Anda di halaman 1dari 129

LEGALISASI RANPERDA RTR DAN ZONNING REGULATION KAWASAN STRATEGIS WBD

JATILUWIH

KETENT
BAB II UAN
UMUM
2.1 Istilah dan Definisi
RTR dan Zonning Regulation Kawasan Strategis WBD Jatiluwih merupakan
penjabaran dari RTRW Kabupaten Tabanan, sehingga beberapa istilah dan definisi akan
sama pengertiannya pada berbagai hirarki perencanaan, namun terdapat beberapa istilah
dan definisi yang merupakan penjabaran yang lebih spesifik. Untuk menyamakan persepsi
terhadap substansi maka diuraikan beberapa pengertian dasar yang akan sering
digunakan.
1. Daerah adalah Kabupaten Tabanan
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Tabanan
3. Bupati adalah Bupati Tabanan
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tabanan
5. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia
dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan
hidupnya
6. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang
7. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat perumahan dan sistem jaringan
prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial
ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional
8. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang
meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk
fungsi budidaya
9. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
10. Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan pengaturan, pembinaan,
pelaksanaan dan pengawasan
11. Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya pencapaian tujuan penataan ruang
melalui pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang.

II-1
LAPORAN AKHIR
LEGALISASI RANPERDA RTR DAN ZONNING REGULATION KAWASAN STRATEGIS WBD
JATILUWIH

12. Pengawasan penataan ruang adalah upaya agar penyelenggaraan penataan


ruang dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
13. Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang
dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang.
14. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola
ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan
program beserta pembiayaannya.
15. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata
ruang.
16. Rencana tata ruang yang selanjutnya disingkat RTR adalah hasil perencanaan
tata ruang.
17. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, yang selanjutya disingkat RTRWP,
adalah hasil perencanaan tata ruang yang merupakan penjabaran strategi dan
arahan kebijakan pemanfaatan wilayah nasional dan pulau/kepulauan ke dalam
struktur dan pola ruang provinsi.
18. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten yang selanjutnya disingkat RTRWK
adalah rencana tata ruang yang bersifat umum dari wilayah kabupaten yang
merupakan penjabaran dari RTRW provinsi, yang berisi tujuan, kebijakan,
strategi penataan ruang wilayah kabupaten, rencana struktur ruang wilayah
kabupaten, rencana pola ruang wilayah kabupaten, penetapan kawasan
strategis kabupaten, arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten, dan
ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang.
19. Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Kabupaten selanjutnya disingkat RTR
KSK adalah rencana rinci dari rencana tata ruang wilayah kabupaten yang berisi
tujuan, kebijakan, dan strategi pengembangan kawasan, konsep pengembangan
kawasan, ketentuan pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendalian
pemanfaatan ruang.
20. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan yang selanjutnya disingkat RTBL
adalah panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan
untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan,
serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan,
rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan
pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan
pengembangan lingkungan/kawasan.
21. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap
unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek
administratif dan/atau aspek fungsional.
22. Warisan Budaya Dunia yang selanjutnya disingkat WBD adalah suatu asset
budaya yang memiliki karakterstik unik dan memiliki nilai sejarah tinggi, yang
telah diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi, baik berupa
sumber daya buatan sebagai hasil karya masyarakat setempat, sumber daya
alam, maupun aktifitas kehidupan sosial masyarakat yang mampu mengundang
perhatian dari pihak-pihak terkait baik di tingkat local, regional, nasional
maupun internasional dalam rangka pengembangan dan pelestariannya.

II-2
LAPORAN AKHIR
LEGALISASI RANPERDA RTR DAN ZONNING REGULATION KAWASAN STRATEGIS WBD
JATILUWIH

23. Kawasan adalah Kawasan Strategis WBD Kawasan Catur Angga Batukau dan
Kawasan Jatiluwih meliputi wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau
budi daya.
24. Tri Hita Karana adalah adalah tiga unsur keseimbangan dan keharmonisan
hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan
manusia dengan lingkungannya yang dapat mendatangkan kesejahteraan,
kedamaian, dan kebahagiaan bagi kehidupan manusia.
25. Sad Kertih adalah enam sumber kesejahteraan yang harus dilestarikan untuk
mencapai kebahagiaan lahir dan batin yang terdiri dari atma kertih, wana
kertih, danu kertih, segara kertih, jana kertih, dan jagat kertih.
26. Zona adalah kawasan atau area yang memiliki fungsi dan karakteristik spesifik.
27. Kawasan Inti adalah kawasan di mana kegiatan utama KSK berada, baik yang
batasnya telah maupun belum ditetapkan dengan peraturan perundang-
undangan.
28. Kawasan Penyangga adalah kawasan sekitar kawasan inti KSK, yang
mempengaruhi fungsi kawasan inti atau dipengaruhi oleh kawasan inti baik
secara langsung maupun tidak langsung.
29. Kawasan Lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam
dan sumber daya buatan.
30. Kawasan Budi Daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia, dan sumber daya buatan.
31. Kawasan Perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama
pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi
kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan,
pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
32. Rawan Bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis,
klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada
suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan
mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk
menanggapi dampak buruk bahaya tertentu.
33. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok orang termasuk masyarakat
hukum adat, korporasi dan/atau pemangku kepentingan non pemerintah lain
dalam penyelenggaraan penataan ruang.
34. Zona Suci adalah zona yang disucikan oleh umat Hindu seperti zona gunung,
perbukitan, danau, mata air/beji, campuhan, laut, dan pantai.
35. Zona Tempat Suci adalah zona di sekitar pura yang perlu dijaga kesuciannya
dalam radius tertentu sesuai status pura sebagaimana ditetapkan dalam
Bhisama Kesucian Pura Parisadha Hindu Dharma Indonesia Pusat (PHDIP)
Tahun 1994.
36. Zona Hutan Lindung adalah zona hutan yang memiliki sifat khas yang mampu
memberikan perlindungan kepada zona sekitarnya maupun bawahannya
sebagai pengatur tata air, pencegahan banjir, erosi, dan pemeliharaan
kesuburan tanah.

II-3
LAPORAN AKHIR
LEGALISASI RANPERDA RTR DAN ZONNING REGULATION KAWASAN STRATEGIS WBD
JATILUWIH

37. Zona Resapan Air adalah zona yang mempunyai kemampuan tinggi untuk
meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akifer)
yang berguna sebagai sumber air.
38. Sempadan Sungai adalah zona sepanjang kiri-kanan sungai, termasuk sungai
buatan/kanal/saluran irigasi primer yang ditetapkan sebagai zona
perlindungan sungai.
39. Zona sekitar waduk adalah zona sekeliling danau atau waduk yang mempunyai
manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi danau atau waduk.
40. Zona Sekitar Mata Air adalah zona sekeliling mata air yang mempunyai manfaat
penting untuk kelestarian fungsi mata air.
41. Zona Taman Wisata Alam adalah zona pelestarian alam darat maupun perairan
yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam.
42. Zona Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan adalah tempat serta ruang di sekitar
bangunan bernilai budaya tinggi dan sebagai tempat serta ruang di sekitar situs
purbakala dan zona yang memiliki bentukan geologi alami yang khas.
43. Zona peruntukan perumahan adalah bagian dari lingkungan hidup di luar zona
lindung, baik yang berupa zona perkotaan maupun zona perdesaan yang
berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan
tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
44. Zona peruntukan pertanian adalah zona yang diperuntukkan bagi kegiatan
pertanian dalam arti luas yang terdiri atas zona budidaya tanaman pangan,
zona budidaya hortikultura, zona budidaya perkebunan dan budidaya
peternakan.
45. Tinggi bangunan adalah jarak tegak lurus yang diukur dari rata-rata permukaan
tanah yang mana bangunan tersebut didirikan sampai pada garis pertemuan
antara tembok luar atau tinggi struktur bangunan dengan atap.
46. Koefisien Dasar Bangunan yang selanjutnya disebut KDB adalah perbandingan
antara luas dasar bangunan dengan luas persil yang dinyatakan dalam
prosentase.
47. Koefisien Lantai Bangunan yang selanjutnya disebut KLB adalah jumlah lantai
bangunan yang dihitung berdasarkan perbandingan antara luas lantai
bangunan dengan luas persil yang dinyatakan dalam prosentase atau kelipatan
KDB.
48. Sempadan bangunan adalah ruang bebas dimana tidak boleh didirikan
bangunan yang diukur tegak lurus dari tembok bangunan dan tiang struktur
bangunan terdekat atau garis batas tepi, garis as obyek yang bersangkutan;
49. Sempadan jalan adalah lebar badan jalan yang di ukur dari kiri-kanan batas luar
jalan atau got di sepanjang jalan tersebut.
50. Daerah manfaat jalan (Damaja) adalah jalur yang meliputi badan jalan, saluran
tepi jalan dan bidang pengamannya.
51. Daerah milik jalan (Damija) meliputi daerah manfaat jalan dan sejalur tanah
tertentu di luar daerah manfaat jalan.
52. Persil adalah sebidang tanah yang dihaki orang atau badan hukum berdasarkan
perundang-undangan yang berlaku, dalam hal ini tidak temasuk daerah milik
jalan.
53. Telajakan adalah ruang terbuka atau ruang bebas yang disediakan antara
pagar/tembok pekarangan persil bangunan dengan tepi got/ saluran, yang oleh

II-4
LAPORAN AKHIR
LEGALISASI RANPERDA RTR DAN ZONNING REGULATION KAWASAN STRATEGIS WBD
JATILUWIH

umat Hindu di Bali umumnya dimanfaatkan sebagai tempat penanaman


tumbuhan hias dan atau tumbuhan untuk kebutuhan upacara adat dan
keagamaan.
54. Izin pemanfaatan ruang yang selanjutnya disingkat IPR adalah izin yang
dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
55. Bhisama Kesucian Pura adalah norma agama yang ditetapkan oleh Sabha
Pandita PHDI Pusat, sebagai pedoman pengamalan ajaran Agama Hindu tentang
zona kesucian pura yang belum dijelaskan secara lengkap dalam kitab suci.
56. Tri Hita Karana adalah falsafah hidup masyarakat Bali yang memuat tiga unsur
yang membangun keseimbangan dan keharmonisan hubungan antara manusia
dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungannya
yang menjadi sumber kesejahteraan, kedamaian, dan kebahagiaan bagi
kehidupan manusia.
57. Tri Mandala adalah pola pembagian wilayah, zona, dan/atau pekarangan yang
dibagi menjadi tiga tingkatan terdiri atas utama mandala, madya mandala dan
nista mandala.
58. Catus Pata adalah simpang empat sakral yang ruas-ruasnya mengarah ke empat
penjuru mata angin (utara, timur, selatan dan barat) dan diperankan sebagai
pusat (puser) wilayah, zona dan/atau desa.
59. Desa Pakraman adalah kesatuan masyarakat hukum adat di Provinsi Bali yang
mempunyai satu kesatuan tradisi dan tata krama pergaulan hidup masyarakat
umat Hindu secara turun temurun dalam ikatan kahyangan tiga atau kahyangan
desa yang mempunyai wilayah tertentu dan harta kekayaan sendiri serta
berhak mengurus rumah tangganya sendiri.
60. Palemahan desa pakraman adalah wilayah yang dimiliki oleh desa pakraman
yang terdiri atas satu atau lebih banjar pakraman yang tidak dapat dipisah-
pisahkan.
61. Masyarakat adalah orang seorang, kelompok orang termasuk masyarakat
hukum adat, lembaga dan/atau badan hukum non pemerintahan yang
mewakili kepentingan individu, kelompok, sektor, profesi zona atau wilayah
tertentu dalam penyelenggaraan penataan ruang.
62. Tukad adalah Bahasa Bali yang memiliki arti sungai.
63. Pangkung adalah Bahasa Bali yang memiliki arti anak sungai.
64. Upacara ngalawa, adalah upacara ini biasanya dilaksanakan dalam rangkaian
upacara mamungkah, ngenteg linggih di salah satu kahyangan jagat atau dang
kahyangan di wilayah Kecamatan Penebel dengan prosesi melintasi beberapa
Desa Pakraman Pura Kahyangan Jagat lainnya.
65. Peran masyarakat adalah berbagai kegiatan masyarakat, yang timbul atas
kehendak dan keinginan sendiri ditangan masyarakat untuk berminat dan
bergerak dalam penataan ruang.Wanatani atau agroforestry adalah suatu
bentuk pengelolaan sumber daya yang memadukan kegiatan pengelolaan hutan
atau pohon kayu-kayuan dengan penanaman komoditas atau tanaman jangka
pendek, seperti tanaman pertanian.
2.2 Kedudukan RTR Kawasan Strategis WBD Jatiluwih
Adapun kedudukan RTR Kawasan Strategis WBD Jatiluwih sebagai berikut:
a. Penjabaran dari RTRW Kabupaten Tabanan dan RTRW Provinsi Bali

II-5
LAPORAN AKHIR
LEGALISASI RANPERDA RTR DAN ZONNING REGULATION KAWASAN STRATEGIS WBD
JATILUWIH

b.
acuan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
dan dokumen perencanaan lainnya
c. acuan sukerta tata palemahan desa pakraman, yang selanjutnya menjadi bagian
dari awig-awig desa pakraman di seluruh Kawasan Strategis WBD Jatiluwih.
Kedudukan RTR Kawasan Strategis Kabupaten dalam Sistem Rencana Pembangunan
Dan Sistem Perencanaan Tata Ruang Secara Nasional Dan Wilayah dapat dilihat pada
Gambar 2.1.
Selanjutnya RTR Kawasan Strategis WBD Jatiluwih dalam pengembangannya harus
harmoni dengan RTRW Kabupaten Tabanan, RDTR Kawasan atau Kawasan Startegis
Kabupaten (KSK) Terkait, serta harus memperhatikan Sinkronisasi dengan Rencana Sektor
terlebih yang menjadi tema keunggulan KSK.

Gambar 2. 1 Kedudukan RTR Kawasan Strategis Kabupaten dalam Sistem Penataan Ruang
dan Sistem Perencanaan Pembangunan

2.3 Fungsi Dan Manfaat RTR Kawasan Strategis WBD Jatiluwih


2.3.1 Fungsi
Adapun fungsi RTR Kawasan ialah sebagai berikut:
a. Sebagai acuan untuk mengembangkan, melestarikan, melindungi, dan/atau
mengkoordinasikan keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan dalam
mendukung penataan ruang wilayah kabupaten
b. Sebagai dasar pelaksanaan kegiatan pemanfaatan ruang yang lebih rinci dari
kegiatan pemanfaatan ruang sebagaimana diatur dalam RTRWK Tabanan
c. Sebagai dasar pengendalian pemanfaatan ruang
d. Sebagai acuan bagi penerbitan perizinan
e. Sebagai acuan dalam penyusunan RTBL

II-6
LAPORAN AKHIR
LEGALISASI RANPERDA RTR DAN ZONNING REGULATION KAWASAN STRATEGIS WBD
JATILUWIH

2.3.2 Manfaat
Adapun manfaat RTR Kawasan Strategis WBD Jatiluwih sebagai berikut:
a. Penentu lokasi berbagai kegiatan yang harmonis yang mempunyai kesamaan
fungsi, peran dan karakteristik kawasan;
b. Menjaga kualitas ruang pada Kawasan/Sub Kawasan dengan meminimumkan
penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan karakteristiknya;
c. Alat operasional pengendalian dan pengawasan pelaksanaan pembangunan fisik
kawasan baik yang dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, swasta
maupun masyarakat;
d. Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang untuk setiap bagian wilayah sesuai
dengan fungsinya di dalam struktur ruang kabupaten secara keseluruhan; dan
dasar pertimbangan bagi penyusunan RTBL dan masterplan infrastruktur dan
blok kawasan tertentu.
2.4 Masa Berlaku RTR Kawasan Strategis WBD Jatiluwih
Adapun msa berlaku RTR Kawasan Strategis WBD Jatiluwih ialah selama 20 (dua
puluh) tahun.
2.5 Tinjauan Kebijakan Penataan Ruang
2.5.1 Arahan Kebijakan Penataan Ruang Skala Nasional
A. Undang- Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Diberlakukannya Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
memberi implikasi prinsip kepada keharusan untuk melakukan penyesuaian
terhadap Rencana Tata Ruang dan Zonning Regulation Kawasan Strategs WBD
Jatiluwih. Hal tersebut terungkap pada amanat pasal 78 ayat (4) butir c, bahwa
semua peraturan daerah kabupaten/kota tentang rencana tata ruang wilayah
kabupaten/kota agar disusun atau disesuaikan paling lambat dalam waktu 3 (tiga)
tahun terhitung sejak Undang-Undang tersebut ini diberlakukan. Arahan Undang
Undang Penataan Ruang terhadap perencanaan tata ruang wilayah kabupaten,
secara khusus diuraikan pada Pasal 25 dan Pasal 26 yaitu :
1. Penyusunan rencana tata ruang wilayah kabupaten mengacu pada:
a. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi;
b. Pedoman dan petunjuk pelaksanaan bidang penataan ruang; dan
c. Rencana pembangunan jangka panjang daerah.
2. Penyusunan rencana tata ruang wilayah kabupaten harus memperhatikan:
a. Perkembangan permasalahan kabupaten dan hasil pengkajian implikasi
penataan ruang kabupaten;
b. Upaya pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi kabupaten;
c. Keselarasan aspirasi pembangunan kabupaten;
d. Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;
e. Rencana pembangunan jangka panjang daerah;
f. Rencana tata ruang wilayah kabupaten yang berbatasan; dan

II-7
LAPORAN AKHIR
LEGALISASI RANPERDA RTR DAN ZONNING REGULATION KAWASAN STRATEGIS WBD
JATILUWIH

g. Rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten.


3. Rencana tata ruang wilayah provinsi memuat:
a. Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten;
b. Rencana struktur ruang wilayah kabupaten yang meliputi sistem perkotaan
di wilayahnya yang terkait dengan kawasan perdesaan dan sistem jaringan
prasarana wilayah kabupaten;
c. Rencana pola ruang wilayah kabupaten yang meliputi kawasan lindung
kabupaten dan kawasan budidaya kabupaten;
d. Penetapan kawasan strategis kabupaten;
e. Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang berisi indikasi program
utama jangka menengah lima tahunan; dan
f. Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang berisi
ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan insentif
dan disinsentif, serta arahan sanksi.
4. Rencana tata ruang wilayah kabupaten menjadi pedoman untuk:
a. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang daerah;
b. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah daerah;
c. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang dalam wilayah
kabupaten;
d. Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan antarsektor;
e. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; dan
f. Penataan ruang kawasan strategis kabupaten.
5. Jangka waktu rencana tata ruang wilayah kabupaten adalah 20 (dua puluh)
tahun.
6. Rencana tata ruang wilayah kabupaten ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5
(lima) tahun
7. Rencana tata ruang wilayah kabupaten ditetapkan dengan peraturan daerah
kabupaten.
B. Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional (RTRWN)
1. Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang
Penataan ruang wilayah nasional bertujuan untuk mewujudkan:
a. Ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan;
b. Keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;
c. Keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota;
d. Keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi dalam kerangka negara kesatuan republik
indonesia;

II-8
LAPORAN AKHIR
LEGALISASI RANPERDA RTR DAN ZONNING REGULATION KAWASAN STRATEGIS WBD
JATILUWIH

e. Keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi,


dan kabupaten/kota dalam rangka pelindungan fungsi ruang dan
pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang;
f. Pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat;
g. Keseimbangan dan keserasian perkembangan antarwilayah;
h. Keseimbangan dan keserasian kegiatan antarsektor; dan
i. Pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional.
2. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang meliputi :
a. Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi
wilayah yang merata dan berhierarki, dengan strategi meliputi :
1) Menjaga dan mewujudkan keterkaitan antarkawasan perkotaan, antara
kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan, serta antara kawasan
perkotaan dan wilayah di sekitarnya;
2) Mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang belum
terlayani oleh pusat pertumbuhan;
3) Mengembangkan pusat pertumbuhan kota maritim yang berkelanjutan;
4) Mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih
kompetitif dan lebih efektif dalam pengembangan wilayah di sekitamya;
5) Mengembangkan pelayanan kawasan perkotaan yang mendukung sektor
unggulan sebagai kota industri, wisata, dan maritim secara
berkelanjutan; dan
6) Mengembangkan kota dan kawasan perkotaan baru secara holistik dan
terintegrasi, inklusif, serta berkelanjutan.
b. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan, jaringan prasarana
transportasi telekomunikasi, energi dan sumber daya air yang terpadu dan
merata di seluruh wilayah, dengan strategi meliputi :
1) Mewujudkan keterpaduan pelayanan transportasi darat, laut, dan udara;
2) Mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi terutama di
kawasan terisolasi;
3) Meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energi terbarukan
dan tak terbarukan secara optimal serta mewujudkan keterpaduan
sistem penyediaan tenaga listrik;
4) Meningkatkan infrastruktur minyak dan gas bumi nasional yang optimal;
dan
5) Meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan
sistem jaringan sumber daya air.
3. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pola Ruang meliputi :
a. Kebijakan dan strategi pengembangan, pemanfaatan dan pengelolaan
kawasan lindung

II-9
LAPORAN AKHIR
LEGALISASI RANPERDA RTR DAN ZONNING REGULATION KAWASAN STRATEGIS WBD
JATILUWIH

1) Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup,


dengan strategi meliputi :
a) Menetapkan kawasan lindung di ruang darat, ruang laut, dan ruang
udara, termasuk ruangdi dalam bumi;
b) Mewujudkan kawasan berfungsi lindung dalam wilayah:
(1) Pulau Sumatera dengan luas paling sedikit 40% (empat puluh
persen) dari luas pulau tersebut sesuai dengan kondisi, karakter,
dan fungsi ekosistemnya serta tersebar secara proporsional;
(2) Pulau Jawa Bali dengan luas paling sedikit 30% (tiga puluh
persen) dari luas pulau tersebut sesuai dengan kondisi, karakter,
dan fungsi ekosistemnya serta tersebar secara proporsional;
(3) Pulau Kalimantan dengan luas paling sedikit 45% (empat puluh
lima persen) dari luas pulau tersebut sesuai dengan kondisi,
karakter, dan fungsi ekosistemnya serta tersebar secara
proporsional;
(4) Pulau Sulawesi dengan luas paling sedikit 40% (empat puluh
persen) dari luas pulau tersebut sesuai dengan kondisi, karakter,
dan fungsi ekosistemnya serta tersebar secara proporsional;
(5) Pulau Papua dengan luas paling sedikit 70% (tqjuh puluh persen)
dari luas pulau tersebut sesuai dengan kondisi, karakter, dan
fungsi ekosistemnya serta tersebar secara proporsional;
(6) Kepulauan Maluku dengan luas paling sedikit 30% (tiga puluh
persen) dari luas pulau tersebut sesuai dengan kondisi, karakter,
dan fungsi ekosistemnya serta tersebar secara proporsional; dan
(7) Kepulauan Nusa Tenggara dengan luas paling sedikit 30% (tiga
puluh persen) dari luas pulau tersebut sesuai dengan kondisi,
karakter, dan fungsi ekosistemnya serta tersebar secara
proporsional.
c) Mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung akibat
pengembangan kegiatan budi daya dalam rangka mewujudkan dan
memelihara keseimbangan ekosistem wilayah;
d) Mengendalikan pemanfaatan dan penggunaan kawasan yang
berpotensi mengganggu fungsi lindung; dan
e) Mewujudkan, memelihara, dan meningkatkan fungsi kawasan lindung
dalam rangka meningkatkan daya dukung daerah aliran sungai.
2) Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan
kerusakan lingkungan hidup, dengan strategi meliputi :
a) Menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup;
b) Melindungi dan meningkatkan kemampuan lingkungan hidup dari
tekanan perubahan dan/ atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh

II-10
LAPORAN AKHIR
LEGALISASI RANPERDA RTR DAN ZONNING REGULATION KAWASAN STRATEGIS WBD
JATILUWIH

suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung perikehidupan


manusia dan makhluk hidup lainnya;
c) Melindungi dan meningkatkan kemampuan lingkungan hidup untuk
menyerap zat, energi dan/atau komponen lain yang dibuang ke
dalamnya;
d) Mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak
langsung menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan yang
mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi dalam menunjang
pembangunan yang berkelanjutan;
e) Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana
untuk menjamin kepentingan generasi masa kini dan generasi masa
depan;
f) Mengelola sumber daya alam tak terbarukan untuk menjamin
pemanfaatannya secara bijaksana dan sumber daya alam yang
terbarukan untuk menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan
tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta
keanekaragamannya; dan
g) Mengembangkan kegiatan budidaya yang mempunyai daya adaptasi
bencana di kawasan rawan bencana dan kawasan risiko perubahan
iklim.
b. Kebijakan Dan Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya
1) Perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan
antarkegiatan budi daya, dengan strategi meliputi :
a) Menetapkan kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional
untuk pemanfaatan sumber daya alam di ruang darat, ruang laut, dan
ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi secara sinergis untuk
mewujudkan keseimbangan pemanfaatan ruang wilayah;
b) Mengembangkan kegiatan budi daya unggulan di dalam kawasan
beserta prasarana secara sinergis dan berkelanjutan untuk
mendorong pengembangan perekonomian kawasan dan wilayah
sekitamya;
c) Mengembangkan kegiatan budi daya untuk menunjang aspek politik,
pertahanan dan keamanan, sosial budaya, serta ilmu pengetahuan
dan teknologi;
d) Menetapkan, mengembangkan, memanfaatkan, dan mempertahankan
kawasan pertanian pangan berkelanjutan untuk mewujudkan
kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan;
e) Mengembangkan pulau-pulau kecil sebagai sentra ekonomi wilayah
yang berbasis kelautan dan perikanan yang berdaya saing dan
berkelanjutan;

II-11
LAPORAN AKHIR
LEGALISASI RANPERDA RTR DAN ZONNING REGULATION KAWASAN STRATEGIS WBD
JATILUWIH

f) Mengelola kekayaan sumber daya kelautan di wilayah perairan,


wilayah yurisdiksi, laut lepas, dan wilayah dasar laut internasional
untuk kedaulatan ekonomi nasional; dan
g) Mengembangkan pemanfaatan ruang udara nasional sebagai aset
pembangunan dengan tetap menjaga fungsi pertahanan dan
keamanan serta keselamatan penerbangan.
2) Pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar tidak melampaui
daya dukung dan daya tampung lingkungan, dengan strategi meliputi :
a) Membatasi dan mengendalikan perkembangan kegiatan budi daya
terbangun di kawasan rawan bencana dan risiko tinggi bencana serta
dampak perubahan iklim untuk meminimalkan potensi kejadian
bencana dan potensi kerugian akibat bencana danperubahan iklim;
b) Mengembangkan perkotaan metropolitan dan kota besar dengan
mengoptimalkan pemanfaatan ruang secara vertikal dan kompak;
c) Mengembangkan ruang terbuka hijau dengan luas paling sedikit 30%
(tiga puluh persen) dari luas kawasan perkotaan;
d) Membatasi perkembangan kawasan terbangun di kawasan
metropolitan dan kota besar untuk mempertahankan tingkat
pelayanan prasarana dan sarana kawasan perkotaan serta
mempertahankan fungsi kawasan perdesaan di sekitarnya;
e) Mengembangkan kegiatan budidaya yang dapat mempertahankan
keberadaan pulau-pulau kecil;
f) Membatasi dan mengendalikan kegiatan budidaya pada lokasi yang
memiliki nilai konservasi tinggi;
g) Menetapkan lokasi rusak dan tercemar untuk dipulihkan;
h) Mengendalikan keseimbangan daya dukung dan daya tampung
lingkungan di kota sedang sebagai kawasan perkotaan penyangga
arus urbanisasi desa ke kota;
i) Mengendalikan perubahan peruntukan kawasan hutan untuk alokasi
lahan pembangunan fagi sektor non kehutanan dengan
mempertimbangkan kualitas lingkungan, karakter sumber daya alam,
fungsi ekologi, dan kebutuhan lahan untuk pembangunan secara
berkelanjutan;
j) Mendorong pembangunan hutan rakyat untuk mendukung
kecukupan tutupan hutan khususnya bagi wilayah daerah aliran
sungai atau pulau yang tutupan hutannya kurang dari 30% (tiga
puluh persen); dan
k) Mengembangkan kegiatan budidaya dengan memperhatikan
bioekoregion yang merupakan bentang alam yang berada di dalam
satu atau lebih daerah aliran sungai.
c. Kebijakan Dan Strategi Pengembangan Kawasan Strategi Nasional

II-12
LAPORAN AKHIR
LEGALISASI RANPERDA RTR DAN ZONNING REGULATION KAWASAN STRATEGIS WBD
JATILUWIH

1) Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup


untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem,
melestarikan keanekaragaman hayati, mempertahankan dan
meningkatkan fungsi perlindungan kawasan, melestarikan keunikan
bentang alam, dan melestarikan warisan budaya nasional, dengan
strategi meliputi :
a) Menetapkan kawasan strategis nasional berfungsi lindung;
b) Mencegah pemanfaatan ruang di kawasan strategis nasional yang
berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan;
c) Membatasi pemanfaatan ruang di sekitar kawasan strategis nasional
yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan;
d) Membatasi pengembangan prasarana dan sarana di dalam dan di
sekitar kawasan strategis nasional yang dapat memicu
perkembangan kegiatan budi daya;
e) Mengembangkan kegiatan budi daya tidak terbangun di sekitar
kawasan strategis nasional yang berfungsi sebagai zona penyangga
yang memisahkan kawasan lindung dengan kawasan budi daya
terbangun; dan
f) Merehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun akibat dampak
pemanfaatan ruang yang berkembang di dalam dan di sekitar
kawasan strategis nasional.
2) Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan Negara,
dengan strategi meliputi :
a) Menetapkan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus
pertahanan dan keamanan;
b) Mengembangkan kegiatan budi daya secara selektif di dalam dan di
sekitar kawasan strategis nasional untuk menjaga fungsi pertahanan
dan keamanan; dan
c) Mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budi daya tidak
terbangun di sekitar kawasan strategis nasional sebagai zona
penyangga yang memisahkan kawasan strategis nasional dengan
kawasan budi daya terbangun.
3) Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan
perekonomian nasional yang produktif, efisien, dan mampu bersaing
dalam perekonomian internasional, dengan strategi meliputi :
a) Mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumber daya
alam dan kegiatan budi daya unggulan sebagai penggerak utama
pengembangan wilayah;
b) Menciptakan iklim investasi yang kondusif;
c) Mengelola pemanfaatan sumber daya alam agar tidak melampaui
daya dukung dan daya tampung kawasan;

II-13
LAPORAN AKHIR
LEGALISASI RANPERDA RTR DAN ZONNING REGULATION KAWASAN STRATEGIS WBD
JATILUWIH

d) Mengelola dampak negatif kegiatan budi daya agar tidak menurunkan


kualitas lingkungan hidup dan efisiensi kawasan;
e) Mengintensifkan promosi peluang investasi; dan
f) Meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penunjang kegiatan
ekonomi.
4) Pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi secara optimal
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dengan strategi meliputi
:
a) Mengembangkan kegiatan penunjang dan/atau kegiatan turunan dari
pemanfaatan sumber daya dan/atau teknologi tinggi;
b) Meningkatkan keterkaitan kegiatan pemanfaatan sumber daya
dan/atau teknologi tinggi dengan kegiatan penunjang dan/atau
turunannya; dan
c) Mencegah dampak negatif pemanfaatan sumber daya alam dan/atau
teknologi tinggi terhadap fungsi lingkungan hidup, dan keselamatan
masyarakat.
5) Pelestarian dan peningkatan sosial dan budaya bangsa, dengan strategi
meliputi:
a) Meningkatkan kecintaan masyarakat akan nilai budaya yang
mencerminkan jati diri bangsa yang berbudi luhur;
b) Mengembangkan penerapan nilai budaya bangsa dalam kehidupan
masyarakat; dan
c) Melestarikan situs warisan budaya bangsa.
6) Pelestarian dan peningkatan nilai kawasan lindung yang ditetapkan
sebagai warisan dunia, cagar biosfer, dan ramsar, dengan strategi
meliputi :
a) Melestarikan keaslian fisik serta mempertahankan keseimbangan
ekosistemnya;
b) Meningkatkan kepariwisataan nasional;
c) Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi; dan
d) Melestarikan keberlanjutan lingkungan hidup.
7) Pengembangan kawasan tertinggal untuk mengurangi kesenjangan
tingkat perkembangan antar kawasan, dengan strategi meliputi :
a) Memanfaatkan sumber daya alam secara optimal dan berkelanjutan;
b) Membuka akses dan meningkatkan aksesibilitas antara kawasan
tertinggal dan pusat pertumbuhan wilayah;
c) Mengembangkan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi
masyarakat;
d) Meningkatkan akses masyarakat ke sumber pembiayaan; dan
e) Meningkatkan kualitas dan kapasitas sumber daya manusia dalam
pengelolaan kegiatan ekonomi.

II-14
LAPORAN AKHIR
LEGALISASI RANPERDA RTR DAN ZONNING REGULATION KAWASAN STRATEGIS WBD
JATILUWIH

4. Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional


Dalam PP Nomor 13 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 26 Tahun 208 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (pasal 14,
ayat 1) terdiri dari sistem perkotaan nasional (pasal 11 dalam PP 26 Tahun
2008) yaitu Pusat Kegiatan nasional, Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dan Pusat
Kegiatan Lokas (PKL).
Dalam Lampiran II, ditetapkan 38 Kawasan Perkotaan yang ditetapkan sebagai
PKN dan 179 kawasan perkotaan sebagai PKW. Penetapan PKN dan PKW di
Provinsi Bali adalah 1 (satu) PKN yaitu Kawasan Perkotaan Denpasar–Badung–
Gianyar-Tabanan (Sarbagita), dan 3 (tiga) PKW yaitu Kawasan Perkotaan
Singaraja, Kawasan Perkotaan Semarapura dan Kawasan Perkotaan Negara.
Sedangkan penetapan PKL ditetapkan dalam Perda RTRW Provinsi (Pasal 11,
ayat 3).
Selanjutnya dalam Pasal 81, Pasal 82, dan Lampiran X ditetapkan 76 (tujuh
puluh enam) Kawasan Strategis Nasional (KSN) salah satunya terdapat di
Provinsi Bali yaitu Kawasan Perkotaan Denpasar–Badung–Gianyar-Tabanan
(Sarbagita). Arahan pengembangan PKN, PKW dan PKL serta KSN di Provinsi
Bali adalah sebagai berikut :
a. Kawasan Perkotaan Denpasar-Badung-Gianyar-Tabanan atau Kawasan
Metropolitan Sarbagita adalah:
1) Revitalisasi dan percepatan pengembangan kota-kota pusat
pertumbuhan nasional (Tahap Pengembangan I).
2) Rehabilitasi/revitalisasi pengembangan kawasan strategis nasional
dengan sudut kepentingan ekonomi (Tahap Pengembangan I)
b. Kawasan Perkotaan Singaraja dengan arahan pengembangan revitalisasi dan
percepatan pengembangan kota-kota pusat pertumbuhan nasional (Tahap
Pengembangan I).
c. Kawasan Perkotaan Semarapura dengan arahan mendorong pengembangan
kota-kota sentra produksi berbasis otonomi daerah (Tahap Pengembangan
II).
d. Kawasan Perkotaan Negara dengan arahan mendorong pengembangan kota-
kota sentra produksi berbasis otonomi daerah (Tahap Pengembangan II).
Arahan sistem jaringan transportasi nasional yang berkenaan dengan
pengembangan di Kabupaten Tabanan, meliputi:
a. Sistem jaringan transportasi darat
Pengembangan jalan bebas hambatan antar kota (Lampiran III PP No.13
Tahun 2017 tentang RTRWN), meliputi ruas-ruas jalan :
1) Gilimanuk - Negara
2) Negara – Pakutatan

II-15
LAPORAN AKHIR
LEGALISASI RANPERDA RTR DAN ZONNING REGULATION KAWASAN STRATEGIS WBD
JATILUWIH

3) Pakutatan - Soka
4) Gilimanuk – Buleleng
5) Buleleng – Singaraja – Mengwi
6) Canggu – Mengwi – Blahbatuh
b. Sistem jaringan sumber daya air yang berpengaruh terhadap pengembangan
Provinsi Bali terutama Kawasan Sarbagita adalah Wilayah Sungai Bali -
Penida yang merupakan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional dengan
arahan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan
pengendalian daya rusak air (Lampiran VI PP No.13 Tahun 2017 tentang
RTRWN).
5. Rencana Pola Ruang Wilayah Nasional
Rencana pola ruang wilayah nasional terdiri atas kawasan lindung nasional dan
kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis nasional. Pada RTRWN
komponen-komponen kawasan lindung dan kawasan budidaya, telah dirinci dan
menjadi pedoman arahan dalam mengembangkan komponen kawasan lindung
atau kawasan budidaya pada tingkatan RTRWP. Sesuai pasal Pasal 51 dan Pasal
63, diuraikan komponen-komponen kawasan lindung dan Kawasan Budidaya
yang memiliki nilai strategis nasional yang diuraikan pada Tabel 2.1.
Dalam Lampiran VIII PP No. 13 Tahun 2017 tentang RTRWN, ditrtapkan
kawasan lindung nasional yang terdapat di Provinsi Bali meliputi:
a. Cagar Alam Batukahu;
b. Taman Nasional Bali Barat;
c. Taman Nasional Bali Barat;
d. Taman Wisata Alam Sangeh;
e. Taman Wisata Alam Danau Buyan dan Danau Tamblingan;
f. Taman Wisata Alam Panelokan; dan
g. Taman Wisata Alam Gunung Batur Bukit Payang.
Selanjutnya disebutkankan pula dalam Pasal 72 dan Lampiran IX, bahwa
Kawasan budidaya yang memiliki sektor unggulan bernilai strategis nasional
ditetapkan sebagai Kawasan Andalan yang terdiri dari Kawasan Andalan Darat
dan Kawasan Andalan Laut baik yang telah bekembang maupun yang prospektif
untuk Berkembang. Di Provinsi Bali telah ditetapkan tiga Kawasan Andalan:
a. Kawasan Singaraja dan sekitarnya (Bali Utara) dengan pengembangan pada
sektor unggulan pariwisata, pertanian, perikanan dan panas bumi;
b. Kawasan Denpasar-Ubud-Kintamani (Bali Selatan) dengan pengembangan
sektor unggulan pariwisata, pertanian, industri, perikanan dan panas bumi;
dan
c. Kawasan Andalan Laut Bali dan sekitarnya dengan pengembangan sektor
unggulan perikanan, pertambangan, dan pariwisata.

II-16
LAPORAN AKHIR
LEGALISASI RANPERDA RTR DAN ZONNING REGULATION KAWASAN STRATEGIS WBD
JATILUWIH

Tabel 2. 1 Hierarki Fungsi dari Komponen Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Sesuai
PP. 13/2017 tentang RTRWN
NO HIRARKI 1 HIRARKI 2 HIRARKI 3 HIRARKI 4
I KAWASAN 1.   Kawasan yang memberikan 1.    kawasan hutan lindung;
LINDUNG perlindungan terhadap 2.    kawasan bergambut; dan
NASIONAL bawahannya 3.    kawasan resapan air.
2.   Kawasan perlindungan 1.    sempadan pantai
setempat 2.    sempadan sungai
3.    kawasan sekitar danau atau waduk
4.    ruang terbuka hijau kota.
3.   Kawasan suaka alam, 1.    kawasan suaka alam
pelestarian alam, dan 2.    kaw. suaka alam laut dan perairan lainnya
cagar budaya 3.    suaka margasatwa dan s.margasatwa laut
4.    cagar alam dan cagar alam laut
5.    kawasan pantai berhutan bakau
6.    taman nasional dan t.n. laut;
7.    taman hutan raya;
8.    taman wisata alam dan t.w.a laut;
9.    kaw.cagar budaya dan ilmu pengetahuan
4.   Kawasan rawan bencana 1.   kawasan rawan tanah longsor
alam 2.   kawasan rawan gelombang pasang; dan
3.   kawasan rawan banjir.
5.   Kawasan lindung geologi 1.   kawasan cagar alam geologi
2.   kawasan rawan bencana alam geologi 1.   kaw. rwn letusan gn berapi;
2.   kawasan rawan gempa bumi
3.   kaw. rwn gerakan tanah
4.   kaw. yg di zona patahan aktif
5.   kawasan rawan tsunami
6.   kawasan rawan abrasi
7.   kaw. rwn bhy gas beracun
3.   kaw. yg mbrikan perlindngan thd air tanah
6.   Kawasan lindung lainnya. 1.   cagar biosfer
2.   Ramsar
3.   taman buru
4.   kawasan perlindungan plasma nutfah;
5.   kawasan pengungsian satwa
6.   terumbu karang
7.   kaw. koridor bagi jenis satwa atau
biota laut yang dilindungi
II KAWASAN 1.  Kawasan peruntukan hutan 1.  kaw. peruntukan hutan produksi terbatas
BUDIDAYA 2.  kawasan peruntukan hutan produksi tetap
3.  kaw. prntukan htn prod yg dpt dikonversi.
2.  Kaw. peruntukan hutan rakyat
3.  Kaw. peruntukan pertanian
4.  Kaw. peruntukan perikanan
5.  Kaw. peruntukan pertambangan
6.  Kawasan peruntukan industri
7.  Kaw. peruntukan pariwisata
8.  Kaw. peruntukan permukiman 1. Kawasan permukiman perkotaan
2. Kawasan permukiman perdesaan
9.  Kawasan peruntukan lainnya.
Sumber :Disarikan dari Pasal 50 s/d Pasal 71, PP. 13/2017 tentang RTRWN

II-17
LAPORAN AKHIR
LEGALISASI RANPERDA RTR DAN ZONNING REGULATION KAWASAN STRATEGIS WBD
JATILUWIH

II-18
LAPORAN AKHIR
Gambar 2. 2 Peta Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional

II-19
LAPORAN AKHIR
Gambar 2. 3 Peta Rencana Pola Ruang Wilayah Nasional

II-20
LAPORAN AKHIR
Gambar 2. 4 Peta Struktur Ruang Provinsi Bali Berdasarkan RTRWN dan RTR Jawa-Bali

II-21
LAPORAN AKHIR
C. Arahan Peraturan Daerah No. 16 Tahun 2009 Tentang RTRW Provinsi Bali
1. Rencana Struktur Ruang
Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi , meliputi:
a. Sistem Perkotaan
Rencana sistem perkotaan di Wilayah Provinsi Bali, terdiri atas :
1) Sistem perkotaan berdasarkan fungsi terdiri dari :
a) Pusat Kegiatan Nasional (PKN) adalah Kawasan Perkotaan Denpasar
– Badung – Gianyar – Tabanan (Sarbagita) yang terdiri dari Kawasan
Perkotaan Denpasar sebagai Kota Inti (sebagai Ibukota Provinsi Bali)
beserta kota-kota di sekitarnya yaitu kawasan perkotaan Badung,
Gianyar dan Tabanan (sebagai Ibukota Kabupaten), dan kawasan
perkotaan kecil diantaranya yang membentuk sistem metropolitan.
b) Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) adalah Kawasan Perkotaan Negara,
Kawasan Perkotaan Semarapura, Dan Kawasan Perkotaan Singaraja.
c) Pusat Kegiatan Lokal (PKL) adalah Kawasan Perkotaan Gilimanuk,
Kawasan Perkotaan Bangli Dan Kawasan Perkotaan Kintamani,
Kawasan Perkotaan Sampalan, Kawasan Perkotaan Amlapura Dan
Kawasan Perkotaan Seririt.
d) Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) adalah sebagai berikut :
 PPK Lalanglinggah yang terdiri atas kawasan Perkotaan Desa
Lalanglinggah dan Desa Selabih;
 PPK Bajera yang terdiri atas kawasan Perkotaan Desa Bajera;
 PPK Megati yang terdiri atas pusat kawasan Desa Megati;
 PPK Sembunggede yang terdiri atas kawasan Perkotaan Desa
Sembunggede dan Desa Meliling;
 PPK Marga yang terdiri atas kawasan Perkotaan Desa Marga, Desa
Marga Dajan Puri dan Marga Dauh Puri;
 PPK Baturiti yang terdiri atas kawasan Perkotaan Desa Baturiti;
 PPK Penebel yang terdiri atas kawasan Perkotaan Desa Penebel;
 PPK Pupuan yang terdiri atas kawasan Perkotaan Desa Pupuan
dan Bantiran;
 PPK Candikuning yang terdiri atas kawasan Perkotaan Desa
Candikuning; dan
 PPK Kerambitan yang terdiri atas kawasan Perkotaan Desa
Kerambitan.
2) Sistem perwilayahan pelayanan perkotaan untuk melayani sekitarnta
(kawasan perdesaan) terdiri atas :
a) Sistem Wilayah Pelayanan Bali Barat meliputi sistem perkotaan di
wilayah Kabupaten Jembrana mencakup Kawasan Perkotaan Negara
berfungsi sebagai PKW, didukung Kawasan Perkotaan Gilimanuk

II-22
LAPORAN AKHIR
berfungsi sebagai PKL serta kawasan perkotaan berfungsi sebagai
PPK pada wilayah Kabupaten Jembrana.
b) Sistem Wilayah Pelayanan Bali Timur meliputi sistem perkotaan di
wilayah Bangli, Kabupaten Klungkung dan Kabupaten Karangasem
mencakup Pusat Pelayanan Kawasan Perkotaan Semarapura
berfungsi sebagai PKW didukung Kawasan Perkotaan Bangli,
Kawasan Perkotaan Amlapura, Kawasan Perkotaan Kintamani dan
Kawasan Perkotaan Sampalan sebagai PKL serta didukung Kawasan
Perkotaan berfungsi PPK pada wilayah Kabupaten Klungkung,
Kabupaten Bangli dan Kabupaten Karangasem.
c) Sistem Wilayah Pelayanan Bali Selatan meliputi sistem perkotaan di
wilayah Kabupaten Tabanan, Kabupaten Badung, Kota Denpasar dan
Kabupaten Gianyar mencakup :
 Pusat Pelayanan Kawasan Perkotaan Sarbagita berfungsi sebagai
PKN yang merupakan kawasan metropolitan meliputi Kota
Denpasar dan Kawasna Perkotaan Kuta sebagai Kawasan
Perkotaaan inti didukung Kawasan Perkotaan sekitar kotainti
meliputi Kawasan Perkotaan Mangupura, Kawasan Perkotaan
Jimbaran, Kawasan Perkotaan Gianyar, Kawasan Perkotaan Ubud,
Kawasan Perkotaan Sukawati dan Kawasan Perkotaan Tabanan
serta Kawasan Perkotaan di antara Kota indi dan Kawasan
Perkotaan sekitar kota inti meliputi Kawasan Perkotaan Dalung-
Kerobokan dan Kawasan Perkotaan Blahkiuh; dan
 Kawasan Perkotaan di luar Kawasan Perkotaan Sarbagita
berfungsi sebagai PPK pada wilayah Kabupaten Badung,
Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Tabanan.
d) Sistem Wilayah Pelayanan Bali Utara meliputi sistem perkotaan di
wilayah Kabupaten Buleleng, mencakup Pusat Pelayanan Kawasan
Perkotaan Singaraja berfungsi sebagai PKW didukung Kawasan
Perkotaan Seririt berfungsi sebagai PKL serta didukung Kawasan
Perkotaan berfungsi PPK pada wilayah Kabupaten Buleleng.
e) Skala Pelayanan Sistem Perkotaan juga dikembangkan untuk
melayani kawasan perdesaan dalam wilayah pelayanannya,
mecakup :
 Pengembangan Pusat Pelayanan Lokal (PPL) sebagai pusat
permukiman dan kegiatan sosial ekonomi yang melayani kegiatan
skala antar desa yang selanjutnya ditetapkan da;am Peraturan
Daerah Kabupaten tentang RTRWK;dan
 Pengembangan kawasan agropolitan yang mendorong tumbuhnya
kota pertanian melalui berjalannya sistem dan usaha agribisnis
untuk melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan
pembangunan pembangunan pertanian (agribisnis) di wilayah

II-23
LAPORAN AKHIR
sekitarnya, meliputi : Kawasan Agropolitan Catur di Kabupaten
Bangli, Kawasan Agropolitan Candikuning di Kabupaten Tabanan,
Kawasan Agropolitan Payangan di Kabupaten Gianyar, Kawasan
Agropolitan Melaya di Kabupaten Jembrana, Kawasan Agropolitan
Petang di Kabupaten Badung, Kawasan Agropolitan Nusa Penida
di Kabupaten Klungkung dan Kawasan Agropolitan du lainnya
setelah melalui kajian.
b. Sistem Jaringan Prasarana Wilayah
1) Sistem Jaringan Transportasi
2) Sistem Jaringan Energi
a) Jaringan infrastruktur minyak dan gas bumi mencakup Sistem
jaringan pipa minyak lepas pantai dan rencana pengembangan
interkoneksi jaringan energi pipa gas antar Pulau Jawa-Bali.
b) Jaringan infrastruktur ketenagalistrikan mencakup : SUTET, SUTT,
dan kabel bawah laut
3) Sistem Jaringan Telekomunikasi
a) Jaringan Tetap meliputi jaringan kabel berupa sistem jaringan kabel
serat optik diseluruh wilayah Kab/Kota
b) Jaringan Bergerak mencakup jaringan bergerak terestrial, jaringan
bergerak seluler dan ajringan bergerak satelit.
c) Jaringan informatika berupa pengembangan jaringan layanan
internet pada fasilitas umum dan menjangkau seluruh wilayah desa
adat di wilayah Provinsi.
d) Jaringan penyiaran televisi dan lainnya berupa pengembangan
jarinagn layanan telekomunikasi untuk mendukung pemerataan
jangkauan siaran televisi da kebutuhan telekomunikasi lainnya di
wilayah Provinsi.
4) Sistem Jaringan Sumber Daya Air
a) Sumber Air mencakup : Daerah Aliran Sungai dan Cekungan Air
Tanah.
b) Prasarana Sumber Daya Air mencakup prasarana jaringan air baku
dan jaringan air baku.
c) Pengendalian Daya Rusak Air melalui pemantapan sistem drainase
dan pengendalian banjir, sistem penanganan erosi dan longsor dan
sistem pengamanan abrasi pantai.
Dengan sumber air dan prasarana sumber daya air maka ada beberapa
hal dalam pengendalian daya rusak air meliputi :
a) Perlindungan kawasan resapan, tangkapan air dan alur sungai apda
seluruh Wilayah Sungai Bali-Penida;
b) Perlindungan, pemeliharaan dan pelestarian ekosistem danau
meliputi Danau Batur di Kabupaten Bangli, Danau Beratan di

II-24
LAPORAN AKHIR
Kabupaten Tabanan, Danau Buyan dan Danau Tamblingan di
Kabupaten Buleleng;
c) Pengendalian pemanfaatan air tanah;
d) Konservasi sumber daya air dilaksanakan secara vegetatif dan/atau
sipil teknis melalui pendekatan sosial, ekonomi dan budaya;
e) Pemeliharaan dan peningkatan pelayanan
Bendungan/Waduk/Embung Yang Telah Ada Meliputi : Bendungan
Gerokgak, Bendungan Palasari, Bendungan Benel, Bendungan Telaga
Tunjung, Waduk Muara Nusa Dua Tahap I, Bendungan Titab, Embung
Seraya, Embung Puragae, Embung Datah, Embung Baturinggit,
Embung Burana, Embung Besakihm Embung Muntig, Embung Telung
Buana, Embung Datah II, Embung Bukit, Embung Badeg, Embung
Dukuh, Embung Untalan, Embung Seraya Timur, Embung Batu Dewa
II, Embung Cemara dan Embung Adegan Kangin.
f) Pengembangan sistem penyedian air minum (SPAM), melalui :
peningkatan dan pemerataan pelayanan SPAM perpipaan dan non
perpipaan di kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan,
Pengembangan SPAM terpadu lintas wilayah di Kawasan
Metropolitan Sarbagita dan Pengembangan SPAM pada kawasan yang
relatif mengalami kesulitan air baku.
g) Prasarana pengendalian daya rusak air.
5) Sistem Jaringan Prasarana Lainnya
a) Sistem Jaringan Persampahan
 TPA Regional Sarbagita di Kota Denpasar;
 TPA Regional Bangklet di Kabupaten Bangli;
 TPA Jembrana di Kabupaten Jembrana;
 TPA Mandung di Kabupaten Tabanan;
 TPA Temesi di Kabupaten Gianyar;
 TPA Sente dan TPA Lembongan di Kabupaten Klungkung;
 TPA Linggsana di Kabupaten Karangasem;
 TPA Bengkala di Kabupaten Buleleng; dan
 Rencana pengembangan TPA di Kabupaten Badung.
b) Sitem Pengelolaan Air Limbah
 Peingkatan dan perluasan pelayanan sistem prasarana
pembuangan air limbah perpipaan terpusat yang dilayani IPAL
yang telah ada, meliputi :
- IPAL Suwung di Kota Denpasar melayani sebagian wilayah
Kota Denpasar dan sebagian wilayah Kecamatan Kuta,
Kabupaten Badung; dan
- IPAL Benoa melayani sebagian wilayah Kecamatan Kuta
Selatan, Kabupaten Badung.

II-25
LAPORAN AKHIR
 Pengembangan baru sistem prasarana pembuangan air limbah
perpipaan terpusat pada :
- Kawasan Perkotaan Sarbagita yang belum terlayani IPAL
Suwung dan IPAL Benoa;
- Kawasan perkotaan berfungsi seagai PKW; dan
- Pusat-pusat kawasan pariwisata dan pusat kegiatan lainnya
yang telah berkembang.
 Pengembangan sistem pengelolaan limbah setempat dan komunal
tersebar pada Kabupaten/Kota.
Penyelenggaraan sistem pengelolaan air limbah, dilakukan
melalaui :
- Sistem pembuangan air limbah setempat;
- Sistem perpipaan terpusat pada kawasan perkotaan yang
padat kegiatan dan kawasan-kawasan pariwisata; dan
- Sistem pembuangan terpusat skala kecil pada kawasan
permukiman padat dan perkotaan yang tidak terlayani sistem
jaringan air limbah terpusat.
c) Sistem Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
1) Pengembangan tempat pengelolaan limbah bahan berbahaya dan
beracur terpadu, lintas/Kabupaten di Kawasan Pengambengan
Kabupaten Jembrana dan Kawasan Celukan Bawang Kabupaten
Buleleng setelah melalui kajian;
2) Penyelenggara koordinasi, pembinaan, pengawasan kinerja dalam
pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun tiap
Kabupaten/Kota.
d) Sistem jaringan mitigasi dan evakuasi bencana berupa
pengembangan infrastruktur mitigasi dan pengurangan dampak
bencana, pengembangan dan pemantapan jalur-jalur dan titik
evakuasi sesuai tipe bencana.
2. Rencana Pola Ruang
Rencana pola ruang wilayah provinsi, terdiri dari pola ruang kawasan lindung
dan kawasan budidaya. Rencana pola ruang menggambarkan kebijakan letak,
ukuran, fungsi dari kegiatan-kegiatan budidaya dan lindung dalam wilayah
provinsi. Rencana pola ruang wilayah provinsi meliputi ruang daratan serta
ruang laut dalam batas 12 mil laut dari daratan terjauh di provinsi.
Kawasan Lindung arahan RTRW Provinsi Bali di Kabupaten Tabanan terdiri dari
:
a. Kawasan Peruntukkan Lindung, mencakup :
1) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
bawahannya meliputi :
a) Kawasan hutan lindung

II-26
LAPORAN AKHIR
b) Kawasan resapan air
2) Kawasan perlindungan setempat meliputi :
a) Kawasan suci berupa kawasan suci gunung, kawasan suci danau,
kawasan suci campuhan, kawasan suci pantai, kawasan suci laut,
kawasan suci mata air dan kawasan suci catus patha.
b) Kawasan tempat suci berupa Kawasan Radius Kesucian Pura Sad
Kahyangan, Kawasan Radius Kesucian Pura Dang Kahyangan dan
Kawasan Radius Kesucian Pura Kahyangan Jagat, Pura Kahyangan
Tiga dan Pura Lainnya.
c) Kawasan sempadan pantai
d) Kawasan sempadan sungai
e) Kawasan sekitar danau
f) Kawasan sekitar waduk
g) Kawasan sempadan jurang
h) Kawasan RTH Perkotaan berupa RTH publik dan RTH Privat.
3) Kawasan konservasi meliputi :
a) Kawasan suaka alam (KSA), meliputi cagar alam (CA);
b) Taman wisata alam (TWA);
c) Kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil.
4) Kawasan rawan bencana berupa :
a) Kawasan rawan bencana gerakan tanah yaitu kawasan rawan
bencana tanah longsor;
b) Kawasan rawan bencana gempa bumi.
5) Kawasan lindung geologi meliputi kawasan yang memberuan
perlindungan terhadap air tanah, yang berupa :
a) Kawasan imbuhan air tanah sebarannya meliputi kawasan lereng
pegunungan yang terdapat di Kecamatan Baturiti, Kecamatan
Penebel, Kecamatan Selemadeg Timur, Kecamatan Selemadeg dan
Kecamatan Pupuan di wilayah kabupaten.
b) Kawasan sekitar mata air sebarannya terdiri atas 118 mata air di
seluruh wilayah Kabupaten meliputi :
 Kecamatan Selemadeg Barat 3 (tiga) mata air;
 Kecamatan Selemadeg 3 (tiga) mata air;
 Kecamatan Selemadeg Timur 4 (empat) mata air;
 Kecamatan Kerambitan 8 (delapan) mata air;
 Kecamatan Tabanan 6 (enam) mata air;
 Kecamatan Kediri 4 (empat) mata air;
 Kecamatan Marga 18 (delapan belas) mata air;
 Kecamatan Baturiti 19 (Sembilan belas) mata air;
 Kecamatan Penebel 26 (dua puluh enam) mata air; dan
 Kecamatan Pupuan 24 (dua puluh empat) mata air.

II-27
LAPORAN AKHIR
6) Kawasan lindung lainnya meliputi :
a) Kawasan perlindungan plasma nutfah
 kawasan yang memiliki ciri khas satwa unggulan meliputi satwa
khas kera dan hutan pala di Kawasan Alas Kedaton, Desa Kukuh,
Kecamatan Marga; dan
 Kawasan dengan flora khas di hutan lindung Gunung Batukau di
Kecamatan Penebel berupa pohon Cemara Pandak.
b) Kawasan yang memiliki keunikan lansekap alami yang khas meliputi
kawasan-kawasan terasering sawah di seluruh wilayah Kabupaten
Tabanan
c) Kawasan cagar budaya meliputi :
 Kawasan cagar budaya nasional meliputi :
- Kawasan Pura Luhur Batukau di Desa Wangaya Gede
Kecamatan Penebel; dan
- Kawasan Pura Luhur Tanah Lot di Desa Beraban Kecamatan
Kediri.
 Kawasan cagar budaya lokal meliputi :
- Kawasan Pura Desa dan Pura Puseh di Desa Perean di
Kecamatan Baturiti;
- Kawasan Pura Geriya Batur Sari di Desa Perean di Kecamatan
Baturiti;
- Kawasan Pura Dayang Desa Perean di Kecamatan Baturiti;
- Kawasan Pura Dalem Alas Kedaton di Desa Kukuh di
Kecamatan Marga;
- Kawasan Pura Yeh Gangga di Desa Sudimara di Kecamatan
Tabanan; dan
- Kawasan Pura Pekendungan di Desa Beraban, Kecamatan
Kediri.
b. Kawasan Peruntukkan Budi Daya
1) Kawasan Hutan Rakyat;
2) Kawasan Pertanian;
3) Kawasan Perikanan;
4) Kawasan Pariwisata;
5) Kawasan Industri;
6) Kawasan Permukiman;
7) Kawasan Peruntukkan Fasilitas Penunjang Permukiman; dan
8) Kawasan Pertahanan Dan Keamanan Negara.
Rencana Pola Ruang Wilayah Provinsi, terdiri dari kawasan peruntukkan
lindung dan kawasan peruntukkan budi daya yang selanjutnya dirinci
berdasarkan hierarki pola ruang seperti tabel di bawah ini.

II-28
LAPORAN AKHIR
Tabel 2. 2 Luas Kawasan Peruntukkan Lindung dan Peruntukkan Budi Daya Provisi Bali
Luas Peruntukkan
No. Jenis Peruntukkan
Luas (ha) (%)
I Kawasan Peruntukkan Lindung    

Kawasan Perlindungan Terhadap


1
Kawasan Bawahannya
   
a Hutan Lindung 96.667,97 17,28
  b Kawasan Resapan Air - -

2 Kawasan Perlindungan Setempat 3.432,17 0,61

3 Kawasan Konservasi    
a Taman Nasional 14.115,56 2,52
b Taman Hutan Raya** 1.084,32 0,19
c Taman Wisata Alam 4.474,84 0,80
  d Cagar Alam 1.749,87 0,31
4 Kawasan Lindung Geologi - -
5 Kawasan Rawan Bencana 7.317,29 1,31
6 Kawasan Cagar Budaya - -
7 Kawasan Ekisistem Mangrove 345,55 0,06
SUB TOTAL I 129.187,57 23,09
II Kawasan Peruntukkan Budi Daya    
1 Kawasan Hutan Produksi*** 8.856,35 1,58
2 Kawasan Hutan Rakyar -  
3 Kawasan Pertanian -  
a Kawasan Pertanian Tanaman Pangan 57.024,82 10,19
  b Kawasan Holtikultura 10.643,83 1,90
c Kawasan Perkebunan 226.054,40 40,40
4 Kawasan Perikanan 159,22 0,03
Kawasan Peruntukkan Pertambangan
5 5.291,04 0,95
dan Energi
6 Kawasan Peruntukkan Industri 1.919,72 0,34
7 Kawasan Peruntukkan Pariwisata 39.380,64 7,03
8 Kawasan Permukiman 80.614.92 7,03
9 Kawasan Peruntukkan Lainnya 340,41 0,06
10 Belum Teridentifikasi - -
SUB TOTAL II 430.285,34 76,91
TOTAL 559.472,91 100
Keterangan :
(*) terdapat selisih luas Kawasan Hutan Lindung pada batang tubuh dengan Peta SHP
seluas 19,03 ha dari total luas 96.687,85 ha berada diwilayah perairan laut karena
terdapat perbedaan luas berdasarkan delineasi penetapan kawasan hutan dengan garis
pantai yang dikeluarkan oleh BIG
(**) terdapat selisih luas Taman Hutan Raya pada batang tubuh dengan peta SHP seluas
74,44 ha dari total luas 1.158,76 ha, akrena sebagian berada diwilayah perairan laut akibat
delineasi batas garis sempadan pantai yang dikeluarkan oleh BIG

II-29
LAPORAN AKHIR
(***) terdapat selisih luas Kawasan Hutan Produksi pada batang tubuh dengan peta SHP
seluas 230,94 ha dari total luas 9.087,29 ha, karena berada diluar garis pantai/perairan
Sumber : Lampiran X.B Perda Provinsi No. Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Perda No.
16 Tahun 2009 tentang RTRWP Bali 2009-2029
Beberapa hal prinsip Rencana Pola Ruang adalah:
a. Arahan Pola Pemanfaatan Ruang
Memperhatikan batasan-batasan yang ditetapkan dalam RTRWP Bali 2009 –
2029.
b. Arahan Pengelolaan Kawasan Lindung
1) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya:
Hutan lindung di Kabupaten Tabanan mencakup Hutan Lindung Gunung
Batukau (6.994,73 Ha), Hutan Lindung Yeh Ayah (584,70 Ha), Hutan Lindung
Yeh Leh Yeh Lebah (1.339,36 Ha) yang berada di sebagian wilayah Kec.
Pupuan, Kec. Selemadeg, Kec.Selemadeg Timur dan Kec.Penebel.
2) Kawasan perlindungan setempat :
 Sempadan Pantai (perhatian khusus pada garis pantai Kec. Kediri, Kec.
Kerambitan, Kawasan Soka).
 Kawasan Perlindungan Setempat Lainnya (Kawasan Suci – Pura, tempat
suci, dsb., Kawasan Sempadan Jurang yang terdapat di sekitar Kec. Pupuan,
Kec. Selemadeg, Kec. Selemadeg Timur dan Kec. Penebel).
3) Kawasan suaka alam dan cagar budaya
Lokasi kawasan suaka alam di Kab.Tabanan mencakup kawasan Cagar Alam
Gunung Batukau seluas 723, 30 ha (tujuh ratus dua puluh tigas koma tiga nol
hektar) dari luas keseluruhan wilayah seluas 1.749,97 ha (seribu tujuh ratus
empat puluh sembilan koma sembilan tujuh hektar) berada di Kabupaten
Tabanan dan Kabupaten Buleleng yang meliputi :
 CA seluas 126,40 ha (seratus dua puluh enam koma empat nol hektar) di
Kecamatan Penebel; dan
 CA seluas 596,90 ha (lima ratus sembilan puluh enam koma sembilan nol
hektar) di Kecamatan Baturiti.
4) Taman wisata alam
Taman Wisata Alam merupakan bagian dari TWA Buyan Tamblingan yang
tersebar di Desa Candikuning Kecamatan Baturiti seluas 375,68 ha (tiga
ratus tujuh puluh lima koma enam delapan hektar) dari luas keseluruhan
wilayah seluas 1.797,14 ha (seribu tujuh ratus sembilan puluh tujuh koma
empat belas hektar) pada wilayah Kabupaten Tabanan dan Kabupaten
Buleleng
c. Arahan Pengelolaan Kawasan Budi Daya
1) Kawasan Pertanian
a) Pemanfaatan ruang untuk perluasan permukiman tradisional masyarakat
setempat secara terbatas dan dengan kepadatan rendah;

II-30
LAPORAN AKHIR
b) Pencegahan dan pelarangan alih fungsi lahan budidaya pertanian
menjadi lahan non pertanian, nkecuali untuk pembangunan sistem
jaringan prasarana penunjang kawasan pertanian, jaringan
c) Jalan, jaringan energi listrik, jaringan telekomunikasi dan jaringan air
minum;
d) pengembangan rencana induk pengembangan pertanian organik provinsi
untuk mewujudkan Bali sebagai Pulau Organik;
e) Penetapan lahan pertanian pangan berkelanjutan;
f) Pada kawasan pertanian dapat dikembangkan kegiatan industri yang
mengolah hasil bahan baku pertanian secara terbatas dan bersyarat
sesuai kapasitas bahan baku setempat.
2) Kawasan Perikanan
a) Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan budidaya tanaman pangan;
b) Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan budidaya hortikultura;
c) Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan budidaya perkebunan indikasi
arahan peraturan zonasi kawasan budidaya peternakan; dan
d) Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan perikanan.
3) Kawasan Pariwisata
a) Pemantapan Kawasan Pariwisata
Kegiatan yang tidak diperbolehkan:
 Kegiatan yang berpotensi mengganggu atau menurunkan kualitas
KSPD;
 Kegiatan yang menimbulkan polusi dan kegiatan lainnya yang tidak
sesuai dengan peruntukkan kawasan;
b) Pengembanga DTW-DTW;
c) Pengembangan kegiatan pariwisata dan fasilitas pendukung pariwisata
yang berwawasan lingkungan.
4) Kawasan Peruntukkan Industri
a) Pengembangan industri kerajinan rakyat dan pembangunan sentranya;
b) Pemanfaatan kawasan peruntukan industri untuk mengakomodir
kegiatan industri berbasis budaya branding Bali; dan
c) Pembatasan pembangunan perumahan di dalam kawasan industri.
5) Kawasan Permukiman
Diprioritaskan pada permukiman orde rendah dengan peningkatan
pelayanan fasilitas dan perdagangan
6) Kawasan Pertanahan Dan Keamanan Negara
a) Peningkatan kawasan pertahanan dan keamanan.
b) Pengembangan air-strip dan helipad di tempat-tempat yang diperlukan, dengan
melalui kajian dan penilaian yang komprehensif.
d. Penetapan Kawasan Strategis
Penetapan kawasan strategis provinsi dilakukan berdasarkan kepentingan:
pertahanan dan keamanan, pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya Bali,

II-31
LAPORAN AKHIR
pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi dan fungsi dan daya
dukung lingkungan hidup. Sebaran kawasan strategis provinsi dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 2. 3 Penetapan Kawasan Strategis Provinsi Bali
Kawasan Strategis Provinsi
No. Nama dan Sebaran Kawasan Strategis Provinsi
(KSP)
1 Kawasan Strategis KSP dalam bentuk Kawasan Pusat Pemerintah
Berdasarkan Kepentingan Provinsi
Pertumbuhan Ekonomi  Kawasan Niti Mandala dan Sekitarnya di Kota
Denpasar
KSP dalam bentuk Kawasan Strategis Pariwisata
Daerah (KSPD), mencakup :
 KSPD Candikusuma di Kabupaten Jembrana
 KSPD Perancak di Kabupaten Jembrana
 KSP Soka di Kabupaten Tabanan
 KSPD Tanah Lot di Kabupaten Tabanan
 KSPD Canggu di Kabupaten Badung
 KSPD Kuta di Kabupaten Badung
 KSPD Nusa Dua di Kabupaten Badung
 KSPD Sanur di Kota Denpasar
 KSPD Lebih di Kabupaten Gianyar
 KSPD Ubud di Kabupaten Gianyar
 KSPD Tegal Besar-Goa Lawah di Kabupaten
Klungkung
 KSPD Nusa Penida di Kabupaten Klungkung
 KSPD Candidasa di Kabupaten Karangasem
 KSPD Ujung di Kabupaten Karangasem
 KSPD Tulamben di Kabupaten Karangasem
 KSPD Air Sanih di Kabupaten Buleleng
 KSPD Kalibukbuk di Kabupaten Buleleng
 KSPD Batuampar di Kabupaten Buleleng
KSP dalam bentuk Kawasan Strategis Pariwisata
Daerah Khusus (KSPDK), mencakup:
 KSPDK Gilimanuk di Kabupaten Jembrana
 KSPDK Palasari di Kabupaten Jembrana
 KSPDK Bedugul-Pancasari di Kabupaten
Tabanan dan Kabupaten Buleleng
 KSPDK Kintamani di Kabupaten Bangli
KSPD dalam bentuk Kawasan Pengembangan
Terpadu Daerah (KPTD), mencakup :
 Kawasan Pengambengan dan sekitarnya di
Kabupaten Jembrana
 Kawasan Pekutatan dan sekitarnta di Kabupaten
Jembrana
 Kawasan Mengwitani dan sekitarnya di
Kabupaten Badung
 Kawasan Pusat Kebudayaan Bali dan sekitarnya
di Kabupaten Klungkung
 Kawasan Kubutambahan dan sekitarnya di
Kabupaten Buleleng
 Kawasan Celukan Bawang dan sekitarnya di
Kabupaten Buleleng
 

II-32
LAPORAN AKHIR
Kawasan Strategis Provinsi
No. Nama dan Sebaran Kawasan Strategis Provinsi
(KSP)
2 Kawasan Strategis KSP dalam bentuk Kawasan Tempat Suci Pura
Berdasarkan Kepentingan Sad Kahyangan, mencakup :
Sosial Budaya  Kawasan Tempat Suci Pura Batukaru di
Kabupaten Tabanan
 Kawasan Tempat Suci Pura Luhur Uluwatu di
Kabupaten Badung
 Kawasan Tempat Suci Pura Pucak Mangu di
Kabupaten Badung
 Kawasan Tempat Suci Pura Pusering Jagat di
Kabupaten Gianyar
 Kawasan Tempat Suci Pura Kentel Gumi di
Kabupaten Klungkung
 Kawasan Tempat Suci Pura Goa Lawah di
Kabupaten Klungkung
 Kawasan Tempat Suci Pura Agung Besakih di
Kabupaten Karangasem
 Kawasan Tempat Suci Pura Pura Andakasa di
Kabupaten Karangasem
 Kawasan Tempat Suci Pura Lempuyang Luhur di
Kabupaten Karangasem
KSP Dalam Betuk Kawasan Warisan Budaya,
mencakup :
 Kawasan Warisan Budaya Jatiluwih
 Kawasan Warisan Budaya Taman Ayun
 Kawasan Warisan Budaya DAS Tukad Pakerisan
 
3 Kawasan Strategis  Kawasan Taman Hutan Raya Ngurah Rai dan
Berdasarkan Kepentingan sekitarnya di Kota Denpasar dan Kabupaten
Fungsi dan Daya Dukung Badung
Lingkungan Hidup  Kawasan Danau Batur dan sekitarnya di
Kabupaten Bangli
 Kawasan Danau Beratan-Buyan-Danau
Tamblingan dan sekitarnya Kabupaten Tabanan
dan Kabupaten Buleleng
Sumber : Lampiran XVIII Perda Prov Bali No… Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Perda No.16 Tahun
2009 tentang RTRW Prov Bali Tahun 2009-2029

II-33
LAPORAN AKHIR
II-34
LAPORAN AKHIR
Gambar 2. 5 Peta Rencana Pola Ruang Provinsi Bali

II-29
LAPORAN AKHIR
Gambar 2. 6 Peta KSP Dari Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi KSP Dalam Bentuk Pusat Pemerintahan Provinsi

II-32
LAPORAN AKHIR
Gambar 2. 7 Peta KSP Dari Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi KSP Dalam Bentuk KSPD dan KSPDK

II-33
LAPORAN AKHIR
Gambar 2. 8 Peta KSP Dari Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi KSP Dalam Bentuk KPTD

II-34
LAPORAN AKHIR
Gambar 2. 9 Peta KSP Dari Sudut Kepentingan Sosial Budaya Bali KSP Dalam Bentuk Kawasan Tempat Suci Pura Sad Kahyangan

II-35
LAPORAN AKHIR
Gambar 2. 10 Peta KSP Dari Sudut Kepentingan Sosial Budaya Bali KSP Dalam Bentuk Kawasan Warisan Budaya

II-36
LAPORAN AKHIR
Gambar 2. 11 Peta KSP Dari Sudut Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup KSP Dalam Bentuk Kawasan Fungsi dan Daya Dukung
Lingkungan Hidup

II-37
LAPORAN AKHIR
D. Arahan Peraturan Daerah No. 11 Tahun 2012 tentang RTRW Kabupaten
Tabanan
1. Rencana Struktur Ruang
Rencana struktur ruang wilayah kabupaten Tabanan merupakan kerangka tata
ruang wilayah kabupaten Tabanan yang tersusun berdasarkan arahan RTRWN
dan RTRWP Bali, serta atas konstelasi pusat-pusat kegiatan yang berhierarki
satu sama lain yang dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah,
sehingga rencana struktur ruang wilayah berfungsi:
a. Sebagai arahan pembentuk sistem pusat kegiatan wilayah kabupaten yang
memberikan layanan bagi kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan di
sekitarnya yang berada dalam wilayah kabupaten; dan
b. Sistem perletakan jaringan prasarana wilayah yang menunjang
keterkaitannya serta memberikan layanan bagi fungsi kegiatan yang ada
dalam wilayah kabupaten, terutama pada pusat-pusat kegiatan/perkotaan
dan perdesaan yang ada.
Rencana struktur ruang wilayah kabupaten terdiri atas:
a. Sistem perkotaan; dan
b. Sistem jaringan prasarana.
Sistem jaringan prasarana meliputi:
a. Sistem jaringan transportasi;
b. Sistem jaringan energi;
c. Sistem jaringan telekomunikasi;
d. Sistem jaringan sumber daya air; dan
e. Sistem jaringan prasarana lainnya.
Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Tabanan seperti disajikan pada
Gambar 2.12.

II-38
LAPORAN AKHIR
Gambar 2. 12 Rencana Struktur Ruang Kabupaten Tabanan

II-39
LAPORAN AKHIR
a. Rencana Sistem Perkotaan
Sistem perkotaan di Kabupaten Tabanan merupakan sistem perkotaan
sesuai dengan sistem nasional dan sistem provinsi berdasarkan fungsi kota,
yang terdapat di Kabupaten Tabanan, meliputi:
1) Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang berada di wilayah kabupaten;
2) Pusat Pelayanan Kawasan (PPK); dan
3) Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL).
Pengertian tiap fungsi Kawasan Perkotaan adalah:
1) Pusat Kegiatan Nasional (PKN) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi
untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa
provinsi.
2) Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) adalah kawasan perkotaan yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa.
3) Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) adalah pusat permukiman yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa.
Penetapan sistem perkotaan tersebut di atas, sesuai dengan arahan RTRWN
dan kondisi di Provinsi Bali yang telah dituangkan dalam Perda No. 16
Tahun 2009 tentang RTRWP Bali adalah:
1) PKN terdiri atas Kawasan Perkotaan Denpasar–Badung– Gianyar–
Tabanan (Sarbagita) atau Kawasan Metropolitan Sarbagita;
2) Lima wilayah kecamatan di Kabupaten Badung bersama-sama sepuluh
kecamatan lainnya di Kota Denpasar, Kabupaten Gianyar dan Kabupaten
Tabanan termasuk dalam Kawasan Metropolitan Sarbagita, sehingga
berdasarkan fungsi kota, kota-kota yang termasuk di dalamnya
merupakan bagian dari PKN atau Kawasan Metropolitan Sarbagita.
Kawasan perkotaan di Kabupaten Badung yang termasuk didalamnya
adalah: Kawasan Perkotaan Mengwi (Mangupura), Kawasan perkotaan
Blahkiuh, Kawasan perkotaan Dalung-Kerobokan, dan Kawasan
Perkotaan Jimbaran
3) PKW terdiri dari Kawasan Perkotaan Singaraja, Kawasan Perkotaan
Semarapura dan Kawasa Perkotaan Negara;
4) PKL terdiri dari Kawasan Perkotaan Badung, Kawasan Perkotaan
Amlapura, dan Kawasan Perkotaan Seririt;
5) Kawasan perkotaan yang berfungsi PPK adalah Kawasan Perkotaan yang
ditetapkan dalam RTRW Kabupaten.
Kriteria fungsi-fungsi kawasan perkotaan tersebut adalah:
1) Kawasan perkotaan, ditetapkan dengan kriteria:
a). Memiliki kegiatan utama budidaya bukan pertanian atau lebih dari
75% (tujuh puluh lima persen) mata pencaharian penduduknya di
sektor sekunder dan tersier;
b). Memiliki jumlah penduduk sekurang-kurangnya 10.000 (sepuluh
ribu) jiwa;
c). Memiliki kepadatan penduduk sekurang-kurangnya 50 (lima puluh)
jiwa per hektar;
d). Memiliki fungsi sebagai pusat koleksi dan distribusi pelayanan barang
dan jasa dalam bentuk sarana dan prasarana pergantian moda
transportasi;
e). Tersedia sistem prasarana perkotaan dan aksesbilitas ke pusat-pusat
kegiatan maupun sarana publik; dan
f). Tidak berada pada kawasan rawan bencana (longsor, banjir, erosi,
abrasi dan rawan gempa), kawasan pertanian, kawasan lindung
(sempadan sungai, sempadan pantai, sempadan jurang, sempadan
mata air, saluran pengairan dan daerah aman penerbangan).
2) PKN, ditetapkan dengan kriteria:
a). Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan
internasional;
b). Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat
kegiatan industrdan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa
provinsi; dan
c). Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.
3) PPK, ditetapkan dengan kriteria:
a). Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat
kegiatan industri, perdagangan dan jasa yang melayani skala
kecamatan atau sebagian wilayah kecamatan;
b). Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
transportasi yang melayani skala kecamatan;
c). Kawasan perkotaan yang berfungsi sebagai ibukota kecamatan,
dan/atau;
d). Kawasan perkotaan yang berfungsi pelayanan khusus seperti
kawasan pelabuhan dan pusat kegiatan pariwisata.
Berdasarkan krireria di atas, maka sistem perkotaan di Kabupaten Tabanan,
penetapannya didasarkan atas pertimbangan berikut:
1) Arahan RTRWN dan RTRWP Bali yang menetapkan bahwa Kawasan
Perkotaan Denpasar-Badung-Gianyar-Tabanan sebagai PKN yang juga
merupakan Kawasan Strategis Nasional (KSN) selanjutnya disebut
Kawasan Metropolitan Sarbagita karena fungsi pelayananan dan
kesistemannya yang harus dikelola secara sistem metropolitan, sehingga
seluruh kawasan perkotaan yang telah ditetapkan dalam deliniasi
kawasan metropolitan Sarbagita pada dasarnya adalah bagian dari PKN.
2) Karakter Kawasan Metropolitan Sarbagita berbeda dengan kawasan
metropolitan lainnya di Indonesia, dan hal ini telah dipertegas pada
penjelasan Pasal 17 ayat (2) RTRWP Bali bahwa:

II-41
LAPORAN AKHIR
a). Pengembangan struktur dan pola ruang Kawasan Metropolitan
Sarbagita diarahkan pada pengembangan KSN yang memiliki karakter
Kota Pariwisata Internasional yang tetap mempertahankan ruang
terbuka pertanian sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari jatidiri
kota yang bernuansa budaya Bali yang berlandaskan Tri Hita Karana
b). Pengembangan kawasan metropolitan Sarbagita tidak diarahkan
intensif di seluruh kawasan, namun tetap tersedia ruang-ruang
terbuka pertanian sebagai buffer antara kota Inti dengan Kota Satelit
dan kawasan-kawasan perdesaan yang masih berada dalam lingkup
deliniasi kawasannya
c). Berdasarkan hal tersebut, maka kawasan-kawasan perkotaan yang
menjadi bagian Kawasan Metropolitan Sarbagita pada dasarnya
adalah kota-kota yang mandiri namun saling berkaitan, sehingga
dibutuhkan keterpaduan pelayanan infrastruktur perkotaan dan
kerjasama pembangunan perkotaan lintas wilayah
d). Secara prinsip, kecenderungan penyatuan fisik kawasan perkotaan di
Kawasan Metropolitan Sarbagita antara Kota Inti dengan Kota-kota
Satelit tetap dihambat dan dibatasi agar tetap terjaga tatanan jatidiri
kota yang bernuansa budaya Bali, yang mengarah pada penerapan
konsep green city dan konsep kota yang kompak (compact city)
e). Dengan demikian, secara mandiri pada dasarnya kawasan-kawasan
perkotaan di Kabupaten Tabanan selain merupakan bagian dari
Kawasan Metropolitan Sarbagita, juga dapat berperan sebagai Pusat
Kegiatan dalam wilayahnya sendiri maupun pelayanan wilayah lebih
luas baik sebagai PKL maupun PPK.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka sistem perkotaan Kabupaten
Tabanan meliputi:
1) Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang berada di wilayah kabupaten
Bagian dari PKN di wilayah kabupaten terdiri atas:
(a) Kawasan Perkotaan Tabanan merupakan bagian dari Kawasan
Perkotaan Sarbagita, yang dikembangkan sebagai pusat kegiatan dari
sistem KSN Perkotaan Sarbagita meliputi:
(1) Kawasan Perkotaan Inti terdiri atas Kota Denpasar dan
Kawasan Perkotaan Kuta di Kabupaten Badung;
(2) Kawasan Perkotaan di sekitarnya terdiri atas Kawasan
Perkotaan Mangupura dan Kawasan Perkotaan Jimbaran di
Kabupaten Badung, Kawasan Perkotaan Gianyar, Kawasan
Perkotaan Ubud dan Kawasan Perkotaan Sukawati di Kabupaten
Gianyar dan Kawasan Perkotaan Tabanan di Kabupaten Tabanan;
dan
(3) Kawasan penyeimbang antar Kawasan Perkotaan Inti dan
Kawasan Perkotaan di sekitarnya.

II-42
LAPORAN AKHIR
(b) Kawasan Perkotaan Tabanan sebagai kawasan perkotaan di
sekitarnya meliputi sebagian wilayah Kecamatan Tabanan dan
sebagian wilayah Kecamatan Kediri terdiri atas:
(1)Wilayah Desa/kelurahan Dauh Peken, Delod Peken, Dajan Peken,
dan Denbantas di Kecamatan Tabanan; dan
(2)Wilayah Desa/kelurahan Kediri, Abiantuwung dan Banjar Anyar
di Kecamatan Kediri.
(c) Kawasan penyangga antar Kawasan Perkotaan Inti dan kawasan
perkotaan di sekitarnya di wilayah Kecamatan Tabanan dan
Kecamatan Kediri yang berada di luar Kawasan Perkotaan Tabanan
didukung pusat-pusat lingkungan sebagai pusat kawasan
permukiman yang melayani kawasan permukiman perdesaan di
sekitarnya terdiri atas:
(1)Pusat Lingkungan Tunjuk melayani Desa Tunjuk dan Buahan;
(2)Pusat Lingkungan Wanasari melayani Desa Wanasari, Subamia
dan Sesandan;
(3)Pusat Lingkungan Bongan melayani Desa Bongan dan Desa Gubug;
(4)Pusat Lingkungan Sudimara melayani Desa Sudimara;
(5)Pusat Lingkungan Beraban melayani Desa Beraban, Belalang,
Pangkung Tibah, dan Pandak Gede;
(6)Pusat Lingkungan Pejaten melayani Desa Pejaten, Desa Nyitdah,
dan Bengkel;
(7)Pusat Lingkungan Pandak Gede melayani Desa Pandak Gede dan
Pandak Bandung; dan
(8)Pusat Lingkungan Kaba-Kaba melayani Desa Kaba-Kaba, Buwit,
Nyambu dan Cepaka.
2) Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)
Bagian dari PPK di wilayah kabupaten terdiri atas:
(1) PPK Lalanglinggah yang terdiri atas kawasan Perkotaan Desa
Lalanglinggah dan Desa Selabih;
(2) PPK Bajera yang terdiri atas kawasan Perkotaan Desa Bajera;
(3) PPK Megati yang terdiri atas pusat kawasan Perkotaan Desa Megati;
(4) PPK Sembunggede yang terdiri atas kawasan Perkotaan Desa
Sembunggede dan Desa Meliling;
(5) PPK Marga yang terdiri atas kawasan Perkotaan Desa Marga, Desa
Marga Dajan Puri dan Marga Dauh Puri;
(6) PPK Baturiti yang terdiri atas kawasan Perkotaan Desa Baturiti;
(7) PPK Penebel yang terdiri atas kawasan Perkotaan Desa Penebel;
(8) PPK Pupuan yang terdiri atas kawasan Perkotaan Desa Pupuan dan
Bantiran;
(9) PPK Candikuning yang terdiri atas kawasan Perkotaan Desa
Candikuning; dan

II-43
LAPORAN AKHIR
(10) PPK Kerambitan yang terdiri atas kawasan Perkotaan Desa
Kerambitan.
3) Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL).
Bagian dari PPL di wilayah kabupaten meliputi:
(1)Sebaran PPL di Kecamatan Marga terdiri atas:
a. PPL Cau Belayu melayani Desa Cau Belayu;
b. PPL Tua melayani Desa Tua dan Desa Baru;
c. PPL Petiga melayani Desa Petiga, Desa Geluntung dan Desa
Payangan;
d. PPL Kukuh melayani Desa Kukuh, Tegal Jadi dan Desa Beringkit;
e. PPL Peken melayani Desa Peken, Batannyuh dan Desa Kuwum;
dan
f. PPL Selanbawak melayani Desa Selanbawak
(2)Sebaran PPL di Kecamatan Baturiti terdiri atas:
a. PPL Batunya melayani Desa Batunya dan Desa Antapan;
b. PPL Luwus melayani Desa Luwus dan Desa Mekarsari;
c. PPL Perean melayani Desa Perean, Perean Tengah dan Desa
Perean Kangin; dan
d. PPL Angseri melayani Desa Angseri, Bangli dan Desa Apuan.
(3)Sebaran PPL di Kecamatan Penebel terdiri atas:
a. PPL Rejasa melayani Desa Rejasa, Pesagi, dan Desa Tegallinggah;
b. PPL Sangketan melayani Desa Sangketen;
c. PPL Jegu melayani Desa Jegu, Buruan, dan Desa Pitra;
d. PPL Rianggede melayani Desa Rianggede;
e. PPL Penatahan melayani Desa Penatahan, Tengkudak, dan Desa
Wongaya Gede;
f. PPL Biaung melayani Desa Biaung dan Desa Tajen;
g. PPL Senganan melayani Desa Senganan dan Desa Babahan; dan
h. PPL Jatiluwih melayani Desa Jatiluwih dan Desa Mengesta.
(4)Sebaran PPL di Kecamatan Kerambitan terdiri atas:
a. PPL Timpag melayani Desa Timpag dan Desa Kesiut;
b. PPL Samsam melayani Desa Samsam, Batuaji dan Desa
Pangkungkarung;
c. PPL Kukuh melayani Desa Kukuh, Desa Baturiti dan Desa Tista;
d. PPL Tibubiu melayani Desa Tibubiu dan Desa Belumbang; dan
e. PPL Kelating melayani Desa Kelaiting dan Desa Penarukan.
(5)Sebaran PPL di Kecamatan Selemadeg Timur terdiri atas:
a. PPL Gunungsalak melayani Desa Gunungsalak dan Desa Dalang;
b. PPL Gadungan melayani Desa Gadungan, Desa Gadung Sari dan
Desa Bantas;
c. PPL Tegalmengkeb melayani Desa Tegalmengkeb, Beraban, dan
Desa Tanguntiti; dan

II-44
LAPORAN AKHIR
d. PPL Mambang melayani Desa Mambang.
(6)Sebaran PPL di Kecamatan Selemadeg terdiri atas:
a. PPL Selemadeg melayani Desa Selemadeg, Pupuan Sawah, Bajera
Utara, Manikyang dan Desa Serampingan;
b. PPL Wanagiri melayani Desa Wanagiri dan Desa Wanagiri Kauh;
c. PPL Antap melayani Desa Antap; dan
d. PPL Berembeng melayani Desa Berembeng
(7)Sebaran PPL di Kecamatan Selemadeg Barat terdiri atas:
a. PPL Antosari melayani Desa Antosari, Tiyinggading, Angkah dan
Desa Mundeh Kangin;
b. PPL Mundeh melayani Desa Mundeh, Mundeh Kauh dan Lumbung
Kauh; dan
c. PPL Lumbung melayani Desa Lumbung dan Desa Bengkel Sari.
(8)Sebaran PPL di Kecamatan Pupuan terdiri atas:
a. PPL Pujungan melayani Desa Pujungan dan Desa Batungsel;
b. PPL Munduk Temu melayani Desa Munduk Temu dan Desa
Belatungan;
c. PPL Belimbing melayani Desa Belimbing, Desa Karya Sari dan
Desa Sanda;
d. PPL Padangan melayani Desa Padangan, Kebon Padangan dan
Desa Jelijih Punggang; dan
e. PPL Pajahan melayanai Desa Pajahan dan Desa Sai.
2. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah
Sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten meliputi sistem prasarana
transportasi, energi, telekomunikasi, dan sumber daya air untuk mengintegrasikan
dan memberikan layanan bagi fungsi kegiatan yang ada di wilayah kabupaten.
a. Rencana Sistem Jaringan Transportasi
Sistem jaringan transportasi meliputi Sistem Jaringan Transportasi Darat.
Sistem jaringan transportasi darat meliputi:
1) Sistem jaringan jalan
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan
bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan
tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air,
kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. Jalan terdiri dari jalan
umum dan jalan khusus. Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi
lalu lintas umum yang dikelompokkan dalam sistem jaringan jalan, fungsi
jalan, status jalan, dan kelas jalan.
Sistem jaringan jalan merupakan satu kesatuan jaringan jalan yang terdiri
dari sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder yang
terjalin dalam hubungan hierarki. Pada pembahasan analisis telah diuraikan
struktur hirarki jalan berdasarkan sistem, status, fungsi dan kelas jalan.

II-45
LAPORAN AKHIR
Perencanaan sistem jaringan jalan di Kabupaten Tabanan merupakan
gabungan dari sistem jaringan jalan nasional, provinsi dan jalan kabupaten
yang diarahkan untuk meningkatkan kelancaran (aksesibilitas) pergerakan
barang dan jasa antar pusat-pusat kegiatan wilayah, kawaswan perkotaan
dan kawasan perdesaan, seperi disajikan pada Gambar 2.13.
Sistem jaringan jalan di Kabupaten Tabanan, terdiri atas:
a) Jaringan jalan nasional yang ada dalam wilayah Kabupaten,
meliputi:
(1) Jalan arteri primer (JAP)
Jalan arteri primer ditetapkan dengan kriteria:
 Kewenangan pengelolaan adalah Pemerintah
 Menghubungkan antar-PKN, antara PKN dan PKW, dan/atau
PKN/PKW dengan bandar udara pusat penyebaran skala
pelayanan primer/sekunder/tersier dan pelabuhan
internasional/nasional;
 Kecepatan rencana paling rendah 60 (enam puluh) kilometer per
jam.
 Lebar badan jalan paling sedikit 11 (sebelas) meter;
 Ruang pengawasan jalan paling sedikit 15 (lima belas) meter dari
tepi badan jalan;
 Jumlah jalan masuk ke jalan arteri primer dibatasi secara efisien
dengan jarak antar jalan masuk paling sedikit 500 (lima ratus)
meter;
 Kapasitas jalan lebih besar dari volume lalu lintas harian rata-
rata;
 Lalu lintas jarak jauh pada jalan arteri primer tidak boleh
terganggu oleh lalu lintas ulang alik dan lalu lintas lokal dari
kegiatan lokal;
 Pengaturan simpang sebidang harus memenuhi ketentuan yang
disyaratkan;
 Jalan arteri primer yang memasuki kawasan perkotaan dan/atau
kawasan pengembangan perkotaan tidak boleh terputus; dan
 Dilengkapi rambu, marka, lampu pengatur lalu lintas, lampu
penerangan jalan, median dan lain - lain.
Jalan arteri primer merupakan bagian dari ruas jalan arteri primer
Provinsi Bali terdiri atas:
 ruas Jalan Pekutatan – Antosari;
 ruas jalan Antosari – batas Kota Tabanan;
 ruas Jalan Simpang Kediri – Pesiapan (Tabanan);
 ruas Jalan Mengwitani (batas Kabupaten Tabanan) - Tabanan; dan
 ruas jalan Ahmad yani (Tabanan).

II-46
LAPORAN AKHIR
(2) Jalan Kolektor Primer 1 (JKP-1)
Jalan kolektor primer 1 ditetapkan dengan kriteria:
 Kewenangan pengelolaan adalah Pemerintah;
 Menghubungkan antara PKN dan PKW, dan antara PKW dan
PKW;
 Kecepatan rencana paling rendah 40 km/jam (empat puluh
kilometer per jam);
 Lebar badan jalan paling sedikit 9 m (sembilan meter);
 Ruang pengawasan jalan paling sedikit 10 m (sepuluh meter) dari
tepi badan jalan;
 Jumlah jalan masuk ke jalan kolektor primer 1 dibatasi secara
efisien, jarak antar jalan masuk paling sedikit 400 m (empat ratus
meter);
 Kapasitas jalan lebih besar dari volume lalu lintas harian rata-rata;
 Lalu lintas jarak jauh pada jalan kolektor primer adalah lalu lintas
regional, untuk itu lalu lintas tersebut tidak boleh terganggu oleh
lalu lintas ulang alik dan lalu lintas lokal dari kegiatan lokal;
 Pengaturan simpang sebidang harus memenuhi ketentuan yang
disyaratkan;
 Jalan kolektor primer yang memasuki kawasan perkotaan
dan/atau kawasan pengembangan perkotaan tidak boleh
terputus; dan
 Dilengkapi rambu, marka, lampu pengatur lalu lintas, lampu
penerangan jalan, median dan lain - lain.
Jalan kolektor primer 1 (JKP-1) meliputi bagian dari ruas jalan batas
Kota Singaraja – Mengwitani.
b) Jaringan jalan provinsi yang ada dalam wilayah Kabupaten,
meliputi:
(1) Jalan kolektor primer 2 (JKP-2)
Jalan kolektror primer 2 ditetapkan dengan kriteria:
 Kewenangan pengelolaan adalah Pemerintah Provinsi;
 Menghubungkan antara PKW dan PKL, dan antara PKL dan PKL;
 Kecepatan rencana paling rendah 40 km/jam (empat puluh
kilometer per jam);
 Lebar badan jalan paling sedikit 9 m (sembilan meter);
 Ruang pengawasan jalan paling sedikit 10 m (sepuluh meter) dari
tepi badan jalan;
 Jumlah jalan masuk ke jalan kolektor primer 1 dibatasi secara
efisien, jarak antar jalan masuk paling sedikit 400 m (empat ratus
meter);
 Kapasitas jalan lebih besar dari volume lalu lintas harian rata-rata;

II-47
LAPORAN AKHIR
 Lalu lintas jarak jauh pada jalan kolektor primer adalah lalu lintas
regional, untuk itu lalu lintas tersebut tidak boleh terganggu oleh
lalu lintas ulang alik dan lalu lintas lokal dari kegiatan lokal;
 Pengaturan simpang sebidang harus memenuhi ketentuan yang
disyaratkan;
 Jalan kolektor primer yang memasuki kawasan perkotaan
dan/atau kawasan pengembangan perkotaan tidak boleh
terputus; dan
 Dilengkapi rambu, marka, lampu pengatur lalu lintas, lampu
penerangan jalan, median dan lain - lain.
 Jaringan jalan kolektor primer 2 yaitu jalan yang menghubungkan
antar PKW, antar PKW dengan PKL, antar PKL dengan PKL, terdiri
atas ruas jalan:
Jalan kolektor primer 2 (JKP-2), merupakan bagian dari ruas jalan
kolektor primer 2 (JKP-2) Provinsi Bali terdiri atas:
(1) ruas Jalan Gajah Mada - Pulau Menjangan - Pulau Batam;
(2) ruas Jalan Pulau Seribu;
(3) ruas Jalan Gajah Mada;
(4) ruas Jalan Pahlawan – Gunung Semeru;
(5) ruas Jalan Gatot Subroto;
(6) ruas Jalan Ngurah Rai;
(7) ruas Jalan Pupuan – Pekutatan;
(8) ruas Jalan Antosari – Pupuan;
(9) ruas Jalan Pupuan – Seririt;
(10) ruas Jalan Batas Kediri – Tanah Lot;
(11) ruas Jalan Husni Thamrin;
(12) ruas Jalan Imam Bonjol;
(13) ruas Jalan Teuku Umar – Batas Kediri; dan
(14) ruas Jalan Wagimin Kediri
(2) Jalan kolektor primer 3 (JKP-3)
Jalan kolektor primer 3 ditetapkan dengan kriteria:
 kewenangan pengelolaan adalah Pemerintah Provinsi;
 menghubungkan antara PKL dan PPK, dan antar PPK lintas
wilayah kabupaten/kota;
 kecepatan rencana paling rendah 40 (empat puluh) kilometer per
jam;
 lebar badan jalan paling sedikit 9 (sembilan) meter;
 ruang pengawasan jalan paling sedikit 10 (sepuluh) meter dari
tepi badan jalan;

II-48
LAPORAN AKHIR
 jumlah jalan masuk ke jalan kolektor primer 1 dibatasi secara
efisien, jarak antar jalan masuk paling sedikit 400 (empat ratus)
meter;
 kapasitas jalan lebih besar dari volume lalu lintas harian rata-rata;
 lalu lintas jarak jauh pada jalan kolektor primer adalah lalu lintas
wilayah, untuk itu lalu lintas tersebut tidak boleh terganggu oleh
lalu lintas ulang alik dan lalu lintas lokal dari kegiatan lokal;
 pengaturan simpang sebidang harus memenuhi ketentuan yang
disyaratkan;
 jalan kolektor primer yang memasuki kawasan perkotaan
dan/atau kawasan pengembangan perkotaan tidak boleh
terputus; dan
 dilengkapi rambu, marka, lampu pengatur lalu lintas, lampu
penerangan jalan, median dan lain - lain.
Jalan kolektor primer 3 (JKP-3), merupakan bagian dari ruas jalan
kolektor primer (JKP-3) Provinsi Bali terdiri atas:
(1) ruas Jalan Suraberata – Belatungan – Kemoning;
(2) ruas Jalan Batas Kediri – Belayu – Mengwi;
(3) ruas Jalan Kapten Tendean;
(4) ruas Jalan Raya Alas Kedaton – Batas Kediri;
(5) ruas Jalan Sp. Buruan – Batukaru;
(6) ruas Jalan Gunung Batur;
(7) ruas Jalan Gunung Agung;
(8) ruas Jalan Batukaru – Sp. Buruan;
(9) ruas Jalan Sp. Buruan – Senganan – Pacung;
(10) ruas Jalan Sp. Kerobokan – Munggu – Tanah Lot;
(11) ruas Jalan Belayu – TMP Margarana;
(12) ruas Jalan Sp. Petang – Batunya
c) Jaringan jalan kabupaten, meliputi:
(1) Jalan kolektor primer 4 (JKP-4)
Jalan Kolektror Primer 4 ditetapkan dengan kriteria:
 menghubungkan antar PPK, antar PPK dengan PPL dalam wilayah
Kabupaten;
 kecepatan rencana paling rendah 30 km/jam (tiga puluh
kilometer per jam);
 lebar badan jalan paling sedikit 7,5 m (tujuh koma lima meter);
 ruang pengawasan jalan paling sedikit 7 m (tujuh meter) dari tepi
badan jalan; dan
 jalan kolektor primer yang memasuki kawasan perdesaan tidak
boleh terputus.

II-49
LAPORAN AKHIR
Jalan kolektor primer 4 (JKP-4) merupakan jalan kolektor primer
yang tidak termasuk jalan nasional dan jalan provinsi.
(2) Jalan lokal primer
Jaringan jalan lokal primer ditetapkan dengan kriteria:
 menghubungkan antar PPK dengan pusat desa, antar PPL, antar
PPL dengan pusat desa, antar pusat-pusat desa dalam wilayah
kabupaten;
 kecepatan rencana paling rendah 20 km/jam (dua puluh)
kilometer per jam;
 lebar badan jalan paling sedikit 7,5 m (tujuh koma lima meter);
dan
 ruang pengawasan jalan paling sedikit 7 m (tujuh meter) dari tepi
badan jalan.
Jalan lokal primer merupakan jalan-jalan di luar jalan nasional, jalan
provinsi dan jalan kolektor primer 4 (JKP-4) menghubungkan ibukota
kabupaten dengan ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan
pusat desa, antar ibukota kecamatan, ibukota kecamatan dengan
pusat desa, dan antar desa. Berikut ialah daftar jalan lokal primer di
Kabupaten Tabanan:
Tabel 2. 4 Jalan Lokal Primer di Kabupaten Tabanan
Panjang
Fungsi dan Sistem
Nama Jalan Ruas Jalan Status Jalan
Jaringan Jalan
(km)
Jalan Belibis 0,144 Jalan Kabupaten Lokal Primer
Jalan BTN 0,724 Jalan Kabupaten Lokal Primer
Pandak
Jalan BTN 2,092 Jalan Kabupaten Lokal Primer
Tanah Bang
Jalan Cangkup 2,270 Jalan Kabupaten Lokal Primer
- Tegal Seka
Jalan 1,079 Jalan Kabupaten Lokal Primer
Komplek Batu
Sangiang
Jalan Kukuh - 1,159 Jalan Kabupaten Lokal Primer
Pekandelan
Jalan Lingkar 6,191 Jalan Kabupaten Lokal Primer
Pejaten
Jalan Lingkar 2,047 Jalan Kabupaten Lokal Primer
Puri
Kerambitan
Jalan 0,669 Jalan Kabupaten Lokal Primer
Margapati
Jalan 2,526 Jalan Kabupaten Lokal Primer
Margarana -
Tunjuk
Jalan Mutiara 0,356 Jalan Kabupaten Lokal Primer
Jalan Nakula 0,154 Jalan Kabupaten Lokal Primer
Jalan 9,691 Jalan Kabupaten Lokal Primer
Perumnas

II-50
LAPORAN AKHIR
Panjang
Fungsi dan Sistem
Nama Jalan Ruas Jalan Status Jalan
Jaringan Jalan
(km)
Bukit
Sanggulan
Indah
Jalan Rejasa - 4,409 Jalan Kabupaten Lokal Primer
Pesagi
Jalan Tanah 0,151 Jalan Kabupaten Lokal Primer
Lot - Ujung
Pura
Jalan 0,945 Jalan Kabupaten Lokal Primer
Terompang
Jl. Anyelir 1,380 Jalan Kabupaten Lokal Primer
Jl. Arjuna 0,139 Jalan Kabupaten Lokal Primer
Jl. Flamboyan 0,149 Jalan Kabupaten Lokal Primer
Jl. Kartini 2,803 Jalan Kabupaten Lokal Primer
(BTN Taman
Sekar)
Jl. Kutilang 0,111 Jalan Kabupaten Lokal Primer
Jl. LC. Kota 8,256 Jalan Kabupaten Lokal Primer
Pala
Jl. Perkutut 1,206 Jalan Kabupaten Lokal Primer
Jl. Punglor 0,785 Jalan Kabupaten Lokal Primer
(BTN Surya
Graha)
Jl. Sandat 0,489 Jalan Kabupaten Lokal Primer
Jl. Wibisana 0,072 Jalan Kabupaten Lokal Primer
Kaba-Kaba - 0,637 Jalan Kabupaten Lokal Primer
Batas Badung
Sp.Bs 1,403 Jalan Kabupaten Lokal Primer
Gadungan -
Gunung Salak
Sumber: Dinas PU Kabupaten Tabanan Tahun 2018

d) Rencana Pengembangan (pembangunan/peningkatan)


Jaringan Jalan
(1) Jalan Nasional
A. Jalan Arteri Primer
a. jalan alternatif/shortcut Yeh Nu; dan
b. jalan alternatif/shortcut Yeh Otan.
B. Jalan Kolektor Primer 1 (JKP-1)
a. jalan alternatif/shortcut Danau Beratan; dan
b. jalan Bedugul – Jatiluwih.
C. Jalan Tol
Terdapat rencana pengembangan jaringan jalan baru, yang terdiri
atas ruas:
a. Gilimanuk-Negara-Pekutatan-Soka-Mengwi; dan
b. Soka-Celukan Bawang.
(2) Jaringan Jalan Provinsi
A. Jalan Kolektor Primer 2 (JKP-2)

II-51
LAPORAN AKHIR
a. jalan Baturiti – Pelaga;
b. jalan Baturiti – Candikuning – Pancasari; dan
c. jalan Simpang Tamblingan – Simpang Pujungan.
B. Jalan Kolektor Primer 3 (JKP-3)
a. ruas Jalan Patung Jagung – Titigalar;
b. ruas Jalan Br. Tegeh – Baturiti; dan
c. ruas Jalan Tinungan –Angseri.
C. Jalan Strategis Provinsi
a. jalan Marga – Apuan
e) Rencana pengembangan jaringan jalan antar desa, kawasan
perkotaan dan kawasan perdesaan di seluruh wilayah Kabupaten
meliputi:
a. Jalan Tiying Gading - Pupuan Sawah - Munduk Malang - Rejasa;
b. Jalan Mekori (Belimbing) - Wongaya Gede;
c. Jalan pesisir pantai ruas Batutampih (Desa Pangkung Tibah) – Yeh
Gangga (Desa Sudimara) - Kelating - Pasut (Desa Beraban) – Soka
(Desa Antap);
d. Jalan Pandak Gede - Buwit - Kaba-kaba - Cepaka; dan
e. Jalan Mundeh Kangin - Angkah; dan
f. Jalan Belimbing - Jelijih - Mundeh Kangin.
f) Terminal penumpang
1) Terminal Tipe C
Terminal Tipe C ditetapkan dengan kriteria:
 Berada pada pusat kegiatan local (PKL);
 Terdapat pergerakan orang menurut asal tujuan antarkota dalam
provinsi; dan
 Dapat berada pada lokasi yang memungkinkan perpindahan moda
transportasi sesuai degnan kebutuhan.
Terminal Tipe C terdiri atas:
1. Terminal Pesiapan di Kecamatan Tabanan;
2. Terminal Kediri di Kecamatan Kediri; dan
3. Terminal Tuakilang di Kecamatan Tabanan.
2) Terminal Intermoda Angkutan Perdesaan
Angkutan Pedesaan adalah Angkutan dari satu tempat ke tempat lain
dalam satu daerah kabupaten yang tidak bersinggungan dengan
Trayek Angkutan perkotaan.
Terminal intermodal angkutan perdesaan ditetapkan dengan kriteria
yaitu berfungsi untuk menaikkan atau menurunkan penumpang
untuk angkutan perdesaan;
Terminal intermodal angkutan perdesaan terdiri atas:
1. Terminal Pupuan di Kecamatan Pupuan;
2. Terminal Baturiti di Kecamatan Baturiti;

II-52
LAPORAN AKHIR
3. Terminal Bajera di Kecamatan Selemadeg;
4. Terminal Penebel di Kecamatan Penebel; dan
5. Terminal Marga di Kecamatan Marga.
3) Rencana terminal khusus dalam bentuk sentral parkir di kawasan
pariwisata meliputi rencana terminal Tanah Lot di Kecamatan Kediri
4) Terminal penumpang dapat dikembangkan menjadi kawasan
berbasis TOD
g) Terminal barang
Terminal barang dikembangkan pada kawasan yang memiliki
aksesibilitas langsung ke jalan nasional dan/atau dapat bersatu dengan
terminal barang di kabupaten yang berbatasan setelah melalui kajian.
2) Sistem lalu lintas dan angkutan
jalan
Sistem lalu lintas dan angkutan jalan ditetapkan dalam rangka mewujudkan
pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan yang aman, selamat, tertib, lancar,
dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk mendorong perekonomian
wilayah dan kesejahteraan masyarakat, yang meliputi:
a) Lajur atau jalur atau jalan khusus angkutan massal meliputi:
1. Jaringan trayek angkutan penumpang meliputi:
(a) Trayek AKDP meliputi:
(1) trayek antar Terminal Tipe A di Bali yang melintasi wilayah;
(2) trayek angkutan umum Trans Sarbagita;
(3) trayek antar Terminal Tipe C dengan Terminal Tipe A
Mengwi (Kabupaten Badung);
(4) trayek antar Terminal Tipe C di wilayah Kabupaten Tabanan;
dan
(5) trayek antar Terminal Tipe C di wilayah Kabupaten Tabanan
dengan terminal Tipe B dan Terminal Tipe C wilayah
Kabupaten yang berbatasan.
(b) Trayek angkutan perkotaan meliputi:
(1) Kediri-Tabanan-Tuakilang-PP;
(2) Kediri-Tabanan-Pesiapan-PP;
(3) Pesiapan-Tabanan-Bongan-PP;
(4) Tabanan-Kediri-Mengwi-PP;
(5) Kediri-Pejaten-Tanah Lot-PP;
(6) Kediri-Pandak-Tanah Lot-PP;
(7) Tabanan-Pesiapan-Yeh Gangga-PP;
(8) Tabanan-Kukuh-Marga-PP;
(9) Tabanan-Buahan-Marga-PP;
(10) Pesiapan-Tabanan-Tuakilang-PP;
(11) Kaba kaba-Kediri-Tabanan-PP; dan

II-53
LAPORAN AKHIR
(12) Terminal Pesiapan - Terminal Mengwi (di wilayah
Kabupaten Badung dalam kerangka Kawasan Perkotaan
Sarbagita).
(c) Trayek angkutan perdesaan meliputi:
(1) Pesiapan-Kerambitan-PP;
(2) Tuakilang-Senganan-PP;
(3) Tuakilang-Penatahan-PP;
(4) Tuakilang-Penebel-PP;
(5) Tuakilang-Rejasa-PP;
(6) Tuakilang-Jatiluwih-PP;
(7) Pesiapan-Wangaya Gede-PP;
(8) Pesiapan-Timpag-PP;
(9) Marga-Senganan-Baturiti-PP;
(10) Bajera-Wanagiri-Saribuana-PP;
(11) Bajera-Belimbing-PP;
(12) Bajera-Angkah-Lumbung-Wanayu-PP;
(13) Bajera-Tegalmengkeb-PP; dan
(14) Bajera-Bebali-PP.
(d) Trayek angkutan sekolah meliputi:
(1) Penyalin-Pesiapan-Jambe-Tabanan;
(2) Penyalin-Perum Vista-Gerokgak-Tabanan;
(3) Sandan-Wanasari-Tabanan;
(4) Riang-Subamia-Tabanan;
(5) Tunjuk-Buahan-Denbantas-Tabanan;
(6) Nyitdah-Kediri-Tabanan;
(7) Pandak-Kediri-Tabanan;
(8) Beda-Wanasara-Bongan-Gerokgak-Tabanan;
(9) Bongan Kauh-Dukuh-Tegal-Tabanan;
(10) Yeh Gangga-Gubug-Pulau Nias-Tabanan;
(11) Dadakan-Taman Sekar-Kediri-Sanggulan-Tabanan;
(12) Blayu-Kukuh-Tanah Bang-TMP-Tabanan;
(13) Penebel-Tabanan;
(14) Beraban-Kediri-Abiantuwung-Kediri;
(15) Wanasari-Penebel;
(16) Jangkahan-Batuaji-SMPN 2 Kerambitan;
(17) Kutuh-SMPN 2 Kerambitan;
(18) Batuaji Kawan-SMPN 2 Kerambitan;
(19) Kesiut-Timpag-SMPN2 Kerambitan;
(20) Surajadi-SMPN2 Pupuan;
(21) Bangsing-SMPN 2 Pupuan;
(22) Pekilen-Selanbawak-SMPN 4 Marga;
(23) Padang Alin-Seribupati-SMPN 4 Marga;

II-54
LAPORAN AKHIR
(24) Basang Be-Ceking-Piyun-SMPN 2 Baturiti;
(25) Mandul-Blungan-SMPN 2 Baturiti;
(26) Temacun-Poyan-SMPN 2 Baturiti;
(27) Kukub-Selat-SMPN 2 Baturiti;
(28) Bunyuh – SMPN 2 Baturiti (Jalur Selatan);
(29) Bunyuh – SMPN 2 Baturiti (Jalur Timur);
(30) Punjuan - Palian – SMPN 2 Baturiti;
(31) Mekarsari – SMPN 2 Baturiti;
(32) Juwuk Legi – SMPN 1 Baturiti;
(33) Batunya – SMPN 1 Baturiti;
(34) Pekarangan – SMPN 1 Baturiti;
(35) Kembang Merta – SMPN 1 Baturiti;
(36) Batusesa – SMPN 1 Baturiti;
(37) Munduk Andong - Pacung – SMPN 1 Baturiti;
(38) Bangah - Pacung – SMPN 1 Baturiti;
(39) Peneng – SMPN 1 Baturiti;
(40) Poyan - Luwus – SMPN 1 Baturiti;
(41) Taman Tanda – SMPN 1 Baturiti;
(42) Candi Kuning – SMPN 1 Baturiti;
(43) Temacun - Tundak – SMPN 1 Baturiti;
(44) Sandan – SMPN 4 Baturiti;
(45) Bukit Catu – SMPN 4 Baturiti; dan
(46) Taman Tanda – SMPN 4 Baturiti
(e) Jaringan lintas angkutan barang diarahkan hanya melewati jalur
jalan bebas hambatan, jalan arteri primer dan jalan kolektor
primer (JKP-1) menuju ke Pelabuhan Penyeberangan Gilimanuk
di Kabupaten Jembrana dan Pelabuhan Padangbai di Kabupaten
Karangasem, Pelabuhan Benoa di Kota Denpasar dan Pelabuhan
Celukan Bawang di Kabupaten Buleleng, Bandar Udara Ngurah
Rai dan zona-zona peruntukan kegiatan industri.
b) Sentra parkir khusus berupa sentra parkir angkutan wisata, meliputi:
(a) sentral parkir Tanah Lot di Kecamatan Kediri;
(b) sentral parkir Bedugul di Kecamatan Baturiti;
(c) sentral parkir Pura Ulundanu Bedugul di Kecamatan Baturiti;
(d) sentral parkir Danau Beratan di Kecamatan Baturiti;
(e) sentral parkir Kebun Raya Bedugul di Kecamatan Baturiti;
(f) sentral parkir Sokaan di Kecamatan Selemadeg Barat; dan
(g) sentral parkir Alas Kedaton di Kecamatan Marga.
c) Fasilitas pendukung Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
3) Sistem jaringan kereta api
Sistem jaringan kereta api terdiri atas:
 Jaringan jalur kereta api

II-55
LAPORAN AKHIR
Jaringan jalur kereta api meliputi:
a. jaringan kereta api di dalam Kawasan Perkotaan Sarbagita
terintegrasi dengan simpul transportasi lainnya; dan
b. jaringan kereta api melingkar mengelilingi Pulau Bali; dan
c. rencana jaringan jalur kereta api ditetapkan setelah melalui kajian
sesuai ketentuan
 Stasiun kereta api
Stasiun kereta api mencakup stasiun penumpang, stasiun barang, dan
stasiun operasi yang ditetapkan setelah melalui kajian sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.

II-56
LAPORAN AKHIR
Gambar 2. 13 Peta Rencana Sistem Jaringan Transportasi
d. Rencana Sistem Jaringan Energi/Kelistrikan
Rencana pengembangan sistem jaringan energi diarahkan untuk:
1) penyediaan energi dan tenaga listrik untuk memenuhi kebutuhan dasar
masyarakat dan kegiatan perekonomian;
2) pelayanan secara merata ke seluruh wilayah dengan melakukan perluasan
jaringan distribusi dan penambahan kapasitas pembangkit tenaga listrik;
dan
3) pengembangan pembangkit tenaga listrik alternatif dari sumber energi
terbarukan, untuk menghemat penggunaan energi yang tidak terbarukan
dan mengurangi pencemaran lingkungan.
Dengan demikian rencana pengembangan sistem jaringan energi mencakup:
1) Jaringan infrastruktur minyak dan gas bumi
Jaringan pipa minyak dan gas bumi ditetapkan dengan kriteria:
a) pengembangan jaringan pipa minyak dan gas bumi di wilayah kabupaten
harus melalui kajian yang memenuhi kelayakan teknis, ekonomi dan
lingkungan;
b) terintegrasi dengan sumber penyimpanan minyak dan gas bumi terdekat
yang didistribusikan melalui sistem perpipaan tertutup; dan
c) berfungsi sebagai pendukung sistem pasokan energi wilayah.
Sistem jaringan pipa minyak dan gas bumi meliputi:
a) sistem jaringan LNG (liquid natural gas) dari depo gas terdekat yang
melayani wilayah kabupaten di Kecamatan Kediri; dan
b) rencana pengembangan interkoneksi jaringan energi pipa gas antar
Pulau Jawa-Bali meliputi wilayah Kecamatan Selemadeg Barat,
Kecamatan Selemadeg, Kecamatan Selemadeg Timur, Kecamatan
Kerambitan, Kecamatan Tabanan, dan Kecamatan Kediri.
2) Jaringan infrastruktur ketenagalistrikan.
Jaringan infrastruktur ketenagalistrikan ditetapkan dengan kriteria:
a) mendukung ketersediaan pasokan tenaga listrik untuk kepentingan
umum di seluruh wilayah kabupaten;
b) mendorong percepatan pembangunan pembangkit tenaga listrik
alternatif dengan energi terbarukan serta teknologi yang efesien energi;
c) berada pada kawasan dan/atau di luar kawasan yang memiliki potensi
sumber daya energi;
d) berada pada lokasi yang aman terhadap kegiatan masyarakat dengan
memperhatikan jarak bebas dan jarak aman; dan
e) pembangkit tenaga listrik yang menggunakan energi terbarukan,
batubara, dan gas yang dilakukan melalui kerja sama dengan
pengembang listrik swasta, dilaksanakan sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Jaringan infrastruktur ketenagalistrikan meliputi:
a) infrastruktur pembangkitan tenaga listrik dan sarana pendukungnya;
dan
b) infrastruktur penyaluran tenaga listrik dan sarana pendukungnya
Infrastruktur pembangkitan tenaga listrik dan sarana pendukungnya
meliputi:
a) pembangkit tenaga listrik yang telah ada yang berada di luar wilayah
Kabupaten Tabanan; dan
b) rencana pengembangan pembangkit tenaga listrik baru dari sumber
energi baru terbarukan (EBT) terdiri atas PLT Panas Bumi, PLT Mikro
Hidro, PLT Biomasa, PLT Bayu, PLT Surya, PLT Sampah, PLT Energi
Gelombang Laut dan PLT alternatif lainnya yang diarahkan untuk
menghemat penggunaan energi yang tidak terbarukan dan mengurangi
pencemaran lingkungan
Infrastruktur penyaluran tenaga listrik dan sarana pendukungnya
menggunakan sistem interkoneksi Jawa-Bali meliputi:
a) transmisi tenaga listrik Saluran Kabel Laut (SKLT) Jawa-Bali yang telah
ada;
b) transmisi tenaga listrik antarsistem meliputi:
c) rencana pengembangan transmisi tenaga listrik melalui Saluran Udara
Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 500 kV Gilimanuk-Antosari
(Ekstension); dan
d) jalur lintasan jaringan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT);
e) pengembangan jaringan transmisi 150 Kv mencakup:
 Kapal II/Tanah Lot-Inc (Antosari-Kapal);
 Antosari-Kapal;
 Baturiti-Payangan;
 Kapal-Baturiti;
 Pemaron–Baturiri; dan
 Antosari (Ekstension) – Inc. (Celukan Bawang PLTU-Kapal).
 Gardu Induk (GI) yang telah ada yaitu GI Antosari di Kecamatan
Selemadeg Barat yang terintegrasi dengan gardu induk lainnya di luar
wilayah Kabupaten;
f) rencana pengembangan GI mencakup:
 pengembangan GITET 500/150 kV di Antosari/ Gilimanuk;
 pengembangan Gardu Induk 500/20 kV di Baturiti, kapal II/Tanah
Lot, dan Antosari (Ekstention); dan
 pengembangan Gardu Induk 150 kV di Antosari.
 penghubung antar GI menggunakan Saluran Udara Tegangan Tinggi
(SUTT) 150 kV maupun Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) 150
kV baik yang telah ada maupun pengembangan baru untuk
menghubungkan antar GI pengembangan baru
 Rencana pengembangan sistem jaringan energi listrik di Kabupaten
Tabanan disajikan pada Gambar 2.14.

II-59
LAPORAN AKHIR
Gambar 2. 14 Peta Rencana Sistem Jaringan Energi

MATERI TEKNIS
DINAS PEKERJAAN UMUM, PENATAAN RUANG,
7-60
PERUMAHAN DAN KAWASAN PEMUKIMAN
e. Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi

Pengembangan sistem jaringan telekomunikasi diarahkan pada upaya


peningkatan pelayanan telekomunikasi secara memadai dan merata ke seluruh
wilayah kabupaten serta dapat melayani secara maksimal telekomunikasi
nasional dan internasional. Rencana sistem jaringan telekomunikasi meliputi:

1) Jaringan tetap meliputi jaringan lokal, jaringan


sambungan langsung jarak jauh dan jaringan sambungan internasional;

Kriteria pengembangan sistem jaringan tetap mencakup:

a) hubungan antar pusat perkotaan;

b) hubungan pusat perkotaan dengan pusat kegiatan di wilayah perdesaan;

c) dukungan terhadap pengembangan kawasan strategis; dan

d) dukungan terhadap kegiatan berskala provinsi maupun internasional.

Jaringan tetap meliputi:

a) STO Tabanan di Kecamatan Tabanan, STO Pupuan di Kecamatan Pupuan


dan STO Baturiti di Kecamatan Baturiti.

b) peningkatan dan pengembangan Sentral Telepon Digital (STD) yaitu STD


Tabanan, STD Baturiti dan STD Pupuan.

2) Jaringan bergerak meliputi jaringan terrestrial,


jaringan seluler dan jaringan satelit

Kriteria pengembangan sistem jaringan bergerak, mencakup:

a) ketersediaan orbit satelit yang telah terdaftar pada Perhimpunan


Telekomunikasi Internasional; dan

b) ketersediaan frekuensi radio yang telah terdaftar pada Perhimpunan


Telekomunikasi Internasional.

Jaringan bergerak dilayani dengan:

a) pengembangan jaringan terestrial sistem nirkabel, direncanakan


penataan lokasi menara telekomunikasi dan Base Transceiver Station
(BTS) terpadu untuk dimanfaatan secara bersama-sama antar operator
yang lokasinya ditetapkan dengan Peraturan Bupati;

b) menara telekomunikasi khusus seperti untuk keperluan meteorologi dan


geofisika, radio siaran, navigasi, penerbangan, pencarian dan
pertolongan kecelakaan, amatir radio, televisi, komunikasi antar

MATERI TEKNIS
penduduk dan keperluan transmisi jaringan telekomunikasi utama
(backbone) diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;

c) pemenuhan kebutuhan lalu lintas telekomunikasi selular nirkabel secara


optimal untuk seluruh operator baik GSM (global system for mobile
comunications) maupun CDMA (code division multiple access) yang
menjangkau seluruh wilayah; dan

d) jaringan satelit komunikasi dan stasiun bumi untuk melengkapi sistem


telekomunikasi jaringan bergerak.

3) Jaringan wifi ke seluruh wilayah kabupaten

Jaringan wifi ke seluruh wilayah kabupaten dikembangkan untuk


menyediakan akses internet yang menjangkau seluruh desa adat yang ada di
wilayah Kabupaten Tabanan

II-62
LAPORAN AKHIR
Gambar 2. 15 Peta Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi
f. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Sumber Daya Air

Pengembangan sistem jaringan sumber daya air meliputi: sumber air,


prasarana sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air.

1) Sumber Air
Sumber air meliputi:
a) Perlindungan kawasan resapan, tangkapan air dan alur sungai pada
seluruh Wilayah Sungai Bali - Penida yang merupakan wilayah
wilayah sungai merupakan bagian dari pengelolaan WS Bali-Penida
sebagai WS Strategis Nasional yang terdiri atas 40 (empat puluh satu)
Daerah Aliran Sungai (DAS) meliputi:

 DAS lintas wilayah kabupaten/kota mencakup DAS Tukad Penet


pada wilayah Kabupaten Tabanan dan Kabupaten Badung dan
DAS Tukad Yeh Leh pada wilayah Kabupaten Tabanan, Kabupaten
Buleleng dan Kabupaten Jembrana.

 DAS dalam wilayah mencakup DAS Saba, DAS Penarukan, DAS


Ayung, DAS Tantangan, DAS Payung, DAS Yeh Kutikan, DAS
Kedungu, DAS Keputungan, DAS Yeh Empas, DAS Celukapuh, DAS
Yeh Abe, DAS Labah, DAS Yeh Lating, DAS Lipah, DAS Peninjauan,
DAS Yeh Ho, DAS Timus, DAS Nyukeh, DAS Yeh Matan, DAS Celagi,
DAS Yeh Otan, DAS Meluang, DAS Payan, DAS Batulumbang, DAS
Putek, DAS Ibus, DAS Bonian, DAS Tireman, DAS Pedungan, DAS
Balian, DAS Petengahan, DAS Mekayu, DAS Bakung, DAS Meceti,
DAS Bukbasang, DAS Selabih, DAS Kuning, dan DAS Pangkung Jaka
b) Perlindungan, pemeliharaan dan pelestarian ekosistem danau
meliputi Danau Beratan di Kecamatan Baturiti merupakan danau
alam sebagai sumber air permukaan dengan luas perairan kurang
lebih 386,07 ha (tiga ratus delapan puluh enam koma nol tujuh
hektar);
c) Perlindungan mata air dan kawasan sekitar mata air;
d) Pemeliharaan cekungan air tanah (CAT) meliputi sebagian CAT
Denpasar-Tabanan yang merupakan CAT lintas kabupaten antara
Kecamatan Kuta Kabupaten Badung dengan Kecamatan Kediri
Kabupaten Tabanan;
e) Pengendalian pemanfaatan air tanah; dan
f) Konservasi sumber daya air dilaksanakan secara vegetatif dan/atau
sipil teknis melalui pendekatan sosial, ekonomi dan budaya.

2) Prasarana Sumber Daya Air

Prasarana sumber daya air meliputi:


a) Sistem jaringan irigasi

Jaringan irigasi dilayani oleh 158 (seratus lima puluh delapan)


Daerah Irigasi (DI) dengan luas 18.983,24 ha (delapan belas ribu
sembilan ratus delapan puluh tiga koma dua empat hektar) meliputi:

 DI kewenangan pemerintah pusat yang meliputi 5 (lima) DI


dengan luas 8.336,28 ha (delapan ribu tiga ratus tiga puluh enam
koma dua delapan hektar), terdiri atas:

- DI Ayung seluas 0,04 ha (nol koma nol empat hektar);


- DI Penet seluas 944,96 ha (sembilan ratus empat puluh empat
koma sembilan enam hektar);
- DI Saba seluas 3,24 ha (tiga koma dua empat hektar);
- DI Sungi seluas 1.866,57 ha (seribu delapan ratus enam puluh
enam koma lima tujuh hektar); dan
- DI Yeh Hoo seluas 5.521,47 ha (lima ribu lima ratus dua puluh
satu koma empat tujuh hektar).

 DI kewenangan pemerintah Provinsi Bali meliputi 2 (dua) DI


dengan luas 190,66 ha (seratus sembilan puluh koma enam enam
hektar), terdiri atas:

- DI Yeh Leh seluas 22,35 ha (dua puluh dua koma tiga lima
hektar); dan

- DI Balian seluas 168,31 ha (seratus enam puluh delapan koma


tiga satu hektar).

 DI kewenangan pemerintah kabupaten meliputi 151 (seratus lima


puluh satu) DI dengan luas 10.456,30 ha (sepuluh ribu empat
ratus lima puluh enam koma tiga nol hektar), tersebar di seluruh
wilayah kabupaten

b) Jaringan pengelolaan air baku untuk air bersih

Prasarana Jaringan Air Baku meliputi:

 Pemeliharaan dan peningkatan pelayanan waduk meliputi Waduk


Telaga Tunjung di Kecamatan Kerambitan untuk mendukung
ketersediaan air baku untuk irigasi dan air minum dengan luas
kurang lebih 11,79 ha (sebelas koma tujuh sembilan hektar); dan

 Rencana pembangunan bendungan/waduk/embung meliputi


Bendungan Lambuk, Embung Antapan, Embung Sanda, dan

II-65
LAPORAN AKHIR
bendungan/waduk/embung lainnya setelah melalui kajian.

c) Sistem prasarana pengendalian daya rusak air

Pengendalian daya rusak air dilakukan pada alur sungai, danau,


waduk dan pantai, diselenggarakan melalui:

 Sistem drainase perkotaan

- Pemeliharaan sistem pembuangan utama, mencakup:

 wilayah Kota Tabanan - Kediri, terdiri


atas Tukad Sungi, Tukad Kutikan, Tukad Yeh Empas, dan
Tukad Yeh Abe;

 wilayah barat Kota Tabanan, terdiri atas


Tukad Yeh Abe, Tukad Yeh Lating, Tukad Yeh Ho, Tukad
Yeh Matan, Tukad Otan, Tukad Payan – Tukad Meluang,
Tukad Tireman – Tukad Batulumbung, dan Tukad Balian;

 wilayah Kota Kecamatan Pupuan,


mencakup Tukad Saba, Tukad Yeh Kilung, dan Tukad Yeh
Ha;

 wilayah Kota Kecamatan Penebel, terdiri


atas Tukad Yeh Ho, Tukad Yeh Basur (anak sungai Tukad
Enu), dan Tukad Yeh Empas;

 wilayah Kota Kecamatan Marga terdiri


atas Tukad Sungi (saluran pembuang Tukad Yeh Ge dan
Tukad Yeh Apuh) dan Tukad Panahan (sungai utama Tukad
Empas); dan

 wilayah Kota Kecamatan Baturiti terdiri


atas Tukad Penet dan Tukad Sungi.

- Pemeliharaan saluran pembuangan sekunder dan tersier; dan

- Pengembangan masterplan sistem drainase perkotaan.

 Sistem pengendalian banjir

- Pembangunan, rehabilitasi serta operasi dan pemeliharaan


bangunan-bangunan pengendali banjir, normalisasi sungai
didukung oleh upaya-upaya non struktural seperti sistem
peringatan dini dan pemetaan kawasan rawan banjir; dan

II-66
LAPORAN AKHIR
- Pengendalian terhadap luapan air pada sungai utama,
meliputi:

 Pangkung Akah (continue);

 Pangkung Bungbung (continue);

 Pangkung Jaka (intermitten);

 Pangkung Keputungan (continue);

 Pangkung Kuning (intermitten);

 Pangkung Lebah (continue);

 Pangkung Lipah (continue);

 Pangkung Nyukeh (continue);

 Pangkung Peninjauan (continue);

 Tukad Bonian (continue);

 Tukad Bukbasang (continue);

 Tukad Celagi (continue);

 Tukad Celukapuh (continue);

 Tukad Ibus (continue);

 Tukad Meceti (continue);

 Tukad Mekayu (continue);

 Tukad Meluang (continue);

 Tukad Payan (continue);

 Tukad Payung (continue);

 Tukad Pedungan (continue);

 Tukad Petengahan (continue);

 Tukad Putek (continue);

 Tukad Saba (continue);

 Tukad Selabih (continue);

II-67
LAPORAN AKHIR
 Tukad Tantangan (continue);

 Tukad Tireman (continue);

 Tukad Yeh Abe (continue);

 Tukad Yeh Empas (continue);

 Tukad Yeh Ho (continue);

 Tukad Yeh Kutikan (continue);

 Tukad Yeh Lating (continue);

 Tukad Yeh Leh (continue);

 Tukad Yeh Otan (continue);

 Tukad Yeh Penet (continue);

 Tukad Matan (continue);

 Tukad Batulumbang (continue);

 Tukad Bakung (continue); dan

 Tukad Balian (continue).

 Sistem pengamanan abrasi pantai

Sistem pengamanan abrasi pantai dilaksanakan di seluruh pantai


sepanjang kurang lebih 32,99 km (tiga puluh dua koma sembilan
sembilan kilometer) meliputi:

- Sistem pengaman pantai melalui pengurangan laju transport


sedimen pantai;

- Perluasan bangunan pengamanan pantai di sepanjang pantai


Kabupaten Tabanan yang belum tertangani; dan

- Pemeliharaan bangunan pengamanan pantai yang telah ada.

II-68
LAPORAN AKHIR
Gambar 2. 16 Peta Rencana Jaringan Sumber Daya Air

MATERI TEKNIS
69
g. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Pengelolaan Lingkungan
Pengurangan sampah ditetapkan dengan kriteria:

1) pembatasan timbulan sampah (reduse) dengan kriteria:

a) pengurangan timbulan sampah mulai dari sumbernya;

b) tersedia sekurang-kurangnya 2 (dua) buah pewadahan sampah


setiap rumah untuk sampah organik dan sampah anorganik; dan

c) terpasang sekurang-kurangnya 2 (dua) buah alat pengomposan per


rumah.

2) pendauran ulang sampah (reuse) dengan kriteria:

1) diarahkan untuk perkuatan jaringan konsumen, pemulung,


lapak dan industri daur ulang; dan

2) mampu mengurangi volume sampah yang dibuang ke Tempat


Penampungan Sementara (TPS) dan Tempat Pemrosesan Akhir
(TPA).

3) pemanfaatan kembali sampah (recycle) dengan kriteria:

1) pemanfaatan kembali sampah menjadi produk yang bernilai


guna; dan

2) membuka peluang usaha dan peluang kerja.

Penanganan sampah ditetapkan dengan kriteria:

1) pemilahan sampah antara sampah organik dan non organik dimulai dari
sumber timbulan sampah dengan menyediakan sekurang-kurangnya 2
(dua) pewadahan per rumah;

2) pengumpulan sampah dengan kriteria:

a) sampah dari sumber timbulan sampah dikumpulkan pada


tempat yang bahan rapat air dan tidak diijinkan membuang sampah
pada tempat terbuka;

b) sampah dikumpulkan pada TPS atau kontainer sampah yang


telah ditentukan, mudah dicapai oleh petugas kebersihan dan tidak
mengganggu lalu lintas;

70

MATERI TEKNIS
c) pengumpulan sampah harus dilakukan secepat mungkin dan
menjangkau seluruh kawasan perkotaan termasuk kawasan
permukiman, niaga, fasilitas umum dan tempat-tempat wisata sesuai
waktu yang telah ditentukan; dan

d) sampah yang terkumpul pada TPS diangkut ke TPA dalam


waktu kurang dari 24 (dua puluh empat) jam.

3) pengangkutan sampah dengan kriteria:

a) pengangkutan sampah menggunakan sarana angkut yang


disesuaikan dengan volume sampah, jenis sampah dan akses menuju
tempat pengumpulan sampah;

b) sarana pengangkutan sampah memenuhi standar keamanan,


kebersihan dan estitika;

c) pengangkutan sampah dilakukan pada rute dan waktu yang


telah ditentukan sebanyak-banyaknya 2 (dua) rit dalam sehari guna
menghindari kemacetan lalulintas; dan

d) pengangkutan dan penanganan akhir sampah B3 dilakukan


secara terpisah.

4) pengolahan sampah dengan kriteria:

a) pengolahan sampah dilakukan mulai dari sumber timbulan sampah


perumahan dan sampah non perumahan, TPS dan di TPA;

b) pengolahan sampah disumber timbulan dilakukan dengan teknologi


yang ramah lingkungan, biaya investasi terjangkau dan bernilai guna;

c) pengolahan sampah di TPS dan TPA menggunakan metode yang


sesuai dengan kondisi lingkungan setempat, efisien dan efektif; dan

d) pengolahan sampah harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku


mengenai tata cara teknik pengelolaan sampah perkotaan dan
peraturan mengenai tata cara pengelolaan sampah di pemukiman.

5) pemrosesan akhir sampah dengan kriteria:

a) dilakukan di TPA dengan metode yang sesuai dengan ketersediaan


sumberdaya dan kapasitas TPA;

b) sampah organik seperti sampah sisa sayuran, sisa makanan, kulit


buah-buahan dan daun-daunan diproses menjadi kompos atau
produk lainnya yang bernilai guna;

71
c) sampah anorganik yang tidak bisa didaur ulang seperti kaca,
keramik, porcelain dan sejenisnya dapat ditimbun di TPA;

d) sampah anorganik yang bisa didaur ulang seperti plastik, kertas,


botol platik dan sejenisnya diarahkan ke fasilitas pengepakan; dan

e) sampah bahan bahaya dan beracun (B3) dan sampah spesifik


lainnya diproses menggunakan teknologi yang aman dan ramah
lingkungan.

Sarana dan prasarana persampahan ditetapkan dengan kriteria:

1) sarana dan prasarana sampah lingkungan dan kawasan dengan


kriteria:

a) tersedia fasilitas pemilahan untuk meningkatkan peran serta


masyarakat dalam penanganan sampah serta peningkatan efektivitas
program 3R (reuse, reduce, recycle);

b) mudah dijangkau oleh angkutan sampah;

c) memperhatikan aspek estetika dan arsitektur lingkungan/kawasan;

d) memperhitungkan volume sampah dan jangkauan pelayanan;

e) mencegah perembesan air lindi ke dalam air tanah, mata air dan
badan air;

f) mengendalikan dampak akibat bau, lalat, tikus dan serangga


lainnya; dan

g) memperhitungkan dampak kesehatan terhadap lingkungan sekitar.

2) sarana dan prasarana tempat penampungan sementara (TPS),


dengan kriteria:

a) melibatkan peran masyarakat terutama dalam pemilihan lokasi dan


penyediaan lahan di dekat/sekitar masyarakat yang dilayani;

b) tidak berada pada lahan RTH atau sempadan badan air;

c) memperhatikan aspek lingkungan dan estetika;

d) memperhitungkan volume sampah dan jangkauan pelayanan;

e) mudah dijangkau kendaraan angkutan sampah;

f) berada pada lokasi yang aman terhadap kegiatan lain dengan


memperhatikan jarak bebas dan jarak aman;

72
g) mencegah perembesan air lindi ke dalam air tanah, mata air dan
badan air;

h) memperhitungkan dampak kesehatan terhadap lingkungan sekitar;


dan

i) mengendalikan dampak akibat bau, lalat, tikus dan serangga lainnya;

3) sarana dan prasarana tempat pemrosesan akhir (TPA) dengan


kriteria:

a) memiliki jarak minimal tertentu dengan sumber air baku;

b) memiliki kajian analisis mengenai dampak lingkungan;

c) mendapat persetujuan masyarakat;

d) memiliki zona penyangga dari titik terluar TPA baik untuk TPA yang
telah ada maupun pengembangan TPA baru;

e) memiliki pengelolaan sampah yang mampu meningkatkan nilai


ekonomis sampah dengan menggunakan metode dan teknik ramah
lingkungan;dan

f) minimal menggunakan metode lahan urug terkendali (controlled


landfill).

4) Pengolahan air limbah ditetapkan dengan kriteria :

a) pelayanan minimal sistem pembuangan air limbah berupa unit


pengolahan kotoran manusia/tinja dilakukan dengan menggunakan
sistem setempat atau sistem terpusat agar tidak mencemari daerah
tangkapan air/resapan air baku serta jarak yang aman dari sumber
air baku;

b) sistem pembuangan air limbah terpusat diperuntukkan bagi kawasan


padat penduduk dengan memperhatikan kondisi daya dukung lahan
dan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) serta mempertimbangkan
kondisi sosial ekonomi masyarakat;

c) kualitas hasil pengolahan air limbah yang berbentuk cairan wajib


memperhatikan standar baku mutu air buangan dan baku mutu
sumber air baku yang mencakup syarat fisik, kimia dan bakteriologi
sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

d) hasil pengolahan air limbah yang berbentuk padatan dan sudah tidak
dapat dimanfaatkan kembali wajib diolah sesuai dengan peraturan

73
perundang-undangan yang berlaku sehingga tidak membahayakan
manusia dan lingkungan;

e) pemantauan kualitas dan kuantitas hasil pengolahan air limbah wajib


dilakukan secara rutin dan berkala sesuai dengan standar yang
ditetapkan;

f) pemilihan lokasi instalasi pengolahan air limbah harus


memperhatikan aspek teknis, lingkungan, sosial budaya masyarakat
setempat serta dilengkapi dengan zona penyangga; dan

g) lokasi pembuangan akhir hasil pengolahan air limbah yang berbentuk


cairan, wajib memperhatikan faktor keamanan, pengaliran sumber
air baku dan daerah terbuka.

Rencana sistem jaringan prasarana pengelolaan lingkungan terdiri atas:

a. sistem penyediaan air minum (SPAM);

b. sistem pengelolaan air limbah (SPAL);

c. sistem pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3);

d. sistem jaringan persampahan wilayah;

e. sistem jaringan drainase; dan

f. sistem jaringan evakuasi bencana;

a) Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM);

Sistem penyediaan air ninun (SPAM) meliputi pemanfaatan air permukaan, mata
air (MA) dan air tanah sebagai sumber air baku untuk air minum terdiri atas:

1) bagian dari SPAM Sarbagitaku merupakan kerangka kerja sama pengelolaan


air baku dan air minum secara terpadu lintas wilayah di Kawasan Bali Selatan
yang juga melayani sebagian wilayah Kabupaten, pada pemanfaatan Sistem
Barat atau Sistem Penet;

2) Jaringan perpipaan yang meliputi:

(a) SPAM Kawasan Perkotaan Tabanan di Kecamatan Tabanan dan


Kecamatan Kediri;

(b) SPAM Kawasan Perkotaan Lalanglinggah di Kecamatan Selemadeg Barat;

(c) SPAM Kawasan Perkotaan Bajera di Kecamatan Selemadeg;

(d) SPAM Kawasan Perkotaan Sembunggede di Kecamatan Kerambitan;

74
(e) SPAM Kawasan Perkotaan Marga di Kecamatan Marga;

(f) SPAM Kawasan Perkotaan Baturuti di Kecamatan Baturiti;

(g) SPAM Kawasan Perkotaan Penebel di Kecamatan Penebel;

(h) SPAM Kawasan Perkotaan Pupuan di Kecamatan Pupuan;

(i) SPAM Kawasan Perkotaan Candikuning di Kecamatan Baturiti; dan

(j) SPAM Kawasan Perkotaan Kerambitan di Kecamatan Kerambitan.

3) Bukan jaringan perpipaan meliputi:

(a) sumur dangkal di Kecamatan Kediri, Kecamatan Selemadeg, Kecamatan


Selemadeg Barat dan Kecamatan Pupuan;

(b) sumur pompa yang tersebar di seluruh kecamatan wilayah kabupaten;

(c) bak penampungan air hujan yang tersebar di seluruh kecamatan wilayah
kabupaten;

(d) terminal air berupa Instalasi Pengolahan Air minum (IPA) meliputi:

i. IPA Nyambu di Kecamatan Kediri;


ii. IPA Tukad Sungi di Kecamatan Kediri;
iii. IPA Tukad Otan di Kecamatan Selemadeg;
iv. IPA Lalanglinggah di Kecamatan Selemadeg Barat;
v. IPA Telaga Tunjung di Kecamatan Kerambitan;
vi. IPA Guniang di Kecamatan Selemadeg;
vii. IPA Nyanyi di Kecamatan Kediri; dan
viii. IPA Tukad Balian di Kecamatan Selemadeg Barat.
(e) Bangunan penangkap mata air di Kecamatan Marga, Kecamatan Penebel,
Kecamatan Baturiti, Kecamatan Selemadeg dan Kecamatan Selemadeg
Barat

4) jaringan perpipaan dan bukan perpipaan terdapat di kawasan perdesaan


meliputi:

(a) SPAM Kawasan perdesaan Kecamatan Tabanan;

(b) SPAM Kawasan perdesaan Kecamatan Kerambitan;

(c) SPAM Kawasan perdesaan Kecamatan Kediri;

(d) SPAM Kawasan perdesaan Kecamatan Baturiti;

(e) SPAM Kawasan perdesaan Kecamatan Penebel;

(f) SPAM Kawasan perdesaan Kecamatan Marga;

75
(g) SPAM Kawasan perdesaan Kecamatan Pupuan;

(h) SPAM Kawasan perdesaan Kecamatan Selemadeg Barat;

(i) SPAM Kawasan perdesaan Kecamatan Selemadeg; dan

(j) SPAM Kawasan perdesaan Kecamatan Selemadeg Timur.

5) sumber-sumber mata air (MA) dan air tanah di Kabupaten Tabanan untuk
penyediaan air baku untuk air minum baik SPAM kawasan perkotaan maupun
SPAM kawasan perdesaan meliputi:

(a) MA Gembrong, MA Riang Gede, dan MA Katos di Kecamatan Penebel;

(b) MA Bijidukuh di Kecamatan Selemadeg Barat;

(c) MA Tista, dan MA Telepud di Kecamatan Selemadeg Timur;

(d) MA Pakung Kidang, MA Arca, dan MA Kikian di Kecamatan Selemadeg;

(e) MA Kesiut dan Krotok, MA Pancoran Panas, dan MA Tibu Ranjang di


Kecamatan Kerambitan;

(f) MA Mekori, MA Beji Pujungan, dan MA Tibu Dalem Kecamatan Pupuan;

(g) MA Gangsang, MA Dedari, dan MA Metaum di Kecamatan Marga; dan

(h) MA Kacagan 1, MA Kacagan 2, SB Candikuning, MA Temacun, MA Tasakan,


dan MA Krobokan di Kecamatan Baturiti.

b) Sistem Pengolahan Air Limbah (SPAL)

Sistem pengolahan air limbah (SPAL) terdiri atas:

a. sistem pengolahan air limbah setempat (on site) dilakukan secara individual
dengan penyediaan bak pengolahan air limbah atau tangki septik, tersebar di
seluruh wilayah;

b. sistem pengolahan air limbah terpusat (off site) dengan sistem perpipaan
meliputi:

1. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Tabanan melayani Kawasan


Perkotaan Tabanan;

2. Rencana IPAL Soka melayani Kawasan Efektif KSPD Soka;

3. Rencana IPAL Bedugul melayani Kawasan Efektif KSPDK Bedugul; dan

4. Rencana IPAL Tanah Lot melayani Efektif KSPD Tanah Lot.

76
c. Pengembangan jaringan air limbah komunal di kawasan-kawasan padat
permukiman.

c) Sistem Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

Sistem Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) diarahkan pada:

a. pengembangan tempat pengelolaan limbah B3 terpadu, lintas/kabupaten


mengacu kepada ketentuan peraturan perundang-undangan;

b. menyelenggarakan koordinasi, pembinaan, pengawasan kinerja dalam


pengelolaan limbah B3 di kabupaten

4) Sistem Jaringan Persampahan Wilayah

Sistem jaringan persampajan wilayah meliputi:

(a) Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS) yang tersebar di masing-


masing desa setiap kecamatan pada seluruh wilayah kabupaten;

(b) Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah meliputi;

1. TPA Suwung yang berada di wilayah Kota Denpasar sebagai kerangka


kerjasama Kawasan Perkotaan Sarbagita; dan

2. Peningkatan kualitas pelayanan TPA Mandung di Kecamatan


Kerambitan dengan luas lahan kurang lebih 5,0 (lima) hektar atau
0,01% (nol koma nol satu) persen dari luas wilayah kabupaten

(c) Sistem persampahan wilayah ditetapkan melalui kebijakan dan strategi


pengelolaan sampah yang meliputi:

(1) penanganan sampah melalui pemilahan, pengumpulan, pengangkutan,


pengolahan, dan pemrosesan akhir;
(2) peningkatan sarana pengolahan sampah setempat;
(3) peningkatan kegiatan pengurangan sampah meliputi pembatasan
timbulan sampah (reduce), pendauran ulang sampah (recycle),
dan/atau pemanfaatan kembali sampah (reuse); dan
(4) pembatasan timbulan sampah plastik sekali pakai.

5) Sistem Jaringan Evakuasi Bencana.

Jalur evakuasi bencana meliputi (Tabel 7.2):


1) jalur-jalur jalan yang posisinya berlawanan dengan arah datangnya bencana
digunakan sebagai jalur penyelamatan bila terjadi bencana tanah longsor,
bencana gerakan tanah, gempa bumi, gelombang pasang, tsunami, banjir
menuju ke tempat yang lebih aman, yang dipergunakan sebagai ruang
evakuasi bencana;

77
2) jalur-jalur jalan evakuasi bencana meliputi:

(a) jalur-jalur jalan menuju lapangan olah raga terbuka di tiap kawasan
perkotaan dan di tiap kawasan perdesaan;

(b) jalur jalan menuju pelataran terminal;

(c) jalur-jalur jalan menuju gedung olah raga atau gedung serbaguna di tiap
kawasan perkotaan dan di tiap kawasan perdesaan; dan

(d) jalur-jalur jalan menuju ke rumah sakit terdekat atau rumah sakit rujukan.

Ruang evakuasi bencana lokasinya tersebar di seluruh kecamatan di wilayah


kabupaten, meliputi:

1. lapangan olah raga terbuka;


2. taman kota;
3. hutan kota;
4. pelataran terminal;
5. pelataran parkir;
6. gedung olah raga atau ruang serbaguna; dan
7. pelataran bangunan umum lainnya

6) Sistem Jaringan Drainase

Sistem drainase meliputi:

1) sistem jaringan drainase didasarkan atas kesatuan sistem dan sub sistem tata
air meliputi jaringan primer berupa sungai/tukad utama, jaringan sekunder
berupa parit atau saluran-saluran yang ada di tepi jalan dan jaringan tersier
berupa saluran-saluran kecil yang masuk pada kawasan perumahan;

2) sistem jaringan drainase terpadu antara sistem makro dengan sistem mikro
mengikuti sistem jaringan yang ada dan daerah tangkapan air hujan
(catchment area);

3) sistem polder dilengkapi sistem pengendali dan pompa;

4) sistem pembuangan air hujan yang terintegrasi mulai dari lingkungan


perumahan sampai saluran drainase primer yang dilengkapi bangunan
pengontrol genangan, bak penampung sedimen; dan

5) jaringan drainase dengan jaringan irigasi dan jaringan air limbah.

78
Tabel 2. 5 Jalur Evakuasi Bencana di Kabupaten Tabanan
No Kecamatan Lokasi Jalur Evakuasi Tempat Evakuasi
1 Kediri Pantai Nyanyi Desa Buwit-Kaba-kaba-Nyambu- Abian tuwung - Kediri Lapangan Kediri
    Pantai Tanah Lot Braban-Pandak Gede-Pandak Bandung-kediri Univ. Tabanan
    Pantai Kedunggu Belalang/Pangkungtibah-Bengkel-Pejaten-Kediri Rumah Sakit Umum Nyitdah
2 Tabanan Pantai Yeh Gangga Sudimara-Gubug-Tabanan Lap. Kancil Desa Gubug
        Lap. Debes
        Lap. Alit Saputra
        Lap. Wagimin
        Ruang terbuka Kota Tabanan
        BRSUD Tabanan
3 Kerambitan Pantai Kelating Penarukan-Kerambitan-Sembung Gede Balai serbaguna Sembung Gede
    Pantai Pasut Tibubiyu-Blumbang-Tista-Kerambitan Lap. Olah Raga Sembung Gede
        Puskesmas, BRSUD Tabanan
4 Selemadeg Pantai Kelecung Beraban-Tangguntiti-Bantas Lapangan Olah raga depan kantor
Timur Desa Tegal Mengkeb

      Puskesmas, BRSUD Tabanan

5 Selemadeg Pantai Antap (Bulungdaya) Antap-Antasari-Bajra Lapangan Olah Raga Desa Bajera
    Pantai Soka Antap-Antasari-Tiying Gading Kantor Camat Selemadeg
      Areal Parkir SMA 1 Bajera
        Puskesmas
6 Selemadeg Pantai Batulumbang Br. Bengkel - angkah - Lumbung SDN Lumbung
Barat
    Pantai Suwangaluh Bonian Ds. Lalanglinggah - Tireman- Lumbung Pengereregan SDN Lumbung Pengereregan
    Pantai lalanglinggah Ds. Lalanglinggah - Mundeh Kauh SDN Mundeh Kauh
    Pantai Selabih Ds. Lalanglinggah -Yeh Bakung - Bukit Rangda  
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2018

MATERI TEKNIS
79
Gambar 2. 17 Peta Rencana Jaringan Prasarana Lainnya Lintas Kabupaten/Kota

MATERI TEKNIS
80
Gambar 2. 18 Peta Rencana Struktur Ruang

MATERI TEKNIS
DINAS PEKERJAAN UMUM, PENATAAN RUANG,
7-81
PERUMAHAN DAN KAWASAN PEMUKIMAN
2. Rencana Pola Ruang

Rencana pola ruang wilayah merupakan rencana distribusi peruntukan ruang


dalam wilayah kabupaten Tabanan yang meliputi rencana peruntukan ruang
untuk fungsi lindung dan fungsi budidaya. Rencana pola ruang wilayah
berfungsi:

a. sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan
kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kabupaten;

b. mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang;

c. sebagai dasar penyusunan indikasi program pembangunan; dan

d. sebagai dasar pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah kabupaten.

Rencana pola ruang wilayah dirumuskan berdasarkan:

a. kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten;

b. daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah kabupaten;

c. kebutuhan ruang untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi dan


lingkungan; dan

d. ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.

Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Tabanan merujuk pada rencana pola
ruang yang ditetapkan dalam RTRWN, RTRWP Bali, serta diserasikan dengan
RTRW Kabupaten/Kota yang berbatasan yang terdiri dari:

A. Kawasan Peruntukkan Lindung

Kawasan Peruntukkan Lindung di Kabupaten Tabanan meliputi :


a. Kawasan Yang
Memberikan Perlindungan Kawasan Bawahannya;
b. Kawasan
Perlindungan Setempat;dan
c. Kawasan
Konservasi.

B. Kawasan Peruntukkan Budidaya

Kawasan Peruntukkan Budi Daya di Kabupaten Tabanan meliputi:

a. Kawasan Hutan Rakyat;

b. Kawasan Pertanian;

c. Kawasan Perikanan;

d. Kawasan Pertambangan dan Energi;

e. Kawasan Industri;

82
f. Kawasan Pariwisata;

g. Kawasan Permukiman;dan

h. Kawasan Pertahanan Dan Keamanan.

Rencana pengembangan kawasan lindung seluas 11.329,50 ha (sebelas ribu


tiga ratus dua puluh Sembilan koma lima nol hektar) atau kurang lebih
13,33% (tiga belas koma tiga tiga persen) dari luas wilayah kabupaten.

Rencana pengembangan kawasan budi daya seluas 73.640,63 ha (tujuh puluh


tiga ribu enam ratus empat puluh koma enam tiga hektar) atau kurang lebih
86,67% (delapan puluh enam koma enam tujuh persen) dari luas wilayah
kabupaten.

1) Kawasan Lindung

Kawasan lindung di Kabupaten Tabanan adalah kawasan yang secara ekologis


merupakan satu ekosistem yang memberikan pelindungan terhadap kawasan
bawahannya di wilayah kabupaten Tabanan, atau kawasan-kawasan lindung lain
yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan pengelolaannya
merupakan koordinasi kewenangan pemerintah, pemerintah provinsi dan
pemerintah kabupaten.

Pengelolaan kawasan lindung bertujuan untuk mencegah timbulnya kerusakan


fungsi lingkungan hidup dalam rangka meningkatkan fungsi lindung terhadap
tanah, air, iklim, tumbuhan dan satwa, serta nilai sejarah budaya dan bangsa serta
mempertahankan keanekaragaman hayati, satwa, tipe ekosistem dan keunikan
alam.

Pemantapan kawasan lindung menjadi titik tolak bagi pengembangan Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Tabanan yang berlandaskan kepada prinsip pembangunan
berkelanjutan. Setelah kawasan lindung ditetapkan sebagai limitasi bagi
pengembangan wilayah, selanjutnya dapat ditentukan arahan pengembangan
kawasan budidaya.
Tabel 2. 6 Rencana Pola Ruang Wilayah

Luas Peruntukkan
No. Jenis Peruntukkan
Luas (ha) (%)

I Kawasan Peruntukkan Lindung    

Kawasan Perlindungan Terhadap Kawasan


1
Bawahannya    

a Hutan Lindung 8.918,79 10,50

  b Kawasan Resapan Air 0 0

2 Kawasan Perlindungan Setempat    

83
Luas Peruntukkan
No. Jenis Peruntukkan
Luas (ha) (%)

a Sempadan Pantai 335,04 0,39

  b Sempadan Sungai 348,14 0,41

c Sempadan Danau/Waduk 35,04 0,04

  d Ruang Terbuka Hijau 29,93 0,04

3 Kawasan Konservasi   0,00

Kawasan Suaka Alam (KSA) yaitu Cagar


a 723,30 0,85
Alam

Kawasan Pelestarian Alam (KPA) yaitu


b 375,68 0,44
Taman Wisata Alam

  c Kawasan Cagar Budaya 0 0

d Kebun Raya di Dalam Kawasan Hutan 115,05 0,14

SUB TOTAL I 11.329,50 13,33

II KAWASAN PERUNTUKKAN BUDI DAYA    

1 Kawasan Hutan Rakyat 7.635,48 8,99

2 Kawasan Pertanian 0,00

a Kawasan Pertanian Tanaman Pangan 16.883,19 19,87

  b Kawasan Hortikultura 1.675,88 1,97

c Kawasan Perkebunan 29.462,49 34,67

3 Kawasan Perikanan 0 0

Kawasan Peruntukkan Pertambangan dan


4 0 0
Energi

5 Kawasan Peruntukkan Industri 0 0

6 Kawasan Peruntukkan Pariwisata 2.467,39 2,90

7 Kawasan Permukiman 15.493,26 18,23

8 Kawasan Pertahanan dan Keamanan 11,23 0,01

SUB TOTAL II 73.640,63 86,67

TOTAL 84.970,13 100

Sumber : Hasil Analisis, 2020

84
Semua kawasan lindung dipetakan sesuai keberadaannya di wilayah kabupaten.
Khusus untuk kawasan perlindungan setempat, dan kawasan cagar budaya, karena
luasannya relatif kecil (sempit), tidak dipetakan dalam peta pola ruang wilayah
kabupaten, namun tetap diatur dalam pengaturan pola ruang pada RTRWK.

Berdasarkan komposisi komponen kawasan lindung yang telah diuraikan, maka


rencana pemantapan kawasan lindung di Kabupaten Tabanan adalah seluas
11.329,50 (sebelas ribu tiga ratus dua puluh sembilan koma lima nol hektar)
hektar atau kurang lebih 13 (tiga belas) persen dari luas wilayah kabupaten.

A. Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan


Bawahannya

Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya di


Kabupaten Tabanan mencakup :

1. Kawasan Hutan Lindung

Kawasan hutan lindung ditetapkan dengan kriteria:

a. memiliki faktor-faktor lereng lapang, jenis tanah, dan intensitas hujan


setelah masing-masing dikalikan dengan angka penyeimbang
mempunyai jumlah nilai skor 175 atau lebih;dan

b. mempunyai lereng lapang 40% atau lebih; dan

c. kawasan hutan yang mempunyai ketinggian paling sedikit 2.000 (dua


ribu) meter di atas permukaan laut. 

Kawasan hutan lindung seluas 8.818,79 ha (delapan ribu delapan ratus


delapan belias koma tujuh sembilan) hektar tersebar di beberapa
kecamatan meliputi:

a. Hutan Lindung Gunung Batukaru seluas 6.994,73 ha (enam ribu


sembilan ratus sembilan puluh empat koma tujuh tiga hektar) tersebar
di Kecamatan Selemadeg, Kecamatan Penebel, Kecamatan Baturiti dan
Kecamatan Pupuan;

b. Hutan Lindung Yeh Leh Yeh Lebah seluas 1.339,36 ha (seribu tiga ratus
tiga puluh sembilan koma tiga enam hektar) tersebar di Kecamatan
Selemadeg Barat dan Kecamatan Pupuan; dan

c. Hutan Lindung Yeh Ayah seluas 584,70 ha (lima ratus delapan puluh
empat koma tujuh nol hektar) tersebar di Kecamatan Selemadeg Barat
dan Kecamatan Pupuan.

Arahan pengelolaan kawasan hutan lindung adalah untuk mencegah


terjadinya bencana alam dan menjaga kelestarian lingkungan kawasan,
mencakup:

a. pemanfaatannya hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan


pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta ekowisata
sepanjang tidak mengganggu fungsi lindung;

85
b. pencegahan kegiatan-kegiatan budidaya dalam kawasan hutan lindung;

c. pengendalian fungsi hidrologis kawasan hutan yang telah mengalami


kerusakan melalui rehabilitasi dan konservasi;

d. penggunaan dan pemanfaatan tanah di kawasan lindung harus sesuai


dengan fungsi kawasan dan tidak boleh mengganggu fungsi alam, tidak
mengubah bentang alam dan ekosistem alami;

e. kegiatan yang dilakukan di dalam kawasan hutan lindung hendaknya


mengikuti kaidah-kaidah perlindungan dan kaidah-kaidah konservasi
agar kawasan tersebut dapat dipertahankan dan dilestarikan;

f. penyelesaian dan penanganan berbagai kegiatan budidaya di kawasan


lindung sesuai dengan permasalahan yang dihadapi secara bertahap;

g. penataan batas di lapangan untuk memudahkan pengendaliannya; dan

h. reboisasi pada kawasan yang mengalami kritis lingkungan.

2. Kawasan Resapan Air

Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya di


Kabupaten Tabanan meliputi kawasan resapan air, yang ditetapkan dengan
kriteria:

a. Curah hujan yang tinggi, struktur tanah meresapkan air dan bentuk
geomorfologi yang mampu meresapkan air hujan secara besar-besaran;

b. Kemiringan 25% (dua puluh lima persen) sampai dengan 40% (empat
puluh persen) yang mempunyai struktur geologi sesuai untuk resapan
air; dan

c. Ketinggian kawasan 1.000 (seribu) sampai dengan 2.000 m (dua ribu


meter) diatas permukaan laut (dpl).

Kawasan resapan air berupa kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi


untuk meresapkan air hujan, sehingga merupakan tempat pengisian air
(akuifer), yang tersebar pada bagian tengah dan utara wilayah Kabupaten
Tabanan.

Arahan pengelolaan kawasan resapan air, mencakup:

a. penjagaan fungsi lahan resapan air;

b. membatasi perkembangan lahan terbangun;

c. meningkatkan daya serap air; dan

d. mengarahkan perkembangan lahan terbangun intensif diluar kawasan


resapan air.

B. Kawasan Perlindungan Setempat

Kawasan Perlindungan Setempat di Kabupaten Tabanan, mencakup :

86
1. Kawasan Suci
Kawasan suci ditetapkan dengan kriteria:

a. kawasan suci pegunungan merupakan kawasan gunung dengan


kemiringan sekurang-kurangnya 450 (empat puluh lima) derajat sampai
ke puncak;

b. kawasan suci danau;

c. kawasan suci campuhan merupakan tempat lokasi pertemuan dua buah


sungai;

d. kawasan suci loloan merupakan tempat lokasi pertemuan muara sungai


dengan air laut yang terpengaruh pasang surut air laut;

e. kawasan suci pantai merupakan kawasan sempadan pantai yang


dimanfaatkan untuk upacara melasti di seluruh pantai wilayah
kabupaten;

f. kawasan suci laut merupakan kawasan perairan laut yang difungsikan


untuk tempat melangsungkan upacara keagamaan bagi umat Hindu di
wilayah Kabupaten;

g. kawasan suci mata air merupakan tempat-tempat keberadaan mata air


yang digunakan sebagai lokasi pengambikan air suci untuk upacara
keagamaan bagi umat Hindu;

h. kawasan suci cathus patha merupakan persimpangan-persimpangan


utama wilayah atau desa pekraman yang difungsikan sebagai tempat
pelaksanaan upacara tawur kesanga.

Kawasan suci di Kabupaten Tabanan, meliputi :

a. Kawasan Suci Gunung sebarannya meliputi seluruh kawasan dengan


kemiringan paling sedikit 45 (empat puluh lima) derajat pada badan
gunung menuju ke puncak gunung meliputi lereng dan puncak Gunung
Batukaru di Kecamatan Penebel, Bukit Sangiang di Kecamatan Pupuan,
Bukit Pohen di Kecamatan Baturiti dan Bukit Adeng di Kecamatan
Penebel.

b. Kawasan Suci Danau meliputi Kawasan Danau Beratan di Kecamatan


Baturiti beserta sempadan danaunya.

c. Kawasan Suci Campuhan sebarannya meliputi seluruh pertemuan aliran


sungai tersebar pada seluruh kecamatan di wilayah kabupaten.

d. Kawasan Suci Pantai meliputi tempat-tempat di kawasan pantai yang


dimanfaatkan untuk upacara melasti meliputi:

1) kawasan Pantai Nyanyi, Pantai Tanah Lot, Pantai Kedungu, di


Kecamatan Kediri;
2) kawasan Pantai Yeh Gangga di Kecamatan Tabanan;
3) kawasan Pantai Kelating dan Pasut di Kecamatan Kerambitan;

87
4) kawasan Pantai Beraban, dan Pantai Kelecung di Kecamatan
Selemadeg Timur;
5) kawasan Pantai Bebali, Pantai Bulungdaya Pantai Bonian dan Pantai
Soka di Kecamatan Selemadeg; dan

6) kawasan Pantai Batulumbang, Pantai Lalanglinggah, Pantai


Suwangaluh, dan Kawasan Pantai Selabih di Kecamatan Selemadeg
Barat.

e. Kawasan Suci Laut meliputi kawasan perairan laut yang difungsikan


untuk tempat melangsungkan upacara keagamaan bagi umat Hindu di
sepanjang pesisir kabupaten.

f. Kawasan Suci Mata Air meliputi tempat-tempat mata air yang


difungsikan untuk tempat melangsungkan upacara keagamaan bagi umat
Hindu yang tersebar di seluruh kecamatan di wilayah kabupaten.

g. Kawasan Suci Catus Patha pada dasarnya merupakan pola Pempatan


Agung yang memiliki nilai khusus, dimana biasanya pada suatu
pempatan terdapat puri disalah satu sudutnya, alun-alun, wantilan, dan
pasar.

Kawasan suci Catus Patha di Kabupaten Tabanan mencakup :

1) cathus patha agung wilayah Kabupaten di pusat Kawasan Perkotaan


Tabanan pada simpang wilayah Desa Dajan Peken dengan Desa Delod
Peken, Kecamatan Tabanan; dan

2) cathus patha alit tersebar di tiap-tiap wilayah desa pekraman yang


difungsikan untuk tempat melangsungkan upacara keagamaan bagi
umat Hindu.

2. Kawasan Tempat Suci

Kawasan tempat suci Umat Hindu di Bali ditetapkan berdasarkan esensi


Keputusan PHDI Pusat tentang Bhisama Kesucian Pura sebagai landasan
idiil dalam penataan kawasan di sekitar pura sesuai jenjangnya yaitu Sad
Kahyangan, Dang Kahyangan serta Kahyangan Jagat Lainnya, Pura
Kahyangan Tiga Desa dan pura lainnya.

Kriteria penetapan radius kawasan tempat suci didasarkan pada ketentuan


Bhisama, terdiri dari:

a. kawasan tempat suci di sekitar Pura Sad Kahyangan dengan radius


sekurang-kurangnya apeneleng agung setara 5.000 (lima ribu) meter
dari sisi luar tembok penyengker pura, yang akan dijabarkan dalam
peraturan zonasi dengan tiga strata zonasi yaitu zona inti, zona
penyangga dan zona pemanfaatan;

b. kawasan tempat suci di sekitar Pura Dang Kahyangan dengan radius


sekurang-kurangnya apeneleng alit setara dengan 2.000 (dua ribu)
meter dari sisi luar tembok penyengker pura, yang akan dijabarkan

88
dalam peraturan zonasi dengan tiga strata zonasi yaitu zona inti, zona
penyangga dan zona pemanfaatan; dan

c. kawasan tempat suci di sekitar Pura Kahyangan Jagat, dengan radius


sekurang-kurangnya apenimpug atau apenyengker, yang akan
disesuaikan dengan kondisi dan situasi setempat; dan

d. kawasan tempat suci di sekitar Pura Kahyangan Tiga dan pura lainnya,
dengan radius sekurang-kurangnya apenimpug atau apenyengker, yang
akan disesuaikan dengan kondisi dan situasi setempat.

Kawasan Tempat Suci di Kabupaten Tabanan meliput:

a. Kawasan Radius Kesucian Pura Sad Kahyangan meliputi kawasan Pura


Batukaru, di Desa Wongaya Gede, Kecamatan Penebel.

b. Kawasan Radius Kesucian Pura Dang Kahyangan mencakup :

1) kawasan Pura Tanah Lot, kawasan Pura Pekendungan di Desa


Beraban di Kecamatan Kediri;
2) kawasan Pura Resi, di Desa Nyambu di Kecamatan Kediri;
3) kawasan Pura Luhur Serijong, di Desa Antap di Kecamatan Selemadeg;
dan

4) kawasan Pura Gadingwani di Desa Lalanglinggah di Kecamatan


Selemadeg Barat.

c. Kawasan Radius Kesucian Pura Kahyangan Jagat meliputi Pura


Kahyangan Jagat 159 (seratus lima puluh sembilan) buah, Pura
Kahyangan Tiga meliputi 1.008 (seribu delapan) buah dan seluruh Pura
Kahyangan Desa di tiap-tiap desapekraman beserta pura-pura dadia, dan
pura swagina di seluruh wilayah kabupaten.

Pengelolaan Radius Kawasan Kesucian Pura:

Berdasarkan fakta di atas, maka pengelolaan radius kawasan tempat suci


tetap diarahkan untuk memenuhi ketentuan Bhisama, dengan memodifikasi
setiap radius kawasan suci menjadi beberapa zona sebagai berikut:

a. Zona Inti atau Zona Utama

1) Yaitu zona Inti atau zona karang kekeran dari tiap kawasan tempat
suci yang dapat berupa karang kekeran yang telah ditetapkan maupun
ditetapkan baru untuk menjaga kelestarian dan kasucian lingkungan
pura.

2) Bentuk karang kekeran tergantung situasi dan kondisi pura, yang


batas-batasnya dapat berupa batas alam dan tidak harus dalam
bentuk radius atau lingkaran

3) Pemanfaatan ruang pada karang kekeran ini secara bertahap


dibebaskan dari segala bangunan non ritual yang tidak ada hubungan

89
dukungannya dengan keberadaan kawasan suci, yang dapat berupa
hutan, ruang terbuka hijau maupun lahan pertanian.

b. Zona Penyangga atau Zona Madya

1) Merupakan kawasan transisi antara karang kekeran dengan kawasan


pemanfaatan

2) Kawasan transisi perlu ditetapkan bentuknya tergantung situasi dan


kondisi pura, yang batas-batasnya dapat berupa batas alam dan tidak
harus dalam bentuk radius atau lingkaran

3) Pemanfaatan ruang pada zona penyangga ini dapat berupa


infrastruktur penunjang keberadaan kawasan suci seperti bangunan
penunjang kegiatan keagamaan, tempat parkir umum, bangunan bagi
pelayanan terbatas untuk umum, serta ruang terbuka hijau atau lahan
pertanian.

c. Zona Pemanfaatan atau Zona Nista

1) Merupakan kawasan yang dapat dimanfaatkan untuk kawasan


budidaya dan kegiatan-kegiatan penunjangnya dengan tetap melarang
kegiatan yang berpotensi menganggu atau mengurangi nilai-nilai
kesucian kawasan

2) Kawasan pemanfaatan perlu ditetapkan bentuknya tergantung situasi


dan kondisi pura, yang batas-batasnya dapat berupa batas alam dan
tidak harus dalam bentuk radius atau lingkaran

Beberapa ketentuan umum yang harus diperhatikan adalah:

a. Secara umum total radius zona inti, zona penyangga dan zona
pemanfaatan mendekati radius kawasan tempat suci sesuai arahan
Bhisama.

b. Pada tahap lanjut, perlu dikembangkan pemetaan lapangan dan


pengembangan Peraturan Zonasi untuk tiap-tiap Pura Sad Kahyangan
dan Pura Dang Kahyangan di seluruh Bali

c. Pemanfaatan bangun-bangunan yang telah ada dan tidak sesuai dengan


peruntukan kawasan tempat suci yang telah mendapat ijin dari
pemerintah daerah diberi waktu sampai 3 tahun, dan fungsi bangunan
bila berada pada zona pemanfaatan agar digunakan pada kegiatan yang
memenuhi ketentuan Peraturan Zonasi yang telah ditetapkan

3. Kawasan Sempadan Pantai

Pantai merupakan pertemuan antara daratan dan laut. Areal ini sangat
terkait dengan kegiatan ritual keagamaan dan lokasi tempat-tempat suci.
Kegiatan ritual keagamaan yang dilakukan di pantai antara lain: melasti,
nganyut abu jenazah, ngulapin, nganyut abu puspa lingga, ngelukat,
pebersihan diri pada hari banyu pinaruh, dan upacara-upacara

90
penyucian/pemarisuda yang bersifat insidentil yang umumnya berkaitan
dengan bencana.
Sempadan pantai ditetapkan dengan kriteria:

a. daratan sepanjang tepian laut dengan jarak paling sedikit 100 (seratus)
meter dari titik pasang air laut tertinggi ke arah darat untuk pantai di
luar kawasan efektif pariwisata; dan

b. daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pantainya
curam atau terjal dengan jarak proporsional terhadap bentuk dan
kondisi fisik pantai

c. pengecualian lebar sempadan pantai pada segmen-segmen kawasan


sempadan pantai diluar ketentuan untuk segmen-segmen pantai yang
telah mendapat kajian teknis dari instansi dan atau pakar terkait dan
mendapatkan rekomendasi gubernur.

Kawasan Sempadan Pantai meliputi seluruh wilayah pantai sepanjang


33,01 km (tiga puluh tiga koma nol satu kilometer) dengan luas 335,04 ha
(tiga ratus tiga puluh lima koma nol empat hektar) atau 0,39% (nol koma
tiga sembilan persen) dari luas wilayah kabupaten, meliputi:

a. pantai Desa Selabih dan Desa Lalanglinggah di Kecamatan Selemadeg


Barat sepanjang 8,2 km (delapan koma dua kilometer);

b. pantai Desa Berembeng dan Desa Antap di Kecamatan Selemadeg


sepanjang 7,98 km (tujuh koma sembilan delapan kilometer);

c. pantai Desa Tegal Mengkeb di Kecamatan Selemadeg Timur sepanjang


2,37 km (dua koma tiga tujuh kilometer);

d. pantai Desa Tibubiu dan Desa Kelating di Kecamatan Kerambitan


sepanjang 3,92 km (tiga koma sembilan dua kilometer);

e. pantai Desa Sudimara di Kecamatan Tabanan sepanjang 2,22 km (dua


koma dua dua kilometer); dan

f. pantai Desa Pangkung Tibah, Desa Belalang dan Desa Beraban di


Kecamatan Kediri sepanjang 8,32 km (delapan koma tiga dua kilometer).
Arahan pengelolaan kawasan sempadan pantai, mencakup:
a. pemanfaatan kawasan budidaya sepanjang tidak berdampak negatif
terhadap fungsi lindungnya meliputi:

1) obyek wisata antara lain rekreasi pantai dan olahraga pantai;

2) dermaga khusus perikanan di Pantai Suraberata dan Pantai Sudimara;

3) kegiatan pertanian lahan basah, budidaya perikanan; dan

4) kegiatan ritual keagamaan.


b. kawasan pantai yang berupa jurang, pengelolaannya setara dengan
penerapan sempadan jurang;

91
c. kawasan pantai yang memiliki batas berupa jalan atau pedestrian di
sepanjang pantai, pengelolaannya dapat didasarkan atas jarak sempadan
pantai atau jarak sempadan bangunan dengan jarak minimal sama
dengan jarak sempadan pantai yang ditetapkan sebelumnya dan
disesuaikan dengan keserasian tata bangunan dan lingkungan setempat;
d. pengembangan program pengamanan dan penataan pantai pada seluruh
kawasan pantai rawan abrasi;
e. kawasan pantai yang rawan tsunami wajib menyediakan tempat-tempat
dan jalur-jalur evakuasi;
f. perlindungan dan penanaman terumbu karang pada pantai pada
ekosistem yang sesuai; dan
g. integrasi sinergi antara pada kawasan dengan penggunaan campuran
antara kegiatan ritual, penambatan perahu nelayan tradisional serta
kawasan rekreasi pantai.

4. Kawasan Sempadan Sungai


Kawasan Sempadan sungai ditetapkan dengan kriteria:

a. daratan sepanjang tepian sungai bertanggul dengan lebar paling sedikit


5 (lima) meter dari kaki tanggul sebelah luar; 

b. daratan sepanjang tepian sungai besar tidak bertanggul di luar kawasan


permukiman dengan lebar paling sedikit 100 (seratus) meter dari tepi
sungai; dan 

c. daratan sepanjang tepian anak sungai tidak bertanggul di luar kawasan


permukiman dengan lebar paling sedikit 50 (lima puluh) meter dari tepi
sungai

Kawasan sempadan sungai meliputi jarak tertentu dari pinggir sungai pada
seluruh sungai dan anak sungai yang tersebar di kawasan perkotaan dan
kawasan perdesaan seluas 348,14 ha (tiga ratus empat puluh delapan koma
satu empat hektar) atau 0,41% (nol koma empat satu persen) dari luas
wilayah kabupaten.

Lokasi Kawasan Sungai di Kabupaten Tabanan meliputi :

a. sempadan sungai pada 2 (dua) sungai lintas wilayah meliputi Tukad


Penet di Kecamatan Kediri dan Tukad Yeh Leh di Kecamatan Selemadeg
Barat; dan

b. sempadan berada pada 74 (tujuh puluh empat) wilayah sungai.


Arahan pengelolaan kawasan sempadan sungai meliputi:
a. pencegahan kegiatan budidaya sepanjang sungai yang dapat
mengganggu kelestarian fungsi sungai;
b. pengendalian kegiatan di sekitar sempadan sungai;
c. penataan dan normalisasi alur sungai dalam upaya mengantisipasi
bencana banjir;
d. pengamanan daerah aliran sungai;
e. sempadan sungai pada sungai tanpa bahaya banjir yang memiliki jurang,
mengikuti ketentuan aturan sempadan jurang; dan

92
f. mengembangkan kegiatan lainnya sepanjang tidak berdampak negatif
terhadap fungsi lindungnya, antara lain:

1) pemanfaatan untuk ruang terbuka hijau;

2) pendirian bangunan penunjang fungsi taman rekreasi, wisata alam


(ekowisata), olahraga air, kegiatan sosial budaya dan pengelolaan
badan air atau pemanfaatan air; dan

3) kegiatan budidaya ikan air tawar, pertanian dan perkebunan.

5. Kawasan Sekitar Danau atau Waduk


a. Kawasan Sempadan sekitar danau
Kawasan Sempadan skitar Danai ditetapkan dengan kriteria:
1) daratan dengan jarak 50 (lima puluh) meter sampai dengan 100
(seratus) meter dari titik pasang air danau tertinggi; atau
2) daratan sepanjang tepian danau atau waduk yang lebarnya
proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik danau.

Kawasan sekitar danau di Kabupaten Tabanan meliputi kawasan sekitar


Waduk Telaga Tunjung terletak di Desa Timpag, Kecamatan Kerambitan
seluas kurang lebih 16 (enam belas) hektar dan kawasan tertentu di
sekeliling waduk..
Arahan pengelolaan kawasan danau, waduk dan sempadannya meliputi:
1) pencegahan kegiatan budidaya sekitar danau dan waduk yang dapat
mengganggu kelestarian fungsi danau dan waduk;
2) pengendalian kegiatan yang dapat mengganggu nilai kesucian danau,
terutama pada kawasan pinggir danau yang digunakan untuk upacara
agama;
3) pengendalian kegiatan yang telah ada di sekitar danau dan waduk;
4) pengamanan dan pelestarian di daerah hulu;
5) pemanfaatan untuk kegiatan budidaya perikanan;
6) pemanfaatan untuk sarana pengolahan air baku; dan
7) pemanfaatan untuk kegiatan rekreasi air secara terbatas.
b. Kawasan Sekitar Waduk
Kawasan sekitar Waduk meliputi kawasan sekitar Waduk Telaga
Tunjung terletak di Desa Timpag, Kecamatan Kerambitan dan Desa
Pesagi, Kecamatan Penebel seluas 10,39 ha (sepuluh koma tiga sembilan
hektar) atau 0,01% (nol koma nol satu persen) dari luas wilayah
kabupaten berupa kawasan tertentu di sekeliling waduk.

6. Kawasan Sempadan Jurang


Sempadan jurang ditetapkan dengan kriteria:

a. daratan di tepian jurang yang memiliki kemiringan lereng sekurang-


kurangnya 45% (empat puluh lima persen), kedalaman sekurang-
kurangnya 5 m (lima meter) dan bidang datar bagian atas sekurang-
kurangnya 11 m (sebelas meter);

b. sempadan jurang bagian atas sebagaimana dimaksud pada huruf a, harus


memiliki lebar sekurang-kurangnya 2 (dua) kali kedalaman jurang dan

93
tidak kurang dari 11 m (sebelas meter) dihitung dari tepi jurang ke arah
bidang datar;

c. pengaturan jarak sempadan jurang pada bidang datar dibawah tepian


jurang yang memiliki kemiringan lereng minimal 45% (empat puluh lima
persen), ketinggian jurang sekurang-kurangnya 5 m (lima meter) dan
bidang datar bagian bawah tidak kurang dari 5,5 m (lima koma lima
meter); dan

d. sempadan jurang bagian bawah sebagaimana dimaksud pada huruf c,


harus memiliki lebar sekurang-kurangnya 1 (satu) kali kedalaman jurang
dan tidak kurang dari 5,5 (lima koma lima) meter dihitung dari tepi
jurang bagian bawah ke arah bidang datar.
Kawasan sempadan jurang terletak pada kawasan-kawasan yang
memenuhi kriteria sempadan jurang yang sebarannya mencakup:

a. lembah-lembah sungai di seluruh wilayah kabupaten;

b. kawasan hutan dan pegunungan di wilayah Kecamatan Penebel dan


Baturiti;

c. lembah-lembah bukit di wilayah Kecamatan Selemadeg Barat, Pupuan,


Penebel, dan Baturiti; dan

d. tebing-tebing di seluruh wilayah kabupaten.


Arahan pengelolaan kawasan sempadan jurang meliputi:
a. pencegahan kegiatan budidaya pada sempadan jurang yang dapat
mengganggu kelestarian fungsi perlindungan setempat;
b. pemanfaatan sebagai obyek wisata tanpa bangunan berupa wisata alam
dan olahraga petualangan setelah melalui kajian;
c. kegiatan budidaya perkebunan tanaman tahunan, hutan produksi dan
peternakan; dan
d. kegiatan penataan perlindungan sempadan jurang untuk mengantisipasi
bencana longsor.

7. Kawasan Ruang Terbuka Hijau Kota


Ruang terbuka hijau (RTH) perkotaan ditetapkan dengan kriteria:
a. ruang-ruang terbuka di kawasan perkotaan maupun kawasan perdesaan
yang difungsikan sebagai ruang tanpa bangunan meliputi: taman kota,
hutan kota, lapangan olahraga, pemakaman umum dan setra, kawasan
jalur hijau pertanian, jalur-jalur perlindungan lingkungan, taman
perumahan, sabuk hijau berupa lahan pertanian dan hutan, kawasan
lindung berupa hutan lindung, Tahura, Taman Wisata Alam dan
sejenisnya;
b. berbentuk satu hamparan, berbentuk jalur, atau kombinasi dari bentuk
satu hamparan dan jalur; dan

c. didominasi komunitas tumbuhan.

Kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota di wilayah Kabupaten Tabanan


seluas 29,93 ha (dua puluh sembilan koma sembilan tiga hektar) atau
0,22% (nol koma dua dua persen) dari luas keseluruhan Kawasan

94
Perkotaan Kabupaten Tabanan seluas 13.567,53 ha (tiga belas ribu lima
ratus enam puluh tujuh koma lima tiga hektar) terdiri atas :

a. RTH Publik, meliputi :

1) taman kota yang tersebar di kawasan perkotaan;

2) taman pada kawasan-kawasan daya tarik wisata (DTW);

3) taman-taman rekreasi;

4) hutan kota;

5) lapangan olah raga berumput;

6) taman makam pahlawan;

7) jalur di bawah SUTT dan SUTET;

8) taman pada median jalan, bahu jalan dan pedestrian;

9) setra yang tersebar di seluruh desa adat;

10) taman pemakaman umum; dan

11) taman pada fasilitas peribadatan.

b. RTH Privat, meliputi :

1) pekarangan rumah;

2) pekarangan pada fasilitas penunjang permukiman seperti


perkantoran, perdagangan dan jasa, fasilitas kesehatan dan fasiltas
pendidikan; dan

3) sabuk hijau berupa kawasan hijau pada kawasan pertanian dan


perkebunan.

Strategi pemenuhan RTH Kota (RTH Publik) 20 % (dua puluh persen) dari
luas kawasan perkotaan atau menambah kekurangan RTH Publik seluas
2.683,57 ha (dua ribu enam ratus delapan puluh tiga koma lima tujuh
hektar), dilaksanakan melalui:

a. mewajibkan penyediaan taman lingkungan pada pengkaplingan atau


pengembangan perumahan baru;
b. mewajibkan pengembangan minimal satu banjar satu taman banjar dan
satu desa satu taman desa;
c. mewajibkan pengembangan RTH Publik pada lahan-lahan milik
pemerintah;
d. mengembangkan kerjasama pinjam pakai untuk RTH Publik pada lahan
kosong milik pemerintah yang ada di kawasan perkotaan;
e. mewajibkan penyertaan pengembangan RTH Publik sebagai bagian dari
corporate social responsibility dengan pihak swasta;

95
f. mengembangkan kerjasama pemanfaatan lahan milik desa atau milik
desa adat sebagai RTH Publik;
g. mengembangkan kerjasama pembelian secara bertahap taman-taman
banjar, atau taman desa oleh desa atau desa adat; dan

h. mengadakan pembelian secara bertahap lahan untuk RTH publik oleh


pemerintah, baik pemerintah provinsi maupun pemerintah kabupaten.
Sebaran kawasan jalur hijau meliputi:

a. Sepanjang jalur jalan Denpasar-Singaraja di Kecamatan Baturiti wilayah


Kabupaten Tabanan;

b. Sepanjang jalur jalan Senganan-Jatiluwih, Sepanjang jalur jalan Penebel-


Senganan di Kecamatan Penebel, dan Sepanjang jalur Penatahan-
Wongaya-Jatiluwih di Kecamatan Penebel;

c. Sepanjang jalur jalan Mengwi-Kediri-Tanah Lot di Kecamatan Kediri;

d. Sepanjang jalur jalan Denpasar-Pengeragoan di Kecamatan Selemadeg


Barat wilayah Kabupaten;

e. Sepanjang jalur Antosari-Pupuan Kecamatan Selemadeg Barat dan


Kecamatan Pupuan;

f. Sepanjang jalur Pesiapan-Tabanan-Yeh Gangga Kecamatan Tabanan;


dan

g. Sepanjang jalur Penyalin-Kerambitan di Kecamatan Kerambitan.


Arahan pengelolaan kawasan RTH meliputi:

a. RTHK sekurang-kurangya 40% dari luas kota dengan proporsi 20%


RTHK publik, mencakup Kawasan Perkotaan Tabanan;

b. RTHK sekurang-kurangya 50% dari luas kota dengan proporsi 20%


RTHK publik, mencakup Kawasan Perkotaan Bajera, Kawasan Perkotaan
Pupuan dan Kawasan Perkotaan Baturiti;

c. RTHK sekurang-kurangya 60% dari luas kota dengan proporsi 20%


RTHK publik, mencakup Kawasan Perkotaan Lalanglinggah, Megati,
Sembunggede, Marga, Penebel, Candikuning dan

d. RTH Kawasan Perdesaan sekurang-kurangya 70% dari luas kawasan


perdesaan

C. Kawasan Konservasi

Kawasan konservasi meliputi :

1. Kawasan Suaka Alam (KSA)

Kawasan Suaka alam ditetapkan dengan kriteria :

96
a. kawasan yang memiliki keanekaragaman biota, ekosistem, serta gejala
dan keunikan alam yang khas baik di darat maupun di perairan;
dan/atau 

b. mempunyai fungsi utama sebagai kawasan pengawetan


keanekaragaman jenis biota, ekosistem, serta gejala dan keunikan alam
yang terdapat di dalamnya.

Kawasan Suaka Alam (KSA) di wilayah Kabupaten Tabanan yaitu kawasan


cagar alam (CA) yang merupakan bagian dari CA Gunung Batukaru seluas
723,30 ha (tujuh ratus dua puluh tiga koma tiga nol hektar) dari luas
keseluruhan wilayah seluas 1.749,97 ha (seribu tujuh ratus empat puluh
sembilan koma sembilan tujuh hektar) pada wilayah kabupaten Tabanan
dan Kabupaten Buleleng meliputi :

a. Cagar Alam (CA) seluas 126,40 ha (seratus dua puluh enam koma empat
nol hektar) di Kecamatan Penebel; dan
b. Cagar Alam (CA) seluas 596,90 ha (lima ratus sembilan puluh enam
koma sembilan nol hektar) di Kecamatan Baturiti.
Cagar cagar alam ditetapkan dengan kriteria:

a. berhutan atau bervegetasi tetap yang memiliki tumbuhan dan/atau


satwa yang beragam;

b. memiliki arsitektur bentang alam yang baik;

c. memiliki akses yang baik untuk keperluan pariwisata;

d. merupakan kawasan dengan ciri khas baik asli maupun buatan, baik
pada kawasan yang ekosistemnya masih utuh maupun kawasan yang
sudah berubah;

e. memiliki keindahan alam dan/atau gejala alam; dan

f. memiliki luas yang memungkinkan untuk pengembangan koleksi


tumbuhan dan/atau satwa jenis asli dan/atau bukan asli.
Arahan pengelolaan kawasan cagar alam meliputi:

a. Kawasan cagar alam dibagi dalam blok pengelolaan yaitu blok inti dan
blok rimba. Dalam blok inti dan blok rimba tidak dapat dilakukan
kegiatan yang merubah bentang alam;

b. Dalam blok inti hanya dapat dilakukan kegiatan monitoring sumber daya
alam hayati dan ekosistemnya untuk kepentingan penelitian, pendidikan
dan ilmu pengetahuan beserta pembangunan sarana dan prasarana yang
mendukung kegiatan monitoring;

c. Dalam blok rimba dapat dilakukan kegiatan penelitian, pendidikan, ilmu


pengetahuan dan kegiatan yang menunjang kegiatan budidaya,
khususnya pengambilan sumber genetik beserta pembangunan secara
terbatas sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan penelitian; dan

97
d. Dalam kawasan cagar alam dapat dibangun sarana dan prasarana
pengelolaan, penelitian secara terbatas seperti: kantor pengelola,
laboratorium penelitian, menara pengawas, jalan patroli, jalan setapak,
perlengkapan wisata pendidikan, media interpretasi.

2. Kawasan Pelestarian Alam (KPA)


Taman wisata alam ditetapkan dengan kriteria:

a. memiliki daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa dan ekosistemnya


yang masih asli serta formasi geologi yang indah, unik, dan langka;

b. memiliki akses yang baik untuk keperluan pariwisata;

c. memiliki luas yang cukup untuk menjamin pelestarian sumber daya


alam hayati dan ekosistemnya untuk dimanfaatkan bagi kegiatan
wisata alam; dan

d. kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya pengembangan


kegiatan wisata alam

Kawasan Pelestarian Alam (KPA) meliputi taman wisata alam (TWA)


merupakan bagian dari TWA Buyan Tamblingan yang tersebar di Desa
Candikuning Kecamatan Baturiti seluas 375,68 ha (tiga ratus tujuh puluh
lima koma enam delapan hektar) dari luas keseluruhan wilayah seluas
1.797,14 ha (seribu tujuh ratus sembilan puluh tujuh koma empat belas
hektar) pada wilayah Kabupaten Tabanan dan Kabupaten Buleleng.
Arahan pengelolaan Taman Wisata Alam meliputi:

a. Pemantapan kawasan hutan wisata melalui: pengukuhan status


kawasan, pengembangan zonasi dalam blok perlindungan dan blok
pemanfaatan;

b. Pendayagunaan potensi hutan wisata (tumbuhan, satwa, ekosistem, dan


daya tarik obyek wisata) untuk kegiatan wisata alam, penelitian,
pendidikan, ilmu pengetahuan dan penyediaan plasma nuftah untuk
kegiatan budidaya diupayakan tidak mengurangi luas kawasan dan
fungsi kawasan;

c. Kawasan hutan wisata dibagi dalam blok pengelolaan yaitu blok


perlindungan dan blok pemanfaatan. Dalam blok perlindungan dan blok
pemanfaatan tidak dapat dilakukan kegiatan yang merubah bentang
alam;

d. Dalam blok perlindungan hanya dapat dilakukan kegiatan monitoring


sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dan wisata terbatas untuk
kepentingan penelitian, pendidikan dan ilmu pengetahuan beserta
pembangunan sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan
monitoring;

e. Dalam blok pemanfaatan dapat dilakukan kegiatan pemanfaatan


kawasan dan potensinya dalam bentuk penelitian, pendidikan, dan
wisata alam;dan

98
f. pembatasan kegiatan wisata alam karena sekaligus merupakan kawasan
suci dan kawasan cagar budaya.

3. Kebun Raya

Kebun raya di dalam Kawasan Hutan Wilayah Tabanan, mencakup Kebun


Raya Eka Karya Bedugul di Desa Candikuning Kecamatan Baturiti seluas
kurang lebih 115,05 ha (seratus lima belas koma nol lima hektar),
merupakan bagian dari kawasan hutan lindung kelompok hutan Gunung
Batukau.

Arahan Pengelolaan Kebu Raya di dalam Kawasan Hutan, meliputi :

a. memantapkan fungsi kawasan hutan dengan tujuan khusus yaitu Hutan


Pendidikan dan Penelitian;

b. pengembangan kawasan Kebun Raya sesuai masterplan yang telah ada


untuk memantapkan fungsi dan meningkatkan daya tarik dan
kenyamanan sebagai tempat rekreasi wisata; dan

c. mengelola parkir dan sirkulasi arus lelu lintas kunjungan wisata yang
terintegrasi dengan kawasan rekreasi di sekitarnya.

4. Kawasan Konservasi Pesisir di Pulau-Pulau Kecil


Kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil ditetapkan dengan
kriteria:

a. wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang mempunyai daya tarik


sumberdaya alam hayati, formasi geologi, dan/atau gejala alam yang
dapat dikembangkan untuk kepentingan pemanfaatan pengembangan
ilmu pengetahuan, penelitian, pendidikan dan peningkatan kesadaran
konservasi sumberdaya alam hayati, wisata bahari dan rekreasi;

b. mempunyai luas wilayah pesisir yang cukup untuk menjamin kelestarian


potensi dan daya tarik serta pengelolaan pesisir yang berkelanjutan; dan

c. kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya pengembangan


wisata bahari dan rekreasi.

d. mempunyai aturan lokal/kesepakatan adat masyarakat yang


diberlakukan untuk menjaga kelestarian lingkungan;

e. tempat tenggelamnya kapal yang mempunyai nilai arkeologi-historis


khusus; dan

f. tempat ritual keagamaan atau adat.

Kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil, meliputi:

a. kawasan konservasi kawasan suci di sekitar Pantai Tanah Lot di Desa


Beraban di Kecamatan Kediri;

99
b. kawasan konservasi kawasan suci di sekitar Pantai Yeh Gangga di Desa
Sudimara Kecamatan Tabanan dan Tanah Lot di Desa Beraban di
Kecamatan Kediri;

c. kawasan konservasi dan perlindungan ekosistem pesisir meliputi


kawasan pantai Yeh Gangga di Desa Sudimara di Kecamatan Tabanan;
dan

d. kawasan konservasi maritim di kawasan permukiman nelayan Desa


Sudimara Kecamatan Tabanan, Desa Lalanglinggah di Kecamatan
Selemadeg Barat, dan Desa Antap di Kecamatan Selemadeg.
Arahan pengelolaan kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil
meliputi :

a. perlindungan terhadap tempat ritual keagamaan atau adat;

b. pelarangan penangkapan ikan destruktif, pengendalian sumber-sumber


pencemaran oleh kegiatan rekreasi pantai dan pariwisata bahari; dan

c. pelarangan pengambilan pasir laut.

5. Kawasan Lindung Geologi

Kawasan lindung geologi di wilayah Kabupaten Tabanan meliputi kawasan


yang memberikan perlindungan terhadap air tanah yang mencakup :

a. Kawasan Imbuhan Air Tanah

Kawasan imbuhan air tanah ditetapkan dengan kriteria:

1) memiliki jenis fisik batuan atau litologi dengan kemampuan


meluluskan air dengan jumlah yang berarti;

2) mempunyai lapisan penutup tanah berupa pasir sampai lanau;

3) mempunyai hubungan hidrogeologis yang menerus dengan daerah


lepasan; dan

4) memiliki muka air tanah tidak tertekan yang letaknya lebih tinggi dari
pada muka air tanah yang tertekan.

Kawasan imbuhan air tanah sebarannya meliputi kawasan lereng


pegunungan yang terdapat di Kecamatan Baturiti, Kecamatan Penebel,
Kecamatan Selemadeg Timur, Kecamatan Selemadeg dan Kecamatan
Pupuan di wilayah kabupaten.
Arahan pengelolaan kawasan imbuhan air tanah, meliputi:

1) pemanfaatan ruang untuk kawasan resapan air dan mengurangi


bangunan fisik yang akan mengganggu kawasan resapan tersebut;

2) meningkatkan upaya pelestarian kawasan melalui reboisasi,


rehabilitasi, penanaman pohon, vegetasi dll untuk mempermudah /
mempercepat proses peresapan air kedalam tanah; dan

100
3) penelitian dan pemetaan air tanah detail pada masing-masing
cekungan air tanah sebagai dasar pengawasan dan pengendalian
pemanfaatan air tanah.

b. Kawasan Sekitar Mata Air

Kawasan sempadan mata air ditetapkan dengan kriteria:

1) daratan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat untuk


mempertahankan fungsi mata air; dan

2) kawasan dengan jarak paling sedikit 200 (dua ratus) meter dari mata
air di luar kawasan permukiman dan sekurang-kurangnya 50 (dua
puluh lima) meter di dalam kawasan permukiman.

Sempadan mata air sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf b


sebarannya meliputi terdiri atas 118 (seratus delapan belas) mata air di
seluruh wilayah kabupaten meliputi:

1) Kecamatan Selemadeg Barat 3 (tiga) mata air;

2) Kecamatan Selemadeg 3 (tiga) mata air;

3) Kecamatan Selemadeg Timur 4 (empat) mata air;

4) Kecamatan Kerambitan 8 (delapan) mata air;

5) Kecamatan Tabanan 6 (enam) mata air;

6) Kecamatan Kediri 4 (empat) mata air;

7) Kecamatan Marga 18 (delapan belas) mata air;

8) Kecamatan Baturiti 19 (Sembilan belas) mata air;

9) Kecamatan Penebel 26 (dua puluh enam) mata air; dan

10) Kecamatan Pupuan 24 (dua puluh empat) mata air.

Arahan pengelolaan kawasan sempadan mata air meliputi:

1) pencegahan pemanfaatan kegiatan budidaya disekitar mata air yang


dapat mengganggu fungsi mata air;

2) pengendalian kegiatan yang telah ada disekitar mata air;

3) dapat dikembangkan untuk kegiatan lainnya sepanjang tidak


berdampak negatif terhadap fungsi lindungnya, antara lain:

a) obyek wisata tanpa bangunan dengan kegiatan pendukung antara


lain wisata alam (ekowisata) dan wisata spritual setelah melalui
kajian; dan

b) kegiatan budidaya pertanian, perkebunan dan peternakan.

101
4) penataan perlindungan mata air untuk mengantisipasi pencemaran
dan kerusakan mata air.

6. Kawasan Rawan Bencana

Kawasan rawan bencana alam di wilayah Kabupaten Tabanan merupakan


kawasan yang memiliki tingkat kerawanan ancaman bencana tinggi yang
meliput :

a. Rawan Bencana Gerakan Tanah

Kawasan rawan bencana gerakan tanah seluas 1.116,24 ha (seribu


seratus enam belas koma dua empat hektar) sebarannya meliputi:

1) Kecamatan Baturiti seluas 278,98 ha (dua ratus tujuh puluh delapan


koma sembilan delapan hektar);

2) Kecamatan Marga seluas 0,22 ha (nol koma dua dua hektar);

3) Kecamatan Penebel seluas 330,88 ha (tiga ratus tiga puluh koma


delapan delapan hektar);

4) Kecamatan Pupuan seluas 345,15 ha (tiga ratus empat puluh lima


koma satu lima hektar);

5) Kecamatan Selemadeg seluas 0,09 ha (nol koma nol sembilan hektar);


dan

6) Kecamatan Selemadeg Barat seluas 160,92 ha (seratus enam puluh


koma sembilan dua hektar).

Arahan mitigasi dan adaptasi kawasan gerakan tanah, meliputi:

1) melakukan rehabilitasi dan konservasi lahan melalui perbaikan pola


tanam dan konservasi lahan untuk menahan laju gerakan tanah;

2) membatasi dan pengaturan kegiatan budidaya yang sesuai dengan


kondisi fisik kawasan;

3) memasang sistem peringatan dini kawasan rawan gerakan tanah; dan

4) pengembangan bangunan penahan gerakan tanah.

b. Rawan Bencana Tanah longsor

Kawasan rawan bencana tanah longsor ditetapkan dengan kriteria:

1) kawasan berbentuk lereng yang rawan terhadap perpindahan


material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah,
atau material campuran; dan

2) terdapat kerugian ekonomis dan kerugian jiwa.

102
Kawasan rawan bencana tanah longsor seluas 7.857,23 (tujuh ribu
delapan ratus lima puluh tujuh koma dua tiga hektar) sebarannya
meliputi:

1) Kecamatan Baturiti seluas 1.345,66 ha (seribu tiga ratus empat puluh


lima koma enam enam hektar);

2) Kecamatan Kediri seluas 27,47 ha (dua puluh tujuh koma empat tujuh
hektar);

3) Kecamatan Marga seluas 0,08 ha (nol koma nol delapan hektar);

4) Kecamatan Penebel seluas 2.625,64 ha (dua ribu enam ratus dua


puluh lima koma enam empat hektar);

5) Kecamatan Pupuan seluas 2.566,70 ha (dua ribu lima ratus enam


puluh enam koma tujuh nol hektar);

6) Kecamatan Selemadeg seluas 354,16 ha (tiga ratus lima puluh empat


koma satu enam hektar);

7) Kecamatan Selemadeg Barat seluas 936,89 ha (sembilan ratus tiga


puluh enam koma delapan sembilan hektar);

8) Kecamatan Selemadeg Timur seluas 0,25 ha (nol koma dua lima


hektar); dan

9) Kecamatan Tabanan seluas 0,38 ha (nol koma tiga delapan hektar).


Arahan mitigasi dan adaptasi pada kawasan yang berpotensi rawan
bencana tanah longsor, mencakup:

1) mengurangi tingkat keterjalan lereng, dengan membuat teras bangku;

2) meningkatkan dan memperbaiki sistem drainase baik air permukaan


maupun air tanah;

3) penghijauan dengan tanaman yang sistem perakarannya dalam untuk


menahan laju gerakan tanah tersebut;

4) menyarankan relokasi bangunan pada kawasan rawan longsor


potensi tinggi

5) pengembangan bangunan penahan gerakan tanah; dan

6) pengaturan kegiatan budidaya yang sesuai dengan kondisi fisik


kawasan.

c. Rawan Bencana Gempa Bumi

Kawasan rawan gempa bumi ditetapkan dengan kriteria:

1) kawasan yang mempunyai sejarah kegempaan yang merusak;

2) kawasan yang dilalui oleh patahan aktif;

103
3) kawasan yang mempunyai catatan kegempaan dengan kekuatan
(magnitudo) lebih besar dari 6 (enam) Skala Richter; dan

4) kawasan yang mempunyai potensi terjadi pembuburan tanah


(Liquifaction).

Kawasan rawan bencana gempa bumi seluas 416,49 ha (empat ratus


enam belas koma empat sembilan hektar) sebarannya meliputi:

1) Kecamatan Baturiti seluas 334,22 ha (tiga ratus tiga puluh empat


koma dua dua hektar);

2) Kecamatan Kediri seluas 24,44 ha (dua puluh empat koma empat


empat hektar);

3) Kecamatan Kerambitan seluas 35,03 ha (tiga puluh lima koma nol tiga
hektar);

4) Kecamatan Penebel seluas 2,25 ha (dua koma dua lima hektar);

5) Kecamatan Selemadeg Barat seluas 2,67 ha (dua koma enam tujuh


hektar);

6) Kecamatan Selemadeg Timur seluas 14,57 ha (empat belas koma lima


tujuh hektar);

7) Kecamatan Selemadeg seluas 0,87 ha (nol koma delapan tujuh


hektar); dan

8) Kecamatan Tabanan seluas 2,44 ha (dua koma empat mepat hektar).

Arahan mitigasi dan adaptasi kawasan rawan gempa bumi, meliputi:

1) kawasan rawan gempa bumi yang mempunyai fungsi lindung mutlak


dilindungi dan dipertahankan sebagai kawasan lindung;

2) kawasan rawan gempa bumi yang tidak mempunyai fungsi lindung


dapat dibudidayakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat; dan

3) pengembangan teknologi bangunan yang adaptif terhadap bencana


gempa bumi

7. Kawasan Cagar Budaya

Kawasan cagar budaya ditetapkan dengan kriteria sebagai hasil budaya


manusia yang bernilai tinggi yang dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu
pengetahuan. Kawasan Cagar Budaya di wilayah Kabupaten meliputi :

a. kawasan cagar budaya nasional meliputi:

1) Kawasan Pura Luhur Batukau di Desa Wangaya Gede Kecamatan


Penebel; dan

2) Kawasan Pura Luhur Tanah Lot di Desa Beraban Kecamatan Kediri.

104
b. kawasan cagar budaya lokal meliputi:

1) Kawasan Pura Desa dan Pura Puseh di Desa Perean di Kecamatan


Baturiti;

2) Kawasan Pura Geriya Batur Sari di Desa Perean di Kecamatan Baturiti;

3) Kawasan Pura Dayang Desa Perean di Kecamatan Baturiti;

4) Kawasan Pura Dalem Alas Kedaton di Desa Kukuh di Kecamatan


Marga;

5) Kawasan Pura Yeh Gangga di Desa Sudimara di Kecamatan Tabanan;


dan

6) Kawasan Pura Pekendungan di Desa Beraban, Kecamatan Kediri.

105
Tabel 2. 7 Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan Perkotaan Kabupaten Tabanan
RTH & Lokasi Luas (Ha)

Kecamatan Kediri 7,20


Rencana RTH 1,22
Hutan Abiantuwung 0,79
Hutan Kota Tukad Embang Banjar Anyar 0,90
Hutan Museum Subak 4,09
Taman Lingkungan 0,19
Kecamatan Marga 8,49
Bumi Perkemahan Pramuka 3,57
Kawasan Perkotasan Marga 1,31
Taman Monumen Nasional 3,61
Kecamatan Tabanan 14,24
Rencana RTH 9,44
Kuburan Islam 0,24
Lapangan Wagimin 1,08
Setra 0,42
Taman Kota Tabanan 0,85
Taman Lingkungan 0,14
Taman Makam Pahlawan 2,07
Total 29,93
2) Kawasan Budidaya
Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumberdaya manusia,
dan sumberdaya buatan. Seluruh kawasan yang tidak ditetapkan sebagai kawasan lindung
secara prinsip dapat diperuntukkan sebagai kawasan budidaya. Dengan demikian,
kawasan budidaya merupakan kawasan yang potensial untuk dikembangkan baik sebagai
kawasan usaha produksi maupun permukiman.
Rencana dalam pemanfaatan kawasan budidaya ditujukan pada upaya optimasi
pemanfaatan sumberdaya wilayah sesuai dengan daya dukung lingkungan. Sasaran
pengembangannya adalah:
a. Memberikan arahan pemanfaatan ruang kawasan budidaya secara
optimal dan mendukung pembangunan berkelanjutan;
b. Memberikan arahan untuk menentukan prioritas pemanfaatan
ruang antar kegiatan budidaya yang berbeda; dan
c. Memberikan arahan bagi perubahan jenis pemanfaatan ruang dari
jenis kegiatan budidaya tertentu kejenis lain.
Semua komponen kawasan budidaya dipetakan sesuai keberadaannya di wilayah
kabupaten. Khusus untuk kawasan budidaya yang letaknya tersebar dalam luasannya
relatif kecil (sempit), tidak dapat dipetakan dalam peta pola ruang wilayah kabupaten,
namun tetap diatur dalam pengaturan pola ruang pada RTRWK.

106
Berdasarkan komposisi komponen kawasan budidaya yang telah diuraikan, Rencana
peruntukkan kawasan budi daya seluas 73.640,63 ha (tujuh puluh tiga ribu enam ratus
empat puluh koma enam tiga hektar) atau kurang lebih 86,67% (delapan puluh enam
koma enam tujuh persen) dari luas wilayah kabupaten.
A. Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat
Kawasan peruntukan hutan rakyat ditetapkan dengan kriteria:
a.  kawasan yang dapat diusahakan sebagai hutan oleh orang pada tanah yang
dibebani hak milik;
b. Kriteria teknis kawasan peruntukan hutan rakyat ditetapkan oleh menteri yang
tugas dan tanggung jawabnya di bidang kehutanan
Kawasan peruntukan hutan rakyat merupakan hutan produksi yang memiliki hak yang
diarahkan pada kawasan-kawasan yang memiliki potensi kesesuaian lahan untuk
pengembangan hutan rakyat secara optimal dengan tetap memperhatikan asas
kelestarian sumberdaya lahan.
Pengembangan kawasan peruntukan hutan rakyat diarahkan untuk memberi
dukungan pada upaya peletarian alam, menjaga keseimbangan ekosistem kawasan
hutan minimal 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah, serta penyediaan bahan baku
bangunan, industri kerajinan dan industri kreatif lainnya.
Sebaran kawasan hutan rakyat diarahkan seluas 7.635,48 ha (tujuh ribu enam ratus
tiga puluh lima koma empat delapan hektar) atau 8,98% (delapan koma sembilan
delapan persen) dari luas wilayah kabupaten, yang sebarannya terdiri atas:
a. kawasan penyangga hutan lindung di pinggiran hutan lindung Batukau seluas
2.269,19 ha (dua ribu dua ratus enam puluh sembilan koma satu sembilan hektar)
tersebar di Kecamatan Selemadeg, Kecamatan Pupuan, Kecamatan Penebel dan
Kecamatan Baturiti;
b. lahan di sekitar sempadan sungai dengan skala kecil tersebar di seluruh wilayah
kabupaten;
c. lahan di sekitar sempadan jurang tersebar terutama di Kecamatan Pupuan,
Kecamatan Penebel dan Kecamatan Baturiti; dan
d. kawasan hutan rakyat lainnya tersebar terutama pada kawasan dengan kemiringan
di atas 40% (empat puluh persen) pada radius kawasan tempat suci, kawasan
sekitar pertanian dengan luasan kecil terletak di Kecamatan Pupuan, Kecamatan
Penebel dan Kecamatan Baturiti.
Rencana pengembangan kawasan hutan rakyat di wilayah Kabupaten Tabanan untuk
konservasi berupa kebun raya yang berada di luar kawasan hutan diarahkan di
Kawasan Pura Dalem Balingkang.
Arahan pengelolaan kawasan peruntukan hutan rakyat, mencakup:
a. mengembangkan kawasan peruntukkan hutan rakyat pada lahan dengan
kemiringan di atas 40% (empat puluh persen), yang berupa hak milik masyarakat
yang beralih fungsi menjadi kegiatan budidaya lainnya;
b. mendukung pencapaian tutupan vegetasi hutan minimal 30% (tiga puluh persen)
dari luas wilayah kabupaten;

107
c. integrasi hasil produksi tanaman kayu dengan kegiatan industri kecil dan industri
kreatif;
d. pengembangan fungsi penyangga pada kawasan peruntukkan hutan rakyat yang
berbatasan dengan hutan lindung; dan
e. reboisasi dan rehabilitasi lahan pada kawasan lahan kritis.
B. Kawasan Pertanian
Kawasan peruntukan pertanian ditetapkan dengan kriteria: 
a. memiliki kesesuaian lahan untuk dikembangkan sebagai kawasan pertanian; 
b. ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan abadi;  
c. mendukung ketahanan pangan nasional; dan/atau 
d. dapat dikembangkan sesuai dengan tingkat ketersediaan air.
Kawasan pertanian seluas 48.021,56 ha (empat puluh delapan ribu dua puluh satu
koma lima enam hektar) atau 56,52% (lima puluh enam koma lima dua persen) dari
luas wilayah kabupaten.
Pengelolaan kawasan pertanian secara umum dilaksanakan melalui :
a. pengembangan masterplan pengembangan pertanian;
b. pemetaan potensi lahan pertanian;
c. penguatan manajemen subak;
d. pengembangan penelitian pengembangan komoditas unggulan dan sistem pola
tanam yang mampu mengadaptasi kondisi perubahan iklim;
e. pemantapan pelayanan jaringan irigasi;
f. pencegahan dan pembatasan alih fungsi lahan sawah beririgasi;
g. pengembangan secara bertahap sistem pertanian organik di seluruh wilayah
kabupaten/kota;
h. penetapan pencapaian target luas lahan pertanian berkelanjutan sekurang-
kurangnya 90% (sembilan puluh persen) dari luas lahan yang ada sejak
ditetapkannya Peraturan Daerah ini;
i. pengembangan kawasan-kawasan sentra produksi pertanian melalui sistem
agribisnis terpadu yang terintegrasi dengan pengembangan Kawasan Agropolitan;
dan
j. pengembangan kebijakan pengintegrasian sektor pertanian dengan pariwisata.
Kawasan pertanian di wilayah Kabupaten Tabanan mencakup :
1. Kawasan Tanaman Pangan
a. Kawasan tanaman pangan diarahkan dalam rangka menjaga ketahanan pangan
wilayah, mempertahankan jati diri budaya Bali dan memantapkan status
Tabanan sebagai lumbung pangannya Bali.
b. Kawasan tanaman pangan berupa kawasan lahan basah beririgasi diarahkan
seluas 16.883,19 ha (enam belas ribu delapan ratus delapan puluh tiga koma satu
sembilan hektar) atau 19,87% (sembilan belas koma delapan tujuh persen) dari
luas wilayah kabupaten yang melayani kurang lebih 222 (dua ratus dua puluh
dua) subak terdiri atas:
1) Kecamatan Selemadeg Barat seluas 774,69 ha (tujuh ratus tujuh puluh empat
koma enam sembilan hektar) melayani 15 (lima belas) subak;

108
2) Kecamatan Selemadeg seluas 1.295,74 ha (seribu dua ratus sembilan puluh
lima koma tujuh empat hektar) melayani 17 (tujuh belas) subak;
3) Kecamatan Selemadeg Timur seluas 1.880,70 ha (seribu delapan ratus
delapan puluh koma tujuh nol hektar) melayani 23 (dua puluh tiga) subak;
4) Kecamatan Kerambitan seluas 1.841,12 ha (seribu delapan ratus empat
puluh satu koma satu dua hektar) melayani 19 (sembilan belas) subak;
5) Kecamatan Tabanan seluas 1.370,22 ha (seribu tiga ratus tujuh puluh koma
dua dua hektar) melayani 23 (dua puluh tiga) subak;
6) Kecamatan Kediri seluas 1.882,31 ha (seribu delapan ratus delapan puluh
dua koma tiga satu hektar) melayani 23 (dua puluh tiga) subak;
7) Kecamatan Marga seluas 1.720,54 ha (seribu tujuh ratus dua puluh koma
lima empat hektar) melayani 27 (dua puluh tujuh) subak;
8) Kecamatan Baturiti seluas 1.646,98 ha (seribu enam ratus empat puluh enam
koma sembilan delapan hektar) melayani 18 (delapan belas) subak;
9) Kecamatan Penebel seluas 3.573,61 ha (tiga ribu lima ratus tujuh puluh tiga
koma enam satu hektar) melayani 31 (tiga puluh satu) subak; dan
10) Kecamatan Pupuan seluas 897,28 ha (delapan ratus sembilan puluh tujuh
koma dua delapan hektar) melayani 20 (dua puluh) subak.
c. Kawasan tanaman pangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ditetapkan
menjadi Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan (KP2B) seluas 93,53%
(sembilan puluh tiga koma lima tiga persen) dari luas kawasan tanaman pangan
atau seluas 15.791,17 ha (lima belas ribu tujuh ratus sembilan puluh satu koma
satu tujuh hektar) yang tersebar diseluruh kecamatan.
Arahan pengelolaan kawasan peruntukan pertanian, mencakup:
a. penyusunan rancang bangun peruntukan pertanian berdasarkan hasil
identifikasi terhadap potensi dan kondisi wilayah serta sosial budaya masyarakat
setempat;
b. penguatan kelembagaan dan manajemen subak;
c. pengembangan penelitian pengembangan komoditas unggulan, diversifikasi
produk dan sistem pola tanam yang mampu mengadaptasi kondisi perubahan
iklim;
d. optimalisasi fungsi dan pelayanan jaringan irigasi dalam upaya meningkatkan
produksi dan produktivitas lahan;
e. mengendalikan alih fungsi lahan pertanian beririgasi ke non pertanian agar
ketersediaan lahan pertanian berkelanjutan;
f. pengembangan secara bertahap sistem pertanian organik di seluruh wilayah
kabupaten;
g. penetapan pencapaian target luas lahan pertanian pangan berkelanjutan
sekurang-kurangnya 90% (sembilan puluh persen) dari luas lahan yang ada
sejak ditetapkannya Peraturan Daerah ini;
h. pengembangan sentra-sentra produksi pertanian berdasarkan kesesuaian lahan
dan persyaratan agroklimat melalui sistem agribisnis dan agroindustri terpadu;

109
i. pengembangan kebijakan untuk mendorong integrasi pertanian dengan
pariwisata melalui pengembangan agrowisata, desa wisata dan ekowisata;
j. pengembangan kawasan pertanian sekaligus berfungsi sebagai kawasan RTH dan
resapan air;
k. revitalisasi pertanian melalui intensifikasi dan ekstensifikasi lahan; dan
l. pengembangan teknologi tepat guna serta sarana dan prasarana produksi dalam
rangka peningkatan nilai tambah hasil peroduksi/pasca panen.
2. Kawasan Hortikultura
Kawasan budidaya hortikultura ditetapkan dengan kriteria:
a. pengembangan luas areal pada lahan-lahan yang memiliki potensi/kesesuaian
lahan sebagai lahan peruntukan budidaya hortikultura secara optimal;
b. pemanfaatan lahan basah yang belum beririgasi pada bulan-bulan kering; dan
c. pemilihan jenis komoditi yang memiliki nilai ekonomis tinggi dengan masa
tanam singkat.
Kawasan hortikultura merupakan kawasan lahan kering potensial untuk
pemanfaatan dan pengembangan tanaman hortikultura secara monokultur maupun
tumpang sari berupa komoditas yang berkaitan dengan buah, sayuran, bahan obat
nabati dan florikultura, termasuk didalamnya jamur, lumut dan tanaman air yang
berfungsi sebagai sayuran, bahan obat nabati, dan/atau bahan estetika yang
diarahkan seluas kurang lebih 1.675,88 ha (seribu enam ratus tujuh puluh lima
koma delapan delapan hektar) atau kurang lebih 2% (dua persen) dari luas wilayah
kabupaten terdiri atas:
a. komoditas tanaman bunga dan tanaman hias lainnya tersebar di Kawasan Desa
Candikuning, Kecamatan Baturiti dan Desa Tua, Kecamatan Marga;
b. komoditas tanaman sayur mayur di Desa Candikuning dan Desa Baturiti,
Kecamatan Baturiti;
c. komoditas tanaman buah-buahan tersebar dalam skala kecil bercampur dengan
tanaman perkebunan rakyat, terutama di Kecamatan Selemadeg Barat,
Kecamatan Pupuan, Kecamatan Penebel, Kecamatan Marga dan Kecamatan
Baturiti.
d. pemanfaatan lahan basah yang belum beririgasi pada bulan-bulan kering;
e. pemilihan jenis komoditi yang memiliki nilai ekonomis tinggi dengan masa
tanaman singkat;
f. pemantapan Kawasan Agropolitan Baturiti berbasis pertanian hortikultura
sebagai penggerak perekonomian kawasan perdesaan;
g. pengembangan kemitraan dengan sektor industri dan pariwisata; dan
h. pengembangan luasan kawasan budi daya hortikultura organik secara bertahap
pada tiap subak dan desa sesuai potensinya.
Arahan pengelolaan kawasan budidaya hortikultura, mencakup:
a. pengembangan tanaman hortikultura pada lahan-lahan yang memiliki
potensi/kesesuaian lahan termasuk pertanian perkotaan (urban farming)
b. pemanfaatan lahan basah yang belum beririgasi pada bulan-bulan kering;

110
c. pemilihan jenis komoditi yang memiliki nilai ekonomis tinggi dengan masa
tanaman singkat;
d. pembatasan perluasan lahan budidaya hortikultura sayur mayur dari kawasan
budidaya perkebunan dan peruntukan hutan rakyat;
e. pengendalian kegiatan budidaya hortikultura sayur mayur pada kawasan yang
memiliki kemiringan di atas 40% (empat puluh persen);
f. pemantapan Kawasan Agropolitan Baturiti berbasis pertanian hortikultura
sebagai penggerak perekonomian kawasan perdesaan;
g. pengembangan kemitraan dengan sektor industri dan pariwisata; dan
h. pengembangan luasan kawasan budidaya hortikultura organik secara bertahap
pada tiap subak dan desa sesuai potensinya.
3. Kawasan Perkebunan
Kawasan budidaya perkebunan ditetapkan dengan kriteria:
a. pengembangan luas areal pada lahan-lahan yang memiliki potensi/kesesuaian
lahan untuk tanaman perkebunan secara optimal dengan tetap memperhatikan
kelestarian sumberdaya lahan; dan
b. pengembangan tanaman perkebunan diprioritaskan pada tanaman yang
memiliki produktivitas tinggi dan daya saing tinggi serta mampu mendukung
kelestarian lingkungan.
Kawasan perkebunan diperuntukan bagi bagi budi daya tanaman perkebunan yang
menghasilkan bahan kebutuhan sehari-hari, bahan baku industri kecil dan
menengah dalam negeri maupun untuk memenuhi kebutuhan ekspor seluas
29.462,49 ha (dua puluh sembilan ribu empat ratus enam puluh dua koma empat
sembilan hektar) atau 34,67% (tiga puluh empat koma enam tujuh persen) dari luas
wilayah kabupaten terdiri atas:
a. perkebunan di seluruh wilayah terutama di Kecamatan Pupuan, Kecamatan
Selemadeg Barat, Kecamatan Selemadeg, Kecamatan Selemadeg Timur,
Kecamatan Baturiti, Kecamatan Penebel dan Kecamatan Marga yang dikelola
masyarakat tergabung dalam 145 (seratus empat puluh lima) subak abian; dan
b. perkebunan rakyat dengan komoditas unggulan berdaya saing global pada
kawasan-kawasan yang memiliki potensi/kesesuaian lahan terdiri atas:
1) komoditas kopi arabika di kawasan Kecamatan Baturiti;
2) komoditas kopi robusta di kawasan Kecamatan Pupuan, Kecamatan
Selemadeg Barat, Kecamatan Selemadeg, Kecamatan Selemadeg Timur dan
Kecamatan Penebel;
3) komoditas kakao di kawasan Kecamatan Pupuan, Kecamatan Selemadeg Barat,
Kecamatan Selemadeg, Kecamatan Selemadeg Timur dan Kecamatan Penebel;
dan
4) komoditas cengkeh di kawasan Kecamatan Pupuan, Kecamatan Selemadeg
Barat, Kecamatan Selemadeg, Kecamatan Selemadeg Timur, Kecamatan
Penebel, Kecamatan Marga dan Kecamatan Penebel.

Arahan pengelolaan kawasan budidaya perkebunan, mencakup:

111
a. pengembangan perkebunan rakyat dengan komoditas unggulan berdaya saing
global pada kawasan-kawasan yang memiliki potensi/kesesuaian lahan terdiri
atas:
1) komoditas kopi arabika di kawasan Kecamatan Baturiti;
2) Komoditas kopi robusta di kawasan Kecamatan Pupuan, Selemadeg Barat,
Selemadeg, Selemadeg Timur dan Penebel;
3) Komoditas kakao di kawasan Kecamatan Pupuan, Selemadeg Barat,
Selemadeg, Selemadeg Timur dan Penebel;
4) Komoditas cengkeh di kawasan Kecamatan Pupuan, Selemadeg Barat,
Selemadeg, Selemadeg Timur dan Penebel, Marga dan Penebel.
b. Peningkatan pelayanan sarana dan prasarana pendukung sistem agribisnis dan
agroindustri.
c. Penguatan sistem kelembagaan kelompok tani atau gabungan kelompok tani
yang terintegrasi dengan subak abian;
d. pengembangan kemitraan dengan sektor industri dan pariwisata; dan
e. pengembangan perkebunan yang terintegrasi dengan kegiatan pertanian lainnya
dengan konsep Simantri;
f. pengembangan luasan kawasan perkebunan organik secara bertahap berbasis
Subak Abian dan kawasan sesuai potensi.
g. wilayah yang menghasilkan produk perkebunan yang bersifat spesifik lokasi
dilindungi kelestariannya dengan sertifikat indikasi geografis;
h. wilayah yang sudah ditetapkan untuk dilindungi kelestariannya dengan indikasi
geografis dilarang dialihfungsikan;
i. pengembangan agrowisata dan pemantapan kawasan agropolitan berbasis
tanaman perkebunan sebagai penggerak perekonomian kawasan perdesaan.

4. Kawasan Peternakan
Kawasan budidaya peternakan ditetapkan dengan kriteria:
a. pemanfaatan area pertanian untuk menghasilkan produk usaha peternakan yang
bernilai ekonomi tinggi;
b. pengembangan pada area pertanian lahan kering atau kritis yang
produktivitasnya rendah;
c. keterpaduan kegiatan peternakan dengan kawasan pertanian tanaman
tahunan/perkebunan;
d. kemampuan mendayagunakan bahan pakan rerumputan, semak dan pepohonan
serta hasil pertanian dan limbah pertanian secara optimal untuk pakan ternak;
e. kemampuan mengoptimalkan sumber daya lahan dan lingkungan secara optimal;
dan
f. kemampuan mempertahankan pelestarian plasma nutfah dan konservasi lahan
secara berkelanjutan.
Kawasan peternakan di wilayah Kabupaten Tabanan mencakup :
a. Kawasan peruntukan peternakan diperuntukkan bagi kegiatan peternakan
hewan besar, hewan kecil dan unggas, tidak dikembangkan dalam bentuk padang

112
penggembalaan ternak sehingga batasan lokasinya tidak dapat dipetakan secara
tegas yang diarahkan secara terpadu dan terintegrasi bercampur dengan
kawasan peruntukan pertanian;
b. Sebaran kawasan peternakan meliputi:
1) kawasan ternak besar terdiri atas:
a) ternak sapi tersebar di seluruh wilayah terutama di Kecamatan Kerambitan
dan Kecamatan Baturiti, Kecamatan Selemadeg Barat, Kecamatan
Selemadeg, Kecamatan Selemadeg Timur, Kecamatan Tabanan, Kecamatan
Kediri dan Kecamatan Marga; dan
b) ternak kambing terutama di Kecamatan Pupuan dan Kecamatan Selemadeg
Barat.
2) kawasan ternak kecil terdiri atas:
a) ternak unggas ayam ras petelur terutama di Kecamatan Penebel; dan
b) ternak ayam buras/ayam kampung terutama di Kecamatan Kerambitan.
Arahan pengelolaan kawasan peruntukan kegiatan peternakan, mencakup:
a. Pengembangan ternak besar seperti ternak sapi, kambing dan lainnya
dikembangkan secara berkelompok maupun individu tergabung dalam
permukiman perdesaan dan peruntukan pertanian dalam arti luas;
b. Pengembangan ternak kecil dalam bentuk usaha peternakan separti peternakan
ayam, diarahkan untuk tidak berdampingan langsung dengan kawasan
permukiman
c. Arahan pengembangan ternak sapi dominan terdapat di Kecamatan Penebel,
Baturiti, Marga, Selemadeg dan Selemadeg Timur
d. Arahan pengembangan ternak unggas ayam ras dominan terdapat di Kecamatan
Penebel
e. Pengelolan limbah ternak untuk diintegrasikan dengan system pertanian
f. pemanfaatan lahan pertanian yang dapat mensuplai bahan makanan ternak
secara terpadu dan terintegrasi; dan
g. pemanfaatan lahan pekarangan permukiman perdesaan, untuk kegiatan
peternakan skala rumah tangga.
C. Kawasan Perikanan
1. Kawasan Perikanan Tangkap
Kawasan perikanan tangkap di wilayah Kabupaten Tabanan terdiri atas :
a. perikanan tangkap di perairan umum meliputi kegiatan perikanan tangkap di
perairan Danau Beratan di Kecamatan Baturiti, Waduk Telaga Tunjung di
Kecamatan Kerambitan;
b. perikanan tangkap di perairan laut dengan jalur penangkapan ikan di wilayah
pengelolaan penangkapan;
c. sebaran kegiatan perikanan tangkap di perairan laut sebagaimana dimaksud
pada huruf b meliputi:
1) perikanan laut skala kecil meliputi kawasan yang memiliki kelompok nelayan
tradisional di Desa Lalanglinggah, Kecamatan Selemadeg Barat; Desa Antap

113
Kecamatan Selemadeg; Desa Sudimara, Kecamatan Tabanan; dan desa-desa
lainnya yang memiliki kelompok nelayan; dan
2) perikanan laut skala menengah meliputi kawasan pangkalan pendaratan ikan
(PPI)/ tempat pelelangan ikan (TPI) di Yeh Gangga, Desa Sudimara,
Kecamatan Tabanan, Desa Antap Kecamatan Selemadeg dan desa-desa lainnya
yang memiliki potensi pengembangan perikanan laut.
d. prasarana pendukung kegiatan perikanan laut sebagaimana dimaksud pada
huruf b meliputi:
1) Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)/Tempat Penimbangan Ikan di Pantai Soka,
Kecamatan Selemadeg Barat dan pengembangan baru di Pantai Yeh Gangga,
Desa Sudimara, Kecamatan Tabanan; dan
2) pangkalan perahu/jukung nelayan tradisional, tersebar di pantai-pantai di
seluruh desa nelayan.
2. Kawasan Perikanan Budi Daya
Kawasan perikanan budi daya di wilayah Kabupaten merupakan budi daya
perikanan air tawar yang terdiri atas :
a. perikanan budi daya di Danau Beratan berupa Keramba Jaring Apung (KJA);
b. perikanan budi daya sawah bersama ikan (minapadi), kolam air tenang dan
saluran irigasi, meliputi:
1) Kecamatan Baturiti;
2) Kecamatan Penebel;
3) Kecamatan Marga;
4) Kecamatan Tabanan;
5) Kecamatan Kediri;
6) Kecamatan Kerambitan;
7) Kecamatan Selemadeg Barat;
8) Kecamatan Selemadeg;
9) Kecamatan Selemadeg Timur; dan
10) Kecamatan Pupuan.
c. kawasan perikanan budi daya perairan umum;
d. UPTD Produksi Perikanan Budidaya (PPB) dan unit pembibitan rakyat (UPR)
meliputi:
1) PPB Meliling di Desa Meliling, Kecamatan Kerambitan;
2) PPB Pesiapan di Desa Dauh Peken, Kecamatan Tabanan;
3) PPB Penebel di Desa Pitra, Kecamatan Penebel;
4) PPB Bolangan di Desa Babahan, Kecamatan Penebel; dan
5) PPB yang tersebar di seluruh kecamatan.
3. Kawasan Pengolahan Ikan
a. Pengembangan kawasan minapolitan Penebel – Tabanan sebagai zona sentra
(Minapolis) yang didukung zona pendukung (hinterland) meliputi Kecamatan
Marga, Baturiti, Kediri, Kerambitan, Selemadeg Timur, Selemadeg, Selemadeg
Barat dan Pupuan, berbasis perikanan budidaya yang tersebar di Kecamatan

114
Penebel yang didukung sarana pasar ikan di Kawasan Tuakilang Kecamatan
Tabanan.
b. Kawasan pengolahan ikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi
kegiatan industri perikanan dan kelautan terdiri atas:
1) yang mengolah hasil-hasil budi daya perikanan darat di Delod Peken Kota
Tabanan; dan
2) sentra-sentra industri kecil dan kerajinan rumah tangga yang mengolah
hasil-hasil perikanan di Desa Lalanglinggah, Kecamatan Selemadeg Barat;
Desa Antap, Kecamatan Selemadeg; Desa Sudimara, Kecamatan Tabanan dan
desa-desa lainnya yang tersebar di Kawasan Perkotaan Tabanan, desa-desa
pesisir dan desa-desa kawasan budi daya perikanan.
c. Kawasan perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diarahkan pada
kawasan pesisir Tabanan di luar kawasan pusat-pusat kegiatan pariwisata, dan
perikanan laut baik pembudidayaan maupun penangkapannya di wilayah laut
kabupaten.
D. Kawasan Pertambangan dan Energi
Kawasan peruntukan kegiatan pertambangan ditetapkan dengan kriteria:
a. memiliki potensi pertambangan, diutamakan terutama pada cadangan akibat
letusan gunung berapi yang terdiri dari pasir dan batu;
b. berada dalam zonasi pertambangan yang telah ditetapkan;
c. kegiatan eksploitasi dibatasi sampai dengan upaya untuk mengembalikan rona awal
lahan di tempat galian C tersebut;
d. tidak menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan; dan
e. eksplorasi bahan tambang di luar dapat dikembangkan secara terbatas sesuai
dengan potensi yang ada, dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.
Kawasan peruntukan pertambangan di wilayah Kabupaten Tabanan, meliputi:
a. kawasan pertambangan mineral, meliputi kawasan pertambangan batuan yang
tersebar di seluruh wilayah kabupaten dengan pemanfaatan secara terbatas dan
memperhatikan kelestarian lingkungan;
b. kawasan panas bumi yaitu pendayagunaan potensi panas bumi di Kawasan
Candikuning, Kecamatan Baturiti untuk alternatif energi yang selanjutnya diatur
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
c. lokasi kegiatan pertambangan pengambilan air bawah tanah tersebar di seluruh
wilayah kabupaten dengan pemanfaatan secara terbatas sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pengelolaan peruntukan kawasan pertambangan adalah:
a. pengendalan kegiatan pertambangan rakyat berupa pengambilan batu padas, tanah
liat dan pasir, pada kawasan yang potensial dengan memperhatikan kelestarian
lingkungan; dan
b. pelarangan kegiatan pengambilan batu padas, pasir dan batu pada kawasan-
kawasan tebing sungai.
E. Kawasan Peruntukkan Industri

115
Kawasan peruntukan industri, merupakan kawasan peruntukan industri untuk usaha
mikro, kecil dan menengah yang potensi dan sebarannya meliputi:
1. industri kecil dan menengah khusus keramik di Desa Pejaten;
2. industri terkait pengolahan bahan makanan potensi sumber daya perkebunan yang
ada seperti kopi, kakao, buah-buahan lainnya berupa agroindustri di Kawasan
Agropolitan;
3. pengembangan industri-industri kecil kreatif di dalam kawasan permukiman baik
industri kerajinan, makan olahan dan unggulan lainnya;
4. industri terkait hasil perikanan tangkap atau perikanan budidaya;
5. industri terkait bahan setengah jadi, untuk produksi barang kerajinan dari bahan
hasil kehutanan (kayu);
6. industri kecil kerajinan dan cinderamata untuk menunjang kegiatan pariwisata; dan
7. industri kreatif lainnya.
Arahan pengelolaan kawasan peruntukan kegiatan industri mencakup:
a. mendorong pengembangan zona industri Cepaka, Kaba-Kaba, Pejaten dan Kawasan
agropolitan yang dilengkapi dengan sarana dan infrastruktur pendukung yang
memadai;
b. integrasi zona industri dengan pemanfaatan ruang lainnya;
c. pembuangan limbah kegiatan industri baik ke udara, darat maupun perairan harus
memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan oleh instansi yang berwenang;
d. pengembangan industri yang tidak terkait dengan potensi sumber alam setempat
harus tetap memberi manfaat dan kesejahteraan bagi masyarakat setempat; dan
e. integrasi kegiatan industri kecil kreatif bercampur dengan kawasan budidaya
lainnya secara terpadu dan tidak saling mengganggu.
F. Kawasan Pariwisata
Kawasan pariwisata diintegrasikan dengan kawasan peruntukan lainnya secara
terpadu dalam bentuk KSPD dan KSPDK yang menjadi bagian dari KSP. Kawasan
peruntukan pariwisata ditetapkan dengan kriteria:
a. memiliki keindahan panorama alam dan/atau bangunan peninggalan budaya yang
mempunyai nilai sejarah;
b. memiliki karakteristik masyarakat dengan kebudayaan bernilai tinggi dan diminati
oleh wisatawan;
c. memiliki potensi sarana dan prasarana pendukung kawasan; dan
d. memiliki cadangan lahan yang mencukupi untuk kawasan efektif pariwisata.
Kawasan Pariwisata di wilayah Kabupaten Tabanan, mencakup :

1. Kawasan Pariwisata
a. Kawasan Pariwisata dalam bentuk KSPD, mencakup :
1) KSPD Soka seluas 1.397,60 ha (seribu tiga ratus sembilan puluh tujuh koma
enam nol hektar) terdiri atas:
a) Desa Lalanglinggah dan Desa Antosari Kecamatan Selemadeg Barat;
b) Desa Antap dan Desa Brembeng di Kecamatan Selemadeg;
c) Desa Beraban dan Desa Tegalmengkeb di Kecamatan Selemadeg Timur; dan

116
d) Desa Kelating dan Desa Tibubiu di Kecamatan Kerambitan.
Arahan pengelolaan KSPD Soka, secara umum, mencakup:
a) dalam kawasan pariwisata terdapat potensi daya tarik wisata, aksesibilitas
yang memadai, ketersediaan fasilitas umum dan fasilitas pariwisata serta
aktivitas sosial budaya masyarakat yang saling mendukung dalam
perwujudan kepariwisataan;
b) pengaturan kawasan pariwisata dilaksanakan dengan menetapkan luasan
dan lokasi pengembangan kawasan peruntukan efektif pariwisata sebagai
lokasi peruntukan akomodasi wisata beserta fasilitas pendukung lainnya;
c) penetapan kawasan peruntukkan efektif pariwisata lebih lanjut diatur
dalam rencana rinci tata ruang kawasan strategis pariwisata ditetapkan
dengan Peraturan Daerah.
d) akomodasi wisata berupa hotel berbintang, kondominium hotel (kondotel),
hote butik, pondok wisata dan akomodasi wisata lainnya; dan
e) fasilitas penunjang wisata berupa restoran dan sejenisnya, biro perjalanan,
penyewaan kendaraan, fasilitas kesehatan dan perbankan, penggung
kesenian dan hiburan lainnya, perdagangan sourvenir dan produk-produk
kerajinan seni, serta jasa kepariwisataan lainnya.
2) KSPD Tanah Lot seluas 685,95 ha (enam ratus delapan puluh lima koma
sembilan lima hektar) terdiri atas:
a) Desa Beraban, Desa Belalang, Pangkung Tibah, Pandak Gede, dan Desa
Bengkel di Kecamatan Kediri; dan
b) Desa Sudimara di Kecamatan Tabanan.

Arahan pengelolaan Kawasan Pariwisata Tanah Lot mencakup:


a) pengembangan KSPD dengan konsep ekowisata untuk memperkuat
kekhususan sebagai kawasan tempat suci, pelestarian lingkungan hidup,
pelestarian budaya dan konservasi pesisir;
b) pemanfaatan ruang untuk fasilitas akomodasi dan fasilitas penunjang
kepariwisataan dibatasi dan diatur lebih lanjut dalam rencana rinci tata
ruang kawasan strategis pariwisata ditetapkan dengan Peraturan Daerah;
dan
c) pengembangan KSPD berbasis pariwisata kerakyatan dan kearifan lokal.
b. Kawasan pariwisata dalam bentuk KSPDK meliputi bagian dari KSPDK Bedugul-
Pancasari di wilayah Kabupaten Tabanan seluas 383,84 ha (tiga ratus delapan
puluh tiga koma delapan empat hektar) meliputi Desa Candikuning dan Desa
Batunya Kecamatan Baturiti.
Arahan pengelolaan KSPDK Bedugul – Pancasari di wilayah Kabupaten Tabanan
mencakup:
1) pengembangan KSPDK dengan konsep agrowisata dan ekowisata untuk
memperkuat kekhususan kawasan sebagai kawasan pelestarian lingkungan
hidup, kawasan resapan air dan produksi perkebunan;

117
2) pemanfaatan ruang untuk fasilitas akomodasi dan fasilitas penunjang
kepariwisataan dibatasi dan diatur lebih lanjut dalam rencana rinci tata ruang
kawasan strategis pariwisata ditetapkan dengan Peraturan Daerah; dan
3) pengembangan KSPDK berbasis pariwisata kerakyatan dan kearifan lokal.
2. Daya Tarik Wisata (DTW)
DTW merupakan pusat-pusat kegiatan yang memiliki potensi sebagai daya tarik
wisata terdiri atas:
a. DTW alam yang terdiri atas:
1) wisata pantai yang meliputi Pantai Nyanyi, Pantai Tanah Lot, Pantai Kedungu
semuanya berlokasi di Kecamatan Kediri; Pantai Yeh Gangga di Kecamatan
Tabanan; Pantai Kelating, Pantai Pasut terletak di Kecamatan Kerambitan;
Pantai Beraban, Pantai Kelecung di Kecamatan Selemadeg Timur; Pantai
Bebali, Pantai Bulungdaya, Pantai Soka, dan Pantai Bonian di Kecamatan
Selemadeg; Pantai Batulumbang, Pantai Suwangaluh, Pantai Lalanglinggah,
dan Pantai Selabih terletak di Kecamatan Selemadeg Barat;
2) wisata alam yang meliputi Danau Beratan, Lembah Pacung, Yeh Panes dan
Hutan Bambu Angseri di Kecamatan Baturiti; Alas Kedaton di Kecamatan
Marga; Kawasan Jatiluwih, Yeh Panas Penatahan, Yeh Panas Belulang di
Kecamatan Penebel; Kawasan Hutan Mekori, Air Terjun Pupuan di Kecamatan
Pupuan; dan Waduk Telaga Tunjung di Kecamatan Kerambitan;
3) wisata petualangan yang meliputi trekking Jatiluwih, trekking Gunung
Batukau, ATV ride, wisata bersepeda di Kecamatan Penebel, trekking di
Kecamata Baturiti dan sebagainya;
4) wisata bahari yang meliputi selancar air (surfing) di Pantai Soka di Kecamatan
Selemadeg, Pantai lalanglinggah di Kecamatan Selemadeg Barat, Pantai Pasut
dan Pantai Kelating di Kecamatan Kerambitan; dan
5) agrowisata yang meliputi Agrowisata Strawberry dan sayur di Candikuning
Kecamatan Baturiti, perkebunan kopi di Pupuan Kecamatan Pupuan,
agroindustri kakao di Desa Gadungan Kecamatan Selemadeg Timur,
Agrowisata tanaman hias di Marga Kecamatan Marga, Agrowisata beras
organik dan agrowisata beras merah di Desa Jatiluwih Kecamatan Penebel.
b. DTW buatan terdiri atas:
1) wisata pendidikan dan penelitian yang meliputi Kebun Raya Bedugul di
Kecamatan Baturiti, Museum Mandala Mathika Subak di Kecamatan Kediri ,
Taman Makam Pahlawan Margarana di Kecamatan Marga, dan Taman Kupu-
kupu Wanasari di Kecamatan Tabanan;
2) wisata belanja yang meliputi Kawasan Tanah Lot, Kawasan Pasar Kediri di
Kecamatan Kediri, Pasar Tradisional Tabanan di Kecamatan Tabanan,
Kawasan Pasar Candkuning, Pasar Agro Baturiti, Kawasan Joger di Kecamatan
Baturiti; dan
3) wisata olahraga yang meliputi Lapangan Golf Nirwana Bali Resort di
Kecamatan Kediri.
c. DTW budaya terdiri atas:

118
1) wisata budaya yang meliputi Kawasan Pura Ulundanu Beratan di Kecamatan
Baturiti, Kawasan Luar Pura Batukau, Pura Pucaksari di Kecamatan Penebel,
Kawasan Pura Tanah Lot, Kawasan Pura Pekendungan di Kecamatan Kediri,
Sarinbuana di Kecamatan Selemadeg, Puri Anyar, Puri Gede Kerambitan di
Kecamatan Kerambitan;
2) wisata sejarah yang meliputi Taman Makam Pahlawan Margarana Kecamatan
Marga, Taman Makam Pahlawan Pancakatirta diKecamatan Tabanan dan
Kawasan Monumen Pahlawan Munduk Malang di Kecamatan Selemadeg
Timur;
3) wisata kesenian yang meliputi Sanggar Tari Wratnala di Kecamatan Kediri,
Puri Gede Kerambitan di Kecamatan Kerambitan, dan Gedung Kesenian I Ketut
Maria di Kecamatan Tabanan; dan
4) desa wisata meliputi:
 Desa Wisata Pinge Kecamatan Marga;
 Desa Wisata Belimbing Kecamatan Pupuan;
 Desa Wisata Jatiluwih Kecamatan Penebel;
 Desa Wisata Nyambu Kecamatan Kediri;
 Desa Wisata Kukuh Kecamatan Marga;
 Desa Wisata Beraban Kecamatan Kediri;
 Desa Wisata Sesandan/Sekartaji Tabanan;
 Desa Wisata Angseri Kecamatan Baturiti;
 Desa Wisata Wanasari Kecamatan Tabanan;
 Desa Wisata Yeh Gangga Kecamatan Tabanan;
 Desa Wisata Abiantuwung Kecamatan Kediri;
 Desa Wisata Candikuning Kecamatan Baturiti;
 Desa Wisata Mengesta Kecamatan Penebel;
 Desa Wisata Biaung Kecamatan Penebel;
 Desa Wisata Tibubiu Kecamatan Kerambitan;
 Desa Wisata Kelating Kecamatan Kerambitan;
 Desa Wisata Kerambitan Kecamatan Kerambitan;
 Desa Wisata Gadungan Kecamatan Selemadeg Timur
 Desa Wisata Dalang Kecamatan Selemadeg timur;
 Desa Wisata Antap/Soka Kecamatan Selemadeg;
 Desa Wisata Wanagiri Kecamatan Selemadeg;
 Desa Wisata Lalanglinggah/ Surabrata Kecamatan Selemadeg
 Desa Wisata Pujungan Kecamatan Pupuan;
 Desa Wisata Galiukir/ Kebon Padangan Kecamatan Pupuan;
 Desa Wisata Mekarsari Kecamatan Baturiti;
 Desa Wisata Mayungan/Antapan Kecamatan Baturiti;
 Desa Wisata Penatahan Kecamatan Penebel;
 Desa Wisata Munduktemu Kecamatan Pupuan;
 Desa Wisata Berembeng Kecamatan Selemadeg;
119
 Desa Wisata Cau Tua Kecamatan Marga;
 Desa Wisata Tegalinggah Kecamatan Penebel;
 Desa Wisata Rejasa Kecamatan Penebel;
 Desa Wisata Pesagi Kecamatan Penebel;
 Desa Wisata Sangketan Kecamatan Penebel;
 Desa Wisata Wangaya Gede Kecamatan Penebel;
 Desa Wisata Tengkudak Kecamatan Penebel;
 Desa Wisata Senganan Kecamatan Penebel;
 Desa Wisata Babahan Kecamatan Penebel;
 Desa Wisata Sudimara Kecamatan Tabanan;
 Desa Wisata Kaba-kaba Kecamatan Kediri;
 Desa Wisata Peken Belayu Kecamatan Marga;
 Desa Wisata Gunung Salak Kecamatan Selemadeg Timur;
 Desa Wisata Tista Kecamatan Kerambitan;
 Desa Wisata Sanda Kecamatan Pupuan;
 Desa Wisata Tajen Kecamatan Penebel.
 Desa Wisata Bongan Kecamatan Tabanan;
 Desa Wisata Lumbung Kauh Kecamatan Selemadeg Barat; dan
 Desa Wisata Antosari Kecamatan Selemadeg Barat.
Arahan pengelolaan KDTW mencakup:
1) pengembangan KDTW didasarkan atas pengembangan pariwisata kerakyatan
berbasis kearifan lokal dan masyarakat setempat, yang ditunjang
pengembangan fasilitas penunjang pariwisata seperti jasa pelayanan makan
dan minum, akomodasi wisata kerakyatan, agrowisata, ekowisata, desa wisata,
wisata spiritual, wisata bahari dan lainnya;
2) pengembangan intensif fasilitas akomodasi dan fasilitas penunjang pariwisata
pada KDTW yang berupa kawasan fungsional atau keseluruhan satu desa,
dapat dikembangkan secara tersebar dan terbatas, diluar kawasan lindung
dan kawasan lahan pertanian berkelanjutan sesuai ketentuan peraturan
zonasi KDTW;
3) pengembangan prasarana dan sarana transportasi untuk mempermudah
akses keseluruhan DTW; dan
4) penataan ruang kawasan KDTW didasarkan atas Peraturan Daerah tentang
RDTR Kawasan yang lebih luas, selanjutnya dilengkapi dengan Peraturan
Zonasi.
G. Kawasan Permukiman
Kawasan peruntukan permukiman ditetapkan dengan kriteria:
a. berada di luar kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan rawan bencana; 
b. memiliki akses menuju pusat kegiatan masyarakat di luar kawasan; dan/atau 
c. memiliki kelengkapan prasarana, sarana, dan utilitas pendukung.
Kawasan permukiman merupakan kawasan yang diperuntukan bagi kegiatan
permukiman atau didominasi oleh lingkungan hunian yang diarahkan seluas 15.493,26

120
ha (lima belas ribu empat ratus sembilan puluh tiga koma dua enam hektar) atau
18,23% (delapan belas koma dua tiga persen) dari keseluruhan luas wilayah meliputi:
1. Kawasan Permukiman Perkotaan
Kawasan permukiman perkotaan di wilayah Kabupaten Tabanan seluas 3.861,91 ha
(tiga ribu delapan ratus enam puluh satu koma sembilan satu hektar), meliputi:
a. kawasan permukiman di Kawasan Perkotaan Tabanan; dan
b. kawasan permukiman di kawasan perkotaan yang berfungsi PPK meliputi
kawasan perkotaan Lalanglinggah, Bajera, Megati, Sembunggede, Marga, Baturiti,
Penebel, Pupuan, Candikuning dan Kerambitan.
Arahan pengelolaan kawasan permukiman perkotaan, mencakup:
a. intensifikasi dan ekstensifikasi permukiman pada Kawasan Perkotaan Tabanan
termasuk Kediri;
b. perluasan permukiman baru di Kawasan Perkotaan Pupuan, Bajera dan Baturiti;
c. membatasi perluasan pengembangan permukiman di Kawasan Perkotaan
Penebel, Lalanglinggah, Marga, Megati, Sembunggede, Candikuning dan
Kerambitan;
d. mengembangkan kelengkapan fasilitas penunjang permukiman mencakup:
fasilitas perdagangan dan jasa, fasilitas pemerintahan, fasilitas pendidikan,
fasilitas kesehatan, fasilitas peribadatan, fasilitas rekreasi dan olah raga, ruang
terbuka hijau dan fungsi pemanfaatan ruang lainnya sesuai karakter tiap
kawasan permukiman perkotaan;
e. peningkatan kualitas lingkungan perumahan dan permukiman, mencakup:
1) revitalisasi (peremajaan) kawasan perumahan kumuh (slums) dan kawasan-
kawasan tertentu dengan lingkungan yang tidak teratur untuk meningkatkan
kualitas lingkungan dan wajah kota;
2) penertiban lingkungan perumahan liar (squatter); dan
3) penataan dan peningkatan kualitas lingkungan perumahan pada kawasan
yang tidak terjangkau jaringan jalan kendaraan roda empat; dan
4) peningkatan tata bangunan dan lingkungan yang berjatidiri budaya Bali.
f. kawasan permukiman lebih lanjut diatur dengan Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR) Kawasan yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
2. Kawasan Permukiman Perdesaan
Kawasan permukiman perdesaan di wilayah Kabupaten seluas 11.631,35 ha
(sebelas ribu enam ratus tiga puluh satu koma tiga lima hektar), meliputi seluruh
pemusatan permukiman pada desa-desa yang berfungsi PPL dan kawasan
perdesaan lainnya.
Arahan pengelolaan kawasan permukiman perdesaan, mencakup:
a. intensifikasi pada pemusatan permukiman perdesaan yang telah ada;
b. ekstensifikasi untuk pengembangan baru permukiman perdesaan secara terbatas
di sekitar pemusatan permukiman yang telah ada;
c. membatasi alih fungsi lahan pertanian sebagai kawasan permukiman;
d. mengembangkan kelengkapan fasilitas penunjang permukiman sebagai
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang

121
mendukung perikehidupan dan penghidupan skala kawasan perdesaan, terdiri
atas fasilitas perdagangan dan jasa, fasilitas pemerintahan desa, fasilitas
pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas peribadatan, fasilitas rekreasi dan olah
raga, ruang terbuka hijau dan fungsi pemanfaatan ruang lainnya sesuai karakter
tiap kawasan permukiman; dan
e. kawasan permukiman lebih lanjut diatur dalam Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR) Kawasan yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
H. Kawasan Pertahanan dan Keamanan
1. Kawasan pertahanan dan keamanan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28
ayat (3) huruf i, berupa fasilitas, sarana dan prasarana pertahanan keamanan
disesuaikan dan diserasikan dengan program-program pembangunan bidang
lainnya
2. Fasilitas sarana dan prasarana pertanahan dan kemananan negara meliputi:
a. Komplek Rindam IX Udayana terdapat di Desa Banjar Anyar Kecamatan Kediri;
b. Komando Daerah Militer (KODIM) 1619 dan Kepolisian Resort (Polres) yang
berlokasi di Kecamatan Tabanan; dan
c. Komando Rayon Militer (KORAMIL) dan Kepolisian Sektor yang tersebar di
setiap ibukota Kecamatan di Kabupaten Tabanan.

122
Gambar 2. 19 Peta Pola Ruang Kabupaten Tabanan

123
2.6 Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dalam penyusunan Rencana Tata Ruang (RTR) Kawasan
Strategis WBD Jatiluwih ini terdiri atas bagian-bagian berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini memuat latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup wilayah
perencanaan, dan dasar hukum penyusunan RTR Kawasan Strategis WBD Jatiluwih.
BAB II KETENTUAN UMUM
Bab ini memuat istilah dan definisi, kedudukan RTR Kawasan Strategis WBD
Jatiluwih dalam penataan ruang, fungsi dan manfaat RTR Kawasan Strategis WBD
Jatiluwih, masa berlaku RTR Kawasan Strategis WBD Jatiluwih dan sistematika
pembahasan.
BAB III TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI
Bab ini memuat kedudukan tujuan penataan ruang kawasan, tujuan penataan ruang
kawasan, kebijakan penataan ruang kawasan, dan strategi penataan ruang Kawasan
Strategis WBD Jatiluwih.
BAB IV KONSEP PENGEMBANGAN
Bab ini memuat tentang konsep dan sasaran pengembangan Kawasan Strategis
WBD Jatiluwih.
BAB V RENCANA STRUKTUR RUANG
Pada bab ini akan dibahas mengenai rencana struktur ruang Kawasan Strategis
WBD Jatiluwih yang terdiri atas sistem pelayanan kegiatan, sistem jaringan pergerakan
dan sistem jaringan prasarana dan sarana.
BAB VI RENCANA POLA RUANG
Pada bab ini akan dibahas mengenai rencana distribusi peruntukan ruang yang
antara lain meliputi pembagian kawasan inti (kawasan pemanfaatan terbatas dan kawasan
publik) dan kawasan penyangga.
BAB VII ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
Berisi mengenai program pemanfaatan ruang prioritas, lokasi, besaran, sumber
pendanaan, instalansi pelaksanaan serta waktu dan tahapan pelaksanaan.
BAB VIII ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang Kawasan Strategis WBD Jatiluwih
memuat ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan pemberian
insentif dan disinsentif, serta ketentuan pengenaan sanksi.
BAB IX PENGELOLAAN KAWASAN
Pada bab ini dibahas mengenai kewenangan kabupaten, kelembagaan formal dan
kelembagaan swasta, kerjasama pengelolaan antara pemerintah dengan swasta, pihak
ketiga dan pihak swasta
BAB X HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN SERTA
Pemabahasan pada bab ini adalah tentang hak dan kewajiban serta peran
masyarakat baik pada tahap penyusunan rencana tata ruang, pemanfaatan ruang, maupun
tahap pengendalian pemanfaatan ruang

124
125

Anda mungkin juga menyukai