“Tugas Ke-9”
NIM : 15120003
Kelas : 01
Dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 disebutkan dalam pasal 4 dan pasal 5 bahwa
penaatn ruang dapat diklasifikasikan berdasarkan sistem, fungsi utama kawasan, wilayah
administratif, kegiatan kawasan, dan nilai strategis kawasan. dalam penugasan ini diminta untuk
menjelaskan peranan Informasi dan Teknologi terhadap penataan ruang yang berdasarakn
wilayah administratif yaitu wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota. Sebelum membahas
apa peran infomasi dan teknologi spasial dalam penataan ruang, sebaiknya mengetahui
terlebih dahulu bagaimana proses perencanaan dan penyusunan penataan ruang di
wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota yang sesuai dengan perturan perundang-
undangan. Berikut merupakan penataan ruang sesuai dengan wilayah yang telah
disebutkan tadi.
Wilayah Nasional
Dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 disebutkan bahwa penataan ruang
wilayah nasional meliputi ruang wilayah yurisdiksi dan wilayah kedaulatan nasional yang mana
ini mencakup ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalamnya sebagai satu
kesatuan. Dalam penyelengaraannya yang sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun
2021 meliputi perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, pengendalian pemanfaatan ruang,
pengawasan penataan ruang, pembinaan penataan ruang, dan kelembagaan penataan ruang.
Sebagaimana. Dalam perencanaan tata ruang terdapat beberapa tahap yang harus dilalui antara
lain persiapan penyusunan RTR, pengumpulan data, pengolahan dan analisis data, perumusan
konsepsi RTR, dan penyusunan rancangan peraturan tentang RTR.
Menurut pasal 11 Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021, menyatakan ahwa dalam
merencanakan tata ruang Wilayah Naisonal perlu memperhatikan:
Dan menurut ayat 2 dari pasal tersebut dalam perencanaan tata ruang wilayah haruslah
memuat paling sedikit:
Rencana tata ruang wilayah nasional ini haruslah mengikuti aturan yang berlaku speerti yang
sudah ditetapkan diatas, karena rencana tersebut akan dijadikan acuan untuk penyusunan rencana
tata ruang di wilayah provinsi dan kabuaten/kota. Nantinya rencana tata ruang wilayah nasional
ini dituangkan ke dalam peta dengan tingkat ketelitian skala 1 : 1.000.000.
Dalam proses penyusunan rencana tata ruang perlunya ada keterlibatan masyarakat di tingkat
nasional dan akan dilakukan proses penyusunan oleh Pemanng kepentingan. Proses penyusunan
rencana tata ruang wilayah nasional ini membutuhkan pengumpulan data yang mana paling
sedikit memuat data wilayah administrasi, data dan informasi kependudukan, data dan informasi
bidang pertanahan, data dan informasi kebencanaan, data dan informasi kelautan, serta peta dasar
dan peta tematik yang dibutuhkan. Namun sebelum menjadi sebuah data-data tersebut harus
melalu prsoes pengolahan data dan analisisi yang berkaitan dengan potensi dan permaalahan
regional maupun global.
Wilayah Provinsi
Dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 disebutkan bahwa penataan ruang
wilayah provinsi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Dalam penyelengaraannya yang sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 meliputi perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang, pengendalian pemanfaatan ruang, pengawasan penataan ruang, pembinaan penataan
ruang, dan kelembagaan penataan ruang. Sebagaimana dalam perencanaan tata ruang terdapat
beberapa tahap yang harus dilalui antara lain persiapan penyusunan RTR, pengumpulan data,
pengolahan dan analisis data, perumusan konsepsi RTR, dan penyusunan rancangan peraturan
tentang RTR.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 dijelaskan bahwa dalam perencanaan tata
ruang wilayah provinsi harus memperhatikan:
Kemudian menurut pasal 23 Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah
Nomor 21 Tahun 2021 rencana tata ruang wilayah provinsi harus memuat:
Rencana tata ruang wilayah nasional ini haruslah mengikuti aturan yang berlaku seperti yang
sudah ditetapkan diatas, karena rencana tersebut akan dijadikan acuan untuk penyusunan rencana
tata ruang di wilayah kabuaten/kota dan penetapan lokasi dlam perencanaan ini akan
mewujudkan keterpaduan, keterikatan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah dan
antarsektor kabupaten/kota. Nantinya rencana tata ruang wilayah nasional ini dituangkan ke
dalam peta dengan tingkat ketelitian skala 1 : 250.000.
Wilayah Kabupaten
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 dijelaskan bahwa dalam perencanaan tata
ruang wilayah provinsi harus memperhatikan:
Kemudian menurut pasal 23 Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah
Nomor 21 Tahun 2021 rencana tata ruang wilayah provinsi harus memuat:
Rencana tata ruang wilayah nasional ini haruslah mengikuti aturan yang berlaku seperti yang
sudah ditetapkan diatas, karena rencana tersebut akan dijadikan acuan untuk penyusunan rencana
tata ruang di wilayah kabupaten dan penetapan lokasi dalam perencanaan ini akan mewujudkan
keterpaduan, keterikatan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah dan antarsektor
kabupaten. Nantinya rencana tata ruang wilayah nasional ini dituangkan ke dalam peta dengan
tingkat ketelitian skala 1:50.000.
Dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 disebutkan bahwa penataan ruang
wilayah Kabupaten/Kota ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. . Dalam penyelengaraannya yang sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 meliputi perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, pengendalian pemanfaatan ruang, pengawasan penataan ruang, pembinaan
penataan ruang, dan kelembagaan penataan ruang. Sebagaimana dalam perencanaan tata ruang
terdapat beberapa tahap yang harus dilalui antara lain persiapan penyusunan RTR, pengumpulan
data, pengolahan dan analisis data, perumusan konsepsi RTR, dan penyusunan rancangan
peraturan tentang RTR.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 dijelaskan bahwa dalam perencanaan tata
ruang wilayah kota harus memperhatikan:
Kemudian menurut pasal 23 Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah
Nomor 21 Tahun 2021 rencana tata ruang wilayah provinsi harus memuat:
Rencana tata ruang wilayah nasional ini haruslah mengikuti aturan yang berlaku seperti yang
sudah ditetapkan diatas, karena rencana tersebut akan dijadikan acuan untuk penyusunan rencana
tata ruang di wilayah kota dan penetapan lokasi dalam perencanaan ini akan mewujudkan
keterpaduan, keterikatan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah dan antarsektor
kabupaten. Nantinya rencana tata ruang wilayah nasional ini dituangkan ke dalam peta dengan
tingkat ketelitian skala 1:25.000.
Dalam sebuah perencanaan dan penyusuna haruslah disertai dengan informasi yang akurat.
Begitu pula dengan penataan ruang wilayah, penatan ruang tidaklah berskala kecil namun besar
dan dampak yang ditimbulkan juga akan lebih besar terhadap kehidupan sehari-hari. Maka dari
itu untuk penataan ruang wilayah diperlukan informasi dan teknologi spasial untuk membantu
memberikan informasi yang akurat mengenai wilayah-wilayah termasuk ruang udara, ruang
darat , dan ruang perairan. Informasi geospasial ini telah ditetapkan dalam Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 2011, dimana di dalamnya berisi pedoman-pedoman mengenai informasi
geospasial.
Informasi geospasial dapat didefinisikan sebagai semua informasi yang menyangkut lokasi dan
keberadaan suatu objek pada permukaan bumi. Saat ini tren pembuatan informasi geospasial
seperti peta mengarah pada pembuatan peta-peta skala besar seperti skala 1:50.000. Penggunaan
peta-peta skala besar ini digunakan seperti pada perancangan tata ruang kota dan desa..
Informasi Geospasial (IG) diperlukan untuk implimentasi kebijakan pembangunan secara efektif
dan efesien. Berdasarkan Undang-Undang No. 4 Tahun 2011 tentang IG, BIG memiliki tugas
pokok dan fungsi yang lebih luas, tidak sekedar mengkoordinasikan dan melaksanakan kegiatan
survei pemetaan untuk menghasilkan peta namun membangun Informasi Geospasial yang dapat
dipertanggungjawabkan dan mudah diakses, menjadi regulator, eksekutor, koordinator
pembangunan IG Dasar, pembangunan IG Tematik, dan pembangunan Infrastruktur IG.
Pembangunan IG Dasar (IGD) ini penting, mengingat IGD menjadi acuan untuk IG Tematik
(IGT). Maka dari itu, penting untuk menjamin keterpaduan informasi geospasial nasional. Untuk
pembangunan IGT, akan mengkoordinasikan penyusunan IGT yang terintegrasi dengan
berpedoman pada norma, standar dan pedoman yang ditetapkan oleh BIG. Sementara
pembangunan Infrastruktur IG (IIG), akan membangun sistem pengelolaan dan akses terhadap
IG, sebagai implementasi kebijakan teknis yang mengacu kepada Peraturan Presiden No. 27
Tahun 2014 tentang Jaringan Informasi Geospasial Nasional.
Selain pentingnya IGD, IGT, dan IIG, Kebijakan Satu Peta (KSP) saat ini sangat penting bagi
wilayah Indonesia, yang merupakan solusi sempurna untuk mengatasi masalah tumpang tindih
izin penggunaan lahan. KSP bertujuan untuk membuat peta yang mengacu pada Satu
Georeferensi, Satu GeoStandard, Satu Geodatabase, dan Satu GeoCustodian pada tingkat akurasi
skala peta 1: 50.000. Tujuan utama dari kebijakan satu peta adalah sebagai standar referensi basis
data Geo-Portal, serta bermanfaat sebagai acuan untuk memperbaiki data spasial, akurasi
perencanaan tata ruang, akurasi dalam penyusunan kebijakan dan pengambilan keputusan.
KSP ini penting karena akan mengurangi kerancuan informasi geospasial dalam pelaksanaan
kebijakan pemerintah, pengurusan perizinan, maupun proyek strategis. Untuk bidang IIG, ada
beberapa hal yang juga sedang dikembangkan oleh BIG. Diantaranya terkait pengembangan
Sistem Informasi Desa (SID) berbasis spasial, pengembangan Ina-Geportal versi terbaru yang
memudahkan proses berbagi pakai IG, pembangunan simpul jaringan dan kelembagaan IG di
Indonesia, lalu juga pembangunan Pusat Pengembangan Infrastuktur Data Spasial (PPIDS) di
berbagai universitas di Indonesia.
Aspek penataan ruang disaat ini memerlukan GIS sebagai suatu alat untuk
membangun framework sebagai kerangka spasial yang memungkinkan proses keberlanjutan
didalamnya.
Sebagai sebuah alat bantu berbasis komputer dalam pengelolaan data keruangan, mencakup
beberapa aspek seperti:
GIS dibutuhkan untuk penanganan data spatial yang sulit, terutama karena peta dan data statistik
cepat kedaluarsa sehingga pelayanan penyediaan data dan informasi yang diberikan menjadi
tidak akurat. GIS dibutuhkan untuk menangkap (capture), menyimpan (store), mengolah
(prosess), mengambil kembali (retrieve), menampilkan (represent) dan menyebarkan (transmit)
informasi.
GIS memungkinkan proses updating data, memungkinkan adanya analisis berdasarkan akurasi
yang diinginkan, serta pada suatu sistem yang lengkap serta terpelihara (manage) maka
memungkinkan monitoring dan evaluasi bisa dilakukan yang memungkinkan tujuan perencanaan
bisa dijaga, dan bukan hanya sebatas perencanaan.
Referensi:
file:///C:/Users/user/Downloads/UU%20Nomor%2026%20Tahun%202007.pdf
file:///C:/Users/user/Downloads/PP%20Nomor%2021%20Tahun%202021.pdf
file:///C:/Users/user/Downloads/UU_Nomor_11_Tahun_2020-compressed.pdf
file:///C:/Users/user/Downloads/UU%204%20Tahun%202011.pdf
https://tarubali.baliprov.go.id/peranan-gis-dalam-penataan-
ruang/#:~:text=GIS%20memungkinkan%20proses%20updating%20data,dan%20bukan%20hany
a%20sebatas%20perencanaan.
https://www.researchgate.net/profile/Hasanuddin-Z-
Abidin/publication/322634425_Peranan_Informasi_Geospasial_Dalam_Percepatan_Pembangun
an_Nasional/links/5a654f08a6fdccb61c57fd90/Peranan-Informasi-Geospasial-Dalam-
Percepatan-Pembangunan-Nasional.pdf