DAFTAR ISTILAH 1
1
DAFTAR ISTILAH
1. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan
ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan
wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan
kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.
1
11. Penggunaan lahan adalah fungsi dominan dengan ketentuan khusus
yang ditetapkan pada suatu kawasan, blok peruntukan, dan/atau
persil.
13. Rencana Detail Tata Ruang yang selanjutnya disingkat RDTR adalah
rencana secara terperinci tentang tata ruang wilayah kota yang
dilengkapi dengan peraturan Zonasi kota.
2
17. Sub Bagian Wilayah Perkotaan yang selanjutnya disebut Sub BWP
adalah bagian dari BWP yang dibatasi dengan batasan fisik dan
terdiri dari beberapa blok, dan memiliki pengertian yang sama
dengan subzona peruntukan sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang.
22. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas
lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana,
sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi
lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan.
3
pembuangan air hujan (drainase), dan tempat pembuangan
sampah.
25. Sarana adalah fasilitas dalam lingkungan hunian yang berfungsi untuk
mendukung penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan
sosial, budaya, dan ekonomi. sarana perniagaan/perbelanjaan,
antara lain berupa sarana pelayanan umum dan pemerintahan,
sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana peribadatan, sarana
rekreasi dan olah raga, sarana pemakaman, sarana pertamanan dan
ruang terbuka hijau, dan sarana parkir.
27. Jaringan adalah keterkaitan antara unsur yang satu dan unsur yang
lain.
30. Zona adalah kawasan atau area yang memiliki fungsi dan
karakteristik spesifik.
31. Subzona adalah suatu bagian dari zona yang memiliki fungsi dan
karakteristik tertentu yang merupakan pendetailan dari fungsi dan
karakteristik pada zona yang bersangkutan.
4
peruntukan seluruhnya di dalam suatu kawasan atau Blok peruntukan
yang direncanakan.
34. Koefisien Daerah Hijau yang selanjutnya disingkat KDH adalah angka
persentase berdasarkan perbandingan jumlah luas lahan terbuka
untuk penanaman tanaman dan atau peresapan air terhadap luas
tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai
rencana kota.
38. Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disingkat RTH adalah area
memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya
lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh
secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.
39. Ruang Terbuka Non Hijau yang selanjutnya disingkat RTNH adalah
ruang terbuka di bagian wilayah perkotaan yang tidak termasuk
dalam kategori RTH, berupa lahan yang diperkeras atau yang berupa
5
badan air, maupun kondisi permukaan tertentu yang tidak dapat
ditumbuhi tanaman atau berpori.
6
BAB 1
TAHAP PERSIAPAN
7
C. Bagian dari wilayah yang memiliki ciri perkotaan. Lingkup wilayah
perencanaan dapat berupa kawasan perkotaan, seperti kawasan
ibukota kabupaten atau pusat permukiman di kabupaten.
8
Gambar 1.5 Contoh RDTR Kawasan Pedesaan yang Direncanakan
sebagai Kawasan Perkotaan
Wilayah perencanaan RDTR tersebut disebut sebagai Bagian Wilayah
Perencanaan (BWP) dalam materi teknis rencana. Setiap BWP terdiri
atas Sub BWP yang ditetapkan dengan mempertimbangkan:
• Morfologi BWP;
• Keserasian dan keterpaduan fungsi BWP; dan
• Jangkauan dan batasan pelayanan untuk keseluruhan BWP
dengan memperhatikan rencana struktur ruang dalam RTRW
9
No Tahapan Pihak Terlibat
1 Persiapan Pemerintah Kabupaten/kota dan pemangku
kepentingan lainnya
Tenaga Ahli yang terlibat (minimal):
1. Team Lider (ahli perencanaan wilayah
dan kota dan ahli ekonomi wilayah)
2. Arsitek
3. Perancang Kota
2 Pengumpulan Data Pemerintah Kabupaten/kota dan pemangku
kepentingan lainnya
Tenaga Ahli yang terlibat (minimal):
1. Team Lider (ahli perencanaan wilayah
dan kota dan ahli ekonomi wilayah)
2. Arsitek
3. Perancang Kota
4. Ahli ekonomi wilayah
5. Ahli kependudukan
6. Ahli prasarana
7. Ahli kelembagaan
3 Pengolahan data Pemerintah Kabupaten/kota dan pemangku
dan analisis kepentingan lainnya
Tenaga Ahli yang terlibat (minimal):
1. Team Lider (ahli perencanaan wilayah
dan kota dan ahli ekonomi wilayah)
2. Arsitek
3. Perancang Kota
4. Ahli ekonomi wilayah
5. Ahli kependudukan
6. Ahli prasarana
7. Ahli kelembagaan
4 Perumusan Konsepsi Pemerintah Kabupaten/kota dan pemangku
RDTR kepentingan lainnya
Tenaga Ahli yang terlibat (minimal):
1. Team Lider (ahli perencanaan wilayah
dan kota dan ahli ekonomi wilayah)
2. Arsitek
3. Perancang Kota
4. Ahli ekonomi wilayah
5. Ahli kependudukan
6. Ahli prasarana
7. Ahli kelembagaan
Penyusunan naskah Pemerintah Kabupaten/kota dan pemangku
akademis dan kepentingan lainnya
penyusunan Tenaga Ahli yang terlibat (minimal):
Ranperda 1. Team Lider (ahli perencanaan wilayah
dan kota dan ahli ekonomi wilayah)
2. Arsitek
3. Perancang Kota
4. Ahli Hukum Tata Ruang
5. Ahli Kelembagaan
Sumber: Lampiran XI, Permen PU No 20 Tahun 2011
10
BAB 2
PROSES PENYUSUNAN RDTR DAN
PERATURAN ZONASI
DEFINISI RDTR
RDTR berlaku dalam jangka waktu 20 (dua puluh) tahun dan ditinjau
11
perkembangan ekonomi yang signifikan dan perubahan batas
wilayah daerah
PERSIAPAN PENGOLAHAN
PENYUSUNAN ANALISIS DATA
• Penyusunan Kerangka • Mengacu pada RTRW
• Pengumpulan data
Acuan Kerja (KAK) dan petunjuk
• Penentuan metodologi
primer • Analsis karakteristik wilayah
• Pemahaman terhadap pelaksanaan bidang
• Pengumpulan data
yang digunakan KAK/TOR • Analisis potensi dan masalah penataan ruang
• Penganggaran kegiatan
sekunder
• Kajian awal data sekunder pengembangan BWP • Memperhatikan RPJP
penyusunan RDTR • Persiapan teknis pelaksanaan • Analisis kualitas kinerja & RPJM kab/kota
penyusunan kawasan & lingkungan
PENGUMPULAN PERUMUSAN
PRA PERSIAPAN DATA KONSEP RDTR
Penetapan lingkup Data dalam bentuk Potensi dan masalah Rumusan tentang
kegiatan data statistik dan pengembangan BWP tujuan, kebijakan,
Kebutuhan tenaga peta Peluang dan tantangan dan strategi
ahli Informasi yang pengembangan pengembangan
Kebutuhan dikumpulkan Kecenderungan wilayah
Output
12
13
Proses Penyusunan RDTR
14
Proses Penyusunan Peraturan Zonasi
Definisi
tidak terpisahkan dari RDTR. Peraturan Zonasi memuat materi wajib yang
meliputi ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan, ketentuan intensitas
pemanfaatan ruang, ketentuan tata bangunan, ketentuan prasarana
dan sarana minimal, ketentuan pelaksanaan, dan materi pilihan yang
terdiri atas ketentuan tambahan, ketentuan khusus, standar teknis, dan
ketentuan pengaturan zonasi
15
Tersusunnya Gambaran umum zona Text zonasi Rumusan tentang
kerangka kerja, perencanaan (zoning text) Raperda
metodologi, dan Kesesuaian dengan Map zonasi Peraturan Zonasi
rencana RTRW, RDTR dan/atau (zoning map). yang tidak
anggaran biaya RTBL yang sudah terpisahkan dari
disusun
Perda RDTRnya.
Metodologi pendekatan
pelaksanaan pekerjaan
Rencana kerja
pelaksanaan
Perangkat survey data
primer dan data
sekunder
yangdigunakan.
Persiapan
Tahap Analisis
Penyusunan
Pengumpulan Data dan
PZ Naskah Naskah
Uraian Kegiatan Data/ Ketentuan
(termasuk Akademik Raperda
Informasi Perumusan
review RDTR
Teknis
sebelumnya)
16
Proses Penyusunan Peraturan Zonasi
17
2.2 RINCIAN ANALISIS DALAM PENYUSUNAN RDTR DAN
PERATURAN ZONASI
18
1. penetapan fungsi dan peran BWP dalam wilayah yang lebih luas
yang akan mempengaruhi pada pembentukan jaringan prasarana
terutama lintassub wilayah/lintas kawasan atau yang mengemban
fungsi layanan dengan skala yang lebih luas dari wilayah BWP
19
5. gambaran alternatif-alternatif upaya mengatasi hambatan
fisik/lingkungan yang ada di BWP.
Keluaran analisis fisik atau lingkungan BWP ini digunakan sebagai bahan
dalam sintesa analisis holistik dalam melihat potensi, masalah, peluang
penataan ruang BWP dalam penyusunan RDTR dan peraturan zonasi.
Analisis sumber daya alam dan fisik/lingkungan wilayah yang perlu
dilakukan mencakup beberapa analisis berikut:
20
kawasan rawan bencana, kawasan lindung geologi, dan kawasan
pertambangan.
Analisis klimatologi
Digunakan dalam mengidentifikasi potensi dan permasalahan
pengembangan BWP berdasarkan kesesuaian iklim setempat. Analisis
ini menjadi bahan rekomendasi bagi kesesuaian peruntukan
pengembangan kegiatan budi daya.
Analisis sumber daya alam dan fisik wilayah lainnya (zona budi daya)
Selain analisis tersebut diatas, perlu juga dilakukan analisis terhadap
sumber daya alam lainnya sesuai dengan karakteristik BWP yang
akan direncanakan, untuk mengetahui pola kewenangan, pola
pemanfaatan, maupun pola kerjasama pemanfaatan sumber daya
tersebut.
21
Analisis ini digunakan sebagai bahan masukan penentuan bagian dari
wilayah kota yang diprioritaskan penanganannya di dalam penyusunan
RDTR
4. Analisis Kependudukan
Dilakukan untuk mengidentifikasi dan mendapatkan proyeksi perubahan
demografi seperti pertumbuhan dan komposisi jumlah penduduk serta
kondisi sosial kependudukan dalam memberikan gambaran struktur dan
karakteristik penduduk. Hal ini berhubungan erat dengan potensi dan
kualitas penduduk, mobilisasi, tingkat pelayanan dan penyediaan
kebutuhan sektoral (sarana, prasarana maupun utilitas minimum).
22
Analisis diarahkan untuk menciptakan keterkaitan intra-regional (antar
kawasan/ kawasan perkotaan/perdesaan/kabupaten/kota) maupun
inter-regional sehingga teridentifikasi sektor-sektor riil unggulan, dan solusi-
solusi secara ekonomi yang mampu memicu peningkatan ekonomi
wilayah kota. Analisis diharapkan dapat membaca potensi ekonomi lokal
terhadap pasar regional, nasional maupun global.
Analisis didasarkan pada luas wilayah dan perhitungan penduduk per unit
kegiatan dari sebuah BWP atau perhitungan rasio penduduk terhadap
kapasitas atau skala pelayanan prasarana dan sarana wilayah
perencanaan atau intensitas pemanfaatan ruang terhadap daya
dukung prasarana/utilitas serta analisis daya dukung wilayah. Dalam
analisis sumber day
23
7. Analisis Penataan dan Kawasan
Dilakukan untuk melihat kondisi dan tingkat pelayanan kawasan serta
bangunan untuk menunjang fungsi dan peran kawasan di BWP, dilakukan
analisis terhadap jenis dan kapasitas fungsi/kegiatan kawasan serta
kinerjanya. Demikian pula dengan kualitas bangunan dan aspek
keselamatan
8. Analisis Kelembagaan
Dilakukan untuk memahami kapasitas pemerintah kota dalam
menyelenggarakan pembangunan yang mencakup struktur organisasi
dan tata laksana pemerintahan, sumberdaya manusia, sarana dan
prasarana kerja, produk-produk pengaturan serta organisasi
nonpemerintah, perguruan tinggi dan masyarakat perguruan tinggi dan
masyarakat.
24
9. Analisis Pembiayaan Pembangunan
Dilakukan untuk mengidentifikasi besar pembelanjaan pembangunan,
alokasi dana terpakai, dan sumber-sumber pembiayaan pembangunan
yang terdiri dari :
25
NO DATA ANALISIS RENCANA
penyebarannya hubungan ketergantungan
b) Perkembangan tiap sektor antarsektor.
kegiatan ekonomi Analisis kedudukan wilayah
c) Pola aliran barang dan perencanaan dalam
jasa dalam proses koleksi keseimbangan perkembangan
dan distribusi. dengan wilayah belakangnya:
Sumber Daya Alam 1. kedudukan wilayah
a) Keadaan tanah, geologi, perencanaan dalam
air, dan iklim sistem kota-kota yang
b) Keadaan vegetasi dan ada; dan
fauna 2. perkembangan sektor-
c) Sumber daya alam sektor kegiatan wilayah
potensial perencanaan dan
pengaruhnya terhadap
sistem kota/wilayah.
Analisis pengaruh kebijakan
sektoral dan regional:
1. perkembangan sektor-
sektor kegiatan di
wilayah; dan
2. sektor-sektor kegiatan di
pusat-pusat wilayah,
khususnya wilayah
perencanaan.
B Rencana Jaringan Prasarana
Perkembangan Rencana jaringan prasarana Rencana
kabupaten/kota dan wilayah merupakan pendetailan rencana pengembangan
perencanaan: sistem prasarana RTRW sistem air minum:
a) Rencana struktur dalam kabupaten/kota sampai pada 1. Sumber air
RTRW kabupaten/kota sistem jaringan lokal dan baku
yang telah ditetapkan lingkungan,dengan 2. Lokasi dan
b) Tata guna lahan mempertimbangkan analisis jenis intake
kabupaten/kota dan sebagai berikut: 3. Penampung an
wilayah perencanaan yang
c) Sistem transportasi dan Analisis kebijakan diperlukan (jika
sistem jaringan prasarana pembangunan: ada)
lainnya 1. Kebijakan spasial 4. Sistem
d) Kawasan-kawasan khusus 2. Kebijakan sektoral transmisi
5. Jaringan
Elemen struktur tata ruang Analisis kemampuan tumbuh distribusi
kabupaten/kota dan wilayah dan berkembangnya wilayah Rencana
perencanaan: perencanaan: pengembangan
a) Kawasan perumahan 1. Penilaian struktur sistem jaringan air
b) Distribusi fasilitas dan pemanfaatan ruang limbah:
utilitas 2. Penilaian struktur utama 1. Sistem
c) Obyek-obyek khusus tingkat pelayanan jaringan
3. Penilaian sistem utama setempat
Kondisi prasarana dan transporasi dan prasarana 2. Sistem
sarana pergerakan: lainnya jaringan
a) Hirarki fungsi jaringan terpusat
jalan Analisis bentuk dan struktur Rencana
26
NO DATA ANALISIS RENCANA
b) Konstruksi dan lebar wilayah perencanaan: pengemban
jalan. 1. Fisik dan alamiah serta gan
c) Terminal/sub terminal, buatan.
pelabuhan, dan stasiun 2. Tata guna lahan
d) Jenis angkutan umum 3. Perkiraan kebutuhan
e) Tingkat pertumbuhan ruang
kendaraan 4. Dampak lingkungan
f) Lahan parkir
Analisis kondisi sarana dan
Sistem pergerakan: prasarana pergerakan:
a) Pergerakan lokal dan 1. Efektivitas fungsi jaringan
regional 2. Penilaian tingkat
b) Moda pergerakan pelayanan sarana dan
c) Tingkat kepadatan dan prasarana
lokasi-lokasi rawan 3. Optimasi fungsi sarana
kemacetan (tingkat dan prasarana
pelayanan jalan)
Analisis pergerakan:
Kebijakan pergerakan:
1. Efektivitas pola
a) Kebijaksanaan
pergerakan
transportasi
2. Rasio kepadatan
b) Rencana tata
dengan sarana dan
ruang makro/RTRW
kabupaten/kota prasarana
3. Perkiraan volume
Data kondisi sistem air kepadatan di masa
minum saat ini: datang
a) Sumber dan kapasitas 4. Gambaran moda
sumber air minum transportasi di masa
b) Sistem pelayanan dan datang
jaringan distribusi
c) Tingkat pelayanan dan Alternatif pengembangan:
tingkat kebocoran 1. Alternatif pengembangan
d) Daerah pelayanan jaringan
2. Alternatif aliran
Survei kebutuhan air minum
pergerakan
nyata:
a) Tingkat kebutuhan
domestik
Analisis sistem air minum:
b) Tingkat kebutuhan 1. Kemampuan sumber air
nondomestik baku
2. Penentuan sistem
Tingkat curah hujan dan pelayanan dan distribusi
hidrologi: 3. Analisis efisiensi dan
a) Curah hujan maksimum efektifitas pelayanan
b) Curah hujan minimum 4. Analisis wilayah pelayanan
c) Potensi air permukaan
Rencana Identifikasi persoalan dan
Data kondisi jaringan air kebutuhan
limbah saat ini: pengembangan:
a) Sistem pengelolaan 1. Persoalan air baku
limbah 2. Persoalan distribusi
27
NO DATA ANALISIS RENCANA
b) Limbah domestik 3. Potensi pengembangan
c) Limbah non domestik dan alternatif pemecahan
d) Buangan akhir
persoalan
Kualitas lingkungan:
a) Permukiman Proyeksi kebutuhan air:
b) Penggunaan Non 1. Kebutuhan domestik
Permukiman 2. Kebutuhan non domestik
Pengembangan alternatif
sistem pelayanan air minum:
1. Kajian teknis
2. Kajian Ekonomis
c Daya Dukung dan Daya Tampung Fisik RDTR dan Peraturan Zonasi
Fisik dasar: Analisis fisik dasar: Konsep
1. Letak geografis 1. Posisi strategis geografis pengembangan:
2. Topografi dan kemiringan 2. Karakteristik topografi dan 1. Skenario
3. Klimatologi dan hidrologi kemiringan lereng pengemban
4. Jenis tanah dan standar 3. Iklim dan hidrologi gan fisik
geologi a) Curah hujan, arah angin 2. Wilayah
b) Kemungkinan terbangun
banjir/genangan dan RTH serta
Fisik Binaan:
4. Kemampuan lahan RTNH
1. Tata guna lahan 5. Kesesuaian peruntukan
2. Status pemilikan tanah lahan
3. Penyebaran permukiman Permukiman:
6. Kemampuan daya tampung
4. Penyebaran fasilitas 1. Pola
lahan
umum permukima n
2. Sistem
Analisis Fisik Binaan: pelayanan
Kebijakan Pengembangan:
1. Wilayah terbangun
1. Izin pembangunan 2. Kendala pengembangan
2. Kawasan-kawasan khusus Intensitas
3. Pola dan konsep pemanfaatan
permukiman
ruang
4. Daya dukung
prasarana/infrastruktur
(jalan dsb) serta utilitas.
Alternatif pengembangan:
1. Strategi pengembangan
2. Prioritas pengembangan
Catatan : analisis daya dukung
dan daya tampung fisik dapat
dilakukan melalui kajian
lingkungan hidup strategis
D Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan peraturan zonasi
Jenis kegiatan yang ada di Analisis keterkaitan antara Kegiatan yang
wilayah perencanaan zona dan kegiatan diperbolehkan,
Intensitas kegiatan di Analisis karakteristik kegiatan di bersyarat,diper
28
NO DATA ANALISIS RENCANA
wilayah perencanaan wilayah perencanaan bolehkan
terbatas, dan
yang tidak
diperbolehkan
pada zona
tertentu di
wilayah
perencanaan
Kriteria terbatas
dan bersyarat
E Intensitas Pemanfaatan Ruang Peraturan Zonasi
Data yang dibutuhkan : Analisis intensitas Koefisien
1. tingkat pengisian/ pemanfaatan ruang dasar
peresapan air (KDH Analisis koefisien dasar bangunan
Minimum) bangunan maksimum
2. kapasitas drainase Analisis koefisien lantai Koefisien
3. jenis penggunaan lahan bangunan lantai
4. harga lahan Analisis ketinggian bangunan bangunan
5. Ketersediaan dan tingkat Analisis koefisien dasar hijau maksimum
pelayanan prasarana Ketinggian
(jalan) bangunan
6. Dampak/kebutuhan maksimum
terhadap prasarana Koefisien
tambahan dasar hijau
7. Ekonomi dan minimum
8. pembiayaan
F Tata Bangunan Peraturan Zonasi
Garis sempadan bangunan Analisis sempadan bangunan Garis
1. keselamatan dan tinggi bangunan sempadan
2. resiko kebakaran 1. Tingkat keselamatan bangunan
3. kesehatan bangunan minimum
4. kenyamanan dan estetika 2. Tingkat resiko kebakaran
Tinggi
3. Tingkat kenyamanan
Tinggi bangunan bangunan
bangunan
1. keselamatan maksimum
2. resiko kebakaran
Analisis jarak bebas antar Jarak bebas
3. teknologi
4. estetika dan parasarana bangunan antar
1. Identifikasi jenis bangunan
Jarak bebas antar bangunan peruntukan sekitar sub minimum
1. Jenis peruntukan zona
2. Tinggi bangunan 2. ketinggian bangunan
3. Tampilan bangunan 3. Kajian tampilan bangunan
(optional) seperti warna
bangunan, bahan
bangunan, tekstur
bangunan, muka
29
NO DATA ANALISIS RENCANA
bangunan, gaya
bangunan, keindahan,dan
keserasian dengan
lingkungan sekitar
G Sarana dan prasarana minimal peraturan zonasi
Fisik Binaan: Analisis jenis sarana dan Sarana dan
prasarana yang dibutuhkan prasarana
1. Tata guna lahan
minimum wilayah
2. Status pemilikan tanah Analisis tingkat kebutuhan perencanaan
3. Penyebaran fasilitas sarana dan prasarana
umum
Analisis lokasi sarana dan
prasarana
Jenis kegiatan yang ada di
wilayah perencanaan
Intensitas kegiatan di
wilayah perencanaan
Sumber: Lampiran Permen PU No.20/PRT/M/2011
30
2.4 KONSULTASI PUBLIK
Dasar Hukum
A. PP No.15 Th 2010 Penyelenggaraan Penataan Ruang: perlu adanya
pelibatan peran masyarakat pada tingkat kabupaten/kota dalam
penyusunan RDTR
31
1. Konsultasi publik dilakukan untuk
menjaring masukan dari masyarakat
dan pemangku kepentingan terkait
lainnya mengenai substansi Raperda
RDTR yang akan diproses untuk
ditetapkan menjadi perda
2. Konsultasi dilakukan dengan melibatkan
masyarakat atau perwakilannya, para
pakar, LSM dan juga perlu menghadirkan
perwakilan dari instansi pemerintah
kab/kota terkait dan DPRD Kab/Kota
3. Berita acara konsultasi publik nantinya
akan menjadi kelengkapan dari
pengajuan Surat Permohonan Persetujuan
Substansi kepada Menteri ATR/BPN
Pelibatan
Proses pelibatan Pelibatan Proses pelibatan
masyarakat
masyarakat secara masyarakat masyarakat
secara aktif dalam bentuk
pasif dengan secara 2 arah.
1
pemberitaan & Dialog dilakukan pengajuan usulan,
pengumpul
pemberian melalui konsultasi keberatan, &
an kuesioner,
sanggahan
informasi penataan kotak aduan, publik, workshop,
terhadap raperda
ruang interview, dll FGD, seminar, dll
Pemba
hasan
32
Pelibatan Peran Masyarakat di Tingkat
Kabupaten/Kota Dalam Penyusunan RDTR
Kewajiban Masyarakat
Hak Masyarakat
33
Bentuk Peran Serta Masyarakat
1. Masukan, mengenai:
34
BAB 3
MUATAN RDTR DAN PERATURAN
ZONASI
Tujuan Penataan BWP nilai dan/atau kualitas terukur yang akan dicapai
sesuai dengan arahan pencapaian sebagaimana ditetapkan dalam
RTRW dan merupakan alasan disusunnya RDTR tersebut, serta apabila
diperlukan dapat dilengkapi konsep pencapaian. Tujuan penataan BWP
berisi tema yang akan direncanakan di BWP.
Fungsi sebagai :
Dasar Perumusan
Kriteria Perumusan
35
4. kondisi sosial dan lingkungan BWP;peran masyarakat dalam
pembangunan
5. prinsip-prinsip yang merupakan penjabaran dari tujuan tersebut.
STRATEGI
36
pendidikan dasar hingga perguruan tinggi favorit dan terkenal yang
tersebar di SWK Cibeunying. Keberadaan sekolah dan perguruan tinggi ini
mempengaruhi komposisi penduduk yang ada di mana kelompok remaja
dan generai muda menjadi tinggi. Kelompok ini dapat dikatakan menjadi
trend sentter gaya hidup SWK Cibeunying. Gaya hidup ini menjadikan
Cibeunying sebagai pusat mode dimana kegiatan perdagangan
pakaian retail menjamur di wilayah ini baik dalam bentuk mall, Factory
Outlet maupun butik.
37
keberadaannya terancam akibat berubah menjadi tempat usaha seperti
perdagangan dan jasa, atau yang lebih dikenal di factory outlet.
Perubahan tersebut terjadi karena beberapa kawasan tersebut memiliki
kedekatan dengan pusat perbelanjaan, seperti Plaza Bandung Indah,
Plaza Dago, Planet Dago, Bandung Electronic Centre (BEC), dan
termasuk sebagian dari wilayah pusat kota, seperti kawasan Braga.
A. Tujuan
B. Kebijakan
38
c) memberikan arah bagi penyusunan program di wilayah
perencanaan
d) sebagai dasar penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan
ruang
C. Strategi
Isi Substansi
Keterangan
hal yang ingin Cara/materi untuk
substansi
dicapai mencapai
Kebijakan V Terukur
Strategi V V Normatif & Terukur
39
9. Zona Perkantoran,
10. Zona Sarana pelayanan umum,
11. Zona khusus,
12. Zona Industri,
13. Zona lainnya (yang tidak selalu berada di perkotaan),
14. Zona campuran.
Rencana pola ruang dimuat dalam peta yang juga berfungsi sebagai
zoning map bagi peraturan zonasi.
Fungsi sebagai :
Dasar Perumusan
1. daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup dalam BWP; dan
2. perkiraan kebutuhan ruang untuk pengembangan kegiatan sosial
ekonomi dan pelestarian fungsi lingkungan.
Kriteria Perumusan
40
Muatan Rencana Pola Ruang
41
4. zona sarana pelayanan umum, yang antara lain meliputi sarana
pelayanan umum pendidikan, sarana pelayanan umum transportasi,
sarana pelayanan umum kesehatan, sarana pelayanan umum
olahraga, sarana pelayanan umum sosial budaya, dan sarana
pelayanan umum peribadatan;
5. zona industri, yang meliputi industri kimia dasar, industri mesin dan
logam dasar, industri kecil, dan aneka industri;
6. zona khusus, yang berada di kawasan perkotaan dan tidak termasuk
ke dalam zona sebagaimana dimaksud pada angka 1 sampai
dengan angka 5 yang antara lain meliputi zona untuk keperluan
pertahanan dan keamanan, zona Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL), zona Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), dan zona khusus lainnya;
7. zona lainnya, yang tidak selalu berada di kawasan perkotaan yang
antara lain meliputi zona pertanian, zona pertambangan, dan zona
pariwisata; dan
8. zona campuran, yaitu zona budidaya dengan beberapa peruntukan
fungsi dan/atau bersifat terpadu, seperti perumahan dan
perdagangan/jasa, perumahan, perdagangan/jasa dan
perkantoran.
1. Apabila pada BWP hanya terdapat satu jenis subzona dari zona
tertentu, subzona tersebut dapat dijadikan zona tersendiri. Subzona
juga dapat dijadikan zona tersendiri apabila subzona tersebut
4. Setiap Sub BWP terdiri atas blok yang dibagi berdasarkan batasan fisik
42
antara lain seperti jalan, sungai, dan sebagainya. Pengilustrasian
overlay peta yang didelineasi berdasarkan fisik (BWP, Sub BWP, dan
blok) hingga peta yang didelineasi berdasarkan fungsi (zona dan
subzona)
Catatan
(*) Pada kasus tertentu, bagi zona, sub zona, dan sub subzona yang memiliki luas
kurang dari 5 Ha namun memiliki fungsi yang signifikan bagi suatu kawasan
(seperti subzona transportasi, subzona RTH lingkungan, dll),disarankan untuk
ditetapkan sebagai sub zona tersendiri. Contoh kasus: (1) Subzona RTH Taman Kota
berupa alun-alun di suatu BWP yang memiliki total luas kurang dari 5 Ha; (2)
Subzona Sarana Pelayanan Umum Transportasi (misal terminal) di suatu BWP yang
memiliki total luas kurang dari 5 Ha.
43
ILUSTRASI PEMBAGIAN BWP KE DALAM SUB BWP HINGGA BLOK
44
BLOK
SUB BWP
BLOK
ILUSTRASI PENDELINIASIAN
45
NOMENKLATUR
POLA RUANG
46
CONTOH NOMENKLATUR
ZONA
POLA
SUB ZONA
√
PERLINDUNGAN
SETEMPAT (PS) RUANGSEMPADAN SUNGAI
(PS-2)
48
√
CONTOH NOMENKLATUR
POLA RUANG
Zona - (Sarana Sub SubZona –
Pelayanan Umum) Teknis/Skala Pelayanan
Sub Zona – (Sekolah Dasar)
(Pendidikan)
49
3.1.4 Rencana Jaringan Prasarana
FUNGSI sebagai:
1. pembentuk sistem pelayanan, terutama pergerakan, di dalam BWP
2. dasar perletakan jaringan serta rencana pembangunan prasarana
dan utilitas dalam BWP sesuai dengan fungsi pelayanannya; dan
3. dasar rencana sistem pergerakan dan aksesibilitas lingkungan dalam
RTBL dan rencana teknis sektoral
DASAR PERUMUSAN:
1. rencana struktur ruang wilayah kabupaten/kota yang termuat dalam
RTRW;
2. kebutuhan pelayanan dan pengembangan bagi BWP;
3. rencana pola ruang BWP yang termuat dalam RDTR;
4. sistem pelayanan, terutama pergerakan, sesuai fungsi dan peran
BWP; dan
5. ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.
KRITERIA PERUMUSAN:
1. memperhatikan rencana struktur ruang bagian wilayah lainnya dalam
wilayah kab/kota dan/atau wilayah administrasi sekitarnya yang
berbatasan langsung dengan BWP
50
2. menjamin keterpaduan dan prioritas pelaksanaan pembangunan
prasarana & utilitas pada BWP
3. mengakomodasi kebutuhan pelayanan prasarana dan utilitas BWP
4. mengakomodasi kebutuhan fungsi dan peran pelayanan kawasan di
dalam struktur ruang BWP
* Dalam hal terdapat jalur kereta api, jalur pelayaran, dan jalur pejalan
kaki/sepeda,selain memuat jaringan pergerakan sebagaimana dimaksud pada
angka 1 sampaidengan angka 5, rencana jaringan pergerakan juga harus
memuat rencana jalur keretaapi, jalur pelayaran, dan jalur pejalan kaki/sepeda.
51
CONTOH PERUMUSAN RENCANA JARINGAN
PERGERAKAN
ROW ROW
Fungsi Jalan Usulan
No Ruas Jalan Eksisting Rencana Program Penanganan
Eksisting Fungsi
(m) (m)
- Pembatasan jalan akses langsung ke jalan
Kolektor Kolektor - Pengaturan kendaraan lambat/berhenti
1 Jl. Dr. Setiabudhi 14,8 – 16,70 18
Primer Primer - Pembatasan parkir
- Penyediaan shelter angkutan umum
Jl. Sadang Kolektor - Pengaturan kendaraan lambat/berhenti
2 Lokal 6.50 – 9 10
Serang Sekunder - Pembatasan parkir
- Penertiban tempat berhenti angkot
3 Jl. Purnawarman Lokal 16.37 Lokal 18 - Sistem buka tutup
- Penyediaan jalur pejalan kaki
Kolektor - Penertiban tempat berhenti angkot
4 Jl. Tamansari Lokal 15.27 16
Sekunder - Penambahan lebar perkerasan satu arah
- Pelebaran perkerasan jalan
- Pembatasan parkir dengan sistem
5 Jl. Gagak Lokal 3,70 -5.00 Lokal 8 pengaturan jam dan lama parkir
- Sistem buka tutup (pemberlakuan sistem
satu arah pada jam-jam tertentu)
52
f. Ruang Pejalan Kaki di Atas Tanah (Elevated)
NOTE:
Pembahasan rencana pengembangan jaringan pergerakan (darat, udara,
air) dapat didetailkan berdasarkan karakter wilayah perencanaan. Contoh:
rencana simpul-simpul transportasi darat (terminal, halte), laut (dermaga,
pelabuhan), udara (bandara).
Contoh Peta Rencana Pengembangan Jaringan Jalan, Peta Rencana
Pengembangan Fasilitas Transportasi, dan Peta Rencana Jalur Pejalan Kaki
dapat dilihat di bagian lampiran.
53
CONTOH PERUMUSAN RENCANA PENGEMBANGAN
JARINGAN ENERGI
NOTE:
Contoh Peta Rencana Pengembangan Jaringan Energi/Listrik dapat dilihat di bagian
lampiran
54
CONTOH RUMUSAN RENCANA PENGEMBANGAN
JARINGAN TELEKOMUNIKASI
NOTE:
Contoh Peta Rencana Pengembangan Jaringan telekomunikasi dapat dilihat di
bagian lampiran
55
CONTOH PERUMUSAN RENCANA PENGEMBANGAN
JARINGAN AIR MINUM
PROYEKSI KEBUTUHAN AIR BERSIH WILAYAH PERENCANAAN
NOTE:
Contoh Peta Rencana Pengembangan Jaringan Air Minum dapat dilihat di
bagian lampiran
*Dalam hal kondisi topografi di BWP berpotensi terjadi genangan, maka perlu
dibuatkolam retensi, sistem pemompaan, dan pintu air
56
CONTOH PERUMUSAN RENCANA PENGEMBANGAN
JARINGAN AIR LIMBAH
NOTE:
Contoh Peta Rencana Pengembangan Jaringan Air Limbah dapat dilihat di
bagian lampiran
57
CONTOH PERUMUSAN RENCANA PENGEMBANGAN
JARINGAN PERSAMPAHAN
PROYEKSI TIMBUNAN SAMPAH WILAYAH PERENCANAAN
Note
58
Fungsi Penetapan Sub BWP
59
Muatan bagian penetapan sub BWP yang diprioritaskan terdiri dari 2 sub
besar, meliputi
60
c. Pembangunan baru prasarana, sarana, dan blok/kawasan,
contohnya melalui pembangunan kawasan permukiman (kawasan
siap bangun/lingkungan siap bangun-berdiri sendiri),
pembangunan kawasan terpadu, pembangunan desa
agropolitan, pembangunan kawasan perbatasan; dan/atau
d.Pelestarian/pelindungan blok/kawasan, contohnya melalui
pelestarian kawasan, konservasi kawasan, dan revitalisasi kawasan.
FUNGSI sebagai
61
DASAR PERUMUSAN:
KRITERIA PERUMUSAN:
62
2. perwujudan zona lindung pada BWP termasuk didalam
pemenuhan kebutuhan RTH
3. perwujudan zona budi daya pada BWP yang terdiri atas:
a) Perwujudan penyediaan fasilitas sosial dan fasilitas umum di
BWP
b) Perwujudan ketentuan pemanfaatan ruang untuk setiap
jenis pola ruang;
c) perwujudan intensitas pemanfaatan ruang blok; dan/atau
d) perwujudan tata bangunan.
4. Program perwujudan rencana jaringan prasarana di BWP yang
meliputi:
a) perwujudan pusat pelayanan kegiatan di BWP
b) perwujudan sistem jaringan prasarana untuk BWP, yang
mencakup sistem prasarana nasional dan wilayah/regional
di dalam BWP yang terdiri atas :
i. perwujudan sistem jaringan pergerakan
ii. perwujudan sistem jaringan energi/listrik
iii. perwujudan sistem jaringan telekomunikasi
iv. perwujudan sistem jaringan air minum
v. perwujudan sistem jaringan drainase
vi. perwujudan sistem jaringan air limbah
vii. perwujudan sistem jaringan prasarana
viii. lainnya
5. program perwujudan penetapan Sub BWP yang diprioritaskan
penanganannya yang terdiri atas:
a) perbaikan prasarana, sarana, dan blok/kawasan;
b) pembangunan baru prasarana, sarana, dan
blok/kawasan
c) pengembangan kembali prasarana, sarana, dan
blok/kawasan
d) pelestarian/pelindungan blok/kawasan.
6. program perwujudan ketahanan terhadap perubahan iklim,
dapat sebagai kelompok program tersendiri atau menjadi
63
bagian dari kelompok program lainnya, disesuaikan
berdasarkan kebutuhannya.
2. Lokasi
3. Besaran
4. Sumber Pendanaan
5. Instansi Pelaksana
64
Contoh Arahan Pemanfaatan Ruang
CARA MENGISI TABEL INDIKASI PROGRAM PRIORITAS
Penentuan penamaan substansi program utama Program/kegiatan memiliki status dan fungsi Kewenangan pelaksanaan
PERMENDAGRI NO.13 menjadi tanggung jawab pemerintah
harus disesuaikan dengan suatu program/kegiatan
pusat
TAHUN 2006 tentang Pedoman Pengelolaan dapat didasarkan dari sumber
Keuangan Daerah. Kegiatan khusus yang diusulkan daerah dan
dana yang digunakan
memiliki kepentingan prioritas nasional dapat
Detail jenis program dan kegiatan dapat dilihat pada mengusulkan sharing sumber dana dari APBN Pembagian kegiatan yang
Lampiran A.VII Permendagri No.13 Tahun 2006 selain APBD
menjadi kewenangan
Apabila jenis kegiatan tidak terdapat dalam ketentuan Kegiatan khusus kemitraan yang diusulkan pemerintah daerah dapat
tersebut, maka dapat dimasukkan ke rekening lainnya daerah dapat mengusulkan sharingsumber
dana dengan pihak swasta yang terkait.
UU
dilihat lebih detail pada
66
aparat daerah dan pemilik lahan dalam pengembangan dan
pertumbuhan kota. Prinsip dasar Peraturan Zonasi adalah:
• Wilayah kota dibagi ke dalam zona-zona dengan ukuran yang
bervariasi
• Zona yang sama mempunyai aturan yang seragam (guna lahan,
intensitas, massa bangunan)
Zoning:
Pembagian lingkungan kota kedalam zona-zona dan menetapkan
pengendalian pemanfaatan ruang/memberlakukan ketentuan
hukum yang berbeda-beda (Barnett, 1982: 60-61; So, 1979:251).
Dibeberapa negara zoning regulation dikenal juga dengan istilah:
land development code, zoning code, zoning ordinance, zoning
resolution, zoning by-law, urban code, panning act, dll
Zona:
Kawasan atau area yang memiiki fungsi dan karakteristik
lingkungan (dan aturan) yang spesifik
Pengertian Peraturan Zonasi menurut UU No 26 Tahun 2007 adalah sebagai
berikut:
Penjelasan umum pasal 6:
Pengaturan zonasi merupakan ketentuan yang mengatur tentang
pemanfaatan persyaratan ruang dan ketentuan
pengendaliannya dan disusun untuk setiap blok /zona peruntukan
yang penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang”
Penjelasan pasal 36 ayat 1:
Peraturan zonasi merupakan ketentuan yang mengatur
pemanfaatan ruang dan unsur-unsur pengendalian yang disusun
untuk setiap zona peruntukan sesuai dengan rencana rinci tata
ruang.
67
3. Memelihara nilai properti
4. Memelihara/memantapkan lingkungan dan melestarikan kualitasnya
5. Menyediakan aturan yang seragam di setiap zona
Adapun tujuan utama dari penyusunan peraturan zonasi adalah sebagai
berikut:
a. Mendeskripsikan zona penggunaan lahan yang berbeda-beda
b. Menjelaskan ketentuan aturan yang diterapkan pada setiap zona
c. Menata prosedur untuk mengadministrasikan dan mengubah
peraturan zonasi
Undang-Undang Perencanaan Ontario, Kanada menyebutkan tujuan
peraturan zonasi adalah “mengurangi kemacetan lau-lintas; menjamin
keselamatan dari kebakaran; kepanikan; dan bahaya lain; mendorong
kesehatan dan kesejateraan umum; menyediakan cahaya dan udara yang
cukup; mencegah terlalu padat; menghindarkan konsentrasi penduduk
berlebihan; menyediakan fasilitas transportasi, air bersih, saluran buangan,
sekolah, taman, dan kebutuhan publik lainnya”.
Barnett (1982) menyatakan bahwa pada awalnya Peraturan Zonasi
ditujukan untuk beberapa hal sebagai berikut:
a. Mengatur kegiatan yang boleh ada di suatu zona.
b. Menerapkan pemunduran bangunan di atas ketinggian tertentu agar
sinar matahari jatuh ke jalan dan trotoar dan sinar serta udara mencapai
bagian dalam bangunan.
Pembatasan besar bangunan di zona tertentu agar pusat kota menjadi
kawasan yang paling intensif pemanfaatan ruangnya.
3.2.2.1 Fungsi
UU 26/2007 mengatakan bahwa fungsi peraturan zonasi ada 3, yaitu sebagai
perangkat pengendalian pemanfaatan ruang, pedoman pengendalian
pemanfaatan ruang dan sebagai pelengkap dari rencana rinci tata ruang
kabupaten/kota.
1. Peraturan zonasi merupakan salah satu perangkat pengendalian
pemanfaatan ruang
68
Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui penetapan
peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta
pengenaan sanksi (pasal 35)
2. Peraturan zonasi disusun sebagai pedoman pengendalian
pemanfaatan ruang (pasal 36 ayat 2)
Pelaksanaan rencana rinci tata ruang untuk mengoperasionalkan
rencana umum tata ruang harus tetap memenuhi batasan yang
telah diatur dalam rencana rinci dan peraturan zonasi.
Penyempurnaan rencana rinci tata ruang berdasarkan aspirasi
masyarakat harus tetap mematuhi batasan yang telah diatur
dalam rencana rinci dan peraturan zonasi (penjelasan ps.14 ayat
1)
3. Peraturan zonasi yang melengkapi rencana rinci tata ruang
kabupaten/kota
Menjadi salah satu dasar dalam pengendalian pemanfaatan ruang
sehingga pemanfaatan ruang dapat dilakukan sesuai dengan
rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang (penjelasan
umum angka 6)
69
Literatur lain juga menyebutkan fungsi yang mirip dengan apa yang
disebutkan oleh UU 26/2007 sebagai berikut:
1. Sebagai instrumen pengendalian pembangunan
Peraturan zonasi yang lengkap dapat menjadi rujukan untuk
perizinan, penerapan insentif/disinsentif, dan penertibanpemanfaatan
ruang
2. Sebagai pedoman penyusunan rencana operasional
70
Ketentuan dalam peraturan zonasi dapat menjadi jembatan dalam
penyusunan rencana tata ruang yang bersifat operasional, karena
memuat ketentuan-ketentuan tentang penjabaran rencana yang
bersifat makro ke dalam rencana yang bersifat sub makro sampai
pada rencana yang rinci
3. Sebagai panduan teknis pengembangan/pemanfaatan lahan
Peraturan zonasi mencakup guna lahan, intensitas pembangunan,
tata bangunan, prasarana minimum, dan standar perencanaan
3.2.2.2 Manfaat
Manfaat peraturan zonasi adalah:
a. Meminimalkan penggunaan lahan yang tidak sesuai
b. Meningkatkan pelayanan terhadap fasiitas yang bersifat publik
c. Menjaga keseimbangan kehidupan masyarakat
d. Mendorong pengembangan ekomoni
Kelebihan dari peraturan zonasi adalah Certain (pasti), predictable,
legitimate, accountable. Hanya saja, kekurangannya adalah tidak ada
yang dapat meramalkan keadaan di masa depan secara rinci, sehingga
banyak permintaan REZONING (karena itu, amandemen Peraturan Zonasi
menjadi penting).
71
3.2.3 Kedudukan Peraturan Zonasi
72
Muatan pengendalian pemanfaatan ruang dituangkan ke dalam sebuah
produk perencanaan bernama peraturan zonasi. Dalam produk
perencanaan, peraturan zonasi berkedudukan sejajar dengan Rencana
Detail Tata Ruang, yaitu sebagai produk rencana dengan skala peta 1:5000.
Diagram kedudukan peraturan zonasi dalam sistem rencana tata ruang
adalah sebagai berikut:
73
• Lingkungan lama yang indah/menarik
• Keragaman dalam pembangunan baru/ redevelopment
6. Kompensasi Ekonomi
• Cara atau alat untuk mengatur kegiatan ekonomi
7. Kecukupan Rancangan fisik
• Pembangunan baru
• Pemeliharaan
74
2. Penyusunan
Daftar Kegiatan
8. Penyusunan
Aturan 7. Penyusunan
Pelaksanaan Peta Zonasi
9. Penyusunan
Aturan
Dampak
11. Penyusunan
10. Peran Serta Aturan Administrasi
Masyarakat Zonasi
A. Data Sekunder
• Kebijakan terkait dengan tata ruang (kawasan yang di dorong atau
dikendalikan perkembangannya) Teknik Pengaturan zonasi
• Standar-standar terkait pemanfaatan ruang dan pengendalian
pemanfaatan ruang
75
– Standar perencanaan
– Standar design
• Peraturan sektoral:
– KKOP,
– Fasilitas pejalan kaki, jaringan jalan, menara,
– kawasan industri,
– perumahan dan permukiman,
– cagar budaya,
– pariwisata,
– Bangunan
– Lingkungan
• Proses dan prosedur pembangunan (perizinan dll)
• Studi-studi terkait karakteristik kawasan
B. Data Primer
• Konflik pemanfaatan ruang
• Dampak suatu kegiatan dalam suatu zona/Sub Zona
• Persepsi dan preferensi stakholder
• Observasi teknis pemanfaatan ruang (Intensitas, tata bangunan,
obyek khusus pemanfaatan ruang dll)
Tata Cara Mengkaji Dampak Kegitan Pada Suatu Jenis Guna Lahan
1. Kajian dampak suatu kegiatan yang berlokasi pada zona tertentu sangat
penting dalam merumuskan aturan dasar dan teknik pengaturan zonasi.
2. Diperlukan tenaga ahli perencana/penyusun peraturan zonasi yang
bukan fresh graduated, namun harus yang sudah mempunyai jam
terbang tinggi.
3. Perlengkapan:
Peta Kerja
Kamera.
Form survei.
Dll
Peta foto udara akan sangat membantu untuk mengidentifikasi
karakter lingkungan.
76
Identifikasi Identifikasi Identifikasi Aturan Zona/Land
Karakteristik Kelompok Sub Zona Use [I, B,T/X]
Kegiatan Zona
Aturan:
Pembagian Daftar - Intensitas
Kelompok Kegiatan - Bangunan
Survey - Prasarana
- Khusus.
Standar
Zoning Map
OBSERVASI
LAPANGAN
Masukan Masukan
Untuk Zoning untuk Zoning
Map Text
Observasi Lapangan
77
Form Identifikasi Guna Lahan dan Kegiatan Pelatihan Zoning Regulation, Semarang 13-17 Oktober 2008
Hari/tanggal : ______________________________________________
Lokasi Survai : ______________________________________________
Form Identifikasi Guna Lahan dan Kegiatan Pelatihan Zoning Regulation, Surabaya 1-5 Desember 2008
Hari/tanggal :
Lokasi Survai :
Form Identifikasi Guna Lahan dan Kegiatan Pelatihan Zoning Regulation, Semarang 13-17 Oktober 2008
Hari/tanggal : Rabu/15 Oktober 2008
Lokasi Survai : Jalan Pandanaran, Sub-blok P3
78
Form Identifikasi Guna Lahan dan Kegiatan Pelatihan Zoning Regulation, Semarang 13-17 Oktober 2008
Hari/tanggal : Rabu/15 Oktober 2008
Lokasi Survai : Jalan Pandanaran, Sub-blok P5
1 Hunian Jl. Pandanaran No. 01 1. Rumah deret a. Warung on street parking compatible dengan fungsi dominan
_________________ Perkiraan Luas Persil (m²) : 30x60 b. Warnet macet perlu penyediaan tempat parkir
_________________ Jumlah Lantai Bangunan : 1-2 lt c. Praktek Dokter kumuh perlu perbaikan drainase
KDB : 85% d. Industri Mie perlu pembatasan jenis kegiatan
KLB : _______ aksesoris agar tidak menimbulkan
Kapasitas Parkir di Persil :- eksternalitas negatif
Koefisien Lantai Basement (KLB) :-
Form Identifikasi Guna Lahan dan Kegiatan Pelatihan Zoning Regulation, Semarang 13-17 Oktober 2008
Hari/tanggal : Rabu/15 Oktober 2008
Lokasi Survai : Jalan Pandanaran, Sub-blok P4
1 Campuran Jl. Pandanaran No. 01 1. Rumah deret a. Warung kumuh compatible dengan fungsi dominan
_________________ Perkiraan Luas Persil (m²) : 135x30 b. Warnet bau perlu penyediaan tempat parkir
_________________ Jumlah Lantai Bangunan : 1 lt c. Kost-an perlu perbaikan drainase
KDB : 85% d. laundry perlu pembatasan jenis kegiatan
KLB : _______ e. Pendukung kegiatan aksesoris agar tidak menimbulkan
Kapasitas Parkir di Persil :- industri eksternalitas negatif
Koefisien Lantai Basement (KLB) :-
79
Kedekatan fungsional dari aktivitas yang ada dan yang akan
dikembangkan
Kegiatan yang telah berkembang di Kabupaten atau kawasan
perkotaan;
Kemudahan pengaturan pengendalian namun masih memberikan
ruang fleksibilitas bagi penduduk, pelaku ekonomi dan dunia usaha.
Ketentuan dalam penamaan kode zonasi adalah:
Setiap zonasi diberi kode yang mencerminkan fungsi zonasi yang
dimaksud.
Pengkodean zonasi dapat merujuk pada kode zonasi di lampiran.
Nama kode zonasi diupayakan bersifat universal seperti yang banyak
digunakan di luar negeri
80
No Kode Klasifikasi Zona
2 R-4 Rumah kepadatan rendah
IV K Zona Perdagangan dan Jasa
1 K-1 Perdagangan dan Jasa Tunggal
2 K-2 Perdagangan dan Jasa Deret
V C Zona Campuran
1 C-1 Perumahan Dan Perdagangan
2 C-2 Perkantoran Dan Perdagangan
VI KT Zona Perkantoran
1 KT-1 Pemerintah
VII I Zona Industri
VIII SPU Zona Sarana Pelayanan Umum
1 SPU-1 Pendidikan
2 SPU-2 Transportasi
3 SPU-3 Kesehatan
4 SPU-4 Olahraga
5 SPU-5 Sosial Budaya
5 SPU-6 Peribadatan
IX PL Zona Peruntukan Lainnya
1 PL-1 Pertanian
X KH Zona Khusus
1 KH-1 Hankam
2 KH-2 Instalasi Pengolahan Air (IPA)
3 KH-3 Pusat Agrowisata
81
3.2.8 Penyusunan Daftar Kegiatan
ZONA ZONA
No No
Kegiatan Kegiatan
A Perumahan C Perkantoran
1 Rumah Tunggal 1 Kantor Pemerintahan Pusat
2 Rumah Kopel 2 Kantor Pemerintahan Provinsi
3 Rumah Deret 3 Kantor Pemerintahan Kabupaten
4 Rumah Susun 4 Kantor Kecamatan
82
ZONA ZONA
No No
Kegiatan Kegiatan
5 Asrama 5 Kantor Kelurahan
6 Rumah Kost 6 Polda
7 Panti Jompo 7 Polrestabes
8 Panti Asuhan 8 Polsek
9 Guest House 9 Kodam
10 Paviliun 10 Koramil
11 Rumah Dinas 11 Kantor swasta
12 Apartemen / Rumah Susun D Industri
13 Rumah Adat 1 Makanan/Minuman
B Perdagangan dan jasa 2 Tekstil
1 Ruko 3 Pengolahan Pertanian
2 Warung 4 Pakan Ternak
3 Toko 5 Penyamakan Kulit
4 Pasar Tradisional 6 Pengolahan Daging
5 Pasar Lingkungan 7 Pakaian jadi
6 Penyaluran Grosir 8 Pengemasan Barang
7 Pusat Perbelanjaan 9 Kayu
8 Supermarket 10 Publikasi dan Percetakan
9 Mall 11 Mesin dan Peralatan
10 Plaza 12 Mesin Perkantoran
Mesin dan perlengkapan
11 Bahan Bangunan dan Perkakas 13 elektronik
12 Makanan dan Minuman 14 Peralatan medis dan instrumen
13 Peralatan Rumah Tangga 15 Alat-alat kendaraan bermotor
14 Hewan Peliharaan 16 Furniture dan manufaktur
15 Alat dan Bahan Farmasi 17 Daur ulang
16 Pakaian dan Aksesoris 18 Polutan
17 Peralatan dan Pasokan Pertanian 19 Non polutan
18 Tanaman E Sarana Pelayanan Umum
19 Kendaraan Bermotor dan Perlengkapannya Pendidikan
20 Jasa Bangunan 1 TK
21 Jasa Lembaga Keuangan 2 SD
22 Jasa Komunikasi 3 SMP
23 Jasa Pemakaman 4 SMU/SMK
24 Pusat Riset dan Pengembangan IPTEK 5 Perguruan tinggi/Akademi
25 Perawatan/ Perbaikan/ Renovasi Barang Kesehatan
27 SPBU 1 RS tipe C
28 Pertamini 2 RS Bersalin
29 Jasa Penyediaan Ruang Pertemuan 3 Puskesmas Rawat Inap
30 Jasa Penyediaan Makanan dan Minuman 4 RS Gawat Darurat
31 Jasa Travel dan Pengiriman Barang 5 Laboratorium kesehatan
32 Jasa Pemasaran Properti 6 Puskesmas
33 Jasa Perkantoran/ Bisnis lainnya 7 Puskesmas Pembantu
34 Taman Hiburan 8 Posyandu
35 Taman Perkemahan 9 Balai Pengobatan
36 Bisnis Lapangan Olahraga 10 Pos Kesehatan
37 Studio Keterampilan 11 Dokter umum
38 Panti Pijat 12 Dokter spesialis
39 Hiburan dewasa lainnya 13 Bidan
40 Teater 14 Poliklinik
41 Bioskop Olahraga/ Rekreasi
42 Restoran 1 Lapangan OR
43 Penginapan hotel 2 Gelanggang OR
44 Penginapan losmen 3 Gedung OR
45 Cottage 4 Stadion
46 Salon Peribadatan
47 Laundry 1 Masjid
83
ZONA ZONA
No No
Kegiatan Kegiatan
48 Penitipan Anak 2 Gereja
F RTH 3 Pura
1 Hutan Kota 4 Vihara
2 Jalur hijau dan pulau jalan 5 Kelenteng
3 Taman kota 6 Langgar/mushola
4 TPU Bina Sosial
5 Sempadan / Penyangga 1 Gedung Pertemuan Lingkungan
6 Pekarangan Gedung Pertemuan Kota
G Ruang Terbuka Non Hijau 2 Gedung serba guna
1 Lapangan 3 Balai pertemuan dan Pameran
2 Plaza 4 Pusat informasi lingkungan
3 Tempat Parkir 5 Lembaga sosial/organisasi
4 Taman bermain dan rekreasi Transportasi
5 Trotoar 1 Terminal tipe C
H Peruntukan Lainnya 2 Stasiun Kereta
1 Hortikultura 3 Dry Port / Gudang Peti Kemas
2 Kolam 4 Lapangan parkir umum
3 Perkebunan agrobisnis
4 Lapangan penggembalaan
Pemerahan susu
6 Kandang hewan
7 Pengambilan air tanah
8 Wisata alam
9 Wisata buatan
10 Wisata budaya
I Peruntukan Khusus
1 TPS
2 Daur ulang sampah
3 Pengolahan sampah/limbah
4 Penimbunan barang bekas
5 Rumah pompa
6 Pembangkit listrik
7 Pengolahan Air Bersih
8 Pengolahan Limbah
Definisi :
Sebidang lahan yang dibatasi sekurang-kurangnya oleh batasan fisik yang
nyata (seperti jaringan jalan, sungai, selokan, saluran irigasi, saluran udara
tegangan (ekstra) tinggi, pantai, dan lain-lain), maupun yang belum nyata
(rencana jaringan jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis
sesuai dengan rencana kota). Blok peruntukan dibatasi oleh batasan fisik
yang nyata maupun yang belum nyata.
Batas Blok Peruntukan yang nyata :
• jaringan jalan,
• sungai,
• selokan,
84
• saluran irigasi,
• saluran udara tegangan (ekstra) tinggi,
• garis pantai, dll.
Batas blok peruntukan yang belum nyata :
• rencana jaringan jalan,
• rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan rencana
kota, dan rencana sektoral lainnya.
Blok peruntukan perlu diberi nomor blok memudahkan referensi. Nomor
blok peruntukan dapat didasarkan pada kode pos (berdasarkan
kelurahan/desa) diikuti dengan 3 digit nomor blok
85
• Zoning map Dihasilkan dari RDTR dan TPZ (Teknis Pengaturan Zonasi)
– berisi pembagian blok peruntukan (zona), dengan ketentuan
aturan untuk tiap blok peruntukan tersebut
– menggambarkan peta tata guna lahan dan lokasi tiap fungsi
lahan dan kawasan
• Zoning text/zoning statement/legal text:
– berisi aturan-aturan (= regulation)
– menjelaskan tentang tata guna lahan dan kawasan, permitted
and conditional uses, minimum lot requirements, standar
pengembangan, administrasi pengembangan zoning
Penerapan teknik pengaturan zonasi memungkinkan PZ lebih fleksibel,
mempertimbangan ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH/KOTA, dan
KARAKTERISTIK/KONDISI SETEMPAT
PERATURAN Zoning Text/ Aturan Dasar = aturan pada setiap jenis zona [definisi zona,
Statement kualitas lokal minimum zona, ketentuan pemanfaatan ruang,
ZONASI
Intensitas, tata bangunan, prasarana minimal, khusus, standar]
Zoning Map
[dimana zoning text/
statement akan Zona dan Kode
diterapkan]
Blok
86
Pertimbangan Penyusunan Aturan Dasar :
1. Konflik pemanfaatan ruang (Perbedaan peruntukan dalam RTRW dan
fakta yang terjadi di lapangan)
2. Tingkat keluwesan yang dikehendaki sangat tergantung dari
bagaiman kita membuat aturan.
3. Informasi dampak suatau kegiatan dalam suatu zona/sub zona.
4. Kegiatan vs peruntukan (zona/sub zona)
5. Kemampuan dan kapasitas daerah dalam menjalankan aturan PZ,
pertimbangan side effect aturan yang akan diberlakukan sangat
penting
6. Produk peraturan terkait, standar yang dapat dijadikan rujukan.
Peraturan perundangan yang berlaku.
Standar-standar.
7. Rencana Tata ruang sebagai referensi sistem guna lahan, kegiatan
dan ketentuan-ketentuan teknis yang masih dapat digunakan.
8. Variasi guna lahan dan kegiatan yang pada saat ini berkembang
dan yang akan muncul dikemudian hari.
9. Aspek-aspek khusus (KKOP dsb), Kawasan Cagar Budaya.
10. Kondisi atau karakter setempat.
11. Persoalan-persoalan pemanfaatan maupun pengendalian
pemanfaatan ruang.
12. Karakter sosial budaya dan ekonomi
87
3.2.11 Muatan Peraturan Zonasi
88
89
SIMBOL DESKRIPSI
Þ Pemanfaatan diperbolehkan/diizinkan.
Þ Kegiatan dan penggunaan lahan yang termasuk dalam klasifikasi I memiliki
I
sifat sesuai dengan peruntukan ruang yang direncanakan.
Þ Pemerintah kabupaten/kota tidak dapat melakukan peninjauan atau
pembahasan atau tindakan lain terhadap kegiatan dan penggunaan
lahan yang termasuk dalam klasifikasi I.
90
Ketentuan kegiatan penggunaan lahan disusun dengan
mempertimbangkan:
1. Kesesuaian dengan definisi pemanfaatan pelengkap;
2. Kesesuaian dengan peraturan yang dapat diberlakukan pada
penggunaan tersebut dalam peruntukan tanah lain pada tipe
peruntukan tanah yang sama (ruang terbuka, hunian, komersial,
industri);
3. Kesesuaian dengan pemanfaatan ruang utama di kawasan tersebut,
dimana prosentasenya tidak boleh melebihi fungsi utama kawasan;
4. Peraturan pemanfaatan yang diatur secara terpisah yang diidentifikasi
sebagai “tidak diizinkan” pada suatu peruntukan tanah tertentu, tidak
diizinkan sebagai pemanfaatan pelengkap pada peruntukan tanah
tersebut;
5. Tidak merugikan dan/atau mengganggu kegiatan masyarakat di
sekitar kawasan tersebut;
6. Tingkat kepentingannya terhadap kebutuhan publik, dan bukan hanya
untuk keuntungan perorangan; dan
7. Pertimbangan sosial budaya dan norma dalam masyarakat setempat.
Alasan mendasar pertimbangan kompatibilitas penggunaan lahan:
• kompatibilitas penggunaan lahan harus dipandang sebagai sarana
untuk mencapai penggunaan lahan tertinggi dan terbaik.
• mencari kompatibilitas penggunaan lahan berarti mengakui bahwa
penggunaan lahan yang saling bertentangan akan menyebabkan
terjadinya konflik di masyarakat baik secara ekonomi, sosial, dan fisik-
lingkungan.
Tingkatan kompatibilitas, meliputi :
1. Kompatibel; I (diijinkan)
2. Dipertanyakan (Kompatibel hanya jika dampak dimitigasi dengan
benar); T (terbatas) & B (bersyarat) dan
3. Tidak kompatibel X (tidak diizinkan)
Karakteristik yang dianggap menunjukkan kompatibilitas penggunaan lahan
meliputi:
• Interdependensi penggunaan lahan dasar;
91
• Kompatibilitas visual;
• Identifikasi dampak sosial-ekonomi;
• Bangkitan lalu lintas;
• Persyaratan lingkungan;
• Persyaratan fisik lainnya.
Pengisian isian tabel ketentuan teknis didasarkan pada daftar kegiatan yang
terdapat pada zona/sub zona/sub sub zona yang ada contoh :
1. daftar kegiatan dari zona kesehatan yaitu posyandu di dalam kotak
zona permukiman rendah diperbolehkan/diijinkan (I)
2. Daftar kegiatan dari zona perdagangan yaitu pasar di dalam kotak
zona permukiman tinggi diijinkan bersyarat harus melalui kajian
lingkungan dan amdal (B)
KEGIATAN VS ZONA
Fokus pada apakah suatu kegiatan perlu diatur /dikendalikaatau tidak.
Dampak kegiatan dalam suatu zona Skala pelayanan
Penentuan I, T, B dan X untuk kegiatan dan penggunaan lahan pada suatu
zonasi didasarkan pada hal-hal dibawah ini, meliputi :
92
kabupaten/kota, keseimbangan dapat disusun berdasarkan rujukan
antara kawasan lindung dan kawasan mengenai ketentuan atau standar
budi daya dalam suatu wilayah, yang berkaitan dengan pemanfaatan
kelestarian lingkungan, toleransi ruang, rujukan mengenai ketentuan
terhadap tingkat gangguan dan dalam peraturan bangunan setempat,
dampak terhadap peruntukan yang dan rujukan mengenai ketentuan
ditetapkan, serta kesesuaian dengan khusus bagi unsur bangunan atau
kebijakan lainnya yang dikeluarkan komponen yang dikembangkan.
oleh pemerintah daerah
kabupaten/kota
Besar
93
Tidak Diizinkan (X)
Tidak
Tidak Tidak
Tidak
2)
2) Kebutuhan
Kebutuhan Informasi:
Informasi:
Apakah kegiatan Ya
Ya Apakah kegiatan
KUALITAS
KUALITAS LOKAL
LOKAL
Jenis Kegiatan kompatibel dengan sesuai dengan kualitas
MINIMUM
MINIMUM ZONA
ZONA YANG
YANG
karakter zona/subzona? (lokal) minimum?
DITETAPKAN
DITETAPKAN
Ya
Ya
1)
1) Kebutuhan
Kebutuhan Informasi:
Informasi:
KODE
KODE dan
dan DEFINISI
DEFINISI ZONA
ZONA
Ada
Ada
Apakah dampak
Apakah dampak terkait/ Tidak terkait persyaratan/dampak Tidak
Tidak
Tidak
disebabkan oleh jumlah lingkungan (berkurangnya
kegiatan, waktu operasi, luasan/ kinerja infrastruktur, utilitas,
intensitas dan sejenisnya? keselamatan), keterbatasan
ruang?
kajian/penelitian
Perlu kajian/penelitian
Ya
Ya
lanjut
lebih lanjut
Perlu
lebih
Tidak
Tidak
Dampat dapat diantisipasti
Ya
Ya dengan ketentuan Bersyarat?
Diizinkan dengan
Syarat (B)
Apakah dampak
terkait persyaratan/dampak Tidak
Tidak Tidak
Tidak
lingkungan (berkurangnya Dampat dapat diantisipasti
kinerja infrastruktur, utilitas, dengan ketentuan Terbatas?
keselamatan), keterbatasan
ruang?
Ya
Ya
Ya
Ya
Diizinkan dengan
Terbatas (T)
Ya
Ya Diizinkan dengan
Terbatas sekaligus
Bersyarat (BT)
94
Contoh Klasifikasi Zona, Sub zona, Definisi dan Kualitas Yang Diharapkan
95
Contoh Ketentuan Kegiataan dan Pemanfaatan Lahan
96
Perlindungan Lindung RTH
Zona Perlindungan Setempat RTH Publik
Kawasan Buatan Privat
RTH RTH kawasan
Sempadan
No Perlindungan Sempadan Sempadan Sempadan Sempadan Sempadan RTH Taman unit RTH RTH hutan kawasan perlindungan
Sub Zona Sempadan tol sekitar danau Cagar budaya
Kawasan Bawahannya jaringan jalan rel KA sungai SUTET mata air lingkungan permakaman kota pelestarian plasma nutfah
buatan
alam eks. Situ
Kegiatan LB PS 1 PS 2 PS.3 PS 4 PS 5 PS 6 PS7 SC RTH1.1 RTH1.2 RTH1.3 RTH1.4 RTH1.5 RTH2
Industri
Industri besar dengan limbah/
- - - - - - - - - - - - - - -
gangguan lingk.
Industri besar tanpa limbah/
- - - - - - - - - - - - - - -
gangguan lingk.
5 Industri kecil dengan limbah/
- - - - - - - - - - - - - - -
gangguan lingk.
Industri kecil tanpa limbah/
- - - - - - - - - - - - - - -
gangguan lingk.
Industri Pergudangan - - - - - - - - - - - - - - -
Industri Bahari - - - - - - - - - - - - - - -
Pertambangan*
Minyak bumi, bitumen cair, lilin
- - - - - - - - - - - - - - -
bumi, gas alam
Bitumen padat, aspal - - - - - - - - - - - - - - -
Antrasit, batubara - - - - - - - - - - - - - - -
Uranium, radium, thotium - - - - - - - - - - - - - - -
Nikel, kobalt - - - - - - - - - - - - - - -
Timah - - - - - - - - - - - - - - -
Besi, mangan, molibden, khrom,
- - - - - - - - - - - - - - -
wolfram,
vanadium, titan - - - - - - - - - - - - - - -
Bauksit,tembaga, timbal, seng - - - - - - - - - - - - - - -
Emas, platina, perak, air raksa, intan - - - - - - - - - - - - - - -
Arsin, antimon, bismut - - - - - - - - - - - - - - -
6
Yutrium, rhutenium, cerium - - - - - - - - - - - - - - -
Berilium, korundum,zirkon,kristal
- - - - - - - - - - - - - - -
kwarsa
Kriolit, fluorpar, barit - - - - - - - - - - - - - - -
Yodium, brom, khlor, belerang - - - - - - - - - - - - - - -
Nitrat-nitrat, pospat, garam batu - - - - - - - - - - - - - - -
Asbe, talk, mika, grafit, magnesit - - - - - - - - - - - - - - -
Yarosit, leusit, tawas, oker - - - - - - - - - - - - - - -
Batu permata - - - - - - - - - - - - - - -
Pasir kwarsa, kaolin, dkk - - - - - - - - - - - - - - -
Batu apung, tras, obsidian, dkk - - - - - - - - - - - - - - -
Marmer, batu tulis - - - - - - - - - - - - - - -
Batu kapur, dolomit, kalsit - - - - - - - - - - - - - - -
Granit, andesit, basal, trakhit, dkk - - - - - - - - - - - - - - -
Pemerintahan dan Keamanan
Kantor pemerintah pusat/nasional - - - - - - - - - - - - - - -
Kantor Propinsi - - - - - - - - - - - - - - -
Kantor kota/kabupaten - - - - - - - - - - - - - - -
Kantor Kecamatan - - - - - - - - - - - - - - -
Kantor Kelurahan - - - - - - - - - - - - - - -
Polda - - - - - - - - - - - - - - -
Polwil - - - - - - - - - - - - - - -
Polres/ Polresta - - - - - - - - - - - - - - -
7
Polsek/ Polsekta - - - - - - - - - - - - - - -
TNI AD - - - - - - - - - - - - - - -
Dephankam - - - - - - - - - - - - - - -
Kodam - - - - - - - - - - - - - - -
Kodim - - - - - - - - - - - - - - -
Koramil - - - - - - - - - - - - - - -
Korem - - - - - - - - - - - - - - -
TNI AU - - - - - - - - - - - - - - -
TNI AL - - - - - - - - - - - - - - -
Fasilitas Pendidikan
8 TK - - - - - - - - - - - - - - -
SD/MI - - - - - - - - - - - - - - -
97
Perlindungan Lindung RTH
Zona Perlindungan Setempat RTH Publik
Kawasan Buatan Privat
RTH RTH kawasan
Sempadan
No Perlindungan Sempadan Sempadan Sempadan Sempadan Sempadan RTH Taman unit RTH RTH hutan kawasan perlindungan
Sub Zona Sempadan tol sekitar danau Cagar budaya
Kawasan Bawahannya jaringan jalan rel KA sungai SUTET mata air lingkungan permakaman kota pelestarian plasma nutfah
buatan
alam eks. Situ
Kegiatan LB PS 1 PS 2 PS.3 PS 4 PS 5 PS 6 PS7 SC RTH1.1 RTH1.2 RTH1.3 RTH1.4 RTH1.5 RTH2
SLTP/MTS - - - - - - - - - - - - - - -
SMU/MA/SMAK - - - - - - - - - - - - - - -
Akademi/ perguruan tinggi - - - - - - - - - - - - - - -
Perpustakaan - - - - - - - - - - - - - - -
Fasilitas Kesehatan
RS tipe A - - - - - - - - - - - - - - -
RS tipe B - - - - - - - - - - - - - - -
RS tipe C - - - - - - - - - - - - - - -
RS tipe D - - - - - - - - - - - - - - -
RS Gawat Darurat - - - - - - - - - - - - - - -
RS Bersalin - - - - - - - - - - - - - - -
Laboratorium kesehatan - - - - - - - - - - - - - - -
Puskesmas - - - - - - - - - T T T T T -
9
Puskesmas Pembantu - - - - - - - - - T T T T T -
Balai Pengobatan - - - - - - - - - T T T T T -
Pos Kesehatan - - - - - - - - - T T T T T -
Posyandu - - - - - - - - - T T T T T -
Dokter umum - - - - - - - - - T T T T T -
Dokter spesialis - - - - - - - - - T T T T T -
Bidan - - - - - - - - - T T T T T -
Klinik/ Poliklinik - - - - - - - - - T T T T T -
Klinik dan/atau RS Hewan - - - - - - - - - T T T T T -
Fasilitas OR/ Rekreasi
Tempat bermain lingkungan I I I I I I I I I - - - - - I
Tempat bermain lokal I I I I I I I I I - - - - - I
Taman I I I I I I I I I - - - - - I
Lapangan OR B B B B B B B B I - - - - - B
Gelanggang Remaja - I I I I I I I - - - - - - -
10 Gedung OR - I I I I I I I - - - - - - B
Museum - - - - - - - - - - - - - - -
Stadion - - - - - - - - - - - - - - -
Gedung Olah Seni - - - - - - - - - - - - - - -
Bioskop - - - - - - - - - - - - - - -
Teater - - - - - - - - B - - - - - -
Kafe - - - - - - - - B - - - - - -
Fasilitas Peribadatan
Langgar B B B B B B B B I - - - - - B
Masjid B B B B B B B B I - - - - - B
11
Gereja B B B B B B B B I - - - - - B
Pura B B B B B B B B I - - - - - B
Kelenteng B B B B B B B B I - - - - - B
Bina Sosial
Gedung Pertemuan Lingkungan - - - - - - - - B - - - - - -
Gedung serba guna - - - - - - - - B - - - - - -
Gedung Pertemuan Kota - - - - - - - - B - - - - - -
12
Balai pertemuan dan Pameran - - - - - - - - B - - - - - -
Pusat informasi lingkungan - - - - - - - - B - - - - - B
Lembaga sosial/organisasi
- - - - - - - - B - - - - - -
kemasyarakatan
Persampahan
TPS - - - - - - - - B - - - - - -
TPA - - - - - - - - - - - - - - -
13 Pengolahan sampah/limbah - - - - - - - - B - - - - - -
Daur ulang - - - - - - - - B - - - - - -
Penimbunan barang rongsokan - - - - - - - - - - - - - - -
Pembongkaran kendaraan bermotor - - - - - - - - - - - - - - -
Komunikasi
Telepon Umum I I I I I I I I I I I I I I I
14
Pusat transisi/ pemancar
I I I I I I I I I I I I I I I
telekomunikasi
98
Perlindungan Lindung RTH
Zona Perlindungan Setempat RTH Publik
Kawasan Buatan Privat
RTH RTH kawasan
Sempadan
No Perlindungan Sempadan Sempadan Sempadan Sempadan Sempadan RTH Taman unit RTH RTH hutan kawasan perlindungan
Sub Zona Sempadan tol sekitar danau Cagar budaya
Kawasan Bawahannya jaringan jalan rel KA sungai SUTET mata air lingkungan permakaman kota pelestarian plasma nutfah
buatan
alam eks. Situ
Kegiatan LB PS 1 PS 2 PS.3 PS 4 PS 5 PS 6 PS7 SC RTH1.1 RTH1.2 RTH1.3 RTH1.4 RTH1.5 RTH2
Pertanian
Sawah I I I I I I I I I - - - - - I
Ladang I I I I I I I I I - - - - - I
Kebun I I I I I I I I I B B B B B I
Hortikultur dan rumah kaca I I I I I I I I I B B B B B I
15
Pembibitan I I I I I I I I I I I I I I I
Pengolahan hasil pertanian I I I I I I I I I I I I I I I
Pergudangan hasil panen I I I I I I I I I I I I I I I
Penjualan tanaman yg
I I I I I I I I I - - - - - I
dikembangbiakan
Perikanan
Tambak I - - - - - - - I I I I I I I
16
Kolam I - - - - - - - B B B B B B B
Tempat Pelelangan Ikan I B B B B B B B B B B B B B I
Peternakan
Lapangan penggembalaan I I I I I I I I I I I I I I I
17
Pemerahan susu B B B B B B B B B B B B B B B
Kandang hewan B B B B B B B B B B B B B B I
Transportasi
Terminal tipe A - - - - - - - - - - - - - - -
Terminal tipe B - - - - - - - - - - - - - - -
Terminal tipe C - - - - - - - - B - - - - - -
18 Stasiun - - - - - - - - B - - - - - -
Pelabuhan - - - - - - - - B B B B B B -
Bandar udara umum - - - - - - - - - - - - - - -
Bandar udara khusus - - - - - - - - - - - - - - -
Lapangan parkir umum - B B B B B B B B - - - - - B
Hutan
Hutan Rakyat I I I I I I I I I I I I I I I
19 Hutan Produksi terbatas I I I I I I I I I I I I I I I
Hutan Produksi tetap I I I I I I I I I I I I I I I
Hutan konservasi I I I I I I I I I I I I I I I
RTH
Hutan Kota I I I I I I I I I I I I I I I
Jalur hijau dan pulau jalan I I I I I I I I I - - - - - I
20 Taman kota I I I I I I I I I - - - - - I
TPU I I I I I I I I I - - - - - I
Pekarangan I I I I I I I I I - - - - - I
Sempadan / Penyangga I I I I I I I I I - - - - - I
Campuran
Rumah toko (ruko) - - - - - - - - - - - - - - -
21
Rumah kantor (rukan) - - - - - - - - - - - - - - -
Kondotel - - - - - - - - - - - - - - -
99
100
(1) KOEFISIEN DASAR BANGUNAN
Koefisien Dasar Bangunan (KDB) adalah perbandingan luas dasar
bangunan terhadap luas tanah perpetakan, angka KDB ditetapkan
sebagai berikut:
a. Mengikuti arahan pengendalian pemanfaatan ruang di dalam
RTRW Kota;
b. Mempertimbangkan kebutuhan akan ruang terbuka hijau,
khususnya RTH privat;
c. Mempertimbangkan fungsi jalan yang pada sub zona
bersangkutan.
d. KDB adalah prosentase maksimum yg diperkenankan.
KDB berfungsi untuk:
1. Keserasian dimensi (besaran massa bangunan) suatu wilayah kota
sesuai dengan peruntukannya, sehingga kota tertata dengan
sebuah kerangka perencanaan yang matang secara lateral.
2. Menjamin tersedianya ruang terbuka pada skala kavling agar
tercipta bangunan pada lingkungan yang sehat, nyaman dan
tidak merusak lingkungan.
101
luas bangunan di suatu lahan pada batas-batas tertentu sehingga
tidak mengganggu penyerapan air hujan ke tanah. Nilai KDB dapat
dihitung melalui debit infiltrasi air pada suatu daerah sebagai berikut:
dimana :
𝐎𝐒 = 𝑰𝒊𝒏𝒇/𝑸𝒊𝒏𝒇
OS = luas kawasan yang harus dilestarikan
Iinf = intensitas infiltrasi (l/detik)
102
memperoleh tatanan yang baik, sehingga pembedaan ketinggian
massa pada suatu deretan bangunan hanya dimungkinkan untuk
alasan-alasan lain seperti penghindaran kesan monoton atau
mengurangi rintangan pandangan dari unit-unit sekitarnya.
1. Pada zona perumahan seharusnya memiliki FAR/KLB yang kecil,
karena dengan demikian derajat kesehatan dan keleluasaan
pribadi dapat diraih. Kemudian pemadaman api bagi petugas
kebakaran juga menjadi salah satu faktor penentu besarnya FAR,
karena semakin tinggi suatu bangunan semakin sulit pemadaman
dilakukan.
2. Pada zona perdagangan dan jasa, pada area ini rasio luas lantai
dapat dimaksimalkan dengan beberapa pemecahan.
Pembuatan void menjadi salah satunya. Untuk kawasan padat
dengan FAR yang besar, bisa dibuat setback dengan GSB yang
besar atau variasi lainnya. Namun untuk kasus-kasus tertentu bisa
juga dibuat tiga lantai tanpa void.
3. Pada zona indusri, biasa menggunakan satu lantai sebagai
lingkup kerja mereka, maka jarang didapati area industri dengan
jumlah lantai yang banyak. Untuk itu semua dimaksimalkan pada
KDB yang besar.
4. Koefisien Lantai Bangunan mengatur batas maksimum dan
minimum suatu bangunan pada setiap blok peruntukan. Besarnya
angka KLB ini ditentukan berdasarkan jumlah tingkat bangunan
dikalikan dengan KDB.
KLB ditetapkan berdasarkan:
a. Perbandingan antara daya tampung ruang pada zona
bersangkutan dengan KDB yang telah ditetapkan.
b. Pertimbangan akan fungsi jalan yang ada dihadapannya
Ketinggian bangunan ditetapkan dengan dasar pertimbangan yang
sama dengan KLB. Ketinggian bangunan dinyatakan dalam jumlah
maksimum lantai bangunan yang diperbolehkan.
KLB maksimum ditetapkan dengan mempertimbangkan harga lahan,
ketersediaan dan tingkat pelayanan prasarana (jalan), dampak atau
103
kebutuhan terhadap prasarana tambahan, serta ekonomi dan
pembiayaan. Perhitungan KLB dapat dihitung dengan rumus :
104
khayal akibat pencahayaan matahari. ALO merupakan sudut
pencahayaan yang terkena bayangan matahari. Kriteria ini dapat
digunakan untuk menentukan tinggi dan jarak bangunan atau blok
bangunan maksimal berdasarkan pertimbangan pencahayaan
alami dengan tujuan penghematan energi, kesehatan dan
berhubungan dengan iklim mikro setempat.
e) Pertimbangan Terhadap Angin Angin akan berpengaruh pada
struktur bangunan, perhitungan lebar permukaan bangunan yang
berhadapan langsung dengan arah angin dan penentuan jarak
bangunan satu dengan yang lain sehingga mendapat aliran
udara yang alami. Berikut ini adalah ilustrasi pertimbangnan
terhadap angin.
f) Pertimbangan Terhadap Daya Dukung Tanah
Pertimbangan ini melihat daya dukung tanah atau stabilitas
kerentanan tanah. Pertimbangan ini jarang digunakan karena
kemajuan teknologi saat ini, dimana ditanah rawa atau basah
dapat dibangun angunan yang bertingkat.
g) Pertimbangan Terhadap Gempa Pertimbangan ini melihat karakteristik
rawan bencana yang pada dasarnya dapat dilihat pada
pertimbangan daya dukung tanah. Tetapi berbeda denga daya
dukung tanah. Pertimbangan ini merlihat gerak sesar bumi.
(3) TINGGI BANGUNAN
Ketinggian Bangunan ialah suatu nilai yang menyatakan jumlah
lapis/lantai (storey) maksimum pada petak lahan. Ketinggian
bangunan dinyatakan dalam satuan lapis atau lantai (Lantai Dasar =
Lantai 1) atau meter.
Tinggi bangunan sebenarnya sejalan dengan perhitungan Koefisien
Lantai Bangunan, dimana dalam menghitung lantai bangunan akan
diperoleh estimasi tinggi bangunan masing-masing blok peruntukan.
Pertimbangan yang bisa digunakan adalah pertimbangan jalur
pesawat, SEP dan ALO, arah angin, bahaya kebakaran dan gempa.
(4) KDH MINIMAL
Koefisien Dasar Hijau (KDH) adalah angka persentase perbandingan
luas lahan terbuka untuk hijauan dan atau peresapan air terhadap
105
luas kavling. KDH juga merupakan angka persentase perbandingan
antara luas seluruh ruang terbuka di luar bangunan gedung yang
diperuntukkan bagi pertamanan/penghijauan dan luas tanah
perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata
ruang dan RTBL.
Penggunaan KDH :
1. Penentuan KDH adalah untuk menyediakan ruang terbuka hijau
sebagai kawasan konservasi, untuk mengurangi erosi dan run
off air hujan yang tinggi, serta menjaga keseimbangan air
tanah
2. Ruang terbuka hijau/ruang bebas juga dipertimbangkan untuk
penempatan jaringan utilitas umum:
• Rencana blok peruntukan agar mempertimbangkan ruang
bebas yang dapat ditempatkan di sepanjang garis
belakang, depan, atau samping petak, untuk keperluan
penempatan jaringan utilitas umum, seperti jaringan listrik,
jaringan telepon, jaringan air kotor/limbah, jaringan
drainase, dan jaringan air bersih;
• Ruang bebas yang diperlukan untuk keperluan
penempatan jaringan utilitas umum tersebut adalah
minimum 2 meter;
• Ruang bebas tersebut merupakan ruang yang dimiliki oleh
masing-masing pemilik blok peruntukan, namun
penggunaannya hanya untuk penempatan pelayanan
jaringan utilitas umum.
• Ruang terbuka di antara GSJ dan GSB harus dipergunakan
sebagai unsur penghijauan dan atau daerah peresapan
air hujan serta kepentingan umum lainnya.
KDH minimum adalah 10% sesuai dengan ketentuan UU 26/2007 terkait
dengan penyediaan RTH privat.
KDH minimal digunakan untuk mewujudkan RTH dan diberlakukan
secara umum pada suatu zona. KDH minimal ditetapkan dengan
mempertimbangkan tingkat pengisian atau peresapan air dan
kapasitas drainase.
106
KDH = 100% - (KDB+(20% x KDB))
Dimana :
KDH = Koefisien Dasar Hijau
KDB = Koefisien Dasar Bangunan
107
Contoh Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang Zona Lindung
3
K Perdagangan K2.1 grosir 70% 70% - 2,0 - - 20%
108
KDB Maksimum KLB Maksimum
Sub Fungsi Jalan Fungsi Jalan KDH
No Kode
Kode Lokal, Lokal, Minimum
Arteri Kolektor Arteri Kolektor
lingkungan lingkungan
70% 70% - 2,0 1,8 - 20%
K2.4 eceran tunggal/toko 70% 70% 70% 1,0 0,9 0,6 20%
K2.5 pusat pelayanan kota 70% 70% - 2,8 2,1 1,4 20%
K2.6 subpusat pelayanan kota 70% 70% 70% 2,8 2,1 1,4 20%
KJ1 jasa dengan luas >10000 m kuadrat 25% 40% 50% 2,0 1,6 1,5 30%
KJ2 jasa dengan luas >5000 m kuadrat 25% 40% 50% 2,0 1,6 1,5 30%
KJ3 jasa dengan luas 1000-5000 m kuadrat 50% 50% 50% 1,5 1,5 1,2 20%
KJ Jasa
KJ4 jasa dengan luas 200-1000 m kuadrat 60% 60% 60% 1,2 1,2 1,2 20%
KJ5 pusat pelayanan kota 50% 50% - 4,0 3,0 2,0 20%
KJ6 subpusat pelayanan kota 50% 50% 50% 3,0 2,5 2,0 20%
I1 industri besar >100 pekerja 40% - - 1,2 - - 30%
I2 industri menengah 20-99 pekerja 40% 40% - 1,2 0,8 - 20%
4 I Industri dan Pergudangan
I3 industri kecil 5-19 pekerja - 60% 60% - 1,2 1,2 10%
I4 industri rumah tangga 1-4 pekerja - 60% 60% - 1,2 1,2 10%
109
Hal yang diatur oleh ketentuan tata bangunan setidaknya ada 3, yaitu garis
sempadan jalan, garis sempadan bangunan dan jarak bebas bangunan.
Garis sempadan jalan adalah garis yang membatasi Ruang Milik Jalan
(Rumija) yang tidak boleh dilanggar oleh batas kavling. Garis sempadan
bangunan adalah garis yang membatasi ruang bebas antara bangunan
dengan garis sempadan jalan. Jarak bebas bangunan adalah garis yang
membatasi ruang bebas bangunan ke samping dan ke belakang. Lebar
jarak bebas tersebut ditentukan berdasarkan perhitungan sisa ruang kavling
setelah dikurangi tapak bangunan.
Muatan dalam ketentuan tata bangunan antara lain :
a. Tinggi Bangunan Maksimum/Minimum
Tinggi bangunan ditetapkan dengan mempertimbangkan keselamatan,
risiko kebakaran, teknologi, estetika, dan prasarana.
b. GSB Minimum
Besarnya tambahan lebar garis sempadan bangunan akan sangat
bergantung pada luas kavling, lebar rumija serta tingkat kepadatan lalu-
lintas pada persimpangan jalan, seperti pada contoh di dibawah ini.
Secara sederhana, GSB minimum dapat ditetapkan berdasarkan
pertimbangan sebagai berikut:
untuk ruang milik jalan (rumija) < 8m, GSB minimum = ½ rumija
untukk ruang milik jalan >= 8m, GSB minimum = ½ rumija + 1 m
c. aturan lain yang dianggap perlu (tampilan bangunan, ...)
110
Elemen Pembentuk Tata Massa Bangunan
111
& kesehatan), dan keamanan terhadap bahaya kebakaran, seperti
untuk sirkulasi kendaraan pemadam kebakaran, dsb. Untuk jarak bebas
bangunan dapat dihitung dengan mempertimbangkan GSB-nya. Berikut
ini adalah ilustrasi perhitungan jarak bebas bangunan :
Tata letak bangunan di dalam suatu tapak harus memenuhi ketentuan
tentang jarak bebas, yang ditentukan oleh jenis peruntukan dan
ketinggian bangunan.
Untuk persyaratan jarak antar bangunan di kawasan perencanaan
adalah sebagai berikut :
Jarak antar bangunan bagi keseluruhan kawasan perencanaan
dapat dirumuskan :
Y = (3,50 + N/2) meter
Ket :
Y = Jarak antar bangunan
N = Jumlah lantai bangunan
3. TAMPILAN BANGUNAN
Ditetapkan dengan mempertimbangkan warna bangunan, bahan
bangunan, tekstur bangunan, muka bangunan, gaya bangunan,
112
keindahan bangunan, serta keserasian bangunan dengan lingkungan
sekitarnya. Maka dapat dikatakan tampilan bangunan merupakan
estetika bangunan.
4. ATURAN LAINNYA
Aturan lainnya didasarkan pada karakteristik wilayah perencanaan.
Apabila kententuan ini diperlukan maka dapat diatur seusai karakteristik
wilayahnya. Hal yang perlu diperhatikan adalah dasar pertimbangan
yang ada harus sesuai dengan pedoman yang ada. Misalnya Garis
Sempadan Sungai khusus berada di pinggir sungai. Dasar pertimbangan
dapat diambil berdasarkan Permen PU no. 39/PRT/1989 tentang
pembagaian wilayah sungai atau PP Nomor 38 Tahun 2011 tentang
Sungai, dan Permen PU No. 17 Tahun 2011 tentang Garis Sempadan
Jaringan Irigasi, Berikut contoh ketentuan masa bangunan.
Jarak bebas
Jumlah Tampilan
Zona Sub Zona samping/
Lantai Bangunan
Belakang
maksimum
(meter)
1-2 4 Ketentuan arsitektural yang
berlaku pada zona teknis ini
adalah bebas, dengan
dengan tetap
Perumahan memperhatikan keindahan
Kepadata dan keserasian lingkungan
n tinggi sekitar.
Warna bangunan,
bahan bangunan,
tekstur bangunan, tidak
Perumahan
diatur mengikat.
113
Ketentuan prasarana dan sarana minimal ditetapkan sesuai dengan
ketentuan yang diterbitkan oleh instansi yang memiliki kewenangan.
Misalnya pada permukiman, pemenuhan prasarana dan sarana minimal
berdasarkan kriteria PSU yang ada pada Kementerian Perumahan Rakyat.
Berikut ini adalah contoh tabel kententuan prasana dan sarana minimal.
Contoh Tabel Ketentuan Sarana dan Prasarana Minimal
RTH (Ruang
Jalur Pejalan Kaki RTNH (Ruang Fasilitas
No Zona Terbuka Utilitas
Terbuka Non hijau) Pendukung
Hijau)
Berupa parkir, Memiliki sarana
Ruang pembatas, koridor, seperti Hidran, Fasilitas
terbuka hijau taman bermain, kemudahan akses pendidikan
Tipe sidewalk
dapat plaza, dan Lapangan pemadam seperti TK, SD,
Lebar
berupa olahraga. Ruang kebakaran, lebar Fasilitas
minimum 1,4
taman terbuka non hijau jalan min 3,5 meter, kesehatan seperti
m
lingkungan, maksimum Tempat sampah posyandu,
1 R2 Dilengkapi
lapangan didasarkan pada volume 50 liter fasilitas
fasilitas pejalan
olahraga perhitungan luas sudah dibedakan peribadatan
kaki (lampu
jalur hijau, lahan (m2), dikurangi jenis sampahnya, seperti musola
jalan, fasilitas
ataupun luas dasar bangunan prasarana atau langgar,
penyeberanga
pemakama (m2) sesuai KDB yang pembuangan fasilitas sosial
n, dan jalur
n skala berlaku, dikurangi limbah domestik, budaya seperti
hijau)
perumahan luas dasar hijau drainase ruang pertemuan
dan RTH (m2) sesuai KDH lingkungan, minimum untuk
privat yang penyediaan lahan skala lingkungan
berlaku. parkir umum
114
RTH (Ruang
Jalur Pejalan Kaki RTNH (Ruang Fasilitas
No Zona Terbuka Utilitas
Terbuka Non hijau) Pendukung
Hijau)
Berupa taman, Memiliki sarana
parkir, pembatas, seperti hidran, Fasilitas
Ruang koridor, taman kemudahan akses pendidikan
Tipe sidewalk terbuka hijau bermain, plaza, dan pemadam seperti TK, SD,
Lebar dapat Lapangan olahraga. kebakaran, lebar Fasilitas
minimum 1,4 berupa Ruang terbuka non jalan min 3,5 kesehatan seperti
m taman hijau maksimum meter, tempat posyandu,
2 R3 Dilengkapi lingkungan, didasarkan pada sampah volume fasilitas
fasilitas pejalan lapangan perhitungan luas 50 liter yang sudah peribadatan
kaki (lampu olahraga lahan (m2), dikurangi dibedakan jenis seperti musola
jalan, fasilitas jalur hijau, luas dasar bangunan sampahnya, atau langgar,
penyeberanga ataupun (m2) sesuai KDB yang prasarana fasilitas sosial
n, danjalur pemakama berlaku, dikurangi pembuangan budaya seperti
hijau) n skala luas dasar hijau limbah domestik, ruang pertemuan
perumahan (m2) sesuai KDH drainase minimum untuk
dan RTH yang berlaku. lingkungan, dan skala lingkungan
privat . penyediaan lahan
parkir umum
115
Berikut ini adalah contoh Ketentuan Pelaksanaan :
A. KETENTUAN VARIANSI PEMANFAATAN RUANG
Ketentuan variasi pemanfaatan ruang yang memberikan keluwesan
untuk tidak mengikuti aturan zonasi yang telah ditetapkan pada
seluruh zona. Ketentuan ini hanya berlaku untuk suatu pemanfaatan
ruang tertentu yang memiliki suatu nilai yang harus dipertahankan
atau memiliki nilai strategis.
Contoh ketentuan variasi pemanfaatan ruang adalah pada tahun
2005 pada suatu zona di New Yok dimana ketinggian bangunan
maksimum adalah 35 lantai. Suatu gereja yang memiliki hanya 3
lantai diperkenankan untuk tetap mempertahankan arsitektur
bangunan aslinya dan diperkenankan untuk menjual hak
membangun yang tidak digunakannya, sebanyak 32 lantai, kepada
tetangganya satu zona sehingga dapat membangun hingga 35+32
lantai.
Penjualan hak membangun ini dikenal dengan Transfer Development
Right. Variasi disini adalah adanya kelonggaran bagi pemilik gedung
bertingkat untuk membangun jauh melebihi batas maksimum oleh
karena mendapat hak membangun dari sebuah gereja yang
memang harus dipertahankan nilai sejarahnya. Penerapan ketentuan
ini di Indonesia perlu dilakukan dengan kehati-hatian yang sangat
tinggi untuk menghindari praktek jual-beli hak membangun.
116
B. MEKANISME PERIJINAN
Perizinan pemanfaatan ruang dimaksudkan sebagai upaya
penertiban pemanfaatan ruang sehingga setiap pemanfaatan ruang
harus dilakukan sesuai dengan Rencana Tata Ruang (RTRW Kota atau
RDTR Kota/Kawasan). Dalam Undang-Undang 26/2007 tentang
Penataan Ruang disebutkan bahwa izin yang dimaksud sebagai
instrumen pengendalian pemanfaatan ruang adalah izin
pemanfaatan ruang, yaitu izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan
pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan (Pasal 1 ayat 32). Izin yang dimaksud adalah:
amplop ruang
kualitas ruang
Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang,
baik yang dilengkapi dengan izin maupun yang tidak memiliki izin,
dikenai sanksi adminstratif, sanksi pidana penjara, dan/atau sanksi
pidana denda. Izin pemanfaatan ruang tersebut diatur dan
diterbitkan oleh Pemerintah sesuai dengan kewenangannya masing-
masing.
Dalam melaksanakan suatu kegiatan pembangunan berupa
kegiatan fisik di suatu persil tertentu, selain izin pemanfaatan ruang
diperlukan juga izin terkait bangunan atau yang dikenal dengan IMB
(Izin Mendirikan Bangunan). Izin ini diperlukan agar bangunan tersebut
memenuhi standar kesehatan dan keamanan. Konsepsi perizinan
selengkapnya adalah seperti dapat dilihat pada gambar di bawah
ini.
117
C. INSENTIF DAN DISINSENTIF
Perangkat insentif dan disinsentif pembangunan ditujukan untuk
mendorong dan menghambat/mengendalikan dengan ketat
terhadap kebutuhan pengembangan lokpri. Dalam hal pengendalian
intensitas ruang, insentif dan disisentif diberikan pada pengembangan
zona untuk mengurangi atau melampaui ketentuan ketentuan teknis
zona yang sudah ditetapkan didalam rekomendasi pemanfaatan
ruang. Berikut ini adalah contoh bentuk-bentuk insentif dan disinsentif
yang dapat diberikan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
D. ARAHAN SANKSI
Pengenaan sanksi merupakan tindakan penertiban yang dilakukan
terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana
118
tata ruang dan peraturan zonasi. Arahan pengenaan sanksi terhadap
pelanggaran pemanfaatan ruang mengacu pada UU Nomor 26
Tahun 2007. Pengenaan sanksi ini ini merupakan dari bagian
penertiban pelanggaran penataan ruang. Ketentuan pidana tersebut
terbagi atas:
1. Tidak mentaati rencana pemanfaatan ruang yang telah
ditetapkan
Mengakibatkan perubahan fungsi ruang, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda
paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Mengakibatkan kerugian terhadap harta benda atau
kerusakan barang, dipidana dengan pidana penjara paling
lama 8 (delapan) tahun dan denda paling banyak
Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).
Mengakibatkan kematian orang, pelaku dipidana dengan
pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan
denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2. Memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan
ruang dari pejabat yang berwenang
Dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun
dan denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah).
Mengakibatkan perubahan fungsi ruang, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda
paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Mengakibatkan kerugian terhadap harta benda atau
kerusakan barang, pelaku dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp
1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).
Mengakibatkan kematian orang, pelaku dipidana dengan
pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan
denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
3. Tidak mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan
119
izin pemanfaatan ruang, dipidana dengan pidana penjara paling
lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp 500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah).
4. Tidak memberikan akses terhadap kawasan yang oleh peraturan
perundang- undangan dinyatakan sebagai milik umum, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda
paling banyak Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
5. pejabat pemerintah yang berwenang yang menerbitkan izin
tidak sesuai dengan rencana tata ruang, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling
banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
120
Contoh dalam menulis ketentuan tambahan sebagai berikut :
Ketentuan Tambahan Zona Ruang Terbuka
1. Semua penggunaan dalam zona ruang terbuka kecuali rekreasi
pasif dan konservasi alami harus ditempati dalam area sesuai
ketentuan.
2. Ruang terbuka berupa sempadan sungai, maka sempadannya
ditetapkan sbb:
Sungai yang sudah bertanggul/turap ditetapkan minimal 5 m
dari tepi tanggul/turap.
Sungai yang tidak bertanggul/tidak berturap:
(i) Sungai dengan kedalaman tidak lebih dari 3 m
ditetapkan 10 m dari tepi lajur bibir sungai pada saat
ditetapkan.
(ii) Sungai dengan kedalaman lebih dari 3 - 20 m,
ditetapkan 15 m, dihitung dari tepi bibir sungai pada
saat ditetapkan.
(iii) Sungai dengan kedalaman lebih dari 20 m ditetapkan 30
m, dihitung dari tepi sungai pada saat ditetapkan.
3. Vegetasi yang diizinkan pada areal sempadan adalah diutamakan
vegetasi yang memiliki akar tunjang (pohon tahunan) untuk
mencegah erosi.
Ketentuan Tambahan Pengembangan Zona Perumahan
1. Seluruh jalan lingkungan di zona perumahan perkotaan yang
mempunyai lebar jalan kurang dari 4 meter diharuskan untuk memiliki
saluran drainase tertutup ditengah badan jalan yang dilengkapi
dengan lubang-lubang pengontrol (manhole).
121
2. Khusus bagi perumahan yang menghadap ke sungai, diharuskan
memiliki GSB (Garis Sempadan Bangunan) depan sekurang-
kurangnya 4 m.
3. Limbah air kotor dari perumahan tidak boleh dibuang langsung ke
badan air melainkan harus diolah dahulu didalam septic tank.
4. Pada perumahan perkotaan kepadatan sedang, ditentukan
beberapa hal sebagai berikut:
Bidang dinding terluar tidak boleh melampui batas
perkarangan;
Untuk perbaikan dan perombakan bangunan yang semula
menggunakan dinding batas bersama dengan bangunan di
sebelahnya, disyaratkan membuat dinding batas tersendiri
disamping dinding batas terdahulu.
122
Ketentuan Teknis
Kualitas Lokal
Pemanfaatan Ruang
Minimum
(Intensitas, tata Bangunan)
Dapat
diterapkan secara Tidak
KETENTUAN KHUSUS
langsung, berdasarkan
kondisi setampat?
Kondisi
Setempat
Ya
Dilaksanakan
123
KETENTUAN PEMANFAATAN RUANG DI KAWASAN
RAWAN BENCANA LONGSOR
Kegiatan Pelestarian
Kondisi
Aturan Wajib Aturan Anjuran
Dipertahankan dan
Baik
dirawat
Diperbaiki dengan Pengembangan
Sedang dengan
penyesiaian
Diganti dengan penyesuaian
Buruk
penyesuaian
Panduan pengembangan bangunan cagar budaya pada kawasan
124
perencaaan dapat dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai
komponen-komponen bangunan cagar budaya, yaitu sebagai berikut.
125
Fungsional Fungsi - Fungsi Mempertahankan Untuk fungsi
fungsi asli bangunan bangunan
yang masih sesuai yang tidak
degan arahan sesuai lagi
fungsi kawasan dengan
Menjaga aktifitas arahan fungsi
dalam bangunan kawasan,
supaya tetap sebaiknya
berjalan sehingga dicarikan fungsi
bangunan akan baru yang
tetap fungsional lebih cocok,
sehingga
bangunan
dapat
tetap berfungsi
Struktur dan - Kekuatan Mempertahankan Diperbolehkan
Konstruksi - Material konstruksi interior menggunakan
- Bentuk bangunan yang metoda konstruksi
- Dimensi masih dalam baru, jika
keadaan konstruksi lama
baik
126
DAFTAR SNI DAN STANDAR TEKNIS YANG SERING DIGUNAKAN
1. SNI 03-1724-1989, Tata Cara Perencanaann Hidrologi Dan Hidraulik
Untuk Bangunan Di Sungai.
127
11. SNI 03-3647-1994, Tata Cara Perencanaan Teknik Bangunan
Gedung Olah Raga.
15. SNI 03-2453-2002, Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan
Untuk Lahan Pekarangan.
128
Berbagai teknik pengaturan dalam peraturan zonasi dibuat untuk
membuat peraturan zonasi lebih tanggap dan luwes terhadap persoalan
nyata yang dihadapi di lapangan. Penyusun PZ harus memahami
karakteristik teknik-teknik tersebut dan mengerti kondisi lapangan dan
persoalan yang dihadapi dalam upaya menciptakan kualitas lingkungan
yang (lebih) baik. Penerapan teknik pengaturan zonasi didasarkan pada
arahan dalam rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Penyusun PZ
harus memahami materi rencana tata ruang dan mampu menjabarkan
arahan di dalam RTR ke dalam ketentuan-ketentuan teknik pengaturan
zonasi agar tercapai kualitas lingkungan yang diinginkan.
ATURAN DASAR TEKNIK PENGATURAN ZONASI
- Pengaturan bersifat statis - Pengaturan secara dinamis
- Ketentuan-ketentuan teknis pengaturan - Penerapan teknik pengaturan zonasi
zona. - Pengaturan perubahan pemanfaatan ruang
- Perumusan zona - Metoda dan teknik penilaian permohonan
- Pengaturan jenis kegiatan dalam zona perubahan pemanfaatan ruang
- Pengaturan intensitas kegiatan pada zona - Metoda dan teknik mitigasi perubahan
- Pengaturan (teknis) tata massa bangunan pemanfaatan ruang
- Pengaturan jenis dan standar minimum
prasarana zona dan kegiatan
129
Tidak Diizinkan
Permohonan izin
[Evaluasi kondisi tidak
lapangan] tidak
ya
ya
Memenuhi ketentuan
tata bangunan, prasarana
Apakah memenuhi minimum dan standar?
ketentuan teknis [Intensitas, tata tidak
bangunan dll] dan Ketentuan
Teknik Pengaturan Zonasi
ya
ya
Diperkenankan
Memenuhi
penerapan teknik Diizinkan
kriteria?
Pengaturan Zonasi
tidak
Diizinkan, Namun
ketentuan penerapan teknik
Pengaturan Zonasi
tidak diberlakukan
130
Contoh TPZ dalam Peta Peraturan Zonasi
131
zoning
• Kondisi kontekstual kawasan (resapan air, banjir, dll Mis:
Floodplain Zoning
• Keterbatan sumberdaya dalam mewujudkan rencana, persoalan
sosial dan ekonomi masyarakat mis: Upzoning, Spot zoning
• Ada aturan lain yang mempunyai kekuatan hukum pada suatu
kawasan Overlay zoning (Mis: Aturan Cagar Budaya, KKOP,
Wisata, dll)
• Antisipasi perkembangan di masa mendatang Mis: Contract
zoning
• Pembiayaan pembangunan terkait penyediaan infrastruktur Mis:
negotiated development, TDR, Fiscal zoning.
• Kekhususan Kawasan, KEK dll mis: special Zoning dll.
3. Persyaratan Penetapan :
• Tidak harus semua jenis Teknik Pengaturan Zonasi diterapkan.
• Penetapan kawasan yang dikenakan teknik pengaturan zonasi
pada saat penetapan perda, buka berdasarkan kebutuhan pasar.
• Tidak seluruh bagian kota/kabupaten diterapkan teknik
pengaturan zonasi yang artinya seluruh bagian kota menjadi
fleksibel
132
dengan imbalan penyediaan fasilitas publik (atau ruang terbuka
hijau) sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Contoh fasilitas publik yang dapat disediakan oleh pengembang:
– Arcade atau plaza
– Pengatapan ruang
– Ruang bagi pejalan
– Peninggian jalur pejalan atau bawah tanah untuk
memisahkan pejalan dan lalu lintas kendaraan
– Ruang bongkar muat off-street untuk mengurangi
kemacetan
– RTH, dll
Pada dasarnya insentif zoning merupakan pertukaran bersyarat
antara pemerintah kota dengan developer.
– Pemkot memberi izin kepada developer untuk membuat
bangunan lebih besar dengan pertukaran berupa
beberapa fasilitas publik seperti plaza atau ruang terbuka,
pedestrian yang lebih lebar, atau fungsi retail pada lantai
dasar.
– Bonus yang didapat developer adalah penambahan luas
lantai bangunan melebihi batas max pada peraturan
zonasi.
Kritik terhadap insentif zoning:
133
• Insentif zoning lebih cocok diberlakukan pada kota dengan
tekanan pasar yang tinggi yang mengindikasikan minat
yang tinggi pada pembangunan.
Contoh :
Kota Dallas adalah salah satu contoh kota yang menerapkan
insentif zoning yang diterapkan pada pusat bisnis (CBD), berupa
insentif yang pemberian KLB sebesar 1 sampai 4 apabila
menyediakan ruang terbuka hijau yang sebanding pada lantai
dasar bangunan di blok yang sama. Akan tetapi, pemberian
insentif ini juga berdampak pada rendahnya kualitas ruang
terbuka yang dikembangkan.
Benefit/Incentive
Total Maximum lot coverage* Maximum Required
Incentive # building height parking
Village Industrial 3&4 Other Districts
1 +5% n/a +10% +5’ -10%
2 +10% +5% +15% +7’ -20%
3+ +15% +10% +20% +10’ -25%
134
terdiri dari pasar tradisional dan fungsi lainnya.
f. Lokasi pembangunan Rusun Umum untuk MBR yang dibangun
oleh pihak swasta atau yang dikerjasamakan dengan pihak
swasta.
Kompensasi menyediakan fasilitas publik antara lain:
a. menyediakan lahan dan/atau membangun RTH publik;
b. menyediakan lahan dan/atau membangun rumah susun
umum;
c. menyediakan lahan dan membangun fasilitas pendidikan
dan/atau kesehatan.
d. menyediakan dan/atau membangun waduk atau situ;
e. menyediakan infrastruktur;
f. menyediakan jalur dan meningkatkan kualitas fasilitas pejalan
kaki yang terintegrasi dengan angkutan umum; dan/atau
g. menyediakan jalur sepeda yang terintegrasi dengan angkutan
umum.
h. menyediakan ruang untuk sempadan sungai dan membuat
peningkatan kualitas sempadan sungai.
i. menyediakan jalan tembus bagi pejalan kaki dalam
blok/kapling.
j. menyediakan sebagian lahan pribadi/privat untuk
penambahan lebar jalur pejalan kaki publik.
k. Menyediakan ruang untuk sektor informal.
B. Performance zoning
Ketentuan pengaturan pada satu atau beberapa blok peruntukan
yang didasarkan pada kinerja tertentu yang ditetapkan.
Performace zoning harus diikuti dengan standar kinerja
(performance standards) yang mengikat, misalnya :
tingkat LOS (Level of Service, Tingkat Pelayanan) jalan
minimum,
tingkat pencemaran maksimum, dll)
Penggunaan standar kinerja pada penempatan setiap
klasifikasi fungsi yang terdapat dalam zoning. Perizinan
135
diberikan pada proyek yang dapat mengendalikan
persoalan potensial yang akan dihasilkan dari
fungsi/kegiatan dibandingkan perizinan terhadap tipe
kegiatan.
Performance zoning didesain untuk menyusun standar-standar
kondisi fisik yang terukur, seperti :
Sinar matahari
Kebisingan
Getaran
Kapasitas infrastruktur dll.
Konsepnya dibuat pada awal tahun 1970an oleh The Bucks
County, Pennsylvania Planning Commission untuk memberi izin
standar fleksibel bagi zoning hunian dalam melindungi ciri-ciri alam
(Frank 1982: 21; Kendig 1980). Terdapat pihak (komunitas) yang
menolak penggunaan performance zoning sebagai mekanisme
perencanaannya, dengan alasan:
performance zoning merepresentasikan perubahan besar,
rata-rata warga menolak perubahan peruntukan guna
lahannya,
dalam hal ini, adanya kontroversi dan perselisihan dihindari
oleh institusi perencanaan (Kendig, 1982: 24),
Persoalan lain yang dihadapi dalam menggunakan performance
zoning:
pemkot kurang waktu untuk memonitor dan kesulitan
penyelenggaraan,
pihak developer menanggung pembengkakan biaya
akibat batasan-batasan pada mekanisme performance
zoning (Long Beach)
diperlukan edukasi bagi masyarakat developer (San
Antonio).
Empat standar performance zoning yang digunakan untuk
menjamin kualitas lingkungan yaitu:
Rasio ruang terbuka, untuk mengukur jumlah ruang terbuka
136
terhadap keseluruhan area
Rasio permukaan kedap air, untuk mengukur jumlah ruang
yang ditutupi oleh jalan, trotoar, bebatuan, lahan parkir,
dan bangunan terhadap keseluruhan area
Kepadatan bangunan (unit/Ha) untuk penggunaan lahan
perumahan
Rasio lantai bangunan untuk penggunaan lahan selain
permukiman untuk mengukur luas lantai dalam suatu
bangunan terhadap keseluruhan area
Keuntungan:
• Teknik ini mampu untuk mengatasi lebih cepat berbagai
permasalahan yang terkait dengan variansi dan
penggunaan bersyarat karena keputusannya dibuat
berdasarkan standar yang pasti
Kelemahan:
• Pada kenyataannya, sulit untuk menyusun standar yang
pasti tersebut
C. Fiscal zoning
Ketentuan/aturan yang ditetapkan pada satu atau beberapa blok
peruntukan yang berorientasi kepada peningkatan PAD.
Contoh :
Fiscal zoning di kota New Jersey, pada kawasan perumahan
ditentukan oleh pemerintah kota maupun karakter kawasan
perumahan tersebut.
– Secara umum kebijakan tersebut menaikkan nilai
perumahan dan juga cenderung meningkatkan biaya
pelayanan pemerintah bagi masyarakat yang memiliki
rumah baru.
– Hasil yang diperoleh dari kebijakan ini adalah pengendalian
guna lahan.
D. Special zoning
Ketentuan ini dibuat dengan spesifik sesuai dengan karakteristik
setempat (universitas, pendidikan, bandar udara) untuk
137
mengurangi konflik antara area ini dan masyarakat sekelilingnya
dengan pemanfaatan ruang yang sesuai dengan area tersebut.
Umumnya untuk menjaga kualitas lingkungan (ketenangan,
kelancaran lalu-lintas dan sebagainya).
E. Exclusionary zoning
Ketentuan/aturan pada satu/beberapa blok peruntukan yang
menyebabkan blok peruntukan tersebut menjadi ekslusif.
Ketentuan ini mengandung unsur diskriminasi (misalnya,
penetapan luas persil minimal 5000m2 menyebabkan masyarakat
berpenghasilan rendah tidak dapat tinggal dalam blok tersebut).
Praktek zoning ini diterapkan pada zona yang mempunyai
dampak pencegahan munculnya bangunan rumah bagi
masyarakat berpendapatan rendah dan moderat. Ketentuan ini
dimotivasi oleh perhatian pada populasi masyarakat
dibandingkan kebutuhan perumahan keseluruhan pada wilayah
dimana masyarakat tersebut menjadi bagiannya.
Exclusionary zoning termasuk teknik pengaturan zonasi yang
cenderung mengandung unsur diskriminasi. Berdasarkan teknik
pengaturan ini, di dalam kawasan tersebut tidak boleh ada
kelompok masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah dan
kelompok minoritas.
Exclusionary zoning merupakan salah satu perangkat teknik zonasi
yang disusun untuk menjaga karakter kawasan, internalisasi
eksternalitas, dan melindungi nilai kepemilikan (property values)
Contoh :
• Penerapan exclusionary zoning di Kota New Jersey,
memberikan diskriminasi khususnya pada golongan etnis
tertentu dengan kondisi ekonomi menengah ke bawah karena
membatasi golongan tersebut untuk mengakses pekerjaan,
pendidikan, serta kualitas hidup yang baik.
• Persoalan exclusionary zoning di New Jersey juga berkaitan
dengan masalah lingkungan karena mempercepat proses
sprawl pada kawasan urban dan suburban yang berdampak
138
pada peningkatan polusi udara dan air akibat pengkotak-
kontakan.
F. Inclusionary zoning
Inclusionary zoning merupakan suatu ketentuan yang secara
spesifik memperbolehkan adanya unit-unit rumah dengan
berbagai tipe dan ukuran kepadatan, dengan tujuan untuk
menghilangkan unsur diskriminasi.
G. Contract zoning
Ketentuan ini dihasilkan melalui kesepakatan antara pemilik
properti dan komisi perencana (Dinas Tata Kota atau
TKPRD/BKPRD) atau lembaga legislatif (DPRD) yang dituangkan
dalam bentruk kontrak berdasarkan Kitab Undang-undang Hukum
Perdata. Melekat pada orangnya, bukan pada propertinya.
Menggunakan hukum perdata
H. Negotiated development
Pembangunan dilakukan berdasarkan negosiasi antarstakeholder
I. TDR (Transfer of Development Right)
TDR adalah suatu inovasi dan adaptasi dari mekanisme
pengendali rancang kota yang berhasil bagi beberapa kota. TDR
merupakan suatu perangkat implementasi yang mendorong
pengalihan secara sukarela dari pembangunan pada suatu
tempat/kawasan yang ingin dipertahankan/dilindungi, yang
disebut sebagai sending areas (area pengirim), menuju
tempat/kawasan yang diharapkan untuk berkembang, yang
disebut sebagai receiving areas (area penerima).
Hak-hak atas tanah (merujuk pada Undang-undang Agraria):
Hak-hak atas tanah memberi wewenang untuk mempergunakan
tanah yang bersangkutan, demikian pula tubuh bumi dan air serta
ruang yang ada di atasnya, sekedar diperlukan untuk kepentingan
yang langsung berhubungan dengan penggunaan tanah itu
dalam batas-batas menurut Undang-undang ini dan peraturan-
peraturan hukum lain yang lebih tinggi. (Pasal 4)
Peluang/Hak Membangun (merujuk pada UU Penataan Ruang, UU
139
Lingkungan Hidup, UU ttg Bangunan) : peluang/hak untuk
mengubah lahan dari penggunaan/intensitas saat ini menjadi
penggunaan/intensitas lain sesuai ketentuan penggunaan lahan
yang berlaku.
Diberikan oleh Pemerintah Daerah dalam bentuk:
Rencana Pola Ruang Jenis kegiatan pemanfaatan ruang pada
suatu lahan diberikan oleh pemerintah berdasarkan Rencana
Pola Ruang. Pemegang hak atas tanah melakukan
pembangunan/pemanfaatan ruang di atas tanahnya sesuai
dengan Rencana Pola Ruang yang ditetapkan dalam
Rencana Tata Ruang.
140
pengembangan baru. Pembelian sertifikat TDR seharusnya
meningkatkan kepadatan dengan menggunakan hak
sebagai daya tarik untuk pengembang.
2. Proses peraturan dan perijinan harus cukup terhubung untuk
meyakinkan pengembang yang jika membayar untuk hak
mereka maka mereka dapat membangun untuk
kepadatan yang lebih tinggi.
3. TDR hanya akan menyediakan lahan yang melarang
pengembangan secara komprehensif dan yang
diperintahkan. Pada area preservasi, kepadatan yang
diijinkan harus menjaga area preservasi pada tata guna
lahan yang diinginkan seperti pertanian, ruang terbuka,
daerah alami natural area, dan sebagainya. TDR ini
seharusnya diperuntukkan dan dirancang di atas lahan
untuk kawasan preservasi.
4. Dalam perancangan program TDR yang baik, bank yang
membeli hak tidak memerlukan perlindungan lahan
pertanian, tetapi bisa membantu petani untuk berbisnis.
Sebagai contoh bank dapat membantu sebagai pembeli
resort untuk pengembangan hak dengan menyediakan
pasar untuk hak-hak
5. TDR dapat melindungi lahan jika larangan pengembangan
sifatnya menyeluruh dan perintah. Pada kawasan yang
dilindungi, kepadatan yang diijinkan harus cukup rendah
untuk memberikan perlindungan terhadap penggunaan
lahan yang diinginkan (pertanian, ruang terbuka).
6. Program yang terstruktur dengan jelasdan penerapan
konsep yang sederhana akan dapat dioperasikan lebih baik
daripada rumit dan panjang lebar. Pengurangan
pengaturan yang kompleks dapat memperbaiki
kepercayaan developer.
7. Program yang menyatukan semua actor yang terlibat
(pemilihan lahan, fasilitator, developer) lebih membuahkan
141
hasil dan program harus didesain sesuai dengan kebutuhan
rantai pembangunan.
Dengan menggunakan TDR pemkot dapat memperoleh
pembangunan yang diinginkan dengan preservasi bangunan
yang bernilai dengan memberikan kelonggaran dari peraturan,
juga memungkinkan bagi developer yang menyetujui
pengurangan penggunaan hak membangunnya dalam lahan
tertentu untuk ditransfer kelebihan haknya ke lahan lain yang ingin
dikembangkannya. Lahan lain tersebut dapat saja bersebelahan
atau tidak dengan lahan awalnya; beberapa kota
memperbolehkan mentransfer dalam distrik yang sama.
Dengan TDR, pemilik dari lahan yang berada pada lingkungan
yang sensitif, lahan pertanian dan sending area penting lainnya
menerima kompensasi dari hasil penjualan hak membangun yang
dapat dialihkan (transferable development rights) milik mereka,
atau TDRs, sebagai imbalan atas pembatasan lahan mereka dari
kemungkinan pembangunan di masa yang akan datang.
Pada program ini diharuskan adanya area pengirim dan penerima.
– Pada area penerima yang telah tumbuh sprawl
sebelumnya, mungkin telah terlambat untuk menjamin
suksesnya program TDR.
– Selain itu, penghuni di dalam area penerima dapat saja
mengajukan keberatan atas peningkatan intensitas yang
ditimbulkan oleh suatu program TDR.
Pemanfaatan TDR Saat Ini di Indonesia :
Peraturan Menteri PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).
• Disebut sebagai Sistem Pengalihan Nilai Koefisien Lantai
Bangunan, yaitu hak pemilik bangunan yang dapat dialihkan
kepada pihak atau lahan lain, yang dihitung berdasarkan
pengalihan nilai KLB, yaitu selisih antara KLB aturan dan KLB
terbangun,
• Maksimum KLB yg dapat dialihkan umumnya sebesar 10%.
142
• Pengalihan dimungkinkan dalam satu daerah perencanaan
yang sama dan terpadu, serta yg bersangkutan telah
memanfaatkan min 60% KLB dari yg sudah ditetapkan.
• Pengalihan terdiri atas 1) hak pembangunan bawah tanah; 2)
hak pembangunan layang (air right development)
Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta No. 01 Tahun 2014 tentang
RDTR dan Peraturan Zonasi DKI Jakarta
• Merupakan salah satu Teknik Pengaturan Zonasi yg disebut
sebagai pengalihan hak membangun
• Diterapkan pada suatu persil/sub zona ke persil/sub zona lain
sesuai kesepakatan bersama dan diarahkan pada lokasi: a.
kawasan terpadu kompak dengan pengembangan konsep
TOD; b. pusat kegiatan primer dan pusat kegiatan sekunder;
dan c. kawasan yang memiliki panduan rancang kota.
• hak membangun yang dapat dialihkan berupa luas lantai dari
selisih batasan KLB yang ditetapkan dalam PZ dengan KLB yang
telah digunakan dalam kaveling
Peraturan Daerah Kota Bandung No. 10 Tahun 2015 tentang RDTR
dan Peraturan Zonasi Kota Bandung Tahun 2015-2035
• Merupakan salah satu Teknik Pengaturan Zonasi yg disebut
sebagai pengalihan hak membangun
• Pengalihan Hak Membangun diarahkan pada a) Pusat
Pelayanan Kota (PPK) dan Subpusat Pelayanan Kota (SPK); b)
Kawasan Cagar Budaya dan/atau Bangunan Cagar Budaya;
dan c) kawasan yang memiliki RTBL dan/atau panduan
rancang kota
• pengalihan hak membangun berupa luas lantai dari satu persil
ke persil lain dengan zona yang sama dalam satu batas
administrasi kelurahan
• Hak membangun yang dapat dialihkan berupa luas lantai dari
selisih batasan KLB yang ditetapkan dalam PZ dengan KLB yang
telah digunakan dalam kaveling
• Prosedur dan mekanisme pelaksanaan TPZ pengalihan hak
143
membangun atau TDR diatur lebih lanjut dalam Peraturan
Walikota
J. Downzoning
Merupakan rezoning lahan –yang seharusnya dilakukan atas
persetujuan pemilik lahan– yang mengubah peruntukkan lahan
yang bernilai tinggi menjadi rendah. Misalnya, guna lahan
komersial dizonasi ulang (diubah) menjadi guna lahan
permukiman. Akibat downzoning ini, terdapat penurunan nilai
lahan. Terdapat beberapa batasan dari teknik ini, yaitu:
• Constitutional limitation: Larangan secara hukum untuk
mengubah properti pribadi tanpa adanya kompensasi
• Existing use: dowzoning tidak dapat digunakan untuk
menghilangkan penggunaan yang ada saat ini
K. Upzoning
Merupakan proses kontroversial yang bertujuan untuk mengubah
zonasi suatu kawasan, yang memperbolehkan adanya
peningkatan kepadatan atau penambahan guna lahan komersial.
Perubahan dalam klasifikasi zoning terhadap suatu properti dari
penggunaan yang bernilai tinggi menjadi lebih rendah. Misalnya,
dari peruntukkan lahan perumahan menjadi komersial
L. Design/historic preservation
Ketentuan-ketentuan pemanfaatan ruang dan elemen lainnya
(keindahan, tata informasi dll) untuk memelihara visual dan
karakter budaya, bangunan dan kawasan masyarakat setempat
yang ditetapkan dalam peraturan-perundangan pelestarian.
Aturan dan arahan pengendalian renovasi dan redevelopment
disusun untuk mengendalikan ketinggian dan massa bangunan
dalam suatu distrik, dan arahan rancangan arsitektur spesifik untuk
bangunan lama dan baru.
Design review biasanya diperlukan sebagai bagian dari proses
pembangunan atau renovasi. Design review dapat menyediakan
kebutuhan fleksibilitas untuk pembangunan yang sensitif.
144
Kompensasi yang didapat oleh pemilik bangunan historis biasanya
pengurangan pajak, pemberian TDR.
• Estetika, faktor estetika dalam peraturan zoning ditempatkan untuk
mengeluarkan persyaratan detail, mengontrol tanda, ketinggian
bangunan, fasade bangunan, peraturan bangunan diatas lahan,
dan lansekap.
Pengendalian tanda (sign controls), menekankan pada estetika
dan komunikasi visual. Tanda yang diijinkan untuk dipasang harus
memenuhi kriteria dalam hal ukuran, lokasi, jumlah informasi, jenis
informasi dan rancangannya.
Historic and cultural preservation, zoning untuk kawasan preservasi
budaya dan sejarah ditujukan pada bangunan tunggal, kelompok
bangunan dan distrik.
Tingkatannya melibatkan semua elevasi, fasade jalan, interior
ruang, lansekap, dan ruang terbuka.
M. Overlay Zoning
Satu atau beberapa zona yang mengacu kepada satu atau
beberapa peraturan zonasi (misalnya kawasan perumahan di
kawasan yang harus dilestarikan akan merujuk pada aturan
perumahan dan aturan pelestarian bangunan/kawasan)
N. Floating Zoning
Blok peruntukan yang diambangkan pemanfaatan ruangnya, dan
penetapan peruntukannya didsarkan pada kecenderungan
perubahannya/ perkembangannya, atau sampai ada penelitian
mengenai pemanfaatan ruang tersebut yang paling tepat.
(Thomas L. Daniels, 1988). Floating zone merupakan zona khusus
yang muncul pada suatu peraturan zonasi perusahaan tetapi tidak
muncul di dalam zoning map.
Floating zone biasanya digunakan dalam suatu pembangunan
unit perencanaan multifamily, pusat perbelanjaan, taman
perumahan. Memungkinkan developer menempatkan
penggunaan lahan yang telah ditetapkan dengan ukuran dan
bentuk lahan tertentu.
145
O. Flood Plain Zoning
Ketentuan pemanfaatan ruang pada kawasan rawan banjir untuk
mencegah atau mengurangi kerugian yang disebabkan oleh
banjir. Terdapat beberapa pendekatan pada perencanaan
kawasan rawan banjir yaitu:
• Pendekatan distrik tunggal (single districts) yang disesuaikan
dengan daerah kota dan desa dimana nilai lahan rendah dan
sukar memperoleh data. Pendekatan ini tidak disarankan pada
daerah metropolitan.
• Pendekatan distrik ganda (two district approach), yang
membedakan daerah aliran banjir dan tepi aliran banjir (flood
fringe zones), dan pendekatan ini sangat sesuai untuk daerah
metropolitan.
• Gabungan distrik tunggal dan distrik ganda.
P. Conditional Uses
Seringkali disebut sebagai pemanfaatan khusus, merupakan izin
pemanfaatan ruang yang diberikan pada suatu zona jika kriteria
atau kondisi khusus zona tersebut memungkinkan atau sesuai
dengan pemanfaatan ruang yang diinginkan. Conditional Uses,
penggunaan lahan untuk kepentingan khusus dan kepentingan
tertentu.
Q. Growth Control
Pengendalian ini dilakukan melalui faktor-faktor pertumbuhan
seperti pembangunan sarana dan prasarana melalui penyediaan
infrastruktur yang diperlukan, mengelola faktor ekonomi dan sosial
hingga politik
R. Planned Unit Development
Untuk mencapai kenaikan pertumbuhan ekonomi dan standar
desain yang diinginkan, maka dikembangkan PUD yang memuat
review atas usulan perencanaan pembangunan dan kewenangan
dalam penyusunan zoning distrik yaitu dalam hal kriteria standar
dan batasan yang dituangkan dalam PUD tersebut.
Tujuan dari Planned Unit Development adalah (Callies dalam
146
Johnny Patta, 1993):
• mencapai fleksibilitas
• menyediakan lingkungan hidup yang lebih diinginkan
• mendorong developer lebih kreatif, lebih efisien, dan lebih
beragam dalam pola
• mengembangkan fisik kota.
147
SISTEMATIKA LAPORAN
AKHIRRDTR
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Dasar Hukum Penyusunan RDTR
1.2 Tinjauan Terhadap RTRW Kabupaten/Kota
1.3 Tinjauan Kebijakan dan Strategi RTRW Kabupaten/Kota
1.4 Tujuan RDTR
148
SISTEMATIKA
LAPORAN AKHIR PZ
(apabila RDTR tidak disusun atau telah ditetapkan sebagai Perda sebelum keluarnya
pedoman ini)
149
BAB 4
LAMPIRAN
CONTOH PETA RENCANA SISTEM JARINGAN JALAN DI SWK CIBEUNYING
150
CONTOH PETA SISREM JARINGAN ENERGI KELISTRIKAN
151
CONTOH PETA SISTEM JARINGAN TELEKOMUNIKASI
152
CONTOH PETA SISTEM JARINGAN AIR BERSIH
153
154
CONTOH PETA SISTEM DRAINASE
155
CONTOH PETA PERATURAN ZONASI
156