a) Pengembangan penataan ruang yang tidak menyalahi ajaran agama atau tradisi,
juga tidak boleh mengganggu keseimbangan alam (ekologis), lingkungan hidup,
dan tidak melanggar hak asasi manusia;
b) Pemanfaatan potensi untuk sebesar-besarnya daya guna bagi masyarakat dan
bangsa Indonesia dalam bidang ipoleksosbudhankam;
c) Apresiasi terhadap nilai dan norma kehidupan berbangsa dan bernegara, serta
nilai-nilai budaya masyarakat lokal setempat, dan jatidiri sebagai bangsa
Indonesia;
d) Menjunjung tinggi wawasan nusantara, di mana perairan justru mempersatukan
pulau-pulau besar dan kecil yang ada di Indonesia
e) Penataan ruang sebagai kendaraan untuk kesatuan dan persatuan bangsa
Indonesia, serta menumbuhkan rasa cinta tanah air;
f) Keanekaragaman alam maupun budaya adalah ciri khas Indonesia sebagai modal
dasar, identitas lokal yang perlu dikembangkan seluas-luasnya;
Secara filosofis, makin tinggi taraf hidup manusia, makin bertambah pula macam dan
ragam kebutuhannya. Hal ini ditambah pula dengan tersedianya ilmu dan teknologi yang
memungkinkan ragam dan macam kebutuhan itu dipenuhi. Upaya untuk memenuhi
kebutuhan di atas dilakukan dengan memanfaatkan berbagai sumber daya alam yang
tersedia di sekitarnya dengan melakukan berbagai macam kegiatan, baik langsung
maupun tidak. Kegiatan tersebut memerlukan ruang atau tempat.
Konsep dasar hukum penataan ruang, tercantuk di dalam Pembukaan UUD 1945 alinea
keempat yang berbunyi: ”melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia…” Selanjutnya dalam Pasal 33 ayat
(3) UUD 1945 Perubahan Keempat, berbunyi: “Bumi dan air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.” Konsep tata ruang dalam tersebut di atas terkait dengan
mekanisme kelembagaan dan untuk perencanannya diatur dalam Pasal 14, yaitu: (a)
Pemerintah dalam rangka membuat suatu rencana umum mengenai persediaan,
peruntukan, dan penggunaan bumi, air dan ruang angkasa; (b) Berdasarkan rencana
umum tersebut Pemda mengatur persediaan, peruntukkan dan penggunaan bumi, air, dan
ruang angkasa. Selanjutnya, Pasal 15 mengatur tentang pemeliharaan tanah, termasuk
mengambah kesuburannya serta mencegah kerusakannya yang merupakan kewajiban
setiap orang, badan hukum, atau instansi yang mempunyai hubungan hukum dengan
tanah itu dengan memperhatikan pihak ekonomi lemah.
Ketentuan tersebut memberikan hak penguasan kepada negara atas seluruh sumber daya
alam Indonesia, dan memberikan kewajiban kepada negara untuk menggunakan sebesar-
besarnya bagi kemakmuran rakyat. Kalimat tersebut mengandung makna, negara
Upaya pelaksanaan perencanaan penataan ruang yang bijaksana adalah kunci dalam
pelaksanaan tata ruang agar tidak merusak lingkungan hidup, dalam konteks penguasaan
negara atas dasar sumber daya alam, yaitu: ”melekat di dalam kewajiban negara untuk
melindungi, melestarikan dan memulihkan lingkungan hidup secara utuh. Artinya,
aktivitas pembangunan yang dihasilkan dari perencanaan tata ruang pada umumnya
bernuansa pemanfaatan sumber daya alam tanpa merusak lingkungan.
Menurut konteks inilah, beberapa pendekatan sosial yang perlu dilakukan terkait dengan
landasan sosiologis, yaitu: peran serta masyarakat dan bottom-up yang salah satunya
dapat dilakukan dengan penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dari lingkup kecamatan.
Landasan yuridis memberikan pertimbangan secara hukum bahwa Rancangan Peraturan Daerah
Kabupaten Kuningan tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kuningan, Tahun
2011 – 2031, mempunyai landasan hukum yang kuat untuk diberlakukan di Kabupaten Kuningan.
Landasan Yuridis Undang-Undang RI No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
mengamanatkan hal-hal sebagai berikut:
Menurut Pasal 16 ayat 1 dan 2
1) Rencana tata ruang dapat ditinjau kembali.
2) Peninjauan kembali rencana tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
menghasilkan rekomendasi berupa:
a. rencana tata ruang yang ada dapat tetap berlaku sesuai dengan masa berlakunya;
atau
b. rencana tata ruang yang ada perlu direvisi.
Menurut Pasal 18
Penetapan rancangan peraturan daerah kabupaten/kota tentang rencana tata ruang wilayah
kabupaten/kota dan rencana rinci tata ruang terlebih dahulu harus mendapat persetujuan
substansi dari Menteri setelah mendapatkan rekomendasi Gubernur
Dengan demikian, secara spesifik telah disebutkan bahwa kewenangan pemerintah daerah provinsi
dalam penyelengggaraan penataan ruang, sebagaimana diatur Pasal 11 Ayat (1) UU No. 26 Tahun
2007, meliputi pengaturan, pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang
wilayah kabupaten/kota, serta terhadap pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis
kabupaten/kota. Dalam penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota, pemerintah daerah
kabupaten/kota menetapkan kawasan strategis kabupaten/kota, perencanaan tata ruang kawasan
strategis kabupaten/kota, pemanfaatan ruang kawasan strategis kabupaten/kota dan pengendalian
pemanfaatan kawasan strategis kabupaten/kota.
peraturan perundang-undangan yang baik, asas yang bersifat formal pengertiannya dapat
dikemukakan dalam tabel berikut.
Tabel 4.1 Landasan Hukum Materi Muatan berdasarkan
Undang-Undang No. 12 Tahun 2011
Ayat (2) PPu tertentu dapat berisi Dalam Hukum Pidana, misalnya, asas legalitas,
asas lain sesuai dengan bidang hukum asas tiada hukuman tanpa kesalahan, asas
Peraturan Perundang-undangan yang pembinaan narapidana, dan asas praduga tak
bersangkutan. bersalah; dalam Hukum Perdata, misalnya,
dalam hukum perjanjian, antara lain, asas
kesepakatan, kebebasan berkontrak, dan itikad
baik.
Sumber: Diolah dari Pasal 6 ayat (1)dan ayat (2) UU 12/2011 dan Penjelasan