Anda di halaman 1dari 16

TUGAS HP GEOSPASIAL

“Tugas Ke-9”

Nama : Riska Ayu Safitri

NIM : 15120003

Kelas : 01

Mata Kuliah GD2205


Program Studi Teknik Geodesi dan Geomatika
Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian
Institut Teknologi Bandung
Tahun Ajaran 2021/2022
Menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 pada pasal 1 yang dimaksud penataan ruang
adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang. Dalam penyelenggaraan tata ruang diatur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 21 Tahun 2021, dimana menurut peraturan perundangan tersebut penyelenggaraan tata
ruang adalah kegiatan yang meliputi pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan
Penataan Ruang. Tujuan dari penataan ruang adalah untuk mewujudkan ruang wilayah nasional
yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan
Ketahanan Nasional dengan terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan
buatan, terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan
dengan memperhatikan sumber daya manusia, dan terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan
pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

Dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 disebutkan dalam pasal 4 dan pasal 5 bahwa
penaatn ruang dapat diklasifikasikan berdasarkan sistem, fungsi utama kawasan, wilayah
administratif, kegiatan kawasan, dan nilai strategis kawasan. dalam penugasan ini diminta untuk
menjelaskan peranan Informasi dan Teknologi terhadap penataan ruang yang berdasarakn
wilayah administratif yaitu wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota. Sebelum membahas
apa peran infomasi dan teknologi spasial dalam penataan ruang, sebaiknya mengetahui
terlebih dahulu bagaimana proses perencanaan dan penyusunan penataan ruang di
wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota yang sesuai dengan perturan perundang-
undangan. Berikut merupakan penataan ruang sesuai dengan wilayah yang telah
disebutkan tadi.
Wilayah Nasional

Gambar 1. Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

Dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 disebutkan bahwa penataan ruang
wilayah nasional meliputi ruang wilayah yurisdiksi dan wilayah kedaulatan nasional yang mana
ini mencakup ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalamnya sebagai satu
kesatuan. Dalam penyelengaraannya yang sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun
2021 meliputi perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, pengendalian pemanfaatan ruang,
pengawasan penataan ruang, pembinaan penataan ruang, dan kelembagaan penataan ruang.
Sebagaimana. Dalam perencanaan tata ruang terdapat beberapa tahap yang harus dilalui antara
lain persiapan penyusunan RTR, pengumpulan data, pengolahan dan analisis data, perumusan
konsepsi RTR, dan penyusunan rancangan peraturan tentang RTR.
Menurut pasal 11 Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021, menyatakan ahwa dalam
merencanakan tata ruang Wilayah Naisonal perlu memperhatikan:

a. rencana pembangunan jangka panjang nasional


b. rencana pembangunan jangka menengah nasional
c. wawasan nusantara dan ketahanan nasional
d. ketentuan hukuni Laut internasional
e. perjanjian internasional
f. perkembangan permasalahan regional dan global serta hasil pengkajian implikasi
penataan ruang nasional
g. upaya pemerataan pembAngunan dan pertumbuhan serta stabilitas ekonomi
h. keselarasan aspirasi pembangunan nasional dan pembangunan daerah
i. daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
j. kondisi dan poterrsi sosial Masyarakat
k. pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi
l. kebijakan penrbangtrnan nasional yang bersifat strategis; dan
m. rencana tata ruang wrlayah provinsi, rencana tata ruang wilayah kabupaten, dan/atau
rencana tata ruang wilayah kota.

Dan menurut ayat 2 dari pasal tersebut dalam perencanaan tata ruang wilayah haruslah
memuat paling sedikit:

1. tujuan, kebijakan, dan strategi Penataan Ruang wilayah nasional,


2. rencana Struktur Ruang wilayah nasional yang meliputi rencana sistem pusat
permukiman dan rencana sisrem jaringan prasarana,
3. rencana Pola Ruang wilayah nasional yang meliputi Kawasan Lindung yang memiliki
nilai strategis nasional termasuk Kawasan Konservasi di Laut, dan Kawasan Budi Daya
yang memiliki nilai strategis nasional termasuk Kawasan Pemanfaatan Umum,
4. alur migrasi biota laut,
5. penetapan lokasi KSN,
6. penetapan lokasi KSNT,
7. penetapan lokasi Kawasan Antarwilayah,
8. arahan Pemanfaatan Ruang yang berisi indikasi program utama jangka menengah lima
tahunan, strategi kebijakan pengembangan KSN, strategi kebljakan pengembangan
pulau/kepulauan, strategi kebijakan pengembangan KSNT, strategi kebijakan
pengembangan Kawasan Antarwilayah,
9. arahan Pengendaiian Pemanfaatan Ruang wilayah nasional yang berisi indikasi arahan
zonasi sistem nasional, arahan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatarr Ruang, arahan insentif
dan disinsentif, serta arahan sanksi, arahan kebijakan peruntukan ruang pada sempadan
pantai, sungai, situ, danau, embung, waduk, dan mata air.

Rencana tata ruang wilayah nasional ini haruslah mengikuti aturan yang berlaku speerti yang
sudah ditetapkan diatas, karena rencana tersebut akan dijadikan acuan untuk penyusunan rencana
tata ruang di wilayah provinsi dan kabuaten/kota. Nantinya rencana tata ruang wilayah nasional
ini dituangkan ke dalam peta dengan tingkat ketelitian skala 1 : 1.000.000.

Dalam proses penyusunan rencana tata ruang perlunya ada keterlibatan masyarakat di tingkat
nasional dan akan dilakukan proses penyusunan oleh Pemanng kepentingan. Proses penyusunan
rencana tata ruang wilayah nasional ini membutuhkan pengumpulan data yang mana paling
sedikit memuat data wilayah administrasi, data dan informasi kependudukan, data dan informasi
bidang pertanahan, data dan informasi kebencanaan, data dan informasi kelautan, serta peta dasar
dan peta tematik yang dibutuhkan. Namun sebelum menjadi sebuah data-data tersebut harus
melalu prsoes pengolahan data dan analisisi yang berkaitan dengan potensi dan permaalahan
regional maupun global.
Wilayah Provinsi

Gambar 2. Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi

Dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 disebutkan bahwa penataan ruang
wilayah provinsi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Dalam penyelengaraannya yang sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 meliputi perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang, pengendalian pemanfaatan ruang, pengawasan penataan ruang, pembinaan penataan
ruang, dan kelembagaan penataan ruang. Sebagaimana dalam perencanaan tata ruang terdapat
beberapa tahap yang harus dilalui antara lain persiapan penyusunan RTR, pengumpulan data,
pengolahan dan analisis data, perumusan konsepsi RTR, dan penyusunan rancangan peraturan
tentang RTR.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 dijelaskan bahwa dalam perencanaan tata
ruang wilayah provinsi harus memperhatikan:

a. rencana pembangunan jangka panjang nasional


b. rencana pembangunan jangka menengah nasional
c. rencana pembangunan jangka panjang provinsi
d. rencana pembangunan jangka menengah provinsi
e. rencana tata ruang wilayah provinsi, rencana tata ruang wilayah kabupaten, dan/atau
rencana tata ruang wilayah kota yang berbatasan
f. wawasan nusantara dan ketaharran nasional
g. perkembangan permasalahan regional dan global serta hasil pengkajian implikasi
penataan ruang nasional
h. upaya pemerataa embangtrnan dan pertumbuhan serta- stabilitas ekonomi
i. keselarasan aspirasi pembangunan nasiorral dan pembangunan daerah
j. daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
k. kondisi dan potensi sosial Masyarakat
l. pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi;
dan m. kebijakan pembangunan nasional yang bersifat strategis.

Kemudian menurut pasal 23 Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah
Nomor 21 Tahun 2021 rencana tata ruang wilayah provinsi harus memuat:

a. tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah provinsi


b. rencana struktur ruang wilayah provinsi yang meliputi sistem perkotaan dalam
wilayahnya yang berkaitan dengan kawasan perdesaan dalam wilayah pelayanannya dan
sistem jaringan prasarana wilayah provinsi
c. rencana pola ruang wilayah provinsi yang meliputi kawasan lindung dan kawasan budi
daya yang memiliki nilai strategis provinsi
d. arahan pemanfaatan ruang wilayah provinsi yang berisi indikasi program utama jangka
menengah lima tahunan
e. arahan pengendalian pemanfaatan rutang wilayah provinsi yang berisi indikasi arahan
zonasi sistem provinsi, arahan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang, arahan insentif
dan disinsentif, serta arahan sanksi.

Rencana tata ruang wilayah nasional ini haruslah mengikuti aturan yang berlaku seperti yang
sudah ditetapkan diatas, karena rencana tersebut akan dijadikan acuan untuk penyusunan rencana
tata ruang di wilayah kabuaten/kota dan penetapan lokasi dlam perencanaan ini akan
mewujudkan keterpaduan, keterikatan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah dan
antarsektor kabupaten/kota. Nantinya rencana tata ruang wilayah nasional ini dituangkan ke
dalam peta dengan tingkat ketelitian skala 1 : 250.000.

Dalam penyelenggaraannya yang telah disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun


2021, proses penyusunan rencana tata ruang wilayah provinsi harus ada keterlibatan masyarakat.
Proses penyusunan rencana tata ruang wilayah nasional ini membutuhkan pengumpulan data
yang mana paling sedikit memuat data wilayah administrasi, data dan informasi kependudukan,
data dan informasi bidang pertanahan, data dan informasi kebencanaan, data dan informasi
kelautan, serta peta dasar dan peta tematik yang dibutuhkan. Namun sebelum menjadi sebuah
data-data tersebut harus melalu prsoes pengolahan data dan analisisi yang berkaitan dengan
potensi dan permaalahan regional maupun global.

Wilayah Kabupaten

Gambar 3. Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten


Dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 disebutkan bahwa penataan ruang
wilayah Kabupaten/Kota ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. . Dalam penyelengaraannya yang sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 meliputi perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, pengendalian pemanfaatan ruang, pengawasan penataan ruang, pembinaan
penataan ruang, dan kelembagaan penataan ruang. Sebagaimana dalam perencanaan tata ruang
terdapat beberapa tahap yang harus dilalui antara lain persiapan penyusunan RTR, pengumpulan
data, pengolahan dan analisis data, perumusan konsepsi RTR, dan penyusunan rancangan
peraturan tentang RTR.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 dijelaskan bahwa dalam perencanaan tata
ruang wilayah provinsi harus memperhatikan:

a. rencana pembangunan jangka panjang daerah provinsi


b. rencana pembangunan jangka menengah. daerah provirrsi
c. rencana pembangunan jangka panjang daerah kabupaten
d. rencana pembangunan jangka menengah daerah kabupaten
e. perkembangan permasalahan regional dan global serta hasil pengkajian implikasi
penataan ruang kabupaten
f. upaya pemerataan pembangunan dan pertumbuhan serta stabilitas ekonomi
g. keselarasan aspirasi pembangunan nasional dan pembangunan daerah
h. daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
i. kondisi dan potensi sosial Masyarakat
j. neraca penatagunaan tanah dan neraca penatagunaan sumber daya air
k. pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi
l. kebijakan pembangunan nasional yang bersifat strategis.

Kemudian menurut pasal 23 Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah
Nomor 21 Tahun 2021 rencana tata ruang wilayah provinsi harus memuat:

a. tujuan, kebijakan, dan strategi Penataan Ruang wilayah kabupaten


b. rencana Struktur Ruang wilayah kabupaten yang meliputi rencana sistem pusat
permukiman dan rencana sistem jaringan prasarana
c. rencana Pola Ruang wilayah kabupaten yang meliputi Kawasan Lindung kabupaten dan
Kawasan Budi Daya kabupaten, termasuk rencana penyediaan ruang terbuka hijau di
kawasan perkotaan;
d. arahan Pemanfaatan Ruang wilayah kabupaten yang berisi indikasi program utama
jangka menengah lima tahunan ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang wilayah
kabupaten yang
e. berisi ketentuan umum zonasi, ketentuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang,
ketentuan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi
f. kebijakan pengembangan kawasan strategis kabupaten
g. kebijakan pengembangan wilayah kabupaten
h. peruntukan ruang pada sempadan pantai, sungai, situ, danau, embung, waduk, dan mata
air.

Rencana tata ruang wilayah nasional ini haruslah mengikuti aturan yang berlaku seperti yang
sudah ditetapkan diatas, karena rencana tersebut akan dijadikan acuan untuk penyusunan rencana
tata ruang di wilayah kabupaten dan penetapan lokasi dalam perencanaan ini akan mewujudkan
keterpaduan, keterikatan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah dan antarsektor
kabupaten. Nantinya rencana tata ruang wilayah nasional ini dituangkan ke dalam peta dengan
tingkat ketelitian skala 1:50.000.

Dalam penyelenggaraannya yang telah disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun


2021, proses penyusunan rencana tata ruang wilayah Kabupaten harus ada keterlibatan
masyarakat. Proses penyusunan rencana tata ruang wilayah nasional ini membutuhkan
pengumpulan data yang mana paling sedikit memuat data wilayah administrasi, data dan
informasi kependudukan, data dan informasi bidang pertanahan, data dan informasi
kebencanaan, data dan informasi kelautan, serta peta dasar dan peta tematik yang dibutuhkan.
Namun sebelum menjadi sebuah data-data tersebut harus melalu prsoes pengolahan data dan
analisisi yang berkaitan dengan potensi dan permasalahan regional maupun global.
Wilayah Kota

Gambar 4. Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

Dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 disebutkan bahwa penataan ruang
wilayah Kabupaten/Kota ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. . Dalam penyelengaraannya yang sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 meliputi perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, pengendalian pemanfaatan ruang, pengawasan penataan ruang, pembinaan
penataan ruang, dan kelembagaan penataan ruang. Sebagaimana dalam perencanaan tata ruang
terdapat beberapa tahap yang harus dilalui antara lain persiapan penyusunan RTR, pengumpulan
data, pengolahan dan analisis data, perumusan konsepsi RTR, dan penyusunan rancangan
peraturan tentang RTR.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 dijelaskan bahwa dalam perencanaan tata
ruang wilayah kota harus memperhatikan:

a. rencana pembangunan jangka panjang daerah provinsi


b. rencana pembangunan jangka menengah daerah provinsi
c. rencana pembangunan jangka panjang daerah kota
d. rencana pembangunan jangka menengah daerah kota
e. perkembangan permasalahan regional dan global serta hasil pengkajian implikasi
penataan ruang kota
f. upaya pemerataan pembangunan dan pertumbuhan serta stabilitas ekonomi
g. keselarasan aspirasi pembangunan nasional dan pembangunan daerah
h. daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
i. kondisi dan potensi sosial Masyarakat
j. neraca penatagunaan tanah dan neraca penatagunaan sumber daya air
k. pemanfaatan nrang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi
l. kebijakan pembangunan nasional yang bersifat strategis.

Kemudian menurut pasal 23 Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah
Nomor 21 Tahun 2021 rencana tata ruang wilayah provinsi harus memuat:

a. tujuan, kebijakan, dan strategi Penataan Ruang wilayah kota


b. rencana Struktur Ruang wilayah kota yang meliputi rencana sistem pusat pelayanan dan
rencana sistem jaringan prasarana
c. rencana Pola Ruang wilayah kota yang meliputi Kawasan Lindung dan Kawasan Budi
Daya, termasuk rencana penyediaan ruang terbuka hijau
d. arahan Pemanfaatan Ruang wilayah kota yang berisi indikasi program utama jangka
menengah lima tahunan
e. ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang wilayah kota yang berisi ketentuan umum
zonasi, ketentuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang, ketentuan insentif dan
disinsentif, serta arahan sanksi
f. kebijakan pengembangan kawasan strategis kota
g. kebijakan pengembangan wilayah kota
h. peruntukan ruang pada sempadan pantai, sungai, situ, danau, embung, waduk, dan mata
air; dan
i. rencana penyediaan dan pemanfaatan:
1. ruang terbuka hijau publik dan pendistribusiannya
2. ruang terbuka hijau privat
3. ruang terbuka nonhijau
4. prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki, angkutan umum, kegiatan sektor informal;
dan
5. ruang evakuasi bencana.

Rencana tata ruang wilayah nasional ini haruslah mengikuti aturan yang berlaku seperti yang
sudah ditetapkan diatas, karena rencana tersebut akan dijadikan acuan untuk penyusunan rencana
tata ruang di wilayah kota dan penetapan lokasi dalam perencanaan ini akan mewujudkan
keterpaduan, keterikatan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah dan antarsektor
kabupaten. Nantinya rencana tata ruang wilayah nasional ini dituangkan ke dalam peta dengan
tingkat ketelitian skala 1:25.000.

Dalam penyelenggaraannya yang telah disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun


2021, proses penyusunan rencana tata ruang wilayah Kota harus ada keterlibatan masyarakat.
Proses penyusunan rencana tata ruang wilayah nasional ini membutuhkan pengumpulan data
yang mana paling sedikit memuat data wilayah administrasi, data dan informasi kependudukan,
data dan informasi bidang pertanahan, data dan informasi kebencanaan, data dan informasi
kelautan, serta peta dasar dan peta tematik yang dibutuhkan. Namun sebelum menjadi sebuah
data-data tersebut harus melalu prsoes pengolahan data dan analisisi yang berkaitan dengan
potensi dan permasalahan regional maupun global.
PERAN INFORMASI DAN TEKNOLOGI SPASIAL

Dalam sebuah perencanaan dan penyusuna haruslah disertai dengan informasi yang akurat.
Begitu pula dengan penataan ruang wilayah, penatan ruang tidaklah berskala kecil namun besar
dan dampak yang ditimbulkan juga akan lebih besar terhadap kehidupan sehari-hari. Maka dari
itu untuk penataan ruang wilayah diperlukan informasi dan teknologi spasial untuk membantu
memberikan informasi yang akurat mengenai wilayah-wilayah termasuk ruang udara, ruang
darat , dan ruang perairan. Informasi geospasial ini telah ditetapkan dalam Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 2011, dimana di dalamnya berisi pedoman-pedoman mengenai informasi
geospasial.

Informasi geospasial dapat didefinisikan sebagai semua informasi yang menyangkut lokasi dan
keberadaan suatu objek pada permukaan bumi. Saat ini tren pembuatan informasi geospasial
seperti peta mengarah pada pembuatan peta-peta skala besar seperti skala 1:50.000. Penggunaan
peta-peta skala besar ini digunakan seperti pada perancangan tata ruang kota dan desa..

Informasi Geospasial (IG) diperlukan untuk implimentasi kebijakan pembangunan secara efektif
dan efesien. Berdasarkan Undang-Undang No. 4 Tahun 2011 tentang IG, BIG memiliki tugas
pokok dan fungsi yang lebih luas, tidak sekedar mengkoordinasikan dan melaksanakan kegiatan
survei pemetaan untuk menghasilkan peta namun membangun Informasi Geospasial yang dapat
dipertanggungjawabkan dan mudah diakses, menjadi regulator, eksekutor, koordinator
pembangunan IG Dasar, pembangunan IG Tematik, dan pembangunan Infrastruktur IG.

Pembangunan IG Dasar (IGD) ini penting, mengingat IGD menjadi acuan untuk IG Tematik
(IGT). Maka dari itu, penting untuk menjamin keterpaduan informasi geospasial nasional. Untuk
pembangunan IGT, akan mengkoordinasikan penyusunan IGT yang terintegrasi dengan
berpedoman pada norma, standar dan pedoman yang ditetapkan oleh BIG. Sementara
pembangunan Infrastruktur IG (IIG), akan membangun sistem pengelolaan dan akses terhadap
IG, sebagai implementasi kebijakan teknis yang mengacu kepada Peraturan Presiden No. 27
Tahun 2014 tentang Jaringan Informasi Geospasial Nasional.

Selain pentingnya IGD, IGT, dan IIG, Kebijakan Satu Peta (KSP) saat ini sangat penting bagi
wilayah Indonesia, yang merupakan solusi sempurna untuk mengatasi masalah tumpang tindih
izin penggunaan lahan. KSP bertujuan untuk membuat peta yang mengacu pada Satu
Georeferensi, Satu GeoStandard, Satu Geodatabase, dan Satu GeoCustodian pada tingkat akurasi
skala peta 1: 50.000. Tujuan utama dari kebijakan satu peta adalah sebagai standar referensi basis
data Geo-Portal, serta bermanfaat sebagai acuan untuk memperbaiki data spasial, akurasi
perencanaan tata ruang, akurasi dalam penyusunan kebijakan dan pengambilan keputusan.

KSP ini penting karena akan mengurangi kerancuan informasi geospasial dalam pelaksanaan
kebijakan pemerintah, pengurusan perizinan, maupun proyek strategis. Untuk bidang IIG, ada
beberapa hal yang juga sedang dikembangkan oleh BIG. Diantaranya terkait pengembangan
Sistem Informasi Desa (SID) berbasis spasial, pengembangan Ina-Geportal versi terbaru yang
memudahkan proses berbagi pakai IG, pembangunan simpul jaringan dan kelembagaan IG di
Indonesia, lalu juga pembangunan Pusat Pengembangan Infrastuktur Data Spasial (PPIDS) di
berbagai universitas di Indonesia.

Aspek penataan ruang disaat ini memerlukan GIS sebagai suatu alat untuk
membangun framework sebagai kerangka spasial yang memungkinkan proses keberlanjutan
didalamnya.

Sebagai sebuah alat bantu berbasis komputer dalam pengelolaan data keruangan, mencakup
beberapa aspek seperti:

 Membangun basis data yang bisa dikembangkan dimasa depannya.


 Mempercepat proses analisa dan memberikan informasi berbasis akurasi yang baik.
 Memungkinkan proses monitoring dan evaluasi dengan menggunakan parameter yang sesuai.

Kenapa GIS dibutuhkan

GIS dibutuhkan untuk penanganan data spatial yang sulit, terutama karena peta dan data statistik
cepat kedaluarsa sehingga pelayanan penyediaan data dan informasi yang diberikan menjadi
tidak akurat. GIS dibutuhkan untuk menangkap (capture), menyimpan (store), mengolah
(prosess), mengambil kembali (retrieve), menampilkan (represent) dan menyebarkan (transmit)
informasi.
GIS memungkinkan proses updating data, memungkinkan adanya analisis berdasarkan akurasi
yang diinginkan, serta pada suatu sistem yang lengkap serta terpelihara (manage) maka
memungkinkan monitoring dan evaluasi bisa dilakukan yang memungkinkan tujuan perencanaan
bisa dijaga, dan bukan hanya sebatas perencanaan.

Kemudahan yang diberikan GIS

 Penanganan data geospaial menjadi lebih baik dalam format baku


 Revisi dan pemutahiran data menjadi lebih mudah
 Data geospasial dan informasi menjadi lebih mudah dicari, dianalisa dan direpresentasikan
 Menjadi produk yang mempunyai nilai tambah
 Kemampuan menukar data geospasial
 Penghematan waktu dan biaya
 Keputusan yang diambil (decision support systems) menjadi lebih baik

Referensi:

file:///C:/Users/user/Downloads/UU%20Nomor%2026%20Tahun%202007.pdf

file:///C:/Users/user/Downloads/PP%20Nomor%2021%20Tahun%202021.pdf

file:///C:/Users/user/Downloads/UU_Nomor_11_Tahun_2020-compressed.pdf

file:///C:/Users/user/Downloads/UU%204%20Tahun%202011.pdf

https://tarubali.baliprov.go.id/peranan-gis-dalam-penataan-
ruang/#:~:text=GIS%20memungkinkan%20proses%20updating%20data,dan%20bukan%20hany
a%20sebatas%20perencanaan.

https://www.researchgate.net/profile/Hasanuddin-Z-
Abidin/publication/322634425_Peranan_Informasi_Geospasial_Dalam_Percepatan_Pembangun
an_Nasional/links/5a654f08a6fdccb61c57fd90/Peranan-Informasi-Geospasial-Dalam-
Percepatan-Pembangunan-Nasional.pdf

Anda mungkin juga menyukai