2/Apr-Jun/2019
63
Lex Administratum, Vol. VII/No. 2/Apr-Jun/2019
64
Lex Administratum, Vol. VII/No. 2/Apr-Jun/2019
65
Lex Administratum, Vol. VII/No. 2/Apr-Jun/2019
66
Lex Administratum, Vol. VII/No. 2/Apr-Jun/2019
masyarakat sangat diperlukan antara lain, melaksanakan ketentuan Pasal 18 ayat (3)
untuk menjamin terlaksananya hak dan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007, dan
kewajiban masyarakat di bidang penataan sebagai pedoman bagi Pemerintah Daerah
ruang, mewujudkan pelaksanaan penataan Provinsi dan Pemerintah Daerah
ruang yang transparan, efektif, akuntabel, dan Kabupaten/Kota dalam penyusunan Rencana
berkualitas, memperbaiki mutu perencanaan, Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi dan RTRW
serta membantu terwujudnya pemanfaatan Kabupaten/Kota.
ruang sesuai dengan rencana tata ruang yang Ruang lingkup Permenag No. 1/2018
telah ditetapkan. Bentuk peran masyarakat meliputi tata cara penyusunan dan muatan
dalam penataan ruang antara lain berupa RTRW Provinsi/Kabupaten/Kota.
masukan serta kerja sama dalam perencanaan Permenag No. 1/2018 memiliki 3 (tiga)
tata ruang, pemanfaatan ruang, dan lampiran, yaitu:
pengendalian pemanfaatan ruang. a. Lampiran I tentang Tata Cara dan Muatan
Adapun tata cara peran masyarakat RTRW Provinsi
dilaksanakan sesuai tahap perencanaan tata b. Lampiran II tentang Tata Cara dan
ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian Muatan RTRW Kabupaten
pemanfaatan ruang. Masyarakat sebagai mitra c. Lampiran III tentang Tata Cara dan
Pemerintah dan pemerintah daerah, Muatan RTRW Kota.
diharapkan dapat digali segala potensinya agar Masa berlaku RTRW
mereka bisa mendayagunakan kemampuannya Provinsi/Kabupaten/Kota adalah 20 (dua puluh)
secara aktif sebagai sarana untuk melaksanakan tahun sejak diundangkannya RTRW tersebut.
perannya dan sebagai perwujudan dari hak dan Tata Cara Penyusunan RTRW Provinsi,
kewajiban masyarakat dalam penataan ruang. Kabupaten dan Kota meliputi tahapan-tahapan
Dalam Peraturan Pemerintah ini juga diatur sebagai berikut:
kewajiban, tugas, dan tanggung jawab a. persiapan;
Pemerintah dan pemerintah daerah dalam b. pengumpulan data dan informasi;
mendukung pelaksanaan peran masyarakat c. pengolahan dan analisis data;
dalam penataan ruang, antara lain melalui d. penyusunan konsep; dan
pembinaan dan pengawasan pelaksanaan e. penyusunan dan pembahasan rancangan
peran masyarakat di bidang penataan ruang, peraturan daerah tentang RTRW Provinsi,
pembangunan sistem informasi dan komunikasi RTRW Kabupaten/Kota.
penataan ruang, dan pendanaan. Masyarakat Penyusunan RTRW diselesaikan dalam
yang makin maju menuntut keterlibatan yang waktu paling lama 15 bulan. Penyusunan RTRW
lebih besar dalam penyelenggaraan penataan melibatkan pemangku kepentingan dan
ruang. masyarakat. Yang dimaksud sebagai
Oleh karena itu, Peraturan Pemerintah ini masyarakat adalah perseorangan, kelompok
memberikan pengaturan yang memberikan orang termasuk masyarakat hukum adat,
peluang bagi seluruh lapisan masyarakat untuk korporasi dan/atau pemangku kepentingan
berperan dalam penataan ruang.7 nonpemerintah lain dalam penyelenggaraan
penataan ruang.
4. Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Berdasarkan Permenag No. 1/2018,
Wilayah Provinsi, Kabupaten/Kota. keterlibatan masyarakat dilakukan dalam
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang beberapa tahapan, di antaranya:
Wilayah Provinsi, Kabupaten dan Kota diatur • Pada tahapan persiapan, masyarakat
dalam Peraturan Menteri Agraria dan Tata akan terlibat secara pasif dengan
Ruang/Kepala Badan Pertahanan Nasional No. 1 dilakukannya pemberitaan mengenai
Tahun 2018 (Permenag No. 1/2018). informasi penyusunan RTRW, di
Permenag No. 1/2018 ini mulai berlaku sejak antaranya dengan dilakukannya
tanggal 20 Maret 2018, Permenag No. 1/2018 pertemuan terbuka dengan
diterbitkan dengan latar belakang untuk masyarakat/kelompok masyarakat;
• Pada tahapan pengumpulan data dan
informasi, masyarakat dan pelaku usaha
7 Lihat Penjelasan Umum PP Nomor 68 Tahun 2010
67
Lex Administratum, Vol. VII/No. 2/Apr-Jun/2019
8 http://www.hukumproperti.com/konstruksi/pedoman-
penyusunan-rencana-tata-ruang-wilayah-provinsi- 9Lihat Lampiran I PerMen ATR/KBPN No. 1 Tahun 2018
kabupaten-dan-kota/ Pedoman Penyusunan RTRW Provinsi
68
Lex Administratum, Vol. VII/No. 2/Apr-Jun/2019
69
Lex Administratum, Vol. VII/No. 2/Apr-Jun/2019
pemanfaatan ruang antar kabupaten dan kota • Penempatan pejabat yang tidak sesuai
dalam provinsi yang memang kompleks dan dengan kemampuannya di bidang tata
rumit. Adapun juga faktor permasalahan dalam ruang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi sebagai • Pimpinan dan pejabat daerah tidak
berikut: menguasai persoalan dan kebutuhan
1. Anggaran ruang di daerahnya
• Belum adanya standar tentang • Ketidakpahaman masyarakat akan
anggaran/biaya untuk penyusunan pentingnya tata ruang serta perannya
suatu produk rencana tata ruang. dalam penataan ruang
• Kemampuan penyediaan anggaran • Masih minimnya jumlah Penyidik
masing-masing daerah berbeda untuk Pengawas Negeri Sipil Bidang Tata
membiayai penyusunan rencana tata Ruang
ruang dan ketersediaannyapun • Rendahnya kualitas pemahaman
cenderung terbatas stakeholders terhadap penataan
2. Data ruang
• Ketersediaan data regional/wilayah 4. Konflik
dalam lingkup kabupaten baik data • Tarik ulur kepentingan politik/
umum maupun data sektoral sulit penguasa/ pribadi/ kelompok dalam
diperoleh merumuskan dan menetapkan
• Kualitas dan kuantitas data berbeda rencana tata ruang
untuk jenis data yang sama karena • Perencanaan tata ruang saat ini masih
sumber keluaran yang berbeda cenderung berorientasi pada
• Tidak adanya sinkronisasi dan pencapaian tujuan ideal jangka
koordinasi antar intansi mengenai panjang yang sering meleset akibat
data masing-masing/Ego sektoral banyaknya ketidakpastian
masih mendominasi keakuratan data • Rencana yang disusun cenderung
yang selalu dipertanyakan terkait menggunakan pendekatan pemikiran
dengan cara perolehan data yang sekadar untuk memecahkan masalah
cenderung berdasarkan asumsi secara ad hoc yang berjangka pendek
• Ketersediaan Peta Citra Satelit di dan kurang berwawasan luas
daerah yang terbatas • Perencanaan tata ruang cenderung
• Citra satelit dan peta yang dibuat terlalu ditekankan pada aspek
dalam rencana tata ruang harus penataan ruang dalam arti fisik dan
melalui proses persetujuan peta di visual tanpa memperhatikan aspek-
BIG aspek yang berkaitan dengan
• Penggunaan foto udara dan drone perencanaan komunitas (social-
yang merupakan teknologi yang masih budaya) dan perencanaan sumber
sangat mahal, masih belum dapat daya
dijangkau bagi sebagian Pemda, • Kota dan daerah masih hampir selalu
meskipun ada Pemda yang telah dilihat dalam bentuk hirarki pohon
memiliki. yang tampaknya saja sederhana,
3. Sumber Daya Manusia padahal dalam kehidupan
• Keterbatasan kemampuan sumber sesungguhnya berbentuk hirarki-
daya manusia baik pemerintah jaring yang sangat kompleks.
maupun pihak ketiga dalam hal: • Peran serta masyarakat dalam proses
- Melakukan pengolahan dan perencanaan tata ruang dan
analisis data pengelolaan lingkungan hidup pun
- Merumuskan konsep rencana masih sangat terbatas.
- Membuat dan menyajikan peta 5. Koordinasi
• Keterbatasan sumber daya di daerah • Kurangnya koordinasi antar instansi
yang berlatar belakang pendidikan dalam penyusunan Rencana Tata
perencanaan wilayah dan kota Ruang dan Rancangan Peraturannya
70
Lex Administratum, Vol. VII/No. 2/Apr-Jun/2019
71
Lex Administratum, Vol. VII/No. 2/Apr-Jun/2019
kesadaran dan tanggung jawab para pengambil daerah. Solusi pemanfaatan ruang agar sesuai
keputusan dan masyarakat dalam pengelolaan dengan rencana tata ruang yaitu dengan
misalnya kawasan lindung dan budidaya. Hal itu melaksanakan prosedur pemberian izin sesuai
dapat dilakukan dengan mengembangkan dan dengan ketentuan yang berlaku, sebab izin
menerapkan kebijakan yang memanfaatkan merupakan salah satu bentuk instrumen yang
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. pertama dalam konteks pemanfaatan ruang.
Beberapa kebijakan pemerintah yang berkaitan
dengan upaya pengendalian kawasan lindung, PENUTUP
budidaya, penyangga dan kawasan tertentu A. Kesimpulan
hingga Peraturan Daerah, dan keputusan 1. Implementasi Peraturan Daerah Rencana
Gubernur/Bupati/Walikota telah banyak Tata Ruang Wilayah (RTRW) menurut
disiapkan bersamaan dengan perangkat Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
pendukungnya. melalui Penyelenggaraan Penataan
1. Kendala Dalam Pemanfaatan Tata Ruang Ruang secara nasional untuk
Pada dasarnya kendala dalam penyusunan mewujudkan ruang nusantara yang
Rencana Umum Tata Ruang tersebut antara aman, nyaman, produktif, dan
lain17 : berkelanjutan, mengamanatkan agar
1) Rencana yang tersusun tidak dibentuk peraturan pelaksanaan sebagai
memperhitungkan keserasian, landasan operasional dalam
keseimbangan, dan kelestarian mengimplementasikan ketentuan-
lingkungan. Karena itu, jika rencana ketentuan Undang-Undang tersebut.
tersebut dijalankan sebagaimana yang Setelah rencana tata ruang wilayah
ditetapkan maka diperkirakan dalam kabupaten/kota ditetapkan dalam
waktu jangka panjang akan berakibat Peraturan Daerah, selanjutnya digunakan
fatal bagi kelangsungan hidup manusia sebagai pedoman dalam penyusunan
dan makhluk hidup lainnya. rencana pembangunan jangka panjang
2) Tidak adanya ketegasan hukum bagi daerah, penyusunan rencana
setiap orang yang melanggar ketentuan pembangunan jangka menengah daerah,
dalam ruang. Artinya, bahwa setiap pemanfaatan ruang dan pengendalian
orang yang melakukan penyimpangan pemanfaatan ruang di wilayah kabupaten
penggunaan rencana tata ruang tidak serta mewujudkan keterpaduan,
pernah diberikan sanksi. keterkaitan, dan keseimbangan antar
3) Dalam perencanaan tata ruang selalu sector, penetapan lokasi dan fungsi ruang
disatukan dengan rencana untuk investasi, penataan ruang kawasan
pengembangan, sehingga penetapan strategis kabupaten/kota.
rencana tata ruang menjadi kabur karena 2. Faktor penghambat dalam Rencana Tata
simpang siur dengan rencana Ruang Wilayah di tingkat Provinsi dan
pengembangan. Seharusnya rencana Kabupaten/Kota antara lain; Masalah
pengembangan mengacu pada rencana fisik lahan yang tidak sesuai
tata ruang. peruntukkannya, daya dukung
4) Dalam penetapan rencana tata ruang lingkungan, tingkat kepedulian aparat
lebih banyak di dominasi oleh keputusan penegak hukum, dan keterbatasan SDM
politik, sehingga obyektifitas terhadap dan budaya masyarakat yang masih
karakteristik wilayah menjadi tidak dapat kurang peduli terhadap lingkungan.
berjalan dengan baik. Bertambahnya jumlah pemukiman yang
Dalam menghadapi otonomi daerah akan berdampak serius terhadap
dituntut untuk meningkatkan pendapatan asli kelestarian dan keseimbangan wilayah
daerah, sehingga setiap upaya pemanfaatan ini.
tata ruang diupayakan harus dapat
memberikan sumbangan nilai ekonomi bagi B. Saran
1. Bagi Pemerintah Kabupaten/Kota harus
konsisten dalam melaksanakan Rencana
17 Ibid, hlm.31
72
Lex Administratum, Vol. VII/No. 2/Apr-Jun/2019
Tata Ruang Wilayah, sehingga apa yang Pengembangan Wilayah, Yayasan Obor,
telah direncanakan sebelumnya dapat Jakarta.
terealisasi secara optimal. Pemerintah
juga diharapkan lebih tegas dalam
menerapkan aturan Peraturan Daerah
(Perda) yang telah dibuat, seperti dalam
hal melakukan penertiban maupun
memberikan perizinan pembangunan.
2. Bagi Masyarakat diharapkan untuk
mendukung program pemerintah
kabupaten/kota dengan menjalankan
dan mentaati peraturan yang sudah
ditetapkan pemerintah mengenai
Rencana Tata Ruang Wilayah.
DAFTAR PUSTAKA
A. M. Yunus Wahid, 2014 , Pengantar Hukum
Tata Ruang, Prenadamedia Group, Jakarta.
Hasni, 2010, Hukum Penataan Ruang dan
Penatagunaan Tanah , Rajawali Pers,
Jakarta.
Ridwan Juniarso Dan Achmad Sodik, 2007,
Hukum Tata Ruang dalam Konsep
Kebijakan Otonomi Daerah, Penerbit
Nuansa, Bandung.
Muchsin dan Koeswahyono Imam, 2008, Aspek
Kebijaksanaan Hukum Penatagunaan
Tanah dan Penataan Ruang, Sinar Grafika,
Jakarta.
Aca Sugandhy, 1987, Perencanaan Tata Ruang
Wilayah Berwawasan Lingkungan sebagai
Alat Keterpaduan Pembangunan, Makalah
pada konferensi PSL VII, Sulawesi Selatan.
Budi Winarno, 2005, Teori dan Proses Kebijakan
Publik, Media Pressindo, Yogyakarta.
Nurdin Usman, 2002, Konteks Implementasi
Berbasis Kurikulum, CV Obor Pustaka,
Semarang.
Hanifah Harsono, 2002, Implementasi
Kebijakan dan Politik, PT Mutiara Sumber
Widya, Bandung.
Solichin Abdul Wahab, 2004, Analisis Kebijakan
Dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan
Negara, PT. Bumi Aksara, Jakarta.
H. Tachjan, 2006, Implementasi Kebijakan
Publik, AIPI Bandung Luslit KP2W Lemlit
Unpad, Bandung.
Guntur Setiawan, 2004, Implementasi Dalam
Birokrasi Pembangunan, Remaja
Rosdakarya, Bandung.
Ernan Rustiadi, Sunsun Saefulhakim, Dyah R.
Panuju, 2009, Perencanaan dan
73