BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTEK EMPIRIS
Penataan ruang sebagai suatu sistem perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang yang diselenggarakan untuk mewujudkan ruang wilayah yang
nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional.
Pernyataan ini mengandung 3 (tiga) perwujudan, yaitu:
1. Harmonisasi antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;
2. Keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan
memperhatikan sumber daya manusia; dan
3. Perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat
pemanfaatan ruang.
Berdasarkan Pasal 4 dan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
penataan ruang diklasifikasikan berdasarkan sistem, fungsi utama kawasan, wilayah administratif,
kegiatan kawasan, dan nilai strategis kawasan. Penataan ruang berdasarkan wilayah administratif
terdiri atas penataan ruang wilayah nasional, penataan ruang wilayah provinsi, dan penataan ruang
wilayah kabupaten/kota. Dimana, penataan ruang wilayah kabupaten merupakan wewenang
pemerintah daerah yang meliputi:
1. Perencanaan tata ruang wilayah kabupaten;
2. Pemanfaatan ruang wilayah kabupaten; dan
3. Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.
Selanjutnya dalam Pasal 14 ayat (1) disebutkan bahwa perencanaan tata ruang dilakukan untuk
menghasilkan rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang. Dalam wilayah kabupaten,
rencana umum yang disusun adalah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten. RTRW
Kabupaten adalah rencana tata ruang yang bersifat umum dari wilayah Kabupaten mencakup ruang
darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi, yang mengacu pada Rencana
Tata Ruang Wilayah kabupaten, Rencana Tata Ruang Pulau/Kepulauan dan Rencana Tata Ruang
Kawasan Strategis kabupaten.
NASKAH AKADEMIS │ II.2
Manfaat kegiatan adalah penyempurnaan RTRW Kabupaten Bima yang dapat dimanfaatkan sebagai
acuan atau payung hukum pembangunan Kabupaten Bima baik yang bersifat fisik maupun non
fisik, meliputi:
1. Dasar dalam penyusunan RPJP Kabupaten Bima;
2. Dasar dalam penyusunan RPJM Kabupaten Bima;
3. Dasar dalam pemanfaatan dan pengendalian ruang Kabupaten Bima;
4. Keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan antar sektor di Kabupaten Bima;
5. Penetapan dan pengembangan lokasi investasi; dan
6. Penataan Ruang Kawasan Strategis Kabupaten.
RTRW Kabupaten memuat tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang; rencana struktur ruang;
rencana pola ruang; kawasan strategis kabupaten; arahan pemanfaatan ruang; dan ketentuan
pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah kabupaten.
Dalam merumuskan muatan RTRW Kabupaten harus mengacu pada muatan RTRW Nasional dan
rencana rincinya (RTR pulau dan RTR kawasan strategis nasional), RTRW Provinsi serta
memperhatikan RTRW Kabupaten/kota yang berbatasan.
e. jelas, spesifik, terukur dan dapat dicapai dalam jangka waktu perencanaan 20 (dua
puluh) tahun; dan
f. tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
a. Kawasan Lindung
Kawasan Lindung Kabupaten adalah kawasan peruntukan lindung yang secara ekologis
merupakan satu ekosistem yang terletak pada wilayah kabupaten yang memberikan
perlindungan terhadap kawasan bawahannya yang terletak di wilayah kabupaten, dan
kawasan-kawasan lindung lain yang menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan pengelolaannya merupakan kewenangan pemerintah daerah kabupaten,
dapat terdiri atas:
1) Badan air
2) kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, dapat
meliputi;
a) kawasan hutan lindung, yang ditetapkan oleh Pemerintah melalui surat
keputusan menteri yang berwenang di bidang kehutanan; dan/atau
b) kawasan lindung gambut.
3) kawasan perlindungan setempat:
Kawasan perlindungan setempat ini dapat berupa sempadan, seperti sempadan
sungai, sempadan pantai, sempadan danau/waduk/embung, dan sempadan mata
air, serta dapat juga berupa Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang berada di area
perkotaan di dalam wilayah kabupaten yang secara kaidah perpetaan dapat
digambarkan dalam skala RTRW kabupaten.
4) kawasan konservasi, dapat meliputi:;
a) kawasan suaka alam (KSA), dapat meliputi
(1) cagar alam;
(2) cagar alam laut;
(3) suaka margasatwa; dan/atau
(4) suaka margasatwa laut.
b) kawasan pelestarian alam (KPA), dapat meliputi:
(1) taman nasional;
(2) taman hutan raya;
(3) taman wisata alam; dan/atau
(4) taman wisata alam laut.
c) kawasan taman buru; dan/atau
d) kawasan konservasi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, dapat
meliputi:
(1) kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil, yang dapat
meliputi:
suaka pesisir;
suaka pulau kecil;
taman pesisir; dan/atau
taman pulau kecil.
(2) kawasan konservasi maritim yang, yang dapat meliputi:
NASKAH AKADEMIS │ II.12
c. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan/atau
teknologi tinggidengan kriteria sebagai berikut:
1) diperuntukan bagi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
berdasarkan lokasi dan posisi geografis sumber daya alam strategis,
pengembangan teknologi pengembangan teknologi kedirgantaraan, serta tenaga
atom dan nuklir;
2) memiliki sumber daya alam strategis;
3) memiliki fungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir; dan/atau
4) memiliki fungsi sebagai pusat pemanfaatan dan pengembangan teknologi
kedirgantaraan; dan/atau
5) memiliki fungsi sebagai lokasi dan posisi geografis penggunaan teknologi tinggi
strategis lainnya.
d. Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup,
dengan kriteria sebagai berikut:
1) merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati;
2) merupakan kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora
dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus
dilindungi dan/atau dilestarikan;
3) memberikan perlindungan keseimbangan neraca air yang setiap tahun berpeluang
menimbulkan kerugian;
4) memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro;
5) menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup;
6) memiliki pusat kegiatan pada kawasan rawan bencana dan mempunyai risiko
bencana alam; dan/atau
7) sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas
terhadap kelangsungan kehidupan.
2) Indikasi program jangka menengah 5 (lima) tahun kedua sampai dengan 5 (lima)
tahun keempat, diuraikan dalam bentuk narasi yang akan menjelaskan program-
program utama untuk perwujudan struktur ruang, pola ruang dan kawasan
strategis dalam wilayah kabupaten.
7. Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Kabupaten
Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten meliputi ketentuan umum
zonasi, penilaian pelaksanaan pemanfaatan ruang, ketentuan insentif dan disinsentif serta
arahan sanksi. Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten disusun
dengan kriteria:
a. Berdasarkan rencana struktur ruang dan rencana pola ruang;
b. Mempertimbangkan penetapan kawasan strategis kabupaten;
c. Mempertimbangkan permasalahan, tantangan dan potensi yang dimiliki wilayah
kabupaten;
d. Terukur, realistis dan dapat diterapkan;
e. Mempertimbangkan aspirasi masyarakat dalam penetapannya;
f. Melindungi kepentingan umum; dan
g. Mengacu pada peraturan perundang-undangan.
2) insentif dan disinsentif adalah ketentuan yang diterapkan oleh pemerintah daerah
kabupaten untuk mendorong pelaksanaan pemanfaatan ruang agar sesuai dengan
rencana tata ruang dan untuk mencegah pemanfaatan ruang yang tidak sesuai
rencana tata ruang.
3) pemberian insentif dan disinsentif dilaksanakan untuk:
a) menindaklanjuti pengendalian implikasi kewilayahan pada zona kendali
dan zona yang didorong; atau
b) menindaklanjuti implikasi kebojakan atau rencana strategis nasional.
4) ketentuan insentif
a) insentif merupakan perangkat untuk memotivasi, mendorong, memberikan
daya Tarik, dan/atau memberikan percepatan terhadap kegiatan
pemanfaatan ruang yang memiliki nilai tambah pada zona yang perlu
didorong pengembangannya;
b) ketentuan insentif disusun berdasarkan:
(1) rencana struktur ruang dan rencana pola ruang wilayah kabupaten
dan kawasan strategis kabupaten;
(2) ketentuan umum zonasi kabupaten; dan
(3) peraturan perundang-undangan sektor terkait lainnya.
c) ketentuan insentif berupa:
(1) insentif fiskal berupa pemberian keringanan pajak, retribusi, dan/atau
penerimaan bukan pajak; dan/atau
(2) insentif non fiskal berupa pemberian kompensasi, subsidi, imbalan,
sewa ruang, urun saham, fasilitasi Persetujuan Kesesuaian Kegiatan
Pemanfaatan Ruang, penyediaan sarana dan prasarana, penghargaan,
dan/atau publikasi atau promosi.
d) ketentuan insentif meliputi:
(1) dari pemerintah kabupaten kepada pemerintah daerah lainnya dapat
berupa:
pemberian kompensasi;
pemberian penyediaan sarana dan prasarana;
penghargaan; dan/atau
publikasi atau promosi daerah.
(2) dari pemerintah kabupaten kepada masyarakat dapat berupa:
pemberian keringanan pajak dan/atau retribusi;
subsidi
pemberian kompensasi;
imbalan;
sewa ruang;
urun saham;
fasilitasi persetujuan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang;
penyediaan sarana dan prasarana;
penghargaan; dan/atau
publikasi atau promosi.
NASKAH AKADEMIS │ II.22
5) ketentuan disinsentif
a) disinsentif merupakan perangkat untuk mencegah dan/atau memberikan
Batasan terhadap kegiatan pemanfaatan ruang yang sejalan dengan RTR
dalam hal berpotensi melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan;
b) ketentuan disinsentif disusun berdasarkan:
(1) rencana struktur ruang, rencana pola ruang wilayah kabupaten dan
kawasan strategis kabupaten;
(2) ketentuan umum zonasi kabupaten; dan
(3) peraturan perundang-undangan sektor terkait lainnya.
c) ketentuan disinsentif berupa:
(1) disinsentif fiskal berupa pengenaan pajak dan/atau retribusi yang tinggi;
dan/atau
(2) disinsentif non fiskal berupa:
kewajiban memberi kompensasi atau imbalan;
pembatasan penyediaan sarana dan prasarana; dan/atau
pemberian status tertentu.
ketentuan disinsentif meliputi:
dari pemerintah kabupaten kepada pemerintah daerah lainnya,
dapat berupa pembatasan penyediaan sarana dan prasarana.
dari pemerintah kabupaten kepada masyarakat, dapat berupa:
pengenaan pajak dan/atau retribusi yang tinggi;
kewajiban memberi kompensasi atau imbalan; dan/atau
pembatasan penyediaan sarana dan prasarana.
d. Arahan sanksi
1) arahan sanksi adalah arahan untuk memberikan sanksi bagi siapa saja yang
melakukan pelanggaran ketentuan kewajiban pemanfaatan ruang sesuai dengan
rencana tata ruang yang berlaku.
2) arahan sanksi merupakan perangkat atau upaya pengenaan sanksi administratif
yang diberikan kepada pelanggar pemanfaatan ruang;
3) arahan sanksi administratif berfungsi:
a) untuk mewujudkan tertib tata ruang dan tegaknya peraturan perundang-
undangan bidang penataan ruang; dan
b) sebagai acuan dalam pengenaan sanksi administratif terhadap:
(1) pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan RTRW Kabupaten;
(2) pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang
yang diberikan oleh pejabat yang berwenang;
(3) pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan persyaratan izin yang
diberikan oleh pejabat yang berwenang; dan/atau
(4) pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang
dinyatakan oleh peraturan perundangundangan sebagai miliki umum.
4) arahan sanksi administratif ditetapkan berdasarkan:
a) besar atau kecilnya dampak yang ditimbulkan akibat pelanggaran penataan
ruang;
NASKAH AKADEMIS │ II.23
RTRW Kabupaten merupakan penjabaran dari RTRW Nasonal, RTRW Provinsi, Rencana Tata Ruang
Pulau/Kepulauan, dan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Kabupaten sesuai dengan
kewenangan Pemerintah Daerah. RTRW Kabupaten menjadi acuan bagi instansi sektoral dalam
penyelenggaraan penataan ruang. Kedudukan RDTRK dan RTR KSK dalam sistem penataan ruang
dan sistem perencanaan pembangunan nasional dapat dilihat pada gambar berikut ini.
RE NCANA RE NCANA UMUM RE NCANA RINCI
P E MBANGUNAN TATA RUANG TATA RUANG
RTR
Pulau/Kepulauan
RPJP Nasional RTRW Nasional
RTR KS. Nasional
RPJM Nasional
RPJM Provinsi
Gambar 2.1
Kedudukan RTRW Kabupaten dalam Matra Perencanaan di Indonesia
NASKAH AKADEMIS │ II.24
Merujuk pada Pasal 1 ayat 12 Peraturan Mentri Agraria dan Tata Ruang No 11 Tahun 2021 Tentang
Tata Cara Penyusunan, Peninjauan Kembali, Revisi, dan Penerbitan Persetujuan Substansi Rencana
tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten, Kota, dan Rencana Detail Tata Ruang menjelaskan
Peninjauan kembali adalah upaya untuk melihat kesesuaian antara Rencana Tata Ruang (RTR) dan
kebutuhan pembangunan yang memperhatikan perkembangan lingkungan strategis dan dinamika
pembangunan, serta pelaksanaan pemanfaatan ruang.
Peninjauan Kembali RTR dilakukan 1 (satu) kali dalam setiap periode 5 (lima) tahunan dan
dilakukan pada tahun kelima sejak RTR diundangkan.
Peninjauan Kembali RTR dapat dilakukan berdasarkan rekomendasi dari menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang koordinasi perekonomian, dalam hal terjadi
ketidaksesuaian antara:
a. RTR dengan Kawasan Hutan; dan/atau
b. RTRW provinsi dengan RTRW kabupaten/kota.
Dalam hal terjadi perubahan lingkungan strategis, Peninjauan Kembali RTR dapat dilakukan lebih
dari 1 (satu) kali dalam setiap periode 5 (lima) tahunan. Adapun Perubahan lingkungan strategis
yang dimaksud berupa:
a. bencana alam skala besar yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan;
b. perubahan batas teritorial negara yang ditetapkan dengan Undang-Undang;
c. perubahan Batas Daerah yang ditetapkan dengan Undang-Undang; atau
d. perubahan kebijakan nasional yang bersifat strategis
Pada Pasal 34 ayat 5 Peraturan Mentri Agraria dan Tata Ruang No 11 Tahun 2021 Tentang Tata
Cara Penyusunan, Peninjauan Kembali, Revisi, dan Penerbitan Persetujuan Substansi Rencana tata
Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten, Kota, dan Rencana Detail Tata Ruang menerangkan bahwa
Rencana Tata Ruang (RTR) dapat ditinjau kembali yang dapat menghasilkan rekomendasi dari
Menteri berupa :
a. RTRW provinsi, kabupaten, dan kota, atau RDTR kabupaten/kota yang ada tetap berlaku
sesuai dengan masa berlakunya; atau
b. RTRW provinsi, kabupaten, dan kota, atau RDTR kabupaten/kota yang ada perlu direvisi.
Revisi RTR dilaksanakan menggunakan prosedur penyusunan dan penetapan RTR dan
ditindaklanjuti melalui pencabutan peraturan daerah tentang RTRW provinsi, kabupaten, dan
kota atau peraturan kepala daerah kabupaten/kota tentang RDTR.
Evaluasi dalam pelaksanaan peninjauan kembali dilakukan setelah tahap pengkajian, yang
bertujuan untuk mengukur atau menilai aspek-aspek dalam dokumen RTRW Kabupaten, meliputi:
1. Kualitas RTRW
a. Kelengkapan dan Kedalaman Muatan RTRW
NASKAH AKADEMIS │ II.25
Tabel 2.1
Tipologi Penilaian Peninjauan Kembali RTRW
Pembentukan peraturan daerah yang baik selain berpedoman pada asas-asas pembentukan
peraturan perundang-undangan yang baik (beginselen van behoorlijke wetgeving), juga perlu
dilandasi oleh asas-asas hukum umum (algemene rechtsbeginselen), yang didalamnya terdiri dari
asas Negara berdasarkan atas hukum (rechtstaat), pemerintahan berdasarkan sistem konstitusi,
dan Negara berdasarkan kedaulatan rakyat.
Asas atau prinsip dalam pembentukan Peraturan Daerah Kabupaten Bima tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Bima Tahun 2020 - 2040 didasarkan pada 9 (sembilan) asas, yaitu:
1. asas keterpaduan, yaitu mengintegrasikan berbagai kepentingan yang bersifat lintas
sektor, lintas wilayah, dan lintas pemangku kepentingan. Pemangku kepentingan, antara
lain, adalah Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat;
2. asas keserasian, keselarasan, dan keseimbangan, yaitu mewujudkan keserasian antara
struktur ruang dan pola ruang, keselarasan antara kehidupan manusia dengan
lingkungannya, keseimbangan pertumbuhan dan perkembangan antardaerah serta antara
kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan;
3. asas keberlanjutan, yaitu menjamin kelestarian dan kelangsungan daya dukung dan daya
tampung lingkungan dengan memperhatikan kepentingan generasi mendatang;
4. asas keberdayagunaan dan keberhasilgunaan, yaitu mengoptimalkan manfaat ruang dan
sumber daya yang terkandung di dalamnya serta menjamin terwujudnya tata ruang yang
berkualitas;
5. asas keterbukaan, yaitu memberikan akses yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk
mendapatkan informasi yang berkaitan dengan penataan ruang;
6. asas kebersamaan dan kemitraan, yaitu melibatkan seluruh pemangku kepentingan;
7. asas perlindungan kepentingan umum, yaitu mengutakan kepentingan masyarakat
8. asas kepastian hukum dan keadilan, yaitu berlandaskan hukum/ketentuan peraturan
perundang-undangan dan bahwa penataan ruang dilaksanakan dengan mempertimbangkan
rasa keadilan masyarakat serta melindungi hak dankewajiban semua pihak secara adil
dengan jaminan kepastian hukum.
NASKAH AKADEMIS │ II.27
Pembentukan Peraturan Daerah Kabupaten Bima tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Bima Tahun 2020 - 2040 dilakukan dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 23 ayat (7)
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, yang menyebutkan bahwa
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bima ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten
Bima.
Dalam 5 (lima) tahun pertama pelaksanaan RTRW Kabupaten Bima Tahun 2011-2031, telah terjadi
dinamika pembangunan yang patut diperhatikan, meskipun baru dalam tataran kebijakan dan
belum diimplementasikan. Dalam kurun waktu tahun 2012 hingga tahun 2020 telah banyak arahan
kebijakan dan rencana pembangunan wilayah di Kabupaten Bima, baik yang memiliki skala
nasional, skala provinsi maupun skala kabupaten. Indikasi dampaknya baik dari segi lingkungan,
sosial dan ekonomi juga akan muncul. Jika diperhatikan, yang paling banyak berpengaruh terhadap
pembangunan di Kabupaten Bima adalah kebijakan dan rencana skala nasional. Sangat sedikit
kebijakan internal Kabupaten yang mengakibatkan perubahan sangat signifikan di lapangan. Pada
Tabel 2.2 berikut ini dapat dilihat isu-isu pengembangan wilayah di Kabupaten Bima beserta
indikasi dampak yang diperkirakan akan terjadi.
Indikasi program-program pembangunan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Bima dijabarkan secara sektoral di berbagai kawasan atau wilayah pengembangan. Jangka waktu
perencanaan program adalah 20 (dua puluh) tahun terhitung dari tahun 2020 sampai dengan
tahun 2040, yang dijabarkan dalam 4 (empat) kali program. Program-program ini selanjutnya
NASKAH AKADEMIS │ II.28
menjadi panduan bagi penyusunan program dan kegiatan pembangunan, terutama yang berskala
besar.
Program perwujudan RTRW Kabupaten Bima yang tertuang di dalam matriks Indikasi Program
Perwujudan RTRW Kabupaten Bima tahun 2011-2031 terdiri dari 159 program. Dalam
pelaksanaannya, program-program tersebut terdiri dari 4 (empat) kondisi, yaitu:
1. Sudah terealisasi dan sesuai dengan indikasi program yang disusun;
2. Sudah terealisasi, namun tidak sesuai dengan indikasi program yang disusun;
3. Belum terealisasi (masih dalam kurun waktu perencanaan, tetapi belum dilaksanakan);
4. Tidak terealisasi (tidak dilaksanakan pada kurun waktu yang disusun).
NASKAH AKADEMIS │ II.29
Tabel 2.2
Isu-Isu Strategis Pengembangan Wilayah
yang Mempengaruhi Dinamika Pembangunan di Kabupaten Bima
7. Pengembangan Jaringan Jalan Jalan eksisting, namun status jalan Perubahan fungsi jalan yang Perubahan Permen PU No. 248/ 2015 dan
Nasional dan Provinsi, meliputi: masih menggunakan ketentuan yang mempengaruhi status kewenangan SK. Gubernur NTB No. 620-351 Tahun
Peningkatan status jalan; lama. Perubahan status dari jalan pengelolaan jalan. Termasuk juga 2016, diantaranya:
kabupaten menjadi jalan provinsi perubahan dimensi jalan. Labuan Kenanga-Kawinda Toi-Pionk-
dan/atau jalan provinsi menjadi jalan Sp. Kore-Kilo-Kiwu-Sampungu-Sila
nasional, sehingga harus dicantumkan Bima-Tawali-Sape
di dalam RTRWK
Pengembangan Jalan Nasional Sudah dalam proses pengembangan Perubahan dimensi jalan akan
Disampaikan dalam desk Rapat Koordinasi
(Pengembangan/pelebaran dua jalan dua jalur mulai dari Jl. batas kota mempengaruhi fungsi pemanfaatan
regional Kementerian Pekerjaan Umum
Jalur jalan Lintas Sumbawa) sampai sebelum Bandar udara sultan ruang sekitar jalan.
Dan Perumahan Rakyat Tahun 2020
salahudin, dan akan dilanjutkan
Wilayah Maluku-Papua-Nusa Tenggara.
sampai ke Talabiu.
Pembangunan ruas jalan baru Belum diakomodir di dalam RTRWK Meningkatkan konektivitas dan
(Jalan dan Jembatan Lewamori) aksesibilitas antar kota dan pusat-
Disampaikan dalam desk Rapat Koordinasi
pusat kegiatan lainnya di dalam
regional Kementerian Pekerjaan Umum
dan diluar Kabupaten Bima.
Dan Perumahan Rakyat Tahun 2020
Ada kecenderungan perubahan
Wilayah Maluku-Papua-Nusa Tenggara.
lahan di sekitar jaringan jalan yang
dibangun
Adanya program/kegiatan
Belum teridentifikasi dalam RTRWK.
9. Penanganan Blank Spot Area pendukung peningkatan sistem
blank spot masih ada.
jaringan telekomunikasi
Pemerataan infrastruktur, Kawasan Tambora adalah Kawasan
Pengembangan Geopark sementara konsep geopark Tambora pemberdayaan masyarakat dan Strategis Provinsi. merupakan salah satu
11.
Tambora / KSPN Tambora baru mulai dirintis/diinisiasi. potensi lokal untuk pengembangan kawasan lindung nasional serta menjadi
kawasan. Kawasan Strategis Pariwisata Nasional.
Penetapan KP2B dalam bentuk areal Pemutakhiran data, kajian dan
pertanian tanaman pangan dan koordinasi dengan kabupaten/kota
Penetapan Kawasan Pertanian
12. hortikultura belum ditetapkan di terkait lokasi-lokasi yang ditetapkan
Berkelanjutan (KP2B)
dalam RTRWP. KP2B di Provinsi NTB sebagai KP2B.
secara khusus ditetapkan di dalam Penerbitan insentif dan disinsentif
NASKAH AKADEMIS │ II.31
Tabel 2.3
Matriks Realisasi Program Lima Tahunan RTRW Kabupaten Bima Tahun 2011 – 2031
B1 PKL Sape
Pola Ruang
Kawasan Gunung
2 Kawasan Resapan Air Sudah dilakukan 1
Tambora
NASKAH AKADEMIS │ II.37
Sudah dilaksanakan
1 Cagar Alam Toffo Kota Donggomasa Lambu (DILAKSANAKAN Oleh KPHP 1
Mariadonggomassa)
Sudah dilaksanakan
2 Cagar Alam Tambora Tambora, Sanggar (dilaksanakan oleh Balai 1
Taman Nasional G.Tambora)
3 Cagar Alam Pulau Sangiang Pulau Sangiang Telah dikelola oleh BKSDA 0
4 Hutan Mangrove (bakau) Wilayah pesisir Sudah dilakukan 1
5 Tanjung Mas dan Karampi Monta, Langgudu Sudah dilakukan (Karampi) 1
Sudah dilaksanakan
6 Suaka Margasatwa Tambora Utara Tambora (dilaksanakan oleh Balai 1
Taman Nasional G.Tambora)
Asset Daerah Sudah
diserahkan di BKSDA Wilayah
7 Taman Wisata Alam Toffo Rompo Madapangga, 0
Bima (untuk
TW.Madapangga)
Sudah dilaksanakan
8 Taman Buru Tambora Selatan Tambora (dilaksanakan oleh Balai 1
Taman Nasional G.Tambora)
9 Cagar Budaya Tersebar Belum dilakukan 0
A4 Pengelolaan Kawasan Rawan Bencana
NASKAH AKADEMIS │ II.38
kering
B3 Rehabilitas dan Pengembangan Kawasan Perkebunan
1 Rehabilitasi Kawasan Perkebunan Kabupaten Bima 0
2 Pengembangan Kawasan Perkebunan Kabupaten Bima 0
B4 Rehabilitas dan Pengembangan Kawasan Peternakan
1 Rehabilitasi Kawasan peternakan Kabupaten Bima Belum dilakukan 0
2 Pengembangan Kawasan peternakan Kabupaten Bima Sudah tahun 2016-2016 1
B5 Rehabilitas dan Pengembangan Kawasan Budidaya perikanan
1 Rehabilitasi Kawasan budidaya perikanan Kabupaten Bima Belum dilakukan 0
2 Pengembangan Kawasan budidaya perikanan Kabupaten Bima Belum dilakukan 0
B6 Rehabilitas dan Pengembangan Kawasan Perikanan, Kelautan, dan Pulau-Pulau Kecil
Rehabilitasi Kawasan Perikanan, Kelautan, dan
1 Lihat Peta Pola Ruang 0
Pulau-Pulau Kecil
2 Pengembangan Kawasan Perikanan Lihat Peta Pola Ruang 0
3 Pengembangan Kawasan Kelautan Lihat Peta Pola Ruang 0
4 Pengembangan Kawasan Pulau-Pulau Kecil Lihat Peta Pola Ruang 0
B7 Rehabilitas dan Pengembangan Kawasan perdagangan dan jasa
Sape, Bolo, Woha,
1 Pengembangan kawasan perdagangan Wera, Langgudu, 0
Sanggar
Sape, Bolo, Woha,
2 Pengembangan infrastruktur pendukung Wera, Langgudu, 0
Sanggar
B8 Rehabilitas dan Pengembangan Kawasan Pusat Pemerintahan
1 Pembebasan lahan Woha Sudah dilaksanakan 1 0
2 Penyediaan fasilitas pemerintahan dan Penunjang Woha Sudah dilaksanakan 1 0
B9 Rehabilitas dan Konservasi Kawasan Pertambangan
1 Rehabilitasi Kawasan Pertambangan Kabupaten Bima 0
2 Konservasi lahan pasca tambang Kabupaten Bima 0
NASKAH AKADEMIS │ II.40
Berdasrkan kondisi Kabupaten Bima terhadap kebutuhan pembangunan yang telah berjalan
sejak tahun 2011 – 2020, maka hasil dari pengkajian penyelenggaraan Kabupaten Bima dapat
diuraikan seperti tabel 2.4.
Tabel 2.4
Rekapitulasi Hasil Pengkajian RTRW Kabupaten Bima Tahun 2011– 2020
Diwujudkan dengan
pengembangan sektor agrobisnis,
pengembangan daerah pariwisata,
pertanian, perkebunan dan
ekspoitasi sumber daya alam yang
berwawasan lingkungan.
1.2 Kebijakan Penataan Ruang Harus mengacu kebijakan dan Beberapa kebijakan dan strategi
strategi nasional dan provinsi, telah dilaksanakan, namun selama
terutama yang berkaitan dengan pelaksanaan pada lima tahun
pengembangan infrastruktur pertama ada kebijakan-kebijakan
1.3 Strategi Penataan Ruang susulan yang dilaksanakan dan
belum ditetapkan di dalam RTRW
Kabupaten Bima
2. RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH
2.1 Sistem Pusat Pelayanan
2.1.1 Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Tidak ada di Kabupaten Bima
2.1.2 Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) berubah. Adapun wilayah yang Di Kabupaten Bima tidak terdapat
dipromosikan sebagai PKWp PKW dan PKWp tidak perlu di
dikembalikan statusnya menjadi tetapkan.
PKL
2.1.3 Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) Tidak ada di Kabupaten Bima
2.1.4 Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Wilayah yang dipromosikan PKL berada di Woha, Kore dan
sebagai PKL dikembalikan Sape
statusnya menjadi sistem skala
kabupaten atau tetap menjadi
PKL (naik status)
2.1.5 Pusat pelayanan kawasan (PPK) Berubah
2.1.6 Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) Berubah
2.2 Sistem Jaringan Prasarana
2.2.1 Sistem jaringan transportasi
a. Sistem jaringan jalan
1) Jalan umum
NASKAH AKADEMIS │ II.42
merupakan
kewenangan
pemerintah
provinsi
3. alur-pelayaran
kelas III yang Tidak ada di Kabupaten Bima
merupakan
kewenangan
pemerintah
kabupaten
b) lintas penyeberangan Perlu mengacu pada penepatan Penyebrangan lintas provinsi yaitu
antarprovinsi lintas penyeberangan di Pelabuhan Sape di Kecamatan
berdasarkan peraturan Sape
perundang-undangan yang
berlaku
c) lintas penyeberangan Perlu mengacu pada penepatan Belum tercantum dalam RTRW
antarkabupaten/kota lintas penyeberangan Kabupaten Bima.
dalam provinsi berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang
berlaku
d) lintas penyebrangan Perlu mengacu pada penepatan Lintas penyebrangan antar
dalam kabupaten lintas penyeberangan kabupaten berada di waworada
berdasarkan peraturan dan sape
perundang-undangan yang
berlaku
e) pelabuhan sungai dan Tidak ada di Kabupaten Bima
danau
f) pelabuhan
penyebrangan, yang
terdapat di Kabupaten
Bima meliputi:
1. pelabuhan Perlu mengacu pada penepatan Belum tercantum dalam RTRW
penyebrangan lintas penyeberangan Kabupaten Bima.
kelas I berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang
berlaku
2. pelabuhan Perlu mengacu pada penepatan Belum tercantum dalam RTRW
penyebrangan lintas penyeberangan Kabupaten Bima.
kelas II berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang
berlaku
3. pelabuhan Tidak ada di Kabupaten Bima
penyebrangan
kelas III
d. Sistem Jaringan Transportasi Laut
1) Pelabuhan Laut
a. a) Pelabuhan Utama
(1)b) Pelabuhan Pengumpul Perlu mengacu pada penetapan Secara eksisting ada namun, belum
arahan lokasi pelabuhan tercantum dalam RTRW
pengumpul sesuai peraturan Kabupaten Bima
perundang-undangan yang
berlaku, termasuk ketentuan
dalam tatanan kepelabuhan
1. c) Pelabuhan Pengumpan
NASKAH AKADEMIS │ II.44
yang terdapat di
Kabupaten Bima
meliputi:
2. 1. Pelabuhan Perlu mengacu pada penetapan Secara eksisting ada namun, belum
pengumpan arahan lokasi pelabuhan tercantum dalam RTRW
regional pengumpul sesuai peraturan Kabupaten Bima
perundang-undangan yang
berlaku, termasuk ketentuan
dalam tatanan kepelabuhan. Dan
perlu memperhatikan arah
kecenderungan tumbuhnya
kawasan-kawasan strategis yang
membutuhkan pelabuhan
sebagai infrastruktur utama.
3. 2. Pelabuhan Perlu mengacu pada penetapan Secara eksisting ada namun, belum
pengumpan lokal arahan lokasi pelabuhan tercantum dalam RTRW
pengumpul sesuai peraturan Kabupaten Bima
perundang-undangan yang
berlaku, termasuk ketentuan
dalam tatanan kepelabuhan. Dan
perlu memperhatikan arah
kecenderungan tumbuhnya
kawasan-kawasan strategis yang
membutuhkan pelabuhan
sebagai infrastruktur utama.
2. d) Terminal Khusus Perlu mengakomodir Terminal khusus yang
infrastruktur pelabuhan yang dikembangkan Kabupaten Bima
menjadi bagian dari adalah terminal yang
pengembangan peruntukan lain, dioperasionalkan di pembangkit
seperti kegiatan kelistrikan, tenaga listrik dan kawasan
kegiatan pertambangan, dan pertambangan dan kegiatan
kegiatan perikanan perikanan namun belum
tercantum dalam RTRW
Kabupaten Bima.
3. e) Pelabuhan Perikanan Perlu mengacu pada penetapan Belum tercantum dalam RTRW
arahan lokasi pelabuhan Kabupaten Bima.
pengumpul sesuai peraturan
perundang-undangan yang
berlaku, termasuk ketentuan
dalam tatanan kepelabuhan.
d) Bandar Udara Perlu mengacu pada penetapan Tidak ada bandar udara
Pengumpan arahan lokasi bandara pengumpan di Kabupaten Bima
pengumpan sesuai peraturan
perundang-undangan yang
berlaku, termasuk ketentuan
dalam tatanan kebandarudaraan
1. e) Bandar Udara Khusus Tidak ada di Kabupaten Bima
2.2.2 Sistem Jaringan Energi
a. Jaringan Infrastruktur Minyak dan Memperhatikan kebutuhan BBM Peningkatan kapasitas dan kualitas
Gas Bumi dan BBG pelayanan BBM dan BBG.
b. Jaringan Infrastruktur
Ketenagalistrikan
1) Infrastruktur Pembangkitan Memperhatikan rasio Pembangunan pembangkit-
Tenaga Listrik dan Sarana elektrifikasi dan percepatan pembangkit baru yang belum
Pendukungnya pembangunan infastruktur diakomodir di dalam RTRW
ketenagalistrikan Kabupaten Bima
a)2) Infrastruktur tenaga listrik Pengembangan jaringan SUTT dan
dan sarana pendukung Gardu Induk yang tersebar di
seluruh wilayah Kabupaten Bima
2.2.3 Sistem Jaringan Telekomunikasi
Sistem Jaringan Telekomunikasi Penyediaan sarana dan Pembangunan/ penambahan
prasarana telekomunikasi menara BTS, penyediaan fiber
terutama pada wilayah blank spot optik, dan memperbanyak hot spot
area.
2.2.4 Sistem Jaringan Sumber Daya Air
a. Sistem Jaringan Irigasi
1) Jaringan irigasi primer Pemantapan daerah irigasi serta Pemantapan bendungan-
2) Jaringan irigasi skunder pembangunan sarana-prasarana bendungan yang ada di Kabupaten
baru untuk menunjang kegiatan Bima dan jaringan irigasi, belum
3) Jaringan irigasi tersier pertanian (bendungan/ waduk tercantum dalam RTRW
4) Jaringan irigasi air tanah dan jaringan irigasi) Kabupaten Bimma.
b. Sistem Pengendalian Banjir
c. Bangunan Sumber Daya Air
2.2.5 Sistem Jaringan Prasarana Wilayah
Lainnya
a. Sistem Jaringan Penyediaan Air Peningkatan air minum kepada Kebutuhan air bersih / air minum
Minum (SPAM) masyarakat harus mencapai di Kabupaten Bima belum
100% sepenuh merata terutama pada
wilayah yang rawan kekeringan.
b. Sistem Jaringan Penyediaan Air Penanggulangan sampah dan membangun TPA dan TPST baru
Limbah (SPAL) limbah menuju zero waste. namun belum terealisasi.
c. Sistem pengolahan limbah bahan Program-program zero waste
bahaya dan beracun (B3) belum memasuki tahap
implementasi.
d. Sistem jaringan persampahan
e. Sistem jaringan evakuasi bencana Perlu mengacu pada peraturan Belum tercantum dalam RTRW
perundang-undangan yang Kabupaten Bima.
berlaku tentang bencana.
3. RENCANA POLA RUANG WILAYAH
3.1 Kawasan Lindung
3.1.1. Kawasan yang Memberikan Perlindungan Perlu mengacu pada peraturan MoU antara pemerintah dengan
Terhadap Kawasan Bawahannya. perundang-undangan yang aparat penegak hukum,
NASKAH AKADEMIS │ II.46
3.2.5 Kawasan Pergaraman Perlu mengacu pada peraturan Penetapan wilayah usaha
perundang-undangan yang pergaraman di Kabupaten Bima
berkaitan dengan petambak dan kawasan pergaraman belum
garam. tercantum dalam RTRW
Kabupaten Bima.
3.2.6 Kawasan Peruntukan Pertambangan Perluasan wilayah tambang dan Penetapan Wilayah Usaha
pembangunan smelter Pertambangan Rakyat yang diikuti
dengan maraknya penambangan
liar. Usaha tambang belum
memperhatikan dampak yang
ditimbulkan terhadap lingkungan
dan masyarakat.
3.2.7 Kawasan peruntukan industri Kurangnya nilai tambah dari Pembangunan sentra pengolahan
produk hasil pertanian dan hasil pertanian dan kelautan.
kelautan
3.2.8 Kawasan Peruntukan Pariwisata Mempertimbangkan KSPN dan Penetapan Rencana Induk
DPN yang tertuang di dalam Pariwisata Daerah, penataan
Ripparnas destinasi wisata, pembangunan
infrastruktur penunjang,
pembuatan masterplan KSPN dan
pengembangan wisata alam
dengan konsep geopark/ goesite
3.2.9 Kawasan Peruntukan Permukiman Memperhatikan permukiman Perbaikan kualitas permukiman
perkotaan dan permukiman kumuh perkotaan, perbaikan
perdesaan. Meminimalisir sanitasi, dan pengaturan
permukiman kumuh perkotaan komposisi lahan pemukiman
untuk mengendalikan konversi
lahan pertanian.
3.2.10 Kawasan Transportasi Perlu mengacu pada peraturan Kawasan transportasi belum
perundang – undangan yang tercantum dalam RTRW
berkaitan dengan transportasi Kabupaten Bima.
3.2.10 Kawasan peruntukan lainnya (Kawasan Perlu mencantumkan lokasi- Kawasan pertahanan negara
Pertahanan dan Keamanan) lokasi pertahanan negara sesuai memiliki otoritas tersendiri
dengan peraturan perundang- dengan fungsi khusus, namun
undangan yang berlaku. lokasinya belum secara spesifik
ditetapkan di dalam RTRW
4. PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS
4.1 Bidang Pertumbuhan Ekonomi Peningkatan sektor ekonomi Penyusunan Perda KSP,
berskala internasional dan pembangunan infrastruktur di
nasional kawasan KSP dan sekitarnya.
4.2 Bidang Sosial dan Budaya KSP untuk bidang sosial dan
Penetapan bidang sosial dan
budaya sudah ditetapkan di dalam
budaya
Kabupaten Bima
4.3 Bidang Pendayagunaan SDA dan/atau Tidak ada di Kabupaten Bima
Teknologi Tinggi
4.4 Bidang Fungsi dan Daya Dukung Penetapan kawasan yang Pengelolaan kawasan-kawasan
Lingkungan Hidup memberikan perlindungan hutan lindung dan hutan
terhadap kawasan bawahannya konservasi
dan kawasan konservasi dalam
rangka menjaga tata air.
5. ARAHAN PEMANFAATAN RUANG (INDIKASI PROGRAM UTAMA JANGKA MENENGAH LIMA TAHUNAN)
5.1. Perwujudan Struktur Ruang
Kabupaten
5.1.1 Perwujudan Sistem Perkotaan Peningkatan sektor ekonomi Penyusunan rencana rinci
NASKAH AKADEMIS │ II.48
Pembentukan Peraturan Daerah Kabupaten Bima tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Bima Tahun 2020 - 2040 secara sosial, politik dan ekonomi merupakan bagian
pengaturan dan penataan wilayah. Sesuai dengan fungsi, kegunaan dan kedudukan Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bima harus dapat menjadi pedoman dan dasar bagi
penyusunan rencana dan program pembangunan di Kabupaten Bima baik jangka menengah
maupun jangka panjang. Dengan demikian, arahan dari rencana tata ruang lebih lanjut perlu
dioperasionalkan dalam penyusunan indikasi program pembangunan.
Adapun implikasi yang dapat diperoleh dari pembentukan Peraturan Daerah Kabupaten Bima
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bima Tahun 2020 - 2040, antara lain:
1. penataan ruang wilayah Kabupaten Bima merupakan arah tindakan yang harus
ditetapkan untuk mencapai tujuan penataan ruang wilayah berdasarkan pemanfaatan
ruang yang efektif dan efisien untuk kepentingan masyarakat;
2. penataan ruang wilayah Kabupaten Bima bertujuan untuk mengembangkan sektor
perdagangan dan jasa, pemerintahan, pendidikan, industri dan pariwisata;
3. memberi arah yang jelas dalam proses pembangunan Kabupaten Bima dengan wilayah
sekitarnya dan terwujudnya tata ruang wilayah Kabupaten Bima yang berkualitas;
4. memberi pemahaman yang jelas tentang kedudukan dan fungsi penataan ruang yang
merupakan upaya untuk memadukan dan menyerasikan kegiatan antar sector agar
dapat saling menunjang serta untuk mengatasi konflik berbagai kepentingan dalam
pemanfaatan ruang; dan
penataan ruang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan antara yang satu dengan
yang lain dan harus dilakukan sesuai dengan kaidah penataan ruang, sehingga diharapkan
dapat mewujudkan pemanfaatan ruang yang lingkungan hidup yang berkelanjutan serta tidak
terjadi pemborosan pemanfaatan ruang dan tidak menyebabkan terjadinya penurunan
kualitas lingkungan.
Penataan ruang yang didasarkan pada karakteristik, daya dukung dan daya tampung
lingkungan serta didukung oleh teknologi yang sesuai akan meningkatnya keserasian,
keselaraan dan keseimbangan subsistem. Hal ini berarti akan dapat meningkatkan kualitas
yang ada, dikarenakan pengelolaan subsistem yang satu berpengaruh pada subsistem yang
lain dan pada akhirnya dapat mempengaruhi sistem wilayah ruang nasional secara
keseluruhan. Pengaruh penataan ruang menuntut dikembangkan suatu sistem keterpaduan
sebagai ciri utama.