Anda di halaman 1dari 11

Makalah Perbandingan Hukum Administrasi Negara

“Penataan Ruang Indonesia Dan Belanda”

SARUSUDIN

10400117053

PEMINATAN HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2020


BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tata ruang atau dalam bahasa Inggrisnya spatial plan adalah wujud struktur ruang dan


pola ruang disusun secara nasional, regional dan lokal. Secara nasional disebut Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional, yang dijabarkan ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi,
dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) tersebut perlu dijabarkan ke dalam Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota (RTRWK).

Ruang didefinisikan sebagai wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan


ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah,
tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan
hidupnya. Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.

Pembangunan suatu negara perlu memperhatikan tata ruang yang sangat penting bagi
suatu negara. Jika penataan ruang suatu negara buruk maka akan banyak permasalahan yang
terjadi seperti kebanjiran, penebangan hutan secara illegal, permasalahan lalu lintas, hilangnya
lahan terbuka , serta masih banyak masalah lain nya. Maka dari itu, penataan ruang sangat
perlu diperhatikan sebaik baiknya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Penataan Ruang di Indonesia ?
2. Bagaimana Penataan Ruang di Belanda ?
3. Apa Perbedaan Penataan Ruang di Indonesia dan di Belanda ?

C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Agar mengetahui bagaimana Penataan Ruang di Indonesia
2. Agar mengetahui bagaimana Penataan Ruang di Belanda
3. Agar mengetahui perbedaan Penataan Ruang di Indonesia dan di Belanda 1

1
https://id.wikipedia.org/wiki/Tata_Ruang
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENATAAN RUANG DI INDONESIA

Berdasarkan Undang-Undang nomor 26/2007 tentang Penataan Ruang, maka


perencanaan tata ruang Indonesia memiliki tiga tingkatan rencana tata ruang – nasional,
provinsi dan kabupaten. Rencana tata ruang yang dibuat oleh tiga tingkatan pemerintah
Indonesia seharusnya sesuai dengan satu sama lain. Pemerintah pusat mengembangkan
rencana nasional tata ruang (RTRWN) pertama, yang mendeliniasi daerah lindung untuk
kawasan lindung dan budidaya untuk pembangunan. Rencana tata ruang nasional dirancang
untuk jangka panjang, untuk jangka waktu 25 – 50 tahun.

Rencana tata ruang provinsi (RTRWP) kemudian dikembangkan berdasarkan rencana


tata ruang nasional. Rencana tata ruang provinsi dikembangkan untuk jangka waktu 15 tahun.
Dari rencana ini rencana tata ruang kabupaten strategis regional (RTRWK) kemudian
dikembangkan; dirancang untuk menjadi rencana jangka pendek untuk jangka waktu 5 tahun.
Rencana tata ruang semua tingkatan pemerintah direvisi setiap lima tahun. Rencana tata ruang
biasanya direvisi untuk menyesuaikan fungsi daerah sesuai dengan kondisi fisiknya.

Pasal 35 Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, ditegaskan


bahwa “Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui penetapan peraturan zonasi,
perizinan, pemberian insentif, disinsentif, serta pengenaan sanksi. Disini tampak jelas bahwa
instrumen pengendalian pemanfaatan ruanga ada lima, yaitu peraturan zonasi, perizinan,
pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi.

Penataan ruang di Indonesia berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan


Ruang itu menggunakan sistem regulatory atau konsep zoning yaitu pembangian lingkungan
kota dalam zona-zona dan menetapkan aturan pemanfaatan ruang berbasis zona dan
pengendalian pemanfaatan ruang yang berbeda-beda. Jadi, pemanfaatan ruangnya itu
didasarkan pada kepastian hukum yaitu berupa peraturan zoning kemudian semua jenis
rencana tata ruang ditetapkan atau disahkan menjadi produk hukum.

Perencanaan tata ruang di Indonesia, kawasan utamanya adalah kawasan lindung dan
kawasan budidaya. Kawasan lindung itu merupakan ruang unuk kegiatan pelestarian
lingkungan, sosial, budaya, ekonomi, pertahanan dan keamanan. Sementara itu, kawasan
budidaya merupakan kawasan yang diperuntukan untuk kegiatan seperti hutan produksi,
pertanian, perikanan, pertambangan, perindustrian, parawisata, temoat beribadah, pendidikan,
dan pertahanan keamanan.2

Rencana tata ruang biasanya direvisi untuk menyesuaikan fungsi daerah sesuai dengan
kondisi fisiknya. Struktur sistem perencanaan tata ruang yang mengalokasikan sejumlah besar
otoritas pengambilan keputusan kepada pemerintah provinsi dan kabupaten untuk
melaksanakan fungsi perencanaan tata ruang di daerahnya, termasuk otorisasi tingkat
kabupaten untuk mengalokasikan izin untuk kegiatan pemanfaatan lahan. Selain itu, seperti
dalam amanat Undang-Undang nomor 32 tahun 2009, maka Kajian Lingkungan Hidup
Strategis (KLHS) berfungsi untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan
yang terintegrasi ke dalam setiap rencana tata ruang pemerintah.

Dari KLHS yang belum dilakukan untuk rencana tata ruang, maka tidak boleh
ditandatangani oleh Menteri Dalam Negeri. Secara prinsip sebenarnya KLHS adalah suatu self
assessment untuk melihat sejauh mana Kebijakan, Rencana dan/atau Program (KRP) yang
diusulkan oleh pemerintah dan/atau pemerintah daerah telah mempertimbangkan prinsip
pembangunan berkelanjutan, baik untuk kepentingan ekonomi, dan sosial, selain lingkungan
hidup. Dengan KLHS ini pula diharapkan KRP yang dihasilkan dan ditetapkan oleh
pemerintah dan pemerintah daerah menjadi lebih baik.

Sebuah komponen kunci dari proses perencanaan tata ruang adalah partisipasi
masyarakat. Meskipun telah terdapat Peraturan Pemerintah nomor 68/2010 tentang bentuk dan
tata cara peran masyarakat dalam penataan ruang, namun Perpres ini oleh beberapa kritikus
dianggap belum diturunkan dan dirinci dalam aturan yang lebih teknis di tingkat kementerian. 
Hal ini dikuatirkan akan berpengaruh terhadap implementasi peran masyarakat dan
perencanaan maupun pengendalian pemanfaatan ruang.

Disisi lain, peluang aspirasi masyarakat secara teknokratik bottom up dilakukan dalam


sebuah proses Musrembang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan), dalam proses ini
pemangku kepentingan pemerintah dan masyarakat berdiskusi dan mencapai kesepakatan
tentang kebijakan pengembangan masyarakat. Pemerintah kabupaten/kota harus menggunakan
hasil dari proses musrenbang, bersama dengan rencana sektoral, untuk menghasilkan rencana
pembangunan daerah dan mengalokasikan sumber pendanaan untuk melaksanakan ini.
Rencana kabupaten kemudian dipertimbangkan dalam proses musrenbang tingkat provinsi,
2
https://medium.com/cerita-publik/sistem-perencanaan-tata-ruang-di-indonesia-7a737ac590db
hasil yang akan digunakan dalam rencana pembangunan provinsi, dan selanjutnya proses
anggaran nasional.

Untuk mendorong agar partisipasi publik dan masyarakat meningkat, maka


masyarakat harus mengetahui informasi terkait dengan rencana pemerintah.  Dalam
hubungannya dengan tata kelola hutan dan lahan, masyarakat secara khusus yang berbatasan
dengan hutan, harus memiliki indormasi kehutanan yang merupakan salah satu informasi
penting yang seharusnya terbuka untuk publik.

Perkecualian adalah untuk beberapa informasi yang memang dikecualikan karena


dapat membahayakan negara, perlindungan usaha dari persaingan usaha tidak sehat, hak
pribadi, rahasia jabatan, dan informasi publik yang diminta belum dikuasai atau
didokumentasikan oleh badan publik.3

B. PENATAAN RUANG DI BELANDA 

Perencanaan Ruang (Spatial Planning) di Belanda dilakukan oleh National Spatial


Planning Agency, The Ministry of Housing, Spatial Planning and the Environment (Ministerie
van Volkshuisvesting, Ruimtelijke Ordening en Milieu or VROM). Badan ini membuat
perencanaan ruang yang bisa mengakomodir penggunaan ruang dalam jumlah terbatas namun
menarik, enak ditinggali dan menciptakan masyarakat yang sejahtera. Untuk menciptakan
penataaan ruang seperti ini, Badan ini menciptakan kriteria penataan ruang sebagai berikut:
1. keragaman spasial, dengan perbedaan antara kota dan desa, damai dan tenang
2. fungsi ekonomi dan spasial: perumahan, pekerjaan dan mobilitas harus terkait satu
sama lain
3. keanekaragaman budaya: ruang untuk berbagai kegiatan budaya dan rekreasi yang
berbeda
4. keadilan sosial: menghilangkan ketimpangan antara kelompok-kelompok sosial atau
daerah
5. keberlanjutan: konservasi atau pemulihan daerah ekologis berharga
6. aspek daya tarik
7. aspek dimensi manusia
Perencanaan ruang (spatial planning) di Belanda disusun dalam beberapa dokumen
perencanaan seperti:

3
https://www.mongabay.co.id/sistem-perencanaan-tata-ruang-di-indonesia/
Dokumen Kebijakan Nasional Tentang Penataan Ruang Kelima. Dokumen ini
merupakan dokumen terbaru tentang penataan ruang yang mulai dibuat sejak 2002. Yang
menarik dari dokumen ini adalah adanya keterlibatan masyarakat (publik) dalam penyusunan
dokumen ini.

Strategi Spasial Nasional (Nota Ruimte). Strategi Spasial Nasional ini merupakan


turunan dari Dokumen Kebijakan Nasional Tentang Penataan Ruang Kelima. Melalui Strategi
Spasial Nasional ini pemerintah ingin menciptakan lebih besar ruang bagi pengembangan serta
memberikan tanggung jawab yang lebih besar juga kepada berbagai aktor pembangunan
seperti dewan kota, lembaga-lembaga masyarakat serta warga masyarakat itu sendiri. Selain
itu, Strategi Spasial Nasional ini juga mengatur tentang ruang untuk alam, ruang untuk air,
ruang untuk sungai, landscape nasional, zona hijau, wilayah Randstad, serta koordinasi dengan
kebijakan pembangunan lainnya.

Undang–Undang Penataan Ruang (Wet op de ruimtelijke ordening / Wro). UU


Perencanaan Ruang ini telah dibuat sejak tahun 1965 dan telah beberapa kali mengalami
perubahan. Saat ini telah dibuat sebuah Wro baru yang mulai berlaku sejak 1 Juli 2008. Wro
ini mengatur tentang landscape Belanda hari ini dan masa yang akan dating. Dalam Wro
terbaru memuat perubahan diantaranya bahwa Pemerintah Kota (Municipal authorities) harus
membuat rencana zonasi serta harus tersedia dokumen perencanaan dalam format digital
bersamaan dengan hardcopy-nya.

Rencana Tata Ruang Wilayah Randstad. Randstad merupakan istilah untuk wilayah
perkotaan di Belanda yang terdiri dari 4 kota besar yaitu Amsterdam, Rotterdam, The Hague,
dan Utrecht. Rencana Randstad saat ini merupakan Randstad untuk tahum 2040 dengan visi
untuk menciptakan wilayah Randstad berkembang menjadi salah satu wilayah yang
berkelanjutan dan memiliki daya saing internasional di Eropa. Randstad 2040 mengatur sangat
detail perencanaan ruang wilayah randstad mulai dari rencana pembangunan pelabuhan (di
Rotterdam dan Amsterdam), menjadikan Den Haag sebagai kota hokum, perdamaian, dan
keamanan, sampai pada rencana pembuatan Taman Kota yang atraktif. 4

C. PERBEDAAN PENATAAN RUANG DI INDONESIA DAN DI BELANDA


Di Indonesia Berdasarkan Undang-Undang nomor 26/2007 tentang Penataan
Ruang, maka perencanaan tata ruang Indonesia memiliki tiga tingkatan rencana tata ruang –

4
https://ganangprakoso.wordpress.com/2010/04/14/belajar-menata-kota-indonesia-dari-belanda/
nasional, provinsi dan kabupaten. Rencana tata ruang yang dibuat oleh tiga tingkatan
pemerintah Indonesia seharusnya sesuai dengan satu sama lain. Pemerintah pusat
mengembangkan rencana nasional tata ruang (RTRWN) pertama, yang mendeliniasi daerah
lindung untuk kawasan lindung dan budidaya untuk pembangunan. Rencana tata ruang
nasional dirancang untuk jangka panjang, untuk jangka waktu 25 – 50 tahun.

Di Indonesia sistem penataan ruang yang digunakan adalah sistem regulatory atau
konsep zoning yaitu pembagian kawasan kedalam beberapa zona dan menetapkan aturan
pemanfaatan ruang berbasis zona (zoning regulation) dan pengendali pemanfaatan ruang yang
berbeda-beda sebagaimana dalam pasal 36 ayat 2 dikatakan bahwa peraturan zonasi disusun
berdasarkan rencana rinci tata ruang untuk setiap zona pemanfaatan ruang. Jadi, pemanfaatan
ruang itu didasarkan pada kepastian hukum yang berupa peraturan zoning kemudian semua
jenis rencana tata ruang ditetapkan atau disahkan menjadi produk hukum. Dapat disimpulkan
bahwa peraturan zonasi itu bersifat localised dan partial padahal seharusnya peraturan zonasi
bersifat universal dalam arti dimungkinkan beberapa bagian wilayah kota memiliki peraturan
zonasi yang sama.

Sebuah komponen kunci dari proses perencanaan tata ruang adalah partisipasi
masyarakat. Meskipun telah terdapat Peraturan Pemerintah nomor 68/2010 tentang bentuk dan
tata cara peran masyarakat dalam penataan ruang, namun Perpres ini oleh beberapa kritikus
dianggap belum diturunkan dan dirinci dalam aturan yang lebih teknis di tingkat kementerian. 
Hal ini dikuatirkan akan berpengaruh terhadap implementasi peran masyarakat dan
perencanaan maupun pengendalian pemanfaatan ruang.

Disisi lain, peluang aspirasi masyarakat secara teknokratik bottom up dilakukan dalam


sebuah proses Musrembang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan), dalam proses ini
pemangku kepentingan pemerintah dan masyarakat berdiskusi dan mencapai kesepakatan
tentang kebijakan pengembangan masyarakat. Pemerintah kabupaten/kota harus menggunakan
hasil dari proses musrenbang, bersama dengan rencana sektoral, untuk menghasilkan rencana
pembangunan daerah dan mengalokasikan sumber pendanaan untuk melaksanakan ini.
Rencana kabupaten kemudian dipertimbangkan dalam proses musrenbang tingkat provinsi,
hasil yang akan digunakan dalam rencana pembangunan provinsi, dan selanjutnya proses
anggaran nasional.

Sementara di Belanda merupakan negaara maju dan Indonesia masih menjadi negara
berkembang. Yang perlu dilihat adalah konsep perencanaan kota di Belanda yang sudah sangat
terstruktur dengan cukup rapi mulai dari tingkatan negara sampai kepada zonasi kawasan. Visi
pemerintah Belanda untuk membuat rencana kota yang mengakomodir penggunaan ruang
dalam jumlah terbatas namun menarik, enak ditinggali dan menciptakan masyarakat yang
sejahtera patut diacungi jempol.Belanda pun telah dapat membuat suatu perencanaan yang
mengintegrasikan 4 kota besar di negara itu dalam Randstad. Perencanaan Ruang di Belanda
juga lebih memperhatikan sisi ekologi wilayah dimana dibuatkanya rencana ruang untuk
wilayah sungai, hutan, serta pembangunan taman kota yang atraktirf.  Dan yang tidak kalah
penting adalah masyarakat diikutsertakan dalam setiap penyusunan dokumen perencanaan
serta penegakan dokumen perencanaan yang telah disahkan.

Hal-hal seperti itulah yang belum bisa diterapkan di Indonesia. Indonesia memang
telah memiliki berbagai macam dokumen perencanaan mulai dari tingkat Nasional (Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional, RTRW Nasional), Propinsi (RTRW Propinsi) sampai tingkat
Kabupaten/Kota (RTRW Kab/Kota) serta beberapa rencana zonasi / rencana detail (Rencana
Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota, RDTR Kab/Kota). Namun sangat disayangkan konsep
rencana ruang (rencana spasial) yang dipakai masih berorientasikan pertumbuhan ekonomi
bukan pembangunan yang berkelanjutan. Dapat dilihat bahwa masih cukup banyak rencana
tata ruang yang lebih mementingkan pembangunan kawasan industry atau kawasan ekonomi
dibandingkan membangun taman kota, atau mempreservasi kawasan lindung seperti hutan,
sungai dan danau.

Indonesia pun belum dapat menciptakan suatu rencana tata ruang yang dapat
menyatukan lintas wilayah (kota dan kabupaten). Ini dapat dilihat dari wilayah metropolitan
Jabodetabek. Kita dapat melihat bahwa perencanaan ruang wilayah metropolitan Jabodetabek
terkesan tidak terintegrasi antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Ini terlihat ketika
musim hujan datang dan musibah banjir terjadi. Saling tuding penyebab banjir antara Jakarta
dan Kota Bogor tentang penyebab banjir pun terjadi. Hal ini seharusnya tidak perlu terjadi jika
hanya terdapat satu rencana tata ruang untuk wilayah metropolitan Jabodetabek.

Pelibatan peran serta masyarakat dalam penyusunan rencana tata ruang pun masih
sangat minim jika tidak ingin dibilang tidak ada. Padahal dalam Undang-Undang Tata Ruang
Nomor 26 Tahun 2007 Pasal 65 ayat 1 dan ayat 2 point a telah jelas-jelas disebutkan bahwa
peran serta masyarakat dalam penataan ruang dilakukan dengan berpartisipasi dalam
penyusunan rencana tata ruang. Namun kenyataan yang ada saat ini masyarakat sebagai
pemilik dan pengguna ruang tidak pernah dilibatkan secara aktif dalam penyusunan rencana
tata ruang. Jangankan dilibatkan, untuk mengetahui rencana tata ruang yang telah dibuat
pemerintah pun masyakarat mengalami kesulitan. 5

BAB III

5
https://ganangprakoso.wordpress.com/2010/04/14/belajar-menata-kota-indonesia-dari-belanda/
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Perencanaan tata ruang adalah ekspresi geografis yang merupakan cermin lingkup
kebijakan yang dibuat dalam masyarakat terkait dengan perekonomian, sosial, dan kebudayaan
mereka. Metode metode perencanaan ruang digunakan oleh sektor-sektor umum untuk
membentuk alur distribusi sumber daya dan aktivitas yang terjadi dalam sebuah ruang dengan
berbagai jenis dan skala.
Di Indonesia konsep perencanaan tata ruang mempunyai kaitan erat dengan konsep
pengembangan wilayah. Di Indonesia sistem penataan ruang yang digunakan adalah sistem
regulatory atau konsep zoning yaitu pembagian kawasan kedalam beberapa zona dan
menetapkan aturan pemanfaatan ruang berbasis zona (zoning regulation) dan pengendali
pemanfaatan ruang yang berbeda-beda sebagaimana dalam pasal 36 ayat 2 dikatakan bahwa
peraturan zonasi disusun berdasarkan rencana rinci tata ruang untuk setiap zona pemanfaatan
ruang
 Perencanaan Ruang di Belanda juga lebih memperhatikan sisi ekologi wilayah
dimana dibuatkanya rencana ruang untuk wilayah sungai, hutan, serta pembangunan taman
kota yang atraktirf.  Dan yang tidak kalah penting adalah masyarakat diikutsertakan dalam
setiap penyusunan dokumen perencanaan serta penegakan dokumen perencanaan yang telah
disahkan.

B. SARAN
Sebagai saran untuk pemerintah Indonesia agar lebih memperhatikan tata ruang yang ada, agar
pembangunan di Indonesia bisa tertata rapih dan nyaman, adapun keterlibatan masayrakat
sangat diperlukan agar berjalan dengan baik dan dapat di implementasikan di masyarakat. 6

DAFTAR PUSTAKA

6
https://ganangprakoso.wordpress.com/2010/04/14/belajar-menata-kota-indonesia-dari-belanda/
https://id.wikipedia.org/wiki/Perencanaan_tata_ruang
1. https://id.wikipedia.org/wiki/Perencanaan_tata_ruang
2. https://ganangprakoso.wordpress.com/2010/04/14/belajar-menata-kota-indonesia-dari-
belanda/
3. mongabay.co.id/sistem-perencanaan-tata-ruang-di-indonesia/
4. https://imazu.wordpress.com/zoning/

Anda mungkin juga menyukai