Oleh :
UNIVERSITAS WIDYAGAMA
MALANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang mempunyai sumber kekayaan alam yang sangat melimpah.
Khususnya tanah yang digunakan dan dimanfaatkan secara optimal untuk memenuhi kesejahteraan
rakyat. Hal ini sesuai dengan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 yang menyatakan bahwa bumi, air
dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-
besarnya untuk kemakmuran rakyat.
Pemerintah dalam rangka sosialisme Indonesia membuat rencana umum persediaan, peruntukan
dan penggunaan tanah. Hal ini diatur dalam Pasal 14 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan-Peraturan Pokok Agraria yang mengatur bahwa :
Dengan mengingat ketentuan-ketentuan dari Pasal 2 ayat (2) dan (3), Pasal 9 ayat (2) serta Pasal
10 ayat (1) dan (2) Pemerintah dalam rangka sosialisme Indonesia, membuat suatu rencana umum
mengenai persediaan peruntukan dan penggunaan bumi, air, dan ruang angkasa serta kekayaan
alam yang terkandung didalamnya:
b. Untuk keperluan peribadatan dan keperluan-keperluan suci lainya, sesuai dengan dasar
KeTuhanan yang Maha Esa
b. Keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan
memperhatikan sumber daya manusia; dan
c. Perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat
pemanfaatan ruang.
Pemanfaatan ruang tidak terlepas dari penggunaan tanah, sebab tanah merupakan obyek
utama dalam upaya memanfaatkan ruang, Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004
mengatur bahwa :
I. Dalam rangka pemanfaatan ruang dikembangkan penatagunaan tanah yang disebut juga
pola pengelolaan tata guna tanah
II. Penatagunaan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kegiatan di bidang
Pertanahan di kawasan lindung dan budidaya
III. Penatagunaan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan berdasarkan
rencana tata ruang wilayah Kabupaten/Kota
IV. Penatagunaan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan sesuai dengan
jangka waktu yang ditetapkan dalam rencana tata ruang wilayah Kabupaten/Kota
Dalam rangka menindaklanjuti ketentuan dan kebijakan dari pemerintah tentang pengelolaan
kekayaan desa maka pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik
Indonesia Nomor 4 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Kekayaan Desa, Pasal 2 ayat (1)
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2007 mengatur bahwa, Jenis
kekayaan desa terdiri atas :
b. Pasar desa
c. Pasar hewan
d. Tambatan perahu
e. Bangunan desa
Tanah Kas Desa merupakan salah satu aset desa yang perlu diperhatikan terutama dalam hal
pengembangan fungsi Tanah, agar tidak terjadi tumpang tindih. Akibat pola pergantian jabatan dan
sistem pemerintahan desa.
Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut :
Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya naskah akademik ini yaitu :
Metode Penulisan
Dalam penulisan naskah akademik ini, metode/pendekatan yang digunakan adalah yuridis
sosiologis yakni suatu pendekatan dengan berdasarkan norma-norma atau peraturan yang mengikat,
sehingga diharapkan dari pendekatan ini dapat diketahui bagaimana hukum yang secara empiris
merupakan gejala masyarakat itu dapat dipelajari sebagai suatu variabel penyebab yang
menimbulkan akibat-akibat pada berbagai segi kehidupan sosial.1
Adapun sistematika penulisan yang digunakan dalam naskah akademik ini mengikuti
sistematika penulisan berdasarkan Perpres No. 68/2005 tentang Penyusunan dan Pengelolaan
Program Legislasi Nasional.
1
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri (Bandung, 1990) hlm. 34-35
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS
Tata Guna Tanah "Tanah" dipakai dalam berbagai arti, maka dalam pengunaannya perlu
mengetahui batasan dari pada tanah, agar diketahui dalam arti apa istilah tersebut
digunakan. "Tanah", dalam arti yuridis, menurut undang-undang pokok agraria (UUPA)
pasal 4 disebutkan, bahwa atas dasar hak menguasai dari negara ditentukan adanaya
bermacam-macam hak atas permukaan bumi, yang disebut tanah yang dapat diberikan
kepada dan dipunyai oleh orang-orang .
Dengan demikian jelaslah, bahwa "tanah" dalam pengertian yuridis adalah permukaan
bumi (ayat 1). Sedangkan hak atas tanah adalah hak atas sebagian tertentu permukaan bumi,
yang terbatas, berdimensi dua dengan ukuran panjang dan lebar. Tanah yang diberikan
kepada dan dipunyai oleh orang dengan hak-hak yang disediakan oleh UUPA, adalah untuk
digunakan atau dimanfaatkan. Diberikannya dan dipunyainya tanah dengan hak-hak
tersebut tidak akan bermakna, jika penggunaannya terbatas hanya pada tanah sebagai
permukaan bumi saja. Untuk keperluan apa pun tidak bisa tidak, pasti diperlukan juga
penggunaan sebagian tubuh bumi yang ada dibawahnya dan air serta ruang yang ada di
atasnya.
Oleh karena itu dalam (ayat2) dinyatakan, bahwa hak-hak atas tanah bukan hanya
memberikan wewenang untuk mempergunakan sebagian tertentu permukaan bumi yang
bersangkutan, yang disebut "tanah", tapi juga tubuh bumi yang ada di bawahnya dan air
serta ruang yang ada di atasnya. Dengan demikian, maka yang dipunyai dengan hak atas
tanah itu adalah tanahnya, dalam arti sebagian tertentu dari permukaan bumi. Tapi
wewenang menggunakan yang bersumber pada hak tersebut diperluas hingga meliputi juga
penggunaan sebagian tubuh bumi yang ada di bawah tanah dan air serta ruang yang ada
diatasnya. Tubuh bumi dan air serta ruang yang dimaksud itu bukan kepunyaan pemegang
hak atas tanah yang bersangkutan. Ia hanya diperbolehkan menggunakannya. Penggunaan
tanah ini ada batasnya menurut pasal 4 ayat (2) sekedar diperlukan untuk kepentingan yang
langsung berhubungan dengan penggunaan tanah itu, dalam batas-batas menurut undang-
undang (UUPA) dan peraturan-peraturan lain yang lebih tinggi. Sedangkan berapa tubuh
bumi itu boleh digunakan dan setinggi berapa ruang yang ada di atasnya boleh digunakan,
ditentukan oleh tujuan penggunaannya, dalam batas-batas kewajaran, perhitungan teknis
kemampuan tubuh buminya sendiri, kemampuan pemegang haknya serta ketentuan
peraturan perundang-undangan yang bersangkutan.
Pasal 2 Peraturan Pemerintah No.16 Tahun 2004 menyatakan asas penatagunaan tanah
meliputi : Penatagunaan tanah berasaskan keterpaduan, berdayaguna dan berhasilguna,
serasi, selaras, seimbang, berkelanjutan, keterbukaan, persamaan, keadilan dan
perlindungan hukum.
Menurut Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 Penatagunaan tanah bertujuan
untuk :
Menurut Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 16 tahun 2004 Tentang Penatagunaan Tanah
yaitu :
1. Dalam rangka pemanfaatan ruang dikembangkan penatagunaan tanah yang disebut juga
pola pengelolaan tata guna tanah
2. Penatagunaan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kegiatan dibidang
pertanahan di kawasan lindung dan kawasan budidaya
4. Penatagunaan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan sesuai dengan
jangka waktu yang ditetapkan dalam rencana tata ruang wilayah Kabupaten/Kota
2. Penguasaan tanah
BAB III
17 Hans Kelsen, Teori Umum tentang Hukum dan Negara, terjemahan Raisul
Muttaqien dari judul asli: General Theory of Law and State, (Bandung: Penerbit
Nusamedia dan Penerbit Nuansa, 2006), hal. 40
18 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung: Penerbit PT Citra Aditya Bakti,
2000), hal. 19
didasarkan pada keberlakuan yuridis agar hukum itu
mencerminkan nilai kepastian hukum.
Uraian tentang validitas hukum atau landasan keabsahan hukum dalam kaitannya
dengan peraturan perundang-undangan di Indonesia dapat ditemukan dalam sejumlah
buku yang ditulis oleh sarjana Indonesia, antara lain Jimly Assiddiqie19, Bagir
Manan20, dan Solly Lubis21.. Pandangan ketiga sarjana itu dapat disajikan dalam tabel
berikut.
Tabel 6: Landasan Keabsahan Peraturan Perundang-undangan menurut
Para Sarjana Indonesia22
23 Gede Marhaendra Wija Atmaja, Politik Pluralisme Hukum ., Ibid., hlm. 29.
24 Angka 18 dan 19 TP3 (vide Pasal 64 ayat (2) Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2011).
25 Pasal 57 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
Nomor 12 Tahun 2011, ketiga aspek dari validitas tersebut dapat disajikan dalam tabel
berikut:
Perlindungan yang menjadi tanggung jawab Negara itu tidak saja terhadap setiap
orang baik dari arti individual dan kelompok berikut identitas budaya yang melekat
padanya, tetapi juga perlindungan terhadap tanah air, yang tercakup di dalamnya sumber
daya alam dan lingkungan hidup. Perlindungan tersebut diarahkan dalam rangka
memajukan kesejahteraan umum yang juga merupakan tanggung jawab Negara.
a. kepentingan umum;
b. kepastian hukum;
c. kesamaan hak;
d. keseimbangan hak dan kewajiban;
e. keprofesionalan;
f. partisipatif;
g. persamaan perlakuan/tidak diskriminatif;
h. keterbukaan;
i. akuntabilitas;
j. fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan;
k. ketepatan waktu; dan
l. kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.
2. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa Kedung kampil dibantu Perangkat Desa Kedung kampil
sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa
3. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disebut BPD adalah lembag yang merupakan
perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa Kedung kampil sebagai
unsur penyelenggara Pemerintahan Desa;
5. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah musyawarah antara Badan
Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh
Badan Permusyawaratan Desa untuk menyepakati hal yang bersifat strategis;
6. Peraturan Desa adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan olah Kepala Desa
Kedung kampil setelah dibahas dan disepakati bersama Badan Permusyawaratan Desa Kedung
kampil;
7. Kepala Desa atau Penjabat Kepala Desa adalah seorang pejabat yang ditunjuk dan diangkat oleh
pejabat yang berwenang untuk melaksanakan hak, wewenang dan kewajiban Kepala Desa dalam
kurun waktu tertentu;
8. Pelaksana Tugas (PLT) Kepala Desa adalah Sekretaris Desa atau Perangkat Desa yang
ditetapkan oleh Camat atas nama Bupati untuk melaksanakan tugas dan kewajiban Kepala Desa;
9. Perangkat Desa adalah seseorang yang diangkat Kepala Desa dan mempunyai tugas membantu
Kepala Desa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya;
10. Pelaksana Tugas (PLT) Sekretaris Desa adalah Perangkat Desa yang ditunjuk oleh Kepala Desa
untuk melaksanakan tugas dan kewajiban Sekretaris Desa;
11. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, selanjutnya disingkat APBDesa adalah rencana
keuangan tahunan Pemerintahan Desa yang ditetapkan dengan Peraturan Desa;
12. Alokasi Dana Desa, selanjutnya disingkat ADD adalah dana perimbangan yang diterima
kabupaten/kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/kota setelah
dikurangi Dana Alokasi Khusus;
13. Penghasilan Tetap adalah Penghasilan yang diberikan kepada Kepala Desa dan Perangkat Desa
setiap bulan yang ditetapkan dalam APB Desa;
14. Tanah Desa adalah Barang milik Desa berupa tanah bengkok, kuburan dan titisara;
15. Keuangan Desa adalah Semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan uang serta
segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban;
16. Aset Desa adalah Barang milik Desa yang berasal dari kekayaan asli Desa, dibeli atau diperoleh
atas beban Anggaran Pendapatan dan belanja Desa atau perolehan hak lainnya yang sah;
17. Pengelolaan adalah rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan, pengadaan, penggunaan,
pemanfaatan, pengamanan, pemeliharaan, penghapusan, pemindahtanagann, penatausahaan,
penilaian, pembinaan, pengawasan dan pengendalian;
18. Inventarisasi adalah kegiatan untuk melakukan pendataan, pencatatan dan pelaporan hasil
pendataan kekayaan milik Desa;
19. Sewa adalah Pemanfaatan kekayaan Desa oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu untuk
menerima imbalan uang tunai;
20. Pemanfaatan adalah Pendayagunaan kekayaan Desa yang tidak dipergunakan dalam bentuk
sewa, pinjam pakai, kerjasama pemanfaatan dan bangun serahguna / bangun gunaserahdengan
tidak mengubah status kekayaan Desa;
21. Kerja sama pemanfaatan adalah Pendayaangunaan kekayaan Desa oleh pihak lain dalam jangka
waktu tertentu dalam rangka peningkatan penerimaan Desa bukan pajak dan sumber
pembiayaan lainnya;
22. Pinjam pakai adalah penyerahan penggunaan kekayaan Desa antar Pemerintah Desadalam
jangka waktu tertentu tanpa menerima imbalan dan setelah jangka waktu tersebut berakhir harus
diserahkan kembali kepada Pemerintah Desa yang bersangkutan;
23. Hibah adalah Pengalihan kepemilikan barang dari Pemerintah daerah kepada Pemerintah Desa,
antar Pemerintah Desa atau dari Pemerintah pusat/ Pemer intah Daerah kepada pihak lain tanpa
memperoleh penggantian.
Tanah Kas Desa dikelola oleh Pemerintah Desa sebagai kekayaan Milik Desa dan menjadi
Sumber Pendapatan Desa. Sumber Pendapatan Desa dari Tanah Kas Desa sepenuhnya dikelola
oleh Pemerintah Desa dan hasilnya digunakan untuk menyelenggarakan Pemerintahan Desa,
Pembangunan Desa, Pembinaan Kemasyarakatan Desa serta Pemberdayaan Masyarakat Desa.
Pemanfaatan tanah kas desa dilakukan dengan metode sewa dan kerjasama pemanfaatan.
Pemanfaatan sewa dilaksanakan atas dasar menguntungkan desa beserta masyarakat dan dilakukan
dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun dan besaran tarif sewa ditetapkan dengan keputusan
kepala desa. Sewa menyewa tanah kas desa diprioritaskan hanya untuk penduduk desa dan
perangkat desa mejuet.
Pemanfaatan Tanah Kas Desa berupa Kerjasama pemanfaatan dilakukan atas dasar
Mengoptimalkan dayaguna dan hasilguna Tanah Kas Desa, dan Meningkatkan pendapatan Desa.
Kerjasama pemanfaatan Tanah Kas Desa dilaksanakan atas kondisi Tidak tersedia atau tidak cukup
tersedia dana dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) untuk memenuhi biaya
biaya operasional pengelolaan Tanah Kas Desa. Tidak dibolehkan menggadaikan /
memindahtangankan kepada pihak lain selama kerjasama dilakukan. Jangka waktu paling lama 1
(Satu) tahun serta mitra kerjasama pemanfaatan berdasarkan ditetapkan berdasarkan musyawarah
mufakat dan ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.
1.3.4 Pelaporan
Panitia Lelang Tanah Kas Desa wajib menyampaikan laporan terhadap kegiatan
Perencanaan dan Pelaksanaan pelelangan Tanah Kas Desa kepada Kepala Desa. Laporan hasil
pelelangan Tanah Kas Desa merupakan bagian dari laporan Pertanggungjawaban.
A. Kesimpulan
Bertolak dari paparan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal penting
sebagai berikut:
Sebagai perwujudan esensi demokrasi dan tujuan desentralisasi, maka tanah yang
digunakan dan dimanfaatkan secara optimal untuk memenuhi kesejahteraan rakyat. Hal ini
sesuai dengan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 yang menent Alam yang terkandung
di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran
rakyat, maka diperlukan adanya payung hukum yang kuat dalam bentuk Perdes.
Tanah Kas Desa merupakan salah satu aset desa yang perlu diperhatikan terutama
dalam hal pengembangan fungsi Tanah, agar tidak terjadi tumpang tindih. Akibat pola
pergantian jabatan dan sistem pemerintahan desa.
B. Saran-Saran