strategis
WBD Jatiluwih.
BAB V RENCANA STRUKTUR RUANG
Pada bab ini akan dibahas mengenai rencana struktur ruang Kawasan Strategis
WBD Jatiluwih yang terdiri atas sistem pelayanan kegiatan, sistem jaringan pergerakan
dan sistem jaringan prasarana dan sarana.
BAB VI RENCANA POLA RUANG
Pada bab ini akan dibahas mengenai rencana distribusi peruntukan ruang yang
antara lain meliputi pembagian kawasan inti (kawasan pemanfaatan terbatas dan kawasan
publik) dan kawasan penyangga.
BAB VII ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
Berisi mengenai program pemanfaatan ruang prioritas, lokasi, besaran, sumber
pendanaan, instalansi pelaksanaan serta waktu dan tahapan pelaksanaan.
BAB VIII ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang Kawasan Strategis WBD Jatiluwih
memuat ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan pemberian
insentif dan disinsentif, serta ketentuan pengenaan sanksi.
BAB IX PENGELOLAAN KAWASAN
Pada bab ini dibahas mengenai kewenangan kabupaten, kelembagaan formal dan
kelembagaan swasta, kerjasama pengelolaan antara pemerintah dengan swasta, pihak
ketiga dan pihak swasta
BAB X HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN SERTA
Pemabahasan pada bab ini adalah tentang hak dan kewajiban serta peran
masyarakat baik pada tahap penyusunan rencana tata ruang, pemanfaatan ruang, maupun
tahap pengendalian pemanfaatan ruang
124
125