Anda di halaman 1dari 10

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Perdesaan

BAB II
KETENTUAN UMUM

2.1. Kedudukan Pedoman Penataan Ruang Kawasan Perdesaan

2.1.1. Kedudukan Pedoman Terhadap Peraturan Perundang-Undangan


Kedudukan pedoman penataan ruang kawasan perdesaan saling terkait satu
sama lain sehingga masing-masing mempunyai fungsi tersendiri dan bersifat
komplementer. Pedoman penataan ruang kawasan perdesaan akan
memberikan masukan bagi penyusunan RTRW Kabupaten. Secara sederhana
keterkaitan dimaksud digambarkan pada Gambar 1.1.
Gambar 1.1 Kedudukan Pedoman terhadap Peraturan Perundang-Undangan Terkait

Kementerian Pekerjaan Umum 1


Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Perdesaan

2.1.2. Kedudukan Penataan Ruang Kawasan Perdesaan dalam Sistem Penataan


Ruang
Rencana umum tata ruang merupakan perangkat penataan ruang wilayah yang
disusun berdasarkan pendekatan wilayah administratif yang secara hierarki
terdiri atas rencana tata ruang wilayah nasional, rencana tata ruang wilayah
provinsi, dan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota.
Rencana umum tata ruang nasional adalah arahan kebijakan dan strategi
pemanfaatan ruang wilayah nasional yang disusun guna menjaga integritas
nasional, keseimbangan dan keserasian perkembangan antar wilayah dan
antar sektor, serta keharmonisan antar lingkungan alam dengan lingkungan
buatan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Rencana umum tata ruang provinsi adalah rencana kebijakan operasional dari
RTRW Nasional yang berisi strategi pengembangan wilayah provinsi, melalui
optimasi pemanfaatan sumber daya, sinkronisasi pengembangan sektor,
koordinasi lintas wilayah kabupaten/kota dan sektor, serta pembagian peran
dan fungsi kabupaten/kota di dalam pengembangan wilayah secara
keseluruhan.
Rencana umum tata ruang kabupaten/kota adalah penjabaran RTRW provinsi
ke dalam kebijakan dan strategi pengembangan wilayah kabupaten/kota yang
sesuai dengan fungsi dan peranannya di dalam rencana pengembangan
wilayah provinsi secara keseluruhan, strategi pengembangan wilayah ini
selanjutnya dituangkan ke dalam rencana struktur dan rencana pola ruang
operasional
Dalam operasionalisasinya rencana umum tata ruang dijabarkan dalam
rencana rinci tata ruang yang disusun dengan pendekatan nilai strategis
kawasan dan/atau kegiatan kawasan dengan muatan subtansi yang dapat
mencakup hingga penetapan blok dan subblok yang dilengkapi peraturan
zonasi sebagai salah satu dasar dalam pengendalian pemanfaatan ruang
sehingga pemanfaatan ruang dapat dilakukan sesuai dengan rencana umum
tata ruang dan rencana rinci tata ruang. Rencana rinci tata ruang dapat berupa
rencana tata ruang kawasan strategis dan rencana detail tata ruang.
Kawasan strategis merupakan kawasan yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena memiliki pengaruh penting terhadap kedaulatan negara,
pertahanan dan keamanan negara, pertumbuhan ekonomi, sosial, budaya,
dan/atau lingkungan termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan
dunia. Rencana tata ruang kawasan strategis adalah upaya penjabaran
rencana umum tata ruang ke dalam arahan pemanfaatan ruang yang lebih
spesifik sesuai dengan aspek utama yang menjadi latar belakang
pembentukan kawasan strategis tersebut. Tingkat kedalaman rencana tata
ruang kawasan strategis sepenuhnya mengikuti luasan fisik serta
kedudukannya di dalam sistem administrasi.
Rencana tata ruang kawasan strategis tidak mengulang hal-hal yang sudah
diatur atau menjadi kewenangan dari rencana tata ruang yang berada pada
jenjang diatasnya maupun dibawahnya.
Rencana detail tata ruang merupakan penjabaran dari RTRW pada suatu
kawasan terbatas, ke dalam rencana pengaturan pemanfaatan yang memiliki
dimensi fisik mengikat dan bersifat operasional. Rencana detail tata ruang
berfungsi sebagai instrumen perwujudan ruang khususnya sebagai acuan
dalam permberian advise planning dalam pengaturan bangunan setempat dan
rencana tata bangunan dan lingkungan.

Kementerian Pekerjaan Umum 2


Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Perdesaan

Berdasarkan UU No. 27 Tahun 2006 Tentang Penataan Ruang khususnya


pada Pasal 48 sampai dengan Pasal 54 sangat jelas mengatur tentang
penataan ruang kawasan perdesaan dan penjabaran mengenai kedudukan
penataan ruang kawasan perdesaan dalam kebijakan penataan ruang lainnya.
Sesuai dengan Pasal 48 ayat 3 bahwa penataan ruang kawasan perdesaan
diselenggarakan pada:
 kawasan perdesaan yang merupakan bagian wilayah kabupaten; atau
 kawasan yang secara fungsional berciri perdesaan yang mencakup 2 (dua)
atau lebih wilayah kabupaten pada satu atau lebih wilayah provinsi.
Sedangkan pada Pasal 49 disebutkan bahwa Rencana tata ruang kawasan
perdesaan yang merupakan bagian wilayah kabupaten adalah bagian rencana
tata ruang wilayah kabupaten. Penataan ruang kawasan perdesaan dalam 1
(satu) wilayah kabupaten dapat dilakukan pada tingkat wilayah kecamatan atau
beberapa wilayah desa atau nama lain yang disamakan dengan desa yang
merupakan bentuk detail dari penataan ruang wilayah kabupaten.
Rencana tata ruang kawasan perdesaan yang mencakup 2 (dua) atau lebih
wilayah kabupaten merupakan alat koordinasi dalam pelaksanaan
pembangunan yang bersifat lintas wilayah. Rencana tata ruang yang bersifat
lintas administratif tersebut berisikan struktur ruang dan pola ruang yang
bersifat lintas wilayah administratif.
Berdasarkan PP No. 15 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang bahwa kawasan perdesaan dapat merupakan kawasan strategis
nasional, kawasan strategis provinsi, dan/atau kawasan strategis kabupaten.
Kawasan perdesaan tersebut dapat berbentuk kawasan agropolitan.
Kedudukan kawasan perdesaan dalam penataan ruang dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.
Gambar 1.2 Kedudukan Penataan Ruang Kawasan Perdesaan terhadap Sistem
Penataan Ruang

Kementerian Pekerjaan Umum 3


Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Perdesaan

2.2. Fungsi dan Manfaat Rencana Tata Ruang Kawasan Perdesaan

2.2.1. Fungsi Rencana Tata Ruang Kawasan Perdesaan


Pedoman penataan ruang kawasan perdesaan berfungsi sebagai acuan yang
secara khusus memberikan prinsip-prinsip, konsep pendekatan, arahan
muatan teknis, proses dan prosedur, serta dasar hokum yang melandasi
penyusunan rencana tata ruang kawasan perdesaan. Penyusunan rencana
tata ruang kawasan perdesaan tersebut berfungsi sebagai :
a. Kendali mutu pemanfaatan ruang kawasan perdesaan berdasarkan
RTRW;
b. Acuan dalam pemanfaatan ruang / pengembangan kawasan perdesaan
yang lebih rinci dari kegiatan pemanfaatan ruang yang diatur dalam
RTRW;
c. Acuan penentuan lokasi investasi pembangunan perdesaan dalam konteks
kegiatan agraris baik yang dilakukan pemerintah, swasta dan masyarakat;
d. Acuan dalam pengendalian pemanfaatan ruang dalam pengembangan
kawasan perdesaan meliputi arahan peraturan zonasi, perijinan,
pemberian insentif dan disinsentif serta pengenaan sanksi; dan
e. Acuan dalam penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.

2.2.2. Manfaat Rencana Tata Ruang Kawasan Perdesaan


Pedoman penataan ruang kawasan perdesaan bermanfaat dalam memberikan
panduan untuk mencapai standardisasi kualitas rencana tata ruang kawasan
perdesaan dan memberikan kemudahan dalam menginterpretasikan persoalan
dan pembangunan kawasan perdesaan. Manfaat penyusunan rencana tata
ruang kawasan perdesaan tersebut adalah sebagai :

Kementerian Pekerjaan Umum 4


Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Perdesaan

a. Penentu lokasi berbagai kegiatan yang mempunyai kesamaan fungsi dan


pertahanan kawasan lahan abadi pertanian pangan;
b. Alat operasionalisasi dalam sistem pengendalian dan pengawasan
pelaksanaan pembangunan di kawasan perdesaan yang dilaksanakan
oleh Pemerintah, pemerintah daerah, swasta, dan/atau masyarakat;
c. Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang untuk setiap Bagian Kawasan
Perdesaan sesuai dengan fungsinya di dalam struktur ruang kabupaten
secara keseluruhan; dan
d. Ketentuan bagi penetapan kawasan perdesaan yang diprioritaskan untuk
disusun program pengembangan kawasan dan pengendalian pemanfaatan
ruangnya pada tingkat Bagian Kawasan Perdesaan atau Sub Bagian
Kawasan Perdesaan.

2.3. Tipologi Kawasan Perdesaan


Penyusunan rencana tata ruang kawasan perdesaan didekati melalui tipologi kawasan
perdesaan. Tipologi merupakan ragam yang menggambarkan tipe atau sebagai
pencerminan model berdasarkan kemiripan atau keserupaan ciri-ciri tertentu.Dalam
konteks kawasan perdesaan ciri-ciri khas tidak terlepas dari adanya potensi dan
kondisi sumber daya (alam, manusia, dan buatan) yang dimiliki oleh suatu desa.
Kondisi sumber daya alam dapat pula dikaitkan dengan kondisi geografis wilayah,
dan kemampuan keswadayaan masyarakat, infrastruktur dan lainnya. Tipologi
kawasan perdesaan bermanfaat untuk memastikan kebutuhan penataan ruang yang
sesuai dengan kebutuhan kawasan dan untuk mengantisipasi keragaman kawasan
perdesaan.

Tabel 2.1. Tipologi Desa Berdasarkan Kegiatan yang Berkembang


Jenis Tipologi Desa
N
Ciri Pertanian Industri
o Agrobisnis
Tradisional Non Pariwisata Pariwisata
 Tanaman Pangan  Tanaman  Industri Pertanian  Objek Wisata
 Perkebunan Pangan (agroindustri)  Peninggalan
 Perikanan  Holtikultura  Tepung Beras Sejarah
 Peternakan  Perkebunan  Makanan Ternak  Budaya
Aspek  Kehutanan  Perikanan  Penggilingan Padi  Pemandangan
 1
Kegiatan  Peternakan  Industri non Indah
 Kehutanan pertanian (kecil  
menengahdan  
pertambangan)
 Bahan mentah  Bahan mentah  Pengolahan pasca  Jasa (alamiah)
 Untuk kebutuhan  Kualitas Produk panen (nilai tambah)  Bersifat konstan
pribadi menjadi terus untuk agroindustri
Orientasi
2 keutamaan dikembangkan  Pengolahan produk
Produk
 Kualitas produk (melalui upgrade konsumsi
tetap dan benih dan  Bahan tambang 
mengikuti musim intensifikasi)
3 Orientasi  Skala produksi  Tersebar  Lokasi pada pusat  Lokasional
Produksi dan kecil mendekati lokasi permukiman  Bentuk pasar
Skala  Untuk kebutuhan lahan (industri kecil luar (negeri)
Produksi pribadi meskipun  Skala Produksi menengah dan  
mengalami relative tinggi  Skala produksi kecil
surplus  Tidak elastis  Supplainya inelastic
 Dapat berupa terhadap  Pada
berpindah-pindah perubahan pertambangan bisa
(membuka lahan harga berskala besar
baru dan

Kementerian Pekerjaan Umum 5


Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Perdesaan

Jenis Tipologi Desa


N
Ciri Pertanian Industri
o Agrobisnis
Tradisional Non Pariwisata Pariwisata
membiarkan yang
lama )
 Individual  Dari waktu ke  Pengolahan bahan  Daya tarik objek
 Sangat waktu baku  Aksesibilitas
tergantung dipengaruhi  Keterkaitan antar  Pelayanan
dengan kondisi musim sektor  Dikelola oleh
alam  Produksi bahan  Kurang terpengaruh swasta
Orientasi mentah musim
4
Usaha  Usaha kecil
   Pada
pertambangan
dipengaruhi oleh
supply produksi
(sumber tambang)
Tingkat desa dan
Orientasi Beberapa desa dan bisa
5 Individu / Kelompok ekspor keluar Pengunjung dari luar
pemasaran menjadi tingkat lokal
wilayah
Keterkaitan Kurang terpengaruh Internasional/
6 Tidak ada Forward linkage
antar sektor musim nasional
Asal dapat memenuhi Mendapatkan  Menciptakan nilai  Dikelola secara
kebutuhan hidup surplus hasil tanam tambah meskipun bisnis dan
keluarga sehingga dapat di tidak tinggi komersial
7 Target usaha ekspor ke luar  Dikelola secara 
wilayah desa sederhana
(pertambangan
rakyat)
Sistem pertanian Sistem pertanian  Teknologi tepat guna  Teknologi seni
sederhana walaupun sudah  Teknologi tinggi budaya
telah menggunakan menggunakan (pertambangan 
sarana dan teknologi tepat guna besar)
Penerapan
8 prasarana pertanian dan mulai
Teknologi
berorientasi
peningkatan hasil
panen (kualitas dan
kuantitas)
Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan  Sudah memiliki Telah memiliki
rendah dan relatif rendah keterampilan dan pengalaman
9 SDM
pengalaman kearifan terlatih meskipun menerima tamu dari
lokal masih terbatas luar
Sudah terbentuk Sudah terbentuk  Lebih terarah pada Sudah berperan
secara sederhana (misal P3A, dan kepentingan social secara aktif
KUD) tetapi belum  Sudah terdapat
optimal pengumpul atau
Kelembagaa distributor hasil
10
n produk meskipun
dimungkinkan
terjadi monopoli
(seperti
pertambangan)
Cukup besar tapi Diarahkan pada Menunjang secara
Partisipasi
11 kurang menunjang kegiatan produksi positif pada kegiatan
masyarakat
wisata
Sumber : Rahardjo (2006) dan analisis penyusun

2.4. Kriteria dan Delineasi Wilayah Perencanaan Kawasan Perdesaan


Kriteria penetapan kawasan merupakan penentuan kebijaksanaan dalam cara
menangani penataan ruang pada kawasan yang bersangkutan. Kriteria kawasan
perdesaan adalah:
a. fungsi kawasan produksi pertanian kabupaten;

Kementerian Pekerjaan Umum 6


Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Perdesaan

b. sistem jaringan prasarana pendukung kegiatan pertanian;


c. aglomerasi penduduk yang bermata pencaharian petani, nelayan, penambang
rakyat, atau pengrajin kecil;
d. tatanan nilai budaya lokal dan berfungsi sebagai penyangga budaya dan
lingkungan hidup bagi wilayahnya;
e. kegiatan utama pertanian dan pengelolaan sumber daya alam termasuk
perikanan tangkap;
f. susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan termasuk
kawasan transmigrasi, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan
kegiatan ekonomi;
g. kerapatan sistem permukiman dan penduduk yang rendah; dan
h. bentang alam berciri pola ruang pertanian dan lingkungan alami.

Rencana tata ruang kawasan perdesaan disusun apabila:


a. RTRW kabupaten dinilai belum efektif sebagai acuan dalam pelaksanaan
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di kawasan perdesaan
karena tingkat ketelitian belum detail; dan/atau
b. Rencana umum tata ruang sudah mengamanatkan bagian kawasan perdesaan
tersebut merupakan kawasan strategis yang perlu disusun rencana rincinya.
Delineasi wilayah perencanaan rencana tata ruang kawasan perdesaan mencakup:
a. Wilayah administrasi (kecamatan atau desa) yang bercirikan perdesaan;
b. Kawasan strategis kabupaten yang memiliki ciri kawasan perdesaan;
c. Kawasan fungsional yang bercirikan perdesaan yaitu bagian kawasan perdesaan
kabupaten, lintas kabupaten, provinsi, dan lintas provinsi; dan/atau
d. Kawasan strategis yang merupakan kawasan perdesaan yang mencangkup 2
atau lebih kabupaten atau provinsi.

Ilustrasi delineasi wilayah perencanaan kawasan perdesaan adalah sebagai berikut:

Kementerian Pekerjaan Umum 7


Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Perdesaan

Gambar 1.3 Delineasi Kawasan Perdesaan Berdasarkan Wilayah Administrasi Desa


dalam Wilayah Kabupaten

Gambar 1.4 Delineasi Kawasan Perdesaan Berdasarkan Wilayah Administrasi


Kecamatan dalam Wilayah Kabupaten

Kementerian Pekerjaan Umum 8


Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Perdesaan

Gambar 1.5 Delineasi Kawasan Perdesaan Berdasarkan Kawasan Strategis atau


Kawasan Fungsional dalam Wilayah Kabupaten

Gambar 1.6 Delineasi Kawasan Perdesaan Berdasarkan Kawasan Strategis Provinsi


Lintas Kabupaten

Kementerian Pekerjaan Umum 9


Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Perdesaan

Gambar 1.7 Delineasi Kawasan Perdesaan Berdasarkan Kawasan Strategis Nasional


Lintas Provinsi

Kementerian Pekerjaan Umum 10

Anda mungkin juga menyukai