Anda di halaman 1dari 11

Lex Administratum, Vol. VII/No.

2/Apr-Jun/2019

IMPLEMENTASI PENATAAN RUANG DALAM terhadap kelestarian dan keseimbangan


PERATURAN DAERAH RENCANA TATA RUANG wilayah ini.
WILAYAH (RTRW) MENURUT UNDANG- Kata kunci: penetaan ruang; peraturan daerah;
UNDANG NOMOR 26 TAHUN 20071 rtrw;
Oleh: Vernanda Yuniar Ulenaung2
PENDAHULUAN
ABSTRAK A. Latar Belakang
Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang
mengetahui bagaimana implementasi Penataan Ruang mengamanatkan bahwa
Peraturan Daerah menurut Rencana Tata Ruang semua tingkatan administrasi pemerintahan,
Wilayah (RTRW) menurut Undang-Undang mulai dari nasional, provinsi, kabupaten/kota
Nomor 26 Tahun 2007 dan bagaimana dampak diwajibkan menyusun Rencana Tata Ruang
penataan ruang sebagai faktor penghambat (RTR). Hingga saat ini, sebagian besar Rencana
dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) di Tata Ruang Wilayah (RTRW) di daerah telah
tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota, yang disusun dan dilegalkan dalam bentuk Perda.3
dengan metode penelitian hukum normatif Sebagaimana dalam Pasal 1 butir 1 Undang-
disimpulkan bahwa: 1. Implementasi Peraturan Undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan
Daerah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Ruang, ditegaskan bahwa: “Ruang adalah
menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun wadah yang meliputi: ruang darat, laut, dan
2007 melalui Penyelenggaraan Penataan Ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai
secara nasional untuk mewujudkan ruang satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan
nusantara yang aman, nyaman, produktif, dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan
berkelanjutan, mengamanatkan agar dibentuk memelihara kelangsungan hidupnya”.4
peraturan pelaksanaan sebagai landasan Pengertian atau rumusan di atas menunjukan
operasional dalam mengimplementasikan bahwa “ruang” itu sebagai wadah memiliki arti
ketentuan-ketentuan Undang-Undang tersebut. yang luas, yang mencakup tiga dimensi, yakni:
Setelah rencana tata ruang wilayah darat, laut, dan udara yang disoroti baik secara
kabupaten/kota ditetapkan dalam Peraturan horizontal maupun vertikal. Dengan demikian,
Daerah, selanjutnya digunakan sebagai Penataan Ruang (PR) juga menjangkau ketiga
pedoman dalam penyusunan rencana dimensi itu secara vertikal maupun horizontal
pembangunan jangka panjang daerah, dengan berbagai aspek yang terkait dengannya,
penyusunan rencana pembangunan jangka seperti: ekonomi, ekologi, sosial, dan budaya
menengah daerah, pemanfaatan ruang dan serta berbagai kepentingan didalamnya.5
pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah
kabupaten serta mewujudkan keterpaduan, B. Rumusan Masalah
keterkaitan, dan keseimbangan antar sector, 1. Bagaimana implementasi Peraturan
penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk Daerah menurut Rencana Tata Ruang
investasi, penataan ruang kawasan strategis Wilayah (RTRW) menurut Undang-
kabupaten/kota. 2. Faktor penghambat dalam Undang Nomor 26 Tahun 2007?
Rencana Tata Ruang Wilayah di tingkat Provinsi 2. Bagaimana dampak penataan ruang
dan Kabupaten/Kota antara lain; Masalah fisik sebagai faktor penghambat dalam
lahan yang tidak sesuai peruntukkannya, daya Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) di
dukung lingkungan, tingkat kepedulian aparat tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota?
penegak hukum, dan keterbatasan SDM dan
budaya masyarakat yang masih kurang peduli
terhadap lingkungan. Bertambahnya jumlah
pemukiman yang akan berdampak serius
3Lihat: Rencana Tata Ruang dan Rencana Pembangunan
https://www.bappenas.go.id/files/kajian.trp/Kajian_Peny
usunan_Materi_Teknis_Pedoman_Sinkronisasi_Rencana_
1 Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing: Dr. Tommy F. Tata_Ruang_dan_Rencana_Pembangunan.pdf
Sumakul, SH, MH; Dr. Denny B. A. Karwur, SH, M.Si 4 Lihat Pasal 1 butir 1 UUPR
2 Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. 5 A. M. Yunus Wahid, Pengantar Hukum Tata Ruang,

16071101064 Jakarta: Prenadamedia Group, 2014, hlm.2

63
Lex Administratum, Vol. VII/No. 2/Apr-Jun/2019

C. Metode Penelitian keserasian pembangunan di segala bidang


Penelitian ini menggunakan penelitian pembangunan yang secara spesial dirumuskan
hukum normatif. dalam RTRWN.
Penggunaan sumber daya alam dilakukan
PEMBAHASAN secara terencana, rasional, optimal,
A. Implementasi Peraturan Daerah menurut bertanggung jawab, dan sesuai dengan
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kemampuan daya dukungnya dengan
menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun mengutamakan sebesar-besamya untuk
2007 kemakmuran rakyat, memperkuat struktur
1. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional ekonomi yang memberikan efek pengganda
(RTRWN) yang maksimum terhadap pengembangan
Penjelasan atas Peraturan Pemerintah industri pengolahan dan jasa dengan
Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2017 memperhatikan kelestarian fungsi dan
Tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah keseimbangan lingkungan hidup, serta
Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata keanekaragaman hayati guna mewujudkan
Ruang Wilayah Nasional : Sesuai dengan pembangunan yang berkelanjutan.
amanat Pasal 20 Undang-Undang Nomor 26 Sehubungan dengan itu, RTRWN yang
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Rencana berlandaskan Wawasan Nusantara dan
Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) Ketahanan Nasional merupakan matra spesial
merupakan pedoman untuk penyusunan dalam pembangunan nasional yang mencakup
rencana pembangunan jangka panjang pemanfaatan sumber daya alam yang
nasional, penyusunan rencana pembangunan berkelanjutan dan pelestarian lingkungan hidup
jangka menengah nasional, pemanfaatan ruang yang dilakukan secara arnan, tertib, efektif, dan
dan pengendalian pemanfaatan ruang di elisien. RTRWN memadukan dan menyerasikan
wilayah nasional, mewujudkan keterpaduan, tata guna tanah, tata guna udara, tata guna air,
keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan dan tata guna sumber daya alam lainnya dalam
antarwilayah provinsi, keserasian antarsektor, satu kesatuan tata lingkungan yang harmonis
penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk dan dinamis serta ditunjang oleh pengelolaan
investasi, penataan ruang kawasan strategis perkembangan kependudukan yang serasi dan
nasional, serta penataan ruang wilayah provinsi disusun melalui pendekatan wilayah dengan
dan kabupaten/ kota. memperhatikan sifat lingkungan alam dan
RTRWN disusun dengan memperhatikan lingkungan sosial.
dinamika pembangunan yang berkembang, Untuk itu, penyusunan RTRWN ini
antara lain tantangan globalisasi, otonomi dan didasarkan pada upaya untuk mewujudkan
aspirasi daerah, keseimbangan perkembangan tujuan penataan ruang wilayah nasional, antara
antara kawasan barat Indonesia dengan lain, meliputi perwujudan ruang wilayah
kawasan timur Indonesia, kondisi fisik wilayah nasional yerng aman, nyaman, produktif, dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkelanjutan, serta perwujudan keseimbangan
rentan terhadap bencana, dampak pemanasan dan keserasian perkembangan antarwilayah
global, pengembangan potensi kelautan dan yang diterjemahkan dalam kebijakan dan
pesisir, pemanfaatan ruang , penanganan strategi pengembangan struktur ruang dan pola
kawasan perbatasan negara, serta peran ruang wilayah nasional.
teknologi dalam memanfaatkan ruang. Struktur ruang wilayah nasional mencakup
Untuk mengantisipasi dinamika sistem pusat perkotaan nasional, sistem
pembangunan tersebut, upaya pembangunan jaringan transportasi nasional, sistem jaringan
nasional juga harus ditingkatkan melalui energi nasional, sistem jaringan telekomunikasi
perencanaan, dan pengendalian pemanfaatan nasional, dan sistem jaringan sumber daya air.
ruang yang lebih baik agar seluruh pikiran dan Pola ruang wilayah nasional mencakup kawasan
sumber daya dapat diarahkan secara berhasil, lindung dan kawasan budi daya termasuk
dan berdaya guna. Salah satu hal penting yang kawasan andalan dengan sektor unggulan yang
dibutuhkan uituk mencapai tujuan tersebut prospektif dikembangkan serta kawasan
adalah melalui peningkatan keterpaduan dan strategis nasional.

64
Lex Administratum, Vol. VII/No. 2/Apr-Jun/2019

Selain rencana pengembangan struktur (1) Ruang Wilayah Negara Kesatuan


ruang dan pola ruang, RTRWN ini juga Republik Indonesia menghadapi
menetapkan kriteria penetapan struktur ruang, tantangan dan permasalahan terutama
pola ruang, kawasan andalan, kawasan strategis karena:
nasional, arahan pemanfaatan ruang yang a. terletak pada kawasan cepat
merupakan indikasi program utama jangka berkembang (pacific ocean rim dan
menengah lima tahunan, serta arahan indian ocean rim) yang menuntut
pengendalian pemanfaatan ruang yang terdiri perlunya mendorong daya saing
atas indikasi arahan peraturan zonasi, arahan perekonomian;
perizinan, arahan insentif dan disinsentif, serta b. terletak pada kawasan pertemuan 3
arahan sanksi. Secara substansial rencara tata (tiga) lempeng tektonik yang
ruang pulau/ kepulauan dan kawasan strategis mengakibatkan rawan bencana
nasional sangat berkaitan erat dengan RTRWN geologi sehingga menuntut
karena merupakan kewenangan Pemerintah prioritisasi pertimbangan aspek
dan perangkat untuk mengoperasionalkannya. mitigasi bencana;
Oleh karena itu, penetapan Peraturan c. meningkatnya intensitas kegiatan
Pemerintah ini mencakup pula penetapan pemanfaatan ruang terkait
kawasan strategis nasional.6 eksploitasi sumber daya alam yang
mengancam kelestarian lingkungan
2. Penyelenggaraan Penataan Ruang termasuk pemanasan global; dan
Penjelasan atas Peraturan Pemerintah d. makin menurunnya kualitas
Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010 permukiman, meningkatnya alih
tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang: fungsi lahan yang tidak terkendali,
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 dan tingginya kesenjangan antar dan
tentang Penataan Ruang sebagai landasan di dalam wilayah.
hukum komprehensif penyelenggaraan (2) Penyelenggaraan penataan ruang
penataan ruang secara nasional untuk masih menghadapi berbagai kendala,
mewujudkan ruang nusantara yang aman, antara lain pengaturan penataan ruang
nyaman, produktif, dan berkelanjutan, yang masih belum lengkap,
mengamanatkan agar dibentuk peraturan pelaksanaan pembinaan penataan
pelaksanaan sebagai landasan operasional ruang yang masih belum efektif,
dalam mengimplementasikan ketentuan- pelaksanaan penataan ruang yang
ketentuan Undang-Undang tersebut. masih belum optimal, dan pengawasan
Peraturan pelaksanaan dimaksud terdiri atas penataan ruang yang masih lemah.
18 (delapan belas) substansi mengenai aspek- Untuk itu diperlukan pengaturan
aspek dalam penyelenggaraan penataan ruang mengenai penyelenggaraan penataan
yang perlu diatur dengan peraturan ruang yang lebih lengkap dan rinci serta
pemerintah. Untuk mewujudkan harmonisasi dapat dijadikan acuan dalam mengatasi
dan keterpaduan pengaturan penyelenggaraan berbagai tantangan dan permasalahan
penataan ruang, perlu disusun peraturan yang dihadapi secara terpadu, serasi,
pemerintah tentang penyelenggaraan penataan selaras, seimbang, efisien, dan efektif.
ruang yang memadukan berbagai substansi (3) berkembangnya pemikiran dan
yang belum diatur secara tegas dalam Undang- kesadaran di tengah masyarakat untuk
Undang tersebut dan diamanatkan untuk diatur meningkatkan kinerja penyelenggaraan
lebih lanjut sebagai landasan hukum bagi penataan ruang yang lebih menyentuh
praktik penyelenggaraan penataan ruang. hal-hal yang terkait langsung dengan
Perlunya pengaturan mengenai permasalahan kehidupan masyarakat,
penyelenggaraan penataan ruang didasarkan terutama dengan meningkatnya
pada pertimbangan antara lain: bencana banjir dan longsor, kemacetan
lalu lintas, bertambahnya perumahan
kumuh, berkurangnya ruang publik dan
ruang terbuka hijau di kawasan
6 Lihat Penjelasan PP No. 13 Tahun 2017

65
Lex Administratum, Vol. VII/No. 2/Apr-Jun/2019

perkotaan, kurang memadainya terjadi penyimpangan dalam penyelenggaraan


kapasitas kawasan metropolitan penataan ruang.
terhadap tekanan jumlah penduduk, Peran masyarakat merupakan hal yang
serta kurang seimbangnya sangat penting dalam penataan ruang karena
pembangunan kawasan perkotaan dan pada akhirnya hasil penataan ruang adalah
perdesaan. Hal tersebut menuntut untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat
adanya pengaturan yang lebih tegas serta untuk tercapainya tujuan penataan ruang,
dan jelas mengenai aspek-aspek yaitu terwujudnya ruang wilayah nasional yang
penyelenggaraan penataan ruang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan
terkait langsung dengan kehidupan berlandaskan wawasan nusantara dan
masyarakat. ketahanan nasional. Peran masyarakat dalam
Dalam Peraturan Pemerintah ini diatur penataan ruang dilakukan pada tahap
mengenai pengaturan penataan ruang, perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang,
pembinaan penataan ruang, pelaksanaan dan pengendalian pemanfaatan ruang di
perencanaan tata ruang, pelaksanaan tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota.
pemanfaatan ruang, pelaksanaan pengendalian Oleh karena itu, bentuk dan tata cara peran
pemanfaatan ruang, dan pengawasan penataan masyarakat dalam penataan ruang harus
ruang, di seluruh wilayah Negara Kesatuan memperhatikan Undang-Undang Nomor 32
Republik Indonesia. Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
3. Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat sebagaimana telah diubah beberapa kali
Dalam Penataan Ruang terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12
Penjelasan atas Peraturan Pemerintah Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas
Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2010 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Pemerintahan Daerah.
Masyarakat Dalam Penataan Ruang : Peraturan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32
Pemerintah ini merupakan pelaksanaan Pasal Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
65 ayat (3) Undang-Undang Nomor 26 Tahun pembinaan dan pengawasan atas
2007 tentang Penataan Ruang yang mengatur penyelenggaraan pemerintahan daerah
bentuk dan tata cara peran masyarakat dalam dilakukan secara berjenjang oleh Pemerintah
penataan ruang. kepada pemerintah daerah dan pemerintah
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 provinsi kepada pemerintah kabupaten/kota.
tentang Penataan Ruang, mengatur bahwa Dalam hal ini, Pemerintah dan pemerintah
penyelenggaraan penataan ruang dilakukan daerah memiliki tugas dan tanggung jawab
oleh Pemerintah dan pemerintah daerah dalam pembinaan dan pengawasan
dengan melibatkan peran masyarakat. pelaksanaan peran masyarakat di bidang
Peran Masyarakat dalam penataan ruang penataan ruang. Oleh karena itu, pembinaan
sebagaimana yang dimaksud di atas dilakukan, dan pengawasan pelaksanaan peran
antara lain, melalui: masyarakat di bidang penataan ruang oleh
• Partisipasi dalam penyusunan rencana Pemerintah dan pemerintah daerah harus
tata ruang dilaksanakan secara terkoordinasi, sehingga
• Partisipasi dalam pemanfaatan ruang terhindar kesenjangan penanganan ataupun
• Partisipasi dalam pengendalian penanganan yang tumpang tindih dalam upaya
pemanfaatan ruang mewujudkan tujuan penataan ruang.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara Peran masyarakat dapat dilakukan oleh
dan bentuk peran masyarakat dalam penataan orang perseorangan, kelompok orang termasuk
ruang sebagaimana dimaksud di atas dengan masyarakat hukum adat, korporasi, dan/atau
peraturan pemerintah. Masyarakat yang pemangku kepentingan nonpemerintah lain
dirugikan akibat penyelenggaraan penataan dalam penataan ruang. Pemangku kepentingan
ruang dapat mengajukan gugatan melalui nonpemerintah lain dapat mewakili
pengadilan. Dalam hal masyarakat mengajukan kepentingan individu, kelompok orang, sektor,
gugatan sebagaimana dimaksud di atas, dan/atau profesi. Dalam penataan ruang,
tergugat dapat membuktikan bahwa tidak pengaturan bentuk dan tata cara peran

66
Lex Administratum, Vol. VII/No. 2/Apr-Jun/2019

masyarakat sangat diperlukan antara lain, melaksanakan ketentuan Pasal 18 ayat (3)
untuk menjamin terlaksananya hak dan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007, dan
kewajiban masyarakat di bidang penataan sebagai pedoman bagi Pemerintah Daerah
ruang, mewujudkan pelaksanaan penataan Provinsi dan Pemerintah Daerah
ruang yang transparan, efektif, akuntabel, dan Kabupaten/Kota dalam penyusunan Rencana
berkualitas, memperbaiki mutu perencanaan, Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi dan RTRW
serta membantu terwujudnya pemanfaatan Kabupaten/Kota.
ruang sesuai dengan rencana tata ruang yang Ruang lingkup Permenag No. 1/2018
telah ditetapkan. Bentuk peran masyarakat meliputi tata cara penyusunan dan muatan
dalam penataan ruang antara lain berupa RTRW Provinsi/Kabupaten/Kota.
masukan serta kerja sama dalam perencanaan Permenag No. 1/2018 memiliki 3 (tiga)
tata ruang, pemanfaatan ruang, dan lampiran, yaitu:
pengendalian pemanfaatan ruang. a. Lampiran I tentang Tata Cara dan Muatan
Adapun tata cara peran masyarakat RTRW Provinsi
dilaksanakan sesuai tahap perencanaan tata b. Lampiran II tentang Tata Cara dan
ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian Muatan RTRW Kabupaten
pemanfaatan ruang. Masyarakat sebagai mitra c. Lampiran III tentang Tata Cara dan
Pemerintah dan pemerintah daerah, Muatan RTRW Kota.
diharapkan dapat digali segala potensinya agar Masa berlaku RTRW
mereka bisa mendayagunakan kemampuannya Provinsi/Kabupaten/Kota adalah 20 (dua puluh)
secara aktif sebagai sarana untuk melaksanakan tahun sejak diundangkannya RTRW tersebut.
perannya dan sebagai perwujudan dari hak dan Tata Cara Penyusunan RTRW Provinsi,
kewajiban masyarakat dalam penataan ruang. Kabupaten dan Kota meliputi tahapan-tahapan
Dalam Peraturan Pemerintah ini juga diatur sebagai berikut:
kewajiban, tugas, dan tanggung jawab a. persiapan;
Pemerintah dan pemerintah daerah dalam b. pengumpulan data dan informasi;
mendukung pelaksanaan peran masyarakat c. pengolahan dan analisis data;
dalam penataan ruang, antara lain melalui d. penyusunan konsep; dan
pembinaan dan pengawasan pelaksanaan e. penyusunan dan pembahasan rancangan
peran masyarakat di bidang penataan ruang, peraturan daerah tentang RTRW Provinsi,
pembangunan sistem informasi dan komunikasi RTRW Kabupaten/Kota.
penataan ruang, dan pendanaan. Masyarakat Penyusunan RTRW diselesaikan dalam
yang makin maju menuntut keterlibatan yang waktu paling lama 15 bulan. Penyusunan RTRW
lebih besar dalam penyelenggaraan penataan melibatkan pemangku kepentingan dan
ruang. masyarakat. Yang dimaksud sebagai
Oleh karena itu, Peraturan Pemerintah ini masyarakat adalah perseorangan, kelompok
memberikan pengaturan yang memberikan orang termasuk masyarakat hukum adat,
peluang bagi seluruh lapisan masyarakat untuk korporasi dan/atau pemangku kepentingan
berperan dalam penataan ruang.7 nonpemerintah lain dalam penyelenggaraan
penataan ruang.
4. Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Berdasarkan Permenag No. 1/2018,
Wilayah Provinsi, Kabupaten/Kota. keterlibatan masyarakat dilakukan dalam
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang beberapa tahapan, di antaranya:
Wilayah Provinsi, Kabupaten dan Kota diatur • Pada tahapan persiapan, masyarakat
dalam Peraturan Menteri Agraria dan Tata akan terlibat secara pasif dengan
Ruang/Kepala Badan Pertahanan Nasional No. 1 dilakukannya pemberitaan mengenai
Tahun 2018 (Permenag No. 1/2018). informasi penyusunan RTRW, di
Permenag No. 1/2018 ini mulai berlaku sejak antaranya dengan dilakukannya
tanggal 20 Maret 2018, Permenag No. 1/2018 pertemuan terbuka dengan
diterbitkan dengan latar belakang untuk masyarakat/kelompok masyarakat;
• Pada tahapan pengumpulan data dan
informasi, masyarakat dan pelaku usaha
7 Lihat Penjelasan Umum PP Nomor 68 Tahun 2010

67
Lex Administratum, Vol. VII/No. 2/Apr-Jun/2019

akan diperkenankan untuk memberikan prasarana wilayah provinsi yang


aspirasinya melalui angket, forum diskusi dikembangkan untuk melayani
public, wawancara, kotak aduan, dan kegiatan skala provinsi dan
metode lainnya. mengintegrasikan wilayah provinsi.
• Pada tahapan pengumpulan data dan c. Rencana Pola Ruang Wilayah
informasi, masyarakat juga akan terlibat Provinsi yang meliputi Kawasan
secara aktif dalam bentuk: peruntukan lindung provinsi dan
➢ permintaan data dan informasi Kawasan peruntukan budi daya
perorangan dan/atau kewilayahan provinsi.
yang diketahui/dimiliki oleh d. Penetapan Kawasan Strategis
masyarakat; Provinsi
➢ permintaan masukan, aspirasi dan e. Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah
opini awal usulan rencana penataan Provinsi yang berisi indikasi program
ruang; dan utama jangka menengah lima
➢ penjaringan informasi terkait potensi tahunan sampai akhir tahun
dan masalah penataan ruang. perencanaan 20 (dua puluh) tahun
• Pada tahapan penyusunan konsep RTRW, f. Arahan pengendalian pemanfaatan
masyarakat akan terlibat secara aktif ruang wilayah provinsi meliputi
dalam dialog yang dilakukan pada indikasi arahan peraturan zonasi,
konsultasi publik, workshop, dan focus arahan perizinan, arahan insentif
group discussion. dan disinsentif serta arahan sanksi.9
• Pada tahapan penyusunan dan 2) Penyusunan Rencana Tata Ruang
pembahasan rancangan peraturan Wilayah Kabupaten/Kota mengacu
daerah, dimana masyarakat dapat pada:
mengajukan usulan, keberatan dan a. Rencana Tata Ruang Wilayah
sanggahan terhadap naskah rancangan Nasional dan Rencana Tata Ruang
peraturan daerah.8 Wilayah Provinsi.
b. Pedoman dan petunjuk pelaksanaan
1) Penyusunan Rencana Tata Ruang bidang penataan ruang.
Wilayah Provinsi mengacu pada: c. Rencana pembangunan jangka
a. Rencana Tata Ruang Wilayah panjang daerah.
Nasional dan rencana rincinya Di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
melalui keterpaduan antar sektor, Kabupaten/Kota harus memuat unsur-
wilayah dan masyarakat. unsur:
b. Pedoman dan petunjuk pelaksanaan a. Tujuan, kebijakan, dan strategi
bidang Penataan Ruang penataan ruang wilayah
c. Rencana Pembangunan Jangka kabupaten/kota
Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi b. Rencana struktur ruang wilayah
Di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah kabupaten yang meliputi sistem
Provinsi harus memuat unsur-unsur: perkotaan di wilayahnya yang
a. Tujuan, kebijakan, dan strategi terkait dengan kawasan pedesaan
penataan ruang wilayah provinsi dan sistem jaringan prasarana
b. Rencana Struktur Ruang Wilayah wilayah kabupaten.
Provinsi yang meliputi sistem c. Rencana pola ruang wilayah
susunan pusatpusat permukiman kabupaten yang meliputi kawasan
(sistem perkotaan wilayah provinsi lindung kabupaten dan kawasan
yang berkaitan dengan kawasan budi daya kabupaten.
perdesaan dalam wilayah d. Penetapan kawasan strategis
pelayanannya) dan sistem jaringan kabupaten

8 http://www.hukumproperti.com/konstruksi/pedoman-
penyusunan-rencana-tata-ruang-wilayah-provinsi- 9Lihat Lampiran I PerMen ATR/KBPN No. 1 Tahun 2018
kabupaten-dan-kota/ Pedoman Penyusunan RTRW Provinsi

68
Lex Administratum, Vol. VII/No. 2/Apr-Jun/2019

e. Arahan pemanfaatan ruang wilayah a. Penyusunan rencana pembangunan


kabupaten yang berisi indikasi jangka panjang daerah
program utama jangka menengah b. Penyusunan rencana pembangunan
lima tahunan. jangka menengah daerah
f. Ketentuan pengendalian c. Pemanfaatan ruang dan pengendalian
pemanfaatan ruang, wilayah pemanfaatan ruang di wilayah kabupaten
kabupaten yang berisi ketentuan d. Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan,
umum peraturan zonasi, ketentuan dan keseimbangan antar sector
perizinan, ketentuan insentif dan e. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk
disinsentif, serta arahan sanksi.10 investasi
Adapun isi dari rencana tata ruang wilayah f. Penataan ruang kawasan strategis
kota terdiri dari hal-hal yang sama seperti kabupaten/kota
wilayah kabupaten dengan ditambahkan hal-
hal sebagai berikut:11 B. Faktor-Faktor Penghambat Dalam Rencana
a. Rencana penyediaan dan pemanfaatan Tata Ruang Wilayah (RTRW) di tingkat
ruang terbuka hijau. Provinsi dan Kabupaten/Kota
b. Rencana penyediaan dan pemanfaatan Kegiatan penataan ruang yang dilakukan
ruang terbuka non hijau pemerintah daerah senantiasa mengacu bahwa
c. Rencana penyediaan dan pemanfaatan seluruh kehidupan rakyat, termasuk
prasarana dan sarana jaringan pejalan perekonomiannya untuk membangun
kaki, angkutan umum, kegiatan sektor masyarakat yang adil dan makmur, maka perlu
informal, dan ruangan evakuasi bencana, ada tindakan pengaturan pengembangan
yang dibutuhkan untuk menjalankan kawasan strategis, kawasan bisnis, dan
fungsi kota sebagai pusat pelayanan pariwisata terpadu yang sesuai dengan rencana
sosial ekonomi dan pusat pertumbuhan tata ruang wilayah yang di tingkat provinsi dan
wilayah. kabupaten/kota. Dalam kita melaksanakan
Ketentuan mengenai penyediaan ruang kegiatan pelaksanaan RTRW tentu ada faktor-
terbuka hijau adalah sebagai berikut: faktor penghambat atau permasalahan yang
a. Ruang terbuka hijau terdiri dari ruang akan menghambat pelaksanaan kegiatan
terbuka hijau publik dan ruang terbuka tersebut.
hijau privat 1. Faktor penghambat dalam Rencana Tata
b. Proporsi ruang terbuka hijau pada Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP)
wilayah kota paling sedikit 30 (tiga puluh) 1) Sumber Daya Manusia, kualitas dan
persen luas dari luas wilayah kota kuantitas sumber daya manusia masih
c. Proporsi ruang terbuka hijau publik pada rendah.
wilayah kota paling sedikit 20 (dua puluh) 2) Partisipasi Masyarakat Masih Rendah, hal
persen dari luas wilayah kota ini disebabkan tidak tersampaikannya
d. Distribusi ruang terbuka hijau publik informasi tentang Peraturan Daerah
disesuaikan dengan sebaran penduduk mengenai RTRW dan kurangnya
dan hierarki pelayan dengan kesadaran masyarakat dalam mematuhi
memperhatikan rencana struktur dan penetapan pemanfaatan ruang.
pola ruang. 3) Kepastian Hukum, dalam pemanfaatan
Setelah rencana tata ruang wilayah ruang belum maksimal sehingga
kabupaten/kota ditetapkan dalam Peraturan pelanggaran mengenai RTRW belum
Daerah, selanjutnya digunakan sebagai ada.13
pedoman dalam:12 Faktor penghambat RTRW antara lain
disebabkan oleh kurangnya tenaga teknis pada
beberapa daerah terkait elaborasi kebutuhan
10 Lihat Lampiran II dan III PerMen ATR/KBPN No. 1 Tahun
2018 Pedoman Penyusunan RTRW Kab/Kota
11 Ridwan Juniarso dan Achmad Sodik, Hukum Tata Ruang 13

dalam konsep Kebijakan Otonomi Daerah, Bandung: https://media.neliti.com/media/publications/implementa


Penerbit Nuansa, 2007, hlm. 111 si-kebijakan-rencana-tata-ruang-wilayah-rtrw-dalam-
12 Ibid. hlm. 112 perspektif-pembangunan.pdf

69
Lex Administratum, Vol. VII/No. 2/Apr-Jun/2019

pemanfaatan ruang antar kabupaten dan kota • Penempatan pejabat yang tidak sesuai
dalam provinsi yang memang kompleks dan dengan kemampuannya di bidang tata
rumit. Adapun juga faktor permasalahan dalam ruang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi sebagai • Pimpinan dan pejabat daerah tidak
berikut: menguasai persoalan dan kebutuhan
1. Anggaran ruang di daerahnya
• Belum adanya standar tentang • Ketidakpahaman masyarakat akan
anggaran/biaya untuk penyusunan pentingnya tata ruang serta perannya
suatu produk rencana tata ruang. dalam penataan ruang
• Kemampuan penyediaan anggaran • Masih minimnya jumlah Penyidik
masing-masing daerah berbeda untuk Pengawas Negeri Sipil Bidang Tata
membiayai penyusunan rencana tata Ruang
ruang dan ketersediaannyapun • Rendahnya kualitas pemahaman
cenderung terbatas stakeholders terhadap penataan
2. Data ruang
• Ketersediaan data regional/wilayah 4. Konflik
dalam lingkup kabupaten baik data • Tarik ulur kepentingan politik/
umum maupun data sektoral sulit penguasa/ pribadi/ kelompok dalam
diperoleh merumuskan dan menetapkan
• Kualitas dan kuantitas data berbeda rencana tata ruang
untuk jenis data yang sama karena • Perencanaan tata ruang saat ini masih
sumber keluaran yang berbeda cenderung berorientasi pada
• Tidak adanya sinkronisasi dan pencapaian tujuan ideal jangka
koordinasi antar intansi mengenai panjang yang sering meleset akibat
data masing-masing/Ego sektoral banyaknya ketidakpastian
masih mendominasi keakuratan data • Rencana yang disusun cenderung
yang selalu dipertanyakan terkait menggunakan pendekatan pemikiran
dengan cara perolehan data yang sekadar untuk memecahkan masalah
cenderung berdasarkan asumsi secara ad hoc yang berjangka pendek
• Ketersediaan Peta Citra Satelit di dan kurang berwawasan luas
daerah yang terbatas • Perencanaan tata ruang cenderung
• Citra satelit dan peta yang dibuat terlalu ditekankan pada aspek
dalam rencana tata ruang harus penataan ruang dalam arti fisik dan
melalui proses persetujuan peta di visual tanpa memperhatikan aspek-
BIG aspek yang berkaitan dengan
• Penggunaan foto udara dan drone perencanaan komunitas (social-
yang merupakan teknologi yang masih budaya) dan perencanaan sumber
sangat mahal, masih belum dapat daya
dijangkau bagi sebagian Pemda, • Kota dan daerah masih hampir selalu
meskipun ada Pemda yang telah dilihat dalam bentuk hirarki pohon
memiliki. yang tampaknya saja sederhana,
3. Sumber Daya Manusia padahal dalam kehidupan
• Keterbatasan kemampuan sumber sesungguhnya berbentuk hirarki-
daya manusia baik pemerintah jaring yang sangat kompleks.
maupun pihak ketiga dalam hal: • Peran serta masyarakat dalam proses
- Melakukan pengolahan dan perencanaan tata ruang dan
analisis data pengelolaan lingkungan hidup pun
- Merumuskan konsep rencana masih sangat terbatas.
- Membuat dan menyajikan peta 5. Koordinasi
• Keterbatasan sumber daya di daerah • Kurangnya koordinasi antar instansi
yang berlatar belakang pendidikan dalam penyusunan Rencana Tata
perencanaan wilayah dan kota Ruang dan Rancangan Peraturannya

70
Lex Administratum, Vol. VII/No. 2/Apr-Jun/2019

• Kurang optimalnya peranan BKPRD sehingga memberikan hasil yang tidak


dalam melaksanakan tugas dan optimal dan merugikan. Misalnya lahan
fungsinya yang seharusnya merupakan hutan
• Regulasi/ peraturan hukum yang lindung ternyata dimanfaatkan untuk
kurang sinkron antara satu dengan kepentingan pertanian, permukiman, dan
yang lain, contohnya antara lain-lain.
Permendagri dengan Permen PU b. Masalah Daya Dukung Lingkungan
• Tidak adanya keseragaman14 Masalah daya dukung lingkungan yang
Penyusunan rencana tata ruang wilayah dihadapi kegiatan perencanaan RTRW
provinsi harus memperhatikan: Kabupaten/Kota saat ini diantaranya:
• Perkembangan permasalahan nasional - Kepadatan penduduk
dan hasil pengkajian implikasi penataan - Pembangunan daerah sempadan
ruang provinsi sungai sebagai daerah permukiman
• Upaya pemerataan pembangunan dan dan pengambilan bahan galian.
pertumbuhan ekonomi provinsi c. Masalah Tata Ruang
• Keselarasan aspirasi pembangunan - Terjadinya tumpang tindih
provinsi dan pembangunan penggunaan lahan akibat hukum dan
kabupaten/kota peraturan tidak ditaati.
• Daya dukung dan daya tampung - Tingkat partisipasi dan
lingkungan hidup pendayagunaan RTRW masih rendah,
• Rencana pembangunan jangka panjang baik oleh aparat pemerintah maupun
daerah masyarakat.
• Rencana tata ruang wilayah provinsi yang 1) Lemahnya penegak hukum,
berbatasan kurangnya ketegasan aparat
pemerintah dalam pengendalian
• Rencana tata ruang kawasan strategis
tata ruang.
provinsi
2) Tingkat pelayanan pusat
• Rencana tata ruang wilayah
pengembangan wilayah masih
kabupaten/kota15
kurang terhadap penyanggap
(hinterland).
2. Faktor penghambat dalam Rencana Tata
3) Rencana tata ruang wilayah yang
Ruang Wilayah Kabupaten/Kota (RTRWK)
masih bersifat umum dan
Melaksanakan perencanaan tata ruang di
diperlukannya rencana detail tata
kabupaten/kota, ada banyak faktor yang
ruang dalam bentuk peraturan
mempengaruhinya baik faktor penghambat
daerah yang telah memiliki fungsi
maupun faktor pendukung. Adapun faktor
masing-masing.
penghambat dalam penataan tata ruang
4) Kurangnya pemahaman dari
wilayah kabupaten/kota adalah sebagai
aparatur pemerintah
berikut:16
penyelenggara perizinan mengenai
a. Masalah Fisik
RTRW Kabupaten/Kota, sehingga
Identifikasi masalah fisik merupakan hal
ditemui izin yang diberikan tidak
yang penting untuk dibahas dalam
sesuai dengna fungsi peruntukkan
pengendalian pemanfaatan ruang,
ruang.
karena bisa terjadi penggunaan lahan
Berdasarkan uraian diatas, peranan
yang tidak sesuai dengan peruntukannya,
pemerintah dalam mengatasi masalah
pemanfaatan penataan ruang merupakan
14 konsekuensi dari tugas negara untuk menguasai
https://www.slideshare.net/mobile/hennyferniza/permas sumber daya alam untuk digunakan sebesar-
alahan-penataan-ruang-di-daerah besarnya bagi kemakmuran rakyat. Dalam
15 http://www.penataanruang.com/perencanaan-tata-
ruang-wilayah-provinsi.html
menjalankan perannya, pemerintah
16 Muchsin dan Koeswahyono Imam, Aspek Kebijaksanaan berkewajiban mewujudkan, menumbuhkan,
Hukum Penatagunaan Tanah dan Penataan Ruang, mengembangkan, serta meningkatkan
Jakarta: Sinar Grafika, 2008, hlm.23.

71
Lex Administratum, Vol. VII/No. 2/Apr-Jun/2019

kesadaran dan tanggung jawab para pengambil daerah. Solusi pemanfaatan ruang agar sesuai
keputusan dan masyarakat dalam pengelolaan dengan rencana tata ruang yaitu dengan
misalnya kawasan lindung dan budidaya. Hal itu melaksanakan prosedur pemberian izin sesuai
dapat dilakukan dengan mengembangkan dan dengan ketentuan yang berlaku, sebab izin
menerapkan kebijakan yang memanfaatkan merupakan salah satu bentuk instrumen yang
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. pertama dalam konteks pemanfaatan ruang.
Beberapa kebijakan pemerintah yang berkaitan
dengan upaya pengendalian kawasan lindung, PENUTUP
budidaya, penyangga dan kawasan tertentu A. Kesimpulan
hingga Peraturan Daerah, dan keputusan 1. Implementasi Peraturan Daerah Rencana
Gubernur/Bupati/Walikota telah banyak Tata Ruang Wilayah (RTRW) menurut
disiapkan bersamaan dengan perangkat Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
pendukungnya. melalui Penyelenggaraan Penataan
1. Kendala Dalam Pemanfaatan Tata Ruang Ruang secara nasional untuk
Pada dasarnya kendala dalam penyusunan mewujudkan ruang nusantara yang
Rencana Umum Tata Ruang tersebut antara aman, nyaman, produktif, dan
lain17 : berkelanjutan, mengamanatkan agar
1) Rencana yang tersusun tidak dibentuk peraturan pelaksanaan sebagai
memperhitungkan keserasian, landasan operasional dalam
keseimbangan, dan kelestarian mengimplementasikan ketentuan-
lingkungan. Karena itu, jika rencana ketentuan Undang-Undang tersebut.
tersebut dijalankan sebagaimana yang Setelah rencana tata ruang wilayah
ditetapkan maka diperkirakan dalam kabupaten/kota ditetapkan dalam
waktu jangka panjang akan berakibat Peraturan Daerah, selanjutnya digunakan
fatal bagi kelangsungan hidup manusia sebagai pedoman dalam penyusunan
dan makhluk hidup lainnya. rencana pembangunan jangka panjang
2) Tidak adanya ketegasan hukum bagi daerah, penyusunan rencana
setiap orang yang melanggar ketentuan pembangunan jangka menengah daerah,
dalam ruang. Artinya, bahwa setiap pemanfaatan ruang dan pengendalian
orang yang melakukan penyimpangan pemanfaatan ruang di wilayah kabupaten
penggunaan rencana tata ruang tidak serta mewujudkan keterpaduan,
pernah diberikan sanksi. keterkaitan, dan keseimbangan antar
3) Dalam perencanaan tata ruang selalu sector, penetapan lokasi dan fungsi ruang
disatukan dengan rencana untuk investasi, penataan ruang kawasan
pengembangan, sehingga penetapan strategis kabupaten/kota.
rencana tata ruang menjadi kabur karena 2. Faktor penghambat dalam Rencana Tata
simpang siur dengan rencana Ruang Wilayah di tingkat Provinsi dan
pengembangan. Seharusnya rencana Kabupaten/Kota antara lain; Masalah
pengembangan mengacu pada rencana fisik lahan yang tidak sesuai
tata ruang. peruntukkannya, daya dukung
4) Dalam penetapan rencana tata ruang lingkungan, tingkat kepedulian aparat
lebih banyak di dominasi oleh keputusan penegak hukum, dan keterbatasan SDM
politik, sehingga obyektifitas terhadap dan budaya masyarakat yang masih
karakteristik wilayah menjadi tidak dapat kurang peduli terhadap lingkungan.
berjalan dengan baik. Bertambahnya jumlah pemukiman yang
Dalam menghadapi otonomi daerah akan berdampak serius terhadap
dituntut untuk meningkatkan pendapatan asli kelestarian dan keseimbangan wilayah
daerah, sehingga setiap upaya pemanfaatan ini.
tata ruang diupayakan harus dapat
memberikan sumbangan nilai ekonomi bagi B. Saran
1. Bagi Pemerintah Kabupaten/Kota harus
konsisten dalam melaksanakan Rencana
17 Ibid, hlm.31

72
Lex Administratum, Vol. VII/No. 2/Apr-Jun/2019

Tata Ruang Wilayah, sehingga apa yang Pengembangan Wilayah, Yayasan Obor,
telah direncanakan sebelumnya dapat Jakarta.
terealisasi secara optimal. Pemerintah
juga diharapkan lebih tegas dalam
menerapkan aturan Peraturan Daerah
(Perda) yang telah dibuat, seperti dalam
hal melakukan penertiban maupun
memberikan perizinan pembangunan.
2. Bagi Masyarakat diharapkan untuk
mendukung program pemerintah
kabupaten/kota dengan menjalankan
dan mentaati peraturan yang sudah
ditetapkan pemerintah mengenai
Rencana Tata Ruang Wilayah.

DAFTAR PUSTAKA
A. M. Yunus Wahid, 2014 , Pengantar Hukum
Tata Ruang, Prenadamedia Group, Jakarta.
Hasni, 2010, Hukum Penataan Ruang dan
Penatagunaan Tanah , Rajawali Pers,
Jakarta.
Ridwan Juniarso Dan Achmad Sodik, 2007,
Hukum Tata Ruang dalam Konsep
Kebijakan Otonomi Daerah, Penerbit
Nuansa, Bandung.
Muchsin dan Koeswahyono Imam, 2008, Aspek
Kebijaksanaan Hukum Penatagunaan
Tanah dan Penataan Ruang, Sinar Grafika,
Jakarta.
Aca Sugandhy, 1987, Perencanaan Tata Ruang
Wilayah Berwawasan Lingkungan sebagai
Alat Keterpaduan Pembangunan, Makalah
pada konferensi PSL VII, Sulawesi Selatan.
Budi Winarno, 2005, Teori dan Proses Kebijakan
Publik, Media Pressindo, Yogyakarta.
Nurdin Usman, 2002, Konteks Implementasi
Berbasis Kurikulum, CV Obor Pustaka,
Semarang.
Hanifah Harsono, 2002, Implementasi
Kebijakan dan Politik, PT Mutiara Sumber
Widya, Bandung.
Solichin Abdul Wahab, 2004, Analisis Kebijakan
Dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan
Negara, PT. Bumi Aksara, Jakarta.
H. Tachjan, 2006, Implementasi Kebijakan
Publik, AIPI Bandung Luslit KP2W Lemlit
Unpad, Bandung.
Guntur Setiawan, 2004, Implementasi Dalam
Birokrasi Pembangunan, Remaja
Rosdakarya, Bandung.
Ernan Rustiadi, Sunsun Saefulhakim, Dyah R.
Panuju, 2009, Perencanaan dan

73

Anda mungkin juga menyukai