Anda di halaman 1dari 38

BAB 4

RENCANA
STRUKTUR
RUANG
4.1. Rencana Struktur Ruang
4.2. Rencana Sistem Kegiatan
4.3. Rencana Sistem Pusat Agropolitan
4.4. Rencana Jaringan Prasarana
4.1. RENCANA STRUKTUR RUANG
4.1.1. PENETAPAN KAWASAN INTI DAN PENUNJANG
Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) Agropolitan Sembalun merupakan kawasan
strategis koridor ekonomi dengan tipologi kegiatan pertanian dan perkebunan di Kabupaten
Lombok Timur. Kawasan ini dikembangkan berdasarkan potensi ekonomi yang
menjadikannya sebagai obyek strategis wilayah pertanian, yang mencakup kegiatan
pertanian beserta sarana pendukungnya. Berdasarkan obyek strategisnya, wilayah
perencanaan dibagi menjadi dua mintakat, yaitu kawasan inti dan kawasan penyangga.

4.1.1.1. KAWASAN INTI


Kawasan inti merupakan bagian utama dari kegiatan pengembangan di wilayah
KSK Agropolitan Sembalun. Kawasan inti terdiri atas 4 Desa dengan total luas wilayah
sebesar 12.323,40 Ha dengan detail penjabaran sebagai berikut:

Tabel 4.1. Pembagian Wilayah Kawasan Inti


NO. NAMA DESA LUAS (Ha)
1. Sembalun 1.638,831
2. Sembalun Bumbung 2.972,751
3. Sembalun Lawang 4.450,040
4. Sembalun Timba Gading 3261,776
TOTAL 12.323,40
Sumber: Hasil Rencana, 2018

4.1.1.2. KAWASAN PENYANGGA


Kawasan penyangga berfungsi untuk mendukung kegiatan utama pada kawasan inti
Agropolitan Sembalun. Kawasan Penyangga terdiri atas 2 Desa dengan total luas wilayah
sebesar 6.315,03 Ha dengan detail penjabaran sebagai berikut:

Tabel 4.2. Pembagian Wilayah Kawasan Penyangga


NO. NAMA DESA LUAS (Ha)
1. Bilok Petung 1.728,757
2. Sajang 4.586,273
TOTAL 6.315,03
Sumber: Hasil Rencana, 2018
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Tata Ruang
Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) Agropolitan Sembalun
4.1.1.3. PEMBAGIAN BLOK
Menurut Pedoman Penyusunan Rencana Kawasan Strategis Kabupaten (2014)
sistem perwilayahan kawasan strategis terdiri dari Bagian Wilayah Kota (BWP), Sub Bagian
Wilayah Kota (SBWP), Blok dan Sub Blok. Ada dua alternatif sistem perwilayahan yang
dapat dipakai, yaitu :
 SBWP, Blok dan Sub Blok
 Blok dan Sub Blok
Di antara keduanya, sistem perwilayahan yang lebih sesuai dengan Kawasan
Strategis Kabupaten (KSK) Agropolitan Sembalun adalah Blok dan Sub Blok. Dasar
pertimbangannya adalah:
1. Dasar pemikiran penyusunan rencana kawasan strategis adalah berangkat dari obyek
strategis yang akan dikembangkan, bukan kawasan perkotaan. Karena itu terminologi
Sub Bagian Wilayah Perkotaan (SBWP) harus dipahami sebagai sistem perwilayahan
dalam penyusunan RDTRK.
2. Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) Agropolitan Sembalun bukan kawasan perkotaan.
Secara faktual wilayah perencanaan lebih didominasi lahan pertanian dan permukiman
perdesaan. Karena itu penggunaan terminologi SBWP sangat pas untuk digunakan
dalam penyusunan rencana kawasan strategis ini.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) Agropolitan
Sembalun dibagi menjadi enam SBWP dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 4.3. Pembagian SBWP dan Blok


SBWP BLOK LUAS (Ha) ZONA DESA
A A-1 2.092,69 Zona Inti Desa Sembalun Bumbung
A A-2 765,44 Zona Inti Desa Sembalun Bumbung
A A-3 114,62 Zona Inti Desa Sembalun Bumbung
B B-1 124,40 Zona Inti Desa Sembalun Lawang
B B-2 58,55 Zona Inti Desa Sembalun Lawang
B B-3 530,04 Zona Inti Desa Sembalun Lawang
B B-4 125,33 Zona Inti Desa Sembalun Lawang
B B-5 3.611,72 Zona Inti Desa Sembalun Lawang
C C-1 42,14 Zona Inti Desa Sembalun Timba Gading
C C-2 230,32 Zona Inti Desa Sembalun Timba Gading
C C-3 58,96 Zona Inti Desa Sembalun Timba Gading
C C-4 2.930,36 Zona Inti Desa Sembalun Timba Gading
D D-1 360,95 Zona Inti Desa Sembalun
D D-2 215,85 Zona Inti Desa Sembalun
D D-3 1.062,03 Zona Inti Desa Sembalun
E E-1 943,75 Zona Penyangga Desa Sajang
E E-2 418,49 Zona Penyangga Desa Sajang
E E-3 3.227,22 Zona Penyangga Desa Sajang
SBWP BLOK LUAS (Ha) ZONA DESA
F F-1 493,40 Zona Penyangga Desa Bilok Petung
F F-2 968,06 Zona Penyangga Desa Bilok Petung
F F-3 267,29 Zona Penyangga Desa Bilok Petung
Sumber: Hasil Rencana, 2018
4.2. RENCANA SISTEM KEGIATAN
Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) Agropolitan Sembalun merupakan Kawasan
Strategis Kabupaten dengan tipologi kawasan agropolitan, dimana kawasan agropolitan
mempunyai sektor perekonomian utama di bidang pertanian dalam artian luas yaitu dapat
berupa sektor pertanian tanaman pangan, pertanian hortikultura, perkebunan, dan
peternakan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 50 Tahun 2012 tentang Pedoman
Pengembangan Kawasan Pertanian, pendekatan pengembangan kawasan pertanian
(agropolitan) dirancang untuk meningkatkan efektivitas kegiatan, efisiensi anggaran dan
mendorong keberlanjutan kawasan komoditas unggulan. Melalui pendekatan sistem
agribisnis, pengembangan kawasan komoditas unggulan ini meliputi aspek pengadaan input
produksi, proses produksi komoditas, aspek pemasaran, pengolahan komoditas, serta aspek
penyuluhan dan permodalan, yang disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan
komoditas unggulan di kawasan setempat. Secara spasial, pengembangan kawasan
komoditas unggulan di Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) Agropolitan Sembalun ini
mewujudkan terbentuknya pusat-pusat kegiatan yang mencerminkan kegiatan utama
masyarakat di Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) Agropolitan Sembalun.

4.2.1. RENCANA SISTEM PERMUKIMAN


Untuk pusat permukiman penduduk di Kawasan Strategis Kabupaten (KSK)
Agropolitan Sembalun ini, diarahkan pada pusat kecamatan (Pusat Pelayanan
Kawasan/PPK), dengan dilengkapi sarana pelayanan permukiman seperti: fasilitas
pendidikan, kesehatan, perdagangan dan jasa. Sedangkan untuk permukiman di wilayah-
wilayah yang bukan merupak pusat kecamatan umumnya menyebar di sepanjang jalan-jalan
utama. Meskipun wilayah KSP ini termasuk kategori kawasan permukiman perdesaan
dengan kegiatan utamanya adalah pertanian, akan tetapi tidak terdapat pengelompokkan
permukiman pada lahan-lahan pertanian (sentra produksi primer). Sistem kawasan
peruntukan permukiman di Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) Agropolitan Sembalun
dibedakan menjadi:
4.2.1.1. KAWASAN PERMUKIMAN PERDESAAN
Kawasan peruntukan permukiman perdesaan tersebar di seluruh wilayah
Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) Agropolitan Sembalun, yaitu permukiman selain di
kawasan perkotaan kecamatan. Kawasan permukiman perdesaan ini meliputi kawasan
permukiman penduduk di perkampungan yang ada, kecuali perkampungan penduduk
yang berada di kawasan lindung (Taman Nasional Rinjani). Rencana pengembangan
permukiman perdesaan direncanakan tersebar di seluruh kawasan dengan arahan
pengelolaan kawasan permukiman perdesaan meliputi:
a. Pengembangan permukiman perdesaan dekat dengan sentra produksi
primer/lahan pertanian,
b. Pengembangan permukiman perdesaan sedapat mungkin tidak pada lahan
produktif dan pada lahan beririgasi teknis,
c. Peningkatan kondisi lingkungan permukiman perdesaan melalui perbaikan kondisi
rumah yang tidak layak huni,
d. Mendukung peningkatan produksi hasil pertanian, dengan memanfaatkan lahan
perkarangan untuk tanaman komoditas unggulan Kawasan Strategis Kabupaten
(KSK) Agropolitan Sembalun.

4.2.1.2. KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN


Kawasan peruntukan permukiman perkotaan dan rencana pengembangannya
tersebar di semua kecamatan yaitu pada kawasan perkotaan kecamatan. Selain itu,
beberapa wilayah yang memiliki indek kekotaan yang tinggi juga berpotensi untuk
berkembang menjadi permukiman perkotaan. Arahan pengelolaan kawasan
permukiman perkotaan meliputi:
a. Pengembangan kawasan permukiman perkotaan kecamatan direncanakan
dengan memperhitungkan daya tampung perkembangan penduduk, sarana, dan
prasarana yang dibutuhkan,
b. Pengembangan kawasan permukiman perkotaan kecamatan yaitu secara infiltrasi
pada lahan–lahan yang masih kosong di kawasan permukiman yang sudah
berkembang,
c. Kawasan permukiman perkotaan kecamatan dilengkapi dengan sarana pelayanan
sosial dan ekonomi yang tersebar merata di lingkungan permukiman,
d. Perlu adanya pengendalian intensitas bangunan agar tidak berkembang menjadi
permukiman padat.

4.3. RENCANA SISTEM PUSAT AGROPOLITAN


4.3.1. RENCANA SENTRA PRODUKSI PRIMER
Sentra produksi primer merupakan kawasan dimana terletak kegiatan utama
Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) Agropolitan Sembalun berada. Sesuai dengan tipologi
KSK yakni sebagai kawasan agropolitan, maka kegiatan utamanya adalah kegiatan
pertanian. Kemudian berdasarkan penetapan komoditas unggulan Agropolitan, maka sektor
kegiatan pertanian yang unggulan adalah sektor pertanian hortikultura sayur dan buah,
sektor perkebunan, serta sektor peternakan.
Untuk sentra produksi primer sendiri dibedakan lagi menjadi sentra produksi primer
utama dan sentra produksi primer penunjang. Sentra produksi primer utama adalah kawasan
yang mempunyai hasil produksi tertinggi komoditas unggulan KSK Agropolitan Sembalun,
sedangkan sentra produksi primer penunjang adalah kawasan-kawasan dengan hasil
komoditas unggulan KSK yang potensial untuk dikembangkan.

4.3.2. RENCANA SENTRA PRODUKSI SEKUNDER


Sentra produksi sekunder merupakan kawasan dimana terletak kegiatan agro-industri
(pengolahan hasil pertanian). Berdasarkan penetapan komoditas unggulan KSK dan sentra-
sentra produksinya, maka dapat ditentukan pengembangan kegiatan agroindustri
(pengolahan hasil pertanian) di Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) Agropolitan Sembalun.
Berdasarkan kondisi eksisting kegiatan pengolahan komoditas unggulan KSK, serta
pertimbangan kemungkinan pengembangan industri pengolahan di masa mendatang, maka
ditetapkanlah sentra produksi sekunder di wilayah Kawasan Strategis Kabupaten (KSK)
Agropolitan Sembalun untuk mendukung pengembangan kawasan agropoolitan yang
berdasarkan pada prinsip agribisnis.
Sedangkan jika ditinjau dari skala kegiatan,untuk sentra produksi sekunder (industri
pengolahan hasil pertanian) yang terdapat di Kawasan Strategis Kabupaten (KSK)
Agropolitan Sembalun, skala kegiatan industri yang direncanakan adalah industri kecil dan
menengah. Kegiatan pada sentra produksi sekunder ini harus ditunjang dengan banyak
aspek agar dapat menghasilkan produkproduk olahan yang mempunyai pangsa pasar yang
luas dan jelas (kualitas baik, jumlah mencukupi, harga bersaing, mempunyai ciri khas).

4.3.3. RENCANA PUSAT KEGIATAN PARIWISATA


Sistem pusat kegiatan lainnya yang akan dikembangkan di Kawasan Strategis
Kabupaten (KSK) Agropolitan Sembalun yang berpengaruh terhadap struktur ruang adalah
penetapan pusat kegiatan pariwisata berupa desa wisata. Pengembangan desa wisata ini
tidak terlepaas dari adanya potensi geografis daerah pegunungan yang mendukung
termasuk adanya obyek wisata Gunung Rinjani yang terdapat dan berbatasan langsung
pada wilayah perencanaan. Selain itu, penetapan desa wisata ini juga merupakan bagian
dari pengembangan kegiatan pariwisata yang terdapat di wilayah perencanaan sendiri.
Dari kondisi eksisting di Kecamatan Sembalun dapat dijadikan sebagai daya Tarik
wisata yang bisa dimanfaatkan untuk pengembangan kawasan desa wisata berbasis
agropolitan atau disebut juga sebagai agrowisata.
Tabel 4.4. Rencana Pengembangan Kegiatan Pariwisata
JENIS KEGIATAN LOKASI
Wisata Utama  Penanaman ragam tanaman sayur buah, Desa Sembalun, Desa
peternakan dan segala aktivitasnya. Sembalun Bumbung, Desa
 Turut dalam serangkaian proses produksi Sembalun Lawang, Desa
baik sayuran, buah maupun pengolahan Sembalun Timba Gading
peternakan.
 Pengamatan inovasi teknologi dan
praktiknya.
Wisata  Memperoleh informasi umum tentang Desa Sembalun, Desa
Pendukung kawasan Sembalun. Sembalun Bumbung, Desa
Langsung  Menikmati suasana istirahat dengan Sembalun Lawang, Desa
nuansa perdesaan. Sembalun Timba Gading
Wisata  Keliling lokasi wilayah Sembalun. Desa Sembalun, Desa
Pendukung Tidak  Penginapan. Sembalun Bumbung, Desa
Langsung Sembalun Lawang, Desa
Sembalun Timba Gading
Sumber: Hasil Rencana, 2018

Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan rencana pengembangan pariwisata


Agropolitan Sembalun secara spasial dan non-spasial. Adapun rencana pengembangan
secara spasial antara lain sebagai berikut:
1) Menyediakan rute perjalanan yang mengelilingi kawasan desa wisata yang
memperlihatkan kegiatan sehari-hari masyarakat Sembalun.
2) Ketersediaan sarana transportasi khusus menuju ke obyek wisata yang belum bisa
terjangkau oleh wisatawan dan kondisi jalan yang baik demi kenyaman perjalanan
wisatawan menuju obyek wisata.
3) Penyediaan fasilitas pendukung dan penunjang wisata di setiap obyek wisata yang
belum terdapat fasilitas yang mendukung dalam pengembangan obyek wisata yang
belum berkembang.
4) Penyediaan fasilitas penginapan berkonsep budaya setempat yang juga menjadikan
ciri khas wilayah Sembalun.
5) Menyediakan toko souvenir yang menjual hasil pertanian ataupun cinderamata yang
berciri khas kawasan desa wisata Sembalun sehingga dapat dikenal oleh masyarakat
luar.
6) Penyediaan fasilitas rumah makan yang memberikan suasana pedesaan, terjaga
kebersihannya dan menyajikan menu berciri khas Sembalun.
7) Menyediakan tempat rekreasi yang masih memanfaatkan kondisi eksisting yang ada
di wilayah Sembalun.
Sedangkan konsep pengembangan secara non spasial kawasan pariwisata Agropolitan
Sembalun antara lain sebagai berikut:
1) Menjadikan sebagai peraturan kepada wisatawan yang berkunjung dan melakukan
aktivitas wisata di wilayah Sembalun.
2) Mengembangkan kawasan desa wisata yang berbasis agrowisata yang juga memiliki
atraksi lain yaitu mempelajari cara bercocok tanam yang baik dan merawat hewan
ternak hingga menghasilkan panen.
3) Peningkatan kualitas sumber daya manusia dengan cara memberikan pelatihan,
menambah wawasan tentang pariwisata, cara memperlakukan wisatawan dan juga
lancar berbahasa inggris agar masyarakat dapat merasakan secara langsung
dampak dari pengembangan kawasan desa wisata khususnya di wilayah Sembalun.
4) Diperlukan media promosi dengan cara membuat web tentang kawasan desa wisata
Sembalun yang tersambung langsung dengan web Kabupaten Lombok Timur dan
juga berkerja sama dengan media-media promosi yang ada.
5) Dalam proses pengembangan kawasan desa wisata Sembalun juga melibatkan
masyarakat setempat atau tokoh masyarakat dari seluruh desa dalam proses
pengembangannya.
6) Diperlukan peraturan atau kebijakan pemerintah yang mengatur dalam proses
pengembangannya kawasan Desa Wisata Sembalun lebih lanjut.

Gambar 4.1. Ilustrasi Penyediaan Fasilitas Desa Wisata (1. Gerbang, 2. Kandang
Komunal, 3. Gedung Serbaguna, 4. Kios)
Sumber: Survei Literatur, 2018
4.4. RENCANA JARINGAN PRASARANA
Rencana jaringan prasarana merupakan pengembangan hierarki sistem jaringan
prasarana yang ditetapkan dalam rencana struktur ruang yang termuat dalam RTRW
Kabupaten Lombok Timur. Rencana jaringan prasarana ini berfungsi sebagai:
a. Pembentuk sistem pelayanan, terutama pergerakan, di dalam wilayah;
b. Dasar perletakan jaringan serta rencana pembangunan prasarana dan utilitas dalam
wilayah sesuai dengan fungsi pelayanannya; dan
c. Dasar rencana sistem pergerakan dan aksesibilitas lingkungan dalam RTBL dan
rencana teknis sektoral.
Rencana jaringan prasarana dirumuskan berdasarkan :
a. Rencana struktur ruang wilayah yang termuat dalam RTRW Kabupaten Lombok
Timur;
b. Kebutuhan pelayanan dan pengembangan bagi wilayah;
c. Rencana pola ruang wilayah yang termuat dalam RDTR;
d. Sistem pelayanan, terutama pergerakan, sesuai fungsi dan peran wilayah; dan
e. Ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.
Rencana jaringan prasarana dirumuskan dengan kriteria :
a. Memperhatikan rencana struktur ruang bagian wilayah lainnya dalam wilayah kota
(internal) dan/atau wilayah administrasi kabupaten/kota sekitarnya (eksternal) yang
berbatasan langsung dengan wilayah perencanaan;
b. Menjamin keterpaduan dan prioritas pelaksanaan pembangunan prasarana dan
utilitas pada wilayah perencanaan;
c. Mengakomodasi kebutuhan pelayanan prasarana dan utilitas wilayah; dan
d. Mengakomodasi kebutuhan fungsi dan peran pelayanan kawasan di dalam struktur
ruang wilayah.

4.4.1. RENCANA SISTEM JARINGAN PERGERAKAN


Rencana sistem jaringan pergerakan di wilayah KSK Agropolitan Sembalun meliputi
rencana yang mengatur seluruh sistem penujang bagi angkutan jalan raya. Pengembangan
sistem jaringan transportasi di wilayah KSK Agropolitan Sembalun secara umumnya
setidaknya harus memperhatikan 3 (tiga) elemen diataranya:
1. Sistem Kegiatan, sebagai demand (permintaan) akan kebutuhan pelayanan jasa
transportasi yang biasanya ditandai dengan karakteristik fungsi kegiatan dari struktur
ruang kota;
2. Sistem Jaringan Transportasi, sebagai supply (penyediaan) untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan jasa transportasi, yang akan menyangkut masalah prasarana
dan sarana transportasi;
3. Sistem Pergerakan, sebagai dampak dari adanya interaksi antara sistem kegiatan
yang diwujudkan dalam pergerakan orang dan barang dalam suatu sistem jaringan
transportasi (ship follow trade or trade follow ship).
Elemen ini dipengaruhi oleh karakteristik lingkungan yang berkaitan dengan aspek
fisik, ekonomi, sosial-budaya dan teknologi. Lingkup perwilayahan, baik wilayah regional
maupun nasional juga turut mempengaruhi keseluruhan sistem transportasi. Keterkaitan
antar sistem tersebut perlu memperhatikan struktur ruang kota berdasarkan hirarki kota yang
terbentuk.
Untuk memperlancar arus pergerakan penduduk di wilayah perencanaan secara
umum, maka diperlukan rencana pengembangan pola pergerakan di wilayah KSK
Agropolitan Sembalun yang bertujuan untuk:
1. Menciptakan aksesibilitas dan mobilitas yang sesuai untuk pertumbuhan aktivitas;
2. Meningkatkan kemudahan pergerakan antarlokasi;
3. Menyediakan kegiatan transportasi yang murah, aman, nyaman, dan cepat
dengan menata sistem transportasi angkutan umum; dan
4. Meningkatkan fungsi sarana transportasi yang ada dengan memperbaiki dan
melengkapi prasarana dan sarana pendukungnya.
Oleh sebab itu, pola pergerakan di wilayah Kecamatan Sembalun secara umum dan
wilayah KSK Agropolitan Sembalun secara khusus di masa mendatang perlu diarahkan
sebagai berikut :
1. Perlu adanya peningkatan perkerasan jaringan jalan dari jalan tanah menjadi jalan
aspal;
2. Perlu adanya pelebaran jalan sesuai dengan hierarki jalan; dan
3. Pengembangan jaringan jalan baru yang bertujuan untuk peningkatan aksesibilitas
pada unit-unit lingkungan.

4.4.1.1. RENCANA JARINGAN JALAN


Rencana jaringan jalan wilayah KSK Agropolitan Sembalun meliputi rencana
pengembangan jalan berdasarkan fungsi jalan. Rencana fungsional jalan di wilayah KSK
Agropolitan Sembalun didasarkan kepada kawasan yang dihubungkan oleh ruas jalan
tersebut. Penataan fungsional jaringan jalan tersebut dimaksudkan agar ruas jalan dapat
beroperasi secara maksimal dalam menyalurkan lalu lintas yang berjalan pada ruas
jalan tersebut. Berdasarkan rencana penataan kawasan di wilayah KSK Agropolitan
Sembalun maka rencana fungsional jaringan jalan di kawasan tersebut meliputi :
1. Pengembangan jaringan jalan arteri sebagai ruas jalan dengan kelas jalan
nasional, yaitu ruas Jalan Suela - Sembalun – Sambelia - Pringgabaya.
2. Pengembangan jaringan jalan yang berfungsi sebagai jalan usaha tani yang
tersebar di seluruh wilayah.
3. Pengembangan jaringan jalan lingkungan terdiri atas :
a. Pengembangan jaringan jalan lingkungan yang berada di seluruh wilayah
khususnya zona perumahan.
b. Pembangunan jaringan jalan lingkungan rencana yang berada di seluruh
wilayah khususnya zona perumahan.
Untuk lebih jelasnya tentang rencana jaringan pergerakan di wilayah KSK
Agropolitan Sembalun dapat dilihat pada Peta Rencana Jaringan Pergerakan dan
Peta Rencana Pengembangan Jalan.
4.4.1.2. RENCANA JALUR RUTE ANGKUTAN
Pergerakan angkutan umum (penumpang dan barang) di wilayah KSK
Agropolitan Sembalun dibedakan atas tiga bagian yaitu pergerakan lokal, angkutan
pedesaan dan angkutan regional (eksternal). Pergerakan angkutan lokal adalah khusus
untuk melayani kebutuhan angkutan umum dalam lingkup lokal kawasan permukiman,
yaitu dengan menggunakan angkutan roda dua (ojek) yang memiliki mobilitas tinggi dan
dapat menjangkau seluruh wilayah kecamatan di Kawasan Agropolitan Sembalun.
Angkutan pedesaan ialah untuk melayani kebutuhan angkutan antar pusat kecamatan
dengan desa-desa sekitarnya. Jenis angkutan yang digunakan ialah kendaraan kecil
pick up dan mini bus (engkel).
Untuk angkutan regional meliputi angkutan antar kecamatan yang
menghubungkan Kawasan Agropolitan Sembalun dengan kecamatan lain di sekitarnya,
dengan jenis angkutan yang digunakan menggunakan minibus/engkel. Selain untuk
angkutan manusia kendaraan ini juga dimanfaatkan penduduk untuk mengangkut hasil
bumi ke kota kecamatan atau pusat kabupaten dan bahkan ke pasar-pasar yang berada
di luar Kabupaten Lombok Timur. Pada saat ini, di wilayah KSK Agropolitan Sembalun
belum terdapat terminal khusus yang berfungsi untuk menampung armada angkutan
umum.
Adapun arahan rencana penyediaan sarana parasarana serta jalur rute angkutan
di wilayah KSK Agropolitan Semabalun adalah sebagai berikut:
1. Mengendalikan tempat-tempat perhentian angkutan umum dengan
merencanakan pembangunan halte sehingga memudahkan pengguna angkutan
umum untuk menunggu kendaraan angkutan umum.
2. Melakukan penetapan jalur angkutan barang untuk kendaraan berat sehingga
ruas-ruas jalan tidak cepat mengalami kerusakan. Ruas jalan yang dilalui
angkutan berat harus dirancang dengan struktur perkerasan jalan yang mampu
memikul beban lalu lintas berat. Penataan jalur-jalur angkutan berat tersebut akan
dapat meberikan efisiensi terhadap biaya pembangunan jaringan jalan, karena
tidak semua jaringan jalan dirancang dengan kekuatan tinggi yang tentunya harga
pembangunannya lebih mahal pula.

4.4.1.3. RENCANA JALUR PEJALAN KAKI (PEDESTRIAN)


Keberadaan pedestrian sebagai prasarana utama bagi pejalan kaki sangat
dibutuhkan pada ruas-ruas jalan di mana pola penggunaan tanah di sekitarnya
mempunyai fungsi publik. Dalam pengembangan pedestrian hendaknya dengan
memperhatikan kondisi lalu lintas (intensitas lalu lintas) serta fungsi lahan sekitarnya.
Jangan sampai pengembangan pedestrian malah menimbulkan bangkitan atau tarikan
terhadap orientasi pergerakan pejalan kaki dan menimbulkan kemacetan. Fungsi
pedestrian antara lain :
1. Jalur pejalan kaki yang dapat merangsang kegiatan ekonomi dan orientasi
pergerakan manusia sehingga dapat mengurangi kerawanan kriminal;
2. Jalur pejalan kaki yang dapat merangsang kegiatan ekonomi dan orientasi
pergerakan manusia sehingga mempunyai letak strategis dan merupakan
kawasan bisnis yang baik;
3. Jalur pejalan kaki yang dapat merangsang kegiatan ekonomi dan orientasi
pergerakan manusia sehingga mempunyai letak strategis dan bepotensial
sebagai arena promosi, pemasangan iklan dan lain-lain.
Adapun pertimbangan dalam pengembangan pedestrian, antara lain :
1. Kondisi permukaan bidang, maka pedestrian harus stabil, kuat, bertekstur relatif,
datar dan tidak licin;
2. Pengmbangan tempat peristirahatan diletakkan pada jarak periodic sesuai
dengan skala pelayanan pejalan kaki (>180 meter);
3. Perhitungan ukuran tanjakan (gradient) pada beberapa lokasi yang
curam/bergelombang hendaknya diperhitungkan sesuai dengan kenyamanan
pejalan kaki;
4. Dimensi pedestrian disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan pengguna jalan
tersebut. Ukuran lebar pedestrian menurut kelas jalan dengan lebar badan jalan
minimal 7 meter direncanakan memiliki lebar jalur pedestrian 1,5 – 2 meter;
5. Sistem penerangan dan perlindungan terhadap sinar matahari. Sistem
penerangan di malam hari harus cukup untuk menjamin keamanan. Disiang hari
dibutuhkan pengembangan tanaman peneduh yang sesuai.
Manfaat yang ingin diperoleh dengan adaya perencanaan pedestrian adalah:
1. Aspek lalu lintas, meliputi teraturnya fasilitas parkir dan sirkulasi lebih aman dan
lancar;
2. Aspek ekonomi, meliputi timbulnya tempat pedagangan baru, mengurangi
pengeluaran uang transportasi dan menarik kegiatan baru;
3. Aspek lingkungan, meliputi mengurangi tingkat polusi dan mempengaruhi citra
fisik kota; dan
4. Aspek sosial, meliputi terciptanya interaksi antar manusia.
Kebutuhan pengembangan pedestrian pada umumnya berada pada pusat
kegiatan publik, yaitu sepanjang kawasan yang memiliki nilai strategis di kawasan
perencanaan.
4.4.1.4. RENCANA PENGEMBANGAN JARINGAN ENERGI/KELISTRIKAN
Sumber tenaga listrik yang melayani penduduk wilayah KSK Agropolitan
Sembalun berasal dari PLN. Sistim pendistribusiannya dengan menggunakan sistim
jaringan atas tanah dan hantaran udara, yang terdiri dari jaringan penghantar tegangan
menengah dan jaringan penghantar tegangan rendah. Pada umumnya pola jaringan
listrik tersebut selalu mengikuti pola jaringan jalan yang ada. Jarak antara tiang listrik
sekitar 50 meter. Secara umum jumlah pelanggan tertinggi digunakan untuk keperluan
rumah tangga. Kapasitas daya terpasang di setiap rumah tangga berkisar 450 – 900
watt.
Untuk menghitung kebutuhan daya listrik di wilayah KSK Agropolitan Sembalun
sampai dengan tahun 2038 digunakan standar kebutuhan listrik dengan
pengelompokkan pada pemakaian perumahan dan pemakaian fasilitas umum.

Tabel 4.5. Rencana Kebutuhan Listrik di Kawasan Perencanaan Tahun 2038

Sumber: Hasil Perhitungan

Jaringan distribusi yang sudah ada di wilayah KSK Agropolitan Sembalun adalah
jaringan tegangan menengah dan pengembangan jaringan listrik ini nantinya
disesuaikan dengan kebutuhan daya listrik tahun 2038. Untuk menyalurkan daya listrik
jaringan tegangan menengah ke tegangan rendah dibutuhkan gardu distribusi. Jika tiap
gardu listrik diasumsikan memiliki kapasitas sebesar 50 – 100 KVA atau melayani 30 –
70 unit bangunan dengan daya listrik minimal 1.300 VA/unit bangunan, maka jumlah
gardu listrik yang dibutuhkan sampai dengan tahun 2037 adalah sebesar 97 Unit.
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka rencana pengembangan jaringan
energi/kelistrikan di kawasan wilayah KSK Agropolitan Sembalun, meliputi:
1. Pengembangan distribusi listrik, yang terdiri atas :
a. Rencana gardu 50-100 KVA tersebar di sekitar permukiman yang berada di
seluruh wilayah perencanaan.
b. Rencana Transformator Distribusi, tersebar di sekitar jaringan jalan utama yang
berada di seluruh wilayah perencanaan.
2. Pengembangan jaringan pendistribusian kelistrikan, terdiri atas :
a. Jaringan Saluran Umum Tegangan Menengah (SUTM) yang tersebar di
seluruh wilayah perencanaan.
b. Jaringan Saluran Umum Tegangan Rendah (SUTR) yang tersebar di seluruh
wilayah perencanaan.
Untuk lebih jelasnya mengenai rencana pengembangan jaringan energi/kelistrikan dapat
dilihat pada Peta Rencana Jaringan Energi dan Kelistrikan.
4.4.1.5. RENCANA PENGEMBANGAN JARINGAN TELEKOMUNIKASI
Telekomunikasi terus meningkat seiring dengan berkembangnya teknologi
informasi. Sistem jaringan telekomunikasi di wilayah KSK Agropolitan Sembalun
diarahkan pada kawasan perumahan dan non perumahan. Sistem jaringan
telekomunikasi terbagi menjadi sistem jaringan telepon kabel dan sistem jaringan
nirkabel untuk pelayanan telepon selular.
Kebutuhan telepon kabel diperkirakan tidak terlalu meningkat secara signifikan
karena penggunaan telepon selular yang begitu pesat, sehingga Rencana
pengembangan jaringan telekomunikasi di wilayah KSK Agropolitan Sembalun
diarahkan menggunakan sistem jaringan nirkabel. Adapun rencana pengembangan
sistem jaringan nirkabel untuk telepon selular, mobile fixphone, fiber optic, dan teknologi
informasi berbasis internet adalah :
1. Menata lokasi menara telekomunikasi dan BTS (Base Transceiven Station) terpadu
secara kolektif antaroperator yang lokasinya ditetapkan dengan Peraturan Bupati;
2. Mengembangkan teknologi telematika berbasis teknologi modern pada wilayah-
wilayah pusat pertumbuhan;
3. Membentuk jaringan telekomunikasi dan informasi yang menghubungkan setiap
wilayah pertumbuhan antarpusat kegiatan;
4. Peningkatan sistem informasi telekomunikasi pembangunan yang berbasis
teknologi internet; dan
5. Pengembangan jaringan internet nirkabel (wi-fi) pada kawasan-kawasan strategis
tertentu.
Pengembangan stasiun-stasiun komunikasi nirkabel atau menara telekomunikasi
dengan arahan pengembangan sebagai berikut:
1. Penggunaan tanah sekitar menara telekomunikasi difungsikan sebagai kawasan
RTH dan jauh dari permukiman;
2. Pemagaran yang rapat di sekeliling kaki tower dengan jarak yang cukup jauh demi
keamanan, karena mempunyai tegangan tinggi;
3. Menerapkan konsep menara bersama yang dapat digunakan untuk penempatan
beberapa antena dari beberapa penyelenggara telekomunikasi (telecommunication
vendor) dan/atau penyiaran dengan isolasi antar pemancar 30 dB atau dengan
jarak antar antena 3 meter; dan
4. Pendirian menara di sekitar kawasan cagar budaya harus menyesuaikan ketentuan
estetika lingkungan kawasan setempat.
Pengembangan sistem jaringan telekomunikasi di BWP KSK Agropolitan
Sembalun, meliputi:
1. Penyediaan Jaringan Telekomunikasi Telepon Nirkabel
Rencana penyediaan jaringan telekomunikasi telepon nirkabel (wireless), terdiri
atas:
a. Penetapan menara telekomunikasi/menara Base Transciever System (BTS)
yang dimanfaatkan secara bersama yang tersebar di semua wilayah dengan
ketentuan khusus antara lain :
 Tidak berada pada kawasan permukiman padat penduduk;
 Tidak berada pada kawasan yang dimanfaatkan secara publik yang
aktifitasnya terus menerus (fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas
ibadah); dan
 Tidak mengganggu pemanfaatan kawasan lindung, yang berdampak pada
penurunan degradasi lingkungan dan alih fungsi lahan.
b. Penyediaan jaringan internet untuk masyarakat atau wifi, dengan penempatan
pada:
 Kawasan bagi pelayanan sosial masyarakat, seperti perkantoran
pemerintah, gedung pertemuan dan lain-lain yang tersebar di wilayah
perencanaan.
 Kawasan pendidikan yang ada di wilayah perencanaan.
2. Pengembangan Sistem Jaringan telekomunikasi
Rencana pengembangan jaringan telekomunikasi dengan memanfaatkan jaringan
kabel udara dan kabel tanam yang berserat optic, untuk meningkatkan system
telekomunikasi yang baik dan lancar, tersebar diseluruh wilayah perencanaan.
Untuk lebih jelasnya mengenai rencana pengembangan jaringan telekomunikasi dapat
dilihat pada Peta Rencana Prasarana Telekomunikasi.
4.4.1.6. RENCANA PENGEMBANGAN JARINGAN AIR BERSIH
Secara umum letak Kecamatan Sembalun yang berada di ketinggian dan jarak
yang cukup jauh dengan kecamatan-kecamatan lainnya sehingga menyebabkan
Kecamatan Sembalun tidak mendapat layanan air bersih dari PDAM. Demikian juga
bagi masyarakat yang berada di wilayah KSK Agropolitan Sembalun, dimana untuk
dapat memenuhi kebutuhan air bersih, masyarakat di wilayah perencanaan tersebut
memanfaatkan air sumur maupun mata air sebagai sumber air bersihnya.
Namun berdasarkan kondisi saat ini, secara umum masyarakat mengalami
kekurangan air bersih terutama pada musim kemarau. Kebutuhan air bersih untuk
penduduk di wilayah KSK Agropolitan Sembalun sampai dengan tahun 2038 dapat
dihitung berdasarkan standar kebutuhan yang ada, yaitu seperti yang tertera pada tabel
berikut:
Tabel 4.6. Perkiraan Kebutuhan Air Bersih di Kawasan Perencanaan

Sumber: Hasil Rencana

Adapun rencana pengembangan jaringan air minum di wilayah KSK Agropolitan


Sembalun, meliputi:
 Pemanfaatan dan pengelolaan mata air dengan penyediaan sarana
bak penampung atau reservoir.
 Pembangunan sumur bor disekitar permukiman dengan sistem
distribusi komunal dan sambungan rumah (SR), terutama pada permukiman
yang relatif jauh dari sumber mata air.
 Air bersih dari sumber air disalurkan melalui pipa jaringan utama
(primer), untuk disalurkan ke reservoir, kemudian dari reservoir didistribusikan ke
jaringan sekunder. Jenis pipa yang dipergunakan adalah pipa PVC berdiameter
3” – 4”.
 Dengan mempergunakan jaringan pipa sekunder, air bersih
didistribusikan ke lingkungan perumahan maupun kegiatan lainnya. Jenis pipa
yang digunakan adalah pipa PVC berdiameter 1,5” – 2” yang diletakkan di sisi
jalan kolektor dan jalan lingkungan.
 Selanjutnya air bersih didistribusikan ke jaringan pipa tersier untuk
disalurkan ke setiap pelanggan (rumah tangga). Jenis pipanya adalah pipa PVC
dengan diameter 0,5” – 1”.
 Pengelolaan sistem distribusi air minum dapat dikelola antara
pemerintah desa dengan masyarakat melalui PamDes.
4.4.1.7. RENCANA PENGEMBANGAN JARINGAN DRAINASE
Perkembangan suatu kawasan ditandai dengan meningkatnya jumlah kawasan
terbangun, sehingga memerlukan sistem drainase yang terencana dan memadai serta
memperhatikan aspek lingkungan untuk menyalurkan air buangan dan limpahan hujan
ke saluran pembuangan induk. Daerah tangkapan air saat ini tidak lagi dibatasi oleh
ketinggian topografi, akan tetapi sudah banyak diwarnai oleh rekayasa teknik dengan
pola-pola aliran buatan sesuai dengan arah aliran drainase yang paling menguntungkan.
Perkembangan konsep sistem drainase telah bergeser dari bagaimana
membuang kelebihan air hujan secepatnya ke dalam pembuangan alam (sungai),
menjadi bagaimana meresapkan sebanyak-banyaknya kelebihan air hujan ke dalam
tanah. Dalam kaitannya dengan konservasi, di wilayah KSK Agropolitan Sembalun
sangat mungkin diterapkan sistem drainase berorientasi konservasi sumber air. Teknik
yang dapat ditempuh antara lain dengan penggunaan dinding saluran berbahan porus,
sumur resapan, dan memanfaatkan kawasan tangkapan air alami (kawasan pertanian)
alam sebagai tampungan.
Air hujan yang harus dibuang yang berasal dari daerah tangkapan air, dilayani
pada sistem drainase yang terpisah dengan sistem pembuangan limbah rumah tangga.
Namun demikian, kebijakan tersebut pada umumnya masih sulit diterapkan karena
membutuhkan biaya yang relatif mahal. Air buangan limbah rumah tangga sebaiknya
dialirkan pada bak pengumpul, diolah dan dibuang ke saluran drainase setelah
kualitasnya sesuai.
Adapun rencana pengembangan dan penataan sistem jaringan drainase pada
wilayah KSK Agropolitan Sembalun meliputi :
1. Rencana pengembangan jaringan drainase primer :
 Jaringan drainse primer sebagai saluran utama memanfaatkan
sungai yang melintasi BWP KSK Agropolitan Sembalun;
 Penertiban bangunan sempadan sungai yang tidak sesuai dengan
ketentuan garis sempadan;
 Membatasi sempadan sungai sebagai jalur inspeksi untuk perawatan
dan memanfaatkannya sebagai jalur hijau dan jogging track;
 Penerapan konsep pembangunan muka rumah mengahadap
saluran;
 Sosialisasi kepada masyarakat sekitar agar turut berpartisipasi
dalam kebersihan dan pengoptimalan fungsi sempadan sungai.
2. Rencana pengembangan jaringan drainase sekunder :
 Pengerukan/normalisasi dan pembersihan saluran yang ada.
 Pembangunan saluran drainase permanen di kawasan permukiman
padat dengan menerapkan konsep gravitasi dan mengikuti bentuk kontur alam;
 Membatasi kanan dan kiri saluran drainase dengan garis sempadan
yang cukup untuk melakukan kegiatan perawatan dan pemeliharaan saluran
secara berkala;
 Pengembangan jaringan drainase sistem tertutup di pusat
perkantoran, pusat kegiatan perdagangan dan jasa, jalan-jalan utama tertentu,
serta daerah yang mempunyai lebar jalan yang kecil;
 Pengembangan jaringan drainase sistem terbuka di kawasan
permukiman dan sepanjang jaringan jalan;
 Pengembangan jaringan drainase dengan sistem saluran samping
jalan sejajar dengan pengembangan jaringan jalan; dan
 Rencana pengembangan jaringan drainase sekunder tersebar di
sepanjang jalan kolektor dan jalan lokal di seluruh BWP.
3. Rencana pengembangan drainase tersier tersebar di jaringan jalan lingkungan
pada seluruh Sub BWP.
Untuk lebih jelasnya mengenai rencana pengembangan jaringan drainase dapat dilihat
pada Peta Rencana Jaringan Drainase.
4.4.1.8. RENCANA PENGEMBANGAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
Sebagaimana kita ketahuai, bahwa perlakuan sampah yang tidak baik akan
menimbulkan kesulitan terhadap aktivitas kehidupan suatu wilayah perkotaan.
Pertambahan jumlah penduduk kota akan diikuti dengan segala kegiatan ekonomi
masyarakat yang beragam yang akan mendorong pula pemenuhan kebutuhan akan
pelayanan kota. Jika pemenuhan pelayanan kota kurang baik maka akan muncul
berbagai pemasalahan sosial yang dapat mempengaruhi kualitas tingkat kehidupan
masyarakat seperti kondisi permukiman dan kesehatan buruk. Kesemuannya ini
memerlukan sisitem pengolahan dan pengelolaan sampah di kawasan KSK Agropolitan
Sembalun yang berbasis masyarakat. Sehingga sampah yang dihasilkan oleh aktivitas
domestik dan non domestik tidak mencemari lingkungan.
Berdasarkan kondisi eksisting, dimana secara umum belum ada pengelolaan
sampah diwilayah perencanaan, baik yang dilakukan oleh masyarakat maupun
pemerintah daerah. Sehingga kita dapat melihat sampah-sampah yang terkumpul
disekitar jalan, tanah kosong sampai dibantaran sungai.
Masalah persampahan yang ada di KSK Agropolitan Sembalun ditangani dengan
konsep bahwa sampah merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan
masyarakat yang diwujudkan dalam pembagian peran dan tanggung jawab. Sistem
pelayanan persampahan di wilayah perencanan meliputi:
1. Peran Pemerintah Daerah berupa :
 Penyediaan dan pembangunan Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
yang direncanakan berada di luar wilayah KSK Agropolitan Sembalun atau
Kecamatan Sembalun dengan tujuan agar keseimbangan alam, terutama fungsi
KSK Agropolitan dan KSK untuk kepentingan sosial budaya dapat terjaga.
 Penyediaan sarana pengangkutan sampah berupa container
sampah dan kendaraan dump truck yang dikelola oleh pihak Kecamatan
Sembalun. Untuk penempatan container direncanakan berada di sekitar pusat
permukiman dan pasar.
 Penyediaan bantuan kendaraan atau alat angkut skala permukiman,
seperti gerobak dan kendaraan bermotor pengangkut sampah yang dikelola
oleh pemerintah desa atau dusun atau pihak swasta yang tersebar di kawasan
permukiman.
2. Peran masyarakat berupa:
 Pembuatan awig-awig tentang kebersihan lingkungan permukiman.
 Adanya sosialisasi maupun pengawasan secara berkelanjutan
tentang kebersihan di masing-masing dusun.
 Membuat sistem pengambilan dan pengelolaan sampah komunal.
 Melaksanakan kampanye atau kompetisi kebersihan antar dusun
atau antar lingkungan permukiman.
 Penyediaan wadah sampah dimasing-masing rumah, berupa bak,
tong atau tas plastik.
3. Sistem pengelolaan sampah :
Pengelolaan sampah merupakan hal yang tidak mudah untuk dilaksanakan,
terutama bila harus melibatkan langsung peran masyarakat, karena berkaitan
langsung dengan kesadaran masyarakat setempat. Oleh karena itu sistem
pengelolaan persampahan di KSK Agropolitan Sembalun perlu dilakukan secara
bertahap, yaitu tahap jangka pendek dan jangka menengah.
Pengelolaan sampah jangka pendek dapat dilakukan menggunakan sistem
konvensional, yaitu sampah yang terkumpul di masing-masing rumah diangkut
menggunakan gerobak atau motor sampah menuju tempat pengumpulan
sementara (TPS), kemudian dari TPS dipindahkan ke cotainer atau dapat diangkut
langsung menggunakan kendaran dump truck atau kendaraan khusus roda 4
lainnya menuju ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada skema di bawah ini.

TONG SAMPAH BAK / TEMPAT PENGUMPULAN SAMPAH


(MELAYANI 1 KK / 5 JIWA) (MELAYANI 1 LINGKUNGAN / DUSUN/ RW, DAYA
TAMPUNG 6 M3

Pengangkutan Oleh Gerobak Pengangkutan Oleh Gerobak


Sampah Sampah Bermotor (Kaisar)
Masa Angkut 3x Seminggu Masa Angkut 3x Seminggu

KONTAINER TPS
MASA ANGKUT 3X SEMINGGU

Pengangkutan Oleh Mobil Sampah


(Dump Truck)
Masa Angkut 3x Seminggu

PENGANGKUTAN SAMPAH
KE TPA

Gambar 4.2. Skema Pengangkutan dan Pengelolaan Sampah Jangka Pendek


Sekolah

Gambar 4.3. Skema Pengelolaan Sampah Jangka Panjang

Sedangkan pengelolaan sampah jangka menengah dapat dilakukan dengan cara


peningkatan dan pemberdayaan masyarakat dengan tujuan pemanfaatan sampah
menjadi bernilai ekonomis bagi masyarakat setempat melalui :
 Pemilahan sampah di tingkat rumah tangga;
 Pengelolaan sampah organik menjadi pupuk dan kompos.
Sedangkan sampah anorganik dapat dijual ke pengepul;
 Pengembangan Bank Sampah; dan
Pengembangan kemitraan untuk pembinaan SDM tentang pengolahan sampah
yang dilakukan secara mandiri oleh masyarakat, tentunya dengan adanya wadah
kelembagaan yang menaungi pengelolaan tersebut, selanjutnya pihak swasta
dapat menjadi mitra usaha dalam hasil pengelolaan tersebut.
Tabel 4.7. Rencana Kebutuhan Sarana Prasarana Pengelolaan Sampah

Sumber: Hasil Rencana, 2018


4.4.1.9. RENCANA PENYEDIAAN PRASARANA LAIN
Rencana pengembangan jaringan prasarana lainnya di kawasan KSK
Agropolitan Sembalun meliputi rencana jaringan air limbah dan jalur evakuasi bencana.

A. RENCANA PENGEMBANGAN JARINGAN PEMBUANGAN AIR


LIMBAH
Sesuai dengan kajian dan analisa sebelumnya, jenis limbah cair yang dihasilkan
dari wilayah perencanaan adalah limbah cair yang dihasilkan dari kawasan
pemukiman penduduk serta kawasan terbangun dimana ada aktivitas
masyarakat. Limbah cair yang terdapat di wilayah perencanaan terdiri dari 2
(dua) jenis, yaitu air bekas dan air kotor. Air Bekas adalah air buangan yang
bersumber dari bekas mandi, pencucian dan dapur. Sedangkan air kotor adalah
buangan berupa limbah pekat/ tinja manusia.
Jika mengacu pada kondisi saat ini, maka asumsi pengelolaan pembuangan
limbah pada kawasan permukiman di kawasan KSK Agropolitan pada masa
mendatang dibutuhkan pengembangan sarana dan prasarana serta
pengembangan sistem pembuangan atau pengelolaan limbah cair.
Adapun konsep rencana penanganan sanitasi air limbah permukiman, yaitu:

Pembangunan IPAL
terpadu dan
berkelanjutan

Pengintegrasian,
rehabilitasi
maupun
pembangunan
baru saluran
pembuangan air
limbah (SPAL) yang berada dan melintasi kawasan permukiman dan
sekaligus berfungsi juga sebagai pembuangan limpasan air hujan.
 Perbaikan dan penutupan jaringan SPAL yang terbuka agar tidak
menjadi sarang nyamuk dan sumber penyakit.
 Pengembangan pola penyaringan (bak resapan dan bak
penyaringan limbah cair) yang berfungsi untuk meminimalisir pencemaran
aliran sungai sebagai aliran akhir pembuangan limbah cair.
B. RENCANA JALUR EVAKUASI BENCANA
Fenomena alam akan selalu menimbulkan permasalahan manakala kehidupan
manusia terganggu atau jiwa mereka terancam. Untuk itu perlu adanya upaya
perencanaan kota harus dirancang berbasis bencana, berdasarkan titik-titik
rawan bencana terutama untuk bencana banjir, tanah longsor dan bencana alam
lain termasuk bencana perkotaan seperti kebakaran. Sesuai dengan apa yang
dibutuhkan di lokasi rawan bencana. Bentuk dari mitigasi bencana di KSK
Agropolitan Sembalun antara lain:
 Pada KSK Agropolitan Sembalun perlu ditetapkan zona-zona lindung
yang secara ekologis sebagai daerah tangkapan dan resapan air, dimana
dalam hal ini yang dapat dikembangkan adalah kawasan sempadan sungai
dan atau kawasan perbukitan serta hutan yang ditetapkan sebagai
kawasan konservasi.
 Diupayakan dengan memperbanyak pembangunan RTH berupa
taman lingkungan di perumahan, taman kota di pusat perkantoran dan
perdagangan, lapangan rumput, halaman sekolah, lapangan olahraga di
sekitar permukiman atau sekolah, dan mewajibkan seluruh rumah
membuat taman atau sumur resapan air.
 Merencanakan kawasan terbangun yang berbasiskan sadar
bencana perkotaan seperti kebakaran. Pengaturan kawasan terbangun
yang tidak teratur, berpotensi pada bencana kebakaran yang lanjutannya
menyulitkan pemadaman atau penanggulangan bencana tersebut.
 Diperlukan jalur evakuasi bencana, serta penyediaan lahan-lahan
yang dapat dijadikan sebagai tempat penampungan penduduk yang
terkena bencana.

Anda mungkin juga menyukai