Anda di halaman 1dari 49

NASKAH AKADEMIS │ II.

BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTEK EMPIRIS

2.1 KAJIAN TEORITIS

Penataan ruang sebagai suatu sistem perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang yang diselenggarakan untuk mewujudkan ruang wilayah yang
nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional.
Pernyataan ini mengandung 3 (tiga) perwujudan, yaitu:
1. Harmonisasi antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;
2. Keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan
memperhatikan sumber daya manusia; dan
3. Perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat
pemanfaatan ruang.

Dengan demikian, penataan ruang diselenggarakan dengan memperhatikan:


1. Kondisi fisik wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang rentan terhadap bencana;
2. Potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan; kondisi ekonomi,
sosial, budaya, politik, hukum, pertahanan keamanan, lingkungan hidup, serta ilmu
pengetahuan dan teknologi sebagai satu kesatuan; dan Geostrategi, geopolitik, dan
geoekonomi

2.1.1 Pengertian Rencana Tata Ruang Wilayah

Berdasarkan Pasal 4 dan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
penataan ruang diklasifikasikan berdasarkan sistem, fungsi utama kawasan, wilayah administratif,
kegiatan kawasan, dan nilai strategis kawasan. Penataan ruang berdasarkan wilayah administratif
terdiri atas penataan ruang wilayah nasional, penataan ruang wilayah provinsi, dan penataan ruang
wilayah kabupaten/kota. Dimana, penataan ruang wilayah kabupaten merupakan wewenang
pemerintah daerah yang meliputi:
1. Perencanaan tata ruang wilayah kabupaten;
2. Pemanfaatan ruang wilayah kabupaten; dan
3. Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.

Selanjutnya dalam Pasal 14 ayat (1) disebutkan bahwa perencanaan tata ruang dilakukan untuk
menghasilkan rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang. Dalam wilayah kabupaten,
rencana umum yang disusun adalah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten. RTRW
Kabupaten adalah rencana tata ruang yang bersifat umum dari wilayah Kabupaten mencakup ruang
darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi, yang mengacu pada Rencana
Tata Ruang Wilayah kabupaten, Rencana Tata Ruang Pulau/Kepulauan dan Rencana Tata Ruang
Kawasan Strategis kabupaten.
NASKAH AKADEMIS │ II.2

Dalam rangka mengembangkan, melestarikan, melindungi dan/atau mengkoordinasikan


keterpaduan pembangunan di wilayah kabupaten dalam mendukung penataan ruang secara efisien
dan efektif, diperlukan proses perencanaan yang baik dan benar serta implementasi yang
disepakati oleh semua pemangku kepentingan baik di pusat maupun daerah.

2.1.2 Fungsi dan manfaat RTRW

Manfaat kegiatan adalah penyempurnaan RTRW Kabupaten Bima yang dapat dimanfaatkan sebagai
acuan atau payung hukum pembangunan Kabupaten Bima baik yang bersifat fisik maupun non
fisik, meliputi:
1. Dasar dalam penyusunan RPJP Kabupaten Bima;
2. Dasar dalam penyusunan RPJM Kabupaten Bima;
3. Dasar dalam pemanfaatan dan pengendalian ruang Kabupaten Bima;
4. Keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan antar sektor di Kabupaten Bima;
5. Penetapan dan pengembangan lokasi investasi; dan
6. Penataan Ruang Kawasan Strategis Kabupaten.

2.1.3 Muatan RTRW Kabupaten

RTRW Kabupaten memuat tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang; rencana struktur ruang;
rencana pola ruang; kawasan strategis kabupaten; arahan pemanfaatan ruang; dan ketentuan
pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah kabupaten.

Dalam merumuskan muatan RTRW Kabupaten harus mengacu pada muatan RTRW Nasional dan
rencana rincinya (RTR pulau dan RTR kawasan strategis nasional), RTRW Provinsi serta
memperhatikan RTRW Kabupaten/kota yang berbatasan.

Muatan RTRW Kabupaten meliputi:


1. Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten
Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan terjemahan dari visi dan misi
pengembangan wilayah kabupaten dalam pelaksanaan pembangunan untuk mencapai
kondisi ideal tata ruang wilayah kabupaten yang diharapkan. Tujuan Penataan Ruang
Wilayah kabupaten, yang dirumuskan dengan kriteria:
a. mendukung tujuan penataan ruang yang tercantum pada RTR di atasnya (RTRW
provinsi, RTRW Nasional dan rencana rincinya) melalui keterpaduan antar sektor,
wilayah dan Masyarakat;
b. mewujudkan aspek keruangan yang harmonis dengan Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten;
c. mengakomodasi fungsi dan peran kabupaten yang telah ditetapkan dalam RTRW
Provinsi dan RTRW Nasional;
d. memperhatikan isu strategis, potensi unggulan dan karakteristik wilayah Kabupaten;
NASKAH AKADEMIS │ II.3

e. jelas, spesifik, terukur dan dapat dicapai dalam jangka waktu perencanaan 20 (dua
puluh) tahun; dan
f. tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

2. Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten


Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten merupakan terjemahan dari visi
dan misi pengembangan wilayah kabupaten dalam pelaksanaan pembangunan untuk
mencapai kondisi ideal tata ruang wilayah kabupaten yang diharapkan. Kebijakan Penataan
Ruang Wilayah Kabupaten, yang dirumuskan dengan kriteria:
a. mampu menjabarkan tujuan penataan ruang wilayah kabupaten;
b. mampu menjawab isu strategis di wilayah kabupaten;
c. mempertimbangkan kebijakan pengembangan wilayah kabupaten;
d. mempertimbangkan kebijakan pengembangan kawasan strategis kabupaten;
e. mempertimbangkan kapasitas sumber daya yang dimiliki;
f. mempertimbangkan kebijakan peruntukan ruang pada sempadan pantai, sungai, situ,
danau, embung, waduk, dan mata air; dan
g. tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

Strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten, yang dirumuskan dengan kriteria:


a. menjabarkan kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten;
b. harus dapat dijabarkan secara spasial dalam rencana struktur ruang dan rencana pola
ruang wilayah kabupaten;
c. berfungsi sebagai arahan bagi penyusunan indikasi program utama 5 (lima) tahunan
dalam RTRW Kabupaten;
d. berfungsi sebagai dasar penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah
kabupaten;
e. jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan; dan
f. tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

3. Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten


Rencana struktur ruang wilayah kabupaten adalah rencana susunan pusatpusat permukiman
(sistem perkotaan wilayah kabupaten yang berkaitan dengan kawasan perdesaan dalam
wilayah pelayanannya) dan sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten yang
dikembangkan untuk melayani kegiatan skala kabupaten, dan mengintegrasikan wilayah
kabupaten. Sistem perkotaan wilayah tersebut di atas dapat berupa pusat perekonomian,
rencana kota baru, simpul ekonomi baru, dan/atau koridor ekonomi baru yang dibutuhkan
untuk menjaga keseimbangan ruang, keberlanjutan pembangunan, dan ketahanan
masyarakat. Kawasan perdesaan dalam wilayah pelayanannya adalah wilayah yang
mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan
susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintah,
pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
NASKAH AKADEMIS │ II.4

Rencana struktur ruang wilayah kabupaten dirumuskan dengan kriteria:


a. Berdasarkan strategi penataan ruang wilayah kabupaten;
b. Mempertimbangkan kebutuhan pengembangan dan pelayanan wilayah kabupaten dalam
rangka mendukung kegiatan sosial ekonomi dan pelestarian lingkungan;
c. Mempertimbangkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah
kabupaten;
d. Mengacu rencana struktur ruang wilayah nasional (RTRW nasional dan rencana
rincinya), rencana struktur ruang wilayah provinsi (RTRW provinsi), serta
memperhatikan rencana struktur ruang wilayah kabupaten/kota yang berbatasan;
e. Pusat kegiatan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah kabupaten memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
1) mengadopsi pusat-pusat kegiatan yang kewenangan penetapannya berada pada
pemerintah pusat dan pemerintah provinsi yang berada di wilayah kabupaten
bersangkutan;
2) memuat penetapan pusat pelayanan kawasan (PPK) serta pusat pelayanan
lingkungan (PPL);
3) harus berhirarki3dan/atau berjejaring4di dalam ruang wilayah kabupaten serta
saling terkait menjadi satu kesatuan sistem perkotaan; dan
4) mempertimbangkan cakupan pelayanan bagi kawasan perkotaan dan kawasan
perdesaan yang berada dalam wilayah kabupaten, yang meliputi pusat layanan dan
peletakan jaringan prasarana wilayah kabupaten yang menunjang keterkaitan
fungsional antar pusat pelayanan.
f. Dapat ditransformasikan ke dalam penyusunan indikasi program utama jangka
menengah lima tahunan untuk 20 (dua puluh) tahun; dan
g. Mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan.

Rencana struktur ruang wilayah kabupaten, terdiri atas:


a. Sistem pusat permukiman
1) PKW yang berada di wilayah kabupaten;
Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi
untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota
2) PKSN yang berada di wilayah kabupaten;
3) Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) merupakan kawasan perkotaan yang
ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasan negara.
4) PKL yang berada di wilayah kabupaten; dan/atau Pusat Kegiatan Lokal (PKL)
merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala
kabupaten atau beberapa kecamatan.
5) Pusat-pusat lain di dalam wilayah kabupaten yang wewenang penentuannya ada
pada pemerintah daerah kabupaten, yaitu:
a) Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) merupakan pusat permukiman yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan, yang ditentukan
berdasarkan antara lain:
(1) merupakan ibukota kecamatan;
NASKAH AKADEMIS │ II.5

(2) proyeksi jumlah penduduk;


(3) jenis dan skala fasilitas pelayanan; dan/atau
(4) jumlah dan kualitas sarana dan prasarana.
b) Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) merupakan pusat permukiman yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala antardesa, yang ditentukan
berdasarkan antara lain:
(1) proyeksi jumlah penduduk;
(2) jenis dan skala fasilitas pelayanan eksisting;
(3) jumlah dan kualitas sarana dan prasarana; dan/atau
(4) aksesibilitas masyarakat sekitar terhadap pelayanan dasar.
b. Sistem jaringan prasarana
Sistem jaringan prasarana dikembangkan untuk mengintegrasikan wilayah kabupaten
dan untuk melayani kegiatan yang memiliki cakupan wilayah layanan prasarana skala
kabupaten, meliputi:
1) Sistem Jaringan Transportasi, meliputi:
a) sistem jaringan jalan, yang dapat meliputi:
(1) jalan umum
 jalan arteri, meliputi:
 jalan arteri primer; dan/atau
 jalan arteri sekunder.
 jalan kolektor, meliputi:
 jalan kolektor primer; dan/atau
 jalan kolektor sekunder.
 jalan lokal, meliputi:
 jalan lokal primer; dan/atau
 jalan lokal sekunder.
 jalan lingkungan, meliputi:
 jalan lingkungan primer; dan/atau
 jalan lingkungan sekunder.
(2) jalan khusus;
(3) jalan tol;
(4) terminal penumpang, meliputi:
 terminal penumpang tipe A;
 terminal penumpang tipe B; dan/atau
 terminal penumpang tipe C;
(5) terminal barang;
(6) jembatan timbang; dan/atau
(7) jembatan.
b) sistem jaringan kereta api, yang dapat meliputi:
(1) jaringan jalur kereta api termasuk kereta rel listrik, kereta bawah tanah,
monorail, dan lain-lain, meliputi:
 jaringan jalur kereta api umum, meliputi:
NASKAH AKADEMIS │ II.6

 jaringan jalur kereta api antarkota yang melintasi wilayah


kabupaten untuk melayani perpindahan orang dan/atau
barang; dan/atau
 jaringan jalur kereta api perkotaan dalam kabupaten untuk
melayani perpindahan orang di wilayah perkotaan kabupaten
dan/atau perjalanan ulang alik dalam kabupaten.
 jaringan jalur kereta api khusus yang digunakan secara khusus oleh
badan usaha tertentu untuk menunjang kegiatan pokok badan usaha
tersebut.
(2) stasiun kereta api, meliputi:
 stasiun penumpang;
 stasiun barang; dan/atau
 stasiun operasi.
c) sistem jaringan sungai, danau, dan penyeberangan, yang dapat meliputi:
(1) alur pelayaran sungai dan alur pelayaran danau, meliputi:
 alur-pelayaran kelas I;
 alur-pelayaran kelas II; dan/atau
 alur-pelayaran kelas III.
(2) lintas penyeberangan antarnegara;
(3) lintas penyeberangan antarprovinsi;
(4) lintas penyeberangan antarkabupaten/kota dalam provinsi;
(5) lintas penyeberangan dalam kabupaten;
(6) pelabuhan sungai dan danau, meliputi:
 pelabuhan sungai dan danau utama;
 pelabuhan sungai dan danau pengumpul; dan/atau
 pelabuhan sungai dan danau pengumpan.
(7) pelabuhan penyeberangan, meliputi:
 pelabuhan penyeberangan kelas I;
 pelabuhan penyeberangan kelas II; dan/atau
 pelabuhan penyeberangan kelas III.
d) sistem jaringan transportasi laut berupa pelabuhan laut, dapat meliputi:
(1) pelabuhan utama yaitu pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani
kegiatan angkutan laut dalam negeri dan internasional, alih muat
angkutan laut dalam negeri dan internasional dalam jumlah besar, dan
sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan
penyeberangan dengan jangkauan pelayanan antarprovinsi;
(2) pelabuhan pengumpul yaitu pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani
kegiatan angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam
negeri dalam jumlah menengah, dan sebagai tempat asal tujuan
penumpang dan/atau barang serta angkutan penyeberangan dengan
jangkauan pelayanan antarprovinsi;
NASKAH AKADEMIS │ II.7

(3) pelabuhan pengumpan, meliputi:


 pelabuhan pengumpan regional yaitu pelabuhan yang fungsi pokknya
melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan
laut dalam negeri dalam jumlah terbatas, merupakan pengumpan
bagi pelabuhan utama dan pelabuhan pengumpul, dan sebagai
tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan
penyeberangan dengan jangkauan pelayanan antarkabupaten/kota
dalam provinsi; dan/atau
 pelabuhan pengumpan lokal yaitu pelabuhan yang fungsi pokoknya
melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan
laut dalam negeri dalam jumlah terbatas, merupakan pengumpang
bagi pelabuhan utama dan pelabuhan pengumpul, dan sebagai
tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan
penyeberangan dengan jangkauan pelayanan dalam kabupaten/kota.
Selain itu, pemerintah daerah kabupaten dapat merencanakan
pelabuhan pengumpan lokal yang diusulkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(4) terminal umum yaitu bagian dari pelabuhan yang terletak di dalam atau
di luar Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan
pelabuhan yang merupakan bagian dari Pelabuhan terdekat untuk
melayani kepentingan umum yang diselenggarakan oleh Penyelenggara
Pelabuhan atau Badan Usaha Pelabuhan yang telah atau akan diberikan
hak untuk menyelenggarakan kegiatan penyediaan dan/atau pelayanan
jasa kepelabuhanan tertentu dalam jangka waktu tertentu dan
kompentensi tertentu yang diatur dalam perjanjian konsesi atau bentuk
Kerjasama lainnya;
(5) terminal khusus yaitu terminal yang terletaj di luar Daerah Lingkungan
Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan yang merupakan
bagian dari Pelabuhan terdekat untuk melayani kepentingan sendiri
sesuai dengan usaha pokoknya; dan/atau
(6) pelabuhan perikanan, meliputi:
 pelabuhan perikanan samudera yaitu tempat yang terdiri atas
daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu
sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis
perikanan yang digunakan sebagai tempat kapal perikanan
bersandar, berlabuh, dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi
dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang
perikanan kelas A;
 pelabuhan perikanan nusantara yaitu tempat yang terdiri atas
daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu
sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis
perikanan yang digunakan sebagai tempat kapal perikanan
bersandar, berlabuh, dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi
NASKAH AKADEMIS │ II.8

dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang


perikanan kelas B;
 pelabuhan perikanan pantai yaitu tempat yang terdiri atas daratan
dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai
tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan
yang digunakan sebagai tempat kapal perikanan berdandar,
berlabuh, dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan
fasilitas keselamatan palayaran dan kegiatan penunjang perikanan
kelas C; dan/atau
 pangkalan pendaratan ikan yaitu tempat yang terdiri atas daratan
dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai
tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan
yang digunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar,
berlabuh, dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan
fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan
kelas D
e) bandar udara umum dan bandar udara khusus, dapat meliputi:
(1) bandar udara pengumpul, dapat meliputi:
 bandar udara pengumpul skala pelayanan primer;
 bandar udara pengumpul skala pelayanan sekunder; dan/atau
 bandar udara pengumpul skala tersier.
(2) bandar udara pengumpan; dan/atau
(3) bandar udara khusus.
2) Sistem Jaringan Energi, meliputi:
a) jaringan infrastruktur minyak dan gas bumi dapat meliputi:
(1) infrastruktur minyak dan gas bumi;
(2) jaringan minyak dan gas bumi, yang dapat meliputi:
 jaringan yang menyalurkan minyak dan gas bumi dari fasilitas
produksi ke kilang pengolahan;
 jaringan yang menyalurkan minyak dan gas bumi dari fasilitas
produksi ke tempat penyimpanan; dan/atau
 jaringan yang menyalurkan gas bumi dari kilang pengolahan ke
konsumen.
b) jaringan infrastruktur ketenagalistrikan;
Jaringan infrastruktur ketenagalistrikan mengacu pada peraturan perundang-
undangan yang berlaku, yang dapat meliputi:
(1) infrastruktur pembangkitan tenaga listrik dan sarana pendukung, yang
dapat meliputi:
 pembangkit listrik tenaga air (PLTA);
 pembangkit listrik tenaga uap (PLTU);
 pembangkit listrik tenaga gas (PLTG);
 pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD);
 pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN);
NASKAH AKADEMIS │ II.9

 pembangkit listrik tenaga surya (PLTS);


 pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB);
 pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP);
 pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH); dan/atau
 pembangkit listrik lainnya.
(2) jaringan infrastruktur penyaluran tenaga listrik dan sarana pendukung,
yang dapat meliputi:
 jaringan transmisi tenaga listrik untuk menyalurkan tenaga listrik
antarsistem, meliputi:
 saluran udara tegangan ultra tinggi (SUTUT);
 saluran udara tegangan ekstra tinggi (SUTET)
 saluran udara tegangan tinggi (SUTT);
 saluran udara tegangan arus searah (SUTTAS); dan/atau
 saluran transmisi lainnya.
 jaringan distribusi tenaga listrik, meliputi:
 saluran udara tegangan menengah (SUTM);
 saluran udara tegangan rendah (SUTR);
 saluran kabel tegangan menengah (SKTM); dan/atau
 saluran distribusi lainnya;
 jaringan pipa/kabel bawah laut penyaluran tenaga listrik;
dan/atau
 gardu listrik yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
transmisi tenaga listrik.
3) Sistem Jaringan Telekomunikasi dapat disesuaikan dengan kebutuhan wilayah
kabupaten, meliputi:
a) jaringan tetap; dan/atau
b) jaringan bergerak, dapat meliputi:
(1) jaringan bergerak terestrial;
(2) jaringan bergerak seluler; dan/atau
(3) jaringan bergerak satelit.
4) Sistem Jaringan Sumber Daya Air yaitu prasarana sumber daya air, meliputi:
a) sistem jaringan irigasi, meliputi:
(1) jaringan irigasi primer;
(2) jaringan irigasi sekunder;
(3) jaringan irigasi tersier; dan/atau
(4) jaringan irigasi air tanah.
b) sistem pengendalian banjir meliputi:
(1) jaringan pengendalian banjir; dan/atau
(2) bangunan pengendalian banjir.
c) bangunan sumber daya air.
5) Sistem Jaringan Prasarana Lainnya, meliputi:
a) sistem penyediaan air minum (SPAM), dapat meliputi:
(1) jaringan perpipaan, yang dapat meliputi:
NASKAH AKADEMIS │ II.10

 unit air baku;


 unit produksi;
 unit distribusi; dan/atau
 unit pelayanan.
(2) bukan jaringan perpipaan, yang dapat meliputi:
 sumur dangkal;
 sumur pompa;
 bak penampungan air hujan;
 terminal air; dan/atau
 bangunan penangkap mata air.
b) sistem pengelolaan air limbah (SPAL), dapat meliputi:
(1) sistem pembuangan air limbah non domestik; dan/atau
(2) sistem pembuangan air limbah domestik.
c) sistem pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3);
d) sistem jaringan persampahan, dapat meliputi:
(1) stasiun peralihan antara (SPA);
(2) tempat pengelolaan sampah reuse, reduce, recycle (TPS3R);
(3) tempat penampungan sampah sementara (TPS);
(4) tempat pemroresan akhir (TPA); dan/atau
(5) tempat pengolahan sampah terpadu (TPST).
e) sistem jaringan evakuasi bencana, terdiri atas:
(1) jalur evakuasi bencana; dan/atau
(2) tempat evakuasi bencana.
f) sistem drainase di wilayah kabupaten meliputi:
(1) jaringan drainese primer;
(2) jaringan drainase sekunder; dan
(3) jaringan drainase tersier.

4. Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten


Rencana pola ruang wilayah Kabupaten adalah rencana distribusi peruntukan ruang wilayah
Kabupaten yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan fungsi budi daya
kabupaten, dirumuskan dengan kriteria:
a. Berdasarkan pada strategi penataan ruang wilayah kabupaten;
b. Mempertimbangkan alokasi ruang wilayah kabupaten dalam rangka mendukung
kegiatan sosial ekonomi dan pelestarian lingkungan;
c. Mempertimbangkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah
kabupaten;
d. Mengacu rencana pola ruang wilayah nasional (RTRW nasional dan rencana rincinya),
rencana pola ruang wilayah provinsi, serta memperhatikan rencana pola ruang wilayah
kabupaten/kota yang berbatasan;
e. Dapat ditransformasikan ke dalam penyusunan indikasi program utama jangka
menengah lima tahunan untuk 20 (dua puluh) tahun; dan
f. Mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan.
NASKAH AKADEMIS │ II.11

Rencana pola ruang wilayah Kabupaten terdiri atas:

a. Kawasan Lindung
Kawasan Lindung Kabupaten adalah kawasan peruntukan lindung yang secara ekologis
merupakan satu ekosistem yang terletak pada wilayah kabupaten yang memberikan
perlindungan terhadap kawasan bawahannya yang terletak di wilayah kabupaten, dan
kawasan-kawasan lindung lain yang menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan pengelolaannya merupakan kewenangan pemerintah daerah kabupaten,
dapat terdiri atas:
1) Badan air
2) kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, dapat
meliputi;
a) kawasan hutan lindung, yang ditetapkan oleh Pemerintah melalui surat
keputusan menteri yang berwenang di bidang kehutanan; dan/atau
b) kawasan lindung gambut.
3) kawasan perlindungan setempat:
Kawasan perlindungan setempat ini dapat berupa sempadan, seperti sempadan
sungai, sempadan pantai, sempadan danau/waduk/embung, dan sempadan mata
air, serta dapat juga berupa Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang berada di area
perkotaan di dalam wilayah kabupaten yang secara kaidah perpetaan dapat
digambarkan dalam skala RTRW kabupaten.
4) kawasan konservasi, dapat meliputi:;
a) kawasan suaka alam (KSA), dapat meliputi
(1) cagar alam;
(2) cagar alam laut;
(3) suaka margasatwa; dan/atau
(4) suaka margasatwa laut.
b) kawasan pelestarian alam (KPA), dapat meliputi:
(1) taman nasional;
(2) taman hutan raya;
(3) taman wisata alam; dan/atau
(4) taman wisata alam laut.
c) kawasan taman buru; dan/atau
d) kawasan konservasi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, dapat
meliputi:
(1) kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil, yang dapat
meliputi:
 suaka pesisir;
 suaka pulau kecil;
 taman pesisir; dan/atau
 taman pulau kecil.
(2) kawasan konservasi maritim yang, yang dapat meliputi:
NASKAH AKADEMIS │ II.12

 daerah perlindungan adat maritim; dan/atau


 daerah perlindungan budaya maritim.
(3) kawasan konservasi perairan.
Untuk kawasan taman nasional laut (apabila ada), cagar alam laut,
suaka margasatwa laut, dan taman wisata laut dijelaskan di batang
tubuh raperda dan di pola ruang, hanya bila terletak di wilayah pesisir.
5) kawasan hutan adat;
6) kawasan lindung geologi, meliputi:
a) kawasan cagar alam geologi, dapat meliputi:
(1) kawasan keunikan batuan dan fosil;
(2) kawasan keunikan bentang alam; dan/atau
(3) kawasan keunikan proses geologi.
b) kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah, yang berupa
kawasan imbuhan air tanah;
Kawasan keunikan bentang alam karst digambarkan sebagai:
a) kawasan lindung dalam rencana pola ruang, apabila kawasan tersebut akan
dipertahankan sebagai kawasan berfungsi lindung, dimana kegiatan lain
yang diizinkan adalah kegiatan yang tidak menganggu fungsi utama
kawasan;
b) kawasan pertampalan (overlay), apabila kawasan tersebut berada di dalam
kawasan hutan, memiliki fungsi utama selain sebagai kawasan bentang
alam karst, atau direncanakan sebagai kawasan budidaya tertentu dengan
tetap mempertahankan fungsi lindung dari kawasan bentang alam karst,
dimana ketentuan terkait fungsi kawasan bentang alam karst ditambahkan
dalam ketentuan khusus kawasan yang bertampalan.
7) kawasan cagar budaya; dan/atau Kawasan cagar budaya digambarkan sebagai:
a) kawasan lindung dalam rencana pola ruang, apabila kawasan tersebut akan
dipertahankan sebagai kawasan berfungsi lindung, dimana kegiatan lain
yang diizinkan adalah kegiatan pendukung yang tidak mengganggu fungsi
utama kawasan;
b) kawasan pertampalan (overlay), apabila kawasan tersebut memiliki fungsi
utama selain sebagai kawasan cagar budaya, atau direncanakan sebagai
kawasan budidaya tertentu dengan tetap mempertahankan fungsi lindung
dari kawasan cagar budaya, dimana ketentuan terkait fungsi kawasan cagar
budaya ditambahkan dalam ketentuan khusus kawasan yang bertampalan.
8) kawasan ekosistem mangrove.
b. Kawasan Budi Daya
Kawasan budi daya kabupaten adalah kawasan di wilayah kabupaten yang ditetapkan
dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya
alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan, dapat terdiri atas:
1) kawasan hutan produksi, meliputi:
a) kawasan hutan produksi terbatas;
b) kawasan hutan produksi tetap; dan/atau
NASKAH AKADEMIS │ II.13

c) kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi.


2) kawasan perkebunan rakyat;
3) kawasan pertanian, meliputi:
a) kawasan tanaman pangan;
b) kawasan hortikultura;
c) kawasan perkebunan; dan/atau
d) kawasan peternakan.
Di dalam kawasan pertanian ini dapat ditetapkan luasan dan sebaran Kawasan
Pertanian Pangan Berkelanjutan (KP2B) dengan kriteria sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan, terkait penyelenggaraan urusan
pemerintahan bidang pertanian. Dalam hal persebaran KP2B dimuat dalam
RTR Kabupaten, penunjukan kawasannya dapat digambarkan dalam peta
tersendiri dan akan ditampalkan (overlay) dengan peta rencana pola ruang.
Peta hasil penampalan (overlay) sebagaimana dimaksud akan memiliki
pengaturan tersendiri yang menambahkan aturan dasar masingmasing
kawasan. Aturan ini akan tercantum dalam ketentuan umum zonasi.
4) kawasan perikanan, meliputi:
a) kawasan perikanan tangkap; dan/atau
b) kawasan perikanan budi daya; Kawasan perikanan dilengkapi dengan sarana
penunjang berupa terminal khusus (pelabuhan) perikanan dan tempat
pelelangan ikan.
5) kawasan pergaraman;
6) kawasan pertambangan dan energi, meliputi:
a) kawasan pertambangan mineral, meliputi:
(1) kawasan pertambangan mineral radioaktif;
(2) kawasan pertambangan mineral logam;
(3) kawasan pertambangan mineral bukan logam; dan/atau
(4) kawasan pertambangan batuan.
b) kawasan pertambangan batubara; Kawasan pertambangan batubara
digambarkan sebagai:
c) kawasan pertambangan minyak dan gas bumi;
d) kawasan panas bumi; dan/atau
e) kawasan pembangkitan tenaga listrik.
Kawasan pertambangan dan energi digambarkan sebagai:
a) kawasan budidaya dalam rencana pola ruang, apabila kawasan tersebut
merupakan atau direncanakan menjadi kegiatan hilir dari pertambangan
minyak dan gas bumi, atau pada kawasan tersebut telah dilakukan kegiatan
operasi produksi pertambangan mineral dan batubara, dimana kegiatan lain
yang diizinkan adalah kegiatan pendukung yang tidak mengganggu fungsi
utama kawasan.
b) kawasan pertampalan (overlay), apabila pada kawasan tersebut terdapat
potensi pertambangan mineral dan batubara, dapat berupa Wilayah
Pertambangan (WP), Wilayah Usaha Pertambangan (WUP), dan lain-lain
NASKAH AKADEMIS │ II.14

sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang pertambangan.


Ketentuan terkait pelaksanaan kegiatan pertambangan dan kegiatan lain di
kawasan yang bertampalan dengan kawasan potensi pertambangan mineral
dan batubara, diatur lebih lanjut dalam ketentuan khusus.
7) kawasan peruntukan industri;
8) kawasan pariwisata;
9) kawasan permukiman, meliputi:
a) kawasan permukiman perkotaan; dan/atau Dalam merencanakan kawasan
permukiman perkotaan harus sudah mempertimbangkan ruang-ruang yang
akan diperuntukan sebagai Ruang Terbuka Hijau yang akan digambarkan dan
didetailkan pada saat penyusunan Rencana Detail Tata Ruang.
b) kawasan permukiman perdesaan.
10) kawasan transportasi;
11) kawasan pertahanan dan keamanan. Kawasan pertahanan dan keamanan
digambarkan sebagai:
a) kawasan budi daya dalam rencana pola ruang, apabila memiliki fungsi utama
sebagai kawasan pertahanan dan keamanan yang bersifat tetap/permanen
(seperti kantor/basis/pangkalan militer, tempat penyimpanan
senjata/amunisi atau peralatan militer lainnya, dll.), dimana kegiatan lain yang
diizinkan adalah kegiatan pendukung sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan bidang pertahanan dan keamanan;
b) kawasan pertampalan (overlay), apabila fungsi kawasan pertahanan dan
keamanan bersifat sementara/temporer pada kawasan lindung atau kawasan
budi daya selain kawasan pertahanan dan keamanan, dimana ketentuan
kegiatan terkait fungsi pertahanan dan keamanan ditambahkan dalam
ketentuan khusus kawasan yang bertampalan.

5. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten


Kawasan strategis Kabupaten merupakan bagian wilayah kabupaten yang penataan ruangnya
diprioritaskan, karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup wilayah
kabupaten di bidang ekonomi, sosial budaya, sumberdaya alam dan/atau teknologi tinggi,
dan/atau lingkungan hidup. Deliniasi kawasan strategis Kabupaten berbentuk polygon dan
bersifat indikatif. Kawasan strategis kabupaten ditetapkan berdasarkan kriteria:
a. Mendukung tujuan penataan ruang wilayah kabupaten;
b. Tidak bertentangan dengan kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten;
c. Berdasarkan nilai strategis dari aspek eksternalitas, akuntabilitas dan efisiensi
penanganan kawasan;
d. Kesepakatan Masyarakat berdasarkan kebijakan terhadap tingkat kestrategisan kawasan
yang ditetapkan di wilayah kabupaten;
e. Berdasarkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah kabupaten;
f. Memperhatikan faktor-faktor di dalam tatanan ruang wilayah kabupaten yang memiliki
kekhususan;
NASKAH AKADEMIS │ II.15

g. Menyebutkan dan memperhatikan kawasan strategis nasional yang berada di wilayah


kabupaten;
h. Dapat berhimpitan dengan kawasan strategis nasional, namun harus memiliki
kepentingan/kekhususan yang berbeda serta harus ada pembagian kewenangan antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah kabupaten yang jelas;
i. Mempertimbangkan kapasitas fiskal daerah dan kemampuan pemerintah daerah
kabupaten untuk bekerja sama dengan badan usaha dan/atau masyarakat;
j. Dapat merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis lainnya yang sesuai dengan
kepentingan pembangunan wilayah kabupaten; dan
k. Mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan.

Kawasan strategis kabupaten dapat terdiri atas:


a. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi dengan kriteria;
1) memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh;
2) memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakan pertumbuhan ekonomi
kabupaten;
3) memiliki potensi ekspor;
4) memiliki pusat kegiatan yang mempunyai pengaruh terhadap sektor dan
pengembangan wilayah;
5) didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi;
6) ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal;
7) ditetapkan untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka
mewujudkan ketahanan energi;
8) memiliki pusat kegiatan pengelolaan, pengolahan, dan distribusi bahan baku
menjadi bahan jadi;
9) memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi;
10) memiliki fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan dalam rangka
mewujudkan ketahanan pangan. Kawasan strategis ini ditetapkan sebagai Kawasan
Pertanian Pangan Berkelanjutan (KP2B);
11) kawasan yang dapat mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal di dalam
wilayah kabupaten;
12) memiliki pusat pengembangan produk unggulan; dan/atau
13) memiliki pusat kegiatan perdagangan dan jasa.
b. Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya dengan kriteria sebagai
berikut:
1) merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau cagar budaya
baik yang terletak di daratan dan/atau di perairan;
2) memiliki pusat kegiatan warisan budaya yang bersifat kebendaan berupa benda,
bangunan, struktur dan situs cagar budaya;
3) merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya;
4) merupakan aset yang harus dilindungi dan dilestarikan;
5) merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya; dan/atau
6) memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya.
NASKAH AKADEMIS │ II.16

c. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan/atau
teknologi tinggidengan kriteria sebagai berikut:
1) diperuntukan bagi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
berdasarkan lokasi dan posisi geografis sumber daya alam strategis,
pengembangan teknologi pengembangan teknologi kedirgantaraan, serta tenaga
atom dan nuklir;
2) memiliki sumber daya alam strategis;
3) memiliki fungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir; dan/atau
4) memiliki fungsi sebagai pusat pemanfaatan dan pengembangan teknologi
kedirgantaraan; dan/atau
5) memiliki fungsi sebagai lokasi dan posisi geografis penggunaan teknologi tinggi
strategis lainnya.
d. Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup,
dengan kriteria sebagai berikut:
1) merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati;
2) merupakan kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora
dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus
dilindungi dan/atau dilestarikan;
3) memberikan perlindungan keseimbangan neraca air yang setiap tahun berpeluang
menimbulkan kerugian;
4) memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro;
5) menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup;
6) memiliki pusat kegiatan pada kawasan rawan bencana dan mempunyai risiko
bencana alam; dan/atau
7) sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas
terhadap kelangsungan kehidupan.

6. Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Kabupaten


Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten adalah arahan pembangunan/pengembangan
wilayah untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang wilayah kabupaten sesuai dengan
RTRW Kabupaten melalui:
a. Ketentuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang
Arahan Ketentuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang (KKKPR) dilaksanakan
dengan mempertimbangkan tujuan penyelenggaraan ruang yang aman, nyaman,
produktif dan berkelanjutan.
b. Indikasi program utama jangka menengah 5 (lima) tahunan
Indikasi program utama pembangunan wilayah kabupaten dirumuskan dengan kriteria:
Berdasarkan rencana struktur ruang, rencana pola ruang dan kawasan strategis
kabupaten;
1) Mendukung program utama penataan ruang nasional dan provinsi;
2) Dapat diacu dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
kabupaten;
3) Realistis, objektif, terukur dan dapat dilaksanakan dalam jangka waktu perencanaan;
NASKAH AKADEMIS │ II.17

4) Mempertimbangkan keterpaduan antar program pengembangan wilayah kabupaten


dan rencana induk sektor di daerah;
5) Konsisten dan berkesinambungan terhadap program yang disusun, baik dalam
jangka waktu tahunan maupun antar lima tahunan;
6) Mempertimbangkan kemampuan pembiayaan, dan kapasitas daerah serta
pertumbuhan investasi;
7) Mempertimbangkan aspirasi masyarakat; dan
8) Mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan

Indikasi program utama pembangunan wilayah kabupaten, sekurang-kurangnya


mencakup:
1) Perwujudan rencana struktur ruang wilayah kabupaten, terdiri atas:
a) sistem pusat permukiman di wilayah kabupaten;
b) sistem jaringan transportasi;
c) sistem jaringan energi di wilayah kabupaten;
d) sistem jaringan telekomunikasi di wilayah kabupaten;
e) sistem jaringan sumber daya air di wilayah kabupaten; dan
f) sistem jaringan prasarana lainnya di wilayah kabupaten.
2) Perwujudan rencana pola ruang wilayah kabupaten, mencakup:
a) kawasan lindung; dan
b) kawasan budidaya.
3) Perwujudan kawasan strategis kabupaten.

Cakupan arahan pemanfaatan ruang kabupaten di atas merupakan susunan dasar


minimum bagi indikasi program utama. Pemerintah kabupaten dapat menjabarkan
lebih rinci sesuai kebutuhan pemanfaatan ruang atau pengembangan wilayahnya.
Indikasi program utama jangka menengah 5 (lima) tahunan selama 20 (dua puluh)
tahun disusun dengan ketentuan:
1) Indikasi program utama jangka menengah 5 (lima) tahun pertama disusun dalam
bentuk tabel meliputi:
a) Program Utama Berisikan usulan program-program pengembangan wilayah
kabupaten untuk mewujudkan struktur ruang, pola ruang dan kawasan
strategis wilayah kabupaten.
b) Lokasi Tempat dimana usulan program utama akan dilaksanakan.
c) Sumber Pendanaan Dapat berasal dari APBD kabupaten, APBD provinsi,
APBN, swasta, masyarakat dan/atau sumber pendanaan lainnya.
d) Instansi Pelaksana Instansi pelaksana program utama meliputi pemerintah
(sesuai dengan kewenangan masing-masing pemerintahan), dan dapat
melibatkan pihak swasta serta masyarakat.
e) Waktu Pelaksanaan Usulan program utama direncanakan dalam kurun waktu
perencanaan 5 (lima) tahun pertama dirinci ke dalam program utama
tahunan.
NASKAH AKADEMIS │ II.18

2) Indikasi program jangka menengah 5 (lima) tahun kedua sampai dengan 5 (lima)
tahun keempat, diuraikan dalam bentuk narasi yang akan menjelaskan program-
program utama untuk perwujudan struktur ruang, pola ruang dan kawasan
strategis dalam wilayah kabupaten.
7. Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Kabupaten
Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten meliputi ketentuan umum
zonasi, penilaian pelaksanaan pemanfaatan ruang, ketentuan insentif dan disinsentif serta
arahan sanksi. Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten disusun
dengan kriteria:
a. Berdasarkan rencana struktur ruang dan rencana pola ruang;
b. Mempertimbangkan penetapan kawasan strategis kabupaten;
c. Mempertimbangkan permasalahan, tantangan dan potensi yang dimiliki wilayah
kabupaten;
d. Terukur, realistis dan dapat diterapkan;
e. Mempertimbangkan aspirasi masyarakat dalam penetapannya;
f. Melindungi kepentingan umum; dan
g. Mengacu pada peraturan perundang-undangan.

Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten memuat:


a. Ketentuan umum zonasi kabupaten
1) ketentuan umum zonasi sistem kabupaten adalah ketentuan umum yang
mengatur pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang
yang disusun untuk setiap klasifikasi peruntukan/fungsi ruang dan kawasan
sekitar jaringan prasarana sesuai dengan RTRW Kabupaten.
2) ketentuan umum zonasi kabupaten adalah penjabaran secara umum ketentuan-
ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan
pengendaliannya yang mencakup seluruh wilayah administratif;
3) ketentuan umum zonasi kabupaten berfungsi:
a) sebagai dasar pertimbangan dalam pengawasan penataan ruang;
b) menyeragamkan ketentuan umum peraturan zonasi di seluruh wilayah
kabupaten untuk peruntukan ruang yang sama;
c) sebagai landasan bagi penyusunan peraturan zonasi pada tingkatan
operasional pengendalian pemanfaatan ruang di setiap kawasan/zona
kabupaten; dan
d) sebagai dasar pemberian izin pemanfaatan ruang;
4) ketentuan umum zonasi disusun berdasarkan:
a) sistem perkotaan kabupaten dan sistem jaringan prasarana wilayah
kabupaten;
b) kawasan lindung dan kawasan budi daya wilayah kabupaten yang
ditampalkan (overlay) dengan:
(1) Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan KKOP;
(2) Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan (KP2B);
(3) kawasan rawan bencana;
NASKAH AKADEMIS │ II.19

(4) kawasan cagar budaya;


(5) kawasan resapan air;
(6) kawasan sempadan;
(7) kawasan pertahanan dan keamanan;
(8) kawasan karst;
(9) kawasan migrasi satwa;
(10) kawasan pertambangan mineral dan batubara; dan/atau
(11) ruang dalam bumi.
c) arahan umum desain kawasan perkotaan; dan
d) peraturan perundang-undangan sektor terkait lainnya.
5) ketentuan umum zonasi yang ditetapkan dalam RTRW Kabupaten berisikan:
a) kegiatan pemanfaatan ruang yang diperbolehkan, diperbolehkan dengan
syarat, dan kegiatan yang tidak diperbolehkan pada setiap kawasan
peruntukan yang mencakup ruang darat, laut, udara, dan dalam bumi;
b) intensitas pemanfaatan ruang (amplop ruang) pada setiap kawasan antara
lain meliputi koefisien dasar hijau, koefisien dasar bangunan, koefisien
lantai bangunan, garis sempadan bangunan, tata bangunan, dan kepadatan
bangunan;
c) sarana dan prasarana minimum sebagai dasar fisik lingkungan guna
mendukung pengembangan kawasan agar dapat berfungsi secara optimal.
d) ketentuan lain yang dibutuhkan misalnya, pemanfaatan ruang pada zona-
zona yang dilewati oleh sistem jaringan sarana dan prasarana wilayah
kabupaten mengikuti ketentuan perundang-undangan yang berlaku; dan
e) ketentuan khusus, yaitu ketentuan yang mengatur pemanfaatan kawasan
yang memiliki fungsi khusus dan memiliki aturan tambahan seperti adanya
kawasan yang bertampalan dengan dengan kawasan peruntukan utama,
yang disebut sebagai kawasan pertampalan/tumpang susun (overlay).
Ketentuan khusus ini dibuat sebagai ketentuan tambahan dalam rangka
pengendalian pemanfaatan ruang.
6) Ketentuan umum zonasi kabupaten digunakan sebagai dasar dalam penyusunan
peraturan zonasi RDTR kawasan perkotaan dan ketentuan umum peraturan
zonasi kawasan strategis kabupaten.
b. Penilaian pelaksanaan pemanfaatan ruang terdiri atas:
1) Penilaian Pelaksanaan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Penilaian
pelaksanaan KKPR dilaksanakan untuk memastikan:
a) Kepatuhan pelaksanaan KKPR, Periode penilaian pelaksanaan KKPR, yaitu:
(1) Selama pembangunan, dilakukan untuk memastikan kepatuhan
pelaksanaan dalam memenuhi ketentuan KKPR. Dilakukan paling
lambat 2 tahun sejak diterbitkannya KKPR. apabila ditemukan
inkonsistensi/tidak dilaksanakan, maka akan dilakukan penyesuaian.
(2) Pasca pembangunan, dilakukan untuk memastikan kepatuhan hasil
pembangunan dengan ketentuan dalam KKPR. Apabila ditemukan
inkonsistensi, dilakukan pengenaan sanksi.
NASKAH AKADEMIS │ II.20

Penilaian pelaksanaan KKPR dilakukan oleh pemerintah pusat dan dapat


didelegasikan kepada pemerintah daerah. Hasil penilaian pelaksanaan
KKPR dituangkan dalam bentuk tekstual dan spasial.
b) Pemenuhan prosedur perolehan KKPR, Pemenuhan prosedur perolehan
KKPR dilakukan untuk memastikan kepatuhan pelaku
pembangunan/pemohon terhadap tahapan dan persyaratan perolehan
KKPR, dengan ketentuan:
(1) apabila KKPR diterbitkan tidak melalui prosedur yang benar, maka
KKPR batal demi hukum.
(2) apabila KKPR tidak sesuai akibat perubahan RTR, maka KKPR
dibatalkan dan dapat dimintakan ganti kerugian yang layak sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2) Penilaian Perwujudan Rencana Tata Ruang
Penilaian perwujudan rencana struktur dan rencana pola ruang dilakukan
dengan:
a) penilaian tingkat perwujudan rencana struktur ruang Penilaian tingkat
perwujudan rencana struktur ruang dilakukan terhadap:
(1) kesesuaian program
(2) kesesuaian lokasi
(3) kesesuaian waktu pelaksanaan kegiatan pemanfaatan ruang dengan
penyandingan pelaksanaan pembangunan pusat-pusat permukiman
dan sistem jariangan prasarana terhadap rencana struktur ruang.
b) penilaian tingkat perwujudan rencana pola ruang Penilaian tingkat
perwujudan rencana pola ruang dilakukan terhadap:
(1) kesesuaian program
(2) kesesuaian lokasi
(3) kesesuaian waktu pelaksanaan kegiatan pemanfaatan ruang dengan
penyandingan pelaksanaan program pengelolaan lingkungan,
pembangunan berdasarkan perizinan berusaha, dan hak atas tanah
terhadap rencana pola ruang.
Hasil penilaian Perwujudan Rencana Tata Ruang berupa:
a) muatan terwujud
b) belum terwujud
c) pelaksanaan program pembangunan tidak sesuai.
c. Ketentuan insentif dan disinsentif
1) pemberian insentif dan disinsentif diselenggarakan untuk:
a) meningkatkan upaya pengendalian pemanfaatan ruang dalam rangka
mewujudkan tata ruang sesuai dengan rencana tata ruang;
b) memfasilitasi kegiatan pemanfaatan ruang agar sejalan dengan rencana tata
ruang; dan
c) meningkatkan kemitraan semua pemangku kepentingan dalam rangka
pemanfaatan ruang yang sejalan dengan rencana tata ruang;
NASKAH AKADEMIS │ II.21

2) insentif dan disinsentif adalah ketentuan yang diterapkan oleh pemerintah daerah
kabupaten untuk mendorong pelaksanaan pemanfaatan ruang agar sesuai dengan
rencana tata ruang dan untuk mencegah pemanfaatan ruang yang tidak sesuai
rencana tata ruang.
3) pemberian insentif dan disinsentif dilaksanakan untuk:
a) menindaklanjuti pengendalian implikasi kewilayahan pada zona kendali
dan zona yang didorong; atau
b) menindaklanjuti implikasi kebojakan atau rencana strategis nasional.
4) ketentuan insentif
a) insentif merupakan perangkat untuk memotivasi, mendorong, memberikan
daya Tarik, dan/atau memberikan percepatan terhadap kegiatan
pemanfaatan ruang yang memiliki nilai tambah pada zona yang perlu
didorong pengembangannya;
b) ketentuan insentif disusun berdasarkan:
(1) rencana struktur ruang dan rencana pola ruang wilayah kabupaten
dan kawasan strategis kabupaten;
(2) ketentuan umum zonasi kabupaten; dan
(3) peraturan perundang-undangan sektor terkait lainnya.
c) ketentuan insentif berupa:
(1) insentif fiskal berupa pemberian keringanan pajak, retribusi, dan/atau
penerimaan bukan pajak; dan/atau
(2) insentif non fiskal berupa pemberian kompensasi, subsidi, imbalan,
sewa ruang, urun saham, fasilitasi Persetujuan Kesesuaian Kegiatan
Pemanfaatan Ruang, penyediaan sarana dan prasarana, penghargaan,
dan/atau publikasi atau promosi.
d) ketentuan insentif meliputi:
(1) dari pemerintah kabupaten kepada pemerintah daerah lainnya dapat
berupa:
 pemberian kompensasi;
 pemberian penyediaan sarana dan prasarana;
 penghargaan; dan/atau
 publikasi atau promosi daerah.
(2) dari pemerintah kabupaten kepada masyarakat dapat berupa:
 pemberian keringanan pajak dan/atau retribusi;
 subsidi
 pemberian kompensasi;
 imbalan;
 sewa ruang;
 urun saham;
 fasilitasi persetujuan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang;
 penyediaan sarana dan prasarana;
 penghargaan; dan/atau
 publikasi atau promosi.
NASKAH AKADEMIS │ II.22

5) ketentuan disinsentif
a) disinsentif merupakan perangkat untuk mencegah dan/atau memberikan
Batasan terhadap kegiatan pemanfaatan ruang yang sejalan dengan RTR
dalam hal berpotensi melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan;
b) ketentuan disinsentif disusun berdasarkan:
(1) rencana struktur ruang, rencana pola ruang wilayah kabupaten dan
kawasan strategis kabupaten;
(2) ketentuan umum zonasi kabupaten; dan
(3) peraturan perundang-undangan sektor terkait lainnya.
c) ketentuan disinsentif berupa:
(1) disinsentif fiskal berupa pengenaan pajak dan/atau retribusi yang tinggi;
dan/atau
(2) disinsentif non fiskal berupa:
 kewajiban memberi kompensasi atau imbalan;
 pembatasan penyediaan sarana dan prasarana; dan/atau
 pemberian status tertentu.
 ketentuan disinsentif meliputi:
 dari pemerintah kabupaten kepada pemerintah daerah lainnya,
dapat berupa pembatasan penyediaan sarana dan prasarana.
 dari pemerintah kabupaten kepada masyarakat, dapat berupa:
 pengenaan pajak dan/atau retribusi yang tinggi;
 kewajiban memberi kompensasi atau imbalan; dan/atau
 pembatasan penyediaan sarana dan prasarana.
d. Arahan sanksi
1) arahan sanksi adalah arahan untuk memberikan sanksi bagi siapa saja yang
melakukan pelanggaran ketentuan kewajiban pemanfaatan ruang sesuai dengan
rencana tata ruang yang berlaku.
2) arahan sanksi merupakan perangkat atau upaya pengenaan sanksi administratif
yang diberikan kepada pelanggar pemanfaatan ruang;
3) arahan sanksi administratif berfungsi:
a) untuk mewujudkan tertib tata ruang dan tegaknya peraturan perundang-
undangan bidang penataan ruang; dan
b) sebagai acuan dalam pengenaan sanksi administratif terhadap:
(1) pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan RTRW Kabupaten;
(2) pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang
yang diberikan oleh pejabat yang berwenang;
(3) pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan persyaratan izin yang
diberikan oleh pejabat yang berwenang; dan/atau
(4) pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang
dinyatakan oleh peraturan perundangundangan sebagai miliki umum.
4) arahan sanksi administratif ditetapkan berdasarkan:
a) besar atau kecilnya dampak yang ditimbulkan akibat pelanggaran penataan
ruang;
NASKAH AKADEMIS │ II.23

b) nilai manfaat pemberian sanksi yang diberikan terhadap pelanggaran penataan


ruang; dan/atau
c) kerugian publik yang ditimbulkan akibat pelanggaran penataan ruang.
5) arahan sanksi administratif dapat berupa:
a) peringatan tertulis
b) penghentian sementara kegiatan
c) penghentian sementara pelayanan umum
d) penutupan lokasi
e) pencabutan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang;
f) pembatalan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang dilakukan melalui
tahapan:
g) pembongkaran bangunan
h) pemulihan fungsi ruang
i) denda administratif dapat dikenakan secara tersendiri atau bersama-sama
dengan pengenaan sanksi administratif lain.

2.1.4 Kedudukan RTRW Kabupaten

RTRW Kabupaten merupakan penjabaran dari RTRW Nasonal, RTRW Provinsi, Rencana Tata Ruang
Pulau/Kepulauan, dan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Kabupaten sesuai dengan
kewenangan Pemerintah Daerah. RTRW Kabupaten menjadi acuan bagi instansi sektoral dalam
penyelenggaraan penataan ruang. Kedudukan RDTRK dan RTR KSK dalam sistem penataan ruang
dan sistem perencanaan pembangunan nasional dapat dilihat pada gambar berikut ini.
RE NCANA RE NCANA UMUM RE NCANA RINCI
P E MBANGUNAN TATA RUANG TATA RUANG

RTR
Pulau/Kepulauan
RPJP Nasional RTRW Nasional
RTR KS. Nasional

RPJM Nasional

RPJP Provinsi RTRW Provinsi RTR KS. Provinsi

RPJM Provinsi

RPJP RDTR Kabupaten


RTRW
Kabupaten/Kota Kabupaten
RTR KS. Kabupaten

RPJM RDTR Kota


RTRW
Kabupaten/Kota Kota RTR KS. Kota

Gambar 2.1
Kedudukan RTRW Kabupaten dalam Matra Perencanaan di Indonesia
NASKAH AKADEMIS │ II.24

2.1.5 Peninjauan Kembali RTRW

Merujuk pada Pasal 1 ayat 12 Peraturan Mentri Agraria dan Tata Ruang No 11 Tahun 2021 Tentang
Tata Cara Penyusunan, Peninjauan Kembali, Revisi, dan Penerbitan Persetujuan Substansi Rencana
tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten, Kota, dan Rencana Detail Tata Ruang menjelaskan
Peninjauan kembali adalah upaya untuk melihat kesesuaian antara Rencana Tata Ruang (RTR) dan
kebutuhan pembangunan yang memperhatikan perkembangan lingkungan strategis dan dinamika
pembangunan, serta pelaksanaan pemanfaatan ruang.

Peninjauan Kembali RTR dilakukan 1 (satu) kali dalam setiap periode 5 (lima) tahunan dan
dilakukan pada tahun kelima sejak RTR diundangkan.
Peninjauan Kembali RTR dapat dilakukan berdasarkan rekomendasi dari menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang koordinasi perekonomian, dalam hal terjadi
ketidaksesuaian antara:
a. RTR dengan Kawasan Hutan; dan/atau
b. RTRW provinsi dengan RTRW kabupaten/kota.

Dalam hal terjadi perubahan lingkungan strategis, Peninjauan Kembali RTR dapat dilakukan lebih
dari 1 (satu) kali dalam setiap periode 5 (lima) tahunan. Adapun Perubahan lingkungan strategis
yang dimaksud berupa:
a. bencana alam skala besar yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan;
b. perubahan batas teritorial negara yang ditetapkan dengan Undang-Undang;
c. perubahan Batas Daerah yang ditetapkan dengan Undang-Undang; atau
d. perubahan kebijakan nasional yang bersifat strategis

Pada Pasal 34 ayat 5 Peraturan Mentri Agraria dan Tata Ruang No 11 Tahun 2021 Tentang Tata
Cara Penyusunan, Peninjauan Kembali, Revisi, dan Penerbitan Persetujuan Substansi Rencana tata
Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten, Kota, dan Rencana Detail Tata Ruang menerangkan bahwa
Rencana Tata Ruang (RTR) dapat ditinjau kembali yang dapat menghasilkan rekomendasi dari
Menteri berupa :
a. RTRW provinsi, kabupaten, dan kota, atau RDTR kabupaten/kota yang ada tetap berlaku
sesuai dengan masa berlakunya; atau
b. RTRW provinsi, kabupaten, dan kota, atau RDTR kabupaten/kota yang ada perlu direvisi.
Revisi RTR dilaksanakan menggunakan prosedur penyusunan dan penetapan RTR dan
ditindaklanjuti melalui pencabutan peraturan daerah tentang RTRW provinsi, kabupaten, dan
kota atau peraturan kepala daerah kabupaten/kota tentang RDTR.

Evaluasi dalam pelaksanaan peninjauan kembali dilakukan setelah tahap pengkajian, yang
bertujuan untuk mengukur atau menilai aspek-aspek dalam dokumen RTRW Kabupaten, meliputi:
1. Kualitas RTRW
a. Kelengkapan dan Kedalaman Muatan RTRW
NASKAH AKADEMIS │ II.25

Kelengkapan dan kedalaman muatan RTRW dievaluasi berdasarkan pengaturan


muatan/materi yang telah ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
b. Kualitas dan Relevansi Data
Kualitas data yang digunakan dalam penyusunan RTRW harus memenuhi ketentuan
minimal sebagaimana yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
2. Kesesuaian RTRW dengan Peraturan Perundang-Undangan
Kesesuaian dengan peraturan perundang-undangan dievaluasi dengan cara melihat
kesesuaian materi muatan RTRW dengan berbagai peraturan perundang-undangan yang
terkait bidang penataan ruang dan berlaku terhadap pelaksanaan RTRW. Peraturan
perundang-undangan tersebut meliputi Undang-Undang, Peraturan Daerah, Peraturan
Pemerintah, Peraturan Presiden, dan peraturan turunannya yang diamanatkan oleh
peraturan perundang-undangan dimaksud.
3. Pelaksanaan Pemanfaatan Ruang
a. Jenis dan Besaran Pelaksanaan Pemanfaatan Ruang
Jenis kesesuaian pemanfaatan ruang dievaluasi dengan tujuan untuk melihat apakah
program yang sudah dilakukan sudah sesuai atau tidak sesuai dengan RTRW.
b. Dampak Ketidaksesuaian Pemanfaatan Ruang
Dampak ketidaksesuaian pemanfaatan ruang adalah efek/akibat/ pengaruh yang
disebabkan oleh terjadinya ketidaksesuain pelaksanaan pemanfaatan ruang yang
meliputi dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan yang diklasifikasikan ke dalam
besaran dampaknya, yaitu:
 Berskala lingkungan (desa/kelurahan sampai kecamatan);
 Berskala kota/kabupaten;
 Berskala regional yaitu provinsi atau lintas kabupaten;
 Berskala nasional.
4. Perumusan Rekomendasi
Perumusan rekomendasi tindak lanjut merupakan hasil akhir dari kegiatan peninjauan
Kembali rencana tata ruang yang dimulai dari tahap pengkajian, kemudian tahap evaluasi
yang terdiri dari aspek kualitas RTRW, kesesuaian dengan peraturan perundang-undangan
dan pelaksanaan pemanfaatan ruang sampai tahap penilaian dengan menilai kriteria pada
ketiga aspek. Untuk menentukan nilai akhir maka dibuat dalam dua belas tipologi penilaian,
yang mana dari tipologi tersebut menentukan hasil dari PK RTRW. Untuk lebih jelasnya pada
Tabel 2.1

Tabel 2.1
Tipologi Penilaian Peninjauan Kembali RTRW

Kesesuian dengan Kesesuaian Pelaksanaan


No. Kualitas Keterangan
Peraturan Per-UU-an Pemanfaatan Ruang

1. Baik Sesuai Rendah REVISI


2. Baik Sesuai Tinggi TIDAK REVISI
3. Baik Tidak Sesuai Rendah REVISI
4. Baik Tidak Sesuai Tinggi REVISI
5. Kurang Baik Sesuai Rendah REVISI
NASKAH AKADEMIS │ II.26

Kesesuian dengan Kesesuaian Pelaksanaan


No. Kualitas Keterangan
Peraturan Per-UU-an Pemanfaatan Ruang

6. Kurang Baik Sesuai Tinggi TIDAK REVISI


7. Kurang Baik Tidak Sesuai Rendah REVISI
8. Kurang Baik Tidak Sesuai Tinggi REVISI
9. Buruk Sesuai Rendah REVISI
10. Buruk Sesuai Tinggi REVISI
11. Buruk Tidak Sesuai Rendah REVISI
12. Buruk Tidak Sesuai Tinggi REVISI
Sumber: Peraturan Menteri ATR / Kepala BPN No. 6 Tahun 2017 tentang Tata Cara Peninjauan Kembali Rencana
Tata Ruang Wilayah

2.2 KAJIAN TERHADAP ASAS/PRINSIP TERKAIT

Pembentukan peraturan daerah yang baik selain berpedoman pada asas-asas pembentukan
peraturan perundang-undangan yang baik (beginselen van behoorlijke wetgeving), juga perlu
dilandasi oleh asas-asas hukum umum (algemene rechtsbeginselen), yang didalamnya terdiri dari
asas Negara berdasarkan atas hukum (rechtstaat), pemerintahan berdasarkan sistem konstitusi,
dan Negara berdasarkan kedaulatan rakyat.

Asas atau prinsip dalam pembentukan Peraturan Daerah Kabupaten Bima tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Bima Tahun 2020 - 2040 didasarkan pada 9 (sembilan) asas, yaitu:
1. asas keterpaduan, yaitu mengintegrasikan berbagai kepentingan yang bersifat lintas
sektor, lintas wilayah, dan lintas pemangku kepentingan. Pemangku kepentingan, antara
lain, adalah Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat;
2. asas keserasian, keselarasan, dan keseimbangan, yaitu mewujudkan keserasian antara
struktur ruang dan pola ruang, keselarasan antara kehidupan manusia dengan
lingkungannya, keseimbangan pertumbuhan dan perkembangan antardaerah serta antara
kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan;
3. asas keberlanjutan, yaitu menjamin kelestarian dan kelangsungan daya dukung dan daya
tampung lingkungan dengan memperhatikan kepentingan generasi mendatang;
4. asas keberdayagunaan dan keberhasilgunaan, yaitu mengoptimalkan manfaat ruang dan
sumber daya yang terkandung di dalamnya serta menjamin terwujudnya tata ruang yang
berkualitas;
5. asas keterbukaan, yaitu memberikan akses yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk
mendapatkan informasi yang berkaitan dengan penataan ruang;
6. asas kebersamaan dan kemitraan, yaitu melibatkan seluruh pemangku kepentingan;
7. asas perlindungan kepentingan umum, yaitu mengutakan kepentingan masyarakat
8. asas kepastian hukum dan keadilan, yaitu berlandaskan hukum/ketentuan peraturan
perundang-undangan dan bahwa penataan ruang dilaksanakan dengan mempertimbangkan
rasa keadilan masyarakat serta melindungi hak dankewajiban semua pihak secara adil
dengan jaminan kepastian hukum.
NASKAH AKADEMIS │ II.27

9. asas akuntabilitas, yaitu penyelenggaraan penataan ruang dapat dipertanggungjawabkan,


baik prosesnya, pembiayaannya, maupun hasilnya.

Selain asas-asas sebagaimana tersebut di atas, pembentukan Rancangan Peraturan Daerah


Kabupaten Bima tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bima Tahun 2020 – 2040 juga
telah memenuhi persyaratan asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik,
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, yang meliputi:
7) asas kejelasan tujuan;
8) asas kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat;
9) asas kesesuaian antara jenis, hierarki dan materi muatan;
10) asas dapat dilaksanakan;
11) asas kedayagunaan dan kehasilgunaan;
12) asas kejelasan rumusan; dan
13) asas keterbukaan.

Pembentukan Peraturan Daerah Kabupaten Bima tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Bima Tahun 2020 - 2040 dilakukan dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 23 ayat (7)
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, yang menyebutkan bahwa
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bima ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten
Bima.

2.3 KAJIAN TERHADAP PRAKTEK PENYELENGGARAAN

Dalam 5 (lima) tahun pertama pelaksanaan RTRW Kabupaten Bima Tahun 2011-2031, telah terjadi
dinamika pembangunan yang patut diperhatikan, meskipun baru dalam tataran kebijakan dan
belum diimplementasikan. Dalam kurun waktu tahun 2012 hingga tahun 2020 telah banyak arahan
kebijakan dan rencana pembangunan wilayah di Kabupaten Bima, baik yang memiliki skala
nasional, skala provinsi maupun skala kabupaten. Indikasi dampaknya baik dari segi lingkungan,
sosial dan ekonomi juga akan muncul. Jika diperhatikan, yang paling banyak berpengaruh terhadap
pembangunan di Kabupaten Bima adalah kebijakan dan rencana skala nasional. Sangat sedikit
kebijakan internal Kabupaten yang mengakibatkan perubahan sangat signifikan di lapangan. Pada
Tabel 2.2 berikut ini dapat dilihat isu-isu pengembangan wilayah di Kabupaten Bima beserta
indikasi dampak yang diperkirakan akan terjadi.

2.3.1 Realisasi Pelaksanaan Program Perwujudan RTRW Kabupaten

Indikasi program-program pembangunan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Bima dijabarkan secara sektoral di berbagai kawasan atau wilayah pengembangan. Jangka waktu
perencanaan program adalah 20 (dua puluh) tahun terhitung dari tahun 2020 sampai dengan
tahun 2040, yang dijabarkan dalam 4 (empat) kali program. Program-program ini selanjutnya
NASKAH AKADEMIS │ II.28

menjadi panduan bagi penyusunan program dan kegiatan pembangunan, terutama yang berskala
besar.

Program perwujudan RTRW Kabupaten Bima yang tertuang di dalam matriks Indikasi Program
Perwujudan RTRW Kabupaten Bima tahun 2011-2031 terdiri dari 159 program. Dalam
pelaksanaannya, program-program tersebut terdiri dari 4 (empat) kondisi, yaitu:
1. Sudah terealisasi dan sesuai dengan indikasi program yang disusun;
2. Sudah terealisasi, namun tidak sesuai dengan indikasi program yang disusun;
3. Belum terealisasi (masih dalam kurun waktu perencanaan, tetapi belum dilaksanakan);
4. Tidak terealisasi (tidak dilaksanakan pada kurun waktu yang disusun).
NASKAH AKADEMIS │ II.29

Tabel 2.2
Isu-Isu Strategis Pengembangan Wilayah
yang Mempengaruhi Dinamika Pembangunan di Kabupaten Bima

Isu Strategis Pengembangan Kondisi Saat Indikasi Dampak Perubahan


No Keterangan
Wilayah Kabupaten Bima Penyusunan RTRWK Terhadap RTRW
Pengembangan Kawasan Bima Diakomodir di dalam RTRWK sebagai Adanya pengembangan jaringan Kawasan ekonomi nasional, sebelumnya
(Kawasan Strategis Nasional KSN KAPET Bima, namun di daerah prasarana pendukung kawasan dan bernama Kawasan Pengembangan
1.
Bidang Ekonomi) – Kabupaten realisasi pengembangannya belum daerah penyangganya, serta munculnya Ekonomi Terpadu (KAPET) Bima
Bima dan Kota Bima signifikan dan belum terlihat. industrialisasi di sektor agraris
Belum diakomodir di dalam RTRWK.
 Adanya penambahan prasarana
Pada lokasi merupakan area yang
pendukung operasionalisasi
akan dikembangkan pembangkit
Pengembangan infrastruktur ketenagalistrikan, yaitu terminal
listrik. Kegiatan yang berjalan yaitu Proyek strategis nasional bidang
ketenagalistrikan, yaitu: khusus sehingga memungkinkan
2. berupa kegiatan eksplorasi. infrastruktur ketenagalistrikan 35.000
 PLTPB di Kecamatan Parado adanya perubahan pola ruang.
Penyediaan pembangkit baru di MW menuju kedaulatan energi
 Perubahan lingkungan fisik,
Kabupaten Bima untuk mengatasi
sehingga diperlukan arahan
kurangnya pasokan listrik terutama
peraturan zonasi.
pada daerah-daerah terpencil.
Dalam proses pengerjaan baik Tidak terlalu memiliki dampak
Pengembangan Bandar Udara penambahan runway bandara perubahan dalam RTRWK, karena
3.
Sultan Muhammad Salahuddin maupun pengembangan bangunan secara fungsi, klasifikasi dan luasan
penunjang bandara. kawasan masih sama.
Pemasangan Kabel Fiber Optik Dalam proses pengerjaan dan belum Adanya perubahan jaringan prasarana
4.
sepanjang jalan Nasional diakomodir dalam RTRWK telekomunikasi
 Pembangunan sudah selesai
dilakukan pada tahun 2020
Adanya penambahan prasarana IPTD di
5. Pembangunan IPLT Waduwane  Sementara dalam proses
dalam RTRWK
pembentukan lembaga pengelola
 Belum diakomodir dalam RTRWK
Pembangunan DAM/Embung  Menjadi sumber baku yang potensial
Nasional.  Irigasi pertanian
6. Belum diakomodir dalam RTRWK
Pembangunan DAM Sori Na’e –  Pengendali banjir
Ntori Wawo
 Menjadi sumber baku yang potensial
Pembangunan DAM Sori Mango –
Belum diakomodir dalam RTRWK  Irigasi pertanian
Kambilo Wawo
 Pengendali banjir
Disampaikan dalam desk Rapat
Koordinasi regional Kementerian
Pembangunan Embung Labangke
Belum diakomodir dalam RTRWK  Berubah di rencana struktur ruang Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat
di Madapangga
Tahun 2020 Wilayah Maluku-Papua-Nusa
Tenggara.
NASKAH AKADEMIS │ II.30

Disampaikan dalam desk Rapat


Pembangunan Embung Koordinasi regional Kementerian
Nangamiro dan Sistem Jaringan Belum diakomodir dalam RTRWK  Berubah di rencana struktur ruang Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat
Transmisi Air Baku di Wera Tahun 2020 Wilayah Maluku-Papua-Nusa
Tenggara.
Disampaikan dalam desk Rapat
Koordinasi regional Kementerian
Pembangunan Embung
Belum diakomodir dalam RTRWK  Berubah di rencana struktur ruang Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat
Waduruka di Langgudu
Tahun 2020 Wilayah Maluku-Papua-Nusa
Tenggara.

7. Pengembangan Jaringan Jalan Jalan eksisting, namun status jalan Perubahan fungsi jalan yang Perubahan Permen PU No. 248/ 2015 dan
Nasional dan Provinsi, meliputi: masih menggunakan ketentuan yang mempengaruhi status kewenangan SK. Gubernur NTB No. 620-351 Tahun
 Peningkatan status jalan; lama. Perubahan status dari jalan pengelolaan jalan. Termasuk juga 2016, diantaranya:
kabupaten menjadi jalan provinsi perubahan dimensi jalan.  Labuan Kenanga-Kawinda Toi-Pionk-
dan/atau jalan provinsi menjadi jalan Sp. Kore-Kilo-Kiwu-Sampungu-Sila
nasional, sehingga harus dicantumkan  Bima-Tawali-Sape
di dalam RTRWK

Pengembangan Jalan Nasional Sudah dalam proses pengembangan Perubahan dimensi jalan akan
Disampaikan dalam desk Rapat Koordinasi
(Pengembangan/pelebaran dua jalan dua jalur mulai dari Jl. batas kota mempengaruhi fungsi pemanfaatan
regional Kementerian Pekerjaan Umum
Jalur jalan Lintas Sumbawa) sampai sebelum Bandar udara sultan ruang sekitar jalan.
Dan Perumahan Rakyat Tahun 2020
salahudin, dan akan dilanjutkan
Wilayah Maluku-Papua-Nusa Tenggara.
sampai ke Talabiu.
Pembangunan ruas jalan baru Belum diakomodir di dalam RTRWK  Meningkatkan konektivitas dan
(Jalan dan Jembatan Lewamori) aksesibilitas antar kota dan pusat-
Disampaikan dalam desk Rapat Koordinasi
pusat kegiatan lainnya di dalam
regional Kementerian Pekerjaan Umum
dan diluar Kabupaten Bima.
Dan Perumahan Rakyat Tahun 2020
 Ada kecenderungan perubahan
Wilayah Maluku-Papua-Nusa Tenggara.
lahan di sekitar jaringan jalan yang
dibangun
 Adanya program/kegiatan
Belum teridentifikasi dalam RTRWK.
9. Penanganan Blank Spot Area pendukung peningkatan sistem
blank spot masih ada.
jaringan telekomunikasi
 Pemerataan infrastruktur, Kawasan Tambora adalah Kawasan
Pengembangan Geopark sementara konsep geopark Tambora pemberdayaan masyarakat dan Strategis Provinsi. merupakan salah satu
11.
Tambora / KSPN Tambora baru mulai dirintis/diinisiasi. potensi lokal untuk pengembangan kawasan lindung nasional serta menjadi
kawasan. Kawasan Strategis Pariwisata Nasional.
Penetapan KP2B dalam bentuk areal  Pemutakhiran data, kajian dan
pertanian tanaman pangan dan koordinasi dengan kabupaten/kota
Penetapan Kawasan Pertanian
12. hortikultura belum ditetapkan di terkait lokasi-lokasi yang ditetapkan
Berkelanjutan (KP2B)
dalam RTRWP. KP2B di Provinsi NTB sebagai KP2B.
secara khusus ditetapkan di dalam  Penerbitan insentif dan disinsentif
NASKAH AKADEMIS │ II.31

Perda 1 Tahun 2013 tentang serta pengenaan sanksi dalam hal


Penetapan LP2B di Provinsi NTB. perlindungan KP2B
Tetapi, penetapan tersebut perlu
dilakukan secara terperinci
berdasarkan usulan dari kabupaten/
kota
 Perubahan pola penanganan dan
Belum terlalu mendapat perhatian
kesiapsiagaan bencana.
oleh Pemerintah Daerah, hanya
 Perencanaan struktur dan pola
13. Terjadinya bencana alam menetapkan lokasi tanpa melakukan Banjir bandang di Kabupaten/Kota Bima,
ruang ditujukan untuk
upaya pencegahan, mitigasi dan
mengantisipasi perubahan iklim
adaptasi bencana.
(bencana) dan mitigasinya
Penetapan Kecamatan Sape,
Disampaikan dalam desk Rapat Koordinasi
Lambu dsk sebagai penyangga
 penambahan kawasan strategis regional Kementerian Pekerjaan Umum
14 Badan Otorita Pariwisata Belum diakomodir dalam RTRWK
Kabupaten Dan Perumahan Rakyat Tahun 2020
Labuhan Bajo – Flores (KSPN
Wilayah Maluku-Papua-Nusa Tenggara.
Komodo)
Normalisasi Alur dan Disampaikan dalam desk Rapat Koordinasi
 Berubahnya kondisi fisik sungai
Pembangunan Tanggul banjir: regional Kementerian Pekerjaan Umum
15 yang menyebabkan berubah
 Sungai Palibelo Dan Perumahan Rakyat Tahun 2020
pemanfaatan ruang sekitar sungai
 Sungai Dodu - Wawo Wilayah Maluku-Papua-Nusa Tenggara.
Sumber: Hasil Pengkajian RTRW Kabupaten Bima Tahun 2011-2031 oleh Tim Peninjauan Kembali RTRW Kabupaten Bima
NASKAH AKADEMIS │ II.32

Tabel 2.3
Matriks Realisasi Program Lima Tahunan RTRW Kabupaten Bima Tahun 2011 – 2031

Usulan Program Utama Lokasi Realisasi Program Sudah Belum

No Perwujudan Struktur Ruang Kabupaten Bima

A Pengembangan Pusat Kegiatan Wilayah promosi (PKWp)

A1 PKWp Wilayah Woha

Belum bisa krn tipe B jd


1 Pembangunan terminal bis Tipe B Pandai 0
kewenangan propinsi

2 Pembangunan RSUD Sondosia Sudah dilaksanakan 1

3 Pembangunan Gedung Perguruan Tinggi (PT) Sondosia Sudah dilaksanakan 1

4 Pembangunan terminal bis Tipe C Tente Sudah dilaksanakan 1

5 Pengembangan pasar induk regional Pandai belum dilaksanakan 0

Perbankan internasional dan nasional swasta


6 Godo 0
maupun pemerintah

7 Pengembangan kawasan pariwisata Minapolitan Penapali Belum dilakukan 0

8 Pengembangan sistem mitigasi bencana banjir Sungai Sori Parado 0

Pengembangan sumber daya air (air minum dan


9 Sistem Woha 0
limbah cair)

10 Industri pengolahan sampah Woha Sudah dilakukan 1

Pengembangan pertumbuhan baru (Ibu kota


11 Godo Sedang dilakukan 1
Kabupaten)

12 Pengembangan fasilitas peribadatan skala regional Godo Sudah dilakukan 1

13 Pembangunan paruga na'e Talabiu Sudah dilakukan 1

B Pengembangan Pusat Kegiatan Lokal (PKL)


NASKAH AKADEMIS │ II.33

Usulan Program Utama Lokasi Realisasi Program Sudah Belum

No Perwujudan Struktur Ruang Kabupaten Bima

B1 PKL Sape

Tidak ada kewanangan


1 Peningkatan kapasitas pelabuhan penyeberangan Bugis 1
pemerintah daerah

Tidak ada kewanangan


2 Peningkatan kapasitas pelabuhan perikanan Sape Bugis 1
pemerintah daerah

3 Pembangunan terminal bis Tipe C Jia Sudah dilkakukan (rehab) 1

4 Pengembangan pasar induk regional Naru Belum dilakukan 0

5 Perbankan nasional swasta maupun pemerintah Naru Sudah Dilakukan 1

6 Pengembangan Puskesmas Plus Bugis Sudah dilakukan 1

7 Pengembangan kawasan pariwisata Gili Banta, Papa 0

8 Pengembangan sistem mitigasi bencana alam Sistem Sape 0

Pengembangan sumber daya energi listrik tenaga


9 Sistem Sape Sudah dilakukan (bajopulo) 1
terbarukan

Pengembangan sumber daya air (air minum dan


10 Sumi 0
limbah cair)

11 Industri pengolahan sampah Poja 0

12 Pengembangan pertumbuhan baru Baku Lambu 0

13 Pengembangan Budidaya Pesisir Sape 0

14 Pengembangan fasilitas peribadatan skala regional Naru Barat 1

B2 Pengembangan PKLp Bolo

Peningkatan kualitas pelayanan fungsi terminal Sudah dilakukan tipe C


1 Bolo 0
tipe B /(rehab)

2 Peningkatan kualitas pasar regional kabupaten Bolo belum lakukan!!!!! 0


NASKAH AKADEMIS │ II.34

Usulan Program Utama Lokasi Realisasi Program Sudah Belum

No Perwujudan Struktur Ruang Kabupaten Bima

3 Pengembangan perbankan Bolo Sudah Dilakukan 1

Untuk fisik sudah dilakukan


4 Pengembangan RSU Tipe C Bolo (peningkatan manajemennya 1
yang belum dilakukan)

5 Pengembangan Pendidikan Menengah/setara Bolo Sudah Dilakukan 0

Pembangunan sistem bencana alam terutama


6 Bolo 0
gempa, banjir & tsunami

7 Industri Pengolahan Sampah Bolo 0

8 Pengembangan fasilitas peribadatan skala regional Bolo Sudah Dilakukan 0

9 Pengembangan fasilitas rekreasi & Olah Raga Bolo Sudah Dilakukan 1

B3 Pengembangan PKL Wera

Peningkatan kualitas pelayanan fungsi terminal


1 Wera Sudah dilakukan (rehab) 1
tipe C

Sudah dilaksanakan (rehab


2 Peningkatan kuaitas pasar regional kabupaten Wera 1
pun dilakukan)

3 Pengembangan perbankan Wera 0

4 Pengembangan Puskesmas Rawat Inap Wera Sudah dilakukan 1

5 Pengembangan pendidikan Menengah/setara Wera Sudah dilakukan 1

6 Pengembangan fasilitas peribadatan skala regional Wera Sudah dilakukan 1

Pembangunan sistem mitigasi bencana alam


7 Wera 0
terutama gempa dan tsunami

8 Industri pengolahan sampah Wera 0

B4 Pengembangan PKLp Sanggar


NASKAH AKADEMIS │ II.35

Usulan Program Utama Lokasi Realisasi Program Sudah Belum

No Perwujudan Struktur Ruang Kabupaten Bima

Pembangunan sarana perekonomian dan


1 Sanggar sudah dilakukan 1
pengembangan kawasan perdagangan

2 Pengembangan perbankan Sanggar sudah dilakukan 1

3 Pengembangan Puskesmas Rawat Inap Sanggar Belum dilakukan 0

4 Pengembangan pendidikan menengah/setara Sanggar sudah dilakukan 1

5 Peningkatan kualitas pasar regional kabupaten Sanggar Belum dilaksanakan 0

6 Industri Pengolahan Sampah Sanggar 0

7 Pengembangan perbankan Sanggar sudah dilakukan 1

8 Penataan dan pembangunan kawasan perdagangan Sanggar Belum dilakukan 1

9 Pembangunan pelabuhan pendaratan ikan Sanggar Sudah dilkakukan 2014 1

10 Pembangunan sistem mitigasi bencana (Tsunami) Sanggar 0

Pengemb kawasan terpadu pelabuhan, pergud,


11 Sanggar Belum dilakukan 0
industri dan perdag bahan pokok

C Pengembangan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)

C1 Pengembangan PPK Monta

Peningkatan kualitas pelayanan fungsi terminal


1 Monta Tidak ada terminal 0
tipe C

2 Pengembangan pasar desa Monta Belum dilaksanakan 0

4 Pengembangan Pustu Monta Sudah dilaksanakan 1

5 Pengembangan pendidikan Monta 0

C2 Pengembangan PPK Langgudu

Peningkatan kualitas pelayanan fungsi terminal


1 Langgudu Sudah dilakukan 2014 1
tipe C
NASKAH AKADEMIS │ II.36

Usulan Program Utama Lokasi Realisasi Program Sudah Belum

No Perwujudan Struktur Ruang Kabupaten Bima

Peningkatan kualitas pelayanan fungsi Pelabuhan Sudah dilakukan 2016


2 Langgudu 1
Rompo pembuatan portal

3 Pengembangan pasar desa Langgudu Sudah dilaksanakan 1

4 Pengembangan Pustu Langgudu Sudah dilaksanakan 1

5 Pengembangan pendidikan Langgudu Sudah dilaksanakan 1

C3 Pengembangan PPK Belo

Peningkatan kualitas pelayanan fungsi terminal


1 Belo Tidak ada terminalnya 0
tipe C

2 Pengembangan pasar desa Belo Tidak ada pasar 0

4 Pengembangan Pustu Belo Tidak dilaksanakan 0

5 Pengembangan pendidikan Belo suadah dilakaukan 1

C4 Pengembangan PPK Soromandi

Peningkatan kualitas pelayanan fungsi terminal


1 Soromandi Tidak ada terminalnya 0
tipe C

2 Pengembangan pasar desa Soromandi Sudah dilaksanakan 1

3 Pengembangan Pustu Soromandi Sudah dilakukan 1

4 Pengembangan pendidikan Soromandi Sudah dilakukan 1

Pola Ruang

A Perwujudan Kawasan Lindung di Kabupaten Bima

A1 Perlindungan dan Rehabilitasi Kawasan Lindung

1 Kawasan Hutan Lindung Kabupaten Bima Sudah dilakukan 1

Kawasan Gunung
2 Kawasan Resapan Air Sudah dilakukan 1
Tambora
NASKAH AKADEMIS │ II.37

Usulan Program Utama Lokasi Realisasi Program Sudah Belum

No Perwujudan Struktur Ruang Kabupaten Bima

A2 Perlindungan dan Rehabilitasi Kawasan Perlindungan Setempat

1 Kawasan Sempadan Sungai Kabupaten Bima Sudah dilaksanakan 1

2 Kawasan Sempadan Pantai Kabupaten Bima Sudah dilakukan 1

3 Sempadan jalan Kabupaten Bima Sudah dilaksanakan 1

4 Kawasan sekitar danau atau waduk Kabupaten Bima Sudah diparado 1

5 Kawasan di Sekitar mata air Kabupaten Bima Sudah dilakukan 1

6 Ruang Terbuka Hijau Kabupaten Bima Sudah dilaksanakan 1

A3 Pemantapan dan Perlindungan Kawasan Konservasi

Sudah dilaksanakan
1 Cagar Alam Toffo Kota Donggomasa Lambu (DILAKSANAKAN Oleh KPHP 1
Mariadonggomassa)
Sudah dilaksanakan
2 Cagar Alam Tambora Tambora, Sanggar (dilaksanakan oleh Balai 1
Taman Nasional G.Tambora)
3 Cagar Alam Pulau Sangiang Pulau Sangiang Telah dikelola oleh BKSDA 0
4 Hutan Mangrove (bakau) Wilayah pesisir Sudah dilakukan 1
5 Tanjung Mas dan Karampi Monta, Langgudu Sudah dilakukan (Karampi) 1
Sudah dilaksanakan
6 Suaka Margasatwa Tambora Utara Tambora (dilaksanakan oleh Balai 1
Taman Nasional G.Tambora)
Asset Daerah Sudah
diserahkan di BKSDA Wilayah
7 Taman Wisata Alam Toffo Rompo Madapangga, 0
Bima (untuk
TW.Madapangga)
Sudah dilaksanakan
8 Taman Buru Tambora Selatan Tambora (dilaksanakan oleh Balai 1
Taman Nasional G.Tambora)
9 Cagar Budaya Tersebar Belum dilakukan 0
A4 Pengelolaan Kawasan Rawan Bencana
NASKAH AKADEMIS │ II.38

Usulan Program Utama Lokasi Realisasi Program Sudah Belum

No Perwujudan Struktur Ruang Kabupaten Bima

1 Kawasan Rawan Tanah Longsor Tambora & Lambitu 0


2 Kawasan Rawan Gunung Berapi Tambora & Wera 0
Wilayah Kabupaten
3 Kawasan Rawan Banjir 0
Bima
Wilayah Kabupaten
4 Kawasan Rawan Tsunami 0
Bima
Wilayah Kabupaten
5 Kawasan Rawan Angin Topan 0
Bima
Wilayah Kabupaten
6 Kawasan Rawan Gelombang Pasang 0
Bima
Wilayah Kabupaten
7 Kawasan Rawan Kekeringan 0
Bima
Wilayah Kabupaten
8 Kawasan Rawan Gempa Bumi 0
Bima
Wilayah Kabupaten
9 Kawasan Rawan Abrasi pantai 0
Bima
B Perwujudan Pengembangan Kawasan Budidaya
B1 Rehabilitas dan Pengembangan Kawasan Hutan Produksi
1 Rehabilitasi Kawasan hutan produksi Lihat Peta Pola Ruang Sudah dilakukan 1
Pengembangan Pengelolaan Hutan Produksi secara
2 Kabupaten Bima Sudah dilakukan 1
berkelanjutan (Manajemen Restorasi)
Pengamanan hutan dan pengendalian kebakaran
3 Kabupaten Bima Sudah dilakukan 1
hutan
Revitalisasi pemanfaatan hutan dan industry
4 Kabupaten Bima Sudah dilakukan 1
kehutanan
5 Pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan hutan Kabupaten Bima Sudah dilakukan 1
Mitigasi dan adaptasi perubahan iklim sector
6 Kabupaten Bima Belum dilakukan
kehutanan
7 Penguatan kelembagaan kehutanan Kabupaten Bima Sudah dilakukan 1
8 Pemantapan kawasan hutan Kabupaten Bima Sudah dilakukan 1
B2 Pengembangan dan Pengendalian Kawasan Pertanian
1 Pengendalian Kawasan pertanian lahan basah Kabupaten Bima 0
2 Pengembangan Kawasan untuk Pertanian lahan Kabupaten Bima 0
NASKAH AKADEMIS │ II.39

Usulan Program Utama Lokasi Realisasi Program Sudah Belum

No Perwujudan Struktur Ruang Kabupaten Bima

kering
B3 Rehabilitas dan Pengembangan Kawasan Perkebunan
1 Rehabilitasi Kawasan Perkebunan Kabupaten Bima 0
2 Pengembangan Kawasan Perkebunan Kabupaten Bima 0
B4 Rehabilitas dan Pengembangan Kawasan Peternakan
1 Rehabilitasi Kawasan peternakan Kabupaten Bima Belum dilakukan 0
2 Pengembangan Kawasan peternakan Kabupaten Bima Sudah tahun 2016-2016 1
B5 Rehabilitas dan Pengembangan Kawasan Budidaya perikanan
1 Rehabilitasi Kawasan budidaya perikanan Kabupaten Bima Belum dilakukan 0
2 Pengembangan Kawasan budidaya perikanan Kabupaten Bima Belum dilakukan 0
B6 Rehabilitas dan Pengembangan Kawasan Perikanan, Kelautan, dan Pulau-Pulau Kecil
Rehabilitasi Kawasan Perikanan, Kelautan, dan
1 Lihat Peta Pola Ruang 0
Pulau-Pulau Kecil
2 Pengembangan Kawasan Perikanan Lihat Peta Pola Ruang 0
3 Pengembangan Kawasan Kelautan Lihat Peta Pola Ruang 0
4 Pengembangan Kawasan Pulau-Pulau Kecil Lihat Peta Pola Ruang 0
B7 Rehabilitas dan Pengembangan Kawasan perdagangan dan jasa
Sape, Bolo, Woha,
1 Pengembangan kawasan perdagangan Wera, Langgudu, 0
Sanggar
Sape, Bolo, Woha,
2 Pengembangan infrastruktur pendukung Wera, Langgudu, 0
Sanggar
B8 Rehabilitas dan Pengembangan Kawasan Pusat Pemerintahan
1 Pembebasan lahan Woha Sudah dilaksanakan 1 0
2 Penyediaan fasilitas pemerintahan dan Penunjang Woha Sudah dilaksanakan 1 0
B9 Rehabilitas dan Konservasi Kawasan Pertambangan
1 Rehabilitasi Kawasan Pertambangan Kabupaten Bima 0
2 Konservasi lahan pasca tambang Kabupaten Bima 0
NASKAH AKADEMIS │ II.40

Usulan Program Utama Lokasi Realisasi Program Sudah Belum

No Perwujudan Struktur Ruang Kabupaten Bima

B10 Rehabilitas dan Pengembangan Kawasan Industri


1 Pengembangan Kawasan Industri Sape, Lambu 0
2 Penyediaan sarana dan prasarana pendukung Sape, Lambu 0
B11 Rehabilitas dan Pengembangan Kawasan Pariwisata
1 Rehabilitasi Kawasan Pariwisata Lihat Peta Pola Ruang Sudah dilakukan 0
2 Pengembangan Kawasan Pariwisata Lihat Peta Pola Ruang Sudah dilakukan 0
C Perwujudan Pengembangan Kawasan Strategis
C1 Pengelolaan Kawasan Strategis Kabupaten Bima dari Sudut Pandang Kepentingan Ekonomi
Bolo, Woha,Belo,
1 Pengembangan Kawasan strategis lewamori 0
Palibelo
2 Pengembangan Kawasan Kota Terpadu Mandiri Sanggar, Tambora Sudah dilakukan 1
Pengembangan Kawasan Sentra Produksi Komodi
Wilayah Kabupaten
3 Unggulan Daerah (Termasuk didalamnya komoditi 0
Bima
Sapi, Jagung & Rumput Laut)
4 Pengembangan Kawasan pariwisata Kabupaten Bima Sudah dilakuakn 1
Sape, Langgudu,
5 Pengembangan Kawasan perikanan tangkap Sudah dilakuakn 1
Sanggar, Tambora
C2 Pengelolaan Kawasan Strategis Kabupaten Bima dari Sudut Pandang Kepentingan sosial budaya
Sudah dilakukan (pemagaran
Pengembangan Kawasan Cagar Budaya Wadu Pa'a
1 Soromandi & Lambitu thn 2015), sambori belum 1
& Rumah Tradisional
samasekali
Sudah dilakukan
2 Rehabilitasi/revitalisasi kawasan Soromandi & Lambitu (kalaki,pulau ular, museum 1
ASI) 2015-2016
C3 Pengelolaan Kawasan Strategis Kabupaten Bima dari Sudut Pandang Kepentingan Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan
Rehabilitasi & Pengelolaan Kawasan Pantai Hutan
1 Gilibanta Sudah dilakukan 1
(Mangrove)
Rehabilitasi & Perlindungan Kawasan Suaka Alam
2 Gilibanta Belum dilakukan 0
Laut dan Perairan
3 Perlindungan dan rehabilitasi ekosistem Gilibanta Belum dilakukan 0
NASKAH AKADEMIS │ II.41

2.3.2 Dinamika Dan Pelaksanaan Pemanfaatan Ruang

Berdasrkan kondisi Kabupaten Bima terhadap kebutuhan pembangunan yang telah berjalan
sejak tahun 2011 – 2020, maka hasil dari pengkajian penyelenggaraan Kabupaten Bima dapat
diuraikan seperti tabel 2.4.

Tabel 2.4
Rekapitulasi Hasil Pengkajian RTRW Kabupaten Bima Tahun 2011– 2020

Muatan RTRW Berdasarkan Permen Kebutuhan Pembangunan


ATR/Ka. BPN 11/2021 tentang Tata
Cara Penyusunan, Peninjauan Kembali,
No. Dinamika Pelaksanaan
Revisi, Dan Penerbitan Persetujuan
Substansi RTRW Pembangunan Pemanfaatan Ruang

1. TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI


1.1 Tujuan Penataan Ruang Perlu mempertimbangkan Tujuan belum mengakomodir
kerawanan bencana dan upaya- upaya mitigasi bencana, namun
upaya mitigasinya dalam implementasinya beberapa
pemanfaatan ruang
mempertimbangkan kawasan
rawan bencana.

Diwujudkan dengan
pengembangan sektor agrobisnis,
pengembangan daerah pariwisata,
pertanian, perkebunan dan
ekspoitasi sumber daya alam yang
berwawasan lingkungan.

1.2 Kebijakan Penataan Ruang Harus mengacu kebijakan dan Beberapa kebijakan dan strategi
strategi nasional dan provinsi, telah dilaksanakan, namun selama
terutama yang berkaitan dengan pelaksanaan pada lima tahun
pengembangan infrastruktur pertama ada kebijakan-kebijakan
1.3 Strategi Penataan Ruang susulan yang dilaksanakan dan
belum ditetapkan di dalam RTRW
Kabupaten Bima
2. RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH
2.1 Sistem Pusat Pelayanan
2.1.1 Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Tidak ada di Kabupaten Bima

2.1.2 Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) berubah. Adapun wilayah yang Di Kabupaten Bima tidak terdapat
dipromosikan sebagai PKWp PKW dan PKWp tidak perlu di
dikembalikan statusnya menjadi tetapkan.
PKL
2.1.3 Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) Tidak ada di Kabupaten Bima
2.1.4 Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Wilayah yang dipromosikan PKL berada di Woha, Kore dan
sebagai PKL dikembalikan Sape
statusnya menjadi sistem skala
kabupaten atau tetap menjadi
PKL (naik status)
2.1.5 Pusat pelayanan kawasan (PPK) Berubah
2.1.6 Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) Berubah
2.2 Sistem Jaringan Prasarana
2.2.1 Sistem jaringan transportasi
a. Sistem jaringan jalan
1) Jalan umum
NASKAH AKADEMIS │ II.42

Muatan RTRW Berdasarkan Permen Kebutuhan Pembangunan


ATR/Ka. BPN 11/2021 tentang Tata
Cara Penyusunan, Peninjauan Kembali,
No. Dinamika Pelaksanaan
Revisi, Dan Penerbitan Persetujuan
Substansi RTRW Pembangunan Pemanfaatan Ruang

a. a) Jalan arteri meliputi:


1. Jalan Arteri Primer Perlu mengacu pada Permen
PUPR yang terbaru dalam Pengembangan jaringan jalan
kaitannya peningkatan status nasional di Kabupaten Bima belum
jalan mengacu pada Permen PUPR 248/
2. Jalan arteri Perlu mengacu pada Permen 2015
skunder PUPR yang terbaru dalam
kaitannya peningkatan status
1) b) Jalan kolektor meliputi:

(1) 1. Jalan kolektor Pengembangan jaringan jalan


primer nasional belum mengacu pada SK.
Perlu mengacu pada SK.
2. 2. Jalan kolektor Gubernur NTB No. 620-351 Tahun
Gubernur NTB yang terbaru
sekunder 2016

3. c) Jalan lokal meliputi:


4. 1. Jalan lokal Primer Perlu mengacu pada SK Bupati Pengembangan jaringan jalan
kabupaten Bima lokal blum mengacu pada SK.
5. 2. Jalan lokal Bupati Kabupaten Bima
skunder
6. d) Jalan lingkungan
meliputi:
7. 1. jalan lingkungan Perlu mengacu pada SK Bupati Pengembangan jaringan jalan
primer kabupaten Bima lingkungan belum mengacu pada
SK. Bupati Kabupaten Bima
2. 2. jalan lingkungan
skunder
2) 2) Jalan Khusus Tidak ada di Kabupaten Bima
3) 3) Jalan tol Tidak ada di Kabupaten Bima
4) 4) Terminal penumpang Perlu mengacu pada penepatan Terminal tipe B berada di
terminal penumpang Kecamatan Woha, Terminal Tipe C
berdasarkan peraturan berada di Belo, Bolo, Lambu,
perundang-undangan yang Wawo, Ambalawi, Monta,
berlaku Langgudu, Donggo, Tambora,
Lambitu, Soromandi
5) 5) Jembatan timbang Tidak ada di Kabupaten Bima
6) 6) Jembatan Perlu mengacu pada peraturan Secara eksisting ada, namun
perundang-undangan yang belum tercantum dalam RTRW
berlaku terkait jembatan Kabupaten Bima.
b. Sistem
7) jaringan kereta api Tidak ada di Kabupaten Bima
c. Sistem Jaringan Transportasi
Sungai, Danau, & Penyeberangan
a. a) alur-pelayaran sungai
dan alur-pelayaran
danau, yang terdapat
pada wilayah provinsi:
(1) 1. alur-pelayaran
kelas I yang
merupakan Tidak ada di Kabupaten Bima
kewenangan
Pemerintah
2. alur-pelayaran
kelas II yang Tidak ada di Kabupaten Bima
NASKAH AKADEMIS │ II.43

Muatan RTRW Berdasarkan Permen Kebutuhan Pembangunan


ATR/Ka. BPN 11/2021 tentang Tata
Cara Penyusunan, Peninjauan Kembali,
No. Dinamika Pelaksanaan
Revisi, Dan Penerbitan Persetujuan
Substansi RTRW Pembangunan Pemanfaatan Ruang

merupakan
kewenangan
pemerintah
provinsi
3. alur-pelayaran
kelas III yang Tidak ada di Kabupaten Bima
merupakan
kewenangan
pemerintah
kabupaten
b) lintas penyeberangan Perlu mengacu pada penepatan Penyebrangan lintas provinsi yaitu
antarprovinsi lintas penyeberangan di Pelabuhan Sape di Kecamatan
berdasarkan peraturan Sape
perundang-undangan yang
berlaku
c) lintas penyeberangan Perlu mengacu pada penepatan Belum tercantum dalam RTRW
antarkabupaten/kota lintas penyeberangan Kabupaten Bima.
dalam provinsi berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang
berlaku
d) lintas penyebrangan Perlu mengacu pada penepatan Lintas penyebrangan antar
dalam kabupaten lintas penyeberangan kabupaten berada di waworada
berdasarkan peraturan dan sape
perundang-undangan yang
berlaku
e) pelabuhan sungai dan Tidak ada di Kabupaten Bima
danau
f) pelabuhan
penyebrangan, yang
terdapat di Kabupaten
Bima meliputi:
1. pelabuhan Perlu mengacu pada penepatan Belum tercantum dalam RTRW
penyebrangan lintas penyeberangan Kabupaten Bima.
kelas I berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang
berlaku
2. pelabuhan Perlu mengacu pada penepatan Belum tercantum dalam RTRW
penyebrangan lintas penyeberangan Kabupaten Bima.
kelas II berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang
berlaku
3. pelabuhan Tidak ada di Kabupaten Bima
penyebrangan
kelas III
d. Sistem Jaringan Transportasi Laut
1) Pelabuhan Laut
a. a) Pelabuhan Utama
(1)b) Pelabuhan Pengumpul Perlu mengacu pada penetapan Secara eksisting ada namun, belum
arahan lokasi pelabuhan tercantum dalam RTRW
pengumpul sesuai peraturan Kabupaten Bima
perundang-undangan yang
berlaku, termasuk ketentuan
dalam tatanan kepelabuhan
1. c) Pelabuhan Pengumpan
NASKAH AKADEMIS │ II.44

Muatan RTRW Berdasarkan Permen Kebutuhan Pembangunan


ATR/Ka. BPN 11/2021 tentang Tata
Cara Penyusunan, Peninjauan Kembali,
No. Dinamika Pelaksanaan
Revisi, Dan Penerbitan Persetujuan
Substansi RTRW Pembangunan Pemanfaatan Ruang

yang terdapat di
Kabupaten Bima
meliputi:
2. 1. Pelabuhan Perlu mengacu pada penetapan Secara eksisting ada namun, belum
pengumpan arahan lokasi pelabuhan tercantum dalam RTRW
regional pengumpul sesuai peraturan Kabupaten Bima
perundang-undangan yang
berlaku, termasuk ketentuan
dalam tatanan kepelabuhan. Dan
perlu memperhatikan arah
kecenderungan tumbuhnya
kawasan-kawasan strategis yang
membutuhkan pelabuhan
sebagai infrastruktur utama.
3. 2. Pelabuhan Perlu mengacu pada penetapan Secara eksisting ada namun, belum
pengumpan lokal arahan lokasi pelabuhan tercantum dalam RTRW
pengumpul sesuai peraturan Kabupaten Bima
perundang-undangan yang
berlaku, termasuk ketentuan
dalam tatanan kepelabuhan. Dan
perlu memperhatikan arah
kecenderungan tumbuhnya
kawasan-kawasan strategis yang
membutuhkan pelabuhan
sebagai infrastruktur utama.
2. d) Terminal Khusus Perlu mengakomodir Terminal khusus yang
infrastruktur pelabuhan yang dikembangkan Kabupaten Bima
menjadi bagian dari adalah terminal yang
pengembangan peruntukan lain, dioperasionalkan di pembangkit
seperti kegiatan kelistrikan, tenaga listrik dan kawasan
kegiatan pertambangan, dan pertambangan dan kegiatan
kegiatan perikanan perikanan namun belum
tercantum dalam RTRW
Kabupaten Bima.
3. e) Pelabuhan Perikanan Perlu mengacu pada penetapan Belum tercantum dalam RTRW
arahan lokasi pelabuhan Kabupaten Bima.
pengumpul sesuai peraturan
perundang-undangan yang
berlaku, termasuk ketentuan
dalam tatanan kepelabuhan.

e. Sistem Jaringan Transportasi Udara


1) Bandar Udara Umum dan
bandara udara khusus
a. a) Bandar Udara Tidak ada di Kabupaten Bima
Pengumpul skala primer
b. b) Bandar Udara Tidak ada di Kabupaten Bima
Pengumpul skala
Skunder
c. c) Bandar Udara Perlu mengacu pada penetapan Pengembangan Bandara
Pengumpul skala Tersier arahan lokasi bandara Pengumpul Tersier berada di
pengumpul sesuai peraturan Bandara Sultan Muhammad
perundang-undangan yang Salahuddin
berlaku, termasuk ketentuan
dalam tatanan kebandarudaraan
NASKAH AKADEMIS │ II.45

Muatan RTRW Berdasarkan Permen Kebutuhan Pembangunan


ATR/Ka. BPN 11/2021 tentang Tata
Cara Penyusunan, Peninjauan Kembali,
No. Dinamika Pelaksanaan
Revisi, Dan Penerbitan Persetujuan
Substansi RTRW Pembangunan Pemanfaatan Ruang

d) Bandar Udara Perlu mengacu pada penetapan Tidak ada bandar udara
Pengumpan arahan lokasi bandara pengumpan di Kabupaten Bima
pengumpan sesuai peraturan
perundang-undangan yang
berlaku, termasuk ketentuan
dalam tatanan kebandarudaraan
1. e) Bandar Udara Khusus Tidak ada di Kabupaten Bima
2.2.2 Sistem Jaringan Energi
a. Jaringan Infrastruktur Minyak dan Memperhatikan kebutuhan BBM Peningkatan kapasitas dan kualitas
Gas Bumi dan BBG pelayanan BBM dan BBG.
b. Jaringan Infrastruktur
Ketenagalistrikan
1) Infrastruktur Pembangkitan Memperhatikan rasio Pembangunan pembangkit-
Tenaga Listrik dan Sarana elektrifikasi dan percepatan pembangkit baru yang belum
Pendukungnya pembangunan infastruktur diakomodir di dalam RTRW
ketenagalistrikan Kabupaten Bima
a)2) Infrastruktur tenaga listrik Pengembangan jaringan SUTT dan
dan sarana pendukung Gardu Induk yang tersebar di
seluruh wilayah Kabupaten Bima
2.2.3 Sistem Jaringan Telekomunikasi
Sistem Jaringan Telekomunikasi Penyediaan sarana dan Pembangunan/ penambahan
prasarana telekomunikasi menara BTS, penyediaan fiber
terutama pada wilayah blank spot optik, dan memperbanyak hot spot
area.
2.2.4 Sistem Jaringan Sumber Daya Air
a. Sistem Jaringan Irigasi
1) Jaringan irigasi primer Pemantapan daerah irigasi serta Pemantapan bendungan-
2) Jaringan irigasi skunder pembangunan sarana-prasarana bendungan yang ada di Kabupaten
baru untuk menunjang kegiatan Bima dan jaringan irigasi, belum
3) Jaringan irigasi tersier pertanian (bendungan/ waduk tercantum dalam RTRW
4) Jaringan irigasi air tanah dan jaringan irigasi) Kabupaten Bimma.
b. Sistem Pengendalian Banjir
c. Bangunan Sumber Daya Air
2.2.5 Sistem Jaringan Prasarana Wilayah
Lainnya
a. Sistem Jaringan Penyediaan Air Peningkatan air minum kepada Kebutuhan air bersih / air minum
Minum (SPAM) masyarakat harus mencapai di Kabupaten Bima belum
100% sepenuh merata terutama pada
wilayah yang rawan kekeringan.
b. Sistem Jaringan Penyediaan Air Penanggulangan sampah dan membangun TPA dan TPST baru
Limbah (SPAL) limbah menuju zero waste. namun belum terealisasi.
c. Sistem pengolahan limbah bahan Program-program zero waste
bahaya dan beracun (B3) belum memasuki tahap
implementasi.
d. Sistem jaringan persampahan
e. Sistem jaringan evakuasi bencana Perlu mengacu pada peraturan Belum tercantum dalam RTRW
perundang-undangan yang Kabupaten Bima.
berlaku tentang bencana.
3. RENCANA POLA RUANG WILAYAH
3.1 Kawasan Lindung
3.1.1. Kawasan yang Memberikan Perlindungan Perlu mengacu pada peraturan MoU antara pemerintah dengan
Terhadap Kawasan Bawahannya. perundang-undangan yang aparat penegak hukum,
NASKAH AKADEMIS │ II.46

Muatan RTRW Berdasarkan Permen Kebutuhan Pembangunan


ATR/Ka. BPN 11/2021 tentang Tata
Cara Penyusunan, Peninjauan Kembali,
No. Dinamika Pelaksanaan
Revisi, Dan Penerbitan Persetujuan
Substansi RTRW Pembangunan Pemanfaatan Ruang

berlaku tentang penetapan pembentukan satgas pengamanan


kawasan hutan lindung hutan, patroli rutin, pengamanan
berlapis, kemitraan kehutanan,
sertifikasi kawasan dan penegakan
hukum, serta pemulihan kawasan
hutan.
3.1.2 Kawasan Perlindungan Setempat Perlu mengacu pada peraturan Alih fungsi lahan cukup tinggi di
perundang-undangan yang dalam kawasan perlindungan
berlaku tentang penetapan setempat, sehingga dilakukan
kawasan sempadan pantai, pengendalian pemanfaatan ruang,
kawasan sempadan sungai, dan salah satu menjadikan kawasan
kawasan sekitar danau/waduk/ sempadan sempadan sebagai
bendungan buffer zone dengan tegakan
vegetasi
3.1.3 Kawasan Konservasi Perlu mengacu pada peraturan MoU antara pemerintah dengan
perundang-undangan yang aparat penegak hukum,
berlaku tentang penetapan pembentukan satgas pengamanan
kawasan suaka alam, kawasan hutan, patroli rutin, pengamanan
pelestarian alam, dan taman berlapis dan kemitraan kehutanan.
buru Dilakukan rehabilitasi kawasan,
pemberdayaan masyarakat sekitar
kawasan, mencegah alih fungsi
lahan dan degradasi kawasan.
3.1.4 Kawasan Lindung Geologi Penetapan kawasan lindung Penetapan Kawasan Tambora
geologi yang memiliki fungsi sebagai geopark. Selain itu
sebagai cagar alam geologi dan dilakukan -perlindungan dan
perlindungan terhadap air tanah pelestarian mata air
3.1.5 Kawasan Cagar Budaya Menetapkan kawasan cagara Beberapa kawasan cagar budaya
budaya sesuai dengan peraturan ditetapkan di dalam RTRW
perundang-undangan Kabupaten Bima
3.1.6 Kawasan Ekosistem Mangrove Penetapan hutan mangrove Penurunan luas hutan mangrove
sebagai salah satu kawasan yang di Kabupaten Bima
wajib dilindungi
3.2 Kawasan Peruntukan Budidaya
3.2.1 Kawasan peruntukan hutan produksi Penetapan dan pengelolaan MoU antara pemerintah dengan
hutan produksi terbatas dan aparat penegak hukum,
hutan produksi tetap secara pembentukan satgas pengamanan
lestari hutan, patroli rutin, pengamanan
berlapis dan kemitraan kehutanan
untuk mencegah illegal logging
dan perambahan hutan
3.2.2 Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat Perlu mengacu pada peraturan Menekankan pada proses
perundang-undangan berlaku pemberdayaan masyarakat
terkait penetapan dan sekitar hutan dan meningkatkan
pengelolaan kawasan hutan jasa ekosistem lingkungan.
rakyat
3.2.3 Kawasan Peruntukan Pertanian Penetapan KP2B dan Alih fungsi kawasan pertanian
pengendalian pemanfaatan menjadi kawasan terbangun
ruang yang memicu perubahan sangat intens.
lahan pertanian.
3.2.4 Kawasan Peruntukan Perikanan Perlu memperhatikan Rencana Peningkatan kegiatan industri
Zonasi Wilayah Pesisir dan pariwisata, kelautan dan
Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) perikanan. Adanya pembukaan
areal tambak/ perikanan
budidaya air tawar dan air payau.
NASKAH AKADEMIS │ II.47

Muatan RTRW Berdasarkan Permen Kebutuhan Pembangunan


ATR/Ka. BPN 11/2021 tentang Tata
Cara Penyusunan, Peninjauan Kembali,
No. Dinamika Pelaksanaan
Revisi, Dan Penerbitan Persetujuan
Substansi RTRW Pembangunan Pemanfaatan Ruang

3.2.5 Kawasan Pergaraman Perlu mengacu pada peraturan Penetapan wilayah usaha
perundang-undangan yang pergaraman di Kabupaten Bima
berkaitan dengan petambak dan kawasan pergaraman belum
garam. tercantum dalam RTRW
Kabupaten Bima.
3.2.6 Kawasan Peruntukan Pertambangan Perluasan wilayah tambang dan Penetapan Wilayah Usaha
pembangunan smelter Pertambangan Rakyat yang diikuti
dengan maraknya penambangan
liar. Usaha tambang belum
memperhatikan dampak yang
ditimbulkan terhadap lingkungan
dan masyarakat.
3.2.7 Kawasan peruntukan industri Kurangnya nilai tambah dari Pembangunan sentra pengolahan
produk hasil pertanian dan hasil pertanian dan kelautan.
kelautan
3.2.8 Kawasan Peruntukan Pariwisata Mempertimbangkan KSPN dan Penetapan Rencana Induk
DPN yang tertuang di dalam Pariwisata Daerah, penataan
Ripparnas destinasi wisata, pembangunan
infrastruktur penunjang,
pembuatan masterplan KSPN dan
pengembangan wisata alam
dengan konsep geopark/ goesite
3.2.9 Kawasan Peruntukan Permukiman Memperhatikan permukiman Perbaikan kualitas permukiman
perkotaan dan permukiman kumuh perkotaan, perbaikan
perdesaan. Meminimalisir sanitasi, dan pengaturan
permukiman kumuh perkotaan komposisi lahan pemukiman
untuk mengendalikan konversi
lahan pertanian.
3.2.10 Kawasan Transportasi Perlu mengacu pada peraturan Kawasan transportasi belum
perundang – undangan yang tercantum dalam RTRW
berkaitan dengan transportasi Kabupaten Bima.
3.2.10 Kawasan peruntukan lainnya (Kawasan Perlu mencantumkan lokasi- Kawasan pertahanan negara
Pertahanan dan Keamanan) lokasi pertahanan negara sesuai memiliki otoritas tersendiri
dengan peraturan perundang- dengan fungsi khusus, namun
undangan yang berlaku. lokasinya belum secara spesifik
ditetapkan di dalam RTRW
4. PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS
4.1 Bidang Pertumbuhan Ekonomi Peningkatan sektor ekonomi Penyusunan Perda KSP,
berskala internasional dan pembangunan infrastruktur di
nasional kawasan KSP dan sekitarnya.
4.2 Bidang Sosial dan Budaya KSP untuk bidang sosial dan
Penetapan bidang sosial dan
budaya sudah ditetapkan di dalam
budaya
Kabupaten Bima
4.3 Bidang Pendayagunaan SDA dan/atau Tidak ada di Kabupaten Bima
Teknologi Tinggi
4.4 Bidang Fungsi dan Daya Dukung Penetapan kawasan yang Pengelolaan kawasan-kawasan
Lingkungan Hidup memberikan perlindungan hutan lindung dan hutan
terhadap kawasan bawahannya konservasi
dan kawasan konservasi dalam
rangka menjaga tata air.
5. ARAHAN PEMANFAATAN RUANG (INDIKASI PROGRAM UTAMA JANGKA MENENGAH LIMA TAHUNAN)
5.1. Perwujudan Struktur Ruang
Kabupaten
5.1.1 Perwujudan Sistem Perkotaan Peningkatan sektor ekonomi Penyusunan rencana rinci
NASKAH AKADEMIS │ II.48

Muatan RTRW Berdasarkan Permen Kebutuhan Pembangunan


ATR/Ka. BPN 11/2021 tentang Tata
Cara Penyusunan, Peninjauan Kembali,
No. Dinamika Pelaksanaan
Revisi, Dan Penerbitan Persetujuan
Substansi RTRW Pembangunan Pemanfaatan Ruang

berskala internasional, nasional, kota/perkotaan dan KSP,


provinsi dan kabupaten. penyediaan sarana dan prasarana
sesuai dengan skala pelayanannya
5.1.2 Perwujudan Sistem Perdesaan Peningkatan sektor ekonomi Penyusunan rencana perdesaan,
berskala kabupaten dan desa penyediaan sarana dan prasarana
sesuai dengan skala pelayanannya
5.1.3 Perwujudan Sistem Transportasi Pemantapan sistem transportasi Peningkatan status jaringan jalan,
darat, transportasi laut, dan pengembangan pelabuhan, dan
transportasi udara peningkatan pelayanan bandar
udara.
5.1.4 Perwujudan Sistem Jaringan Energi Percepatan penyediaan Pembangunan pembangkit tenaga
infrastruktur energi dan listrik, transmisi listrik, dan
ketenagalistrikan menambah kapasitas pelayanan
BBMG.
5.1.5 Perwujudan Sistem Jaringan Penyediaan sarana dan Pembangunan/ penambahan
Telekomunikasi prasarana telekomunikasi menara BTS, penyediaan fiber
terutama pada wilayah blank optik, dan memperbanyak hot
spot spot area.
5.1.6 Perwujudan Sistem Jaringan Sumber Daya Pemelihaaran dan pengendalian Pelaksanaan program-program
Air pemanfaatan sumber-sumber air pelestarian sumber-sumber air.
baku
5.1.7 Perwujudan Sistem Jaringan/Prasarana Penyediaan sarana dan Penyediaan SPAM, SPAL, dan
Lainnya prasarana lingkungan yang persampahan belum dilaksanakan
ramah terhadap lingkungan secara optimal.
5.2. Perwujudan Pola Ruang Kabupaten
5.2.1 Perwujudan Kawasan Lindung Pengelolaan kawasan lindung Kawasan lindung masih tumpang
berdasarkan ketetapan di dalam tindih dengan kawasan budidaya.
peraturan perundang-undangan
5.2.2 Perwujudan Kawasan Budidaya Pengendalian dan pengawasan Penetapan deliniasi kawasan
pemanfaatan ruang kawasan secara tegas, misalnya untuk
budidaya di dalam kawasan menetapkan kawasan tambang,
lindung pertanian, dan kawasan hutan.
6. KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFATAAN RUANG
6.1 Ketentuan umum Peraturan Zonasi Fleksibel dan berorientasi pada Pengaturan zonasi belum lengkap
upaya-upaya pelestarian dan belum mempertimbangkan
lingkungan dan memperhatikan faktor kebencanaan.
tingkat kerawanan bencana
dalam pengaturan zonasi.
6.2 Penilaian Pelaksanaan Pemanfaatan Kemudahan proses dan Optimalisasi fungsi BKPRD dalam
Ruang penilaian pemanfaatan ruang pengendalian kegiatan budi daya.
6.3 Ketentuan Insentif dan Disinsentif Pemberian insentif dan Pemberian insentif dan disinsentif
disinsentif dalam rangka belum terlaksana
mempertahankan kawasan-
kawasan tertentu yang ingin
dikembangkan dan/atau
dilestarikan
6.4 Arahan Sanksi Perlu mempertimbangkan Pemberian sanksi terhadap
peraturan perundang-undangan pelanggaran penataan ruang
yang berlaku terkait dengan terhadap RTRW Provinsi dan
pemberian sanksi administrasi RTRW Kabupaten/Kota
Sumber: Hasil Pengkajian RTRW Kabupaten Bima Tahun 2011-2031 oleh Tim Peninjauan Kembali RTRW Kabupaten Bima
NASKAH AKADEMIS │ II.49

2.4 KAJIAN TERHADAP IMPLIKASI SOSIAL, POLITIK DAN EKONOMI

Pembentukan Peraturan Daerah Kabupaten Bima tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Bima Tahun 2020 - 2040 secara sosial, politik dan ekonomi merupakan bagian
pengaturan dan penataan wilayah. Sesuai dengan fungsi, kegunaan dan kedudukan Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bima harus dapat menjadi pedoman dan dasar bagi
penyusunan rencana dan program pembangunan di Kabupaten Bima baik jangka menengah
maupun jangka panjang. Dengan demikian, arahan dari rencana tata ruang lebih lanjut perlu
dioperasionalkan dalam penyusunan indikasi program pembangunan.

Adapun implikasi yang dapat diperoleh dari pembentukan Peraturan Daerah Kabupaten Bima
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bima Tahun 2020 - 2040, antara lain:
1. penataan ruang wilayah Kabupaten Bima merupakan arah tindakan yang harus
ditetapkan untuk mencapai tujuan penataan ruang wilayah berdasarkan pemanfaatan
ruang yang efektif dan efisien untuk kepentingan masyarakat;
2. penataan ruang wilayah Kabupaten Bima bertujuan untuk mengembangkan sektor
perdagangan dan jasa, pemerintahan, pendidikan, industri dan pariwisata;
3. memberi arah yang jelas dalam proses pembangunan Kabupaten Bima dengan wilayah
sekitarnya dan terwujudnya tata ruang wilayah Kabupaten Bima yang berkualitas;
4. memberi pemahaman yang jelas tentang kedudukan dan fungsi penataan ruang yang
merupakan upaya untuk memadukan dan menyerasikan kegiatan antar sector agar
dapat saling menunjang serta untuk mengatasi konflik berbagai kepentingan dalam
pemanfaatan ruang; dan

penataan ruang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan antara yang satu dengan
yang lain dan harus dilakukan sesuai dengan kaidah penataan ruang, sehingga diharapkan
dapat mewujudkan pemanfaatan ruang yang lingkungan hidup yang berkelanjutan serta tidak
terjadi pemborosan pemanfaatan ruang dan tidak menyebabkan terjadinya penurunan
kualitas lingkungan.

Penataan ruang yang didasarkan pada karakteristik, daya dukung dan daya tampung
lingkungan serta didukung oleh teknologi yang sesuai akan meningkatnya keserasian,
keselaraan dan keseimbangan subsistem. Hal ini berarti akan dapat meningkatkan kualitas
yang ada, dikarenakan pengelolaan subsistem yang satu berpengaruh pada subsistem yang
lain dan pada akhirnya dapat mempengaruhi sistem wilayah ruang nasional secara
keseluruhan. Pengaruh penataan ruang menuntut dikembangkan suatu sistem keterpaduan
sebagai ciri utama.

Anda mungkin juga menyukai