Anda di halaman 1dari 16

M O D U L

10
Rencana Spasial Desa

TUJUAN INSTRUKSIONAL :
Tujuan Instruksional Umum :
Setelah mengikuti mata kuliah, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan
dan menyusun Rencana Spasial Desa.
Tujuan Instruksional Khusus :
Setelah mengikuti mata kuliah, mahasiswa diharapkan mampu :
1. Menjelaskan Esensi Penataan Ruang Wilayah di Perdesaan .
2. Menjelaskan Ruang Lingkup Perencanaan Penataan Ruang Perdesaan
3. Menjelaskan Sistem Tata Ruang Wilayah Perdesaan

10.1 Pendahuluan
Ruang merupakan hal yang sangat penting dalam pembangunan
wilayah. Konsep inilah yang tidak ada dalam teori ekonomi, sehingga dikatakan
analisis ekonomi berada pada alam tanpa ruang (spaceless world). Padahal
dalam konsep ilmu ekonomi telah dapat diterangkan tentang “apa”, “berapa”,
“bagaimana”, “untuk siapa” dan “bila mana” dalam konteks produksi. Namun
kelemahan dalam sistem teori ekonomi adalah belum dapat menjelaskan “di
mana” aktivitas produksi dan ekonomi tersebut dilaksanakan. Dalam konsep
ruang atau spasial terdapat beberapa unsur, yaitu :
1. jarak
2. lokasi
3. bentuk
4. ukuran
Konsep ruang sangat berkaitan erat dengan waktu, karena
pemanfaatan bumi dengan segala kekayaannya membutuhkan
organisasi/pengaturan ruang dan waktu. Unsur-unsur tersebut secara bersama-
sama menyusun unit tata ruang yang disebut wilayah. Tata ruang merupakan
perencanaan yang berdasarkan pada 3 hal, yaitu :

LABORATORIUM PENGEMBANGAN WILAYAH DAN KEBIJAKAN X- 1


PUBLIK
MODUL STUDIO PERENCANAAN DESA

1. unit areal konkrit


2. fungsionalitas di antara fenomena
3. subyektifitas dalam penentuan kriteria.
Desa merupakan suatu daerah yang memiliki system kemasyarakatan
yang erat dan sebagian besar penduduknya bermata pencaharian dibidang
agraris (warpani, 1984). Permukiman manusia yang letaknya diluar kota dan
penduduknya agraris (Bintarto, 1987). Menurut Peraturan Pemerintah Nomor
32 Tahun 2004 tentang Desa, disebut bahwa Desa adalah kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan
adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kawasan pedesaan atau yang disebut
desa adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk
pengelolaan SDA, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat
pemukiman, pelayanan jasa pemerintah, pelayanan social, dan kegiatan
ekonomi. Kawasan pedesaan merupakan wilayah yang mempunyai kegiatan
utama pertanian, termasuk pengolahan sumber daya alam dengan susunan
fungsi kawasan sebagai tempat permukiman pedesaan, pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. (UU No.26 Tahun 2007
Pasal 1 Ayat 23, Penataan Ruang).
Salah satu perbedaan antara wilayah perdesaan dan wilayah perkotaan
adalah bahwa perkembangan dan pertumbuhan desa baik secara fisik maupun
kehidupan sosial ekonominya lebih bersifat menyesuaikan (adaptation) dengan
kondisi lingkungan alami (enviromental posibilism). Oleh karena itu perhatian
untuk usaha-usaha perencanaan pengembangan wilayah lebih banyak
disebabkan oleh kebutuhan perkembangan perkotaan daripada penyelamatan
tatanan kehidupan wilayah perdesaan. Di lain pihak perkembangan dan
perubahan sosial budaya dan sosial ekonomi wilayah perdesaan yang banyak
dipengaruhi oleh pertumbuhan dan perkembangan wilayah perkotaan,
mengakibatkan pola perubahan dalam cara dan makna pemanfaatan sumber
daya alam lingkungna perdesaan memberikan implikasi luas kepada
pertumbuhan dan perkembangan pola fisik perdesaan.
Oleh karena itu maka usaha penataan ruang yang lebih berencana akan
sangat penting artinya bagi wilayah perdesaan untuk dapat mengadaptasikan
perkembangan di masa yang akan datang agar nilai-nilai yang luhur dari
tatanan perdesaan tetap dipertahankan tanpa harus menolak kemajuan, serta
dapat lebih mengefisienkan sumber daya perdesaan sehingga dapat dicapai
suatu pembangunan, pertumbuhan dan keseimbangan lingkungan perdesaan
yang berkelanjutan.

LABORATORIUM PENGEMBANGAN WILAYAH DAN KEBIJAKAN X- 2


PUBLIK
MODUL STUDIO PERENCANAAN DESA

10.2 Esensi Penataan Ruang Wilayah Perdesaan


Perencanaan fisik desa dan lebih luas lagi adalah penataan ruang
perdesaan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kondisi kehidupan
sosial ekonomi dan sosial budaya wilayah perdesaan yang serasi, seimbang dan
berkelanjutan. Hal ini ditekankan dalam UU No. 24 Tahun 1992 tentang
Penataan Ruang, (Pasal 10, ayat 2) bahwa:
1. Mencapai tata ruang kawasan perdesaan dan kawasan perkotaan yang
optimal, serasi
2. Meningkatkan fungsi kawasan perdesaan dan fungsi kawasan perkotaan
secara serasi, selaras dan seimbang antara perkembangan lingkungan
dengan tata kehidupan masyarakat.
3. Mengatur pemanfaatan ruang guna meningkatkan kemakmuran rakyat
dan mencegah serta menanggulangi dampak negatif terhadap lingkungan
alam, lingkungan buatan dan lingkungna sosial.
Penataan ruang kawasan desa merupakan salah satu jenis penataan
ruang yang didasari kegiatan kawasannya karena kegiatan kawasan ini
merupakan pertanian. Rencana tata ruang kawasan pedesaan yang merupakan
bagian wilayah kabupaten adalah bagian rencana tata ruang wilayah
kabupaten. Rencana tata ruang kawasan pedesaan diselenggarakan pada :
1. Kawasan pedesaan yang merupakan bagian wilayah kabupaten;
2. Kawasan yang secara fungsional bercirikan pedesaan yang mencangkup
dua atau lebih wilayah kabupaten pada satu atau lebih wilayah propinsi.
Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota memiliki wewenang dalam
penyelenggaraan penataan ruang meliputi: pengaturan, pembinaan, dan
pengawasan terhadap pelaksanaan penataan rauang wilayah kabupaten/kota
dan kawasan strategis kabepaten/kota; pelaksanaan penataan ruang wilayah
kabupaten/kota; pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis
kabupaten/kota; dan kerjasama penataan ruang antarkabupaten/kota.
Tujuan penyelenggaraan perencanaan desa yang sesuai dengan UU No. 26
Tahun 2007 Pasal 48 :
1. Pemberdayaan masyarakat pedesaan;
2. Pertahanan kualitas lingkungan setempat dan wilayah yang didukung;
3. Konservasi sumber daya alam;
4. Pelestarian warisan buada lokal;
5. Pertahanan kawasan lahan abadi pertanianpangan untuk ketahanan
pangan
6. Penjagaan keseimbangan pembangunan pedesaan perkotaan.

Menurut UU No. 32/2004 (pemerintahan daerah) dan UU No. 25/2004


(sistem perencanaan pembangunan nasional), perencanaan daerah itu harus
ditempuh secara partisipatif dan berasal dari bawah (bottom up planning),
yaitu bermula dari aras desa. Perencanaan pembangunan sekarang tampak

LABORATORIUM PENGEMBANGAN WILAYAH DAN KEBIJAKAN X- 3


PUBLIK
MODUL STUDIO PERENCANAAN DESA

lebih desentralistik dan partisipatif, yang memungkinkan pemerintah daerah


menghasilkan perencanaan daerah yang sesuai dengan konteks lokal serta
proses perencanaan daerah berlangsung secara partisipatif dan berangkat dari
desa. Dengan adanya penataan ruang desa dan metode Advokatif planning,
masyarakat akan diajak untuk menentukan potensi dan masalah serta
dilibatkan dalam pemecahan masalah dengan memaksimalkan potensi.
Masyarakat akan lebih mengerti kondisi wilayahnya dan ikut berfikir dalam
menciptakan lingkungan yang lebih baik. Adfocatif planning merupakan corak
perencanaan partisipatif yang banyak melibatkan keinginan, partisipasi dan
keaktifan masyarakat untuk mewujudkan visi misi desanya yang dapat
digunakan sebagai pedoman penataan ruang desa kedepannya, sedangkan
peran perenana hanya sebatas membimbing atau fasilitator dalam masyarakat
untuk mengenal, memetakan, dan merencanakan wilayahnya. Partisipasi
diyakini mampu memberdayakan masyarakat di level sangat bawah, terutama
yang kepentingannya sering terabaikan, untuk mendapatkan hak haknya di
dalam menentukan masa depannya. Ide ide tentang pemberdayaan
masyarakat didasarkan atas sudut pandang aksi sosial dan self-help dan
berkembangnya pengaruh organisasi sosial untuk melawan ketidakberdayaan.
Teori pemberdayaan menempatkan partisipasi di dalam konteks akar rumput
(grass root) untuk memahami aset aset yang dimiliki guna mencapai keinginan,
bagaimana mereka sejauh ini menangani permasalahannya, aktivitas serta
sumberdaya lain apa yang dibutuhkan untuk memenuhi tujuan mereka, dan
bagaimana keinginan mereka saat ini mampu meningkatkan kemampuannya
dalam menciptakan masa depan.
Perencanaan tersebut tentunya tidak dapat dikatakan sebagai hasil
yang baik jika belum dapat secara detail menjelaskan dimana letak pasti
kegiatantersebut dilakukan, sehingga sangat penting menspasialkan hasil
rencana dalam perencanaan spasial desa. Dengan adanya perencanaan spasial,
maka lokasi perencanaan akan terlihat dengan jelas sehingga dapat terlihat
keselarasan, keefektifan, dan kecocokan hasil perencanaan dengan kondisi
eksisting dan guna lahan yang sudah ada.

Di dalam perencanaan tata ruang ini termasuk memikirkan prinsip


pengorganisasian dan kriteria lokasi berbagai aktivitas fungsional dan jaringan
perhubungan yang menghubungkan anar berbagai aktivitas tersebut.
Perencanaan penataan ruang perdesaan difokuskan kepada optimalisasi
penggunaan lahan, air dan sumber daya manusia yang tersedia dan unsur
kemudahan ke perumahan, tempat bekerja di lahan pertanian, serta fasilitas
sosial, ekonomi dan fasilitas umum di dalam sistem permukimannya.
Kesemuanya ini juga harus dipertimbangkan dalam kaitannya dengan usaha
meminimumkan biaya konstruksi, pemeliharaan dan biaya operasional.
Wilayah perdesaan ditinjau dari wawasan perwilayahan merupakan bagian
yang tidak terpisahdari keseluruhan sistem perwilayahan pembangunan.

LABORATORIUM PENGEMBANGAN WILAYAH DAN KEBIJAKAN X- 4


PUBLIK
MODUL STUDIO PERENCANAAN DESA

Perkembangan kota harus terintegrasi dengan perkembangan perdesaan. Oleh


karena itu di dalam perncanaan penataan ruang wilayah perdesaan ini perlu
didasari oleh pengenalan potensi dan kendala pembangunan wilayah serta
perlu mengacukepada kebijaksanaan dasar pembangunaan daerah. Untuk
setiap wilayah perdesaan pada suatu wilayah tertentu akan diperlukan suatu
pendekatan yang spesifik mengiingat bahwa antara desa-desa yang ada
memiliki karakteristik, kemampuan serta potensi dan kendala yang spesifik
pula. Oleh karena itu pula maka suatu generalisasi penataan ruang desa sukar
sekali dibuat. Yang memungkinkan adalah menetapkan suatu kebutuhan dasar
untuk menunjang kehidupan dan penghidupan wilayah perdesaan secara sosial
ekonomis dengan memperhatikan berbagai kendala yang dimilikinya. Hal-hal
pokok yang secara umum berpengaruh di dalam penataan ruang adalah:
 Jumlah, struktur, pertumbuhan dan distribusi penduduk.
 Ukuran, fungsi, lokasi dan jenjang suatu pemukiman di dalam konstelasi
wilayah serta keterkaitannya satu sama lain.
 Kebijaksanaan pembangunan perdesaan.
 Jaringan aksesibilitas eksternal dan internal desa.
 Tingkatan dan lokasi pelayanan sosial, ekonomi dan administrasi serta
kebijaksanaan yang berkaitan.
 Kendala fisik seperti rawa, sungai, pantai, terain wiilayah, lahan tersedia
dan topografi wilayah.
 Iklim, keadaan hidrologi wilayah dan keadaan lingkungan fisik.
 Potensi pemanfaatan dan penggunaan lahan saat ini, konversi lahan yang
terjadi dan rencana tata ruang wilayah yang ada.
 Kegiatan ekonomi utama serta kaitannya dengan kebijaksanaan
pembangunan nasional, regional dan lokal.

10.3 Ruang Lingkup Perencanaan Penataan Ruang Perdesaan


Rencana pembangunan daerah harus disusun berdasarkan pada
potensi yang dimiliki dan kondisi yang ada sekarang. Kondisi yang ada itu
meliputi sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sumberdaya modal,
prasarana dan sarana pembangunan, teknologi, kelembagaan, aspirasi
masyarakat setempat, dan lainnya. Karena dana anggaran pembangunan yang
tersedia terbatas, sedangkan program pembangunan yang dibutuhkan relatif
banyak, maka perlu dilakukan:
1. Penentuan prioritas program pembangunan yang diusulkan, penentuan
prioritas program pembangunan harus dilakukan berdasarkan kriteria
yang terukur
2. Didukung oleh partisipasi masyarakat untuk menunjang implementasi
program pembangunan tersebut.
Wilayah pedesaan ditinjau dari wawasan perwilayahan merupakan
bagian yang tidak terpisah dari keseluruhan system perwilayahan
pembangunan. Perkembangan kota harus terintegrasi dengan perkembangan

LABORATORIUM PENGEMBANGAN WILAYAH DAN KEBIJAKAN X- 5


PUBLIK
MODUL STUDIO PERENCANAAN DESA

pedesaan oleh karena itu didalam perencanaan penataan ruang wilayah


pedasaan ini perlu didasari oleh pengenalan potensi dan kendala pembangunan
wilayah serta perlu mengacu kepada kebijaksanaan dasar pembangunan
daerah. Suatu kebutuhan dasar untuk menunjang kehidupan dan penghidupan
wilyah pedesaan secara sosial ekonomis dengan memperhatikan berbagai
kendala yang dimilikinya. Hal-hal umum yang dapat berpengaruh dalam
perencanaan desa diantaranya:
1. Jumlah, struktur, pertumbuhan, dan distribusi penduduk
2. Kebijaksanaan dalam pembangunan pedeesaan
3. Ukuran, fungsi, lokasi, dan jenjang suatu permukiman di dalam
konstelasi wilayah satu dengan yang lainnya.
a. Jaringan aksesibilitas dalam maupun luar desa ( internal dan
ekternal).
b. Tingkatan dan lokasi pelayanan social, ekonomi dan administrasi.
c. Kendala fisik desa.
d. Potensi penggunaan lahan.
e. Kegiatan ekonomi yang kaitannya dengan kebijakan nasional,
regional dan local.
Pada umumnya pemukiman dapat diartikan sebagai suatu lingkungan
desa-desa di Indonesia memili tampilan yang beragam karena beragamnya
pola sosial budaya yang berpengaruh di dalam pembentukan fisik desa
tersebut. Keragaman ini juga akan sangat berpengaruh terhadap pola
kehidupan dan kegiatan penduduknya. Secara fisik suatu lingkungan desa
merupakan suatu wadah dimana terdapat sejumlah penduduk dengan berbagai
kehidupan dan penghidupannya. Lingkungan fisik ini merupakan suatu
perwujudan dari keseluruhan sifat dan unsur perdesaan.
Secara umum perdesaan dicirikan dengan karakteristik sebagai berikut ini:
 Secara sosial budaya perdesaan, khususnya desa-desa asli sangat
dipengaruhi oleh suatu pola tradisonal yang masih kuat, ikatan sosial antar
individu maupun antar kelompok yang kuat; pola sosial budaya yang relatif
homogen.
 Secara sosial ekonomis dicirikan dengan kegiatan kerja dan usaha di sektor
pertanian; kegiatan ekonomis yang homogen pada suatu sektor tertentu;
organisasi perekonomian yang umumnya masih berdasarkan pola
tradisonal.
 Secara kelembagaan pemerintahan, sekalipun sudah didasarkan kepada
suatu ketentuan dan perundangan formal tetapi sistem kelmbagaan
tradisional masih umum dianut di perdesaan Indonesia; batas wilayah desa
tidak definitif.
 Secara fisik wilayah perdesaan menampilkan struktur alami yang dominan
dibandingkan dengan struktur binaan; wilayah terbangun umumnya tidak
masif, dalam luasan yang relatif kecil dan tersebar; polatata ruang fisik

LABORATORIUM PENGEMBANGAN WILAYAH DAN KEBIJAKAN X- 6


PUBLIK
MODUL STUDIO PERENCANAAN DESA

kadang-kadang berdasarkan suatu pola budaya tradisonal; jaringan


prasaran jalan dan utilitas umum alami dan sederhana.
Pada hakekatnya desa yang ada di Indonesia dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu:
 Desa yang berkembang secara alamiah yang didasari oleh pertimbangan-
pertimbangan nilai-nilai budaya atau tradisi tertentu seperti desa-desa asli
atau desa tradisional;
 Desa yang berkembang secara alamiah yang didasari oleh pola
geografisnya misalnya desa di dataran tinggi atau pegunungan, desa di
dataran rendah, desa pantai;
 Desa yang berkembang berdasarkan suatu perebncanaan tertentu seperti
pemukiman transmigrasi, desa tempat pemukiman kembali penduduk,
pemukiman perusahaan, perkebunan atau pertambangan.
Ketiga jenis desa tersebut mempunyai wujud fisik yang berbeda dari segi
orientasi, tata letak dan sistem aktivitas, serta penggunaan dan peruntukan
lahannya. Berdasarkan fungsinya maka perencanaan penataan ruang
perdesaan meliputi dua lingkup yaitu:

10.3.1 Perencanaan Lingkup Makro


Perencanaan tata ruang dalam lingkup makro yang merupakan bagian dari
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten DT II. Rencana tata ruang perdesaan
pada lingkup makro ini tercakup:
a. Pengelolaan kawasan lindung dan kawasan budidaya.
b. Pengelolaan kawasan perdesaan sebagai bagian dari suatu wilayah.
c. Sistem prasarana perhubungan (jalan), telekomunikasi, energi, serta
pengelolaan lingkungan secara eksternal (antar desa atau antara desa
dengan kota di dalam wilayah yang bersangkutan).
d. Tata guna lahan, air udara, serta tata guna sumber daya lainnya dengan
memperhatikan integrasinya dengan persebaran sumber daya manusia
dan sumbe daya binaan.
Unsur pokok yang menjadi dasar pertimbangan dan sangat berpengaruh
pada perencanaan penataan ruang perdesaan dalam lingkup makro ini adalah:
 Letak geografis wilayah yang juga akan mempunyai implikasi terhadap
kegiatan sosial budaya dan sosial ekonomi masyarakatnya, misalnya
wilayah pegunungan, lereng, dataran rendah, sungai, danau, pantai,
pinggiran kota.
 Kegiatan perekonomian utama, misalnya pertanian sawah, perkebunan,
pertambangan, perikanan, kehutanan, perternakan.
 Hubungan dengan desa-desa lain atau kota-kota dalam kepentingan sosial
dan ekonomi.
 Kondisi lahan dan pola topografi wilayah dan kendala fisik wilayah.

LABORATORIUM PENGEMBANGAN WILAYAH DAN KEBIJAKAN X- 7


PUBLIK
MODUL STUDIO PERENCANAAN DESA

 Pola budaya dan perilaku ekonomi masyarakatnya sesuai dengan kondisi


wilayah (tradisi, pola usaha pertanian, nelayan, perdagangan, perternakan,
dll).
 Persebaran penduduk dan hubungannya dengan kegiatan sosial budaya
dan sosial ekonomi.
 Unsur-unsur ini akan berpengaruh terhadap pola konstelasi perdesaan di
dalam suatu wilayah sehingga akan menemukan pola perencanaan
penataan ruang perdesaan pada lingkup makronya.
Secara umum pada berbagai pola geografis tersebut ada 3 jenis pola ruang
perdesaan yaitu: Pola perdesaan terpencar (scattered); pola perdesaan
mengelompok (clustered); dan Pola perdesaan yang memanjang jalan, sungai,
tepi danau atau pantai secara linier (linear).

10.3.2 Perencanaan Lingkup Mikro


Perencanaan tata ruang dalam lingkup mikro yang merupakan pengisian
penataan ruang dari setiap pemukiman desa. Rencana tata ruang perdesaan
pada lingkup mikro ini mencakup:
a. Pengagihan (alokasi) berbagai unsur dan komponen aktivitas
fungsional.
b. Penyediaan jaringan prasarana perhubungan (jalan) internal (intra desa,
yaitu antar berbagai aktivitas fungsional di dalam desa) dan prasarana
utiitas umum (air bersih, drainase, sanitasi, listrik, telkom).
c. Penyediaan fasilitas umum dan fasilitas sosial.
d. Pengagihan lahan untuk berbagai aktivitas fungsional.
e. Penyesuaian pola topografi dan lingkungan yang sesuai dengan
kebutuhan lokasi untuk aktivitas fungsional tertentu.
f. Perencanaan tata letak berbagai bangunan fungsional desa.
g. Pengagihan penduduk.
Dalam perencanaan lingkup mikro, suatu lingkungan permukiman desa
ditinjau dalam wawasan sebagai satu kesatuan wadah yang menempatkan
penduduk dengan berbagai kegiatan kehidupan dan penghidupannya yang
ditunjang oleh berbagai fasilitas pelayanan kebutuhannya. Di dalam hal ini
suatu pemukiman desa akan merupakan suatu kawasan perdesaan.
Sebagaimana dikemukakan pada UU No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan
Ruang Kawasan perdesaan adalah:
Kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian termasuk
pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai
tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan
sosial, dan kegiatan ekonomi.
Jadi secara fisik suatu lingkungan desa merupakan suatu wadah di mana
terdapat sejumlah penduduk dengan berbagai kehidupan dan
penghidupannya. Dengan dasar pengertian ini maka ketiga jenis desa tersebut

LABORATORIUM PENGEMBANGAN WILAYAH DAN KEBIJAKAN X- 8


PUBLIK
MODUL STUDIO PERENCANAAN DESA

akan mengandung tiga unsur pokok yaitu manusia atau penduduk desa, unsur
kegiatan usaha atau kegiatan kerja dan unsur penunjang kebutuhan kehidupan.
Ketiga unsur pokok secara fungsional mempunyai sifat saling berkaitan satu
sama lain. Perkembangan unsur yang satu akan mempengaruhi perkembangan
unsur atau unsur yang lainnya. Suatu desa yang baik dengan sendirinya apabila
kebutuhan kehidupan masyarakatnya dapat dipenuhi selengkapnya. Artinya
kebutuhan minimum untuk tempat tinggal, tempat bekerja atau berusaha,
pelayanan fasilitas dan prasarana lingkungan baik secara fisik maupun non-
fisiknya dapat terpenuhi.
Pada hakekatnya kebutuhan kehidupan permukiman desa meliputi 5 unsur
pokok yaitu unsur fungsi kegiatan perdesaan yang dapat menghidupi desa
tersebut.
Jadi suatu desa juga harus wisma yaitu tempat tinggal atau perumahan
penduduk; unsur karya yaitu tempat bekerja yang umumnya pada sektor
kegiatan pertanian atau non-perkotaan lainnya; unsur marga yaitu jaringan
jalan fungsinya sesuai dengan fungsi desa tersebut; yang dapat
menghubungkan berbagai fungsi perdesaan secara internal maupun dengan
desa yang lain secara eksternal; unsur suka yaitu unsur perdesaan yang dapat
menjamin kebutuhan penduduk akan fasilitas rekreasi dan bersantai; dan unsur
penyempurna yaitu yang memnuhi kebutuhan kelengkapan seperti sarana
peribadatan, sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana kemasyarakatan,
sarana komunikasi masyarakat (balai pertemuan desa) dan utilitas umum (air
bersih, penerangan, sanitase, drainase).
Keterangan antar berbagai unsur pokok permukiman desa tersebut dapat
dilihat pada diagram berikut ini:

LABORATORIUM PENGEMBANGAN WILAYAH DAN KEBIJAKAN X- 9


PUBLIK
MODUL STUDIO PERENCANAAN DESA

UNSUR UTAMA KOMPONEN FUNGSIONAL KOMPONEN JARINGAN

WISMA Tempat Tinggal (rumah)


Lahan Pertanian (sawah,ladang)
Perkebunan
Perikanan
KARYA Hasil Hutan
Pertambangan/galian
Kerajinan rakyat/pertukangan
Pasar Desa
Pegadean Jalan Antar Desa
Jalan Internal Desa
MARGA Terminal Angkutan Desa Jalan ke kota kecamatan
Ruang Terbuka
SUKA Lapang Olah Raga
PERMUKIMAN Tempat Bermain Anak-anak
Air bersih
Tempat Tontonan
DESA Sanitasi
Drainase
Tempat Beribadat
Listrik
Balai Desa
Sekolah
Kantor Desa
PENYEMPURNA Koperasi Desa (KUD)
Lumbung Desa
Gudang Pupuk
Pos Siskamling
Puskesmas/poliklinik
Balai Taruna Karya
Tanah Pekuburan
Gambar 10. 1 unsur pokok permukiman desa

Di dalam kehidupan dan kegiatan fungsional desa kelima unsur pokok


tersebut mempunyai sifat keterkaitan yang saling bergantungan satu sama
lain. Hal tersebut di dalam suatu permukiman desa akan tercermin pada
penempatan (lokasi) dari berbagai kegiatan fungsional yang merupakan
komponen dari masing-masing unsur pokok tersebut. Secara berencana atau
secara alamiah penempatan (lokasi) unsur-unsur pokok dengan berbagai
komponennya didasarkan kepada pertimbangan-pertimbangan yang meliputi:
 Pertimbangna efisiensi dan keefektifan dari kegiatan fungsional tersebut.
 Intensitas hubungan antara suatu kegiatan fungsional dengan kegiatan
fungsional lainnya.
 Orientasi kegiatan tertentu sesuai dengan fungsinya.
 Tingkat kemudahan baik cara mencapainya maupun ketersediaannya.
 Frekuensi dan kuantitas kebutuhan masyarakat akan kegiatan fungsional
tertentu.

Kelima dasar pertimbangan tersbut di atas kemudian akan menjadi kriteria


penataan ruang permukiman desa secara fisik.

LABORATORIUM PENGEMBANGAN WILAYAH DAN KEBIJAKAN X- 10


PUBLIK
MODUL STUDIO PERENCANAAN DESA

Berdasarkan berbagai kendala baik fisik maupun norma-norma pola


lingkungan tertentu maka kelima unsur pokok dan komponen-komponennya
tersebut akan merupakan isi dari tatanan ruang yang secara konsepsual dapat
dikembangkan dengan pola yang memusat (concentric) yaitu suatu lingkungan
permukiman desa dengan lokasi pusat desa yang secara kontinyu dikelilingi
oleh unsur-unsur fungsional perdesaan lainnya; memusat dengan unsur
fungsional lainnya tersebar di sekelilingnya; dan linier yaitu pusat desa dan
unsur fungsional lainnya memanjang sepanjang jalan desa atau sungai sebagai
jaringan pergerakan utama desa (lihat diagram berikut)

10.4 Sistem Tata Ruang Wilayah Perdesaan


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007, Penataan ruang
adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang. Penataan ruang kawasan perdesaan
diarahkan untuk :
a. Pemberdayaan masyarakat perdesaan;
b. Pertahanan kualitas lingkungan setempat dan
c. Wilayah yang didukungnya;
d. Konservasi sumber daya alam;
e. Pelestarian warisan budaya lokal;
f. Pertahanan kawasan lahan abadi pertanian pangan
g. Untuk ketahanan pangan; dan
h. Penjagaan keseimbangan pembangunan
i. Perdesaan-perdesaan.
Penataan ruang kawasan perdesaan dalam 1 (satu) wilayah kabupaten
dapat dilakukan pada tingkat wilayah kecamatan atau beberapa wilayah desa
atau nama lain yang disamakan dengan desa yang merupakan bentuk detail
dari penataan ruang wilayah kabupaten.

Sistem perwilayahan pada dasarnya merupakan suatu urutan wilayah


yang wawasannya berjenjang dari wilayah yang paling besar yaitu nasional,
provinsi Daerah Tingkat II; Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II;
Kecamatan dan Kelurahan atau Desa. Sebagaimana ditekankan di dalam pola
kebijaksanaan pembangunan nasional kita maka pelaksanaan pembangunan
pada berbagai jenjang wilayah tersebut akan mempunyai keterkaitan
fungsional satu sama lain.
Bertolak dari pengertian inilah maka di dalam uu No. 24 tahun 1992
tentang Penataan Ruang Perencanaan Penataan Ruang pada berbagai
tingkatan jenjang wilayah tersebut juga merupakan suatu rangkaian integratif
yang saling berkaitan satu sama lain. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
menjadi pedoman untuk penataan ruang wilayah propinsi DT I dan wilayah
Kabupaten/Kotamadya DT II. Rencana Tata Ruang wilayah propinsi DT I
menjadi pedoman untuk penataan ruang wilayah Kabupaten/Kotamadya DT II

LABORATORIUM PENGEMBANGAN WILAYAH DAN KEBIJAKAN X- 11


PUBLIK
MODUL STUDIO PERENCANAAN DESA

yang merupakan dasar dalam pengawasan terhadap perizinan lokasi


pembangunan. Demikian pula Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kotamadya DT II menjadi pedoman untuk rencana tata ruang
kawasan perdesaan.
Dengan dasar ini maka di dalam pengembangan perdesaan akan
diperlukan adanya suatu sistem perencanaan berjenjang yang kedalaman serta
isi substansinya sesuai dengan ruang lingkup wilayah perdesaan yang
direncanakan.

Sesuai dengan jenjang wawasan perwilayahannya maka di dalam


perenccanaan tata ruang perdesaan seyogyanya mencakup 2 jenjang lingkup
perencanaan tata ruang yaitu:
10.4.1 Rencana Detail Tata Ruang Desa (RDTR Desa)
RDTR Desa yaitu suatu rencana struktur dari suatu desa tertentu yang
merupakan penjabran dari Rencana Umum Tata Ruang Perdesaan untuk desa
tertentu tersebut. Rencana Detail Tata Ruang ini berisi:
 Peruntukan umum unsur-unsur utama perdesaan yang terdiri dari Wisma,
Karya, Suka dan Penyempurna yang agihannya disesuaikan dengan nilai

LABORATORIUM PENGEMBANGAN WILAYAH DAN KEBIJAKAN X- 12


PUBLIK
MODUL STUDIO PERENCANAAN DESA

keefesienan dan keefektifan setiap unsur aktifitas fungsional terdekat di


dalam desa tersebut.
 Pola jaringan jalan (marga) yang secara sistematis ditata sedemikian rupa
sehingga hubungan kemudahan antar unsur desa secara internal dan
eksternal dengan desa-desa lainnya seoptimal mungkin.
 Penetapan wilayah-wilayah cadangan dan pemeliharaan lingkungan yang
telah dipertimbangkan keserasiannya dengan pengembangan berbagai
unsur aktifitas fungsional desa tersebut. Rencan Detail Tata Ruang Desa ini
digambarkan pada peta berukuran 1 : 10.000 sampai 1 : 5.000.
10.4.2 Rencana Tata Letak Desa (RTL Desa)
RTL Desa yaitu suatu rencana rinci yang merupakan pengembangan dan
pengisian dari Rencana Detail Tata Ruang Desa. Pada Rencana Tata Letak ini
terkandung:
 Perletakan berbagai struktur bangunan dan bangunan-bangunan desa
seperti bangunan rumah, bangunan umum, bangunan sarana lingkungan
desa (fasos dan fasum) dan bangunan-bangunan utilitas umum.
 Pola ruang terbuka untuk kegiatan rekreasi (suka) maupun untuk
perlindungan lingkungan (preservasi dan konservasi)
 Pola jaringan jalan (marga) internal yang mnghubungkan antar berbagai
unsur kegiatan fungsional desa.
 Pola kepadatan bangunan yang meupakan implikasi dari pola distribusi
penduduk.
 Kawasan peruntukan kegiatan kerja seperti peruntukan pertanian, ladang,
perternakan, perikanan, kehuatanan, perkebunan, pertambangan.
 Rencana Letak Tata Desa digambarkan pada peta berskala 1 : 1.000
 Pola lansekap desa seperti penghijauan, pertamanan dan pekarangan.

Jenis-jenis rencana tata ruang perdesaan tersebut secara singkat dapat


dikemukakan dalam tabel beriktu ini.
Tabel 10. 1 Jenis-jenis Rencana Tata Ruang Pedesaan
RTRW
RUTR DESA RDTR DESA RTL DESA
/KABUPATEN
Rencana Sruktur Rencan Struktur Arahan Rinci Arahan geometrik
Wilayah dalam Kawasan Perkotaan pemanfaatan pemanfaatan
kerangka strategi dalam kerangka ruang perdesaan ruang desa dalam
pelaksanaan strategi pelaksanaan dalam kerangka rangka
PENGERTIAN

pemanfaatan pemanfaatan runag perwujudan pengembangan


ruang wilayah dalam wilayah pelaksanaan fisik desa
kabupaten perdesaan pembangunan desa sehubungan
dengan unsur-
unsur kegiatan
fungsional desa

LABORATORIUM PENGEMBANGAN WILAYAH DAN KEBIJAKAN X- 13


PUBLIK
MODUL STUDIO PERENCANAAN DESA

RTRW
RUTR DESA RDTR DESA RTL DESA
/KABUPATEN
 Arahan  Arahan  Land. Penetapan  Pedoman tata
pengelolaan pemanfaatan ruang pemanfaatan bangunan desa
kawasan lindung dalam rangka pemb. lahan, bangunan  Pedoman tata
dan budidaya perdesaan. dan unsur jaringan prasarana
 Arahan  Arahan untuk lokasi kegiatan desa
pengelolaan kegiatan sektoral fungsional desa  Pedoman
kawasan pemb. desa  Landasan penempatan
perdesaan. arahan  Arahan untuk pengendalian fasilitas perdesaan
MANFAAT

sistem kegiatan rencana pembiayaan pemb. fisik desa  Pedoman


dan sistem pemb. perdesaan  Land. penggunaan Rancangan
permukiman  Land. penetapan bangunan desa Rekayasa
perdesaan tata guna lahan  Pedoman Perdesaan
 Arahan penataan perdesaan penyusunan RTL  Landasan
guna lahan, air,  Land. pemberian ijin Desa pemberian ijin
udara dan sumber lokasi di wilayah bangunan
daya alam serta perdesaan
keterpaduannya
 Land. penyusunan
dengan SDM dan
RDTRD
sumber daya
binaan
Wilayah Kabupaten Bagiian dari wilayah Suatu desa  Kawasan
Daerah Tingkat II Daerah Tingkat II berdasarkan batas pemukiman desa
WILAYAH

Kabupaten (satu atau wilayah adminis. tertentu


beberapa dan/atau batas berdasarkan suatu
kecamatan) fisiknya batas fisik tertentu
 Kaw. fungsional
tertentu dalam
desa
SKALA

Minimal 1 : 100.000 Minimal 1 : 50.000 1 : 5.000 1 : 1.000

LABORATORIUM PENGEMBANGAN WILAYAH DAN KEBIJAKAN X- 14


PUBLIK
MODUL STUDIO PERENCANAAN DESA

Wilayah Perkotaan Permukiman Perdesaan

Desa Pinggiran
Kawasan Lindung (Sub Urban)

Kawasan Pertanian dengan irigasi


Pusat Pemasaran
teknis
(Marketing Point)
Kawasan Perkebunan
Tanaman Keras

Gambar 10. 2 Struktur Tata Ruang Perdesaan

LABORATORIUM PENGEMBANGAN WILAYAH DAN KEBIJAKAN X- 15


PUBLIK
MODUL STUDIO PERENCANAAN DESA

Contents
M O D U L ................................................................................................. 1
10 ..................................................................................................................... 1
10.1 Pendahuluan ............................................................................................ 1
10.2 Esensi Penataan Ruang Wilayah Perdesaan ............................................ 3
10.3 Ruang Lingkup Perencanaan Penataan Ruang PeRdesaan ..................... 5
10.3.1 Perencanaan Lingkup Mikro ............................................................ 7
10.3.2 Perencanaan Lingkup Mikro ............................................................ 8
10.4 Sistem Tata Ruang Wilayah Perdesaan ................................................. 11
10.4.1 Rencana Umum Tata Ruang Perdesaan (RUTR Desa) ............ Error!
Bookmark not defined.
10.4.2 Rencana Detail Tata Ruang Desa (RDTR Desa) ............................. 12
10.4.3 Rencana Tata Letak Desa (RTL Desa) ............................................ 13

LABORATORIUM PENGEMBANGAN WILAYAH DAN KEBIJAKAN X- 16


PUBLIK

Anda mungkin juga menyukai